Sikap Muslim Terhadap Orang Nonmuslim

Sikap Muslim Terhadap Orang Nonmuslim

Tulisan ini akan membahas masalah yang sering dilontarkan oleh sebagian orang yang berada di atas jalan yang lurus (katanya), yaitu masalah sikap seorang muslim terhadap nonmuslim atau orang kafir. Sebagian dari mereka menunjukkan sikap yang dilandasi oksidentalisme paranoid dengan berkata mereka itu kaum kafir sudah mendapat laknat dari Allah SWT, mereka itu kaum kafir tidak layak dipercayai, tidak layak dicintai, musuh Allah dan yang paling aneh mungkin karena gayanya yang skripturalis mereka mencela setiap orang muslim yang menyebut orang nonmuslim(kafir) itu sebagai saudara. Tidak tanggung-tanggung celaan itu seringkali diiringi dalil-dalil baik dari Al Quran dan Hadis. Padahal dalil mereka itu sebenarnya lebih tepat ditujukan pada kaum kafir yang menentang Allah dan RasulNya.
Saat kita berbicara tentang orang nonmuslim maka perlu diperhatikan “tidak semua orang nonmuslim itu sama”. Tentu saja mereka semua manusia, yang dimaksud itu bahwa berdasarkan sikapnya terhadap kita orang muslim, maka orang nonmuslim itu terbagi menjadi orang nonmuslim yang memusuhi orang muslim(menentang Allah dan RasulNya) dan orang nonmuslim yang tidak memusuhi orang muslim. Kalau dalam masa Pemerintahan Islam, orang nonmuslim yang kedua ini disebut juga Ahludz Dzimmah.

Al Quran dan Hadis telah menunjukkan dengan jelas bagaimana sikap seorang muslim seharusnya terhadap kedua tipe orang nonmuslim tersebut. Dengan kata lain sikap seorang muslim terhadap orang nonmuslim yang memusuhi orang muslim itu berbeda dengan sikap orang muslim terhadap orang nonmuslim yang tidak memusuhi orang muslim. Hal ini jelas harus dipahami karena jika tidak dibedakan antara kedua tipe orang nonmuslim ini maka akan terjadi kerancuan dalam memahami ayat-ayat Al Quran atau misinterpretasi dalam penafsiran.
Kerancuan seperti ini seringkali terjadi, yaitu pada orang-orang yang memandang orang lain yang berbeda agama dengan pandangan yang rendah. Kadang-kadang orang-orang tersebut berkata kasar dan menghina hanya karena mereka berbeda agamanya. Hal seperti ini terjadi karena adanya fenomena yang disebut Mutilasi dalil. Mutilasi dalil maksudnya dari semua dalil yang ada hanya mengambil sebagiannya saja kemudian menarik kesimpulan umum. Padahal sebagian dalil sisanya yang tidak dikemukakan justru membatasi apa yang diumumkan oleh sebagian dalil yang dikemukakan. Jadi tentu saja hal ini merupakan kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Dalam masalah orang kafir ini mereka yang rancu itu mengemukakan dalil-dalil yang menyatakan sikap yang keras kepada orang kafir seraya melupakan dalil-dalil lain yang justru mengharuskan berbuat baik dan adil kepada orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin.

Al Quran Tentang Sikap Muslim Terhadap Orang Kafir

Hai orang-orang yang beriman, Jangan kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin-pemimpinmu, sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka (Al Maidah 51).

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu(karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan kemudaratan bagimu). Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat(kami) jika kamu memahaminya. (Ali Imran 118).

Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya ,sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka . Mereka Itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan dengan pertolongan yang datang daripadaNya. Dan dimasukkanNya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap(limpahan rahmat)Nya. Mereka Itulah golongan Allah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah Itulah golongan yang beruntung. (Al Mujadilah 22).
Ayat-ayat ini jelas ditujukan untuk orang kafir yang memerangi Allah dan RasulNya, atau orang-orang kafir yang memerangi kaum muslimin, dan menindas kaum muslimin karena keyakinan yang berbeda dengan apa yang selama ini mereka yakini. Adapun terhadap orang-orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin, atau orang-orang kafir yang mengadakan perjanjian damai dengan kaum muslimin maka Al Quran dengan tegas menyatakan sikap yang baik terhadap mereka, menjaga hak-hak mereka dan berlaku adil kepada mereka.
Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu dalam agama dan tidak mengusir kamu dari kampung-kampungmu sebab Allah senang kepada orang-orang yang adil. Allah hanya melarang kamu bersahabat dengan orang-orang yang memerangi kamu dalam agama dan mengusir kamu dari kampung-kampungmu dan saling bantu-membantu untuk mengusir kamu ,barangsiapa bersahabat dengan mereka maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.(Al Mumtahanah 8-9)

Ayat ini jelas sekali menunjukkan bahwa seorang muslim diharuskan bersikap baik dan adil terhadap orang kafir atau nonmuslim yang tidak memerangi kaum muslimin. Dari ayat ini juga dapat ditarik kesimpulan bahwa ayat-ayat Al Quran yang menunjukkan sikap keras kepada orang kafir sebelumnya tidak ditujukan kepada seluruh orang kafir tetapi hanya kepada orang kafir yang memerangi kaum muslimin.

Memang ada sebagian orang yang merasa dirinya cukup pintar berlagak seolah-olah tidak tahu tentang ayat Al Quran Al Mumtahanah 8-9, tetapi justru mengutip ayat-ayat Al Quran yang bersikap keras terhadap orang kafir. Kemudian dengan kepintarannya atau kepura-purannya dia menyatakan bahwa ayat tersebut ditujukan untuk seluruh orang kafir.

Seolah-olah dalil tersebut menjadi justifikasi mereka untuk memandang rendah dan berkata kasar terhadap mereka yang berbeda agamanya. Sikap seperti ini jelas telah mencemarkan nama baik Islam dan kaum muslimin. Anda mungkin akan melihat dari tulisan-tulisan mereka yang berupa celaan terhadap seseorang karena orang tersebut berbeda agamanya atau mungkin kata-kata yang meremehkan dan memandang rendah setiap pendapat seseorang karena orang tersebut hanya berbeda agamanya. Padahal mereka yang berbeda agama itu tetap mempunyai hak untuk menyatakan pendapat, hak untuk dihargai atau dijaga kehormatannya termasuk hak untuk mendapatkan kata-kata yang layak bukan kata-kata yang kasar. Hal ini harus diperhatikan karena menjaga hak-hak mereka yang berbeda agama itu termasuk dalam berbuat baik dan adil yang dijelaskan dalam Al Quran Al Mumtahanah ayat 8&9.

Saya tidak tahu apakah Mereka yang rancu(sebagian dari mereka) benar-benar tahu bagaimana caranya bersikap atau menunjukkan sikap keislaman.Yang tidak habis pikir kadang dengan sesama muslim saja mereka(sebagian mereka) malah berkata kasar atau menghina hanya karena orang tersebut berbeda pendapatnya. Lucunya mereka yang bersikap seperti ini dengan gagahnya menyatakan diri sebagai golongan yang selamat, golongan yang benar dan paling benar. Seolah-olah dengan menisbatkan diri sebagai pengikut Kelompok atau Golongan tertentu maka mereka akan langsung menjadi benar. Orang seperti ini telah menjadikan kebenaran sebagi budak yang tunduk terhadap simbol kelompoknya. Aneh sekali memang ketika kebenaran diperbudak.

24 Tanggapan

  1. Capeek ah,,
    Ma bilang kalo yang non muslim itu Ahludz Dzimmah, malah dibilangin make ayat Al Qur’an dengan nafsu,, 😥

  2. @ Ayuk
    sabar yuk, bicara dengan mereka memang kadang bisa buat tensi naik
    atau bisa juga buat bener2 drop, capek ya istirahat dulu
    Nggak kok gapake nafsu, aku tahu kok ayuk bener dasaran mereka aja yang salah persepsi atau gak ngerti, he he he(sok menghibur)
    Semangat yuk semangat semangaaaaaaaaat 🙂

  3. tau tuh,, Ma skarang aja udah 90/60, mo dibikin shock apa,,??
    *lho kok jadi ngamuk?*
    btw, panggilnya Ma doongg!! Ayok kesannya gimanaaaa gitu,, 😛
    *halah*

  4. Ass..

    Memang seharusnya kita tidak boleh bersikap kasar terhadap non muslim.. Kita harus berbuat adil dan baik terhadap non muslim. Karena disitulah letak adab dan kemuliaan islam sebagaimana ayat Mumtahanah ayat 8-9 diatas. Islam bukanlah disebarkan dengan sikap kasar seperti itu..

    Seseorang dianggap ‘kafir’ adalah manakala seruan kebenaran Islam telah datang kepadanya lalu orang tersebut menolaknya. Kafir secara bahasa artinya menolak.

    Rasulullah saw juga menegaskan:
    “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah mendengar tentang aku seorang dari umat ini, baik dia Yahudi atau Nasrani, lalu ia mati dan tidak mengimani risalah yang aku bawa (Islam), kecuali termasuk penghuni neraka.” (HR Muslim).

    Lalu apakah hadis diatas bertentangan dengan ayat Qur’an yang menegaskan bahwa umat yahudi, nasrani dan sabiin juga akan masuk surga ?, yaitu ayat:
    “Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin , siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan beramal saleh mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak mereka bersedih hati.” *(Q.S.Al-Baqarah 62)
    Menurutku, ayat qur’an ini berlaku untuk orang non-muslim yang belum mengetahui/mempelajari kebenaran Islam akan tetapi masih berpegang pada Tauhid yang murni bukan yang sudah terkotori seperti paham Trinitas.
    Syarat umat non muslim untuk masuk surga menurut ayat diatas adalah
    1. beriman kepada Allah.. Ini merujuk kepada Tauhid yang murni yaitu sebagaimana surat Al-Ikhlas..tanpa embel2 trinitas atau menganggap ‘Uzair putra Allah’ sbg org Yahudi atau embel2 yang lain
    2. Beriman kepada hari kemudian.. yaitu bahwasanya akan ada hidup setelah kematian
    3. Beramal shaleh.. yang ini pasti, apa gunanya mengaku beriman tapi tidak ada amal.
    Ketiga syarat tsb harus ketiga-tiganya dipenuhi bukan hanya beberapanya saja.
    Contohnya, di dalam agama kristen sekarang masih ada lho yang memegang Tauhid yang murni. Mereka menolak paham Trinitas. Mereka umat kristen yang beraliran SAKSI JEHOVAH. Maka mereka inilah yang bisa masuk kriteria surat Al-Baqarah ayat 62 ini. Tapi sayangnya, aliran ini bukanlah mayoritas dari umat kristen. Bahkan, mereka ini dianggap aliran sesat.

    Walhasil, kesimpulanku adalah :
    Seseorang dianggap ‘kafir’ adalah manakala seruan kebenaran Islam telah datang kepadanya lalu orang tersebut menolaknya.

    Hidup persatuan !!!
    Hidup persatuan antar umat beragama yang masih memegang Tauhid Murni. !!
    Hidup Khilafah Islamyah !!

    Wassalam

  5. @ Ja’far
    thanks masukannya
    saya sependapat kok kalau kafir secara bahasa menolak
    tetapi kalau mereka yang syirik dan belum sampai kebenaran kepadanya
    itu bagaimana? bisa saja kan mereka syirik mengikut kebiasaan orang tua atau leluhurnya.
    Saya suka persatuan
    sayangnya idealisme saya udah mulai luntur
    he he semangat, semangat ,eh kasih tahu ya kalau u buat blog

  6. kalo belum sampai kebenaran..ya belum kafir donk.. itungannya ada pada Allah..aku lupa ayat Qur’annya..

  7. walaupun orang itu syirik atau menyembah berhala tetap dianggap belum kafir kalau belum sampai kebenaran kepadanya
    begitu kan itu yang saya tangkap
    Akan saya pikirkan he he he 🙂

  8. “Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (Q.S.Al-Mu’minun : 117)

    Harus dijadikan catatan bahwasanya bertauhid yang murni adalah fitrah yang diberikan Allah kepada manusia. Bertauhid dengan murni adalah kebutuhan manusia krn hal tsb adalah fitrah. Sama seperti kebutuhan manusia untuk mencintai lawan jenis, hal tsb adalah fitrah. Jadi tidak akan ada lagi alasan “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini ” atau alasan “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu ?”

    Sebagaimana firman Allah :
    “Dan ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul, kami menjadi saksi” agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini “, atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu ?” (Q.S.Al-A’raf 172-173)

    Qur’an surat al-A’raf ayat 172-173 ini menyatakan bahwa sebelum kita lahir di dunia jiwa kita telah bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah. Kesaksian ini melekat di dalam hati setiap manusia yang berarti bahwa di dalam hati kita yang paling dalam kita mengakui bahwa Allah adalah Tuhan kita dan tiada Tuhan selain Dia. Di dalam hati kita tertanam suatu program dasar (fitrah) bahwasanya Tuhan adalah Esa, suatu konsep monetheisme murni. Dapatlah dikatakan bahwa seseorang akan menjadi gelisah dalam agamanya selama orang tersebut belum mengesakanNya. Jiwa yang gelisah mencari Tuhan inilah yang menjadi latar belakang pemeluk agama non-islam akhirnya beragama islam karena mereka pada agamanya dahulu tidak menemukan ketenangan. Mereka tidak menemukan ketenangan karena hati mereka yang terdalam mengatakan bahwasanya Tuhan itu Esa, sedangkan agamanya yang selama ini dianutnya tidaklah mengajarkan konsep ketuhanan seperti itu. Ayat ini juga menerangkan bahwa bukanlah kesalahan Allah jika manusia tersebut masih mempersekutukan Allah. Setiap manusia diberi oleh Allah kecenderungan untuk menyembah hanya Tuhan yang satu. Seseorang yang menyekutukan Allah adalah seseorang yang telah keluar dari fitrahnya. Walaupun seseorang tersebut hidup ditengah-tengah masyarakat yang menyekutukan Allah dan dia beragama demikian, seseorang yang baik dan jujur terhadap diri dan agamanya pasti dengan fitrah yang ada pada dirinya akan berusaha mencari Tuhan yang sebenarnya, yaitu Tuhan yang esa, tidak ada sekutu bagiNya. Orang tersebut akan berusaha mencari agama yang benar yang memiliki konsep tauhid (monotheisme murni). Orang yang menyekutukan Allah tidak dapat menyalahkan Allah atas perbuatannya yang menyekutukan Allah dengan alasan orang tuanya atau lingkungannya beragama yang menyekutukan Allah sehingga dirinya pun ikut menyekutukan Allah. Alasan-alasan yang menunjukkan bahwa sikap menyekutukan Allah bukan kesalahan orang tersebut tidak diterima Allah pada saat hari kiamat dimana kita semua akan berada di pengadilanNya. Kesalahan tersebut adalah dari manusia itu sendiri. Allah telah menciptakan manusia dengan fitrahnya hanya untuk menyembah Allah semata, jika orang tersebut masih menyekutukan Allah maka kesalahannya ada pada orang tersebut. Alasan mengapa orang tersebut masih menyekutukan Allah adalah karena tidak beragama dengan benar dan jauh dari agama. Barangsiapa yang ingin beragama dengan benar pastilah ia akan mengkaji agamanya dan disitulah pasti seseorang yang beragama menyekutukan Allah akan mendapat hidayah untuk mencari agama yang mengesakan Allah semata. Oleh sebab itu, Allah tidak menerima alasan dari orang-orang yang menyekutukan Allah yang mengatakan “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini “ atau alasan “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu ?” .

  9. wah jadi gimana tuh,kalau orang syirik atau menyekutukan Allah karena ikut orang tua, terus dia belum pernah mendapat seruan dari siapapun, jatuhnya kafir nggak?
    kalau dilihat dari setiap orang fitrah sudah bersaksi akan ketauhidan maka jatuhnya orang kayak gitu kafir dong, benar begitu y?

  10. Bukankah Sudah diatur dalam Aturan yang PAs, dan Mudah dimengerti, Emang Mau dibahas APalagi nieh………??? Kok yang gini masih Dibahas panjang lebar…

    Contohnya, Nabi saja masih menghormati orang Yahudi (padahal sudah meninggal), karena Semua orang itu sama = Manusia

    Ketetapan hubungan NOn Islam dengan Islam itu berlaku, seperti yang disebutkan Oleh Penulis di ATas. Bila kita tidak di ganggu maka kita wajib menjaga Kedamaian, dan saling menghormati

    Tapi bila kita terancam karena Tindakan Yang Mengancam Hidup Kita, Baru kita bereaksi. Dan tentunya kewaspadaan itu memang Perlu. Dan itu juga ada aturannya.

    Hal yang perlu dicatet, Siapa yang bisa menyatakan dirinya Yang paling benar??? adakah yang menjamin…???

    karena tugas kita hanya mengabdi, dan melakukan perintah sesuai aturan, bukan menjadi penilai.

  11. *buat yang komen diatas Ma*

    Menurut Ma maksud Faisal itu bukan masalah sikap terhadap non muslimnya kok,, tapi masalah keberagamaannya,,

    eh btw, salah satu link yang Ma suka tentang kafir nih,,
    siapa tau ada gunanya,,
    http://suluk.blogsome.com/2006/02/17/makna-kafir-dan-syuhada-kafir-bukanlah-berarti-orang-yang-tidak-beragama-islam/

  12. @ seconn
    hemmmm menarik, boleh input ya, walau agak ngaco hi hi hi hi
    memang benar kita dilarang berbuat anarki kepada sesama manusia, terlebih kepada saudara kita sesama muslim, jadi jangan mencaci saudara kita yang seiman hanya karena beda penafsiran ( hemmm jadi ingat ……….. ) kalau sikap kita terhadap orang yang berlainan aqidah, maka benar sudah perbedaan antara kafir harbiy, dan dzimmi, tapi memang menurut aqidah kita mereka tetap penentang Tuhan dan nabi, dan tetap disebut disebut kafir, yang salah satu nya tidak bisa saling mewarisi dll, apalagi jaman sekarang yang tidak mungkin orang tidak tahu apa itu islam, nah tinggal hidayah aja yang turun maka terbukalah keimanan kepada satu agama saja, bersujud hanya kepada Yang Maha tunggal. jadi mending kita yang mau mari kita belajar menghargai saudara kita dahulu, kita benahi akhlak kita yang secara tidak sengaja barang kali pernah menyakiti, barulah kita berbenah dengan orang diluar akidah kita. percuma klo kita teriak mari kita bersatu antar sesama manusia, tapi kita sering menyalahkan, bahkan mengkafirkan saudara kita sendiri …… coba cari di sahih bukhari tentang periha memilih teman ( sekali lagi bukan kita mau membedakan loh ) contoh berteman dengan tukang penjual minyak, atau berteman dengan pande besi, disitu terlihat apik dan menjadikan kita lebih selektif memilih teman, bukan membenci orang diluar akidah lohh ( nanti disalah artikan lagi )

  13. @bersatu
    makanya Mas hargailah saudara seiman yang berbeda pendapat
    Gak perlu dituduh-tuduh atau disesat-sesatkan

  14. @ jagal
    makanya mari kita sama sama meperingatkan, janganlah mengatakan sahabat murtad, kafir, sahabat ini salah sahabat itus alah, hanya berdasarkan dalil yang kita sendiri kagak tau makna sebenarnya dalil itu ( ya samalah seperti Nabi adam yang menjalani takdirnya untuk turun ke bumi, masak kita juga menyalahkan Nabi adam, klo kita menyalahkan nabi adam, terus apa kedudukan kita ???? ) bukan kewajiban kita mengatakan salah dan benar kok, salah benar mutlak milih Tuhan ( tau kan ceritanya orang yang membunuh lebih dari 100 nyawa trus mau bertobat, tapi keburu mati ) nah haknya Tuhan untuk mengatakan kamu salah atau tidak, bukan kita yang masih senang keduniaan

  15. @ jagal
    makanya mari kita sama sama meperingatkan, janganlah mengatakan sahabat murtad, kafir, sahabat ini salah sahabat itus alah, hanya berdasarkan dalil yang kita sendiri kagak tau makna sebenarnya dalil itu ( ya samalah seperti Nabi adam yang menjalani takdirnya untuk turun ke bumi, masak kita juga menyalahkan Nabi adam, klo kita menyalahkan nabi adam, terus apa kedudukan kita ???? ) bukan kewajiban kita mengatakan salah dan benar kok, salah benar mutlak milih Tuhan ( tau kan ceritanya orang yang membunuh lebih dari 100 nyawa trus mau bertobat, tapi keburu mati ) nah haknya Tuhan untuk mengatakan kamu salah atau tidak, bukan kita yang masih senang keduniaan, jadi

  16. @bersatu

    bukan kewajiban kita mengatakan salah dan benar kok, salah benar mutlak milih Tuhan ( tau kan ceritanya orang yang membunuh lebih dari 100 nyawa trus mau bertobat, tapi keburu mati ) nah haknya Tuhan untuk mengatakan kamu salah atau tidak, bukan kita yang masih senang keduniaan, jadi

    Makanya Mas anda juga gak berhak mengatakan orang lain salah karena salah dan benar mutlak milik Tuhan :mrgreen:

  17. @ j aga
    iya saya faham, makanya gak usah ya bilang yang salah katakan salah, yang benar katakan benar ( seperti tulisan anda dalam riwayat fadak, dll ) idi kirtik untuk kita semua kok, klo kita kiritk orang lain kita juga harus siap di kirtik ya …….. heemmm

  18. @bersatu
    Saya faham maksud anda dalam arti mau bagaimanapun saya, Anda tetap tidak bisa menyalahkan saya karena salah dan benar mutlak milik Tuhan, begitulah kata anda kan
    Salam

  19. @bersatu
    Maaf Mas saya selalu bisa dikritik kok, silakan

  20. @ second
    ok ok ………………. laen kali bahas maulid ya . tak tunggu

  21. dahulukan akhlak diatas fiqih (kate kang jalal looh) that’s truth !!!!

  22. alhamsulillah..

    ini yg dari kemaren saya cari2 ternyata ketemu juga, pas banged lagi judulnya sama studi kasus saya..

    makasih ya mas/mba..

  23. oo.. si selfie ya mas?? mungkin mereka belum nemuin Hadits mengenai orang Baduy yang -‘maaf’- pipis di masjid, ketika itu Rasulullah saw diemin aja tuh. Malah Rasulullah saw nyuruh Sahabat untuk ngebersihin itu seni. Loh.. katanya ngikut Sahabat ??

Tinggalkan komentar