Keanehan Di Waktu Berbuka

Keanehan Di Waktu Berbuka

Kejadian ini terjadi tepat setahun yang lalu, yaitu ketika ada acara buka puasa bersama. Seperti biasa acaranya didahului oleh ceramah-ceramah seputar puasa di bulan Ramadhan. Nah yang saya ingat salah satu yang disampaikan oleh Pak Ustad itu adalah menyegerakan berbuka. Intinya dia bilang kalau sudah masuk waktunya maka cepat-cepat berbuka jangan ditunda-tunda. Ah ini sih lagu lama ya kan, udah dari kecil dibilangin kayak begini. Jadi ngerasa bosan aja dengerin ceramah Pak Ustad itu.

 

minuman segar

Sampai tibalah waktu berbuka, ada para ikhwan yang membagikan makanan kecil dan air putih sama sirup(kalau gak salah). Jeleder, Allahuakbar Allahuakbar, akhirnya buka juga, dan semuanya dengan sigap langsung menyantap minuman dan melahap habis makanan kecil yang diberikan. Semua? Eh ternyata nggak, ada yang aneh, ada satu orang(ceritanya sih kayaknya cuma satu) ikhwan yang tidak menyentuh makanan dan minuman itu sama sekali. Kebanyakan orang disitu sih punya kesibukan sendiri(makan) jadi gak memperhatikan tetapi ada beberapa orang yang terheran-heran dengan gelagat aneh ikhwan satu ini. Nggak puasa ya?

Masa’ sih gak puasa, sakit ah kelihatannya sehat, halangan gak mungkin banget, muslim pasti dong, kalau nggak ngapain dia disitu kan acaranya buka puasa bersama, jadi kenapa tuh orang?. Sampai waktu shalat maghrib berjamaah ternyata makanan dan minumannya masih aja disitu. Akhirnya hal itu cukup mengundang perhatian beberapa orang lagi. Baru setelah selesai shalat berjamaah, si ikhwan itu langsung keluar melihat langit, tersenyum(sepertinya dia senang diam-diam diperhatikan orang) kemudian masuk lagi kedalam, langsung minum dan menyantap makanan yang tadinya nggak digubris sedikitpun. Walah ternyata dia baru berbuka toh, ni orang rada mudeng apa, gak dengerin ya waktu ceramah tadi Pak Ustad bilang nggak baik menunda-nunda berbuka.

Ah peduli amat terserah orang kan mau ngapain. Baru besoknya ada seorang teman yang bertanya pada saya. Eh kenapa ya orang Syiah itu suka menunda-nunda berbuka?. Walah kok tiba-tiba gini, saya jawab ah saya nggak tahu kok soal itu, memang kamu tahu dari mana?. Terus dia bilang ”nggak apa-apa Cuma tanya aja”(gak persis gini habisnya udah lama sih, jadi saya ingat seadanya). Saya berpikir dan ternyata saya ingat peristiwa waktu berbuka kemarin(baru sadar sih ternyata berkaitan dengan perilaku aneh si ikhwan kemarin), ”oooh begitu toh ternyata orang itu dikira Syiah ya”. Akhirnya saya jelasin dengan teman saya itu. Syiah nggak pernah menunda berbuka, jika sudah masuk waktu berbuka mereka pasti berbuka. Hanya saja terjadi perbedaan dalam menentukan kapan waktu berbukanya. Yang saya tahu sih agak lebih lamaan dikit dibanding kita(10-15 menit). Ada dalilnya kok mereka, kebetulan waktu itu banyak yang bawa Al Quran(maklum bulan puasa), jadi saya suruh buka Al Quran Al Baqarah ayat 187, terjemahannya seperti ini

7814rc.jpg

…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai(datang) malam…..(QS Al Baqarah 187)

Sengaja saya singkat karena malas nulisnya, tetapi kalau ada yang beranggapan saya memutilasi ayat, ya sudah lihat aja langsung , kan beres toh. Jadi saya teruskan penjelasan saya bahwa dari ayat ini mereka menarik kesimpulan waktu puasa itu dari fajar sampai datang malam. Datang malam bisa dipersepsi ketika hari sudah mulai gelap(sinar matahari sudah tidak ada lagi), nah kalau waktu azan maghrib itu masih akhir sore belum gelap makanya ditunggu sampai agak gelap, Kira-kira begitu. Beda penafsiran kayaknya

matahari tebenam

Terus dia bertanya kalau begitu kok kita bukanya waktu azan maghrib. Saya jawab “kan udah dibilang beda penafsiran, berdasarkan hadis-hadis yang diterima disisi Sunni maka datang malam itu waktu terbenam matahari (terbenam matahari itu azan maghrib) walaupun sinarnya masih ada, kalau Syiah mah memakai hadis-hadis disisi mereka dari Imam Ahlul Bait as yang menguatkan pendapat mereka(ingin tahu lebih jelas lihat disini)”. Teman saya itu akhirnya puas dengan penjelasan saya, terus saya tanya ”ini soal kemarin ya”, dia ngaku juga. Rupanya dia baru ngobrol dengan seseorang tentang peristiwa kemarin. Orang yang diajaknya ngobrol itu kayaknya beranggapan ”ikhwan yang lucu” kemarin itu Syiah makanya dia menunda-nunda berbuka. Ck ck ck miskonsepsion. Jelas mana bisa dong orang dilabel semudah itu. Manusia itu dinamis dan komplikated, gak bisa direduksi semaunya. Saya sih gak setuju dengan pandangan melabel kayak gitu. Bagi saya sih tetap seperti semula terserah orang mau ngapain.

Note; maaf kalau gambarnya diambil dari sini, sini dan sini

38 Tanggapan

  1. Bagi saya, bagaimana manusia memaknai sebuah dogma dalil ya terserah saja, asal tidak mengagnggu atau mengusik orang lain. Dia mau jungkir balik kek, ya silahkan.
    Sikap yang baik juga seharusnya tidak mengejek atau melabelkan yang buruk-buruk. 😛

    (tumben saya bicara bijak?)

  2. @ Rozenesia
    setuju Mas, hmma saya tambahkan ya sikap yang baik juga tidak harus merasa was-was, waspada atau hati-hati dengan orang yang berbeda pemahaman. Kadangkala was-was, waspada atau hati-hati ini terbawa ke perilaku yang tidak biasanya(seperti ada yang tidak beres) sehingga orang yang dituju menjadi tidak enak.

    Salam Mas

  3. Oo yang waktu di SKO itu kan.

  4. hhmmm…memang kebisaan orang itu beda-beda. ada yang ngikutin ini, ada yang ngikutin itu. tapi kita saling menghargai aja sih. 😀

    *ngeliat jam, nunggu beduk*

  5. akku terus terang kurang suka dengan adanya perbedaan dalam islam termasuk cara berbuka ini . akku pengen umat islam bersatu dalam satu pandangan dalam berbagai hal . penentuan awal puasa ajja beda2 . yg bener ajja ! seolah2 islam tuh gag da aturannya , terserah kita ajja mo ngelakuin pa ja . atas dalil ini lah dalil itu lah . jadi sebenernya yg salah siapa ? knapa msti beda2 cara padahal kan satu agama . yg slah aLLah ? Muhammad ? sahabat2ny ? atw kita ? tau ahh pusing akku . cara solat beda . cara puasa beda . tarawih beda . semua beda . bahkan buka puasa yg gampang ajj msti ada perbedaan . jadi AKKU TIDAK SETUJU DENGAN ADANYA PERBEDAAN DALAM ISLAM . appa kata orang non-islam tentang umat islam yg gag bersatu coba ? tau ahh . wallahu a’lam bishawab .

  6. Jadi sebaiknya jangan menvonis salah atas tindakan mereka2 yang melakukan hal berbeda dengan kita, toch mereka juga memiliki dasar yang kuat.
    Perbedaan yang terjadi merupakan imbas dari perbedaan sudut pandang dari pola pikir manusia.

  7. @ Lee
    😀 he he he yang mana ya?
    *pura-pura mikir*

    @ cK
    iya saling menghargai, tuh denger kata Ustadzah
    😀

    @ phawzee
    suka tidak suka itu kenyataannya
    tidak ada yang salah kalau semua ada dasarnya
    perbedaan dari dulu harus disikapi dengan bijak
    yang jelas walau berbeda kita tetap satu islam kok
    salam damai

    @ Pak De

    Perbedaan yang terjadi merupakan imbas dari perbedaan sudut pandang dari pola pikir manusia.

    siip Pak De, bener banget
    komennya mantap
    oh iya belum ngucapin selamat puasa
    mohon maaf atas kesalahan saya 😀

  8. Saya taklid pada fatwa mas rozenesia sajalah… 😛

    Bagi saya, bagaimana manusia memaknai sebuah dogma dalil ya terserah saja, asal tidak mengagnggu atau mengusik orang lain. Dia mau jungkir balik kek, ya silahkan.
    Sikap yang baik juga seharusnya tidak mengejek atau melabelkan yang buruk-buruk. 😛

    (tumben saya bicara bijak?)

    Amen. Amen.

  9. @ Difo
    hmm sila

  10. @ Rozenesia
    setuju Mas, hmma saya tambahkan ya sikap yang baik juga tidak harus merasa was-was, waspada atau hati-hati dengan orang yang berbeda pemahaman. Kadangkala was-was, waspada atau hati-hati ini terbawa ke perilaku yang tidak biasanya(seperti ada yang tidak beres) sehingga orang yang dituju menjadi tidak enak.

    Salam Mas

    Syalam. 😀
    Benar juga, dari sikap was-was, curigaan, dll itulah imbasnya ke yang negatif-negatif. 😀

    Saya taklid pada fatwa mas rozenesia sajalah… 😛

    Hush… Ane kan yang nyusun kitab suci, ente sebagai nabi yang ane tunjuk ya ngikut aja. 😆

  11. hmm,, ada caranya,, ambil gelas, isi setengahnya,, bawa kemana mana,, :mrgreen:
    itu berhasil kok buat Ma,, 😛

    Masalahnya emang udah saatnya orang2 ngerti kalo apa yang diyakini orang itu emang beda beda,, dan masalah itu kan bukan big deal kan buat mereka, tapi big deal buat yang ngejalaninnnya,, hormati dooong!

  12. @ Rozenesia
    😀 wah jadi ya nyusun kitab suci
    terus Mas Difo jadi Nabinya
    he he he aku siap-siap jadi kafirnya ah 😛

    @ Ayuk
    ha ha ha 😀 boleh juga ya gitu
    iya mesti dihormati seperti kata Ustadzah cK

  13. Ampun dah, masalah agama lagi…

  14. @ aswad
    he he he iya mas kan bulan puasa
    tapi yang post sebelumnya bukan kok Mas
    itu cerita kayaknya
    iya deh ntar aku selingin yang nonagamis 😀

  15. hah kirain dia keluar cari wagnsit dari langit dulu baru makan 😆

  16. @ Almas
    ha ha ha 😀
    cari wangsit ha ha ha 😀

  17. Perbedaan seperti itu janganlah menjadikan perpecahan.

  18. @ Liexs
    betul betul jangan berpecah belah karena berbeda pemahaman

  19. Pengumuman…. Pengumuman…..Pengumuman

    Perlu diketahui saja Kok, hehehhe

    Nah kalo di Semende sana Berbuka Itu Kalo sudah azan DI TV atau Radio
    (Asal nya acara dari siaran Palembang), Patokan kalo sudah azan di Radio dan TV baru Buka deh… 🙂 🙂 :0 maknyussnya Minum KOPI Semende…..Angetnya Kopi Idak Teraso

    Maknyusssssssss

    Terus Bagi Yang lagi Di kebon, Waktu berbuka ditandai dengan Bunyinya binatang menjelang Malam (Namanya: Sesiagh (Baca: gh = Ejakan ghain di huruf arab)

    nah Kalo sudah Bunyi melengking Sesiagh, artinya sudah datang waktu berbuka.

    Trus terang, Subhannallah
    Ternyata Pengalaman Bertahun2 dari nenek Moyang saya disana, binatang “Sesiagh” itu Bunyinya Pas Magrib saja, seolah2 melantunkan azan magrib, dan itu sudah saya Buktikan Sendiri LOh…. 🙂

    Nah bagi yang Mau bukti, makanya main Ke Semende….. hehehe

    salam damai:

    http://www.semende.wordpress.com

    Damai itu nikmat. hehehhe 🙂 🙂 🙂

  20. @ Jeme semende
    eh bunyi binatang itu seperti apa ya?

  21. Bharma…cak mano kalo berbuko di pesawat luar angkasa? Kan dak tahu siang apo malem? Susah jugo yo jadi astronot.

  22. Bharma…cak mano kalo berbuko di pesawat luar angkasa? Kan dak tahu siang apo malem? Susah jugo yo jadi astronot.

  23. @ secondprince 2
    woi aduh kok pakai nama yang sama
    hmm u jail amat sih
    email ama situsnya disamain lagi
    but I know U

    halah yang ini kan udah pernah kita bahas
    dan jawaban saya tetep sama 😀

    heh jangan lagi ya
    ntar ada yang mikir nggak-nggak lagi

  24. Ih sok tau..emang gue siapa?

  25. @ lee
    ah pokoknya tahu
    jangan jail ya
    🙂 salam damai

  26. gimana kalo sebaliknya, ketika datang adzan maghrib cuma ada 1 org yang buru2 menyantap takjilnya sementara yang lain masih menunggu sampai datang malam…hehehhe bingung ???

  27. Benarlah sabda Rasulullah saw:
    Perbedaan pendapat adalah rahmat
    Saudaraku, saling menghormati lebih baik daripada saling menghujat…

  28. @ rendra
    oh bagi orang yang disana itu juga aneh
    rasanya menyendiri dari yang lain itu memang aneh 😀

  29. @ arif
    Maaf hadis yang anda maksud itu kata salafi dhaif Mas
    Saudaraku saya tidak menghujat kok
    saya berusaha untuk menghormati orang lain
    dan mengajak orang lain untuk menghormati sesama 😀

  30. Yang penting kita gak berselisih gara-gara perbedaan itu kan 😀

  31. @ atmo4th
    Oh tidak lah nggak perlu berselisih
    bukankah kita semua bersaudara 😀

  32. Suatu perbedaan akan timbul dari pemahamannya,meskipun asalnya dari sumber yang sama. Untuk jelasnya saya akan berikan satu contoh yang pernah saya baca dari suatu tulisan sbb:

    Sebelum meninggal seorang ayah (pedagang) yang memiliki beberapa toko berpesan pada 2 orang anaknya laki-laki.”Wahai anak-anakku tolong dengarkan pesan ayah dan ini harus kamu laksanakan nanti apabila kamu sudah mewarisi toko bila ayah telah meninggal yaitu: Pertama kamu tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang, kedua muka kamu jangan sampai kena sinar matahari. Beberapa lama kemudian sang ayah meninggal dan toko-toko berikut isinya dibagi 2 secara adil kepada anak yang sulung dan yang bungsu. Kedua anak tersebut mulailah mengelola toko masing-masing sebaik-baiknya dengan tidak melupakan pesan ayah mereka. Pada suatu hari Ibu mereka bertanya kepada si bungsu “Ibu lihat daganganmu makin lama makin menyusut saja, kenapa?. Si bungsu menjawab “ya begitulah ibu, aku mengikuti pesan ayah, pertama aku tidak boleh menagih kepada orang yang berhutang,sedangkan yg behutang banyak yg tidak datang membayar, kedua mukaku tidak boleh kena sinar matahari, jadi walaupun dekat ke toko pulang-pergi aku terpaksa naik taksi meskipun itu boros. Itulah sebabnya usahaku jadi bangkrut bu karena mengikuti pesan ayah.
    Besoknya sang Ibu pergi ketempat putra sulungnya yang usaha tokonya maju pesat. Nak usaha tokomu sangat maju sekali ibu lihat apa rahasianya?. Oh Ibu ini karena aku mengikuti pesan ayah sebelum meninggal, pertama ayah bilang kamu jangan menagih kepada yg berutang oleh sebab itu aku tidak pernah memberi hutang pada siapapun, kedua pesan ayah mukamu jangan kena sinar matahari oleh sebab itu aku jalan ketoko sebelum matahari terbit dan pulang dari toko setelah matahari terbenam. Itulah sebabnya usahaku jadi maju Bu, karena mengikuti pesan ayah.

  33. @ Nick
    Wah mantap Mas, keren juga tuh contohnya
    memang penafsiran bisa macam-macam tetapi tetap selalu bisa dinilai
    salam

  34. jadi kapan bukanya?

  35. @ Hana
    besok kita berbuka selama 11 bulan
    ah sayang ya 😀

  36. hore belum buka 😦

  37. Iya, akhi. Ane juga suka ditanyain ma kawan-kawan yang lain kl buka bareng, “koq nggak menyegerakan buka puasa seh?”

    Ane jawab, “tsumma atimush shiyaama ilal layli (al-Baqarah: 187”. Semua masalah selese 🙂

  38. @nick

    Hahaha…bisa aja ente 🙂

Tinggalkan komentar