Shahih Hadis Tsaqalain Dalam Mazhab Syi’ah

Shahih Hadis Tsaqalain Dalam Mazhab Syi’ah

Salah satu syubhat yang sering dilontarkan oleh para pembenci Syi’ah adalah tuduhan bahwa Syi’ah menjadikan hujjah hadis Tsaqalain dengan mengambil dari kitab Ahlus Sunnah karena Syi’ah tidak memiliki hadis Tsaqalain yang shahih dalam kitab mereka.

Setelah kami membaca kitab-kitab hadis mazhab Syi’ah maka bisa dipastikan bahwa tuduhan tersebut tidak benar, Syi’ah tidak menjadikan hadis Ahlus Sunnah sebagai pegangan mereka dan sebaliknya Ahlus Sunnah juga tidak menjadikan hadis Syi’ah sebagai pegangan mereka. Kedua mazhab masing-masing memiliki hujjah dari hadis-hadis dalam kitab pegangan mereka sendiri.

Tulisan ini hanya menyajikan informasi kepada para pembaca bahwa faktanya, Syi’ah juga memiliki hadis Tsaqalain yang shahih [sesuai dengan standar ilmu hadis Syi’ah] dalam kitab hadis mereka.

.

.

Riwayat Pertama

حدثنا محمد بن الحسن بن أحمد بن الوليد رضي الله عنه قال حدثنا محمد بن الحسن الصفار، عن محمد بن الحسين بن أبي الخطاب، ويعقوب بن يزيد جميعا، عن محمد بن أبي عمير، عن عبد الله بن سنان، عن معروف بن خربوذ، عن أبي الطفيل عامر بن واثلة، عن حذيفة بن أسيد الغفاري قال لما رجع رسول الله صلى الله عليه وآله من حجة الوداع ونحن معه أقبل حتى انتهى إلى الجحفة فأمر أصحابه بالنزول فنزل القوم منازلهم، ثم نودي بالصلاة فصلى بأصحابه ركعتين، ثم أقبل بوجهه إليهم فقال لهم إنه قد نبأني اللطيف الخبير أني ميت وأنكم ميتون، وكأني قد دعيت فأجبت وأني مسؤول عما أرسلت به إليكم، وعما خلفت فيكم من كتاب الله وحجته وأنكم مسؤولون، فما أنتم قائلون لربكم؟ قالوا: نقول: قد بلغت ونصحت وجاهدت فجزاك الله عنا أفضل الجزاء ثم قال لهم: ألستم تشهدون أن لا إله إلا الله وأني رسول الله إليكم وأن الجنة حق؟ وأن النار حق؟ وأن البعث بعد الموت حق؟ فقالوا: نشهد بذلك، قال: اللهم اشهد على ما يقولون، ألا وإني أشهدكم أني أشهد أن الله مولاي، وأنا مولى كل مسلم، وأنا أولى بالمؤمنين من أنفسهم، فهل تقرون لي بذلك، وتشهدون لي به؟ فقالوا: نعم نشهد لك بذلك، فقال: ألا من كنت مولاه فإن عليا مولاه وهو هذا، ثم أخذ بيد علي عليه السلام فرفعها مع يده حتى بدت آباطهما: ثم: قال: اللهم وال من والاه، وعاد من عاداه، وانصر من نصره واخذل من خذله، ألا وإني فرطكم وأنتم واردون علي الحوض، حوضي غدا وهو حوض عرضه ما بين بصرى وصنعاء فيه أقداح من فضة عدد نجوم السماء، ألا وإني سائلكم غدا ماذا صنعتم فيما أشهدت الله به عليكم في يومكم هذا إذا وردتم علي حوضي، وماذا صنعتم بالثقلين من بعدي فانظروا كيف تكونون خلفتموني فيهما حين تلقوني؟ قالوا: وما هذان الثقلان يا رسول الله؟ قال: أما الثقل الأكبر فكتاب الله عز وجل، سبب ممدود من الله ومني في أيديكم، طرفه بيد الله والطرف الآخر بأيديكم، فيه علم ما مضى وما بقي إلى أن تقوم الساعة، وأما الثقل الأصغر فهو حليف القرآن وهو علي بن أبي طالب وعترته عليهم السلام، وإنهما لن يفترقا حتى يردا علي الحوض قال معروف بن خربوذ: فعرضت هذا الكلام على أبي جعفر عليه السلام فقال: صدق أبو الطفيل رحمه الله هذا الكلام وجدناه في كتاب علي عليه السلام وعرفناه

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Waliid [radiallahu ‘anhu] yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hasan Ash Shaffaar dari Muhammad bin Husain Abil Khaththaab dan Ya’qub bin Yaziid keduanya dari Muhammad bin Abi ‘Umair dari ‘Abdullah bin Sinaan dari Ma’ruf bin Kharrabudz dari Abu Thufail ‘Aamir bin Watsilah dari Hudzaifah bin Usaid Al Ghifariy yang berkata ketika Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] kembali dari Haji Wada dan kami bersama Beliau, hingga sampailah kami di Juhfah, Beliau memerintahkan para sahabatnya untuk bersitirahat, maka merekapun beristirahat. Kemudian diserukan untuk shalat maka Beliau shalat dengan para sahabatnya dua rakaat, Kemudian Beliau menghadapkan wajahnya kepada mereka dan berkata bahwasanya Dia yang Maha Halus dan Maha Mengetahui memberitakan kepadaku bahwa aku akan segera wafat dan kalian juga akan wafat, seolah aku akan dipanggil dan aku akan menjawabnya, dan aku akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang aku diutus kepada kalian dan apa yang aku tinggalkan kepada kalian dari Kitab Allah dan Hujjah-nya dan kalian juga akan diminta pertanggungjawaban, maka apa yang akan kalian katakan kepada Rabb kalian?. Mereka berkata “kami akan mengatakan sungguh Engkau telah menyampaikan, memberi nasehat dan telah berusaha dengan sungguh-sungguh, maka semoga Allah SWT memberikan ganjaran dengan ganjaran yang paling baik”. Kemudian Beliau berkata “bukankah kalian bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Aku adalah Rasulullah yang diutus kepada kalian, bahwa surga itu benar, neraka itu benar, dan hari kebangkitan itu benar?. Mereka berkata “sungguh kami bersaksi akan hal itu”. Beliau berkata “Ya Allah saksikanlah apa yang mereka katakan, dan aku meminta kesaksian kalian bahwasanya aku bersaksi Allah adalah maulaku, dan aku adalah maula bagi setiap muslim, dan aku yang paling berhak atas kaum mu’minin dibanding diri mereka sendiri, apa kalian menerima dan menyaksikan?. Mereka berkata “benar kami bersaksi akan hal itu”. Beliau berkata “maka barang siapa yang menganggap aku sebagai Maulanya maka Aliy adalah maulanya, dan inilah dia, kemudian Beliau mengambil tangan Aliy dan mengangkatnya bersama tangan Beliau hingga nampak ketiak keduanya, kemudian Beliau berkata “Ya Allah dukunglah siapa yang mendukungnya dan musuhilah siapa yang memusuhinya, tolonglah siapa yang menolongnya dan tinggalkanlah siapa yang meninggalkannya. Aku akan meninggalkan kalian dan kalian akan dikembalikan kepadaku di Al Haudh, Al Haudhku yang luasnya terbentang antara Basra dan Shan’a yang didalamnya terdapat gelas-gelas dari perak sebanyak bintang-bintang di langit, aku akan menanyakan kepada kalian apa yang kalian lakukan mengenai perkara yang aku telah bersaksi atas kalian pada hari ini, ketika kalian dikembalikan kepadaku di Al Haudh nanti, dan aku akan menanyakan kepada kalian apa yang kalian lakukan dengan Ats Tsaqalain sepeninggalku maka perhatikanlah bagaimana kalian memperlakukan keduanya ketika aku telah pergi. Mereka berkata “apakah Tsaqalain itu wahai Rasulullah?”. Beliau berkata “Tsaqal Al Akbar yaitu Kitab Allah ‘azza wajalla yaitu Tali yang terbentang dari Allah dan dariku di tangan kalian, ujung yang satu di Tangan Allah dan ujung yang lain ada di tangan kalian, di dalamnya terkandung ilmu mengenai perkara yang lalu dan perkara yang akan datang hingga hari kiamat. Dan Tsaqal Al Asghar adalah Haliif [sekutu] Al Qur’an dan ia adalah Aliy bin Abi Thalib dan keturunan-nya [‘alaihimus salaam], keduanya tidak akan berpisah sampai kembali kepadaku di Al Haudh. Ma’ruf bin Kharrabudz berkata aku memberitahukan hadis ini kepada Abu Ja’far [‘alaihis salaam] maka Beliau berkata “benar Abu Thufail, rahmat Allah atasnya, perkataan ini kami temukan dalam kitab Aliy [‘alaihis salaam] dan kami mengenalnya” [Al Khishaal Syaikh Ash Shaduuq hal 65-67 no 98]

Riwayat Syaikh Ash Shaduq di atas sanadnya shahih berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan mengenai para perawinya

  1. Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Walid adalah Syaikh Qum, faqih mereka, yang terdahulu dan terkemuka, seorang yang tsiqat tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 383 no 1042]
  2. Muhammad bin Hasan Ash Shaffaar ia terkemuka di Qum, tsiqat, agung kedudukannya [Rijal An Najasyiy hal 354 no 948]
  3. Muhammad bin Husain bin Abil Khaththaab seorang yang mulia, agung kedudukannya, banyak memiliki riwayat, tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 334 no 897]
  4. Ya’qub bin Yazid bin Hammaad Al Anbariy seorang yang tsiqat shaduq [Rijal An Najasyiy hal 450 no 1215]
  5. Muhammad bin Abi Umair, ia termasuk orang yang paling terpercaya baik di kalangan khusus [Syi’ah] maupun kalangan umum [Al Fahrasat Ath Thuusiy hal 218]
  6.  ‘Abdullah bin Sinaan seorang yang tsiqat jaliil tidak ada celaan sedikitpun terhadapnya, ia meriwayatkan dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] [Rijal An Najasyiy hal 214 no 558]
  7. Ma’ruf bin Kharrabudz, Al Kasyiy menyebutkan bahwa ia termasuk ashabul ijma’ [enam orang yang paling faqih] diantara para fuqaha dari kalangan sahabat Abu Ja’far [‘alaihis salaam] dan Abu Abdullah [‘alaihis salaam] [Rijal Al Kasyiy 2/507]. Al Majlisiy menyatakan Ma’ruf bin Kharrabudz tsiqat [Al Wajiizah no 1897]

Abu Thufail dan Hudzaifah keduanya adalah sahabat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan disini tidak perlu kami nukil keterangan tentang keduanya karena sudah cukup telah shahih sanadnya hingga Abu Ja’far yang menegaskan keshahihan hadis tersebut.

.

.

Riwayat Kedua

Diriwayatkan dalam kitab Al Kafiy hadis yang panjang tentang khutbah Jum’at Imam Abu Ja’far, dan di dalamnya terdapat keterangan hadis Tsaqalain, Imam Abu Ja’far berkata

وقد بلغ رسول الله (صلى الله عليه وآله) الذي ارسل به فألزموا وصيته وما ترك فيكم من بعده من الثقلين كتاب الله وأهل بيته اللذين لا يضل من تمسك بهما ولا يهتدي من تركهما،

Dan sungguh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] telah menyampaikan apa yang Beliau diutus dengannya maka berpegang teguhlah kalian dengan wasiat Beliau yaitu apa yang ditinggalkan kepada kalian sepeninggalnya dari Ats Tsaqalain yaitu Kitab Allah dan Ahlul Baitnya dimana tidak akan tersesat siapa yang berpegang teguh pada keduanya dan tidak akan mendapat petunjuk bagi siapa yang meninggalkan keduanya [Al Kafiy Al Kulainiy 3/423]

Sanad lengkap riwayat panjang yang kami kutip hanya mengenai hadis Tsaqalain di atas telah disebutkan Al Kulainiy dengan sanad berikut

محمد بن يحيى، عن أحمد بن محمد، عن الحسين بن سعيد، عن النضر بن سويد، عن يحيى الحلبي، عن بريد بن معاوية، عن محمد بن مسلم، عن أبي جعفر في خطبة يوم الجمعة

Muhammad bin Yahya dari Ahmad bin Muhammad dari Husain bin Sa’id dari Nadhr bin Suwaid dari Yahya Al Halabiy dari Buraid bin Mu’awiyah dari Muhammad bin Muslim dari Abu Ja’far tentang khutbah pada hari Jum’at…[Al Kafiy Al Kulainiy 3/422]

Riwayat Al Kulainiy di atas sanadnya shahih berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan mengenai para perawinya

  1. Muhammad bin Yahya Al Aththaar seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 353 no 946]
  2. Ahmad bin Muhammad bin Iisa Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 351]
  3. Husain bin Sa’id bin Hammaad seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 355]
  4. Nadhr bin Suwaid seorang yang tsiqat dan shahih al hadis [Rijal An Najasyiy hal 427 no 1147]
  5. Yahya bin ‘Imran bin ‘Aliy Al Halabiy seorang yang tsiqat tsiqat shahih al hadis [Rijal An Najasyiy hal 444 no 1199]
  6. Buraid bin Mu’awiyah meriwayatkan dari Abu Ja’far [‘alaihis salaam] dan Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam], seorang yang tsiqat faqiih [Khulashah Al Aqwaal Allamah Al Hilliy hal 81-82]
  7. Muhammad bin Muslim bin Rabah termasuk orang yang paling terpercaya [Rijal An Najasyiy hal 323-324 no 882]

 

Riwayat Ketiga

Diriwayatkan oleh Syaikh Ath Thuusiy sebuah riwayat dimana salah seorang Syaikh yang sudah tua datang ke hadapan Imam Abu ‘Abdullah dan dalam riwayat tersebut terdapat penggalan perkataan pujian Imam Abu ‘Abdullah kepada Syaikh tersebut

فقال له أبو عبد الله (عليه السلام): يا شيخ، إن رسول الله (صلى الله عليه وآله) قال: إني تارك فيكم الثقلين ما إن تمسكتم بهما لن تضلوا: كتاب الله المنزل، وعترتي أهل بيتي، تجئ وأنت معنا يوم القيامة

Maka Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] berkata kepadanya “wahai Syaikh, sesungguhnya Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “aku tinggalkan kepada kalian Ats Tsaqalain [dua perkara berat] yang jika kalian berpegang teguh kepada keduanya maka kalian tidak akan tersesat yaitu Kitab Allah dan Itrah-ku Ahlul Bait-ku, datanglah dan engkau bersama kami pada hari kiamat…[Al Amaliy Syaikh Ath Thuusiy hal 162]

Sanad lengkap riwayat Syaikh Ath Thuusiy di atas [dimana kami hanya menukil penggalan hadis Tsaqalain saja] adalah sebagai berikut

حدثنا محمد بن محمد، قال حدثنا أبو القاسم جعفر بن محمد بن قولويه (رحمه الله)، قال حدثني أبي، قال حدثني سعد بن عبد الله، عن أحمد بن محمد ابن عيسى، عن الحسن بن محبوب الزراد، عن أبي محمد الأنصاري، عن معاوية بن وهب، قال كنت جالسا عند جعفر بن محمد (عليهما السلام) إذ جاء شيخ قد انحنى من الكبر

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muhammad yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Qaasim Ja’far bin Muhammad bin Quluwaih [rahimahullah] yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepadaku Sa’d bin ‘Abdullah dari Ahmad bin Muhammad bin Iisa dari Hasan bin Mahbuub Az Zaraad dari Abu Muhammad Al Anshariy dari Mu’awiyah bin Wahb yang berkata “aku dahulu pernah duduk di sisi Ja’far bin Muhammad [‘alaihimas salaam] ketika datang seorang Syaikh yang bungkuk karena usianya yang sudah tua……[Al Amaliy Syaikh Ath Thuusiy hal 161]

Riwayat Syaikh Ath Thuusiy di atas sanadnya hasan berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan mengenai para perawinya

  1. Muhammad bin Muhammad adalah Muhammad bin Muhammad bin Nu’man Syaikh Mufid, ia termasuk diantara guru-guru Syi’ah yang mulia dan pemimpin mereka, dan orang yang paling terpercaya di zamannya, dan paling alim diantara mereka [Khulashah Al Aqwaal Allamah Al Hilliy hal 248 no 46]
  2. Abul Qaasim Ja’far bin Muhammad bin Quluwaih Al Qummiy termasuk orang yang tsiqat dan mulia dalam hadis dan faqih [Rijal An Najasyiy hal 123 no 318]
  3. Muhammad bin Quluwaih ayahnya Abul Qaasim Ja’far bin Muhammad bin Quluwaih seorang yang tsiqat [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 570]
  4. Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 135]
  5. Ahmad bin Muhammad bin Iisa Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 351]
  6. Hasan bin Mahbuub seorang penduduk kufah yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 354]
  7. Abu Muhammad Al Anshariy dia seorang yang khair [Wasa’il Syi’ah Al Hurr Al Amiliy 20/381 no 1389]
  8. Mu’awiyah bin Wahb Al Bajalliy seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy 412 no 1097]

Semua para perawi sanad di atas adalah perawi tsiqat kecuali Abu Muhammad Al Anshariy dan dia termasuk perawi yang mamduh. Pujian terhadapnya telah disebutkan oleh riwayat Al Kulainiy dalam Al Kafiy

أبو علي الأشعري، عن محمد بن عبد الجبار، عن أبي محمد الأنصاري – قال: وكان خيرا

Abu ‘Aliy Al Asy’ariy dari Muhammad bin ‘Abdul Jabbaar dari Abi Muhammad Al Anshariy, [Muhammad bin ‘Abdul Jabbaar] berkata dia seorang yang khair…[Al Kafiy Al Kulainiy 3/127]

Abu ‘Aliy Al Asy’ariy adalah Ahmad bin Idris seorang yang tsiqat faqih banyak meriwayatkan hadis dan shahih riwayatnya [Rijal An Najasyiy hal 92 no 228] dan Muhammad bin ‘Abdul Jabbaar seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 391]

.

.

.

Riwayat Keempat

Dalam kitab Al Kafiy terdapat riwayat dari Abu ‘Abdullah mengenai siapa yang dimaksud dengan Ulil Amri dalam Al Qur’anul Karim dan dalam riwayat tersebut terdapat penggalan hadis Tsaqalain, Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] berkata

فقال رسول الله صلى الله عليه وآله: في علي: من كنت مولاه، فعلي مولاه، وقال صلى الله عليه وآله أوصيكم بكتاب الله وأهل بيتي، فإني سألت الله عز وجل أن لا يفرق بينهما حتى يوردهما علي الحوض، فأعطاني ذلك وقال لا تعلموهم فهم أعلم منكم، وقال: إنهم لن يخرجوكم من باب هدى، ولن يدخلوكم في باب ضلالة

Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] telah berkata tentang Aliy “barang siapa yang Aku maulanya maka Aliy adalah maulanya” dan Beliau [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] bersabda “aku wasiatkan kepada kalian dengan Kitab Allah dan Ahlul Baitku, aku telah meminta kepada Allah ‘azza wajalla bahwa tidak akan memisahkan keduanya hingga keduanya kembali ke Al Haudh maka Allah mengabulkannya. Beliau berkata “jangan mengajari mereka karena mereka lebih alim [tahu] dari kalian”. Beliau berkata “sesungguhnya mereka tidak akan mengeluarkan kalian dari pintu petunjuk dan tidak akan memasukkan kalian ke dalam pintu kesesatan”…[Al Kafiy Al Kulainiy 1/288]

Riwayat Al Kafiy di atas disebutkan dengan dua jalan sanad. Adapun sanad yang shahih adalah sanad berikut

محمد بن يحيى، عن أحمد بن محمد بن عيسى، عن محمد بن خالد والحسين بن سعيد عن النضر بن سويد، عن يحيى بن عمران الحلبي، عن أيوب بن الحر وعمران بن علي الحلبي، عن أبي بصير عن أبي عبد الله عليه السلام مثل ذلك

Muhammad bin Yahya dari Ahmad bin Muhammad bin Iisa dari Muhammad bin Khalid dan Husain bin Sa’iid dari Nadhr bin Suwaid dari Yahya bin ‘Imraan Al Halabiy dari Ayuub bin Al Hurr dan ‘Imran bin Aliy Al Halabiy dari Abi Bashiir dari Abu ‘Abdullah [‘alaihissalam] seperti di atas [Al Kafiy Al Kulainiy 1/288]

Sanad riwayat Al Kafiy di atas kedudukannya shahih berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan mengenai para perawinya

  1. Muhammad bin Yahya Al Aththaar seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 353 no 946]
  2. Ahmad bin Muhammad bin Iisa Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 351]
  3. Muhammad bin Khalid dikatakan Najasyiy bahwa ia dhaif dalam hadis [Rijal An Najasyiy hal 335 no 898] tetapi ia dinyatakan tsiqat oleh Syaikh Ath Thuusiy [Rijal Ath Thuusiy hal 363]. Dan dalam sanad ini ia telah dikuatkan oleh Husain bin Sa’id bin Hammaad seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 355]
  4. Nadhr bin Suwaid seorang yang tsiqat dan shahih al hadis [Rijal An Najasyiy hal 427 no 1147]
  5. Yahya bin ‘Imran bin ‘Aliy Al Halabiy seorang yang tsiqat tsiqat shahih al hadis [Rijal An Najasyiy hal 444 no 1199]
  6. Ayub bin Al Hurr seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 103 no 256] dan dalam sanad ini ia dikuatkan oleh ‘Imran bin ‘Aliy Al Halabiy seorang yang tsiqat sebagaimana disebutkan Najasyiy dalam biografi Ahmad bin ‘Umar bin Abi Syu’bah Al Halabiy [Rijal An Najasyiy hal 98 no 245]
  7. Abu Bashiir adalah Abu Bashiir Al Asdiy Yahya bin Qasim seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 441 no 1187]

.

Riwayat Kelima

حدثنا أحمد بن زياد بن جعفر الهمداني رضي الله عنه قال حدثنا علي بن إبراهيم بن هاشم، عن أبيه، عن محمد بن أبي عمير، عن غياث بن إبراهيم، عن الصادق جعفر ابن محمد، عن أبيه محمد بن علي، عن أبيه علي بن الحسين، عن أبيه الحسين عليهم السلام قال سئل أمير المؤمنين عليه السلام عن معنى قول رسول الله صلى الله عليه وآله ” إني مخلف فيكم الثقلين كتاب الله، وعترتي ” من العترة؟ فقال: أنا، والحسن، والحسين، والأئمة التسعة من ولد الحسين تاسعهم مهديهم وقائمهم، لا يفارقون كتاب الله ولا يفارقهم حتى يردوا على رسول الله صلى الله عليه وآله حوضه

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ziyaad bin Ja’far Al Hamdaaniy [radiallahu ‘anhu] yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Ibrahim bin Haasyim dari Ayahnya dari Muhammad bin Abi ‘Umair dari Ghiyaats bin Ibrahiim dari Ash Shaadiq Ja’far bin Muhammad dari Ayahnya Muhammad bin Aliy dari Ayahnya Aliy bin Husain dari Ayahnya Husain bin Aliy [‘alaihimus salaam] yang berkata Amirul Mukminin pernah ditanya tentang makna perkataan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] “aku tinggalkan untuk kalian Ats Tsaqalain yaitu Kitab Allah dan Itrah-ku”, siapakah itrah-nya?. Beliau berkata “Aku, Hasan, Husain dan kesembilan Imam dari keturunan Husain, dan yang kesembilan dari mereka adalah Mahdi dan Qa’im mereka, mereka tidak akan berpisah dari Kitab Allah dan Kitab Allah tidak akan berpisah dari mereka, sampai semuanya kembali kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] di Al Haudh-nya [Ma’aaniy Al Akhbar Syaikh Ash Shaduuq hal 90-91 no 4]

Riwayat Syaikh Ash Shaduq di atas sanadnya shahih berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan mengenai para perawinya

  1. Ahmad bin Ziyaad bin Ja’far Al Hamdaaniy, ia seorang yang tsiqat fadhl sebagaimana yang dinyatakan Syaikh Shaduq [Kamal Ad Diin Syaikh Shaduq hal 369]
  2. Aliy bin Ibrahim bin Haasyim, tsiqat dalam hadis, tsabit, mu’tamad, shahih mazhabnya [Rijal An Najasyiy hal 260 no 680]
  3. Ibrahim bin Haasyim Al Qummiy seorang yang tsiqat jaliil. Ibnu Thawus pernah menyatakan hadis yang dalam sanadnya ada Ibrahim bin Haasyim bahwa para perawinya disepakati tsiqat [Al Mustadrakat Ilm Rijal Al Hadis, Asy Syahruudiy 1/222]
  4. Muhammad bin Abi Umair, ia termasuk orang yang paling terpercaya baik di kalangan khusus [Syi’ah] maupun kalangan umum [Al Fahrasat Ath Thuusiy hal 218]
  5. Ghiyaats bin Ibrahiim At Tamimiy seorang yang tsiqat, meriwayatkan dari ‘Abu Abdullah [‘alaihis salaam] [Rijal An Najasyiy hal 305 no 833]

.

Kesimpulan

Tidak diragukan bahwa hadis Tsaqalain kedudukannya shahih dalam mazhab Syi’ah sama seperti halnya kedudukan hadis Tsaqalain shahih dalam mazhab Ahlus Sunnah. Hanya saja perbedaan antara kedua mazhab tersebut adalah dalam Kitab Syi’ah disebutkan dengan dalil yang shahih bahwa Ahlul Bait yang dimaksud adalah Aliy, Hasan, dan Husain serta Sembilan Imam dari keturunan Husain sedangkan dalam mazhab Ahlus Sunnah tidak terdapat hadis yang menyebutkan demikian.

11 Tanggapan

  1. Kedudukan hadis ini dalam mahzab ahlus sunnah shahih dan mahzab syi’ah juga shahih. Kalau menurut mahzab salafi-wahabi

  2. @zulpahmi

    Bila anda ingin tahu pandangan kelompok Salafy berkenaan dengan hadis Tsaqalain anda boleh melihat dalam buku Minhaaj as Sunnah – Ibnu Taimiyah

  3. Dalam kitab Ma’rifah Akhbar al-Rijal, karangan Abu Amr Muhammad bin Umar bin Abdul Aziz al-Kasyi. Di kalangan Syiah Rofidhoh, kitab ini dikenal dengan nama Rijal al-Kasyi. Pada halaman 208 :

    قَالَ يَحْيَى بْنُ عَبْدِ الْحَمِيْدِ الْحَمَّانِيُّ فِيْ كِتَابِهِ الْمُؤَلَّفِ فِيْ إِثْبَاتِ إِمَامَةِ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ ع. قُلْتُ لِشُرَيْكٍ إِنَّ أَقْوَامًا يَزْعُمُوْنَ اَنَّ جَعْفَرَ بْنِ مُحَمَّدٍ ضَعِيْفُ الْحَدِيْثِ فَقَالَ أُخْبِرُكَ الْقِصَّةَ كَانَ جَعْفَرُ بْنِ مُحَمَّدٍ رَجُلاً صَالِحًا مُسْلِمًا وَرِعًا فَاكْتَنَفَهُ قَوْمٌ جُهَّالٌ يَدْخُلُوْنَ عَلَيْهِ ويَخَرْجُوْنَ مِنْ عِنْدِهِ وَيَقُوْلُوْنَ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنِ مُحَمَّدٍ وَيُحَدِّثُوْنَ بِأَحَادِيْثَ جُلُّهَا مُنْكَرَاتٌ كِذْبٌ مَوْضُوْعَةٌ عَلىَ جَعْفَرٍ لِيَسْتَأْكِلُوْنَ النَّاسَ بِذَلِكَ وَيَأْخُذُوْنَ مِنْهُمُ الدَّرَاهِمَ فَكَانُوْا يَأْتُوْنَ مِنْ ذَلِكَ كُلَّ مُنْكَرٍ.

    “Yahya bin Abdul Hamid al-Hammani berkata dalam kitabnya yang disusun dalam menetapkan keimaman Amirul Mukminin. Aku berkata kepada Syuraik, bahwa banyak kaum yang beraumsi bahwa Ja’far bin Muhammad itu lemah haditsnya. Syuraik menjawab: “Aku ceritakan kejadiannya. Ja’far bin Muhammad itu seorang laki-laki yang shaleh dan seorang Muslim yang wara’. Lalu dia dikelilingi oleh kaum yang bodoh-bodoh, yang sering mendatangi beliau, dan keluar dari beliau lalu berkata, “Ja’far bin Muhammad telah menceritakan kepada kami”. Mereka menyampaikan hadits-hadits, sebagian besar adalah munkar, dusta dan dipalsukan kepada Imam Ja’far, dengan tujuan mencari makan dari manusia dengan hal itu dan mengambil uang-uang mereka. Dari situlah mereka melakukan semua kemungkaran.” (Abu Amr Muhammad bin Umar bin Abdul Aziz al-Kasyi, Ma’rifah Akhbar al-Rijal, hal. 208).

    Dalam pernyataan di atas, jelas sekali kalau orang-orang Syiah yang sering mendatangi Imam Ja’far al-Shadiq, itu sering menyampaikan hadits-hadits munkar, dusta dan palsu atas nama Imam Ja’far al-Shadiq, hanya untuk mencari makan.

  4. @boyanders

    Ehem saya ingin meluruskan syubhat dari komentar anda secara objektif. Silakan dipahami dengan baik komentar saya berikut

    Dari hadis Al Kasyiy yang anda kutip tidak ada keterangan bahwa yang dimaksudkan itu adalah orang-orang Syi’ah. Dan seandainya pun mereka adalah orang Syi’ah maka hanya menunjukkan bahwa diantara perawi Syi’ah memang terdapat orang yang berdusta atas Ja’far bin Muhammad. Hal ini cukup ma’ruf dalam ilmu Rijal Syi’ah yaitu orang-orang yang berdusta atas nama ahlul bait.

    Jika anda beranggapan bahwa semua orang Syi’ah seperti itu maka itu jelas tidak benar karena terbukti dalam riwayat shahih Syi’ah terdapat sahabat-sahabat Ja’far bin Muhammad yang terpuji. Anda telah terjatuh dalam fallacy melakukan generalisasi. Ada banyak perawi ahlus sunnah yang berdusta dan itu tidak membuat kita mengatakan seluruh ahlus sunnah pendusta. Maka begitu pula hakikatnya memang ada sebagian perawi hadis Syi’ah yang berdusta dan itu tidak membuat kita mengatakan seluruh Syi’ah pendusta.

    Penarikan kesimpulan anda dari riwayat Al Kasyiy di atas benar-benar ngawur walaupun saya bukan pertama kalinya melihat cara berpikir seperti itu. Kalau tidak salah dalam salah satu tulisannya, Muhammad Idrus Ramli juga pernah membawakan riwayat Al Kasyiy di atas kemudian berhujjah dengan gaya ngawur seperti yang anda tunjukkan.

    Dan terakhir, Riwayat Al Kasyiy tersebut jika ditimbang dengan kaidah Ilmu Rijal Syi’ah maka kedudukannya dhaif karena Yahya bin ‘Abdul Hamiid seorang yang majhul

    يحيى بن عبد الحميد: – مجهول – له كتاب اسمه المناقب في إمامة أمير المؤمنين (ع) – وصفه الشيخ بالحماني وطريقه اليه ضعيف

    Yahya bin ‘Abdul Hamiid seorang yang majhul, memiliki kitab yang berjudul Al Manaaqib tentang Imamah Amirul Mukminin [‘alaihis salaam], Syaikh mensifatkannya dengan Al Hammaaniy dan jalan sanad Syaikh sampai kepadanya adalah dhaif [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 664]

  5. di kalangan suni dikenal banyak tarekat yang sanad silisilahnya menyambung sampai kepada Rasulullah-sayidina ai- sayyiida husein-imam zainal abidin- muhammad baqir-musa al kadzimi-abil hasan bin musa- ma’ruf al kharkhi- sarri assaqothi- abul qosim junaidi- abi bakar assibli- abdul wahid attamimi- abil farojat turtusi- abi hasa al hakari- abii said al mubarook- Syaikh Abdul Qadil Al Jilany-syaikh abdul aziz….dst

    juga dikenal 2 tsaqal yaitu Al Quran dan Ahlul bait (itrahnya)…tsaqal yang kedua yaitu ahul bait tidak akan terputus sampai kiamat nanti namun tsaqal ke-2 ini dibagi 2 lagi yaitu karena nasabnya yang menyambung sebagai keturunan Rasulullah dan “karena ada suatu sebab penyambung ke ahlul bait (pegangan)”… biasanya kalangan umum ikut tarekat suni bisa mendapat talqin dzikir yang sanadnya menyambung sampai ke Rasulullah (melewati Ali)…..

    maksudnya kenapa kalangan suni dikira memusuhi Ali dan keluarganya padahal malah punya talqin (baiat) dzikir kepada Ali melewati guru yang masih hidup saat ini…

  6. juga dikelan seloroh : dekat minyak wangi ikutan membau wangi dekat tahi ayam ya ikut membau tahi ayam ….

    artinya dekat/punya talqin dzikir ya paling tidak nantinya bisa merasakan “kemaksuman Rasulullah sedangkan dekat orang galau ikutan empati/simpati galaunya…. yaah paling tidak orang-orang suni ikut merasakan aura maksum meski kita-kita orang biasa yang banyak salah dan dosa…….

  7. @boyanders

    SP benar, mengapa anda berkesimpulan bahwa kaum bodoh yang mendatangi majelis Imam Jakfar (AS) adalah mutlak golongan Syiah. Kaum awam Syiah yang hidup dimasa Imam Jakfar tidak akan dengan mudah mengambil ucapan2 Imam dari orang yang tidak dikenal dikalangan mereka kemudian mengupahnya. Anda sepertinya harus banyak mempelajari Sejarah dari Imam Jakfar beserta murid2 utama beliau dan apa peran dari sahabat/murid2 tersebut dalam penyebaran fiqih Imam Jakfar dikalangan masyarakat Syiah.

    Saya berkecenderungan kaum bodoh itu adalah orang2 ‘ammah (bukan Syiah). Kecuali anda berkeyakinan bahwa fiqih Imam Jakfar bersesuaian dengan kebanyakan fiqih 4 Imam Sunni.

  8. Wakakakaaaa.. Boyanders lucu.. Kiyai SP dilawan.. Itu sama saja menggarami lautan.. Hahahahaaa…

  9. @SP

    Hadis tsaqalain dalam mazhab syiah apakah kedudukannya muttawatir bung SP?

  10. @tebakkata

    Yang saya pahami ada sedikit perbedaan dalam memaknai kedudukan suatu hadis mutawatir atau tidak antara Ahlus Sunnah dan Syiah.

  11. Hadits yang disampaikan oleh SP sangat kuat untuk dibenarkan dan diamalkan. Hanya sayang hadits ini muncul dalam masyarakat yang fanatik kesesatan sehingga tidak bisa melihat kebenaran. wasalam

Tinggalkan komentar