Absolutisme Agama Yang Relatif

Absolutisme Agama Yang Relatif

Banyaknya agama adalah sesuatu yang real dalam kehidupan manusia. Manusiapun menanggapi agama dengan cara yang bermacam-macam. Walaupun begitu bisa dipastikan bahwa semua manusia yang beragama menyadari sepenuhnya bahwa agama adalah pandangan hidup yang penting. Agama mengajarkan banyak hal kepada manusia sehingga manusiapun rela berkorban untuknya, bahkan ada yang rela mati demi agamanya. Keyakinan manusia terhadap agamanya jelas dilandasi oleh keyakinannya akan kebenaran agama itu sendiri. Dengan kata lain Agama dan kebenaran tidak bisa dipisahkan. Adalah hal yang tidak masuk akal jika ada manusia meyakini agama yang tidak benar menurutnya.

Apakah Semua Agama Benar?
Banyaknya agama dan pemeluknya telah menjadikan banyaknya sesuatu yang disebut benar. Memang adalah fakta bahwa setiap orang meyakini agamanya benar terlepas dari apa pendapatnya tentang agama lain. Sayangnya hal ini justru menyatakan semua agama benar dalam pandangan pemeluknya. Jadi pertanyaan di atas jawabannya Ya, semua agama benar dalam pandangan pemeluknya. Masalahnya selesai? Ooh tidak , kebenaran yang seperti ini adalah kebenaran yang dimanusiakan dan maafkan saya “kebenaran seperti ini tidak berarti sama sekali”.

Jawaban saya “Tidak semua agama benar”. Yang benar hanyalah agama dari Tuhan. Saya teringat kata-kata “Kebenaran Yang Mutlak dari Tuhan dan selain itu hanya kebenaran relatif”. Saya sependapat dengan kata-kata ini tetapi bukan dalam arti oleh karena kebenaran yang mutlak itu dari Tuhan maka setiap orang tidak bisa mencapainya atau oleh karena siapapun bukan Tuhan maka apa yang dia punya selalu relatif sifatnya.

Kebenaran mutlak adalah milik Tuhan dan manusia bisa mencapainya karena Tuhan menghendaki demikian. Tuhan yang memberi tahu manusia tentang kebenaran mutlak. Memang Tuhan tidak berbicara langsung dengan manusia, tetapi Tuhan berbicara pada manusia yang menjadi utusannya. Utusan Tuhan yang akan Menyampaikan kebenaran itu kepada segenap manusia. Kita mengenal konsep perutusan ini dengan istilah Kenabian. Tuhan menyampaikan kebenaran kepada utusannya dalam bahasa yang disebut wahyu, dan oleh karena utusan itu sendiri manusia yang suatu saat pasti mati maka wahyu ini akan disakralkan dalam bentuk Kitab suci. Jadi kita telah mengenal agama yang benar yaitu agama samawi yang berasal dari Tuhan yang mengandung konsep Kenabian dan memiliki Kitab suci. Ketuhanan bersifat mutlak dan begitu pula Kenabian dan Kitab suci bersifat mutlak karena keduanya mutlak berasal dari Tuhan. Ketuhanan, Kenabian dan Kitab suci adalah Hal yang mutlak dalam agama, dan saya menyebut ketiganya Absolutisme agama.

Setelah Utusan Tuhan tidak ada lagi maka yang mutlak hanyalah Kitab suci atau wahyu Tuhan. Untuk mencapai kebenaran yang mutlak tersebut maka manusia harus merujuk wahyu Tuhan karena wahyu Tuhan bersifat mutlak. Ketika manusia kembali kepada wahyu Tuhan dan memahaminya maka pada saat Inilah sesuatu yang mutlak telah menjadi relatif. Maksudnya interpretasi manusia terhadap wahyu Tuhan menjadi berbeda-beda tergantung pada manusianya. Apakah semua interpretasi tersebut semuanya benar sehingga manusia bebas memilihnya? Jawaban saya tidak, setiap interpretasi memiliki nilai yang berbeda.

Sesuatu yang relatif tidak dapat mencapai yang mutlak kecuali jika yang relatif itu didasari yang mutlak. Dalam hal ini Bagaimana? Lagi-lagi menurut saya, pemahaman manusia terhadap wahyu Tuhan adalah relatif, dan wahyu Tuhan adalah mutlak. Agar pemahaman manusia tersebut mencapai wahyu Tuhan maka pemahaman yang relatif itu harus didasari oleh metode terbaik yang bisa dilakukan. Pemahaman yang didasari metode terbaik yang bisa dilakukan adalah hal yang mutlak dilakukan manusia untuk memahami wahyu Tuhan. Mungkin ada yang berkata metode itu juga relatif sifatnya, saya jawab ya tetapi yang mutlak adalah anda harus memahami dengan metode terbaik yang bisa dilakukan apapun bentuknya. Yang jelas Tuhan telah menganugerahkan Akal kepada manusia yang akan menuntunnya pada metode terbaik yang bisa dilakukan. Jadi bisa ditambahkan adalah mutlak manusia berusaha semampunya dengan akal yang ia punya untuk mencapai metode terbaik yang bisa dilakukan.

Kesimpulannya yang menjadi absolutisme agama adalah
• Ketuhanan
• Kenabian
• Wahyu Tuhan atau Kitab suci
• Interpretasi Wahyu Tuhan dengan metode terbaik yang bisa dilakukan
• Manusia berusaha semampunya mencapai metode terbaik yang bisa dilakukan
Dan hasil dari absolutisme agama ini bisa bermacam-macam karena terdapat unsur yang relatif di dalamnya yaitu
• Interpretasi manusia terhadap wahyu Tuhan
• Metode terbaik yang bisa dilakukan
Kedua unsur ini menyebabkan absolutisme agama menjadi relatif. Kalau saya, saya merasa sudah cukup puas dengan ini karena setelah melalui semua ini saya dapat meyakinkan diri saya bahwa saya telah melakukan apa yang saya bisa dan Tuhan pasti tahu itu.

Sayangnya ada sekelompok orang yang tidak mengerti masalah ini, mereka berusaha mengabsolutkan sesuatu yang relatif. Mereka meyakini bahwa mereka yang paling benar dan menyerang setiap keyakinan orang lain yang berbeda dengan mereka. Keyakinan bahwa mereka yang paling benar adalah sah-sah saja karena itu absolutisme agama mereka. Tetapi menyerang orang lain jelas tidak benar, ini yang saya maksud mengabsolutkan yang relatif dan ini melanggar hukum relativitas manusia. Setiap manusia yang beragama memiliki keyakinan yang sangat ia hargai melebihi apapun, dan ketika keyakinan ini diserang akan terasa menyakitkan bagi dirinya. Jadi ketika mereka menyerang orang lain yang menurut mereka menegakkan kebenaran sebenarnya mereka menyakiti hati orang lain.

Kesalahan mereka adalah mereka tidak menyadari teritori orang lain, teritori yang sepenuhnya milik orang lain dimana orang lain berhak merasa tenang dan nyaman. Mereka tidak memandang sesuatu yang relatif yaitu bahwa orang lain memiliki interpretasi dan metode yang berbeda. Mereka tidak memandang sesuatu yang relatif yaitu bahwa orang lain sudah semampunya berusaha. Yang mereka lihat hanyalah yang absolut yaitu orang lain salah karena berbeda dengan mereka dan harus mereka serang. Tindakan seperti ini adalah bunuh diri sosial yang akan membuat mereka terasingkan dalam kehidupan sosial keyakinan manusia. Dan tidak berlebihan jika cukup banyak orang lain yang akan menyerang balik mereka. Saya harap suatu saat mereka akan menyadari hal ini dan berusaha menghargai relativitas manusia. Kita harus menghargai manusia yang memiliki bermacam-macam keyakinan walaupun anda mungkin tidak menghargai keyakinan bermacam-macam yang dimiliki manusia.

Catatan; Maaf jika tulisan ini kesannya agak sama dengan tulisan yang sebelumnya, sebenarnya tulisan ini sudah lama di draft dan karena sesuatu hal baru sekarang bisa ditampilkan

28 Tanggapan

  1. Dan hasil dari absolutisme agama ini bisa bermacam-macam karena terdapat unsur yang relatif di dalamnya yaitu
    • Interpretasi manusia terhadap wahyu Tuhan
    • Metode terbaik yang bisa dilakukan

    Kenapa kedua hal tsb dimasukkan ke dalam absolutisme agama jika kedua hal tsb hanyalah relatif?

  2. @ Pak De
    yang jadi absolutisme itu

    Interpretasi Wahyu Tuhan dengan metode terbaik yang bisa dilakukan, pernyataan ini yang absolut kita harus memahami wahyu Tuhan dengan metode terbaik, sedangkan hasil interpretasi dan metodenya relatif

    Manusia berusaha semampunya mencapai metode terbaik yang bisa dilakukan, pernyataan ini juga absolut dalam arti manusia harus berusaha semampunya mencapai metode walaupun hasilnya yaitu metode yang dicapai bisa relatif.

    jadi yang absolut itu pernyataannya

  3. SATU TUHAN SATU AGAMA

    Dalam forum Dialog antariman di Hotel Sahid Jaya, Alwi Shihab mengatakan bahwa banyaknya agama di dunia ini merupakan kehendak Allah semata, seperti tersirat dalam surat Al Hajj/22:40: “… kalau tidak karena perlindungan Allah kepada manusia antara sebagian mereka dengan sebagian yang lain, niscaya sudah diruntuhkan biara-biara, gereja-gereja, sinagog-­sinagog, dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah …”. Tujuan penciptaan agama yang beragam itu, kata Alwi seraya mengutip surat Al Maidah/5:48 [Jika Allah mengendaki maka akan menjadikan umat ini satu ….] agar manusia bebas berlomba-lomba dalam kebaikan sesuai ajaran dan jalan terang (syirat atau manhaj) yang mereka pegang, dan dari situlah Allah bisa mencatat siapa saja manusia terbaik di atas dunia ini (Tekad, 8-14 Nopember 1999).

    Pernyataan Alwi Shihab tersebut, tentu saja aneh. Pertama, jika benar semua agama itu ciptaan Tuhan, mengapa ajaran-ajaran agama itu berbeda bahkan bertentangan. Misalnya, ajaran Katolik melarang keras perceraian sementara Islam membolehkannya. Ada konsep kasta-kasta di Hindu, sementara Islam mengajarkan kesederajatan. Lebih aneh lagi ketika Tuhan berbicara tentang dirinya pada berbagai agama yang diciptakannya itu dalam wujud yang berbeda-beda. Pada Hindu Tuhan berwajah Trimurti, pada Kristen Trinitas, dan pada Islam Tuhan itu Ahad. Betapa Tuhan sangat hipokrit! Tuhan punya banyak muka?

    Kedua, bukankah secara akademis, telah disepakati adanya dua penggolongan agama, yaitu agama samawi (langit), agama yang diturunkan Tuhan, dan agama tabiy (ardhi/bumi), agama ciptaan manusia (budaya). Dalam kategori ini, Yahudi, Nasrani, dan Islam masuk kelompok agama langit, sedangkan selebihnya Hindu, Budha, Konghucu, dan sebagainya adalah agama bumi. Jadi jelaslah bahwa tidak semua agama berasal dari Tuhan.

    Jika yang dimaksud agama-agama oleh Alwi Shihab, adalah tiga agama langit di atas, tentu perlu penjelasan yang utuh. Bukankah dua diantara agama-agama itu telah mengalami perubahan radikal lewat proses campur tangan manusia. Jika demikian masihkah dapat dikatakan sebagai agama ciptaan Tuhan? Di sinilah letak keanehan pendapat yang mengatakan bahwa agama-agama yang ada di dunia ini semua berasal dari Tuhan. Lantas bagaimana sebenarnya? Yang logis adalah Tuhan Esa hanya menurunkan satu agama. Dan agama itu adalah agama yang mengajarkan tauhid.

    Dan 25 Rasul yang diutus Allah, tidak ada satu pun yang mengajarkan konsep ketuhanan selain konsep tauhid. Ini dapat kita lihat misalnya dari seruan mereka: “Hai kaumku, mengabdilah kalian hanya kepada Allah, (sebab) tidak ada Tuhan bagi kalian selain Dia!” [Nuh: Al A’raf/7:59; Hud: Al A’raf/7: 66, Hud/11:50; Shaleh: Al A’raf/7:73, Hud/11:61; Syu’aib: Al A’raf: 65, Hud/11:841. Seruan seeupa juga dilakukan Isa (Ali Imran/3:50-51).

    Ajaran para rasul yang hanya menuhankan Allah itu, di kesempatan lain disebut sebagai ajaran Islam. Maka berkali-kali Allah menegaskan bahwa para rasul itu adalah seorang muslim [Ibrahlm (Ali Imran/3:67, AI An’am/6:121-123), Ismail, Ishaq, Ya’kub (A1 Baqarah/2:130-135), Isa dan pengikut setianya (Ali Imran/3:52, A1 Maidah/5:111)].

    Dengan demikian menjadi jelas bahwa dari zaman ke zaman Allah hanya menurunkan satu agama, yaitu agama tauhid. Agama tauhid itu memiliki ciri utama ketundukan dan kepasrahan hanya kepada Allah, Tuhan Esa. Oleh karena itu agama itu disebut Islam (dari kata aslama, menyerahkan diri).

    Agama tauhid ini secara estafet diturunkan dari satu rasul ke rasul lainnya; ditutup dan disempurnakan saat kerasulan Nabi Muhammad saw (Al Ahzab/33:4G). Jika pada kerasulan sebelum Muhammad saw, agama ini bersifat lokal (misalnya Hud bagi kaum Ad, Shaleh bagi kaum Samud, Luth untuk kaum Madyan, Musa untuk bani Israel [Bani Israel/17:2]), karena itu mungkin sekali punya nama lokal, misalnya Nasrani [berasal dari kata Nazareth, nama tempat asal kelahiran Isa], maka setelah kerasulan Muhammad saw, agama Islam bersifat universal (An Saba’/34:28) dan bahkan rahmatanlilalamin (Al Anbiya’/21:107).

    Diantara masa-masa itu, agama tauhid (Islam) pernah diselewengkan oleh umatnya, diantaranya di era Yahudi (Al Maidah/5:41, An Nisa/4:46) dan Nasrani. Penyelewengan terberat adalah perubahan konsep ketuhanan monoteisme menjadi politeisme. Atas penyelewengan ini, Al Qur’an memberikan koreksi; misalnya surat AI Maidah/5: 72-75 adalah bantahan terhadap ajaran Trinitas. Jadi sebenarnya telah tamatlah Islam era Yahudi atau Nasrani setelah diutusnya Muhammad saw.

    Jadi, memang Yahudi, Nasrani, dan Islam sebenarnya adalah agama-agama Allah. Tapi tiga itu bukan tiga melainkan satu yakni keseluruhan ajaran tauhid yang secara estafet dibawa rasul-rasul. Dan ingat, bukan Yahudi atau Nasrani yang sekarang.

    Meskipun Allah menurunkan Islam sebagai satu-satunya agama, tetapi Allah tidak “ngotot” agar seluruh manusia memeluk Islam (AI Baqarah/’2:256), sekalipun dengan kekuasaan mutlaknya, Allah mampu melakukan itu (Al Maidah/5:48). Ternyata Allah justru memberi kebebasan kepada manusia untuk berkreasi “menciptakan” agama, bahkan Tuhan, baru [apakah ini yang disebut kehendak Allah oleh Alwi Shihab; memang secara hakiki semua yang terjadi, termasuk perbuatan manusia, adalah kehendak Allah; jadi Allah juga berkuasa berkehendak untuk melindungi tempat ibadah agama-agama]. Agama-agama ciptaan manusia itu diberi hak hidup, dan pemeluknya juga bebas menjalankan segala ritualnya. Hanya saja agama Allah tidak boleh disamarkan atau dicampur-adukkan dengan agama ciptaan manusia. Itulah pesan penting surat Al Kafirun/109:1-6.

    Islam, dengan demikian, menghargai sepenuhnya keberadaan agama-agama lain sekaligus siap “berkompetisi” secara fair untuk membuktikan mana yang terbaik. Persoalannya, adakah yang lebih baik dari ciptaan Allah.

  4. @ Toni
    wah Mas kok ini lagi sih
    kan udah kemarin 🙂

  5. nice posting……… biarin sajalah kalau ada yang mau komen 😀

  6. @ Mbak Ira
    wah Mbak Ira opo kabare
    he he he thanks Mbak
    oh iya deh biarin aja yah, sebenarnya gapapa
    rasanya aneh aja karna di tulisan saya yang lain Mas itu juga kupipes komen yang ama persis dengan komennya di atas, apa dia lupa ya….:)

  7. Benar. Benar. Dengan meyakini kebenaran yang kita pilih bukan berarti kita boleh menjelek-jelekkan dan merendahkan kebenaran yang diyakini orang lain.

    Kebenarannya mutlak kita yakini bagi diri kita dan itu bisa relatif bagi orang lain, bisa juga disebut kaya gini kan? :mrgreen:

  8. @ Mbak Hiruta
    iya bener, karena setiap orang punya hak untuk tidak dilukai perasaannya

    ya begitulah Mbak singkatnya 🙂

  9. Pertanyaan: Apakah Islam agama teroris?
    Jawaban: Tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk menjadi teroris.

    Tetapi, di dalam Al-Qur’an, ada banyak sekali ayat-ayat yang menggiring umat untuk melakukan hal-hal yang tidak manusiawi, seperti: kekerasan, anarki, poligami dengan 4 istri, anggapan selain muslim adalah orang kafir, dsb. Sikap-sikap tersebut tidak sesuai lagi dengan norma-norma kehidupan masyarakat modern.

    Al-Qur’an dulu diracik waktu jaman tribal, sehingga banyak ayat-ayat yang tidak bisa dimengerti lagi seperti seorang suami diperbolehkan mempunyai istri 4. Dimana mendapatkan angka 4? Kenapa tidak 10, 25 atau bahkan 1000? Dalam hal ini, wanita tidak lagi dianggap sebagai manusia, tapi sebagai benda terhitung dalam satuan, bijian, 2, 3, 4 atau berapa saja. Terus bagaimana sakit hatinya istri yang dimadu (yang selalu lebih tua dan kurang cantik)? Banyak lagi hal-hal yang nonsense seperti ini di Al-Qur’an. Karena semua yang di Al-Qur’an dianggap sebagai kebenaran mutlak (wahyu Tuhan), maka umat muslim hanya menurutinya saja tanpa menggunakan nalar.

    Sedangkan, tidak ada saksi dan bukti untuk memverifikasi dan memfalsifikasi apakah isi Al-Qur’an betul-betul wahyu dari Tuhan atau bukan? Yang dapat dikaji secara obyektif adalah isi atau ajaran yang dikandung Al-Qur’an itu apakah ia sesuai dengan dan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, kebaikan hati atau mengajarkan kebencian dan kekerasan?

    Saat ini, banyak pengemuka muslim yang berusaha menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an supaya menjadi lebih manusiawi. Tapi usaha ini sia-sia saja karena ayat-ayat Al-Qur’an itu semuanya sudah explisit sekali. Sehingga tidak bisa ditawar lagi. Disamping itu, pemuka muslim atau siapa saja yang coba-coba memberi tafsiran yang lebih manusiawi tentang Al-Qur’an pasti mendapatkan ancaman terhadap keselamatan fisiknya.

    Pertanyaan atas soal ini, betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah akhirnya ajaran-ajaran kebencian ini menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?

  10. @ B Ali

    Pertanyaan: Apakah Islam agama teroris?

    jawaban saya Islam bukan agama teroris

    Tetapi, di dalam Al-Qur’an, ada banyak sekali ayat-ayat yang menggiring umat untuk melakukan hal-hal yang tidak manusiawi, seperti: kekerasan, anarki, poligami dengan 4 istri, anggapan selain muslim adalah orang kafir, dsb. Sikap-sikap tersebut tidak sesuai lagi dengan norma-norma kehidupan masyarakat modern.

    Tidak ada ayat dalam Al Quran yang menggiring kekerasan dan anarki, ayat yang anda maksud dengan kekerasan adalah ayat yg ditujukan bagi mereka yang memerangi islam. saya rasa anda berlebihan jika menganggap poligami tidak manusiawi, jika ikhlas dan adil silakan saja, yang tidak manusiawi adalah memaksakan kehendak dan tidak adil. Selain muslim adalah orang kafir lalu apa masalahnya, bukankah itu suatu pembedaan dan sah-sah saja. persepsi anda tentang kata kafir yang buruk tidak perlu dikaitkan dengan Al Quran. Al Quran sendiri telah menjelaskan orang kafir yang dimaksud, lihat tulisan ini. Apa maksud anda dengan norma kehidupan masyarakat modern, norma masyarakat modern yang mana tlg jelaskan lebih lanjut.

    Al-Qur’an dulu diracik waktu jaman tribal, sehingga banyak ayat-ayat yang tidak bisa dimengerti lagi seperti seorang suami diperbolehkan mempunyai istri 4. Dimana mendapatkan angka 4? Kenapa tidak 10, 25 atau bahkan 1000? Dalam hal ini, wanita tidak lagi dianggap sebagai manusia, tapi sebagai benda terhitung dalam satuan, bijian, 2, 3, 4 atau berapa saja. Terus bagaimana sakit hatinya istri yang dimadu (yang selalu lebih tua dan kurang cantik)? Banyak lagi hal-hal yang nonsense seperti ini di Al-Qur’an. Karena semua yang di Al-Qur’an dianggap sebagai kebenaran mutlak (wahyu Tuhan), maka umat muslim hanya menurutinya saja tanpa menggunakan nalar.

    Apa maksud anda dengan diracik, apa anda ingin berkata bahwa Al Quran itu cuma buatan manusia, maaf bualan seperti itu harus dibuktikan. Poligami lagi, angka 4 tertera dalam Al Quran juga 2,3 dan 1 jadi apa masalahnya?. kenapa tidak 10,25,1000? walah angka berapapun yang tertera anda tetap saja akan bertanya kan. Saya heran dengan nalar anda itu kalau anda menghitung jumlah wanita dalam suatu ruangan anda juga akan menggunakan angka 1,2,3,4 dll. Apakah dengan begitu wanita sudah menjadi tidak manusiawi. silakan tunjukkan hal yang nonsense itu. Benar bagi yang Islam al Quran adalah kebenaran mutlak, dan maaf umat Islam yang baik tidak sembarang menggunakan nalarnya tetapi akan menggunakan nalarnya dengan baik.

    Sedangkan, tidak ada saksi dan bukti untuk memverifikasi dan memfalsifikasi apakah isi Al-Qur’an betul-betul wahyu dari Tuhan atau bukan? Yang dapat dikaji secara obyektif adalah isi atau ajaran yang dikandung Al-Qur’an itu apakah ia sesuai dengan dan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, kebaikan hati atau mengajarkan kebencian dan kekerasan?

    Maaf apa maksud anda saksi dan bukti, sudah cukup banyak bukti bahwa Al Quran wahyu Tuhan, silakan anda merujuk buku Sejarah Al Quran karya Mustafha al Azami atau yang lainnya, dan bandingkan jangan menilai secara sepihak. benar sekali ajarannya dapat diuji dan kami temukan ajaran Al Quran sesuai dengan dan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, dan kebaikan hati. Sekali lagi tidak ada ayat al Quran yang mengajarkan kebencian dan kekerasan.

    Saat ini, banyak pengemuka muslim yang berusaha menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an supaya menjadi lebih manusiawi. Tapi usaha ini sia-sia saja karena ayat-ayat Al-Qur’an itu semuanya sudah explisit sekali. Sehingga tidak bisa ditawar lagi. Disamping itu, pemuka muslim atau siapa saja yang coba-coba memberi tafsiran yang lebih manusiawi tentang Al-Qur’an pasti mendapatkan ancaman terhadap keselamatan fisiknya.

    Ulama-ulama islam berusaha menafsirkan al Quran dengan benar untuk mencegah interpretasi yang salah atau buruk yang mungkin dilandasi niat buruk. Ayat Al Quran memang eksplisit, tetapi pendekatan yang benar jelas diperlukan. Ancaman, maaf saya kurang mengerti masalah ini atau anda yang salah menuliskan.

    Pertanyaan atas soal ini, betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah akhirnya ajaran-ajaran kebencian ini menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?

    Anda salah kebencian itu pada keyakinan yang bertentangan dengan tauhid atau syirik. kebencian itu maaf sekali lagi tidak ditujukan pada orangnya. al Quran jelas mengatakan “bagimu agamamu bagiKu agamaKu”. Apa maksud anda sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual, ukuran apa yang anda gunakan, coba jelaskan lebih lanjut. saya setuju ajaran kebencian menjadi sumber kekerasan lalu apa kaitannya dengan al Quran. Al Quran tidak mengajarkan kebencian, oleh karenanya saya heran dengan orang-orang yang berlagak membenci al Quran. Bukankah itu menjelaskan bahwa kebencian terletak pada manusia-manusianya.
    Salam damai

  11. @ secondprince ,

    Dogma-dogma yang ada di Al-Qur’an sudah tidak berlaku lagi. Kita, orang Nusantara, tidak bisa menuruti perlakuan-perlakuan orang Arab waktu jaman Jahiliyah. Apalagi menuruti perlakuan-perlakuan yang sekarang tidak manusiawi dengan kedok Islam.

    Contoh dogma-dogma keliru di Al-Qur’an:

    Soal poligami:

    Umat muslim bilang wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Hal ini sangat keliru. Di Cina, dengan politik anak tunggal, orang Cina memilih anak laki-laki, hamilan anak perempuan biasanya digugurkan. Akibatnya, saat ini cowok lebih banyak daripada cewek. Jadi Al-Qur’an tidak berlaku di Cina. Jadi “wahyu” Tuhan yang di Al-Qur’an itu hanya berlaku di Arab saja. Dinisi kebenaran wahyu bisa dipertanyakan.

    Soal halal-haram makanan:

    Umat muslim mengharamkan daging babi. Hal ini sangat keliru. Baru-baru ini telah ditemukan bahwa jantung dan paru-paru babi lebih mendekati jantung dan paru-paru manusia. Jantung atau paru-paru manusia yang sakit bisa diganti/dicangkok dengan jantung atau paru-paru babi. Ini adalah solusi yang ideal karena kelangkaan donor. Berarti Al-Qur’an tidak berlaku lagi disini. Terus bagaimana dengan “wahyu” Tuhan. Disini kebenaran wahyu lagi bisa dipertanyakan.

    Soal ke-najis-an binatang anjing:

    Anjing adalah najis buat umat muslim. Hal ini sangat keliru karena anjing saat ini sangat membantu manusia, seperti: pelacakan narkoba dipakai oleh polisi duana, membantu menyelamatkan orang-orang yang masih hidup yang tertimbun oleh runtuhan bangunan akibat gempa bumi, menyelamatkan pendaki gunung yang ditimbun oleh longsoran salju, teman hidup dan pengantar orang buta, membantu peternak domba untuk mengembala ratusan domba di gunung-gunung, membantu menemukan pelaku kejahatan kriminal, menyelamatkan pemilik anjing yang sendirian yang korban kecelakan di rumahnya sendiri (anjing terus-terusan menggonggong sehingga tetangga datang untuk menyelamatkan pemilik anjing tersebut), dan banyak lagi. Disini, Al-Qur’an sama sekali tidak berlaku. Terus bagaimana dengan “wahyu” Tuhan yang ada di Al-Qur’an. Disini kebenaran wahyu lagi bisa dipertanyakan.

    Dan banyak lagi dogma-dogma lainnya yang keliru yang kita dapatkan di Al-Qur’an.

    Sebagai kesimpulan, kita harus menjawab pertanyaan-pertanyaan ini:
    – Apakah Islam agama universal?
    – Melihat dogma-dogma yang ada di Al-Qur’an sudah tidak berlaku lagi, haruskan kita, orang Nusantara, meniru perlakuan-perlakuan orang Arab waktu jaman Jahiliyah?
    – Haruskah kita, orang Nusantara, menuruti perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi sekarang dengan kedok Islam?

  12. @ hatinurani21

    Dogma-dogma yang ada di Al-Qur’an sudah tidak berlaku lagi. Kita, orang Nusantara, tidak bisa menuruti perlakuan-perlakuan orang Arab waktu jaman Jahiliyah. Apalagi menuruti perlakuan-perlakuan yang sekarang tidak manusiawi dengan kedok Islam.

    itu karena sejak awal anda tidak meyakini al Quran sebagai wahyu Tuhan, tentu beda dengan mereka yang muslim yang meyakini sepenuhnya Al Quran adalah wahyu Tuhan yang pasti benar.

    Soal poligami:

    Umat muslim bilang wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Hal ini sangat keliru. Di Cina, dengan politik anak tunggal, orang Cina memilih anak laki-laki, hamilan anak perempuan biasanya digugurkan. Akibatnya, saat ini cowok lebih banyak daripada cewek. Jadi Al-Qur’an tidak berlaku di Cina. Jadi “wahyu” Tuhan yang di Al-Qur’an itu hanya berlaku di Arab saja. Dinisi kebenaran wahyu bisa dipertanyakan

    poligami lagi wah, maaf logika anda itu jelas salah sekali, tidak ada dalam Al Quran disebutkan alasan dibolehkan poligami adalah karena wanita lebih banyak dari laki-laki. Yang ada hanyalah diizinkan untuk meniikah dengan lebih dari satu wanita sampai empat. sekali lagi itu tidak diwajibkan hanya dibolehkan.jadi kalau ada orang muslim Cina mau poligami ya terserah mereka itu kan jika wanitanya mau.

    Soal halal-haram makanan:

    Umat muslim mengharamkan daging babi. Hal ini sangat keliru. Baru-baru ini telah ditemukan bahwa jantung dan paru-paru babi lebih mendekati jantung dan paru-paru manusia. Jantung atau paru-paru manusia yang sakit bisa diganti/dicangkok dengan jantung atau paru-paru babi. Ini adalah solusi yang ideal karena kelangkaan donor. Berarti Al-Qur’an tidak berlaku lagi disini. Terus bagaimana dengan “wahyu” Tuhan. Disini kebenaran wahyu lagi bisa dipertanyakan.

    Maaf saya rasa andalah yang keliru dalam masalah ini, sepertinya anda tidak paham betul masalah kedokteran ini.bahkan untuk donor manusia pun mesti benar-benar selektif. Jantung dan paru-paru babi bukanlah pencangkokan yang dengan begitu mudahnya dilakukan kecuali jika keadaannya benar-benar darurat. Dan Al Quran telah menjelaskan tentang kebolehan yang diharamkan jika kondisinya benar-benar darurat.

    Soal ke-najis-an binatang anjing:

    Anjing adalah najis buat umat muslim. Hal ini sangat keliru karena anjing saat ini sangat membantu manusia, seperti: pelacakan narkoba dipakai oleh polisi duana, membantu menyelamatkan orang-orang yang masih hidup yang tertimbun oleh runtuhan bangunan akibat gempa bumi, menyelamatkan pendaki gunung yang ditimbun oleh longsoran salju, teman hidup dan pengantar orang buta, membantu peternak domba untuk mengembala ratusan domba di gunung-gunung, membantu menemukan pelaku kejahatan kriminal, menyelamatkan pemilik anjing yang sendirian yang korban kecelakan di rumahnya sendiri (anjing terus-terusan menggonggong sehingga tetangga datang untuk menyelamatkan pemilik anjing tersebut), dan banyak lagi. Disini, Al-Qur’an sama sekali tidak berlaku. Terus bagaimana dengan “wahyu” Tuhan yang ada di Al-Qur’an. Disini kebenaran wahyu lagi bisa dipertanyakan.

    sekali lagi kekeliruan anda najisnya anjing tidak ada hubungannya dengan kegunaan memelihara anjing. Itu dua hal yang berbeda, silakan saja memelihara anjing hanya saja harus diperhatikan cara membersihkan najisnya.

    Dan banyak lagi dogma-dogma lainnya yang keliru yang kita dapatkan di Al-Qur’an.

    Sebagai kesimpulan, kita harus menjawab pertanyaan-pertanyaan ini:
    – Apakah Islam agama universal?
    – Melihat dogma-dogma yang ada di Al-Qur’an sudah tidak berlaku lagi, haruskan kita, orang Nusantara, meniru perlakuan-perlakuan orang Arab waktu jaman Jahiliyah?
    – Haruskah kita, orang Nusantara, menuruti perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi sekarang dengan kedok Islam?

    silakan tunjukkan kata-kata anda itu
    Islam jelas agama universal, persepsi anda saja yang tidak berlaku
    apa maksud anda dengan tidak manusiawi, apa contoh2 anda itu yang dimaksud tidak manusiawi, poligami,haramnya babi, dan najisnya anjing(dimana letak tidak manusiawinya). jelas sekali anda ini benar-benar keliru dalam memahami

  13. Bharma, kayaknya hatinurani21 dan B Ali itu sama. Oleh Amed malah dianggap spam…. jadi mendingan gak usah ditanggapi… 😀

  14. @itik
    g justru sependapat dengan om Bharma.. yang kayak gitu harus dijelasin berunglang kali.. lha wong dijelasin aja nggak nanggapin apalagi nggak dijelasin…

  15. @ Mbak Ira
    terimakasih sarannya Mbak, tapi gapapa aku gak keberatan nanggepinnya
    sekali lagi terimakasih ya 😀

    @ Gura
    hmm cuma berusaha menyampaikan, lagian sebagai tuan rumah yang baik saya kan harus sebisanya menyambut tamu dengan baik 😀

  16. “Yang benar hanyalah agama dari Tuhan…” Tuhan yang mana bozzz ? meski ada agama samawi tp tuhanya bisa jadi berbeda – beda bozzz… sudikah memberi pencerahan ???

  17. @ Ferry ZK
    Tuhan disitu adalah Tuhan, tidak yang mana-mana
    masalah yang mana itu sudah memasuki metode dan interpretasi
    tetapi adalah absolut “agama yang benar itu dari Tuhan”
    Pencerahan!
    *akan saya pikirkan ya Mas*

  18. Agama Islam banyak meminjam dogma dari agama-agama lain, bahkan dari komunitas yang disebut penyembah berhala atau kafir. Salah satu dogma utama adalah “pengadilan terakhir” yang dipinjam oleh agama Islam dari agama Zoroaster Persia, seperti yang diuraikan secara objektif di artikel ini. Ini situsnya: http://religi.wordpress.com/2007/03/16/agama-langit-dan-agama-bumi/

    AGAMA LANGIT DAN AGAMA BUMI

    Ada berbagai cara menggolongkan agama-agama dunia. Ernst Trults seorang teolog Kristen menggolongkan agama-agama secara vertikal: pada lapisan paling bawah adalah agama-agama suku, pada lapisan kedua adalah agama hukum seperti agama Yahudi dan Islam; pada lapisan ketiga, paling atas adalah agama-agama pembebasan, yaitu Hindu, Buddha dan karena Ernst Trults adalah seorang Kristen, maka agama Kristen adalah puncak dari agama-agama pembebasan ini.

    Ram Swarup, seorang intelektual Hindu dalam bukunya; “Hindu View of Christianity and Islam” menggolongkan agama menjadi agama-agama kenabian (Yahudi, Kristen dan Islam) dan agama-agama spiritualitas Yoga (Hindu dan Buddha) dan mengatakan bahwa agama-agama kenabian bersifat legal dan dogmatik dan dangkal secara spiritual, penuh klaim kebenaran dan yang membawa konflik sepanjang sejarah. Sebaliknya agama-agama Spiritualitas Yoga kaya dan dalam secara spiritualitas dan membawa kedamaian.

    Ada yang menggolongkan agama-agama berdasarkan wilayah dimana agama-agama itu lahir, seperti agama Semitik atau rumpun Yahudi sekarang disebut juga Abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama-agama Timur (Hindu, Buddha, Jain, Sikh, Tao, Kong Hu Cu, Sinto).

    Ada pula yang menggolongkan agama sebagai agama langit (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama bumi (Hindu, Buddha, dll.) Penggolongan ini paling disukai oleh orang-orang Kristen dan Islam, karena secara implisit mengandung makna tinggi rendah, yang satu datang dari langit, agama wahyu, buatan Tuhan, yang lain lahir di bumi, buatan manusia. Penggolongan ini akan dibahas secara singkat di bawah ini.

    Agama bumi dan agama langit.

    Dr. H.M. Rasjidi, dalam bab Ketiga bukunya “Empat Kuliyah Agama Islam Untuk Perguruan tinggi” membagi agama-agama ke dalam dua kategori besar, yaitu agama-agama alamiah dan agama-agama samawi. Agama alamiah adalah agama budaya, agama buatan manusia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Hindu dan Budha. Mengenai agama Hindu Rasjidi mengutip seorang teolog Kristen, Dr. Harun Hadiwiyono, Rektor Sekolah Tinggi Theologia “Duta Wacana” di Yogyakarta sebagai berikut:

    “Sebenarnya agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu sebenarnya adalah satu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi jaman sejak kira-kira 1500 S.M hingga jaman sekarang. Dalam perjalanannya sepanjang abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil berobah dan terbagi-bagi, sehingga agama ini memiliki ciri yang bermacam-macam, yang oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan, tetapi kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali. Berhubung karena itu maka Govinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu sesungguhnya adalah satu proses antropologis, yang hanya karena nasib baik yang ironis saja diberi nama agama.” 1)

    Samawi artinya langit. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk di kursinya di langit ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam bab Keempat dengan judul “Agama Islam adalah Agama Samawi Terakhir” Rasjidi dengan jelas menunjukkan atau menempatkan Islam sebagai puncak dari agama langit. Hal ini dapat dipahami karena Rasjidi bukan saja seorang guru besar tentang Islam, tetapi juga seorang Muslim yang saleh.

    Bahkan dengan doktrin mansukh, pembatalan, para teolog dan ahli fikih Islam mengklaim, Qur’an sebagai wahyu terakhir telah membatalkan kitab-kitab suci agama-agama sebelumnya (Torah dan Injil).

    Bila Tuhan yang diyakini oleh ketiga agama bersaudara ini adalah satu dan sama, pandangan para teolog Islam adalah logis. Tetapi disini timbul pertanyaan, apakah Tuhan menulis bukunya seperti seorang mahasiswa menulis thesis? Sedikit demi sedikit sesuai dengan informasi yang dikumpulkannya, melalui percobaan dan kesalahan, perbaikan, penambahan pengurangan, buku itu disusun dan disempurnakan secara perlahan-lahan?

    Tetapi ketiga agama ini tidak memuja Tuhan yang satu dan sama. Masing-masing Tuhan ketiga agama ini memiliki asal-usul yang berbeda dan karakter yang berbeda. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel oleh Musa. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal. Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad. Jadi Yahweh, Trinitas dan Allah adalah tuhan-tuhan yang dibuat manusia. 2) (Lihat Karen Amstrong: A History of God).

    Dan karakter dari masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya.

    Jadi jelaslah di langit-langit suci agama-agama rumpun Yahudi ini terdapat lima oknum Tuhan yang berbeda-beda, yaitu Yahweh, Trinitas (Roh Kudus, Allah Bapa dan Tuhan Anak atau Jesus) dan Allah Islam. Masing-masing dengan ribuan malaikat dan jinnya.

    Pengakuan terhadap Tuhan yang berbeda-beda tampaknya bisa menyelesaikan masalah soal pembatalan kitab-kitab atau agama-agama sebelumnya oleh agama-agama kemudian atau agama terakhir. Masing-masing Tuhan ini memang menurunkan wahyu yang berbeda, yang hanya berlaku bagi para pengikutnya saja. Satu ajaran atau satu kitab suci tidak perlu membatalkan kitab suci yang lain.

    Tetapi disini timbul masalah lagi. Bagaimana kedudukan bagian-bagian dari Perjanjian Lama yang diterima atau diambil oleh Perjanjian Baru? Bagaimana kedudukan bagian-bagian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdapat di dalam Al-Qur’an? Apakah bagian-bagian itu dipinjam dari Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain, yang ada belakangan? Atau persamaan itu hanya kebetulan? Ataukah para penulis kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab terdahulu?

    Pembagian agama menjadi agama bumi dan agama langit, dari sudut pandang Hindu sebenarnya tidak menjadi masalah. Ini terkait dengan konsep ketuhanan dari masing-masing agama. Agama-agama Abrahamik atau Rumpun Yahudi (nama yang lebih tepat daripada “agama langit”) memandang Tuhan sebagai sosok berpribadi, seperti manusia, yang berdiam di langit (ke tujuh) duduk di atas kursinya, yang dipikul oleh para malaikat. Dari kursinya di langit itu Dia melakukan segala urusan, termasuk antara lain, tetapi tidak terbatas pada, mengatur terbit dan tenggelannya matahari, “menurunkan” wahyu dan lain sebagainya. Dari segi ini benarlah sebutan “agama langit” itu, karena ajarannya diturunkan oleh Tuhannya yang bermukim nun jauh di langit.

    Dalam pandangan agama Hindu, Tuhan bersifat panteistik, yang melingkupi ciptaan (imanen) dan sekaligus di luar ciptaannya (transenden). Menurut pandangan Hindu Tuhan tidak saja lebih besar dari ciptaannya, tetapi juga dekat dengan ciptaannya. Kalau Tuhan hanya ada di satu tempat di langit ketujuh, berarti Ia ada di satu noktah kecil di dalam ciptaannya. Oleh karena itu Dia tidak Mahabesar. Agak mirip dengan pengertian ini, di dalam agama Hindu, dikenal ajaran tentang Avatara, yaitu Tuhan yang menjelma menjadi mahluk, yang lahir dan hidup di bumi – seperti Rama dan Krishna – menyampaikan ajarannya di bumi langsung kepada manusia tanpa perantara.

    Dari segi ini, dikotomi agama langit dan agama bumi tidak ada masalah. Baru menjadi masalah ketika “truth claim” yang menyertai dikotomi ini. Bahwa agama langit lebih tinggi kedudukannya dari agama bumi; karena agama-agama langit sepenuhnya merupakan bikinan Tuhan, yang tentu saja lebih mulia, lebih benar dari agama-agama bumi yang hanya buatan manusia dan bahwa oleh karenanya kebenaran dan keselamatan hanya ada pada mereka. Sedangkan agama-agama lain di luar mereka adalah palsu dan sesat.

    Pandangan “supremasis” ini membawa serta sikap “triumpalis”, yaitu bahwa agama-agama yang memonopoli kebenaran Tuhan ini harus menjadikan setiap orang sebagai pengikutnya, menjadikan agamanya satu-satunya agama bagi seluruh umat manusia, dengan cara apapun. Di masa lalu “cara apapun” itu berarti kekerasan, perang, penaklukkan, penjarahan, pemerkosaan dan perbudakan atas nama agama.

    Masalah wahyu

    Apakah wahyu? Wahyu adalah kata-kata Tuhan yang disampaikan kepada umat manusia melalui perantara yang disebut nabi, rasul, prophet. Bagaimana proses penyampaian itu? Bisa disampaikan secara langsung, Tuhan langsung berbicara kepada para perantara itu, atau satu perantara lain, seorang malaikat menyampaikan kepada para nabi; atau melalui inspirasi kepada para penulis kitab suci. Demikian pendapat para pengikut agama-agama rumpun Yahudi.

    Benarkah kitab-kitab agama Yahudi, Kristen dan Islam, sepenuhnya merupakan wahyu Tuhan? Bila benar bahwa kitab-kitab ini sepenuhnya wahyu Tuhan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna, maka kitab-kitab ini sepenuhnya sempurna bebas dari kesalahan sekecil apapun. Tetapi Studi kritis terhadap kitab-kitab suci agama-agama Abrahamik menemukan berbagai kesalahan, baik mengenai fakta yang diungkapkan, yang kemudian disebut ilmu pengetahun maupun tata bahasa. Berikut adalah beberapa contoh.

    Pertama, kesalahan mengenai fakta.

    Kitab-suci kitab-suci agama ini, menyatakan bumi ini datar seperti tikar, dan tidak stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan memasang tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataannya bumi ini bulat seperti bola. Dan sekalipun ada banyak gunung, lebih dari tujuh, bumi tetap saja bergoyang, karena gempat.

    Kedua, kontradiksi-kontradiksi.

    Banyak terdapat kontradiksi-kontradiksi intra maupun antar kitab suci-kitab suci agama-agama ini. Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan sebagai bukti ketaatannya kepada Tuhan (Yahweh atau Allah). Bible mengatakan yang hendak dikorbankan adalah Isak, anak Abraham dengan Sarah, istrinya yang sesama Yahudi. Sedangkan Qur’an mengatakan bukan Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin dengan Hagar, budak Ibrahim yang asal Mesir

    Contoh lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan (Putra), sedangkan Al-Qur’an menganggap Jesus (Isa) hanya sebagai nabi, dan bukan pula nabi terakhir yang menyempurnakan wahyu Tuhan.

    Ketiga, kesalahan struktur kalimat atau tata bahasa.

    Di dalam kitab-kitab suci ini terdapat doa-doa, kisah-kisah, berita-berita tentang kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis oleh seseorang (wartawan) atas seseorang yang lain (dari obyek berita, dalam hal ini Tuhan). Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai “Aku, Kami, Dia, atau nama-namanya sendiri, seperti Allah, Yahweh, dll”. Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan Dia, kata ganti ketiga? Kata-kata atau kalimat-kalimat pejoratif seperti Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui ini pastilah dibuat oleh manusia, sebab mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri.

    Keempat, ajaran tentang kekerasan dan kebencian.

    Di dalam kitab-suci kitab-suci agama-agama langit ini banyak terdapat ajaran-ajaran tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena kebangsaan maupun keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian terhadap orang Mesir, Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru terdapat ajaran kebencian terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat kebencian terhadap orang-orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama-agama lain yang dicap kafir secara sepihak. Pertanyaan atas soal ini, betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah akhirnya ajaran-ajaran kebencian ini menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?

    Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang menurunkan wahyu kebencian dan kekerasan semacam itu? Di dalam agama Hindu kebencian dan kekerasan adalah sifat-sifat para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau syaitan).

    Di samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak meminjam dogma dari agama-agama lain, bahkan dari komunitas yang mereka sebut penyembah berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang eskatologi seperti hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan terakhir dipinjam oleh agama Yahudi dari agama Zoroaster Persia, lalu diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda tentang penciptaan Adam dipinjam dari leganda tentang penciptaan Promotheus dalam agama Yunani kuno. Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran dari agama-agama atau tradisi buatan manusia?

    Swami Dayananda Saraswati (1824-1883), pendiri Arya Samaj, sebuah gerakan pembaruan Hindu, dalam bukunya Satyarth Prakash (Cahaya Kebenaran) membahas Al Kitab dan AI-Qur’an masing-masing di dalam bab XI II dan XIV, dan sampai kepada kesimpulan yang negatif mengenai kedua kitab suci ini. Bahwa kedua kitab suci ini mengandung hal-hal yang patut dikutuk karena mengajarkan kekerasan, ketahyulan dan kesalahan. Ia meningkatkan penderitaan ras manusia dengan membuat manusia menjadi binatang buas, dan mengganggu kedamaian dunia dengan mempropagandakan perang dan dengan menanam bibit perselisihan.

    Apa yang dilakukan oleh Swami Dayananda Saraswati adalah kounter kritik terhadap agama lain atas penghinaan terhadap Hindu yang dilakukan sejak berabad-abad sebelumnya oleh para teolog dan penyebar agama lainnya.

    Kesimpulan.

    Tidak ada kriteria yang disepakati bersama di dalam penggolongan agama-agama. Setiap orang membuat kriterianya sendiri secara semena-mena untuk tujuan meninggikan agamanya dan merendahkan agama orang lain. Hal ini sangat kentara di dalam agama-agama missi yang agresif seperti Kristen dan Islam dimana segala sesuatu dimaksudkan sebagai senjata psikologis bagi upaya-upaya konversi dan proselitasi mereka.

    Di samping itu tidak ada saksi dan bukti untuk memverifikasi dan memfalsifikasi apakah isi suatu kitab suci betul-betul wahyu dari Tuhan atau bukan? Yang dapat dikaji secara obyektif adalah isi atau ajaran yang dikandung kitab suci-kitab suci itu apakah ia sesuai dengan dan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, kebaikan hati atau mengajarkan kebencian dan kekerasan?

    Penggolongan agama-agama menjadi agama langit dan agama bumi, jelas menunjukkan sikap arogansi, sikap merendahkan pihak lain, dan bahkan sikap kebencian yang akhirnya menimbulkan kekerasan bagi pihak yang dipandangnya sesat, menjijikan dan tidak bernilai. Di lain pihak penggolongan ini menimbulkan rasa tersinggung, kemarahan, dan akhirnya kebencian. Bila kebencian bertemu kebencian, hasilnya adalah kekerasan.

    Melihat berbagai cacat dari kitab suci-kitab suci mereka, khususnya ajarannya yang penuh kebencian dan kekerasan, maka isi kitab suci itu tidak datang dari Tuhan, tetapi dari manusia yang belum tercerahkan, apalagi Tuhan-Tuhan mereka adalah buatan manusia.

    Berdasarkan hal-hal tersebut di atas disarankan agar dikotomi agama langit dan agama bumi ini tidak dipergunakan di dalam baik buku pelajaran, wacana keagamaan maupun ilmiah. Dianjurkan agar dipergunakan istilah yang lebih netral, yaitu agama Abrahamik dan agama Timur.

    (Ngakan Putu Putra sebagaian bahan dari SATS ; “Semua Agama Tidak Sama” ).

    Catatan kaki:
    I). Prof . DR. H.M. Rasjidi : “Empat Kuliyah Agama Islam pada Perguruan Tinggi” penerbit Bulan Bintang, Jakarta, cetakan pertama, 1974. hal 10) H.M Rasjidi hal 53
    2). Lihat Karen Amstrong : A History of God
    3). Swami Dayananda Saraswati Satyarth Prakash (Light of Truth), hal 648.
    4). Ibid hal 720.

  19. @Atas
    Terimakasih lagi 😀

  20. wah wah hebat dong, ok
    @ second trums ……. eee trims
    @ hati nurani21
    knapa musti 21, kenapa gak 13 ?????? hi hi hi hi maaf second
    @ B_Ali
    kata anda
    Tetapi, di dalam Al-Qur’an, ada banyak sekali ayat-ayat yang menggiring umat untuk melakukan hal-hal yang tidak manusiawi, seperti: kekerasan, anarki,

    jawab saya
    apa pembantaian di irak yang dipelopori amrik plus bussss itu ajaran islam ?????, setelah hancur lebur, dan tidak ditemukan senjata pemusnah masal ?????? apa kata mereka ??????
    Kata anda
    poligami dengan 4 istri,
    jawab saya
    klo saya mending istri sah yang wajib dinafkahi, dari pada jajan di jalan nyebarin virus ke istri kita. mana lagi jaman sekarang beristri satu, tapi selingkuhan di kantor ???????? contoh jaman moderen mas
    kata anda
    anggapan selain muslim adalah orang kafir, dsb.
    jawab saya
    memang klo maling, atau perampok, mau dikatain kiai
    nih orang lucu juga nih.
    kata anda
    Sikap-sikap tersebut tidak sesuai lagi dengan norma-norma kehidupan masyarakat modern.
    jawab saya
    oooo jadi klo
    1. punya istri satu, tapi selingkuh dimana mana lebih moderen, trus klo lahir dari buah selingkuh ?????
    2. serbu dulu baru pembuktian, ( kasus Irak mAs ) katanya demokratis, demokratis moderen yang mana mas
    3.korupsi di belakang meja lebih moderen,dari pada tidak korupsi.
    nih pemikiran moderen mas, yang lebih mengedepankan dunia,
    orang kafir aja ( profesor dari jepang ) mengatakan bahwa air yang diberi kata kata buruk , atau sebaliknya akan berubah menurut yang diucapkan, tekstur air zam, zam adalah teksture yang paling baik ( masih menganggap Islam agama jahiliyah bikinan arab )
    knapa orang puasa ( ternyata mau operasi aja harus puasa, mau hidup sehat, jangan sembarang makan, itu semua udah ada 14 abat yang lalu mas ( masih menganggap Islam ………..)
    babi mengandung cacing pita ( kedokteran yang bilang ) 14 abad yang lalu di madinah mas ………… ( masih manganggap Islam ……….. )
    ternyata bumi itu bulat, tau kan cerita galileo yang dihukum cairan timah panas karena menentang …………………. 14 abad yang lalu mas ( masih menggap Islam …………… )
    dan masih banyak lagi mas
    makanya klo mau pinter belajarnya jangan lewat buku mas,a tau tanya kepada ahli dunia saja, sekali kali tafakur sendiri, merenung, tanya sama ahlinya ………….
    mau belajar . AYO TAK TANTANG SAMPEAN TUK BUKTIKAN KEBODOHAN ANDA SENDIRI ………………
    kata anda
    Al-Qur’an dulu diracik waktu jaman tribal,
    jawab saya
    tapi smpai sekarang masih bisa menjawab jama, mau bukti ya belajar dulu mas, kan sampean masih kecil
    kata anda
    sehingga banyak ayat-ayat yang tidak bisa dimengerti lagi seperti seorang suami diperbolehkan mempunyai istri 4. Dimana mendapatkan angka 4? Kenapa tidak 10, 25 atau bahkan 1000?
    jawab saya
    ooo jadi mending menghidupi satu istri, tapi mempunyai selingkuhan buanyak ( seperti di jaman moderen yang anda agungkan ), tru klo ada aids triak teriak semua, wah ngaco ini orang, emang enak klo selingkuh ………..
    kata anda
    Dalam hal ini, wanita tidak lagi dianggap sebagai manusia, tapi sebagai benda terhitung dalam satuan, bijian, 2, 3, 4 atau berapa saja.
    kata saja
    emang brapa banyak sih yang poligami, debandingkan yang selingkuh, emang udah pernah disurvey ………… nih orang lucu juga. wong sah dilarang, tapi sembunyi sembunyi purak purak gak tau …………………
    CAMKAN YA WAHAI B. ALI
    klo kamu bukan orang islam, gak usah keminter tentang agama islam, klo kamu orang islam, perlu belajar buanyak tentang agamamu itu. wong sholat bolong bolong , udah berani bicara poligami, perang ( maaf secon aku gak nuduh lohh, tapi klo orang sholat, dan sholatnya benar, pasti gak akan muncul piktornya )

  21. @bara
    kata teman saya sih itu komen cuma mau nyampah 😀

  22. @SP

    Agar pemahaman manusia tersebut mencapai wahyu Tuhan maka pemahaman yang relatif itu harus didasari oleh metode terbaik yang bisa dilakukan. Pemahaman yang didasari metode terbaik yang bisa dilakukan adalah hal yang mutlak dilakukan manusia untuk memahami wahyu Tuhan. Mungkin ada yang berkata metode itu juga relatif sifatnya, saya jawab ya tetapi yang mutlak adalah anda harus memahami dengan metode terbaik yang bisa dilakukan apapun bentuknya.

    Jangan sekali2 berfikir bahwa semua orang akan dengan memudah memahami statement ini.
    Akan lebih mudah jika digunakan pilihan kata lain, shg tidak terputar2 pikiran kami dalam kata “mutlak”. Apakah bisa jika digunakan kalimat:

    Pemahaman yang didasari metode terbaik yang bisa dilakukan adalah suatu keniscayaanyang harus dilakukan manusia untuk memahami wahyu Tuhan.

    Wassalam

  23. @SP

    Kedua unsur ini menyebabkan absolutisme agama menjadi relatif.

    Kalau memang keduanya berbeda dg yang 3 pertama, kenapa tidak kita biarkan menjadi 2 kelompok yang terpisah/berbeda?:
    Kelompok I:
    Kelompok Kebenaran Absolut.
    Kelompok II:
    Kelompok Absolutisme yang Relatif.

    Wassalam

  24. @SP

    Sayangnya ada sekelompok orang yang tidak mengerti masalah ini, mereka berusaha mengabsolutkan sesuatu yang relatif.

    Sekalian juga dibahas kelompok mereka yang merelatif yang absolut, mana dari keduanya yang lebih berbahaya?..:mrgreen:

    Wassalam

  25. @SP

    dan ketika keyakinan ini diserang akan terasa menyakitkan bagi dirinya.

    Menyerang secara bagaimana nih? Fisik?, cercaan?, Teror? ataukah menyerang dengan argumen2?

    Jadi ketika mereka menyerang orang lain yang menurut mereka menegakkan kebenaran sebenarnya mereka menyakiti hati orang lain.

    Sakit dan tidaknya hati orang lain adalah diluar kontrol kita. Bagian dari tanggung jawab kita adalah menjaga tingkah laku kita. Tanpa kita melakukan sesuatu yang menyakitkan pun hati orang bisa terluka/sakit. Bisa saja kita merasa melakukan sesuatu yang baik, misalnya menolong, tapi yang ditolong tersinggung ataupun sakit hatinya.

    Wassalam

  26. Kita harus menghargai manusia yang memiliki bermacam-macam keyakinan walaupun anda mungkin tidak menghargai keyakinan bermacam-macam yang dimiliki manusia.

    Tulisan bagus yang ditutup dengan kalimat bagus..
    Hampir saja tulisan yg sudah berumur 1 tahun ini terlewatkan.
    Semoga bisa menjadi hadiah lebaran bagi semua umat muslim yang membacanya, bahkan bisa menjadi inspirasi bagi semua manusia.
    Kita hidup di bumi yang sama dengan matahari yang sama, yang diciptakan oleh Tuhan yang sama.

    Semoga Allah merahmati yang menulis, dan mereka yang membaca dan mendapat pencerahan atasnya.

    Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1429 H, Mohon Maaf Lahir & Batin

    Wassalam

  27. Ini baru cerminan orang indonesia berindonesia. Good job

Tinggalkan komentar