Kritik Salafi Yang Melarang Menggunakan Kata Saudara Kepada Orang Kafir

Menggunakan Kata Saudara Kepada Orang Kafir

Tulisan ini adalah kritik terhadap mereka yang dengan sinis telah menghina dan mencela orang lain(yang muslim) hanya karena kesalahan satu-satunya orang itu adalah menggunakan kata saudara terhadap orang kafir. Mereka ini tidak mempunyai dalil sedikitpun untuk menyatakan bahwa dengan orang kafir tidak boleh menggunakan kata saudara. Mereka ini hanya bertaklid kepada tulisan ulamanya saja. Padahal justru sebaliknya ada banyak dalil yang membolehkan penggunaan kata saudara antara muslim dan orang kafir atau dalil yang menunjukan orang muslim dapat disebut saudara bagi orang kafir.
Nabi Nuh Saudara Kaumnya
Kaum Nuh telah mendustakan para Rasul. Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya Aku adalah seorang Rasul kepercayaan(yang diutus) kepadamu. (QS Asy Syu’ara :105-107)

Nabi Hud Saudara Kaum ‘Ad
Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka Hud. Ia berkata “Hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan saja. (QS Hud :50)

Dan Kami telah mengutus kepada kaum ‘Ad saudara mereka Hud. Ia berkata “Hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selainNya, maka mengapa kamu tidak bertakwa kepadaNya?”. (QS Al A’raf :65)
“Kaum Ad telah mendustakan para Rasul, ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka: Mengapa kamu semua tidak bertakwa?”. (QS Asy Syu’ara : 123-124)

“Dan Ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Ad ketika ia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya(dengan mengatakan) :Janganlah kamu menyembah selain Allah sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar”. (QS Al Ahqaf :21)
Nabi Shalih Saudara Kaum Tsamud
Kaum Tsamud telah mendustakan Rasul-rasul . Ketika saudara mereka Shalih berkata kepada mereka “Mengapa kamu tidak bertakwa?”. (QS Asy Syu’ara :141-142)

Dan Kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shalih. Shalih berkata “Hai kaumku sembahlah Allah,sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi(tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunanNya, kemudian bertobatlah kepadaNya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmatNya) lagi memperkenankan (doa hambaNya). (QS Hud :61)

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kaum Tsamud saudara mereka Shalih (yang berseru) sembahlah Allah, tetapi tiba-tiba mereka menjadi dua golongan yang bermusuhan. (QS An Naml :45)

Dan (Kami telah mengutus ) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shalih. Ia berkata “Hai kaumku, sembahlah Allah ,sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selainNya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun(yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih”. (QS Al A’raf :73)
Nabi Luth Saudara Kaumnya
Kaum Luth telah mendustakan Rasul-rasul. Ketika saudara mereka, Luth berkata kepada mereka “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya Aku adalah seorang Rasul kepercayaan(yang diutus) kepadamu. (QS Asy Syu’ara :160-162)

Nabi Syu’aib Saudara Penduduk Madyan
Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka Syu’aib. Ia berkata “Hai kaumku sembahlah Allah ,sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selainNya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”. (QS Al A’raf :85)

Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka Syu’aib, maka ia berkata ”Hai kaumku sembahlah olehmu Allah, harapkan(pahala) hari akhir dan Jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan”. (QS Al Ankabut :36)

Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka Syu’aib. Ia berkata “Hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik(mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan(kiamat). (QS Hud :84)

Semua ayat Al Quran diatas dengan jelas menyebutkan bahwa Nabi Nuh as, Nabi Hud as, Nabi Shalih as, Nabi Luth as, dan Nabi Syu’aib as sebagai saudara dari kaumnya. Tidak diragukan lagi kalau Para Nabi itu adalah muslim, bahkan Mereka as adalah muslim yang paling baik. Dan tidak diragukan pula bahwa kaum yang diseru oleh Mereka para Nabi as itu adalah orang-orang kafir. Walaupun begitu ternyata Al Quran tetap menggunakan istilah saudara bagi mereka yang bertauhid dan mereka yang kafir. Ini adalah dalil yang jelas kebolehan penggunaan kata saudara terhadap orang kafir.

Tentu saja saudara dalam pengertian ini jelas bukan saudara sesama muslim atau saudara seagama. Kata saudara sendiri memiliki makna yang cukup banyak, bisa berarti saudara sekandung atau dalam arti kekeluargaan, saudara satu suku atau kaum atau saudara sebangsa dan setanah air bahkan saudara senenek moyang atau saudara sesama manusia. Ketika ada seorang muslim berkata bahwa orang kafir itu saudara kita, maka jelas sekali bahwa yang dimaksud bukan saudara sesama muslim atau saudara seagama, ini adalah jelas sekali karena yang dibicarakan itu lain agamanya.

Anehnya kenapa ada orang yang menisbatkan dirinya dengan salafi yang berkata itu tidak boleh mereka itu bukan saudara kita. Apa pengertian saudara menurut dia ini. Kalau seandainya yang dimaksud itu saudara sesama muslimmaka dia ini rasanya aneh sekali bodoh sekali karena mana ada orang muslim yang akan mengatakan bahwa orang kafir itu saudara seagama dengan orang muslim. Kalau benar seperti ini maka Dia telah salah mempersepsi bahasa manusia pada umumnya. Karena jelas tidak sama kata saudara dengan kata saudara sesama muslim atau seagama.

Atau mungkin dia beranggapan bahwa kata saudara hanya diperuntukkan bagi mereka yang seagama atau seakidah saja. Kalau memang seperti ini maka sekali lagianeh dia juga bodoh karena Al Quran telah menggunakan kata saudara antara para Nabi as dan kaumnya. Dan juga aturan darimana bahwa kata saudara hanya untuk yang seagama saja bagaimana dengan saudara dalam arti kekeluargaan ,apakah hanya karena beda keyakinan keluarga langsung menjadi orang lain. Aneh tidak ada yang seperti ini dalam islam bahkan orangtua yang kafirpun tetap disebut sebagai orang tua dan diharuskan bersikap baik dan taat kepada keduanya kecuali jika bertentangan dengan perintah Allah SWT. Apakah karena kafir maka orang tua tidak lagi disebut orang tua?.

Jelas sekali bahwa orang muslim yang berkata orang kafir itu saudara kita juga itu menggunakan bahasa Indonesia, yang berarti bahwa kata saudara itu mempunyai arti yang bermacam-macam. Tetapi sayangnya dia yang menisbatkan dirinya dengan salafi itu membantah kadang dengan kata yang kasar padahal dia sendiri tidak mengerti apa yang dikatakan orang lain. Dia ini berlagak seperti tiran di tengah para penentangnya. Dalam pandangannya apapun yang dikatakan orang lain kalau bertentangan dengannya adalah salah. Dia tidak berusaha benar-benar memahami apa yang dikatakan orang lain karena pandangannya cuma tertuju pada pertentangan orang tersebut dengan dirinya dan menurutnya ini tidak boleh dibiarkan karena saya yang benar dan orang itu salah. Pikiran yang seperti ini menunjukkan ada penyakit dalam dirinya. Penyakit yang timbul karena telah terbiasa menggunakan logika tiran untuk memperbudak kebenaran.

27 Tanggapan

  1. Hohohohohoho,, nice one!!!
    Kafir™ kamu!! 😆

  2. semua blogger bersodara 😀

  3. Yaiyyy… tulisannya `kena` banget Bharma!
    Bagus…
    Setuju cK, semua kita bersaudara… 😀

  4. @ Ayuk
    Ah ayuk bisa aja, saya muslim kok
    tolong disebarin y

    eh judulnya huruf kecil tuh
    td sih sempet inget sama saran ayuk

    @ Ck
    Iya bener semua bersaudara jadi harus saling menghargai dan menghormati
    karena itu bagian dari rasa kemanusiaan manusia

    @ Mbak Hiruta
    he he thanks Mbak (jadi malu nih dipuji Mbak Hiruta)
    sekedar kritik buat mereka Mbak kalau kita gak asal bicara

  5. Oooo….
    Ma itu….!
    Kapan nak nginep t4 aq? ado y nak aq cerito ke!
    O y, jangan lupo bawo makanan!

  6. Ass..
    Kau baco dimano di buku apo bhar kalo salafi menentang penggunaan kata ‘saudara’ untuk orang kafir ?
    Menurutku sebaiknya, kalo menkritik jangan mengkritik alirannya tapi kritik orang yang menengahkan pemikiran yang salah itu..tidak semua yang mengaku salafi berpendapat demikian. Sebaiknya kritik buku atau orang yang mempunyai pemikiran salah seperti itu.. Begitu juga syi’ah atau aliran/mahzab/kelompok manapun, pastilah ada ajaran-ajarannya yang nyeleneh.. Walhasil jangan mengkritik label (“salafi”) tapi kritiklah pemikiran orang2nya yang salah itu. Pendapat salafi aja mengenai Mu’awiyah ada 2 kelompok..Ada yang menganggap Mu’awiyah tidak bersalah (dengan alasan bahwa semua sahabat itu adil dan hasil ijtihad Mu’awiyah yang keliru masih dimaafkan oleh Allah) dan ada yang menganggap Muawiyah itu salah karena telah memerangi Imam Ali r.a, Imam Hasan r.a dan Imam Husein r.a.

    Sebaiknya kita bersatu dan mencari cara persatuan..

    Hidup Khilafah Islamiyah !!!
    Hidup persatuan !!!

    Wassalam

  7. @ Ja’far Shodiq
    Tahnks komentarnya
    Coba lihat Yusuf Qardhawi Fil Mizan karya Sulaiman bin Shalih Al Khurasy, si pengarang mencela Yusuf Qardhawi yang menggunakan kata saudara terhadap orang kafir
    Memang sih idealnya seperti itu tapi orang yang bicara itu menisbatkan dirinya dengan salafi
    Lagipula kan gak ada artinya mengkritik label salafi
    Salafi bukan kata suci yang mesti dikultuskan
    Yang saya kritik orang yang mengatasnamakan salafi
    Kalau kita bicara kritik salafi, tidak berarti kritik itu ditujukan untuk seluruh yang mengaku salafi tetapi pemikiran sebagian orang yang mengatasnamakan salafi.Coba lihat Tulisan saya diatas menyebutkan orang yang menisbatkan dirinya dengan salafi
    Saya mengakui bahwa tidak semua orang salafi yang saya maksud, itu kan sama halnya ketika saya membuat kategori kritik salafi tidak berarti semua kata salafi harus saya kritik cuma sebagian.
    Kan lucu kalau buat kategorinya saya sebut nama orang “Kritik si anu”
    susah dikelompokkan jadinya
    Iyalah kita harus bersatu kok, dan saya harap kritik ini tidak dianggap memecah belah persatuan umat islam ,cuma usaha menyampaikan pendapat. :}

  8. Sepertinya seru banget nih pembicaraan mengenai salafi…
    lain kali coba ikutan ah..

  9. nafa kata saudara aja di persulit yak? 🙄
    masak mo make kata saudara aja ada label haram halalnya sih? *hiperbolis mode on*

  10. Halah Dana kaya yang pura pura ga tau aja,,
    bilang sodara sama yang bukan muslim itu Halooom, akhi! 😆

  11. @ Ridan
    Ah Mas jangan rendah hati terus, sekali-sekali keluarin ilmu yang udah banyak itu….
    jangan disimpen kapan lagi bisa ikutn
    ayo ditunggu Mas Ridan

    @ Danalingga
    Iya Mas sebenarnya kan gak perlu pake dalil2 sih tapi orangnya itu kalau bicara maunya nuntut dalil terus, jadinya terpaksa ngikutin

    @ Ayuk
    Nggaklah masa Haloom, haloool kok
    he he he kapan nih bisanya dikasih yang kemaren?

  12. Subhanallah. Asal ketik kata “saudara” di Alquran digital atau di google langsung serta merta dapat nukilan ayat Alquran yang isinya ada kata ‘saudara’. Lantas…nah ketemu apa yang dimaukan. Berarti fatwa ulama ahli hadits salah dong karena bertentangan dengan ayat di atas? Nanti dulu, carilah tafsir dari ayat2 yang antum nukil di atas. Ayat di atas berbicara mengenai apa dan bagaimana penafsiran serta penjelasan ulama mengenai ayat tersebut. Jangan dulu buru-buru Saudara menuding ulama salah atau salafy salah atau tudingan sejenisnya. Barakallahu fiikum.

    Saya tidak melihat satu pun terjemahan ayat di atas disertai dengan tafsir atau perkataan ulama, ini satu kesalahan dan kecerobohan. Selain itu, nukilan ayat di atas tidak menyertakan bahasa Arabnya, sementara kita ini sangat lemah dalam bahasa Arab dan seluk beluknya. Lalu, kepada siapakah kalau begitu kita merujuk? Ya kepada ahlinya, yakni ulama. Sebetulnya kalau antum semua mau jujur kepada diri sendiri, tentu ketika membaca postingan di blog saya yang mengetengahkan penjelasan syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin rahimahullah, antum semua akan mengerti. Tapi wallahu a’lam mengapa menjadi demikian tanggapan kalian. Allahummahdini waiyyakum.

  13. @ Abu Maulid
    Subhanallah, Mas ayat itu benar-benar jelas, sekali baca langsung tahu maksudnya. Gak ada bahasa arabnya, walah Mas saya pakai terjemahan dari Depag kok, itu kan standar buat umat Islam di Indonesia. silakan deh cek sendiri.
    Maaf saya rasa cara berpikir anda itu keliru, ayat Al Quran itu ada yang begitu jelasnya sehingga gak perlu tafsir macam-macam,orang bisa langsung ngerti sekali baca. tapi kalau Mas maksa silakan tampilkan tafsir siapa yang Mas maksud. bagi saya ayat itu jelas sekali.
    tulisan di blog anda sudah saya baca kok.
    saya rasa adalah salah satu bentuk kecerobohan bertaklid kepada ulama tanpa memikirkan dalil-dalilnya.
    Baca surat Al Ikhlas dan apa anda harus membaca Tafsir Ibnu katsir,atau Tafsir al Qurthubi untuk mengerti arti surah Al Ikhlas. Sekali baca juga langsung tahu maksudnya.Maaf Mas gak perlu terlalu manja.
    Maaf Mas sekedar pemberitahuan saya gak nyari di Al Quran digital atau google, saya ambil dari Al Quran biasa yang ada terjemahan Depag

  14. Emang gerombolan penyebar FITNAH, padadekildan bau semua…..lah wong mandi nggak pakai sabun takut kena fatwa BID’AH….

  15. hiiiiii masak gak pake sabun, trus pake apa dong ………

  16. pake air lah 😆

  17. kirain pake, batu bata hi hi hi hi hi hi , tayamum ya

  18. @SP
    Saya bukan seorang peramal maupun dukun. Tetapi melihat perkembangan atau dakwah mereka yg mengaku SALAFY/ WAHABI ada mempunyai maksud2 tertentu. Klu kita tdk bs menjernihkan masalah kata SAUDARA ini. Yakni tdk bs kita ucapkan terhadap orang KAFIR, maka kita semua yg tdk sefaham dg ajaran mereka tdk blh mereka memanggil SAUDARA pd kita. Tdk blh menyebut SAUDARA seagama krn kita tergolong KAFIR. Wasalam

  19. Makanya A’imatul At’har sering menyebut “saudara” dg sebutan “Saudara Mukmin”.

  20. @madopolo
    Hmm tulisan saya adalah kritik terhadap fatwa yang mengharamkan penggunaan kata saudara terhadap orang kafir, cuma itu kok
    Kalau selebihnya maaf saya kurang paham :mrgreen:

    @Bagir
    begitu ya 🙂
    *berpikir lagi*

  21. @SP
    Mas, jangan lagi bersembunyi dibelakang topeng. Buka aja topengnya dan tunjukan ASLINYA. Bukan jamannya lagi mas, utk berada dibelakang TOPENG. Hehehe

  22. Misalkan ada seorang da`i sedang berbicara didepan kelompok bukan islam cocoknya bicara bagaimana coba pilih :
    a. Saudara-saudara, Islam adalah agama rahmatan lil `alamin.
    b. Hai orang-orang kafir , Islam adalah agama rahmatan lil `alamin.
    c. Hai calon penghuni neraka, Islam adalah agama rahmatan lil `alamin

  23. Klau hanya kata” saudara” jd kata utk kalangan sendiri, ya hidup aja di hutan jd tarzan. Mirip2 dgn fikihnya masonic ( tuh yg sekte saksi yehova) yg hanya panggil saudara utk kalangan sendiri.

  24. nah syiahprince pernah ketika memanggil syiah sebagai saudara, jangan2 syiahprince ama syiah beneran saudara kandung kali ye?
    who knows???!!!

    pantesan…..???

  25. Ini ask shia siapa siih, kok cetek amat komentarnya? trus apa urusannya syiah dengan pembahasan boleh dan tidaknya panggil saudara kepada non muslim?kok ngga ada isi bantahan?

  26. Ya.. enggak teu lah mas, jadi pusing sendiri saya ini. Lha wong bung Karno saja suka bilang gini; “sodara sodara…”

Tinggalkan komentar