Abu Bakar Menjadi Imam Shalat Bukanlah Bukti Keilmuannya Lebih Tinggi Dari Imam Ali

Abu Bakar Menjadi Imam Shalat Bukanlah Bukti Keilmuannya Lebih Tinggi Dari Imam Ali

Alhamdulillah, Allah SWT memberikan kemudahan di tengah kesibukan kami untuk menuliskan risalah kecil yang insya Allah bermanfaat bagi para pecinta Ahlul Bait. Beberapa waktu yang lalu salafiyun membantah bahwa keilmuan Imam Ali berada di atas ketiga khalifah dan sahabat lainnya. Hadis yang menjadi hujjah salafiyun adalah hadis Abu Bakar menjadi Imam shalat dimana menurutnya seorang Imam adalah yang paling berilmu, sehingga jika Abu Bakar menjadi imam maka ilmunya melebihi semua orang yang bermakmum padanya. Kesimpulan ini sangat jelas kekeliruannya karena berimamnya seseorang yang lebih mulia kepada orang yang lebih rendah keutamaannya adalah sesuatu yang ma’ruf dalam syariat. Kami akan menunjukkan hadis-hadis yang akan membungkam para salafiyun.

Abu Bakar RA sendiri diriwayatkan pernah bermakmum kepada salah seorang sahabat Nabi. Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ قَالَ حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ لَمَّا قَدِمَ الْمُهَاجِرُونَ الْأَوَّلُونَ الْعُصْبَةَ مَوْضِعٌ بِقُبَاءٍ قَبْلَ مَقْدَمِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَؤُمُّهُمْ سَالِمٌ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ وَكَانَ أَكْثَرَهُمْ قُرْآنًا

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Mundzir yang berkata telah menceritakan kepada kami Anas bin ‘Iyadh dari Ubaidillah dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar yang berkata “Ketika kaum Muhajirin yang pertama tiba di ‘Ushbah sebuah tempat di Quba sebelum kedatangan Rasulullah SAW, mereka diimami oleh Salim maula Abu Hudzaifah dan dia adalah orang yang paling banyak hafalan Al Qur’annya. [Shahih Bukhari 1/140 no 692]

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي ابْنُ جُرَيْجٍ أَنَّ نَافِعًا أَخْبَرَهُ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَخْبَرَهُ قَالَ كَانَ سَالِمٌ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ يَؤُمُّ الْمُهَاجِرِينَ الْأَوَّلِينَ وَأَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَسْجِدِ قُبَاءٍ فِيهِمْ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَأَبُو سَلَمَةَ وَزَيْدٌ وَعَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Shalih yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb yang mengabarkan kepadaku Ibnu Juraij bahwa Nafi’ mengabarkan kepadanya bahwa Ibnu Umar mengabarkan kepadanya yang berkata “Salim maula Abu Hudzaifah mengimami Muhajirin yang pertama dan para sahabat Nabi SAW di masjid Quba dan diantara mereka terdapat Abu Bakar, Umar, Abu Salamah, Zaid dan Amir bin Rabi’ah. [Shahih Bukhari 9/71 no 7175]

Apakah sekarang salafiyun mau mengatakan kalau Abu Bakar lebih rendah keilmuannya dari Salim maula Abu Hudzaifah?. Ataukah akan dikatakan bahwa para sahabat lebih mendahulukan Salim daripada Abu Bakar?.

Pernah pula diriwayatkan bahwa Abdurrahman bin Auf menjadi Imam shalat kaum muslimin di saat Perang Tabuk dimana Abu Bakar ikut didalamnya. Bahkan dalam riwayat tersebut disebutkan pula bahwa Rasulullah SAW juga bermakmum kepada Abdurrahman bin Auf. Diriwayatkan Abu Dawud dalam Sunannya

حدثنا أحمد بن صالح ثنا عبد الله بن وهب أخبرني يونس بن يزيد عن ابن شهاب حدثني عباد بن زياد أن عروة بن المغيرة بن شعبة أخبره أنه سمع أباه المغيرة يقول عدل رسول الله صلى الله عليه و سلم وأنا معه في غزوة تبوك قبل الفجر فعدلت معه فأناخ النبي صلى الله عليه و سلم فتبرز ثم جاء فسكبت على يده من الإداوة فغسل كفيه ثم غسل وجهه ثم حسر عن ذراعيه فضاق كما جبته فأدخل يديه فأخرجهما من تحت الجبة فغسلهما إلى المرفق ومسح برأسه ثم توضأ على خفيه ثم ركب فأقبلنا نسير حتى نجد الناس في الصلاة قد قدموا عبد الرحمن بن عوف فصلى بهم حين كان وقت الصلاة ووجدنا عبد الرحمنن وقد ركع بهم ركعة من صلاة الفجر فقام رسول الله صلى الله عليه و سلم فصف مع المسلمين فصلى وراء عبد الرحمن بن عوف الركعة الثانية ثم سلم عبد الرحمن فقام رسول الله صلى الله عليه و سلم في صلاته ففزع المسلمون فأكثروا التسبيح لأنهم سبقوا النبي صلى الله عليه و سلم بالصلاة فلما سلم رسول الله صلى الله عليه و سلم قال لهم ” قد أصبتم ” أو ” قد أحسنتم

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Shalih yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb yang berkata telah mengabarkan kepadaku Yunus bin Yazid dari Ibnu Syihab yang berkata telah menceritakan kepadaku Abbad bin Ziyad bahwa Urwah bin Mughirah bin Syu’bah mengabarkan kepadanya yang mendengar dari ayahnya Mughirah yang berkata “Pada waktu perang Tabuk sebelum fajar Rasulullah SAW pernah menyimpang dari jalan maka aku turut menyimpang dari jalan menyertai beliau. Lalu Nabi SAW menghentikan kendaraan beliau, lalu beliau buang hajat. Setelah selesai, aku tuangkan ke tangan beliau air dari bejana. Beliau membasuh kedua telapak tangannya lalu mencuci muka. Kemudian beliau menyingsingkan kedua lengan jubah beliau yang terbuka dan terasa sempit, maka beliau memasukkan keduanya kembali kemudian mengeluarkan keduanya dari bawah jubah, lantas beliau membasuh kedua tangan sampai ke siku, dan mengusap kepala, lalu mengusap bagian atas khuf beliau. Setelah itu beliau naik kendaraan, dan kami meneruskan perjalanan, hingga kami mendapati orang-orang tengah mengerjakan shalat, mereka mengangkat Abdurrahman bin Auf sebagai imam, dia mengerjakan shalat bersama mereka pada awal waktunya dan kami mendapatkan Abdurrahman bin Auf telah mengerjakan satu rakaat Shalat Shubuh bersama mereka. Maka Rasulullah SAW datang dan masuk ke dalam barisan (shaf) bersama kaum Muslimin dan mengerjakan shalat di belakang Abdurrahman bin Auf untuk rakaat yang kedua. Setelah Abdurrahman salam, Nabi SAW berdiri menyempurnakan shalat. Maka tiba-tiba kaum Muslimin terkejut, kemudian mereka membaca “Subhaanallah”, karena mereka telah mendahului Nabi SAW dalam shalat. Setelah Rasulullah SAW shalat, beliau bersabda kepada mereka, “Kalian telah melakukan yang benar” atau “Kalian telah melakukan yang baik.” [Sunan Abu Dawud 1/85 no 149 dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani, diriwayatkan pula dalam Musnad Ahmad 4/244 no 18159, 4/274 no 18185, 4/294 no 18200  dinyatakan shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth]

Hadis di atas menunjukkan bahwa saat Perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf pernah menjadi Imam shalat bagi kaum muslimin dan tidak diragukan lagi bahwa Abu Bakar termasuk orang yang ikut dalam Perang Tabuk. Sepertinya para sahabat lebih mengutamakan Abdurrahman bin Auf sebagai Imam daripada Abu Bakar. Sehingga dalam hal ini Abu Bakar telah berimam kepada Abdurrahman bin Auf. Apakah ini berarti Abdurrahman bin Auf lebih mulia  atau lebih berilmu dari Abu Bakar?. Kemudian hal yang patut diperhatikan adalah Rasulullah SAW menjadi makmum di belakang Abdurrahman bin Auf dan beliau SAW tidak mengingkari perbuatan para sahabat yang lebih mengutamakan Abdurrahman bin Auf dari Abu Bakar, bahkan Beliau SAW mengatakan apa yang dilakukan sahabat itu sudah baik atau benar. Mari kita kembali bertanya kepada salafiyun, Apakah dalam hal ini keilmuan Rasulullah SAW lebih rendah dari Abdurrahman bin Auf?. Naudzubillah [kami berlindung kepada Allah SWT dari pendapat demikian].

Terakhir kita akan bawakan salah satu hadis Abu Bakar menjadi Imam shalat yang kami yakin akan membuat para salafiyun itu terdiam. Hadis tersebut adalah Rasulullah SAW ikut menjadi makmum di belakang Abu Bakar.

عن عائشة قال صلى رسول الله صلى الله عليه و سلم خلف أبي بكر في مرضه الذي مات في قاعدا

Dari Aisyah yang berkata “Rasulullah SAW shalat di belakang Abu Bakar ketika sakit menjelang wafatnya sambil duduk” [Sunan Tirmidzi 2/196 no 362 dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani, Sunan Nasa’i no 786 dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani, Musnad Ahmad 6/159 no 25296 dimana syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata “shahih menurut syarat Muslim”].

عن أنس قال صلى رسول الله صلى الله عليه و سلم في مرضه خلف أبي بكر قاعدا في ثوب متوشحا به

Dari Anas yang berkata “Rasulullah SAW ketika sakit, shalat di belakang Abu Bakar sambil duduk dan berselimut dengan kain”. [Sunan Tirmidzi 2/197 no 363 dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani, Sunan Nasa’i no 785 dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani].

Hadis di atas menjadi bukti valid kebolehan seorang yang lebih utama untuk berimam pada orang yang lebih rendah keutamaannya. Bagi kita umat islam Rasulullah SAW adalah semulia-mulia manusia, orang yang paling mengetahui Al Qur’an dan As Sunnah dibanding Abu Bakar tetapi Beliau SAW pernah shalat menjadi makmum di belakang Abu Bakar. Apakah salafiyun itu akan berkata kalau keilmuan Abu Bakar yang menjadi imam lebih tinggi dari para makmumnya padahal Rasulullah SAW ada di dalamnya?. Naudzubillah [kami berlindung kepada Allah SWT dari pendapat yang demikian].

Kembali ke judul tulisan, kami sebelumnya telah membuktikan bahwa Imam Ali adalah sahabat yang paling berilmu diantara semua sahabat lain termasuk ketiga khalifah. Bukti yang kami tampilkan selain perkataan Imam Hasan adalah Hadis Tsaqalain. Hadis ini sebaik-baik bukti bahwa Imam Ali adalah Ahlul Bait yang menjadi pegangan bagi umat islam termasuk ketiga khalifah agar tidak tersesat. Hadis Tsaqalain adalah perkataan Rasulullah SAW yang menjadi hujjah keilmuan Imam Ali di atas semua sahabat tetapi tidak dimengerti oleh para pengingkar. Sedangkan Abu Bakar menjadi Imam shalat tidaklah menjadi hujjah keilmuan Abu Bakar di atas Imam Ali karena telah ma’ruf bahwa Rasulullah SAW sendiri manusia yang paling berilmu juga pernah bermakmum di belakang Abu Bakar. Wallahu’alam.

56 Tanggapan

  1. Memprihatinkan. Apakah tdk ada riwayat lainnya yg menunjukkan keilmuan luar biasa Abubakar sehingga harus menjadikan riwayat imam shalat sebagai bukti keilmuan? Sayangnya ini sdh menjadi doktrin yg melekat di otak salafiyyun.

    Salam

  2. Padahal sy yakin bahwa Abubakar sendiri tdk pernah merasa dan berpikir spt salafiyyun ini.

    Salam

  3. Pertamaxxx Gan.. Wuakakak…

    sekarang coba tunjukkan ada ga riwayat mengenai sahabat Nabi yang lain yang pernah diperintahkan/ditunjuk dengan tegas (bahkan dengan nada perintah yang keras) oleh Rasulullah menggantikan kedudukan beliau sebagai Imam shalat di masjib beliau di saat beliau akan wafat? sehingga jika ada orang lain yang menggantikan sahabat tersebut, beliau marah, sampai-sampai untuk urusan imam shalat ini beliau bersabda : “Mana Abu Bakar? Sesungguhnya Allah dan kaum muslimin tidak akan rela dengan ini, Sesungguhnya Allah dan kaum muslimin tidak akan rela dengan ini”? bahkan beliau marah kepada kedua istri beliau ketika mereka mengusulkan agar jangan Abu Bakar yang menjadi Imam Shalat? Ada Nggak riwayat seperti itu? apakah kekhususan ini bisa disamakan dengan Imam2 Shalat yang lain di kalangan sahabat? Mengapa beliau mengharuskan Abu Bakar yang menjadi imam shalat di saat yang genting pada masa akhir hidup beliau? mengapa beliau tidak memilih Ali atau Abdurrahman bin Auf atau Salim maula Abu Hudzaifah sebagai Imam Shalat untuk menggantikan beliau jika memang mereka lebih kredible drpada Abu Bakar? mengapa sampai beliau bersabda menyebut kerelaan Allah dan kaum muslimin dalam urusan imam shalat ini? masalah yang ditekankan di sini adalah penunjukkan beliau yang khusus kepada Abu Bakar yang unik yang jelas beliau tidak pernah lakukan kepada sahabat selain Abu Bakar yang pernah menjadi imam shalat, hatta itu Abdurrahman bin Auf, hatta Salim maula Abu Hudzaifah maupun Imam Ali sendiri.. kalo orang yang mau berfikir jernih, sangat mudah kok menerima hal ini bahwa Abu Bakar memang lebih utama daripada sahabat-sahabat lain saat itu. simple banget.. hanya S**’ *h tulen saja yang menolak dg berbagai dalih hal yang sudah jelas spt ini.. :mrgreen: wuakakakak

  4. Ketigaxx ternyata.. wuakakakak

  5. @ Imem

    jika itu memang sebuah keutamaan, mengapa abu bakar tidak menjadikan itu sebagai hujjah ketika berdebat dengan kaum Anshar di Saqifah Bani sa’idah ??? tanya mengapa ??

  6. @armand

    Memprihatinkan. Apakah tdk ada riwayat lainnya yg menunjukkan keilmuan luar biasa Abubakar sehingga harus menjadikan riwayat imam shalat sebagai bukti keilmuan?

    Nah pertanyaan yang bagus itu Mas 🙂 mari kita tunggu jawabannya

    @imem

    kok cuma menggerutu doang, Abu Bakar menjadi imam itu keutamaan untuknya, tak jadi masalah toh. Tapi tetap saja Abu Bakar diharuskan untuk berpegang teguh kepada Ahlul Bait yaitu Imam Ali agar tidak sesat, itu artinya keilmuan Imam Ali melebihi Abu bakar. Itu premis yang gampang dipahami dan gak pake tuduh-menuduh :mrgreen:

    @wong kito galo

    jika itu memang sebuah keutamaan, mengapa abu bakar tidak menjadikan itu sebagai hujjah ketika berdebat dengan kaum Anshar di Saqifah Bani sa’idah ???

    kira-kira mau dijawab apa ya? :mrgreen:

  7. Abu Bakr menjadi imam sholat, so what gitu loh…?

  8. Bukti yang kami tampilkan selain perkataan Imam Hasan adalah Hadis Tsaqalain. Hadis ini sebaik-baik bukti bahwa Imam Ali adalah Ahlul Bait yang menjadi pegangan bagi umat islam termasuk ketiga khalifah agar tidak tersesat. Hadis Tsaqalain adalah perkataan Rasulullah SAW yang menjadi hujjah keilmuan Imam Ali di atas semua sahabat

    SP, tampaknya anda berusaha memaksakan pemahaman anda mengenai hadits tsaqalain, saya pribadi tidak sependapat dengan anda bahwa hadits tsaqalain adalah bukti ahlul bait sebagai pegangan umat Islam, yang kemudian menurut logika anda, karena mereka pegangan/pedoman umat, maka mereka harus terbebas dari kesalahan (kalau istilah syi’ah, ahlul bait adlh ma’shum). menurut saya pendapat anda lemah dan terlihat tekstual, anehnya anda terburu-buru meyakininya dan mengkampanyekannya, baik saya coba bahas, hadits tershahih tentang tsaqalain ini ada pada shahih Muslim riwayat Zaid bin Arqam ra :

    “Ketahuilah wahai sekalian manusia, aku hanyalah manusia biasa, hampir datang seorang utusan Rabbku dan aku akan memenuhinya, aku tinggalkan kalian dua hal yang berat (Tsaqalain), yang pertama Kitabullah, didalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka ambilah Kitabullah itu, berpegang teguhlah. Lalu beliau melanjutkan : “Dan terhadap ahli baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku”, beliau mengulang ucapannya sampai tiga kali” (HR Muslim)

    Jelas sekali pada teks hadits tersebut yang menjadi pegangan umat adalah Kitabullah sedangkan ahlul bait salah satu hal yang berat yang diperingatkan oleh Rasulullah kepada umat-nya dan tidak ada keterangan pada teks tersebut perintah berpegang teguh kepada ahlul bait. inilah pemahaman yang benar terhadap hadits tsaqalain. kita berpegang teguh kepada ahlul bait dengan syarat jika ahlul bait tsb berpegang teguh kepada Al-Qur’an.

    Lalu apa maksud peringatan rasulullah mengenai ahlul bait beliau sampai 3 kali dan menjadikan ahlul bait menjadi salah satu dr Ats Tsaqalain? jelas terlihat kalimat beliau di atas seperti seseorang yang menitipkan sesuatu miliknya yang berharga yang dia amat sayangi dalam hal ini adalah ahlul bait (keluarga) beliau.. dan ini adalah hal yang sangat wajar, jangankan rasulullah manusia yang paling mulia yang memiliki keluarga yang mulia, kita pun jika kita akan pergi jauh dan tidak bisa membawa keluarga kita, pastilah kita akan menitipkan keluarga kita kepada orang2 yang kita percayai dengan harapan keluarga kita akan diperlakukan dengan baik, dijaga, dihormati dan diberikan hak-haknya.

    pemahaman ini sesuai dengan firman Allah :

    “…Katakanlah: Aku tidak meminta kepadamu suatu apapun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam keluargaku.” (As-Syura:23)

    Seolah-olah dalam hadits tsb Rasulullah mengetahui apa yang akan terjadi terhadap ahlul bait beliau, perlakuan umatnya terhadap ahlul bait beliau, dimana paling tidak terdapat 3 kategori sikap/perlakuan yg nyata yg eksis ada pada umat yg mengaku umat beliau terhadap ahlul bait beliau sampai hari ini yaitu :

    1. Yang membenci ahlul bait diwakili oleh kaum An-Nawashib
    2. Yang berlebihan mencintai sampai pd taraf mengkultuskan Ahlul Bait yg diwakili oleh kaum syi’ah
    3. Yang berada pada pertengahan, yaitu yang mencintai ahlul bait sesuai kedudukan mereka dan tidak mengkultuskan mereka, yg diwakili oleh ahlus sunnah

    Mungkin SP akan bertanya, dalam teks di atas hanya peringatan saja dan tidak menyebutkan mengenai perlakuan atau sikap kita kpd ahlul bait. Saya jawab, bukankah dalam hadits2 tsaqalain yg lain ada teks yang berbunyi “perhatikan bagaimana kalian memperlakukan kedua-nya (yaitu Kitabullah dan Ahlul Bait)”.

    Maka uslub hadits riwayat Muslim di atas sebagai riwayat tershahih mengenai tsaqalain yg saya pegang dalam memahami hadits-hadits tsaqalain yang lain, bukanlah sebaliknya, pemahaman hadits muslim mengikuti pemahaman hadits2 yg lain.

    Hal senada dengan teks Muslim juga terdapat pada hadits riwayat Sunan Ad Darimi dan Musnad Ahmad yang memiliki redaksi “kuperingatkan kalian akan Ahlul Baitku”, dan dalam hadis tersebut tidak terdapat indikasi untuk berpegang teguh pada Ahlul Bait.

    Lalu pertanyaan berikutnya, bagaimana dengan teks2 hadits yang lain sbgmn contohnya yg dibawakan oleh SP :

    dari Zaid bin Arqam yang berkata Nabi SAW bersabda “Aku tinggalkan untuk kalian yang apabila kalian berpegang-teguh padanya maka kalian tidak akan sesat yaitu Kitab Allah azza wa jalla dan ItrahKu Ahlul BaitKu dan keduanya tidak akan berpisah hingga kembali kepadaKu di Al Haudh. (Ma’rifat Wal Tarikh Yaqub bin Sufyan Al Fasawi 1/536)

    Hadits di ataspun (jika shahih) adalah riwayat dari sahabat yang sama spt riwayat Muslim yaitu Zaid bin Arqam ra, Maka, dalam memahami hadits di atas kita kembali pada uslub yang dipakai dalam riwayat Muslim, yang wajib di pegang teguh agar tidak sesat adalah Kitabullah, sedangkan ithrati ahlul bait adalah salah satu dari Tsaqalain yang diperingatkan oleh rasulullah, yaitu dalam perlakuan kita kepada mereka, sehingga jika kita berpegang teguh dlm memperlakukan ahlul bait dengan benar, maka kita tidak akan sesat… Mungkin timbul pertanyaan, bagaimana memperlakukan ahlul bait yang benar?, jawabannya ya berpegang teguhlah dengan kitabullah dalam hal tsb.

    Sedangkan uslub yg dipakai pada hadits Yaqub tsb adalah meringkas isi dari ats tsaqalain yaitu Kitabullah dan Ithrati ahlul bait, sedangkan penjelasan mengenai “berpegang teguh padanya” ada pada shahih Muslim.

    Lalu apa maksud kedua-nya tidak akan berpisah hingga kembali kepadaku di telaga Haudh pada hadits tsb? artinya dua-duanya akan tetap berlaku menjadi 2 peninggalan yang berat (tsaqalain) bagi umat beliau sampai kiamat, Kita dapati hingga saat ini banyak umat Islam yang tidak lagi berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan buruk perlakuan mereka thd Al-Qur’an dan kita dapati pula sampai hari ini terdapat berbagai kelompok umat sebagaimana yg telah saya sebutkan di atas dalam bersikap (berkeyakinan) terhadap ahlul bait, sehingga diantara mereka ada yang telah sesat dan menyesatkan.. maka Shadaqa Rasul Shalallahu alaihi wa sallam yang telah memperingatkan kita dengan hadits tersebut.

    Hingga keduanya kembali kepada Rasulullah di telaga Haudh. Kalau Al-Qur’an sudah jelas, nanti di akhirat bahkan akan menjadi saksi atas manusia, sedangkan ahlul bait, berdasarkan hadits tsb, maka ahlul bait akan berkumpul kembali dengan Rasulullah di akhirat nanti.

    Sebagai penguat pemahaman ini, jika memang ahlul bait menjadi pegangan bagi umat sebagaimana yg dipahami oleh Syi’ah, tentu akan banyak ayat Al-Qur’an yang menyebutkannya dengan jelas, tetapi kenyataannya yang banyak disebutkan adalah kita diperintahkan untuk ta’at kepada Allah (dalam hal ini kitabullah) dan ta’at kepada Rasul-Nya (dalam hal ini sunnah Rasul) dan (1 ayat) kemudian baru taat kepada pemimpin/amir dari kaum mukminin.

    Sehingga dalam hal ini, kedudukan ahlul bait sama dengan sahabat, yang juga merupakan hujjah bagi umat karena memang pada saat itu mereka adalah satu kurun atau generasi.

    Kesimpulan ats Tsaqalain (dua hal yang berat) adalah : Kitabullah dan Ahlul Bait, tetapi kedudukan keduanya berbeda, yang pertama (Kitabullah) lebih agung daripada yg kedua (Ahlul bait), kalimat ini juga terdapat dlm salah satu hadits2 tsaqalain (lepas dari shahih tidaknya hadits tsb), maka kitabullah-lah yang wajib dipegang teguh agar tidak sesat sedangkan ahlul bait adalah salah satu dr dua hal berat (tsaqalain) yang diperingatkan oleh Rasulullah kepada umatnya yang jika umat beliau berpegang teguh dengan Al-Qur’an dalam memperlakukan ahlul bait beliau, maka mereka tidak akan sesat. Dan Rasulullah berpesan agar kita berhati-hati dalam memperlakukan ke-duanya.

    Maka pemahaman SP dan kaum syi’ah selama ini terhadap hadits Tsaqalain adalah tidak benar.

    Wallahu A’lam bishowab.

  9. Sorry nickname saya di atas, saya ralat menjadi the best nickname : ANTIRAFIDHAH makanya perasaan kok ada sesuatu yg ngeganjel, eh ternyata….. 😆

  10. Rasulullah saw bersabda :
    Kutinggalkan padamu, yang apabila kalian berpegang denganya, niscaya kalian tidak akan sesat selamanya setelah kepergianku : KITAB ALLAH dan ‘ITRAHKU AHLU BAYTKU. sesungguhnya Allah Maha mengetahui telah berfirman kepadaku bahwa keduanya takkan berpisah sehingga berjumpa kembali denganku di al haudh.
    Bisa dicek di https://secondprince.wordpress.com/2007/07/21/hadis-tsaqalain/ atw di http://omekimai.blogspot.com/2009/09/hadith-tsaqalain-dalam-referensi.html

    Sdh jelas2x redaksional tsb memerintahkan muslimin utk berpegang teguh kpd Al Qur’an & Ahlul Bayt. Ahlul Bayt bukan hanya utk diperlakukan secara baik saja atw hanya diingat-ingat saja tp jg hrs diikuti. Sungguh aneh salafiyun di satu sisi mereka memahami nash secara literalis / tekstual tp jika nashnya berkaitan dgn keutamaan Ahlul Bayt mereka berusaha mentakwilkannya.

  11. @galo-galo wong kito

    jika itu memang sebuah keutamaan, mengapa abu bakar tidak menjadikan itu sebagai hujjah ketika berdebat dengan kaum Anshar di Saqifah Bani sa’idah ??? tanya mengapa ??

    Untuk apa ditunjukkan hal tsb kepada kaum Anshar? lha wong mereka sudah menyaksikan sendiri kok keutamaan tersebut, mereka tiap hari shalat berjama’ah dengan Abu Bakar di Masjid Nabi kok… sehingga begitu Umar mengajak mereka berbai’at serentak mereka pun mengikuti berbai’at kepada Abu Bakar, pertanyaannya sekarang, kenapa kok bisa begitu mudah & cepat kaum Anshar berbai’at kepada Abu Bakar? jawabannya ya karena mereka telah mengakui dan melihat sendiri keutamaan Abu Bakar, diantaranya yaitu Rasulullah telah menunjuk Abu Bakar sebagai Imam Shalat menggantikan beliau sebelum beliau wafat.. Simple itu Mah… wuakakakak…

  12. @rafidhah

    Nama sampeyan dah berubah ya? sejak kapan? sampeyan tinggal dimana “Anti” nya?.. wuakakakak..

    Tapi Siip juga tulisan sampeyan… wuakakak

  13. @rafidhah

    SP, tampaknya anda berusaha memaksakan pemahaman anda mengenai hadits tsaqalain, saya pribadi tidak sependapat dengan anda bahwa hadits tsaqalain adalah bukti ahlul bait sebagai pegangan umat Islam, yang kemudian menurut logika anda, karena mereka pegangan/pedoman umat, maka mereka harus terbebas dari kesalahan (kalau istilah syi’ah, ahlul bait adlh ma’shum). menurut saya pendapat anda lemah dan terlihat tekstual,

    silakan pegang pendapat anda, saya memaparkan hadis Rasulullah SAW dan berpegang dengannya

    baik saya coba bahas, hadits tershahih tentang tsaqalain ini ada pada shahih Muslim riwayat Zaid bin Arqam ra

    tershahih apanya, kedudukan hadis Muslim ini sama shahihnya dengan hadis Ma’rifat Wal Tarikh yang sudah saya bahas sebelumnya. Riwayat Yaqub Al Fasawi shahih dengan syarat Muslim 🙂

    “Ketahuilah wahai sekalian manusia, aku hanyalah manusia biasa, hampir datang seorang utusan Rabbku dan aku akan memenuhinya, aku tinggalkan kalian dua hal yang berat (Tsaqalain), yang pertama Kitabullah, didalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka ambilah Kitabullah itu, berpegang teguhlah. Lalu beliau melanjutkan : “Dan terhadap ahli baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku”, beliau mengulang ucapannya sampai tiga kali” (HR Muslim)

    terjemahan yang benar adalah Dan Ahlul BaitKu bukan Dan Terhadap Ahlul BaitKu

    Jelas sekali pada teks hadits tersebut yang menjadi pegangan umat adalah Kitabullah sedangkan ahlul bait salah satu hal yang berat yang diperingatkan oleh Rasulullah kepada umat-nya dan tidak ada keterangan pada teks tersebut perintah berpegang teguh kepada ahlul bait.

    Ada isyarat dalam hadis Muslim diatas yaitu Rasulullah SAW meninggalkan dua hal berat. Hal berat pertama yaitu Kitabullah dimana kita harus berpegang teguh dengannya, hal berat kedua adalah Ahlul Bait Rasul. Pertanyaannya, Rasulullah SAW mengingatkan tentang apa perihal Ahlul Bait?. jawabannya ada pada kata-kata sebelumnya jadi perkataan Ahlul Baitku dan peringatan tentang Ahlul Bait yang dimaksud adalah berpegang teguh. Makanya Rasul SAW mengatakan Dan Ahlul BaitKu. Bukti akan penafsiran ini adalah hadis-hadis shahih lain yang menunjukkan dengan lafaz yang jelas perintah berpegang teguh pada Ahlul bait. Bukankah kalau mau membahas hadis itu harus mengumpulkan semua hadis tentang pokok bahasan tersebut baru ditarik kesimpulan. 🙂

    Lalu apa maksud peringatan rasulullah mengenai ahlul bait beliau sampai 3 kali dan menjadikan ahlul bait menjadi salah satu dr Ats Tsaqalain? jelas terlihat kalimat beliau di atas seperti seseorang yang menitipkan sesuatu miliknya yang berharga yang dia amat sayangi dalam hal ini adalah ahlul bait (keluarga) beliau..

    Perintah tersebut ditujukan kepada Umat islam agar berpegang teguh pada Ahlul bait dan perkara ini memang sangat berat terbukti dengan banyaknya pengingkaran terhadap keharusan berpegang teguh kepada Ahlul Bait, maaf seperti yang sedang anda tunjukkan 🙂

    inilah pemahaman yang benar terhadap hadits tsaqalain. kita berpegang teguh kepada ahlul bait dengan syarat jika ahlul bait tsb berpegang teguh kepada Al-Qur’an.

    Perhatikan lafaz bahwa keduanya tidak akan berpisah sampai bertemu dengan Nabi SAW di Al Haudh. Itu artinya Ahlul bait dan Al Qur’an akan selalu bersama. Jadi ya percuma saja persyaratan anda toh Allah SWT dan RasulNya sudah menetapkan

    pemahaman ini sesuai dengan firman Allah :

    “…Katakanlah: Aku tidak meminta kepadamu suatu apapun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam keluargaku.” (As-Syura:23)

    Seolah-olah dalam hadits tsb Rasulullah mengetahui apa yang akan terjadi terhadap ahlul bait beliau, perlakuan umatnya terhadap ahlul bait beliau, dimana paling tidak terdapat 3 kategori sikap/perlakuan yg nyata yg eksis ada pada umat yg mengaku umat beliau terhadap ahlul bait beliau sampai hari ini yaitu :

    1. Yang membenci ahlul bait diwakili oleh kaum An-Nawashib
    2. Yang berlebihan mencintai sampai pd taraf mengkultuskan Ahlul Bait yg diwakili oleh kaum syi’ah
    3. Yang berada pada pertengahan, yaitu yang mencintai ahlul bait sesuai kedudukan mereka dan tidak mengkultuskan mereka, yg diwakili oleh ahlus sunnah

    Jikapun perkataan anda ini benar maka apa buktinya kata-kata ini merupakan penjelasan hadis Tsaqalain. Menafsirkan itu harus dengan dasar bukti bukan dengan asumsi. Bukti penafsiran saya dapat anda lihat di hadis-hadis shahih lain dengan lafaz tegas dan jelas “berpegang teguh pada Ahlul Bait”.

    Mungkin SP akan bertanya, dalam teks di atas hanya peringatan saja dan tidak menyebutkan mengenai perlakuan atau sikap kita kpd ahlul bait. Saya jawab, bukankah dalam hadits2 tsaqalain yg lain ada teks yang berbunyi “perhatikan bagaimana kalian memperlakukan kedua-nya (yaitu Kitabullah dan Ahlul Bait)”.

    kalau begitu itu malah memberatkan hujjah anda sendiri. Maksud memperlakukan keduanya adalah bagaimana sikap umat terhadap keduanya, apakah keduanya akan dipegang teguh atau akan ditolak?. Sayangnya anda menafsirkan dua hal yang sama dengan tafsiran yang berbeda. Apakah menurut anda yang dimaksud memperlakukan Kitab Allah dalam hadis di atas adalah menghormatinya dan memuliakannya saja?.

    Maka uslub hadits riwayat Muslim di atas sebagai riwayat tershahih mengenai tsaqalain yg saya pegang dalam memahami hadits-hadits tsaqalain yang lain, bukanlah sebaliknya, pemahaman hadits muslim mengikuti pemahaman hadits2 yg lain.

    Pemahaman yang mengada-ada. Hadis riwayat Muslim tidak memiliki uslub seperti yang anda bilang yaitu menghormati dan memuliakan Ahlul bait. Hadis riwayat Muslim yang anda klaim tershahih justru mengisyaratkan berpegang teguh. Memberi peringatan harus dengan penjelasan, tidak mungkin Rasul SAW tidak memberi penjelasan dalam hadis di atas soal peringatan perihal Ahlul Bait. Maka dari itu penjelasan tersebut sudah pasti ada dalam hadis itu yaitu pada kata-kata berpegang teguh. lafal Ahlul Bait terikat dengan kata berpegang teguh, hanya itu yang dapat diapahami jika mengandalkan riwayat Muslim saja. Pahamilah itu, apalagi jika ditambah dengan hadis lafaz lain yang sangat tegas tentang keharusan berpegang teguh.

    Hal senada dengan teks Muslim juga terdapat pada hadits riwayat Sunan Ad Darimi dan Musnad Ahmad yang memiliki redaksi “kuperingatkan kalian akan Ahlul Baitku”, dan dalam hadis tersebut tidak terdapat indikasi untuk berpegang teguh pada Ahlul Bait.

    Maafkan kalau menurut saya hujjah anda ini lucu sekali, dalam hadis-hadis yang anda kutip bahkan tidak ada indikasi dijaga, diperlakukan dengan baik dan dihormati hak-haknya. Hal-hal seperti itu adalah benar tetapi bukan makna hadis Tsaqalain.

    Lalu pertanyaan berikutnya, bagaimana dengan teks2 hadits yang lain sbgmn contohnya yg dibawakan oleh SP :

    dari Zaid bin Arqam yang berkata Nabi SAW bersabda “Aku tinggalkan untuk kalian yang apabila kalian berpegang-teguh padanya maka kalian tidak akan sesat yaitu Kitab Allah azza wa jalla dan ItrahKu Ahlul BaitKu dan keduanya tidak akan berpisah hingga kembali kepadaKu di Al Haudh. (Ma’rifat Wal Tarikh Yaqub bin Sufyan Al Fasawi 1/536)

    Hadits di ataspun (jika shahih) adalah riwayat dari sahabat yang sama spt riwayat Muslim yaitu Zaid bin Arqam ra,

    Sudah jelas shahih, itu hadis perawinya dijadikan hujjah oleh Muslim makanya shahih menurut syarat Muslim. Itu artinya hadis Zaid justru menolak asumsi-asumsi yang anda kenakan padanya

    Maka, dalam memahami hadits di atas kita kembali pada uslub yang dipakai dalam riwayat Muslim, yang wajib di pegang teguh agar tidak sesat adalah Kitabullah, sedangkan ithrati ahlul bait adalah salah satu dari Tsaqalain yang diperingatkan oleh rasulullah, yaitu dalam perlakuan kita kepada mereka, sehingga jika kita berpegang teguh dlm memperlakukan ahlul bait dengan benar, maka kita tidak akan sesat…

    Hadis yang jelas seharusnya menjadi penjelas bagi yang samar atau yang berisyarat. Ini adalah kaidah yang benar bukan yang jelas malah dibuat samar-samar. Rasulullah SAW mengatakan berpegang teguh pada keduanya, eh anda bilang nggak cuma satu saja, yah silakan saja deh 🙂

    Mungkin timbul pertanyaan, bagaimana memperlakukan ahlul bait yang benar?, jawabannya ya berpegang teguhlah dengan kitabullah dalam hal tsb.

    Muter-muter saja terus :mrgreen:

    Sedangkan uslub yg dipakai pada hadits Yaqub tsb adalah meringkas isi dari ats tsaqalain yaitu Kitabullah dan Ithrati ahlul bait, sedangkan penjelasan mengenai “berpegang teguh padanya” ada pada shahih Muslim.

    Hadis Yaqub penjelas bagi Hadis Muslim. Pada dasarnya hadis Muslim mengikut pada hadis Yaqub karena indikasi hadisnya sangat jelas. Sedangkan penafsiran anda bisa dibilang mengada-ada. Tidak ada indikasi dalam hadis Muslim yang menunjukkan soal penghormatan dan perlakuan baik.

    Lalu apa maksud kedua-nya tidak akan berpisah hingga kembali kepadaku di telaga Haudh pada hadits tsb? artinya dua-duanya akan tetap berlaku menjadi 2 peninggalan yang berat (tsaqalain) bagi umat beliau sampai kiamat, Kita dapati hingga saat ini banyak umat Islam yang tidak lagi berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan buruk perlakuan mereka thd Al-Qur’an dan kita dapati pula sampai hari ini terdapat berbagai kelompok umat sebagaimana yg telah saya sebutkan di atas dalam bersikap (berkeyakinan) terhadap ahlul bait, sehingga diantara mereka ada yang telah sesat dan menyesatkan.. maka Shadaqa Rasul Shalallahu alaihi wa sallam yang telah memperingatkan kita dengan hadits tersebut.

    satu lagi penafsiran yang mengada-ada. Kedua hal yang tidak berpisah disana adalah Al Qur’an dan Ithrati Ahlul Bait, dalam arti keduanya akan selalu bersama dalam kebenaran.

    Sebagai penguat pemahaman ini, jika memang ahlul bait menjadi pegangan bagi umat sebagaimana yg dipahami oleh Syi’ah, tentu akan banyak ayat Al-Qur’an yang menyebutkannya dengan jelas, tetapi kenyataannya yang banyak disebutkan adalah kita diperintahkan untuk ta’at kepada Allah (dalam hal ini kitabullah) dan ta’at kepada Rasul-Nya (dalam hal ini sunnah Rasul) dan (1 ayat) kemudian baru taat kepada pemimpin/amir dari kaum mukminin.

    Lha kalau memang taat kepada Allah dan Rasulnya maka taatilah perkataan Rasul SAW dalam hadis Tsaqalain soal berpegang teguh pada Kitab Allah dan Ahlul Bait.

    Sehingga dalam hal ini, kedudukan ahlul bait sama dengan sahabat, yang juga merupakan hujjah bagi umat karena memang pada saat itu mereka adalah satu kurun atau generasi.

    Oooh ujung-ujungnya kesana, perhatikan dengan baik Ahlul bait sebagai hujjah jelas terbukti dalam hadis Tsaqalain sedangkan sahabat sebagai hujjah tidak ada dalilnya. btw pada dasarnya sahabat itu memang bukan hujjah kok, mereka para sahabat itu adalah orang yang diperingatkan Rasul SAW untuk berpegang teguh pada Kitab Allah dan Ahlul bait. Mau bilang sama ya terserah, keyakinan mah tidak bisa dipaksa.

    Kesimpulan ats Tsaqalain (dua hal yang berat) adalah : Kitabullah dan Ahlul Bait, tetapi kedudukan keduanya berbeda, yang pertama (Kitabullah) lebih agung daripada yg kedua (Ahlul bait), kalimat ini juga terdapat dlm salah satu hadits2 tsaqalain (lepas dari shahih tidaknya hadits tsb), maka kitabullah-lah yang wajib dipegang teguh agar tidak sesat sedangkan ahlul bait adalah salah satu dr dua hal berat (tsaqalain) yang diperingatkan oleh Rasulullah kepada umatnya yang jika umat beliau berpegang teguh dengan Al-Qur’an dalam memperlakukan ahlul bait beliau, maka mereka tidak akan sesat. Dan Rasulullah berpesan agar kita berhati-hati dalam memperlakukan ke-duanya.

    Silakan kesimpulan anda itu hanyalah asumsi anda yang anda masukkan begitu saja ke dalam hadis Tsaqalain. Seharusnya yang anda lakukan adalah memahami hadis Tsaqalain dengan benar tanpa dipengaruhi mahzab apapun.

    Maka pemahaman SP dan kaum syi’ah selama ini terhadap hadits Tsaqalain adalah tidak benar.

    Terserah kata anda, benar atau tidak pemahaman tergantung pada hadisnya sendiri. Jika hadisnya berbicara demikian maka yang benar adalah yang mengikuti hadis tersebut bukan orang yang mencari-cari dalih untuk menakwilkan hadis tersebut agar sesuai dengan keyakinannya. Maaf lain kali kalau mau bahas hadis Tsaqalain ya diskusinya di tulisan tentang hadis Tsaqalain. silakan baca yang ini, pas buat anda https://secondprince.wordpress.com/2007/10/30/kritik-terhadap-distorsi-hadis-tsaqalain/
    btw tumben pakai nickname rafidhah :mrgreen:

  14. @imem

    Untuk apa ditunjukkan hal tsb kepada kaum Anshar? lha wong mereka sudah menyaksikan sendiri kok keutamaan tersebut, mereka tiap hari shalat berjama’ah dengan Abu Bakar di Masjid Nabi kok…

    Justru pertanyaannya kalau memang begitu kaum Anshar kok ribut-ribut di Saqifah bukannya malah menunggu sampai pemakaman Rasul SAW selesai kemudian berbondong-bondong membaiat Abu Bakar, bagusnya kan kayak gitu :mrgreen:
    btw kaum anshar itu kira-kira ikut Pasukan Usamah gak ya 🙄

    Nama sampeyan dah berubah ya? sejak kapan? sampeyan tinggal dimana “Anti” nya?.. wuakakakak..

    Tapi Siip juga tulisan sampeyan… wuakakak

    Diem aja deh situ, jangan meributkan yang tidak-tidak 😛

  15. @SP & all
    Mas tolong jangan terpengaruh dengan pembawa fitnah. Coba dicek penulisan yang mengatas namakan Rafidhah pd tgl 5 oktober 2009 jam 10.14 dan dikomentari mas pada tgl 6 oktober 2009 jam 12.15. Saya dengan tegas mengatakan bahwa itu bukan komentar saya. Tolong mas diklarifikasikan supaya fitnah ini tidak berlanjut.
    @imem
    Terimah kasih anda telah membuka kedoknya Antirafidhah. dia meninggalkan Antinya dan memakai nama saya. Wasalam

  16. @rafidhah

    Sepertinya bukan rafidhah yg sy kenal sebelumnya.

    Mungkin timbul pertanyaan, bagaimana memperlakukan ahlul bait yang benar?, jawabannya ya berpegang teguhlah dengan kitabullah dalam hal tsb.

    Ini sih dalih hanya utk menghindari keharusan berpegang kepada ahlulbait dgn menjadikan Alquran sebagai bemper. Jadi anda mengharapkan tdk ada petunjuk yg jelas dalam AQ utk berpegang teguh dan memuliakan ahlulbait, bukan? Dan bukankah menurut tafsir manhaj anda terhdp AQ tdk ada kewajiban utk hal demikian kepada ahlulbait, bukan?

    Cara2 memutar dan berpikir licin spt ini memang hanya dimiliki oleh manusia2 yg memiliki sesuatu di hatinya atas kemuliaan ahlulbait.

    Padahal jawaban utk hal itu kan mudah saja?

    Bagaimana memperlakukan ahlulbait yg benar? Anda toh bisa menjawab salah satu dari ini:
    (1) Memuliakan mereka
    (2) Berpegang teguh kepda mereka
    (3) Tidak perlu berpegang teguh
    (4) Tdk perlu memuliakan
    (5) dll

    Mengapa wahai rafidhah, anda ingin melemparkan kekeliruan sikap dan pandangan anda itu ke AQ yg notabene suci dari segala kekeliruan?

    Salam

  17. @rafidhah
    tenang saja Mas, saya tahu betul siapa yang komentar :mrgreen:

  18. @All
    akan lebih baik kalau lanjut diskusi hadis Tsaqalain di link yang saya berikan itu 🙂

  19. @ imem

    anda pernah baca sejarah tentang peristiwa saqifah nggak seh??

    (kaya’nya nggak deh..)

    he he he

  20. @SP
    Terima kasih. Wasalam

  21. @pencatut nama “rafidhah”
    Anda menyampaikan hadits dalam Shahih Muslim sbb:“Ketahuilah wahai sekalian manusia, aku hanyalah manusia biasa, hampir datang seorang utusan Rabbku dan aku akan memenuhinya, aku tinggalkan kalian dua hal yang berat (Tsaqalain), yang pertama Kitabullah, didalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka ambilah Kitabullah itu, berpegang teguhlah. Lalu beliau melanjutkan : “Dan terhadap ahli baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku”, beliau mengulang ucapannya sampai tiga kali” (HR Muslim)

    Anda telah merobah teksnya hingga anda menafsirkan seenaknya.
    Anda menganggap perhatian Rasul terhadap Ahlulbait lebih diutamakan dari pada umat Rasul. SALAH. Ahlulbait Rasul dan Itrahti tidak mengharapkan untuk diperhatikan. Kedudukan mereka disejajarkan dengan Alqur’an yang disabdakan Rasul berdasarkan WAHYU itu untuk kepentingan kita umat Rasul.
    Kedudukan Ahlulbait adalah dalam Tsaqalain merupakan pengganti Rasul dalam menjelaskan Alqur’an. Sebab tidak ada yang mampu menjelaskan Alqur’an terkecuali Ahlulbait Rasul dan Itrahnya.
    Mereka adalah pengganti Rasul dalam menjelaskan Alqur’an untuk Umat ini. Karena merekalah yang memiliki Ilmu Hikmah.

  22. Imem/Salafiyyun

    Kembali ke Abubakar sebagai imam shalat;

    Apakah tdk ada riwayat lainnya yg menunjukkan keilmuan luar biasa Abubakar sehingga harus menjadikan riwayat imam shalat sebagai bukti keilmuan?

    Beberapa kemungkinan Abubakar menjadi imam shalat yg pantas utk dipertimbangkan, alih2 dianggap sebagai bakal pengganti Rasul saw?

    (1) Sebagai penghormatan oleh Rasul saw karena umur beliau yg tua
    (2) Sebagai penghormatan oleh Rasul saw thd mertua
    (3) Tiba giliran beliau utk menjadi imam
    (4) Atas permintaan Abubakar sendiri dimana Rasul saw memberikan ijinnya.

    Salam

  23. Mereka yang beranggapan Abubakar menjadi Imam maka ia pantas menjadi khalifah dan lebih berilmu dari Imam Ali as. Dengan menjadi Imam Mesjid Imam Shalat sudah pantaskah menjadi Imam para Mukmin?
    Menurut pendapat saya Abubakar berambisi menjadi pemimpin umat. Karena tidak ada cara lain/tdk mempunyai kemampuan yang bisa ditempuh untuk diakui sebagai pemimpin maka Abubakar mengambil kesempatan pada waktu Rasulullah sakit, meminta izin pada Rasul utk memimpin Shalat.
    Saya hanya ingin menjawab pertanyaan sdr armand di point 3 & 4

  24. Hehehe…jadi inget ma blogger yang suka pak nama banyak untuk berkomentar di blognya sendiri hanya untuk menunjukkan bahwa banyak orang yang sependapat dengan pemikirannya. menjijikan betul.

  25. JIKA benar Abubakar adalah telah menjadi Imam Sholat, maka batalah semua Hadist yg meragukan ke shidikan Beliau
    karena Hadist tsb benar sesuai dengan
    QS:Al-Kahfi/18:28: “… dan janganlah kamu mengikui orang yg hatinya telah kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keaadan yg melewati batas”
    ????????????????

  26. anda syiah ya,
    kalau syiah ya wajar2 aja

  27. @ishaq
    maaf saya bukan syiah, dan apa hubungannya dengan tulisan saya di atas, boleh tahu yang menurut anda wajar itu yang mana?
    salam

  28. @ SP, ini saya kutip dari hasil tejemahan anda di https://secondprince.wordpress.com/2007/07/21/hadis-tsaqalain/ (link yg anda rujuk), pada hadis yang diriwayatkan Muslim no 4425
    … Kemudian Beliau melanjutkan, “dan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian akan Ahlul Bait-Ku”.

    Saya nukil text arabnya:
    ثم قال وأهل بيتي أذكركم الله في أهل بيتي أذكركم الله في أهل بيتي أذكركم الله في أهل بيتي,

    Apakah sudah benar terjemah dalam bahasa Indonesianya seperti itu?
    @ all, dalam text arabnya tertulis kalimat “Allah”, sementara di terjemahannya tidak disertakan.
    Harapan saya kepada antum (boleh kan?) agar terjemahkanlah secara benar sesuai kaidah bahasa arab dan secara keseluruhan, karena akan berpengaruh pada arti dan maksudnya.
    Wallahu ‘alam bishawab.
    Thanks yaa.

  29. @Tatang
    sudah disesuaikan dengan yang anda maksud, silakan dicek, tapi boleh saya tanya satu hal

    Harapan saya kepada antum (boleh kan?) agar terjemahkanlah secara benar sesuai kaidah bahasa arab dan secara keseluruhan, karena akan berpengaruh pada arti dan maksudnya.

    menurut anda apa pengaruh pada arti dan maksud dalam hadis Tsaqalain yang kita bicarakan ini?.
    tolong dijawab ke link hadis Tsaqalain saja, pembahasan hadis Tsaqalain cukup disana saja. btw maaf anda tidak perlu mengulang komentar sama di tempat yang lain, cukup satu kali saja dan pasti saya baca, thanks 🙂
    salam

  30. Tidak ada dalam satu haditspun bahwa Rasulullah saw menunjuk Abubakar sebagai khalifah.

    Wassalam

  31. wah wah wah… egen syiah g habis2nya tuk menyatkan ali adalah khalifah setelah RAsulullah salallahuialiwassalam wafat n “katanya” ada hadis yang mengisyaratkan hal itu..??? hadis buatan syiah mah emang begitlah mas2 yang agama syiah. agama islam udah tau kok abu bakar radiallahuanhu lah yang menjadi imam setelah wafatanya baginda nabi islam Muhammad RAsulullah salallahuialiwassalam (bukan nabi agama syiah si abdullah bin saba al yahudi laknattullah). udahlah blog2 agama syiah yang bertopeng pecinta ahlu bait semu (syiah rafidha,sufi..dlll) g bakalan kalian bisa menipu ahlussunnah kecuali orang2 yang awam dan muqollid manut kata kiyaine yang mengikuti hawa nafsu yang menjadikan hawa nafsu sebagai illahnya menafsirkan dengan sikon hawanya juga (seperti yang empunya blog ini lho). see you

  32. @ abu jufri

    anda nglindur ya??

  33. @abu jufri

    sudahlah mas abu, kalau ente sdh kehabisan argumentasi engga usah berkomentar spt org yg putus asa begitu, karena kelihatannya “stock” hadis yg mendukung keutamaan Abu Bakar sdh habis semua karena ternyata hadisnya semuanya palsu !

    SP, bongkar terus hadis2 palsu !

  34. 437 . Dari lbnu Mas’ud rodhiyallohu anhu, ia berkata: Rosululloh Shollallohu ‘alaihiwa Sallam bersabda “Yang menjadii imam suatu kaum adalah yang paling aqro'(paling banyak hafalan dan fasih bacaannya)terhadap Kitabulloh. Jika dalam bacaan sama, maka yang paling berilmu tentang sunnah. Jika pengetahuan sunnahnya sama, maka yang lebih dahulu hijrah. Jika hijrahnya sama, maka yang paling dahulu masuk Islam dalam sebuah riwayat : yang paling tua dan janganlah seseorang mengimami orang lain dalarm wilayah kekuasaannya jangan pula duduk di rumahnya di atas tempat kehormatannya kecuali dengan izinnya.” Diriwayatkan oleh Muslim. (Bulughul Maram, hal. 166)

  35. 437 . Dari lbnu Mas’ud rodhiyallohu anhu, ia berkata: Rosululloh Shollallohu ‘alaihiwa Sallam bersabda “Yang menjadii imam suatu kaum adalah yang paling :
    1. aqro'(paling banyak hafalan dan fasih bacaannya)terhadap Kitabulloh.
    Jika dalam bacaan sama, maka
    2. yang paling berilmu tentang sunnah.
    Jika pengetahuan sunnahnya sama, maka
    3. yang lebih dahulu hijrah.
    Jika hijrahnya sama, maka
    4. yang paling dahulu masuk Islam
    dalam sebuah riwayat :
    5. yang paling tua
    dan janganlah seseorang mengimami orang lain dalam wilayah kekuasaannya jangan pula duduk di rumahnya di atas tempat kehormatannya kecuali dengan izinnya.” Diriwayatkan oleh Muslim. (Bulughul Maram, hal. 166)

  36. Saya turut berduka cita atas terbongkarnya kebusukan salafy.

  37. Tak Perlu menilai siapa yang paling berilmu…..
    karena yang punya alasan menunjuk Abu Bakar, Ra untuk mengimami Sholat adalah Rasulullah sendiri. dan yang meyakini bahwa Ali yang paling tinggi ilmunya juga tidak perlu kebakaran jenggot…

    Kenapa begitu…???

    Karena yang sahabat diperselisihkan saja tidak beradu mulut tentang keilmuan mereka dan bahkan Rasulullah sendiri tidak membanggakan salah satu sahabatnya (lihat : Sirah Nabawiah).

    Untuk penulis:
    Jika anda gerah dengan salah satu pernyataan janganlah membawa nama Salaf..

    Seperti yang kita ketahui bahwa ke Empat Imam (Sunni) Mazhab (Syafi’i, Hanafi, Hambali, Maliki) adalah Imam Salaf.
    dan Imam Ja’far As-Sidiq (Syiah) juga adalah Imam Salaf… kita adalah Salaf dan kita semua adalah Ahlusunnah wal jamaah….

    jauhkan fanatisme mazhab dan buka hati kita untuk menerima saudara kita yang berbeda mazhab. karena kebenaran adalah milik Allah..

  38. wah sayang sekali blog yg bagus ini kemasukan org gila…

  39. @deddy

    wah sayang sekali blog yg bagus ini kemasukan org gila…

    insya Allah, yang gila bakal dianggap spam, jadi tenang sajalah 🙂

  40. @Al Bantani

    Tak Perlu menilai siapa yang paling berilmu…..
    karena yang punya alasan menunjuk Abu Bakar, Ra untuk mengimami Sholat adalah Rasulullah sendiri. dan yang meyakini bahwa Ali yang paling tinggi ilmunya juga tidak perlu kebakaran jenggot…

    Kalau saya sih biasa saja, namanya tulisan hanya memaparkan pandangan, yang penting berbeda dengan santun. Perbedaan itu biasa asal ada dasarnya. Seandainya salafy bisa menghormati mahzab lain maka insya Allah mahzab lain akan menghormati mereka.

    Kenapa begitu…???

    Karena yang sahabat diperselisihkan saja tidak beradu mulut tentang keilmuan mereka dan bahkan Rasulullah sendiri tidak membanggakan salah satu sahabatnya (lihat : Sirah Nabawiah).

    Rasulullah SAW telah melebihkan Ahlul Bait di atas semua sahabat dan itu adalah hujjah yang paling nyata 🙂

    Untuk penulis:
    Jika anda gerah dengan salah satu pernyataan janganlah membawa nama Salaf..

    Saya tidak gerah dengan salaf saya cuma menanggapi pandangan salafy yang keliru 🙂

    Seperti yang kita ketahui bahwa ke Empat Imam (Sunni) Mazhab (Syafi’i, Hanafi, Hambali, Maliki) adalah Imam Salaf.
    dan Imam Ja’far As-Sidiq (Syiah) juga adalah Imam Salaf… kita adalah Salaf dan kita semua adalah Ahlusunnah wal jamaah….

    Saya tidak masalah dengan “Salaf”

    jauhkan fanatisme mazhab dan buka hati kita untuk menerima saudara kita yang berbeda mazhab. karena kebenaran adalah milik Allah..

    Insya Allah blog ini bersandar pada kebenaran sejauh yang saya bisa, dan saya tidak fanatik terhadap mahzab, btw saya tidak bermahzab kok. Yang mana yang benar saya ambil darimanapun itu berasal
    Salam

  41. iPhone,blackberry,iPod,PSP,PS3,nitendo wii atau gadget mantap lain GRATIS dikirim kerumah.. MAU?? klik gue..

  42. @ressay
    Saya turut berduka cita atas terbongkarnya kebusukan salafy.
    _______
    ane says,,, g salah tuh ucapan ent say,, apa g kebalik tuh perkataan anta, lha udah nyata2 kalianlah yang terbongkar masih ngeles, mungkin tuk nyenangi hati kalian aja yah n ngibur sendiri kalo alasan gitu ya boleh2 ajalah,

  43. Gak salah tuh. Salafy sudah dikuliti. Ndak ada artinya lagi

  44. lha itu emang kerjaan kalian (yahudi) menguliti ahlussunnah, emang kalian itu g malu udah ditelanjangi akidah nyasar n sesat malah berontak g terima, pake dalih taqiyah lage. harusnya tutup dulu pake baju ato celana tapi sia2 tuh yang namanya borok tetap tercium walau ditutupi pake sutra sekalian. n sekarang tuh ada diberita gambar pin Rasul yang KATANYA Muhammad sallallahualaihiwassalam berdasarkan pengakuan orang tersebut dari IRAN (negeri PArsi KUfur bekas kerajaan parsi majusi sang penyembah berhala), tapi itu lebih mugkin nabinya kalian karena kalian kan percaya tuhan kalian g sama ama tuhannya abu bakar n juga qur,annya juga nabinya, lengkaaaap dech,,, MAu ngomongin SYIAH lage yang katanya pembela ahlubait…?? kalo pembela agama kalian (syiah) ya itu baru dibenarkan brur. jangan ngaku2 agama islam yah, islam itu g sama dengan syiah -rafidha,qaramitha,ismaiiliya -(yahudi) bagaikan air dan api. langit dan bumi. hitam dan putih….. see you

  45. @abu jufri
    kalau menggigau, tolong cari tempat lain. gak ada satupun kata-kata anda yang nyangkut ke tema tulisan saya di atas. 🙂

  46. @SP
    sdr abu jufri bukan mengigau tapi baru dicokoki nasabi sampai mabuk. Biasa orang mabuk ngomongnya ngelantur. Wasalam

  47. @ aburahat

    iya nich, sayang banget blog sebagus ini dimasukin orang mabuk. ga nyambung blazt…………….

    @ abu jufri

    coba sekali kali bikin blog juga untuk kita2 biar kita jadi pinter bukan show kebodohan terus apalagi coment2 n copas2 ngawur ga da faedahnya….,
    tambah dosa iya. cian dech lu…………………

    salam

  48. hehehe… udah males yah mo jawab ane, mangkanya bung, kalo mau kebenaran itu mah jangan ngikuti hati . tapi cari ilmu nyang bener jangan jangan dari orientalis, kalian paling suka ngambil dari sejarah2 orinetalis yang membenci islam, apa lage akidah kalian udah kebongkar kedoknya ato boroknya ama “SYAIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYAH RAHIMAHULLAH” DAN SYAIKH MUHAMMAD IBN ABDUL WAHHAB RAHIMAHULLAH” “DAN ORANG2 YANG MENGIKUTI SALAF ASSHALIH YANG KALIAN CAP WAHHABI” KALIAN hadis shahih diselewengi maknanya, ato hadis dhoif dikuatkan n bise jadi shahih,kalo males jangan buat artikelnya pak “syiah” ato ente2 yang dukung blog ini. kalo dibilang cari kebenaran ya di cari bener2 dong jangan asal membebek ma ucapan2 manis orientalis2 n misionaris syiah dong’ (BTW UDAH TAU BLON YA KALIAN SYIAH RAFIDHA, QARAMITHA, DLL. ITU BUKAN ISLAM )…!!!! SEE U

  49. @abu jufri
    Pernah anda dengar/alami ada yang mau menjawab pertanyaan ORANG MABUK? Yang menjawab pertanyaan orang mabuk hanya mereka yang sama2 mabuk

  50. @ Abu Jufri

    nglindur nya panjang amat pak…..

  51. Yah gitulah org lemah akal. K’lo dia tdk bs membantah argumen / pendapat lawannya dia akan menyerang subjeknya / orgnya. Pasti bakal blg: ini orientalislah, Syi’ahlah dll. Lalu mengekor/bertaqlid mati2x-an thd individu pujaannya spt IBNU TAYMIYYAH, IBNU ABDUL WAHAB (emangnya hanya 2 ulama ini ajah yg plg bener?) walaupun akan dituntun sampe masuk ke lubang biawak.

  52. terlepas dari sosok USWAH, aku yang bodoh ini gak sampai fikir 🙂

    sementara di fiqih diatur kaifiah shalat orang yang tengah sakit dan tidak ada larangan baginya menjadi IMAM, tetapi dalam salah satu hadis di atas Rasulullah SAW bahkan menjadi makmum

  53. Syi’ah Bukan Islam La’natullah ‘alaih. Ngakunya ahlu bait, tetapi membenci istri Rasulullah saw bahkan sahabat-sahabatnya. Kalian bukanlah islam.

  54. Syi’ah Bukan Islam. Syiah La’natullah ‘alaih. Ngakunya ahlu bait, tetapi membenci istri Rasulullah saw bahkan sahabat-sahabatnya. Kalian bukanlah islam.

  55. Insyaallah, ini sebuah diskusi yg menarik, seperti juga saya biasa diskusi di suatu pogram paska sarjana. Saya mohon ampun kpd Allah, rasanya cara kajian Bung SP lebih adil dan lurus. Memang kebenaran itu harus diraih dg cara jujur, sabar, ikhlas, dan tanpa rasa benci atau prasangka negatif duluan …. Wallahu a’lam.

  56. Ini mah akal2an syiah…
    Masalahnya ketika rosul sakit, beliau saw sendiri yg menunjuk abu bakar mjd imam sholat, beda kasus dg abd.rahman b auf ketika m’imami sholat…

Tinggalkan komentar