Hadis Palsu Dalam Shahih Muslim : Keutamaan Abu Sufyan?

Hadis Palsu Dalam Shahih Muslim : Keutamaan Abu Sufyan?

Benarkah ada hadis palsu dalam kitab monumental Shahih Muslim?. Bagaimana mungkin hal seperti itu bisa terjadi?. Jangan terlalu risau, silakan cek di kitab Shahih Muslim terbitan manapun hadis keutamaan berikut

حدثني عباس بن عبدالعظيم العنبري وأحمد بن جعفر المعقري قالا حدثنا النضر ( وهو ابن محمد اليمامي ) حدثنا عكرمة حدثنا أبو زميل حدثني ابن عباس قال كان المسلمون لا ينظرون إلى أبي سفيان ولا يقاعدونه فقال للنبي صلى الله عليه و سلم يا نبي الله ثلاث أعطنيهن قال نعم قال عندي أحسن العرب وأجمله أم حبيبة بنت أبي سفيان أزوجكها قال نعم قال ومعاوية تجعله كاتبا بين يديك قال نعم قال وتؤمرني حتى أقاتل الكفار كما كنت أقاتل المسلمين قال نعم قال أبو زميل ولولا أنه طلب ذلك من النبي صلى الله عليه و سلم ما أعطاه ذلك لأنه لم يكن يسئل شيئا إلا قال نعم

Telah menceritakan kepada kami Abbas bin Abdul ‘Azim Al ‘Anbari dan Ahmad bin Ja’far Al Ma’qiri yang keduanya berkata telah menceritakan kepada kami An Nadhr (dia Ibnu Muhammad Al Yamami) yang berkata telah menceritakan kepada kami Ikrimah yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Zumail yang berkata telah menceritakan kepadaku Ibnu Abbas yang berkata “kaum muslimin tidak memandang Abu Sufyan dan tidak pula mereka duduk menyertainya. Kemudian Abu Sufyan berkata kepada Nabi SAW “Wahai Nabi Allah penuhilah tiga permintaanku”. Beliau SAW menjawab “Ya”. Abu Sufyan berkata “Saya mempunyai seorang putri yang paling baik dan paling cantik di kalangan orang Arab yaitu Ummu Habibah putri Abu Sufyan, aku ingin menikahkannya dengan anda”. Beliau menjawab “Ya”. Abu Sufyan berkata “Dan agar anda mengangkat Muawiyah sebagai juru tulis anda”. Beliau SAW menjawab “Ya”. Abu Sufyan berkata “Dan anda mengangkat saya sebagai pemimpin untuk memerangi orang-orang kafir sebagaimana dulu saya memerangi orang-orang islam”. Beliau SAW menjawab “Ya”. Abu Zumail berkata “Seandainya Abu Sufyan tidak menuntut hal tersebut kepada Nabi SAW tentu beliau tidak akan memberinya karena jika Beliau SAW dimintai sesuatu, Beliau SAW tidak akan menjawab selain “ya”. [Shahih Muslim 4/1945 no 2501 Bab Keutamaan Abu Sufyan bin Harb tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi]

Hadis ini dimasukkan Imam Muslim ke dalam kitab Shahih-nya berarti beliau mengakui bahwa hadis ini shahih. Tetapi tidak diragukan lagi kalau hadis ini tidak shahih. Sebaik-baik bukti bahwa hadis ini tidak shahih adalah isi hadis tersebut. Hadis tersebut menyebutkan permintaan Abu Sufyan yang ingin menikahkan putrinya Ummu Habibah kepada Nabi SAW. Padahal disepakati dalam kitab tarikh bahwa Nabi SAW telah menikah dengan Ummu Habibah jauh sebelum Abu Sufyan masuk islam ketika Fathul Makkah. Oleh karena itu terang sekali kemusykilan hadis ini yang menunjukkan kepalsuannya. Pertanyaannya adalah jika hadis tersebut palsu, siapakah yang memalsukannya?.

An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim mengutip perkataan Ibnu Hazm yang menyatakan bahwa hadis ini palsu dan yang bertanggung jawab untuk itu adalah Ikrimah bin Ammar. Kami katakan : kepalsuannya benar tetapi pernyataan bahwa yang bertanggung-jawab adalah Ikrimah bin Ammar layak diberikan catatan. Ikrimah bin Ammar disebutkan dalam kitab biografi perawi hadis adalah perawi yang tsiqat, mereka yang mempermasalahkan Ikrimah hanya mempersoalkan hadis Ikrimah dari Yahya bin Abi Katsir.

Ibnu Hajar dalam At Tahdzib juz 7 no 475 menyebutkan bahwa Ikrimah bin Ammar dinyatakan tsiqat oleh sekumpulan ulama diantaranya Ibnu Ma’in, Syu’bah, Ali bin Madini, Al Ajli, Abu Dawud, As Saji, Ali bin Muhammad Al Thanafisi, Ishaq bin Ahmad Al Bukhari, Daruquthni, Ibnu Hibban, Yaqub bin Syaibah, Ibnu Syahin dan Ahmad bin Shalih. Hanya ada sebagian orang yang memperbincangkannya yaitu Ahmad dan Yahya Al Qattan itu pun hanya sebatas hadis Ikrimah dari Yahya bin Abi Katsir yang mudhtharib. Sedangkan hadis di atas bukan riwayat Ikrimah dari Yahya bin Abi Katsir.

Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Bashar Awad Ma’ruf dalam Tahrir At Taqrib no 4672 mengatakan

Ikrimah bin Ammar tsiqat kecuali riwayatnya dari Yahya bin Abi Katsir yang dhaif karena idhthirab, ia dinyatakan tsiqah oleh Ayub As Sakhtiati, Al Ajli, Ali bin Madini, Ahmad bin Hanbal, Ibnu Ma’in, Ahmad bin Shalih Al Mishri, Abu Dawud, Abu Zar’ah Ad Dimasyq, Ibnu Ammar, Ali bin Muhammad Ath Thanafisi, Ishaq bin Ahmad bin Khalaf Al Bukhari Al Hafiz, Daruquthni dan yang lainnya. Disepakati bahwa riwayatnya dari Yahya bin Abi Katsir mudhtharib dan oleh karena itulah Yahya bin Sa’id Al Qaththan membicarakannya.

An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim juga mengutip Syaikh Abu Amru bin Shalah yang membantah Ibnu Hazm. Ia menolak bahwa Ikrimah bin Ammar memalsu hadis ini, hadis tersebut hanyalah kesalahan atau kekeliruan saja. Kami katakan : tentu saja ini pembelaan yang menarik, tapi siapa yang keliru dan salah itu, apakah Ikrimah bin Ammar? Bukankah ia tsiqah tsabit riwayatnya kecuali riwayatnya dari Yahya bin Abi Katsir. Atau ada yang mau mengatakan namanya juga manusia, perawi bisa saja melakukan kesalahan. Kalau begitu semua perawi hadis tersebut termasuk Imam Muslim bisa saja menjadi yang tertuduh melakukan kekeliruan. Tidak ada alasan untuk mempermasalahkan Ikrimah bin Ammar saja.

Bicara soal pembelaan hadis di atas, ada hal lucu yang harus diperhatikan. Silakan lihat hadis-hadis keutamaan Ahlul Bait, jika hadis tersebut dipermasalahkan oleh ulama. Mereka tidak ragu untuk mengatakan bahwa perawinya harus dicacat karena meriwayatkan hadis tersebut. Mereka tidak begitu berbaik hati untuk mengatakan perawi tersebut hanya keliru saja. Terkadang hanya karena seorang perawi meriwayatkan hadis keutamaan Ahlul Bait yang mereka pandang aneh maka dengan seenaknya mereka menjarh perawi tersebut dengan keras dan tidak ragu menyatakan hadis tersebut palsu. Ataukah kalau hadis tersebut soal keutamaan Ahlul bait maka tidak perlu berbaik hati tetapi kalau hadis tersebut berbicara tentang keutamaan Abu Sufyan dan Muawiyah maka harus berbaik-hati. Itu namanya Inkonsistensi yang menyebalkan (baca : menjijikkan). Nah seharusnya mereka konsisten, hadis Shahih Muslim di atas tentang keutamaan Abu Sufyan isinya sudah jelas palsu.

Maka pertanyaannya, siapa yang memalsukan hadis ini?. Siapa perawi yang harus dicacatkan karena meriwayatkan hadis ini?. Atau hadis ini sebenarnya tidak palsu. Tidak jarang hadis ini dijadikan hujjah oleh para muqallid untuk membuktikan keutamaan Abu Sufyan dan Muawiyah. Imam Muslim bahkan membuat judul bab “Keutamaan Abu Sufyan bin Harb Radiallahu’anhu” dan hanya mengandalkan satu hadis ini saja. Itu artinya Imam Muslim berhujjah dengan hadis ini untuk menyatakan keutamaan Abu Sufyan. Bagaimana mungkin seorang ulama sekaliber Imam Muslim tidak mengetahui fakta sejarah kalau Nabi SAW menikahi Ummu Habibah sebelum Fathul Makkah dimana Abu Sufyan masih kafir?. Sungguh hadis yang membingungkan atau sikap ulamanya yang membingungkan.

14 Tanggapan

  1. menunggu pembelaan dari wahabiyun…. 😀

  2. menunggu salafyer wa cingkranger…misuh..misuh ngomong kagak tentu arah dan juntrungannya…membela mbah buyutnya….

    dipersilah….

  3. Salah satu penyakit wahabiers yg parah adalah TIDAK MAMPU MELETAKKAN SESUATU PADA TEMPATNYA. Karena otaknya yg KACAU.

    Seseorang yg tdk memiliki keistimewaan apa-apa yg bahkan riwayatnya penuh cacat dipaksakan dan dicari-cari baginya sesuatu yg bisa dianggap sebuah KEUTAMAAN.

    Hidup bersama Nabi saw dianggap yang bersangkutan memiliki KEUTAMAAN. Aneh. 🙄

    Anak menikah dgn Nabi saw lalu sang ayah dianggap memiliki KEUTAMAAN. Lucu. 🙂

    Hadits dlaif & bahkan palsu tentang KEUTAMAAN seseorang dianggap shahih & valid. Kacau.

    Sebaliknya;

    Segolongan manusia yg memiliki seabrek keutamaan & kemuliaan dianggap biasa dan sejajar dgn manusia lainnya. Aneh.

    Segolongan manusia oleh Allah swt & Nabi-Nya selalu disebut-sebut dan dipuji-puji malah tdk melebihi puji-pujian atas manusia lainnya. Memprihatinkan.

    Segolongan manusia yg oleh banyak perawi ditegaskan kemutamaan & kemuliaannya malah kemudian diragukan. Menyebalkan.

    Ada apa sesungguhnya?

  4. Bagi orang awam, shahih muslim dan shahih bukhari sudah dianggap kitab yang paling SHAHIH setelah al-Quran. Kenyataan bahwa dalam kitab tsb ada pula hadits-hadits tidak shahih mungkin menjadi membingungkan banyak orang: lalu buat orang banyak, adakah kitab kompilasi lain yang HANYA (dan HANYA) mengumpulkan hadits-hadits shahih hasil kumpulan ulama2 zaman doeloe?

    Apa yang SP tulis sangat bagus, tapi alangkah baiknya jangan sekadar menyebar “keraguan” (bahasa kerennya: sikap kritis, tapi tidak semua suka dengan sikap kritis.). Apakah hingga detik ini tak ada buku kompilasi hadits yang HANYA (dan HANYA) mengumpulkan hadits2 shahih (SAJA). Tentu orang sekaliber SP memungkinkan membuat semacam SYARH jg.

  5. Maksud saya HANYA (dan HANYA) hadits shahih, tentu dalam kerangka yang relatif juga, karena melalui studi bisa saja berubah.

    Namun maksud saya, element-elemen penyebab jatuhnya status hadits menjadi palsu (semacam kerancuan sejarah seperti dalam kasus hadits ini) atau sebab-sebab lain yang *ridiculous* setidaknya tidak terjadi lagi.

    Tentu saja studi semacam jangan dipandang hujatan bagi Imam Muslim. Ia telah melakukan yang ia bisa (dalam hal kemampuan & zaman/politik saat itu), semoga Allah mengampuni kesalahan dan membalas amalnya dgn kebaikan yang belipat-ganda. Amiin.

  6. Masih belum mahfum juga ya, ini masalah AQIDAH, bagi sebagian golongan, orang2 yg dikategorikan sebagai “SAHABAT” adalah sumber agama, yg daripadanya sendi sendi agama diambil, jadi kalau sumbernya diketahui ada yg tidak benar atau cacat , maka cacat pula agamanya,…supaya itu tidak terjadi maka dengan segala cara harus diselamatkan,….hata dengan hadits palsu sekalaipun,…karena itu rumusnya, haram hukumnya mengkritik para “sahabat” – karena bagi golongan ini “sahabat” sudah menjadi sesembahan dalam hakikatnya,………

    contoh;
    Allah SWT melalui Rasul-Nya membolehkan haji Tamatu – tapi karena beberapa sahabat (sesembahan) mereka mengharamkannya, maka menjadi haramlah hukumnya.

  7. Kalo boleh, mohon sertakan juga riwayat pernikahan nabi tsb.

  8. @ all
    Kita harus tetap menghargai Imam Muslim, (walaw selama ini komentarku slalu mengkritisi kertas kuning) beliau menulis sesuai standard ke ilmuan hadist dan Insya Allah sangat profesional. Kita harus paham bahawa matan hadis yang beliau tulis tidak ada hubungannya dengan aqidah beliau sebagai penulis hadist.
    Justru ini menunjukkan ke netralan beliau dan ke-independen-an beliau.
    Dan kalaulah beliau membuat judul “KEUTAMAAN ABU SUFYAN” itu semata-mata karena disesusaikan dengan matan hadisnya dan bukan berarti itu keyakinan atau aqidah beliau.
    Saya harap kita semua harus berusaha ADIL (Menempatkan sesuatu pada tempatnya / proporsional)

    Fenomena ini sekaligus mengingatkan kita, bahwa “kertas-kertas kuning” hanyalah sebgai referensi bukan sebagai sandaran kebenaran Dienul Islam, walaw kita harus menghargai dan mempelajarinya.

    Salam Damai

  9. @SP

    Imam Muslim hidup pada zaman kekuasaan Abbasiyah sekitar thn 250 H, yg pada waktu itu situasinya sangat berbahaya dibawah kekhalifahan Al Mutawakkil yg semakin kejam, sewenang-wenang dan menyimpang. Menurut saya tidak heran kalo Imam Muslim sangat ketakutan apabila meriwayatkan hadits keutamaan Ahlul Bait. Namun anehnya Imam Muslim tidak takut meriwayatkan hadits keutamaan Abu Sufyan. Apakah Imam Muslim itu kakitangan kekuasaan Muawiyah atau Abbasiyah?

    Wassalam…

  10. nimbrung dikit BUKANKAH ABASIAH ITU MEMBELA AHLI BAIT?

  11. Hehehe si qarobin spammer jg aya di dieu?

  12. @SP

    Sy ada membaca sebuah riwayat mengenai “ketidak-utamaan” Abu Sufyan dari situs sebelah. Bisakah di verifikasi kevalidannya?

    Dalam Mustadrak Al-Hakim 4: 73, kitab Ma’rifah Ash-shahabah, fadhail Quraisy, disebutkan:

    Abdullah bin Umar berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di halaman rumah Nabi saw ada seseorang perempuan lewat di dekat kami, kemudian salah seorang laki-laki dari suatu kaum berkata: Ini puteri Muhammad saw. Kemudian Abu Sofyan berkata: Muhammad di Bani Hasyim seperti tanaman di tengah-tengah jerami.

    Kemudian perempuan itu pergi dan menceritakan kepada Nabi saw.

    Kemudian Nabi saw keluar dan nampak marah di wajahnya lalu bersabda:

    “Alangkah menyakitkan kata-kata yang sampai padaku tentang suatu kaum? Sesungguhnya Allah swt menciptakan tujuh langit dan memilih yang tertinggi, kemudian menempatkan padanya makhluk yang dikehendaki-Nya. Kemudian Dia menciptakan makhluk lalu memilih keturunan Adam dari makhluk-Nya, memilih Arab dari keturunan Adam, memilih keturunan Mudhar dari kalangan Arab, memilih suku quraisy dari keturunan Mudhar, memilih Bani Hasyim dari suku quraisy, dan memilih aku dari Bani Hasyim. Aku adalah dari Bani
    Hasyim dari orang-orang pilihan. Barangsiapa yang mencintai orang Arab karena mencintaiku maka aku mencintai mereka, barangsiapa yang membenci orang Arab karena membenciku maka aku membenci mereka.”

    Salam

  13. […] silakan lihat tulisan kami sebelumnya tentang perkara ini, kemudian silakan lanjutkan lihat bantahan dari salah seorang nashibi disini. Ada beberapa hal […]

Tinggalkan komentar