Pandangan Imam ‘Aliy bin Abi Thalib Terhadap Perangnya Dengan Muawiyah

Pandangan Imam ‘Aliy bin Abi Thalib Terhadap Perangnya Dengan Muawiyah

Tidak diragukan kalau Imam Ali benar dalam tindakannya memerangi Muawiyah. Sebagaimana yang telah dengan jelas disebutkan oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bahwa Muawiyah dan pengikutnya adalah kelompok pemberontak [baaghiyyah]. Hanya saja beberapa orang dari pengikut salafy yang ghuluw mencintai Muawiyah tidak bisa menerima kenyataan ini, mereka dengan segenap usaha “yang melelahkan” membela Muawiyah. Tidak jarang demi membela Muawiyah mereka mengutip perkataan Imam Ali. Bagaimana sebenarnya pandangan Imam Ali terhadap Muawiyah dan para pengikutnya?. Perhatikanlah hadis-hadis berikut

.

.

Doa Imam Ali Untuk Muawiyah dan Pengikutnya

حدثنا تميم بن المنتصر الواسطي قال أخبرنا إسحاق يعني الأزرق عن شريك عن حصين عن عبد الرحمن بن معقل المزني قال صليت مع علي بن أبي طالب رضوان الله عليه الفجر ” فقنت على سبعة نفر منهم فلان وفلان وأبو فلان وأبو فلان

Telah menceritakan kepada kami Tamim bin Muntashir Al Wasithiy yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ishaq yakni Al Azraq dari Syarik dari Hushain dari ‘Abdurrahman bin Ma’qil Al Muzanniy yang berkata “aku shalat fajar bersama Ali bin Abi Thalib radiallahu ‘anhu maka ia membaca qunut untuk tujuh orang, diantara mereka adalah fulan, fulan, abu fulan dan abu fulan” [Tahdzib Al Atsar Ibnu Jarir Ath Thabari no 2628]

Riwayat ini diriwayatkan oleh para perawi tsiqat kecuali Syarik ia memang seorang yang tsiqat shaduq tetapi diperbincangkan hafalannya. Ishaq Al Azraq meriwayatkan dari Syarik sebelum hafalannya berubah maka riwayatnya shahih.

  • Tamim bin Muntashir Al Wasithiy adalah perawi Abu Dawud, Nasa’i dan Ibnu Majah. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Al Ijli menyatakan tsiqat. Nasa’I menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 1 no 958]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat dhabit [At Taqrib 1/143-144]
  • Ishaq bin Yusuf Al Azraq adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ahmad, Ibnu Ma’in dan Al Ijli menyatakan tsiqat. Abu Hatim berkata “shahih hadisnya shaduq tidak ada masalah dengannya”. Yaqub bin Syaibah berkata “ia termasuk orang yang alim diantara yang meriwayatkan dari Syarik”. Al Khatib berkata “termasuk tsiqat dan ma’mun”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Al Bazzar menyatakan tsiqat [At Tahdzib juz 1 no 486]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat [At Taqrib 1/87]
  • Syarik Al Qadhi adalah Syarik bin Abdullah An Nakha’i perawi Bukhari dalam Ta’liq Shahih Bukhari, Muslim dan Ashabus Sunan. Ibnu Ma’in, Al Ijli, Ibrahim Al Harbi menyatakan ia tsiqat. Nasa’i menyatakan “tidak ada masalah padanya”. Ia diperbincangkan sebagian ulama bahwa ia melakukan kesalahan dan terkadang hadisnya mudhtharib diantara yang membicarakannya adalah Abu Dawud, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Hibban tetapi mereka tetap menyatakan Syarik tsiqat [At Tahdzib juz 4 no 587]. Hafalan yang dipermasalahkan pada diri Syarik adalah setelah ia menjabat menjadi Qadhi dimana ia sering salah dan mengalami ikhtilath tetapi mereka yang meriwayatkan dari Syarik sebelum ia menjabat sebagai Qadhi seperti Yazid bin Harun dan Ishaq Al Azraq maka riwayatnya bebas dari ikhtilath [Ats Tsiqat Ibnu Hibban juz 6 no 8507]
  • Hushain adalah Hushain bin Abdurrahman As Sulami Al Kufi seorang perawi kutubus sittah. Ibnu Hajar menyebutkan  kalau ia dinyatakan tsiqat oleh Ahmad, Al Ajli, Abu Hatim, Abu Zur’ah, Ibnu Ma’in dan Ibnu Hibban [At Tahdzib juz 2 no 659]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/222] dan Adz Dzahabi  menyatakan ia tsiqat hujjah [Al Kasyf no 1124].
  • Abdurrahman bin Ma’qil Al Muzanni adalah perawi Abu Dawud seorang tabiin [walaupun ada yang mengatakan ia sahabat]. Ibnu Hajar menyebutkan ia dinyatakan tsiqah oleh Ibnu Hibban dan Abu Zur’ah [At Tahdzib juz 6 no 543]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/591].

Riwayat di atas menyebutkan bahwa Imam Ali membaca qunut nazilah untuk beberapa orang pada shalat fajar. Terdapat riwayat lain yang menyebutkan kalau Imam Ali juga membaca qunut ini [nazilah] pada shalat maghrib

حدثني عيسى بن عثمان بن عيسى قال حدثنا يحيى بن عيسى عن الأعمش عن عبد الله بن خالد عن عبد الرحمن بن معقل قال صليت خلف علي المغرب فلما رفع رأسه من الركعة الثالثة قال اللهم العن فلانا وفلانا وأبا فلان وأبا فلان

Telah menceritakan kepadaku Isa bin Utsman bin Isa yang berkata telah menceritakan kepada kami Yahya bin Isa dari Al A’masy dari ‘Abdullah bin Khalid dari ‘Abdurrahman bin Ma’qil yang berkata “aku shalat maghrib di belakang Ali ketika ia mengangkat kepalanya pada rakaat ketiga, ia berkata “ya Allah laknatlah fulan, fulan, abu fulan dan abu fulan” [Tahdzib Al Atsar Ibnu Jarir Ath Thabari no 2627]

Riwayat ini sanadnya hasan dengan penguat riwayat sebelumnya. ‘Abdullah bin Khalid adalah seorang kufah yang tsiqat dimana telah meriwayatkan darinya Sufyan Ats Tsawri dan Al A’masy.

  • Isa bin Utsman bin Isa adalah perawi Tirmidzi. Telah meriwayatkan darinya jama’ah hafizh diantaranya Tirmidzi dan Ibnu Jarir. Nasa’I menyatakan “shalih” [At Tahdzib juz 8 no 410]. Ibnu Hajar berkata “shaduq” [At Taqrib 1/772]
  • Yahya bin Isa Ar Ramliy adalah perawi Bukhari dalam Adabul Mufrad, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah. Ahmad bin Hanbal telah menta’dilnya. Al Ijli menyatakan ia tsiqat tasyayyu’. Abu Muawiyah telah menulis darinya. Nasa’i berkata “tidak kuat”. Ibnu Ma’in berkata dhaif atau tidak ada apa-apanya atau tidak ditulis hadisnya. Maslamah berkata “tidak ada masalah padanya tetapi di dalamnya ada kelemahan”. Ibnu Ady berkata “kebanyakan riwayatnya tidak memiliki mutaba’ah” [At Tahdzib juz 11 no 428]. Ibnu Hajar berkata “jujur sering salah dan tasyayyu’” [At Taqrib 2/311-312]. Adz Dzahabi berkata “shuwailih” [Man Tukullima Fihi Wa Huwa Muwatstsaq no 376]
  • Sulaiman bin Mihran Al A’masy perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Al Ijli dan Nasa’i berkata “tsiqat tsabit”. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. [At Tahdzib juz 4 no 386]. Ibnu Hajar menyebutkannya sebagai mudallis martabat kedua yang ‘an anahnya dijadikan hujjah dalam kitab shahih [Thabaqat Al Mudallisin no 55]
  • ‘Abdullah bin Khalid meriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Ma’qil Al Muzanniy dan telah meriwayatkan darinya Sufyan dan ‘Amasy. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Ats Tsiqat juz 7 no 8812]. Al Fasawiy menyebutkan ia seorang yang tsiqat [Ma’rifat Wal Tarikh Al Fasawi 3/104]
  • Abdurrahman bin Ma’qil Al Muzanni adalah perawi Abu Dawud seorang tabiin [walaupun ada yang mengatakan ia sahabat]. Ibnu Hajar menyebutkan ia dinyatakan tsiqah oleh Ibnu Hibban dan Abu Zur’ah [At Tahdzib juz 6 no 543]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/591].

Kedua riwayat ini menyebutkan kalau Imam Ali membaca qunut nazilah pada shalat shubuh dan maghrib dimana Beliau mendoakan keburukan atau melaknat orang-orang tertentu. Siapa orang-orang tersebut memang tidak disebutkan dalam riwayat Ibnu Jarir tetapi tampak jelas kalau perawi [entah siapa] menyembunyikan nama-nama mereka karena tidak mungkin ada seseorang bernama fulan atau abu fulan. Alhamdulillah ternyata terdapat riwayat-riwayat yang menyebutkan nama beberapa diantara mereka.

حدثنا هشيم قال أخبرنا حصين قال حدثنا عبد الرحمن بن معقل قال صليت مع علي صلاة الغداة قال فقنت فقال في قنوته اللهم عليك بمعاوية وأشياعه وعمرو بن العاص وأشياعه وأبا السلمي وأشياعه وعبد الله بن قيس وأشياعه

Telah menceritakan kepada kami Husyaim yang berkata telah mengabarkan kepada kami Hushain yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Ma’qil yang berkata Aku shalat bersama Ali dalam shalat fajar dan kemudian ketika Qunut Beliau berkata “Ya Allah hukumlah Muawiyah dan pengikutnya, Amru bin Ash dan pengikutnya, Abu As Sulami dan pengikutnya, Abdullah bin Qais dan pengikutnya” [Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 2/108 no 7050]

Riwayat ini sanadnya shahih, Husyaim adalah Husyaim bin Basyiir seorang perawi kutubus sittah. Ibnu Hajar menyebutkan kalau ia dinyatakan tsiqat oleh Al Ijli, Ibnu Saad dan Abu Hatim. Ibnu Mahdi, Abu Zar’ah dan Abu Hatim memuji hafalannya [At Tahdzib juz 11 no 100]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit [At Taqrib 2/269]. Adz Dzahabi menyebutkan kalau Husyaim seorang Hafiz Baghdad Imam yang tsiqat [Al Kasyf no 5979]. Sedangkan Hushain dan Abdurrahman bin Ma’qil telah disebutkan kalau mereka tsiqat.

حَدَّثَنَا عُبَيد الله بن معاذ قَال حدثني أبي قَال حَدَّثَنَا شُعبة عن عُبَيد أبي الحسن سمع عبد الرحمن بن معقل يقول شهدت علي بن أبي طالب قنت في صلاة العتمة بعد الركوع يدعو في قنوته على خمسة رهط على معاوية وأبي الأعور

Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidillah bin Mu’adz yang berkata telah menceritakan kepadaku ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari ‘Ubaid Abi Hasan yang mendengar ‘Abdurrahman bin Ma’qil berkata “aku menyaksikan Ali bin ‘Abi Thalib membaca qunut dalam shalat ‘atamah [shalat malam yaitu maghrib atau isya’] setelah ruku’ untuk lima orang untuk Mu’awiyah dan Abul A’war [Ma’rifat Wal Tarikh Al Fasawi 3/134]

Riwayat ini sanadnya shahih. Diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat. Ubaidillah bin Mu’adz adalah seorang hafizh yang tsiqat termasuk perawi Bukhari Muslim [At Taqrib 1/639] dan ayahnya Mu’adz bin Mu’adz adalah seorang yang tsiqat mutqin perawi kutubus sittah [At Taqrib 2/193]. Syu’bah bin Hajjaj adalah perawi kutubus sittah yang telah disepakati tsiqat. Syu’bah seorang yang tsiqat hafizh mutqin dan Ats Tsawri menyebutnya “amirul mukminin dalam hadis” [At Taqrib 1/418]. Ubaid bin Hasan Al Muzanniy atau Abu Hasan Al Kufiy adalah perawi Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Ibnu Ma’in, Abu Zur’ah dan Nasa’I menyatakan tsiqat. Abu Hatim berkata “tsiqat shaduq”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 7 no 128]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat” [At Taqrib 1/643]. Dan ‘Abdurrahman bin Ma’qil telah disebutkan bahwa ia tabiin yang tsiqat.

Kedua riwayat Abdurrahman bin Ma’qil ini menyebutkan kalau diantara mereka yang didoakan [dalam qunut] keburukan atau laknat oleh Imam Ali adalah Mu’awiyah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pandangan Imam Ali, Muawiyah dan pengikutnya itu menyimpang dan telah sesat plus menyesatkan banyak orang sehingga Imam Ali sampai membaca qunut nazilah untuk mereka. Abbas Ad Duuriy berkata

سمعت يحيى يقول أبو الأعور السلمي رجل من أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم وكان مع معاوية وكان علي يلعنه في الصلاة

Aku mendengar Yahya [bin Ma’in] berkata “Abul A’war As Sulamiy seorang sahabat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] ia bersama Muawiyah dan Ali telah melaknatnya di dalam shalat” [Tarikh Ibnu Ma’in 3/43 no 175]

.

.

Kelompok Muawiyah Berada Di Jalan Yang Bathil

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُخْتَارٍ قَالَ حَدَّثَنَا خَالِدٌ الْحَذَّاءُ عَنْ عِكْرِمَةَ قَالَ لِي ابْنُ عَبَّاسٍ وَلِابْنِهِ عَلِيٍّ انْطَلِقَا إِلَى أَبِي سَعِيدٍ فَاسْمَعَا مِنْ حَدِيثِهِ فَانْطَلَقْنَا فَإِذَا هُوَ فِي حَائِطٍ يُصْلِحُهُ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ فَاحْتَبَى ثُمَّ أَنْشَأَ يُحَدِّثُنَا حَتَّى أَتَى ذِكْرُ بِنَاءِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ كُنَّا نَحْمِلُ لَبِنَةً لَبِنَةً وَعَمَّارٌ لَبِنَتَيْنِ لَبِنَتَيْنِ فَرَآهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَنْفُضُ التُّرَابَ عَنْهُ وَيَقُولُ وَيْحَ عَمَّارٍ تَقْتُلُهُ الْفِئَةُ الْبَاغِيَةُ يَدْعُوهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ وَيَدْعُونَهُ إِلَى النَّارِ قَالَ يَقُولُ عَمَّارٌ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الْفِتَنِ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin Mukhtar yang berkata telah menceritakan kepada kami Khalid Al Hidzaa’ dari Ikrimah yang berkata Ibnu Abbas berkata kepadaku dan kepada anaknya Ali, pergilah kalian kepada Abu Sa’id dan dengarkanlah hadis darinya maka kami menemuinya. Ketika itu ia sedang memperbaiki dinding miliknya, ia mengambil kain dan duduk kemudian ia mulai menceritakan kepada kami sampai ia menyebutkan tentang pembangunan masjid. Ia berkata “kami membawa batu satu persatu sedangkan Ammar membawa dua batu sekaligus, Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] melihatnya, kemudian Beliau berkata sambil membersihkan tanah yang ada padanya “kasihan ‘Ammar, dia akan dibunuh oleh kelompok baaghiyah [pembangkang], ia [Ammar] mengajak mereka ke surga dan mereka mengajaknya ke neraka. ‘Ammar berkata “aku berlindung kepada Allah dari fitnah” [Shahih Bukhari 1/97 no 447]

Telah terbukti kalau ‘Ammar terbunuh dalam perang shiffin dan ia berada di pihak Imam Ali jadi kelompok baaghiyyah [pembangkang] yang membunuh ‘Ammar dalam hadis Bukhari di atas adalah kelompok Muawiyah. Muawiyah dan pengikutnya adalah kelompok yang mengajak ke neraka. Jadi berdasarkan dalil shahih dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] maka dalam perang shiffin Imam Ali dan pengikutnya berada dalam kebenaran sedangkan Muawiyah dan pengikutnya berada dalam kesesatan.

حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا محمد بن جعفر ثنا شعبة عن عمرو بن مرة قال سمعت عبد الله بن سلمة يقول رأيت عمارا يوم صفين شيخا كبيرا آدم طوالا آخذا الحربة بيده ويده ترعد فقال والذي نفسي بيده لقد قاتلت بهذه الراية مع رسول الله صلى الله عليه و سلم ثلاث مرات وهذه الرابعة والذي نفسي بيده لو ضربونا حتى يبلغوا بنا شعفات هجر لعرفت أن مصلحينا على الحق وأنهم على الضلالة

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far yang berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari ‘Amru bin Murrah yang berkata aku mendengar ‘Abdullah bin Salamah berkata “aku melihat ‘Ammar dalam perang shiffin, dia seorang Syaikh yang berumur, berkulit agak gelap dan berperawakan tinggi, ia memegang tombak dengan tangan bergetar. Ia berkata “demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku telah berperang membawa panji ini bersama Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tiga kali dan ini adalah yang keempat. Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya sekiranya mereka menebas kami hingga membawa kami kepada kematian maka aku yakin bahwa orang-orang shalih yang bersama kami berada di atas kebenaran dan mereka berada di atas kesesatan [Musnad Ahmad 4/319 no 18904]

Riwayat ini sanadnya hasan. ‘Abdullah bin Salamah seorang yang hadisnya hasan terdapat sedikit perbincangan karena hafalannya. Riwayat ini juga disebutkan Ibnu Hibban dalam Shahih Ibnu Hibban 15/555 no 7080 dan Al Hakim dalam Al Mustadrak juz 3 no 5651.

  • Muhammad bin Ja’far Al Hudzaliy Abu Abdullah Al Bashriy yang dikenal dengan sebutan Ghundar adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ali bin Madini berkata “ia lebih aku sukai daripada Abdurrahman [Ibnu Mahdi] dalam periwayatan dari Syu’bah”. Abu Hatim berkata dari Muhammad bin Aban Al Balkhiy bahwa Ibnu Mahdi berkata “Ghundar lebih tsabit dariku dalam periwayatan dari Syu’bah”. Abu Hatim, Ibnu Hibban dan Ibnu Sa’ad menyatakan tsiqat. Al Ijli menyatakan ia orang bashrah yang tsiqat dan ia adalah orang yang paling tsabit dalam riwayat dari Syu’bah [At Tahdzib juz 9 no 129]
  • Syu’bah bin Hajjaj adalah perawi kutubus sittah yang telah disepakati tsiqat. Syu’bah seorang yang tsiqat hafizh mutqin dan Ats Tsawri menyebutnya “amirul mukminin dalam hadis” [At Taqrib 1/418]
  • ‘Amru bin Murrah adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Ma’in menyatakan tsiqat. Abu Hatim menyatakan shaduq tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ibnu Numair dan Yaqub bin Sufyan menyatakan tsiqat. [At Tahdzib juz 8 no 163]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat ahli ibadah [At Taqrib 1/745]
  • ‘Abdullah bin Salamah adalah perawi Ashabus Sunan. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ai Ijli menyatakan ia tsiqat. Yaqub bin Syaibah berkata “tsiqat termasuk thabaqat pertama dari ahli fiqih kufah setelah sahabat”. Abu Hatim berkata “dikenal dan diingkari”. Bukhari berkata “hadisnya tidak memiliki mutaba’ah”. Ibnu Ady berkata “aku kira tidak ada masalah padanya”. [At Tahdzib juz 5 no 421]. Ibnu Hajar berkata “shaduq mengalami perubahan pada hafalannya” [At Taqrib 1/498]. Adz Dzahabi berkata “shuwailih” [Al Kasyf no 2760], Adz Dzahabi juga memasukkannya dalam Man Tukullima Fihi wa huwa Muwatstsaq no 182. Ibnu Hibban telah menshahihkan hadisnya [Shahih Ibnu Hibban 15/555 no 7080]. Ibnu Khuzaimah telah berhujjah dan menshahihkan hadisnya [Shahih Ibnu Khuzaimah 1/104 no 208]. Al Hakim ketika membawakan hadis ‘Abdullah bin Salamah ia menyatakan hadis tersebut shahih sanadnya walaupun syaikhan tidak berhujjah dengan ‘Abdullah bin Salamah tetapi tidak ada cela terhadapnya [Al Mustadrak juz 1 no 541] itu berarti Al Hakim menganggap ‘Abdullah bin Salamah tsiqat. Pendapat yang rajih, ‘Abdullah bin Salamah adalah seorang yang hadisnya hasan terdapat sedikit pembicaraan dalam hafalannya tetapi itu tidak menurunkan hadisnya dari derajat hasan.

Riwayat ini dengan tegas menyatakan kalau ‘Ammar dan orang-orang shalih di pihak Imam Ali adalah berada di atas kebenaran sedangkan mereka kelompok Muawiyah berada di atas kesesatan atau kebathilan. Kami tidak akan berbasa-basi seperti sebagian orang yang mengklaim kalau Muawiyah berijtihad dan walaupun salah ijtihadnya tetap mendapat pahala. Itu berarti Muawiyah yang dalam perang shiffin dikatakan mengajak orang ke neraka tetap mendapat pahala. Sungguh perkataan yang aneh bin ajaib.

Kami juga ingin menegaskan kepada orang yang memang tidak punya kemampuan memahami perkataan orang lain bahwa kami tidak pernah menyatakan kalau Muawiyah dan pengikutnya kafir dalam perang shiffin berdasarkan hadis-hadis di atas. Jika dikatakan mereka bermaksiat maka itu sudah jelas, orang yang mengajak ke jalan neraka maka sudah jelas ia bermaksiat. Tetapi apakah maksiat itu membawa kepada kekafirannya maka hanya Allah SWT yang tahu. Soal Muawiyah kami sudah pernah membahas hadis shahih yang menunjukkan bahwa pada akhirnya ia mati tidak dalam agama islam sedangkan soal pengikutnya yang lain kami tidak memiliki dalil yang jelas soal itu.

.

.

.

Syubhat Salafy Dalam Membela Muawiyah

حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ أَيُّوبَ الْمَوْصِلِيُّ ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ بُرْقَانَ ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ الأَصَمِّ ، قَالَ : سُئِلَ عَلِيٌّ عَنْ قَتْلَى يَوْمِ صِفِّينَ ، فَقَالَ : قَتْلاَنَا وَقَتْلاَهُمْ فِي الْجَنَّةِ ، وَيَصِيرُ الأَمْرُ إلَيَّ وَإِلَى مُعَاوِيَةَ

Telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin Ayub Al Maushulliy dari Ja’far bin Burqaan dari Yazid bin Al Aasham yang berkata Ali pernah ditanya tentang mereka yang terbunuh dalam perang shiffin. Ia menjawab “yang terbunuh diantara kami dan mereka berada di surga” dan masalah ini adalah antara aku dan Muawiyah [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 15/302 no 39035]

Riwayat ini secara zahir sanadnya shahih dan para perawinya tsiqat tetapi terdapat illat di dalamnya. Adz Dzahabi mengatakan tentang Yazid bin Al Aasham kalau riwayatnya dari Ali tidak shahih [As Siyar 4/517 no 211]. Walaupun dikatakan Adz Dzahabi ia menemui masa khalifah Ali tetapi tetap saja Adz Dzahabi sendiri mengatakan kalau riwayatnya dari Ali tidak shahih. Cukup ma’ruf dalam ilmu hadis bahwa terkadang ada perawi yang melihat atau bertemu atau semasa dengan perawi lain tetapi tidak mendengar hadis darinya sehingga hadisnya dikatakan tidak shahih. Salah satu contohnya adalah Atha’ bin Abi Rabah, Ibnu Madini berkata tentangnya “ia melihat Abu Sa’id Al Khudri tawaf di baitullah dan ia melihat Abdullah bin Umar tetapi tidak mendengar hadis dari keduanya” [Jami’ Al Tahsil Fii Ahkam Al Marasil no 520].

Ada yang berhujjah sembarangan dengan hadis ini. Mereka dengan hadis ini membela Muawiyah dan pengikutnya. Ini namanya asal berhujjah, telah kami tunjukkan bagaimana pandangan Imam Ali sebenarnya kepada kelompok Muawiyah. Jika Imam Ali sendiri berdoa dalam qunut nazilah agar Muawiyah dan pengikutnya mendapatkan hukuman dari Allah SWT maka sudah jelas menurut Imam Ali mereka kelompok Muawiyah berada dalam kesesatan atau kebathilan dan hal ini pun sesuai dengan petunjuk Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan pandangan ‘Ammar bin Yasir radiallahu ‘anhu.

Jadi jika riwayat di atas diartikan bahwa Imam Ali membenarkan Muawiyah dan pengikutnya maka itu keliru. Kami pribadi menganggap atsar tersebut matannya mungkar dan sanadnya memang mengandung illat. Bukankah dalam perang shiffin Muawiyah dan pengikutnya telah terbukti berada di atas Jalan yang menuju ke neraka berdasarkan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang shahih. Apakah mereka yang gugur karena membela kebathilan akan mendapat imbalan surga?. Jadi dari sisi ini kalau riwayat tersebut diartikan secara zahir maka mengandung pertentangan dengan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

Seandainyapun orang-orang tersebut menerima riwayat Imam Ali di atas maka sudah seharusnya diartikan bahwa yang dimaksud bukan secara umum. Bukankah salafy sendiri [Muawiyah dan pengikutnya] menganggap bahwa dalam kelompok Imam Ali terdapat para pembunuh Utsman radiallahu ‘anhu. Nah apakah mereka yang terbunuh dalam kelompok Imam Ali ini akan mendapat surga? Silakan mereka salafy menjawabnya. Begitu pula mungkin saja dalam kelompok Muawiyah terdapat orang-orang yang tidak memahami persoalan, mereka tertipu oleh propaganda Muawiyah atau dengan bahasa yang lebih kasar fitnah kalau Imam Ali dan pengikutnya melindungi para pembunuh khalifah Utsman radiallahu ‘anhu. Mungkin saja kelompok ini yang dikatakan Imam Ali bahwa yang terbunuh diantara mereka mendapat surga. Sehingga sangat wajar di akhir riwayat Imam Ali mengatakan kalau masalah ini adalah antara diri Beliau dan Muawiyah.

Selain itu sangat ma’ruf kalau tidak semua orang yang ikut berperang memiliki niat yang baik walaupun mereka berada di pihak yang benar. Kedudukannya tergantung niat orang tersebut, jika ia berperang dengan niat mendapatkan harta atau niat lain yang buruk dan gugur dalam perang tersebut bukan berarti ia lantas mendapat surga. Terdapat kisah dimana salah seorang sahabat gugur di medan perang kemudian para sahabat yang lain mengatakan ia syahid tetapi Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] membantahnya dan mengatakan kalau ia di neraka karena sahabat tersebut telah berkhianat dalam harta rampasan perang. Kami cuma ingin menyampaikan bahwa atsar Imam Ali di atas seandainya kita terima maka ia tidak bisa diartikan secara umum untuk semua orang yang terbunuh di shiffin. Apalagi sangat tidak benar menjadikan hadis ini untuk membela Muawiyah dan pengikutnya yang lain.

Sebenarnya ada hal lucu yang tidak terpikirkan oleh salafy. Bukankah mereka sering merendahkan Syiah yang katanya Syiah mengatakan bahwa Imam Ali mengetahui perkara yang ghaib. Padahal yang dilakukan syiah mungkin hanya berhujjah dengan riwayat yang ada di sisi mereka. Sekarang lihatlah riwayat Imam Ali di atas, bukankah pengetahuan siapa yang akan masuk surga adalah pengetahuan yang bersifat ghaib lantas kenapa sekarang salafy anteng-anteng saja meyakini riwayat tersebut. Sekarang dengan lucunya [demi membela Muawiyah] salafy mengakui kalau Imam Ali mengetahui perkara ghaib bahwa yang terbunuh di shiffin itu masuk surga. Sungguh tanaqudh dan memprihatinkan mereka suka mencela mazhab lain tetapi apa yang mereka cela ada pada diri mereka sendiri.

Salam Damai

55 Tanggapan

  1. mantap
    salafy akan ttp ngotot,sprt ngototx muawiyah. dengan membalikan cara berfikir yg kacau dgn mengatakan “krn ali yg membawa ammar dlm peperangan maka ali lah yg membunuh ammar”

  2. Anggaplah bahwa atsar “yang terbunuh diantara kami dan mereka berada di surga” dan masalah ini adalah antara aku dan Muawiyah [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 15/302 no 39035]
    adalah benar. Tapi bukan berarti Muawiyah termasuk didlmnya. Apa yng disebut SP bahwa diantara mereka adalah orang2 yang terpaksa(dibohongi/diancam) dan juga bisa terjadi dipihak Imam Ali orang seperti Khawarij. Wasalam

  3. bang sp, request dong analisis soal perang jamal antara aisyah, zubair, thalhah vs ali. bisakan?

  4. @ SP
    muawiyah adalah saudara ali dalam agama
    maka barang siapa menganggap mereka musuh
    maka dia sendirilah musuh agama dan
    musuh islam
    dan si Second price jangan2 adalah musuh islam
    alias bisa jadi orang munafik yang menampakkan keislamannya atau kesyiahannya

    perhatikan firman Allah:
    “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat: 10)

    Ali dan Muawiyah itu sama2 beriman kepada Allah dan Nabi
    kalau mereka berselisih ya damaikan dong!!!!!!
    jangan malah di adu domba

    si SP melawan ayat ini
    ayat ini jelas2 menyuruh kita untuk mendamaikan siapapun di antara saudara kita beriman yang sedang bertikai
    termasuk ali dan muawiyah
    jangn malah diadu domba

    lihat bagaimana mereka yang mengaku syiah ali di jaman dulu
    bukannya mendamaikan Ali dengan Muawiyah
    malah mengompori Ali buat memerangi Muawiyah
    hingga banyak sahabat lain menjadi korban dari ambisi kalian
    GILA NGGA TUH?!!!!

    justru nenek moyang kalian lah yang terkena sabda nabi:

    “kasihan ‘Ammar, dia akan terbunuh karena kelompok baaghiyah [pengadu domba],

    ia [Ammar] mengajak mereka ke surga dan mereka mengajaknya ke neraka.

    ‘Ammar berkata “aku berlindung kepada Allah dari fitnah” [Shahih Bukhari 1/97 no 447]

    kaliah syiah benar2 edan dan saklek
    dari nenek moyang kalian
    hingga generasi sekranganyak korban berjatuhan
    masih tetap sama kelakuannya
    menyalahkan muawiyah terus
    si sahabat tercinta
    padahal itu adalah ulah kalian sendiri
    yang mengadu domba
    ali dan muawiyah
    dan ingat
    karena tidak mendapatkan ambisinya lalu syiah ali keluar dan menjadi khawarij
    widihhhhhh
    ketahuan tuh busuknya niat mereka

  5. @…munafik
    hadits rosul sdh jelas,tentang tsaqalain agar kita berpegang kpd alquran n ahlulbait agar tdk tersesat.
    nah muawiyah bukannya berpegang mlh memerangi ahlulbait.
    persoalan bwt ummat skrg ini, adalah masing2 menklaim paling benar,
    jd tdk lah salah klu kita membuka sejarah utk mengetahui mana yg pantas utk diikuti,spy jgn tersesat.
    ternyata ketika kita membuka sejarah muncul seorang yg bernama muawiyah,yg tadix dikenal sbg sahabat,ternyata justru memusuhi ahlulbait,n terlaknat (hadits)ya resikonya adalah kita buang dah muawiyah dr jajaran sahabat.
    anda yg sdh terdoktrinasi dgn keutamaan muawiyah silahkan anda berpegang kpdx..
    n jgn anda menghujat mrk2 yg berpegang kpd ahlulbait,krn scr dalil mrk(ahlulbait)lah yg pantas utk dipegang dgn erat

  6. kt anda:
    karena tidak mendapatkan ambisinya lalu syiah ali keluar dan menjadi khawarij
    kt sy:
    betul kata anda bhw pengikut ali keluar dr barisan ali n menjadi khawarij,tp apa semuanya? kan tdk..
    lalu mereka yg masih mengikuti ali n berperang melawan muawiyah namax apa?

  7. cuma Numpang mengamati dialog nya, mohon dikonfirmasi ya

  8. Saya orang awam dalam persoalan syiah, cuman persolannya adalah ketika ada orang yang suci yang dijamin oleh Allah, tidak hanya suci tapi sesuci-sucinya, mengapa kita meski mengikuti orang-orang yang tidak suci? bukan kah mengikuti orang yang suci adalah fitrah, lalu ketika ada kelompok orang yang tidak suci (kotor) menzalimi orang yang suci bahkan sampai membunuhnya, dan bahkan ada sekelompok orang yang membelanya maka dapat dipastikan bahwa mereka adalah kelompok orang yang sangat keterlaluan dan tidak berakal dalam pembelaan argumen mereka, semoga kita sekalian mendapat rahmat dari Allah untuk bersama orang-orang yang suci kelak, amin ya rabbal alamin

  9. Kedua riwayat Abdurrahman bin Ma’qil ini menyebutkan kalau diantara mereka yang didoakan [dalam qunut] keburukan atau laknat oleh Imam Ali adalah Mu’awiyah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pandangan Imam Ali, Muawiyah dan pengikutnya itu menyimpang dan telah sesat plus menyesatkan banyak orang sehingga Imam Ali sampai membaca qunut nazilah untuk mereka. Abbas Ad Duuriy berkata
    سمعت يحيى يقول أبو الأعور السلمي رجل من أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم وكان مع معاوية وكان علي يلعنه في الصلاة

    Aku mendengar Yahya [bin Ma’in] berkata “Abul A’war As Sulamiy seorang sahabat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] ia bersama Muawiyah dan Ali telah melaknatnya di dalam shalat” [Tarikh Ibnu Ma’in 3/43 no 175]

    Ini adalah hal yang sangat lucu yg tidak dipikirkan oleh syi’ah, mereka selalu mengexplore riwayat tentang Mu’awiyah yang memerintahkan melaknat Imam Ali di mimbar2 Masjid, kalau dipikir-pikir, jika ini benar terjadi, berarti ini adalah suatu hal yg lazim terjadi saat itu, yaitu saling melaknat diantara dua kubu, karena Imam Ali sendiri bahkan juga melaknat Mu’awiyah di dalam shalatnya (ibadah) yang tentunya ini lebih berat dibandingkan hanya di mimbar (ini jika riwayat tersebut shahih) :mrgreen:

    Telah terbukti kalau ‘Ammar terbunuh dalam perang shiffin dan ia berada di pihak Imam Ali jadi kelompok baaghiyyah [pembangkang] yang membunuh ‘Ammar dalam hadis Bukhari di atas adalah kelompok Muawiyah. Muawiyah dan pengikutnya adalah kelompok yang mengajak ke neraka. Jadi berdasarkan dalil shahih dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] maka dalam perang shiffin Imam Ali dan pengikutnya berada dalam kebenaran sedangkan Muawiyah dan pengikutnya berada dalam kesesatan.

    Al Hasan berkata : “Saya mendengar Abu Bakrah berkata,’Aku pernah melihat Rasulullah di atas mimbar, sementara al Hasan bin Ali di sisi beliau. Kadangkala Rasulullah menatap al Hasan, dan kadangkala menatap para hadirin, lalu (beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata:

    إِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ عَظِيمَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

    “Sesungguhnya cucuku ini adalah sayyid. Mudah-mudahan dengannya Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum Muslimin yang bertikai”[HR Bukhari no 2704].

    Imam al Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya, dari jalur Abdullah bin Muhammad dari Sufyan dari Abu Musa, ia berkata:
    Saya mendengar al Hasan berkata: “Demi Allah, al Hasan bin Ali mendatangi Mu’awiyah dengan membawa pasukan besar laksana gunung”.
    Amru bin al Ash berkata,”Menurutku pasukan ini tidak akan kembali hingga menghancurkan lawannya”.
    Mu’awiyah –beliau adalah sebaik-baik orang- berkata kepadanya: “Hai, Amru. Jika kedua pasukan ini saling bunuh, lantas siapakah yang akan mengatur urusan kaum Muslimin? Siapakah yang melindungi para wanita muslimah? Siapakah yang melindungi harta benda mereka?” maka Mu’awiyah mengutus dua orang Quraisy dari Bani Abdi Syams kepada al Hasan, yakni Abdurrahman bin Samurah dan Abdullah bi Amir bin Kuraiz.
    Mu’awiyah berkata kepada mereka berdua: “Temuilah ia, tawarkanlah (perdamaian) kepadanya. Katakanlah kepadanya dan mintalah agar ia menerimanya,” maka kedua utusan itupun menemui al Hasan dan mengutarakan maksudnya, dan memintanya agar menerima tawaran mereka. Lalu al Hasan bin Ali berkata kepada mereka berdua: “Kami dari kabilah Bani Abdul Muththalib telah memperoleh harta ini, dan sesungguhnya umat ini telah tertumpah darahnya”.
    Keduanya berkata,”Sesungguhnya Mu’awiyah menawarkan ini dan ini kepadamu, ia meminta agar Anda menerimanya.”
    Al Hasan berkata,”Siapakah yang akan mendukungku?”
    “Kamilah yang mendukungmu,” jawab mereka berdua.
    Setiap kali al Hasan menanyakan hal itu, keduanya menjawab: “Kamilah yang mendukungmu, berdamailah dengannya!”

    Mu’awiyah mengajak berdamai dan Al-Hasan menerimanya bahkan menyerahkan kekuasaan di tangan-nya kepada Mu’awiyah tanpa ada paksaan dari siapapun bukan karena kurang pasukan justru beliau memiliki pasukan yang besar laksana gunung. Jika Mu’awiyah seorang yang di atas kesesatan atau telah kafir atau tidak kapabel dalam memimpin, tentunya beliau tidak akan memberikan tampuk kepemimpinan atas kaum muslimin kepada Mu’awiyah.

    Maka Al-Baghiyah ini disini diartikan adalah kelompok yang membangkang dimana mereka juga dari kalangan kaum beriman, hanya saja kelompok Imam Ali diatas kebenaran dibandingkan kelompok Mu’awiyah. Dan Nabi sendiri menyebut kelompok Mu’awiyah sebagai satu diantara dua kelompok kaum muslimin yang bertikai.

    وَإِن طَآئِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُواْ فَأَصْلِحُواْ بَيْنَهُمَا
    فَإِن بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الأُخْرَى فَقَـتِلُواْ الَّتِى تَبْغِى حَتَّى تَفِىءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ
    فَإِن فَآءَتْ فَأَصْلِحُواْ بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُواْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
    Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu berbuat aniaya terhadap yang lain, hendaklah yang berbuat aniaya itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (Al-Hujuurat:9)

    Perhatikan Allah menggunakan kata Baghat بَغَتْ dan تَبْغِى tetapi Allah tetap memasukkan mereka dalam golongan orang yang beriman.

    Makna Bahasa Bughat
    Bughat بُغَاةٌ ) ( adalah bentuk jamak اَْلبَاغِيُ , yang merupakan isim fail (kata benda yang menunjukkan pelaku), berasal dari kataبَغى (fi’il madhi),َيبْغِيُ (fi’il mudhari’), danبُغْيَةً – بَغْيًا بُغَاءً – (mashdar). Kata بَغى mempunyai banyak makna, antara lain طَلَبَ (mencari, menuntut), ظَلَمَ (berbuat zalim), إِعْتَدَى / تَجَاوَزُالْحَدَّ (melampaui batas), dan كَذَبَ (berbohong) (Anis, 1972:64-65, Munawwir, 1984:65 & 106, Ali, 1998:341).

    Dengan demikian, secara bahasa, البَاغِيُ (dengan bentuk jamaknyaاَلْبُغَاةُ ) artinya اَلظَّالِمُ (orang yang berbuat zalim), اَلْمُعْتَدِيْ (orang yang melampaui batas), atau اَلظَّالِمُ الْمُسْتَعْلِيْ (orang yang berbuat zalim dan menyombongkan diri) (Ali, 1998:295, Anis, 1972:65).

    Makna Syar’i Bughat
    Dalam definisi syar’i –yaitu definisi menurut nash-nash Al-Qur`an dan As-Sunnah– bughat memiliki beragam definisi dalam berbagai mazhab fiqih, meskipun berdekatan maknanya atau ada unsur kesamaannya. Kadang para ulama mendefinisikan bughat secara langsung, kadang mendefinisikan tindakannya, yaitu al-baghy[u] (pemberontakan).

    Kelompok Al-Baghiyah adalah kelompok yang memberontak terhadap seorang Imam karena suatu ta’wil dalam agama, mempunyai kekuatan dan mempunyai pemimpin yang dita’ati. Dan mereka tetap sebagai kaum muslimin.

    Dengan tindakan Al-Hasan berdamai bahkan menyerahkan tampuk kepemimpinan atas kaum muslimin kepada Mu’awiyah, maka mereka menjadi satu jama’ah kaum muslimin, makanya tahun tersebut dinamakan tahun Jama’ah.

    Dengan begitu selesailah perselisihan diantara mereka, maka hadits Nabi SAW mengenai Ammar sudah dimansukh oleh hadits Nabi SAW mengenai perdamaian antara kaum muslimin tersebut. (Allahu A’lam)

    Lagi pula Mu’awiyah adalah pemimpin pasukan Laut Islam yang pertama yang diwajibkan atas mereka (pahala Surga). (HR Bukhari)

    Happy ending tho :mrgreen: hanya org yg ga ada kerjaan kayak syi’ah aja yg sampe hr ini msh aja mempermasalahkan masalah yang udah selesai seribu th yg lalu 🙂

    Sebenarnya ada hal lucu yang tidak terpikirkan oleh salafy. Bukankah mereka sering merendahkan Syiah yang katanya Syiah mengatakan bahwa Imam Ali mengetahui perkara yang ghaib. Padahal yang dilakukan syiah mungkin hanya berhujjah dengan riwayat yang ada di sisi mereka. Sekarang lihatlah riwayat Imam Ali di atas, bukankah pengetahuan siapa yang akan masuk surga adalah pengetahuan yang bersifat ghaib lantas kenapa sekarang salafy anteng-anteng saja meyakini riwayat tersebut. Sekarang dengan lucunya [demi membela Muawiyah] salafy mengakui kalau Imam Ali mengetahui perkara ghaib bahwa yang terbunuh di shiffin itu masuk surga. Sungguh tanaqudh dan memprihatinkan mereka suka mencela mazhab lain tetapi apa yang mereka cela ada pada diri mereka sendiri.

    Ini pernyataan yang terlucu yg pernah saya baca 😆 setahu saya judul artikel di blog salafy yg sdg dibahas telah menjelaskan apa maksud mereka “Pandangan ‘Aliy bin Abi Thalib Terhadap…. “ istilah pandangan itu artinya pendapat atau bhs jawa-nya = opinion, point of view :mrgreen: lha kok dibilang mengetahui perkara ghaib 😆

  10. kt STB:
    Ini adalah hal yang sangat lucu yg tidak dipikirkan oleh syi’ah, mereka selalu mengexplore riwayat tentang Mu’awiyah yang memerintahkan melaknat Imam Ali di mimbar2 Masjid, kalau dipikir-pikir, jika ini benar terjadi, berarti ini adalah suatu hal yg lazim terjadi saat itu, yaitu saling melaknat diantara dua kubu, karena Imam Ali sendiri bahkan juga melaknat Mu’awiyah di dalam shalatnya (ibadah) yang tentunya ini lebih berat dibandingkan hanya di mimbar (ini jika riwayat tersebut shahi
    kt sy:
    tdk lucu sih..
    imam ali mengikuti apa yg pernah dilakukan oleh rosul trhdp muawiyah(hadits muawiyah terlaknat)
    sedang muawiyah mengikuti hawa nafsunya(iblis)

  11. @STB
    Imam Ali melaknat. Karena Muawiyah memberontak terhadap Khalifah, memfitnah, mengadudomba umat Islam. Muawiyah melaknat dalam kejayaan seorang raja.
    Imam Hasan menyerahkan kekuasaan pada Muawiyah karena TERPAKSA. Dan akhirnya Muawiyah memerintahkan hamba sahayanya meracuni Imam Hasan dengan janji akan mengawininya. Tetapi itu hanya tipuan Muawiyah, Apakah ini akhlak Muslim?

  12. @sok tau banget

    Ini adalah hal yang sangat lucu yg tidak dipikirkan oleh syi’ah, mereka selalu mengexplore riwayat tentang Mu’awiyah yang memerintahkan melaknat Imam Ali di mimbar2 Masjid, kalau dipikir-pikir, jika ini benar terjadi, berarti ini adalah suatu hal yg lazim terjadi saat itu, yaitu saling melaknat diantara dua kubu, karena Imam Ali sendiri bahkan juga melaknat Mu’awiyah di dalam shalatnya (ibadah) yang tentunya ini lebih berat dibandingkan hanya di mimbar (ini jika riwayat tersebut shahih)

    Inilah penyakit orang-orang yang terpengaruh dengan virus nashibi. karena terlalu suka membantah dan suka membela Muawiyah sampai-sampai berani tuh mengatakan bahwa apa yang dilakukan Imam Ali dalam qunut nazilah itu lebih berat daripada apa yang dilakukan Muawiyah yaitu mencaci Imam Ali dalam mimbar masjid. Maaf ya sekedar info buat anda, mana bisa disamakan antara Imam Ali dengan Muawiyah. Imam Ali bersama kebenaran, Imam Ali adalah ahlul bait yang merupakan salah satu tsaqalain bagi umat islam, sedangkan Muawiyah sangat jauh dari itu. Selain itu apa yang dilakukan Imam Ali adalah sesuatu yang syar’i dan memiliki dasar hukumnya, mendoakan keburukan dalam qunut nazilah adalah hal yang memang ada syariatnya. Lha itu Muawiyah mencaci di mimbar masjid apa ada syariatnya dari Nabi [shallallahu ‘alihi wasallam]. Apa ada syariatnya memrintahkan untuk mencaci Imam Ali di mimbar-mimbar masjid?. apakah ada ketentuan bahwa itu harus terus-terusan dilakukan?. Gampang sekali anda mengatakan perbuatan Imam Ali “lebih berat”. Jangan menjadikan keterbatasan akal anda untuk menilai jika pengetahuan anda memang kurang 🙂

    Mu’awiyah mengajak berdamai dan Al-Hasan menerimanya bahkan menyerahkan kekuasaan di tangan-nya kepada Mu’awiyah tanpa ada paksaan dari siapapun bukan karena kurang pasukan justru beliau memiliki pasukan yang besar laksana gunung. Jika Mu’awiyah seorang yang di atas kesesatan atau telah kafir atau tidak kapabel dalam memimpin, tentunya beliau tidak akan memberikan tampuk kepemimpinan atas kaum muslimin kepada Mu’awiyah

    Cara berhujjah model begini sudah basi sekali, saya sudah membuat tulisan khusus bahwa penyerahan Imam Hasan soal khalifah kepada Muawiyah bukan karena keutamaan atau kebaikan yang dimiliki Muawiyah tetapi karena keadaan saat itu yang membuat Imam Hasan melakukannya dan apa yang dilakukan Imam Hasan sesuai dengan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

    بسم الله الرحمن الرحيم حدثنا محمود بن غيلان حدثنا أبو داود الطيالسي حدثنا القاسم بن الفضل الحداني عن يوسف بن سعد قال قام رجل إلى الحسن بن علي بعد ما بايع معاوية فقال سودت وجوه المؤمنين أو يا مسود وجوه المؤمنين فقال لا تؤنبني رحمك الله فإن النبي صلى الله عليه و سلم أري بني أمية على منبره فساءه ذلك فنزلت { إنا أعطيناك الكوثر } يا محمد يعني نهرا في الجنة ونزلت { إنا أنزلناه في ليلة القدر * وما أدراك ما ليلة القدر * ليلة القدر خير من ألف شهر } يملكها بنو أمية يا محمد قال القاسم فعددناها فإذا هي ألف يوم لا يزيد يوم ولا ينقص

    Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Daud Ath Thayalisi yang berkata telah menceritakan kepada kami Al Qasim bin Fadhl Al Huddani dari Yusuf bin Sa’ad yang berkata “Seorang laki-laki datang kepada Imam Hasan setelah Muawiyah dibaiat. Ia berkata “Engkau telah mencoreng wajah kaum muslimin” atau ia berkata “Hai orang yang telah mencoreng wajah kaum mukminin”. Al Hasan berkata kepadanya “Janganlah mencelaKu, semoga Allah merahmatimu, karena Rasulullah SAW di dalam mimpi telah diperlihatkan kepada Beliau bahwa Bani Umayyah di atas Mimbar. Beliau tidak suka melihatnya dan turunlah ayat “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadaMu nikmat yang banyak”. Wahai Muhammad Al Kautsar adalah sungai di dalam surga. Kemudian turunlah ayat “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan . Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”. Bani Umayyah akan menguasainya wahai Muhammad. Al Qasim berkata “Kami menghitungnya ternyata jumlahnya genap seribu bulan tidak kurang dan tidak lebih”. [Sunan Tirmidzi 5/444 no 3350]

    Jadi Imam Hasan sendiri mengatakan bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] saja tidak menyukai kepemimpinan bani umayyah di mimbar Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] tetapi Imam Hasan tetap menyerahkan kekhalifahan kepada Muawiyah. Alasannya sudah jelas karena Imam Hasan tidak ingin pertumpahan darah yang lebih banyak lagi dan perkara itu memang sudah dikabarkan oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Jadi ini tidak ada urusannya dengan kebaikan atau keutamaan atau kapabilitas Muawiyah, lha sejak awal Imam Hasan itu bersama ayahnya Imam Ali memerangi Muawiyah di perang shiffin. Kalau memang Muawiyah itu baik dan sebagainya seperti kata anda kenapa gak dari dulu saja Imam Ali yang menyerahkan kepada Muawiyah :mrgreen:

    Perkara Muawiyah dalam kesesatan di perang shiffin itu sudah terbukti melalui hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang shahih. Jadi tidak ada lagi yang perlu diragukan

    Kelompok Al-Baghiyah adalah kelompok yang memberontak terhadap seorang Imam karena suatu ta’wil dalam agama, mempunyai kekuatan dan mempunyai pemimpin yang dita’ati. Dan mereka tetap sebagai kaum muslimin.

    Saya juga tidak pernah mengatakan kalau kelompok baghiyah di situ kafir. Salafy saja [dan anda yang ikut-ikutan] merasa ada yang menganggap kelompok baghiyah disitu sebagai kafir. Saya menyatakan seperti apa yang tertera dalam hadis shahih bahwa kelompok baghiyah itu berada di atas jalan neraka alias mengajak orang kepada neraka

    Dengan tindakan Al-Hasan berdamai bahkan menyerahkan tampuk kepemimpinan atas kaum muslimin kepada Mu’awiyah, maka mereka menjadi satu jama’ah kaum muslimin, makanya tahun tersebut dinamakan tahun Jama’ah.

    Tidak ada masalah, perdamaian itu baik sekali. Yang lucunya menjadikan perdamaian ini sebagai hujjah untuk membela Muawiyah dan pengikutnya dalam perang shiffin. Kelompok Muawiyah sudah terbukti berada di atas jalan neraka berarti sesat dan kelompok Imam Ali lah yang benar.

    Dengan begitu selesailah perselisihan diantara mereka, maka hadits Nabi SAW mengenai Ammar sudah dimansukh oleh hadits Nabi SAW mengenai perdamaian antara kaum muslimin tersebut. (Allahu A’lam)

    Apanya yang dimansukh? maaf anda ini memang hobi sekali asal sebut. Coba pikir baik-baik perkataan anda ini. Bukankah Muawiyah dan pengikutnya dan sekarang diikuti anda dan salafy lainnya menganggap bahwa pada saat itu di kelompok Imam Ali terdapat kelompok para pembunuh Utsman. Nah Jika berdalil dengan model anda yang berhujjah dengan hadis perdamaian dua kelompok besar kaum muslimin, maka kelompok pembunuh Utsman di barisan Imam Ali juga termasuk dong. Seharusnya mereka anda bela juga tidak hanya kelompok Muawiyah. Logikanya : apa yang dilakukan pembunuh Utsman itu sudah dimansukh dong oleh hadis tersebut. Faktanya : maaf anda dan salafy lainnya adalah orang yang paling semangat mengatakan kalau kelompok pembunuh Utsman adalah kaum munafik. Tanaqudh oh tanaqudh :mrgreen:

    Lagi pula Mu’awiyah adalah pemimpin pasukan Laut Islam yang pertama yang diwajibkan atas mereka (pahala Surga). (HR Bukhari)

    ooh gampang banget, kita pakai logika mansukh yang anda lakukan. Hadis bukhari yang anda jadikan hujjah itu telah dimansukh oleh hadis dimana Muawiyah adalah kelompok pembangkang yang mengajak ke neraka. Lagipula terdapat hadis shahih kalau Muawiyah itu pada akhirnya mati tidak dalam agama Islam :mrgreen:

    Happy ending tho :mrgreen: hanya org yg ga ada kerjaan kayak syi’ah aja yg sampe hr ini msh aja mempermasalahkan masalah yang udah selesai seribu th yg lalu 🙂

    Halah maaf ya kayaknya anda dan salafy lainnya juga paling hobi mempermasalahkan apa yang anda bilang masalah yang udah selesai seribu tahun lalu. Buktinya berbagai sirah Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] kejadiannya juga sudah selesai seribu tahun yang lalu tetapi masih saja tuh dibahas. Apa bedanya? terus bukankah kisah pembunuhan Utsman itu juga sudah selesai seribu tahun lalu tapi banyak tuh salafy yang mempermasalahkan ngotot kalau itu adalah ulah kaum munafik. nah silakan dipikirkan dulu sebelum berbicara 🙂

    Ini pernyataan yang terlucu yg pernah saya baca 😆 setahu saya judul artikel di blog salafy yg sdg dibahas telah menjelaskan apa maksud mereka “Pandangan ‘Aliy bin Abi Thalib Terhadap…. “ istilah pandangan itu artinya pendapat atau bhs jawa-nya = opinion, point of view :mrgreen: lha kok dibilang mengetahui perkara ghaib 😆

    Sekarang saya tanya anda, apakah perkara siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka itu perkara yang bersifat ijtihad atau perkara yang bersifat ghaib. Apakah ketika ada orang yang terbunuh dalam perang? Maka seseorang bisa berpendapat dia masuk surga atau masuk neraka Bukankah tidak ada yang mengetahui isi hati manusia? dan bagaimana nasibnya di akhirat nanti?. Nah kalau tidak ada satupun mengetahui bagaimana hati manusia, apa niatnya, apa dosa yang pernah ia lakukan [misalnya berkhianat dalam rampasan perang, ini bisa menghalangi masuk surga] dan sebagainya maka apakah seseorang bisa mengajukan pendapatnya soal siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka? bisa atau tidak menurut anda?. Heeh kalau asal jawab dan bantah mah bisa, gak usah pakai mikir juga perkataan siapapun ya bisa dibantah :mrgreen:

  13. @aldj,

    mantap
    salafy akan ttp ngotot,sprt ngototx muawiyah. dengan membalikan cara berfikir yg kacau dgn mengatakan “krn ali yg membawa ammar dlm peperangan maka ali lah yg membunuh ammar”

    Ente benar. Tidak berapa lama, setelah postingan ente, si @SM(YB) alias si Nyalap ini langsung keluar sifat ke-wahabbi-annya ..

    Liat apa yang @SM(YB) alias si Nyalap ini bilang

    lihat bagaimana mereka yang mengaku syiah ali di jaman dulu
    bukannya mendamaikan Ali dengan Muawiyah
    malah mengompori Ali buat memerangi Muawiyah
    hingga banyak sahabat lain menjadi korban dari ambisi kalian
    GILA NGGA TUH?!!!!

    Dahsyat. Bahkan si Nyalap ini bilang bahwa Imam Ali-lah yang memerangi Muawiyah karena dikompori oleh orang yang namanya Munafik.

    Ane gak tahu, si Nyalap ini sedang menghina si Munafik (yang dirinya gak tahu siapa si Munafik yang sebenarnya) atau menghina Imam Ali? Menurut khayalan si Nyalap ini, Imam Ali dapat dihasut? Luar biasa kesombongan dan ketololan si Nyalap ini. Persis Bin Baz gurunya ….

    Oh ya, ane lupa. Si nyalap ini alias si SM(YB) ini, otaknya rada miring. Kebiasaan di tempeleng bokapnya kali ya waktu kecil. Habis sering banget teriak : “Aneeee ikuttttttttttt”.

    Hai nyalap, coba ludahin deh tangan ente, terus usapkan kekepala ente. Siapa tahu, ente jadi mudah menerima ilmu .. Jangan sampe kayak Bin Baz ya, gak pinter-pinter …

    Btw, si SM(YB) ini adalah si Nyalap.

  14. Suatu ketika, Rasulullah mendatangani rumah Fatimah as. Mendapati kedatangan Rasulullah, Fatimah as bermaksud membangunkan Imam Ali as yang kebetulan saat itu sedang tidur. Rasulullah mencegah dan berkata kepada Fatimah as, biarkan anakku, jangan kau bangunkan Ali. Kelak, dia akan sering terjaga sepeninggalanku. Kemudian Rasulullah SAAW menangis. Fatimah as pun menagis serta kedua putranya menangis.
    Demi Allah, kami bersaksi, bahwa Imam Ali benar-benar sering terjaga karena seringnya disakiti. Beliau tetap terjaga pada jaman Abu Bakar, Umar, Utsman, dan terus terjaga terutama karena perbuatan Muawiyah.

    Ya Allah, kami bersaksi bahwa Imam Ali adalah kekasihMu, waliMu dan pengikut setia RasulMu.

    Ya Allah, kami bersaksi bahwa Muawiyah adalah orang yang sering menyakiti kekasihMu, Sayyidina Ali dan sering membuatnya terjaga karena perbuatan zalimnya.

    Ya Allah, laknatlah Muawiyah beserta pengikutnya dan pecintanya.

  15. Quote of the Day

    “Jika Anda ingin menggerakkan air yang ada di dalam kolam kecil
    maka Anda dapat melakukannya cukup dengan menggerakkan tangan Anda,
    sehingga gelombang air akan bergerak saling bertabrakkan.

    Tetapi itu tidak dapat terjadi jika Anda lakukan di sebuah kolam renang.
    Kecuali jika Anda melemparkan sebuah batu besar ke dalam kolam renang tersebut!

    Akan tetapi hal itu berbeda jika air itu berupa danau yang besar,
    Anda tidak dapat membuat air menjadi bergelombang kecuali
    Anda melemparkan sebuah gunung ke dalamnya!

    Hal yang sama tidak dapat Anda lakukan pada sebuah lautan,
    kecuali jika Anda melemparkan sebuah planet ke dalam lautan tersebut!

    Tapi saya (George Jordac) mengetahui sebuah laut yang tidak dapat
    digerakkan sama sekali kecuali oleh satu hal! Yaitu jeritan orang yang tertindas!

    Lautan itu adalah Ali bin Abi Thalib! Seorang yang berbagai hasrat keinginan
    dan bermacam syahwat tidak mampu menggerakkannya! Akan tetapi jeritan
    seorang wanita Yahudi yang berada dibawah perlindungan Pemerintahan Islam
    telah menggerakkan dan mengguncangkannya” (George Jordac, Voice of Justice)

  16. kasihan ‘Ammar, dia akan dibunuh oleh kelompok baaghiyah [pembangkang], ia [Ammar] mengajak mereka ke surga dan mereka mengajaknya ke neraka. ‘Ammar berkata “aku berlindung kepada Allah dari fitnah

    ” [Shahih Bukhari 1/97 no 447].

    Wahai Muawiyyun, mau apa lagi? Kan udah jelas siapa yg mengajak ke surga dan siapa yg mengajak me neraka? 🙄

    Salam

  17. sy punya kerabat LDII/Islam Jamaah…
    suatu ketika aku ceritakan bahwa muawiyah adalah org yg paling membenci Ahlbayt As…dan wahabi adalah penerus pembenci ahlbayt..kata saya.

    dengan nada yg tinggi dan urat leher bertebaran…dia (org LDII) sambil menepuk dadanya berkata …”Saya bangga menjadi wahabi.. muawiyah adalah panutan saya dan solawatan adalah bid’ah, kamu mau apa?”….

    Masya Allah…kata sy dlm hati…teranyata ini orang Wahaboy juga toh..heran sy kok solawatan dibilang bid’ah..padahal solawat adalah perintah Allah Swt satusatunya yg Allah sendiri dan para malaikat-Nya terhadap perintah tsb mengerjakannya (bersolawat) …dan setelah sy tahu kemudian mereka yg notabene wahaboy juga itu saling sesat menyesatkan,..salafy menyesatkan LDII, PKS, HT, Muhamadiyah, Jamaah Tabligh, Persis, begitupula sebaliknya…haaaaah…

  18. Simple aja kalo gitu ..

    Mari kita doakan, semoga @STB, si Nyalap, si SM, Abul Jauza, beserta pengikut mereka, dimasukkan kedalam golongan Muawiyah …

    Wahhabi/salafy yang ada di Arab Saudi juga pengikut Muawiyah …

    Mudah2an mereka semua terkena doa Imam Ali ..

  19. Ehem saya ingin menanggapi jawaban dari yang saya sebut “orang yang tidak mampu memahami perkataan orang lain”. Ia begitu bersemangat membantah kami soal illat [cacat] riwayat Imam Ali yang ia jadikan hujjah tetapi anehnya tidak ada satupun bantahan itu yang mengena selain klaim atau ngaku-ngaku

    Inilah perkataan Adz Dzahabiy tentang Yazid bin Al Ashaam

    ولم تصح روايته عن علي، وقد أدركه وكان بالكوفة في خلافته

    Tidak shahih riwayatnya dari Ali ia bertemu dengannya di Kufah pada masa pemerintahannya.

    Perkataan Adz Dzahabi ini tidak persis sama dengan perkataan Al Mizzi. Al Mizzi mengatakan “meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib [dari jalan yang dhaif]”. Adz Dzahabi mengatakan riwayat Yazid dari Ali tidak shahihwalaupun ia dikatakan bertemu dengan Ali pada masa pemerintahannya. Jadi disini terdapat indikasi kalau Yazid bertemu dengan Ali tetapi tidak mendengar hadis darinya, ini memang dugaan tetapi sudah cukup sebagai illat [cacat].

    Aneh bin ajaib “orang itu” mengatakan bahwa maksud Adz Dzahabi adalah tidak shahih itu maksudnya sanadnya tidak shahih sampai Yazid. Ini keliru jika yang dimaksud makna perkataan Al Mizzi maka itu benar tetapi jika yang dimaksud perkataan Adz Dzahabi maka ia keliru karena Adz Dzahabi dengan jelas mengatakan riwayatnya dari Ali tidak shahih. Kalau memang begitu seharusnya Adz Dzahabi mengatakan seperti Al Mizzi yaitu ia meriwayatkan dari Ali dari sanad yang dhaif atau riwayat Yazid dari Ali sanadnya tidak shahih sampai ke Yazid bukan dengan perkataan riwayatnya dari Ali tidak shahih. Perkataan seperti ini menunjukkan kelemahan itu ada pada sisi antara Yazid dan Ali, sehingga disini dapat dipahami bahwa Yazid bertemu dengan Ali tetapi tidak mendengar hadis darinya.

    Sebelumnya saya mengatakan bahwa kasus seperti ini masih mungkin. Terdapat perawi yang bertemu dengan perawi lain tetapi tidak mendengar hadis darinya sehingga hadisnya dinilai tidak shahih. Diantaranya saya mengutip tentang Atha’ bin Abi Rabah.

    “orang itu” terlalu bersemangat membantah sampai ia mudahnya membuat aturan ilmu hadis yang diada-adakannya sendiri. Ia mengatakan lafaz bertemu itu lebih khusus dari melihat, lafaz bertemu [idraak] dalam ilmu hadis mengindikasikan bersambungnya riwayat.

    Saya jawab : secara umum lafaz periwayat “dari” atau lafaz “melihat” atau lafaz “bertemu” adalah lafaz yang menunjukkan sanad tersebut muttashil dengan syarat kalau lafaz “an” perawi itu bukan mudallis dan kalau lafaz “bertemu” atau “melihat” dianggap muttashil selagi tidak ada keterangan yang mengindikasikan hadis tersebut munqathi’.

    Perkataan “orang itu” kalau lafaz “idraak” berarti bersambung tertolak dengan adanya para perawi yang memang bertemu tetapi tidak mendengar hadis dari perawi lain. Salah satu contohnya adalah Rufai’ bin Mihraan Abu ‘Aliyah ia salah satu tabiin perawi kutubus sittah.

    رفيع أبو العالية الرياحي قال شعبة وابن معين أدرك عليا رضي الله عنه ولم يسمع منه

    Rufai’ Abu ‘Aliyah Ar Riyaahi, Syu’bah dan Ibnu Ma’in berkata “ia menemui [idraak] Ali radiallahu ‘anhu tetapi tidak mendengar hadis darinya” [Jami’ Al tahsil Fi Ahkam Al Marasil no 190].

    Contoh lain, Ibnu Abi Hatim berkata tentang Hushain bin Jundub Abu Zhabyan

    سمعت أبي يقول حصين بن جندب أبو ظبيان قد أدرك ابن مسعود ولا أظنه سمع منه

    Aku mendengar ayahku [Abu Hatim] mengatakan Hushain bin Jundub Abu Zhabyan sungguh bertemu [idraak] Ibnu Mas’ud tetapi aku tidak menganggap ia mendengar hadis darinya [Al Marasil Ibnu Abi Hatim 1/50 no 67]

    Jadi walaupun Adz Dzahabi sendiri mengatakan Yazid bin Al Asham bertemu dengan Ali, Adz Dzahabi sendiri menyatakan kalau riwayat Yazid dari Ali tidak shahih. maka ini cukup sebagai illat [cacat] kalau sanad tersebut mungkin terputus

    Sungguh perkataan “orang itu” kalau lafaz “idraak’ sudah pasti bersambung hanya muncul dari halusinasinya saja. Mungkin ia pikir cuma dirinya saja yang paling paham soal ilmu hadis :mrgreen:

    Ocehannya yang lain adalah perkataan kalau tidak ada ulama mutaqaddimin yang mengatakan riwayat Yazid dari Ali mursal. Saya jawab : tidak ada juga ulama mutaqaddimin yang mengatakan Yazid meriwayatkan dari Ali atau tidak ada ulama mutaqaddimin yang mengatakan salah satu guru Yazid bin Al Asham adalah Ali bin Abi Thalib radiallahu ‘anhu.

    Mari kita lihat biografi yang ditulis ulama mutaqaddimin yang memuat biografi Yazid bin Al Ashaam. Ibnu Abi Hatim dalam Al Jarh Wat Ta’dil 9/22 no 1055, Bukhari dalam Tarikh Al Kabir juz 8 no 3157]. Ibnu Sa’ad dalam Ath Thabaqat 7/429. Ibnu Hibban dalam Ats Tsiqat juz 5 no 6083. Tidak ada satupun dari mereka yang mengatakan Yazid bin Al Asham meriwayatkan dari Ali. tetapi Adz Dzahabi mengatakan riwayatnya dari Ali tidak shahih maka ini cukup sebagai illat yang membuat kami ragu untuk menerima hadis ini. Masih terdapat kemungkinan kalau Yazid bin Al Asham tidak mendengar hadis dari Ali walaupun ia bertemu dengannya.

    “orang Itu” ternyata mengakui kalau Imam Ali telah melaknat Muawiyah dalam perselisihan tetapi ia berusaha mengesankan seolah-olah pelaknatan adalah sesuatu yang lumrah dalam berselisih jadi menurutnya Imam Ali melaknat Muawiyah dan begitu pula Muawiyah melaknat Imam Ali. Kalau memang orang tersebut mengakui maka tidak ada alasan baginya untuk mengatakan bahwa pandangan Imam Ali terhadap Muawiyah yaitu Muawiyah berijtihad dan ijtihadnya tetap mendapat pahala. Kalau memang Imam Ali melaknat Muawiyah atau mendoakan agar Allah SWT menghukum Muawiyah dan pengikutnya maka itu berarti dalam pandangan Imam Ali, kelompok Muawiyah itu berada di atas jalan yang sesat atau bathil. Kalau saya tidak pernah menyamakan Imam Ali dengan Muawiyah, jauh sekali bagaikan langit dan bumi

    Saya pribadi tidak ada urusan dengan ocehan waham orang itu bahwa fokusnya adalah apakah Muawiyah kafir dalam perang shiffin?. Saya tidak pernah mengatakan Muawiyah kafir dalam perang shiffin. Pada saat itu ia jelas seorang muslim dan menampakkan dirinya sebagai seorang muslim. Satu-satunya artikel kami yang mungkin berkaitan soal ini adalah Muawiyah itu pada akhir hayatnya ia mati tidak dalam agam islam, hal itu diriwayatkan oleh hadis shahih sebagaimana yang telah dibahas. Jadi bukan dalam perang shiffin

    Kemudian ia membawakan riwayat berikut

    Telah menceritakan kepada kami Shadaqah : telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Uyainah : Telah menceritakan kepada kami Abu Muusaa, dari Al-Hasan bahwasannya ia mendengar Abu Bakrah : Aku mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam di atas mimbar bersabda – ketika itu Al-Hasan berada di samping beliau, sesekali beliau melihat ke arah orang banyak dan sesekali melihat kepadanya : “Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid (pemimpin) dan semoga dengan perantaraannya Allah akan mendamaikan dua kelompok besar dari kaum Muslimin” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3746]

    Saya menerima hadis ini dan tidak ada tuh saya menolak hadis ini. Apa yang ia inginkan dari hadis ini?. Jika ia mau mengatakan Muawiyah tidak kafir dalam perang shiffin maka saya pun tidak pernah mengatakan Muawiyah kafir dalam perang shiffin. jadi hujjahnya dengan membawa hadis ini hanya menunjukkan waham kebenciannya kepada Syiah sehingga ketika ada orang bukan syiah membantah tulisannya ia malah bersikap seolah-olah sedang berhadapan dengan orang Syiah. Sepertinya “orang Itu” punya penyakit siapapun yang menyudutkan Muawiyah akan ia anggap sebagai Syiah.

    Lain ceritanya jika ia berhujjah dengan hadis Imam Hasan sebagai Sayyid yang mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin sebagai alasan untuk membela atau mengangkat derajat Muawiyah. Saya katakan itu mengada-ada dan asal berhujjah. kelompk Muawiyah memang kelompok kaum muslimin tetapi mereka saat perang shiffin berada di atas kebathilan yang mengajak ke neraka.

    Selain itu mungkin “orang Itu” sendiri mengakui kalau di antara kelompok Imam Ali terdapat kelompok yang disebut Muawiyah sebagai para pembunuh Utsman. bukankah kalau menuruti cara berdalil “orang itu” dengan hadis di atas maka kelompok pembunuh Utsman ini juga berarti kelompok kaum muslimin [bukan munafik dan bukan pula kafir]. kalau orang itu mau mengangkat derajat mauwiyah dengan hadis di atas maka ia pun harus mengangkat derajat para pembunuh Utsman dengan hadis di atas. kalau tidak, berarti ia sendiri asal pilih-pilih walau tanaqudh.

    Contoh lain, bukankah Abu Ghadiah itu adalah pembunh Ammar ra, dan berdasarkan hadis shahih pembunuh Ammar berada di neraka. Abu Ghadiah atau pembunuh Ammar itu berasal dari kelompok Muawiyah yang dikatakan sebagai kelompok kaum muslimin dengan hadis di atas. Nah walaupun begitu tetap saja pembunuh Ammar divonis masuk neraka. Atau “orang itu” mau berhujjah dengan hadis Bukhari di atas untuk membela dan mengangkat derajat pembunuh Ammar.

    Akhir kata seperti yang selalu saya tekankan. Saya bukan orang Syiah, jadi tidak ada alasan bagi “orang itu” kalau mau membantah saya dengan merendahkan dan menyudutkan orang syiah. Itu hanya menunjukkan akhlak yang tidak baik. Orang Syiah tidak ada urusan bagi mereka memakai kitab hadis sunni mereka sudah cukup dengan kitab syiah mereka sendiri. Mereka hanya memakai hadis sunni ketika mereka mau berdialog dengan orang-orang sunni yang notabene tidak mau menerima riwayat Syiah

    Jadi kalau ada orang Syiah berhujjah dengan hadis-hadis sunni sambil menolak hadis suni yang lain kedudukannya sama saja seperti para salafy seperti Abul jauzaa, hakekat.com, haulasyiah dan sebagainya yang berhujjah dengan riwayat-riwayat Syiah ketika mereka ingin merendahkan orang syiah. Ehem maka dari itu saya harap jangan ada orang yang berhalusinasi bahwa orang Syiah Indonesia harus berhujjah dengan semua hadis-hadis sunni, kalau begitu mereka sudah tidak lagi menjadi Syiah tetapi menjadi Sunni :mrgreen:

  20. @SP,

    mantabbbb! yang jelas, yang dimaksud “orang itu” bukan si nyalap lah …

    kalo si nyalap mah, cemeeennnn …. kikikikiiiii ….

  21. @SP,

    Konsekuensi 1.

    Premis 1 : Perang shiffin terjadi antara dua pasukan besar kaum muslimin (berdasar hadits mendamaikan dua kelompok besar dari kaum Muslimin)
    Premis 2: Kaum muslim tidak mungkin membunuh kaum muslim lainnya.

    Kesimpulan : Premis 1 dan premis 2 saling bertolak belakang. Artinya wahhabi/salafy harus menolak salah satu dari premis diatas. Tetapi Karena wahhabi/salafy ngotot menggunakan kedua premis diatas menurut pengertian mereka , maka terpaksa kesimpulannya menjadi:

    Perang shiffin tidak ada ! ! !

    WAKAKAKAAKAaaaa … salafy benar-benar tolol !

    Konsekuensi 2.
    Premis 1 : Perang shiffin terjadi antara dua pasukan besar kaum muslimin (berdasar hadits mendamaikan dua kelompok besar dari kaum Muslimin)

    Jika wahhabi mengartikan bahwa 100% perang shiffin dilakukan oleh kaum muslimin, maka Ammar bin Yassir pasti dibunuh non-muslim. Karena berdasar premis 1 diatas, tidak ada non-muslim karena semuanya muslim, maka bukan Abu Ghadiah pembunuhnya. Sebab Abu Ghadiah adalah muslim toh.

    Jadi pembunuh Ammar siapa dong? ya gak tahu. Mungkin saja si Nyalap. si nyalap kan wahhabi/salafy.

    Ups sorry, karena berdasar kesimpulan pertama diatas bahwa Perang shiffin tidak ada, ya artinya Ammar bin yassir tidak wafat dibunuh. Mungkin saja wafat di tempat tidur. Eh tapi, kan ada hadits Ammar dibunuh ? Lho terus siapa yang membunuh dong? Jadi Ammar dibunuh atau tidak sih?

    huh, jadi capek ya ngikuti cara berpikir wahhabi/salafy.

    Kesimpulan : Wahbabi/salafy menyeramkan .. hiiii atutttt …

  22. betul, betul. perang shiffin hanya MITOS.
    WKWKWKWK

  23. Inilah penyakit orang-orang yang terpengaruh dengan virus nashibi. karena terlalu suka membantah dan suka membela Muawiyah sampai-sampai berani tuh mengatakan bahwa apa yang dilakukan Imam Ali dalam qunut nazilah itu lebih berat daripada apa yang dilakukan Muawiyah yaitu mencaci Imam Ali dalam mimbar masjid. Maaf ya sekedar info buat anda, mana bisa disamakan antara Imam Ali dengan Muawiyah. Imam Ali bersama kebenaran, Imam Ali adalah ahlul bait yang merupakan salah satu tsaqalain bagi umat islam, sedangkan Muawiyah sangat jauh dari itu. Selain itu apa yang dilakukan Imam Ali adalah sesuatu yang syar’i dan memiliki dasar hukumnya, mendoakan keburukan dalam qunut nazilah adalah hal yang memang ada syariatnya. Lha itu Muawiyah mencaci di mimbar masjid apa ada syariatnya dari Nabi [shallallahu ‘alihi wasallam]. Apa ada syariatnya memrintahkan untuk mencaci Imam Ali di mimbar-mimbar masjid?. apakah ada ketentuan bahwa itu harus terus-terusan dilakukan?. Gampang sekali anda mengatakan perbuatan Imam Ali “lebih berat”. Jangan menjadikan keterbatasan akal anda untuk menilai jika pengetahuan anda memang kurang 🙂

    Intinya saling melaknat dalam peperangan diantara dua kubu adalah hal yang lumrah so ga usah heran dan jangan mengatakan hanya satu pihak saja yang melaknat, to be fair sajalah itu yg sy maksud, baru kebuka kan tanaqudh nya :mrgreen:

    Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Daud Ath Thayalisi yang berkata telah menceritakan kepada kami Al Qasim bin Fadhl Al Huddani dari Yusuf bin Sa’ad yang berkata “Seorang laki-laki datang kepada Imam Hasan setelah Muawiyah dibaiat. Ia berkata “Engkau telah mencoreng wajah kaum muslimin” atau ia berkata “Hai orang yang telah mencoreng wajah kaum mukminin”. Al Hasan berkata kepadanya “Janganlah mencelaKu, semoga Allah merahmatimu, karena Rasulullah SAW di dalam mimpi telah diperlihatkan kepada Beliau bahwa Bani Umayyah di atas Mimbar. Beliau tidak suka melihatnya dan turunlah ayat “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadaMu nikmat yang banyak”. Wahai Muhammad Al Kautsar adalah sungai di dalam surga. Kemudian turunlah ayat “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan . Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”. Bani Umayyah akan menguasainya wahai Muhammad. Al Qasim berkata “Kami menghitungnya ternyata jumlahnya genap seribu bulan tidak kurang dan tidak lebih”. [Sunan Tirmidzi 5/444 no 3350]

    Hadits tsb dikatakan gharib oleh Imam Tirmidzi si periwayat hadits itu sendiri jadi bagaimana mau dijadikan hujjah? paling tidak beberapa ulama termasuk Imam Tirmidzi melemahkan hadits ini, tetapi ya terserah bagi yg mau menjadikannya hujjah 🙂

    Seandainyapun hadits ini shahih, maka kepemimpinan Bani Umayyah adalah merupakan ketetapan dari Allah, cukuplah itu sebagai hujjah akan keabsahannya. Sebelum Al-Hasan, Imam Ali pun pernah melakukan perdamaian (tahkim) dengan Mu’awiyah.

    Hadits Nabi SAW mengenai Imam Hasan yg akan mendamaikan 2 kelompok kaum muslimin yg bertikai cukuplah menunjukkan keridhaan beliau, mungkin sebelumnya tidak ridha tetapi kemudian ridha, jadi hadits tsb (jika shahih) tidak bisa dijadikan hujjah bahwa Nabi SAW selamanya tidak ridha akan kepemimpinan bani Umayyah.

    Dengan tindakan Al-Hasan berdamai bahkan menyerahkan tampuk kepemimpinan atas kaum muslimin kepada Mu’awiyah, maka mereka menjadi satu jama’ah kaum muslimin, makanya tahun tersebut dinamakan tahun Jama’ah.

    Tidak ada masalah, perdamaian itu baik sekali. Yang lucunya menjadikan perdamaian ini sebagai hujjah untuk membela Muawiyah dan pengikutnya dalam perang shiffin. Kelompok Muawiyah sudah terbukti berada di atas jalan neraka berarti sesat dan kelompok Imam Ali lah yang benar.

    Dengan adanya Ishlah menjadi satu jama’ah dimana didalam jama’ah tersebut terdapat ahlul bait yaitu Al-Hasan, Al-Husein dll berarti ya sudah tidak ada lagi kelompok Al-Baghiyah, case closed saat itu :mrgreen:

    Apanya yang dimansukh? maaf anda ini memang hobi sekali asal sebut. Coba pikir baik-baik perkataan anda ini. Bukankah Muawiyah dan pengikutnya dan sekarang diikuti anda dan salafy lainnya menganggap bahwa pada saat itu di kelompok Imam Ali terdapat kelompok para pembunuh Utsman. Nah Jika berdalil dengan model anda yang berhujjah dengan hadis perdamaian dua kelompok besar kaum muslimin, maka kelompok pembunuh Utsman di barisan Imam Ali juga termasuk dong. Seharusnya mereka anda bela juga tidak hanya kelompok Muawiyah. Logikanya : apa yang dilakukan pembunuh Utsman itu sudah dimansukh dong oleh hadis tersebut. Faktanya : maaf anda dan salafy lainnya adalah orang yang paling semangat mengatakan kalau kelompok pembunuh Utsman adalah kaum munafik. Tanaqudh oh tanaqudh :mrgreen:

    Kelompok pembunuh Utsman (khawarij) sudah keluar dari barisan Imam Ali setelah peristiwa Tahkim dan beliau telah memeranginya di Nahrawan, dan sebagian sudah dibunuh oleh pasukan Mu’awiyah jadi mereka tidak termasuk dalam jama’ah kecuali yg sdh bertobat tentunya.

    ooh gampang banget, kita pakai logika mansukh yang anda lakukan. Hadis bukhari yang anda jadikan hujjah itu telah dimansukh oleh hadis dimana Muawiyah adalah kelompok pembangkang yang mengajak ke neraka. Lagipula terdapat hadis shahih kalau Muawiyah itu pada akhirnya mati tidak dalam agama Islam :mrgreen:

    Lho Ishlah terjadi setelah peperangan, maka peperangan lah yg dimansukh dengan Ishlah 🙂
    Bagaimana mungkin hadits shahih dalam riwayat Bukhari bisa dimansukh oleh hadits dhaif (Mu’awiyah mati tidak dalam islam) ? anda dan syi’ah saja yg menshahihkan hadits tsb
    :mrgreen:

    Halah maaf ya kayaknya anda dan salafy lainnya juga paling hobi mempermasalahkan apa yang anda bilang masalah yang udah selesai seribu tahun lalu. Buktinya berbagai sirah Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] kejadiannya juga sudah selesai seribu tahun yang lalu tetapi masih saja tuh dibahas. Apa bedanya? terus bukankah kisah pembunuhan Utsman itu juga sudah selesai seribu tahun lalu tapi banyak tuh salafy yang mempermasalahkan ngotot kalau itu adalah ulah kaum munafik. nah silakan dipikirkan dulu sebelum berbicara 🙂

    Dibahas karena ada yg berusaha mendistorsinya, sbgmana skrg dibahas krn ada yg memulainya :mrgreen:

    Sekarang saya tanya anda, apakah perkara siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka itu perkara yang bersifat ijtihad atau perkara yang bersifat ghaib. Apakah ketika ada orang yang terbunuh dalam perang? Maka seseorang bisa berpendapat dia masuk surga atau masuk neraka Bukankah tidak ada yang mengetahui isi hati manusia? dan bagaimana nasibnya di akhirat nanti?. Nah kalau tidak ada satupun mengetahui bagaimana hati manusia, apa niatnya, apa dosa yang pernah ia lakukan [misalnya berkhianat dalam rampasan perang, ini bisa menghalangi masuk surga] dan sebagainya maka apakah seseorang bisa mengajukan pendapatnya soal siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka? bisa atau tidak menurut anda?. Heeh kalau asal jawab dan bantah mah bisa, gak usah pakai mikir juga perkataan siapapun ya bisa dibantah :mrgreen:

    Itu kan persepsi anda mengenai perkataan Imam Ali, saya kira salafy pun mempunyai persepsi tersendiri mengenai perkataan Imam Ali tsb, yg jelas judul yg mereka pakai utk artikel mereka sdh jelas, jadi sindiran anda itu tidak mengena 🙂 . dan yang jelas Imam Ali berpandangan positif mengenai pertempurannya dg pihak Mu’awiyah :mrgreen:

  24. @sok tau banget

    Intinya saling melaknat dalam peperangan diantara dua kubu adalah hal yang lumrah so ga usah heran dan jangan mengatakan hanya satu pihak saja yang melaknat, to be fair sajalah itu yg sy maksud, baru kebuka kan tanaqudh nya

    heh maaf kalau anda mau mengatakan “saling melaknat” itu lumrah ya silakan, mungkin akhlak anda memang begitu. Jadi kan maksud anda kalau ada sahabat Nabi saling laknat itu lumrah-lumrah saja. Akidah model apa itu :mrgreen:

    Saya sudah jelaskan tuh duduk persoalannya dengan baik. Antara Ali dan Muawiyah, Imam Ali yang benar itu berdasarkan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang shahih. Imam Ali melaknat Muawiyah dalam qunut karena menurut Imam Ali memang Muawiyah layak mendapatkannya karena ia telah menyesatkan banyak orang. Laknat dalam qunut itu adalah sesuatu yang syar’i itu yang disebut dengan qunut nazilah. Jadi jauh sekali bedanya dengan Muawiyah yang bahkan pelaknatannya terus dilakukan setelah Imam Ali wafat. Yang satu karena syar’i yang satu karena memang ingin bermaksiat. Paham tidak tuan yang suka membantah :mrgreen:

    Hadits tsb dikatakan gharib oleh Imam Tirmidzi si periwayat hadits itu sendiri jadi bagaimana mau dijadikan hujjah? paling tidak beberapa ulama termasuk Imam Tirmidzi melemahkan hadits ini, tetapi ya terserah bagi yg mau menjadikannya hujjah

    aduh maaf, kalau anda sendiri tidak paham artinya “gharib” mending gak usah catut-catut Imam Tirmidzi deh. Lagian gak usah terlalu banyak mencari-cari dalih. Sudah dibahas tuh sanadnya para perawinya terbukti tsiqat tidak ada keraguan hadis tersebut shahih. Jadi apalah guna perkataan yang cuma basa-basi 🙂

    Seandainyapun hadits ini shahih, maka kepemimpinan Bani Umayyah adalah merupakan ketetapan dari Allah, cukuplah itu sebagai hujjah akan keabsahannya. Sebelum Al-Hasan, Imam Ali pun pernah melakukan perdamaian (tahkim) dengan Mu’awiyah.

    ehem Allah SWT menetapkan kalau Utsman mati dibunuh dalam pengepungannya. Allah SWT menetapkan kalau Imam Husein dibantai di Karbala. apakah mulut anda itu berani mengatakan bahwa Allah SWT meridhai peristiwa tersebut? atau yang lebih celaka lagi mengatakan mereka para pembunuh itu hanya melakukan apa yang sudah jadi ketetapan Allah?. Ayolah jangan berdalih dengan cara menyedihkan, makin lama saya melihat anda ini memang tipe yang hanya membantah tanpa memperhatikan dalil.

    Hadits Nabi SAW mengenai Imam Hasan yg akan mendamaikan 2 kelompok kaum muslimin yg bertikai cukuplah menunjukkan keridhaan beliau, mungkin sebelumnya tidak ridha tetapi kemudian ridha, jadi hadits tsb (jika shahih) tidak bisa dijadikan hujjah bahwa Nabi SAW selamanya tidak ridha akan kepemimpinan bani Umayyah.

    Ini lagi, lucu. Yang diridhai Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] adalah perdamaian itu. Kalau apa yang dilakukan Muawiyah itu sudah dijelaskan dalam hadis shahih bahwa jalan mereka berada di atas neraka ketika perang shiffin. Ketika perang shiffin berdasarkan hadis shahih maka Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] meridhai kelompok Imam Ali dan tidak meridhai kelompok Muawiyah.

    Dengan adanya Ishlah menjadi satu jama’ah dimana didalam jama’ah tersebut terdapat ahlul bait yaitu Al-Hasan, Al-Husein dll berarti ya sudah tidak ada lagi kelompok Al-Baghiyah, case closed saat itu

    ah itu kan sama saja mengatakan sudah tidak ada lagi “kelompok baghiyah” sekarang ini karena perangnya sudah berlalu ribuan tahun. Yang dimaksud kelompok baghiyah itu ya dalam perang shiffin.

    Kelompok pembunuh Utsman (khawarij) sudah keluar dari barisan Imam Ali setelah peristiwa Tahkim dan beliau telah memeranginya di Nahrawan, dan sebagian sudah dibunuh oleh pasukan Mu’awiyah jadi mereka tidak termasuk dalam jama’ah kecuali yg sdh bertobat tentunya.

    Pembunuh Utsman adalah khawarij?. Lho kalau begitu kenapa Muawiyah gak bergabung sama Imam Ali untuk memberantas khawarij. kenapa setelah muncul khawarij Muawiyah masih tetap memerangi Imam Ali. Dalih terus nih

    nah kalau pembunuh Ammar gimana, pembunuh Ammar dan yang merampas harta miliknya divonis masuk neraka oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan pembunuh Ammar terdapat pada kelompok Muawiyah. Kalau anda mau mengatakan karena perdamaian maka kelompok Muawiyah adalah kelompok besar kaum muslimin yang diridhai maka pembunuh Ammar juga diridhai, karena perdamaian maka perbuatan mereka telah dimansukh sehingga mereka jadi diridhai. itulah konsekuensinya logika naif anda 🙂

    Lho Ishlah terjadi setelah peperangan, maka peperangan lah yg dimansukh dengan Ishlah 🙂

    heee makanya tolong komentar itu dibaca dulu baik-baik sebelum membantah. Saya itu sedang menanggapi hadis soal Muawiyah yang kata anda ikut perang di laut. peristiwa itu kan sebelum perang shiffin. Jadi keutamaan yang anda maksud sudah dimansukh dengan hadis bahwa Muawiyah itu berada di atas jalan neraka dalam perang shiffin.

    Bagaimana mungkin hadits shahih dalam riwayat Bukhari bisa dimansukh oleh hadits dhaif (Mu’awiyah mati tidak dalam islam) ? anda dan syi’ah saja yg menshahihkan hadits tsb

    Mungkin saja, dua-duanya shahih orang seperti anda saja yang gak paham ilmu hadis makanya bilang dhaif. Hadis tersebut ada di kitab sunni bukan kitab syiah, kriteria penilaiannya memakai kriteria penilaiaan ilmu hadis sunni bukan ilmu hadis syiah. Jadi kalau mau komentar yang cerdas lah jangan cuma menampilkan sikap sok “itu syiah”.

    Dibahas karena ada yg berusaha mendistorsinya, sbgmana skrg dibahas krn ada yg memulainya

    Nah itu dia karena para salafy selalu berusaha mendistorsi hadis Nabi dan sirah [sejarah] demi membela sahabat makanya dibahas :mrgreen:

    Itu kan persepsi anda mengenai perkataan Imam Ali, saya kira salafy pun mempunyai persepsi tersendiri mengenai perkataan Imam Ali tsb, yg jelas judul yg mereka pakai utk artikel mereka sdh jelas, jadi sindiran anda itu tidak mengena 🙂 . dan yang jelas Imam Ali berpandangan positif mengenai pertempurannya dg pihak Mu’awiyah

    Maaf itu kan riwayat hadisnya. hadis yang anda jadikan hujjah menyatakan Imam Ali mengetahui kalau yang terbunuh di shiffin masuk surga. Kalau anda mengatakan itu pendapat Imam Ali saja ya terserah anda. Saya cuma tanya sejak kapan seseorang bisa berpendapat “ia masuk surga” atau “ia masuk neraka” padahal pahala dan dosa seseorang itu hanya Allah SWT yang tahu. Lain ceritanya jika ada orang yang memang mengetahui pahala dan dosa orang tersebut atau niat orang tersebut atau nasib orang tersebut ketika dihisab maka wajar ia berkata orang tersebut mengatakan “ia masuk surga” atau “ia masuk neraka”. Kalau diartikan secara zahir riwayat itu menunjukkan Imam Ali memang mengetahui perkara ghaib yaitu “mereka yang terbunuh di shiffin masuk surga”. Ini jelas perkara ghaib.

    Maaf, anda mengatakan Imam Ali berpandangan positif mengenai pertempuran pihak Muawiyah. Saya heran apa anda ini tidak bisa membaca dengan baik kalau Imam Ali berdoa kepada Allah SWT agar menghukum Muawiyah dan pengikutnya jadi pandangan Imam Ali itu Muawiyah dan pengikutnya berada dalam kesesatan saat perang shiffin. Jadi simpel, kalau anda tidak mau mengakui ya diam saja gak usah membantah seperti anak kecil yang terus mengulang bantahan yang sama. 🙂

  25. kt STB:
    Intinya saling melaknat dalam peperangan diantara dua kubu adalah hal yang lumrah so ga usah heran dan jangan mengatakan hanya satu pihak saja yang melaknat, to be fair sajalah itu yg sy maksud, baru kebuka kan tanaqudh nya.
    kt sy:
    hahaha terlihat STB tdk konsisten…ini tabiat wahabi ketika kalah dlm dalil bukannya mengakui kebenaran eh…berdalih dgn dalih yg inkonsisten
    knp?? krn mrk terlanjur meyakini sesuatu yg d anggap benar pdhal sesat..!
    ini buktinya inkonsisten pernyataan STB sblumx
    ktnya:
    “karena Imam Ali sendiri bahkan juga melaknat Mu’awiyah di dalam shalatnya (ibadah) yang tentunya ini lebih berat dibandingkan hanya di mimbar (ini jika riwayat tersebut shahih”
    ini krn kebodohan dia yg tdk tau sekaliber apa imam ali n seburuk apa muawiyah
    STB… imam ali adalah ahlulbait yg disucikan sesuci sucinya. dan beliau adalah penerima wasiat yg siapa tdk berpegang kpd alquran n ali maka akan tersesat
    bgm dgn muawiyah??? sadar lah… bapax,dia dan anak nya n pengikutx adlah musuh2 rosul n ahlubait

  26. Memohon pada Allah untuk melaknat seseorang yang wajib dilaknat pasti dikabulkan Allah apalagi yang melaknat Imam Ali. Sedangkan permohonan mereka yang tidak taat pada Allah dan Rasul untuk melaknat orang yang menyintai Allah dan Rasul akan kembali pada dirinya. Wasalam

  27. Tentang ta’lil yang Anda bela, justru saya merasa sangat heran dengan Anda. Lafadh idraak adalah lafadh yang menunjukkan kebersambungan sanad. Bukankah Anda mencontohkan tentang kasus ‘Athaa’ yang hanya sekedar melihat namun tidak meriwayatkan ? Tentu saja, ini berbeda.

    Mungkin saja penggunaan lafadh idraak akan mengkonsekuensikan sebuah hadits mursal sebagaimana itu dibahas dalam mursal khafiy. Akan tetapi ini harus ada qarinah tegas tegas. Pertanyaan kecil saya :

    Adakah pernyataan dari ulama mutaqaddimiin sebelum Adz-Dzahabiy yang mengatakan riwayat Yaziid dari ‘Aliy itu mursal ?.

    Kalau saya yang menjawab : “Tidak ada”.

    Yang saya ketahui yang jelas-jelas mengatakan mursal adalah Al-‘Alaaiy, tapi itu bukan dari riwayat ‘Aliy, tapi riwayat yang disandarkan langsung kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

    Salaf dari perkataan Adz-Dzahabiy yang semakna adalah Al-Mizziy, yang notabene adalah gurunya. Oleh karena itu, perkataan ini dibawa pada satu makna, karena memang dhahirnya demikian. Dalam kitab Maghaanil-Akhbaar, juga dituliskan sebagaimana yang dikatakan Al-Mizziy.

    Dalam Taarikh Dimasyq disebutkan beberapa riwayat kisah Yaziid ini ketika ia bertemu dengan ‘Aliy, Mu’aawiyyah, dan Al-Husain bin ‘Aliy (walau saya sendiri belum meneliti satu persatu akurasi/keshahihan masing-masing riwayat).

    Adalah lucu Anda berhujjah bahwa Al-Bukhaariy, Ibnu Abi Haatim, atau Ibnu Hibbaan tidak menyebutkan ‘Aliy dalam jajaran syaikh Yaziid sebagai satu indikasi bahwa riwayatnya dari ‘Aliy munqathi’. Apa tidak ada alasan lain yang lebih bagus dari ini ? Adakah mereka mengatakan penafikkan itu ? Tidak, karena itu murni perkataan Anda semata. Selain itu, yang menjadi hujjah adalah riwayat. Adapun penyebutan biografi oleh Al-Bukhaariy, Ibnu Abi Haatim, dan yang lainnya bukanlah sebagai pembatas sebagaimana Anda juga telah ketahui. Bukankah banyak contoh yang seperti ini ?

    Intinya, riwayat di atas adalah shahih lagi muttashil.

  28. Yaziid juga mempunyai mutaba’ah dari ‘Utbah bin Abi ‘Utbah :

    أَنَا بِحَدِيثِهِ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ رِزْقَوَيْهِ، وَالْحَسَنُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ، قَالا: أَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْمُعَدَّلُ، نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْحَسَنِ الْهَاشِمِيُّ، نا شَبَابَةُ، نا حَمْزَةُ بْنُ دِينَارٍ، عَنْ عُتْبَةَ بْنِ أَبِي عُتْبَةَ، قَالَ: وَقَفَ عَلِيٌّ عَلَى قَتْلاهُ وَقَتْلَى مُعَاوِيَةَ، فَقَالَ: ” غَفَرَ اللَّهُ لَكُمْ لِلْفَرِيقَيْنِ جَمِيعًا ”

    Telah memberitakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Rizqawaih dan Al-Hasan bin Abi bakr, mereka berdua berkata : Telah memberitakan kepada kami ‘Abdullah bin Ishaaq bin Ibraahiim Al-Mu’addal : Telah memberitakan kepada kami ‘Abdullah bin Al-Hasan Al-Haasyimiy : Telah mengkhabarkan kepada kami Syabaabah : Telah mengkhabarkan hamzah bin Diinaar, dari ‘Utbah bin Abi ‘Utbah, ia berkata : ‘Aliy berhenti di dekat orang-orang yang terbunuh dari pihaknya dan pihak Mu’aawiyyah. Lalu ia berkata : “Semoga Allah mengampuni kalian dua kelompok ini semuanya” [Diriwayatkan oleh Al-Khathiib dalam At-Talkhiish no. 1249].

    Riwayat ini lemah karena Yaziid bin Diinar adalah majhuul haal(dua orang tsiqah meriwayatkan darinya : Husyaim dan Syabaabah) dan keterputusan antara ‘Utbah dengan ‘Aliy. Namun ia bisa dijadikan i’tibar.

    saya pun tidak ada urusannya dengan hadits lemah yang Anda katakan bahwa Mu’aawiyyah meninggal dalam keadaan kaafir. Saya pun telah membahasnnya. Yang shahih dalam Shahihain, bahwasannya Mu’aawiyyah diberitakan balasan baginya jannah.

    Kalau Anda tidak menolak hadits Al-Hasan, ya syukurlah. Berarti itu tidak tertuju kepada Anda, tapi tertuju kepada orang-orang Syi’ah yang mirip Anda. Musang seperti Anda memang mudah mengatakan : Saya bukan Syi’ah. Terus bermimpilah bahwa Anda bukan seorang Syi’ah….

    Sesat pikir menjangkiti Anda ketika Anda tidak mampu menangkap esensi yang saya katakan. Bukankah saya mengatakan tentang hadits perdamaian antara Al-Hasan dan Mu’aawiyyah itu menandakan bahwa Mu’aawiyyah bukanlah seorang yang kafir ? Bukankah orang-orang Syi’ah telah menstigma kafir semenjak pertama kali konfrontasi Mu’aawiyyah dengan ‘Aliy.
    Urusan Anda tidak mau menerima hadits ini…..

  29. @thirdprince

    Tentang ta’lil yang Anda bela, justru saya merasa sangat heran dengan Anda. Lafadh idraak adalah lafadh yang menunjukkan kebersambungan sanad. Bukankah Anda mencontohkan tentang kasus ‘Athaa’ yang hanya sekedar melihat namun tidak meriwayatkan ? Tentu saja, ini berbeda.

    Saya membawa contoh itu hanya untuk menunjukkan kalau ada saja perawi bertemu perawi lain tetapi tidak mendengar hadisnya. Anda malah mempermasalhkan lafaz idraak makanya saya ganti dengan contoh lain yang memang ada lafaz idraak. Intinya lafaz idraak tidak selalu muttashil tergantung qarinahnya.

    Adakah pernyataan dari ulama mutaqaddimiin sebelum Adz-Dzahabiy yang mengatakan riwayat Yaziid dari ‘Aliy itu mursal ?.

    Kalau saya yang menjawab : “Tidak ada”.

    Yang saya ketahui yang jelas-jelas mengatakan mursal adalah Al-’Alaaiy, tapi itu bukan dari riwayat ‘Aliy, tapi riwayat yang disandarkan langsung kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

    Kalau anda meminta qarinah yang seperti itu, ya saya jawab “tidak ada”. Qarinah saya hanya pada pernyataan Dzahabi bahwa riwayat Yazid dari Ali tidak shahih dan tidak ada satupun ulama mutaqaddimin yang menyatakan Yazid meriwayatkan atau berguru kepada Ali. Bagi saya itu sudah cukup sebagai illat yang membuat saya ragu, ditambah lagi dengan matannya yang bertentangan dengan hadis shahih. soal matan sudah saya bahas di atas.

    Dulu anda gampangan sekali melemahkan riwayat Abu Shalih dari Malik Ad Daar hanya dengan qarinah pernyataan Al Khalili bahwa “sebagian mengatakan ia mengirsalkannya“. Anda gak peduli dengan qarinah Al Khalili bahwa sebagian yang lain mengatakan Abu Shalih mendnegar hadis dari Malik Ad Daar. Anda gak peduli dengan fakta bahwa tidak ada satupun ulama mutaqaddimin yang menyatakan riwayat Abu Shalih dari Malik adalah irsal. Sekarang kalau saya berhujjah dengan qarinah perkataan Dzahabi bahwa riwayat Yazid dari Ali tidak shahih dan qarinah bahwa Yazid tidak dikenal meriwayatkan dari Ali [di kalangan mutaqaddimin] kenapa anda malah sewot, yang anda lakukan dahulu itu jauh lebih parah

    Salaf dari perkataan Adz-Dzahabiy yang semakna adalah Al-Mizziy, yang notabene adalah gurunya. Oleh karena itu, perkataan ini dibawa pada satu makna, karena memang dhahirnya demikian. Dalam kitab Maghaanil-Akhbaar, juga dituliskan sebagaimana yang dikatakan Al-Mizziy.

    Kalau mau berpegang pada zhahir perkataan maka sudah saya katakan zahir perkataan Dzahabi adalah riwayatnya dari Ali tidak shahih. sudah dibahas di atas bahwa makna lafaz ini illat itu berada antara Yazid dan Ali, bukannya sanad sblum Yazid

    Dalam Taarikh Dimasyq disebutkan beberapa riwayat kisah Yaziid ini ketika ia bertemu dengan ‘Aliy, Mu’aawiyyah, dan Al-Husain bin ‘Aliy (walau saya sendiri belum meneliti satu persatu akurasi/keshahihan masing-masing riwayat).

    Silakan tuh ditampilkan analisis anda, kalau memang menjadi bukti kuat saya tidak keberatan menerimanya.

    Adalah lucu Anda berhujjah bahwa Al-Bukhaariy, Ibnu Abi Haatim, atau Ibnu Hibbaan tidak menyebutkan ‘Aliy dalam jajaran syaikh Yaziid sebagai satu indikasi bahwa riwayatnya dari ‘Aliy munqathi’. Apa tidak ada alasan lain yang lebih bagus dari ini ? Adakah mereka mengatakan penafikkan itu ? Tidak, karena itu murni perkataan Anda semata. Selain itu, yang menjadi hujjah adalah riwayat. Adapun penyebutan biografi oleh Al-Bukhaariy, Ibnu Abi Haatim, dan yang lainnya bukanlah sebagai pembatas sebagaimana Anda juga telah ketahui. Bukankah banyak contoh yang seperti ini ?

    Yang lucu adalah anda yang berulang kali tidak bisa memahami jawaban saya. Saya menjawab seperti itu untuk menanggapi hujjah anda apakah ada ulama mutaqaddimin yang menyatakan riwayat Yazid dari Ali mursal, maka saya jawab dengan menampilkan tidak ada satupun ulama mutaqaddimin yang menyatakan Yazid meriwayatkan dari Ali. Kalau tidak ada satupun yang menyatakan Yazid meriwayatkan dari Ali maka wajar saja tidak ada yang menyatakan riwayat Yazid dari Ali mursal.

    Sejauh ini riwayat Imam Ali itu masih mengandung illat yaitu riwayat Yazid dari Ali tidak shahih. Kalau anda mau berkeras shahih ya silakan.

    Yaziid juga mempunyai mutaba’ah dari ‘Utbah bin Abi ‘Utbah :

    أَنَا بِحَدِيثِهِ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ رِزْقَوَيْهِ، وَالْحَسَنُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ، قَالا: أَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْمُعَدَّلُ، نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْحَسَنِ الْهَاشِمِيُّ، نا شَبَابَةُ، نا حَمْزَةُ بْنُ دِينَارٍ، عَنْ عُتْبَةَ بْنِ أَبِي عُتْبَةَ، قَالَ: وَقَفَ عَلِيٌّ عَلَى قَتْلاهُ وَقَتْلَى مُعَاوِيَةَ، فَقَالَ: ” غَفَرَ اللَّهُ لَكُمْ لِلْفَرِيقَيْنِ جَمِيعًا ”

    Telah memberitakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Rizqawaih dan Al-Hasan bin Abi bakr, mereka berdua berkata : Telah memberitakan kepada kami ‘Abdullah bin Ishaaq bin Ibraahiim Al-Mu’addal : Telah memberitakan kepada kami ‘Abdullah bin Al-Hasan Al-Haasyimiy : Telah mengkhabarkan kepada kami Syabaabah : Telah mengkhabarkan hamzah bin Diinaar, dari ‘Utbah bin Abi ‘Utbah, ia berkata : ‘Aliy berhenti di dekat orang-orang yang terbunuh dari pihaknya dan pihak Mu’aawiyyah. Lalu ia berkata : “Semoga Allah mengampuni kalian dua kelompok ini semuanya” [Diriwayatkan oleh Al-Khathiib dalam At-Talkhiish no. 1249].

    Riwayat ini lemah karena Yaziid bin Diinar adalah majhuul haal(dua orang tsiqah meriwayatkan darinya : Husyaim dan Syabaabah) dan keterputusan antara ‘Utbah dengan ‘Aliy. Namun ia bisa dijadikan i’tibar.

    Terlepas dari kelemahan riwayatnya maka dari sini kita dapat memahami kalau Imam Ali mendoakan yang terbunuh dalam perang shiffin agar diampuni oleh Allah SWT dan diberikan imbalan surga. Riwayatnya berhenti disitu nah anda itu kerjaannya melebarkan hadis itu seolah-olah berusaha mengangkat derajat Muawiyah dalam perang shiffin.

    Kalau yang anda maksud pandangan Imam Ali terhadap Muawiyah dan pengikutnya maka itu sudah terjawab dalam riwayat dimana Imam Ali mendoakan agar Allah SWT menghukum Muawiyah dan pengikutnya. Dari sini saja sudah jelas dalam pandangan Imam Ali Muawiyah dan pengikutnya adalah kelompok yang berada dalam kesesatan.

    Kalau seandainya ada riwayat dimana Imam Ali mendoakan sebagian yang terbunuh dari pihak Muawiyah maka hal ini masih bisa dipahami bahwa yang didoakan itu adalah sebagian orang yang ikut perang karena fitnah dari Muawiyah dan pengikutnya.

    Dan yang paling jelas menunjukkan bagaimana kedudukan Muawiyah dan pengikutnya dalam perang shiffin adalah hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bahwa mereka adalah kelompok yang mengajak ke neraka. Ini bukti shahih kalau Muawiyah dan pengikutnya itu dalam kesesatan saat perang shiffin. Bukankah ini riwayat-riwayat yang anda nafikan begitu saja ketika anda menulis artikel “aneh” anda itu.

    saya pun tidak ada urusannya dengan hadits lemah yang Anda katakan bahwa Mu’aawiyyah meninggal dalam keadaan kaafir. Saya pun telah membahasnnya. Yang shahih dalam Shahihain, bahwasannya Mu’aawiyyah diberitakan balasan baginya jannah.

    Saya pun sudah membahas bantahan anda. Tidak ada tuh satupun bukti kalau hadis tersebut lemah. Sesuai standar ilmu hadis hadis tersebut shahih. Hadis Ummu Haram pun sudah saya bahas bahwa mereka yang berperang dengan niat agama Allah maka wajib baginya mendapat pahala dan ini tidak berlaku secara umum sebagaimana yang sudah saya bahas. Bagaimana mungkin hadis Ummu Haram itu menjadi keutamaan Yazid bin Muawiyah pula padahal terdapat hadis yang menafikannya, bukankah ini bukti kalau hadis itu tidak bersifat umum

    Kalau anda berhujjah dengan hadis Ummu Haram bahwa Muawiyah mendapat surga maka saya dapat berhujjah menuruti logika anda itu dengan hadis pembunuh Ammar dimana Ammar dibunuh oleh kelompok pembangkang dan pembunuhnya berada di neraka. Muawiyah termasuk dalam kelompok yang membunuh Ammar maka Muawiyah berada di neraka. Tetapi saya tidak mau berhujjah demikian karena hadis-hadis itu tidak bersifat umum. Karena terdapat petunjuk yang mengecualikannya.

    Kalau Anda tidak menolak hadits Al-Hasan, ya syukurlah. Berarti itu tidak tertuju kepada Anda, tapi tertuju kepada orang-orang Syi’ah yang mirip Anda. Musang seperti Anda memang mudah mengatakan : Saya bukan Syi’ah. Terus bermimpilah bahwa Anda bukan seorang Syi’ah….

    Wah maaf saya tidak perlu bermimpi, karena pernyataan “saya bukan Syi’ah” adalah fakta yang ada pada diri saya. Justru banyak musang-musang di dunia maya ini yang mengaku salafy tetapi ketika dihadapkan hadis shahih yang bertentangan dengan keyakinannya seperti hadis Tsaqalain, mereka berusaha menolak dengan segala cara yang bathil. Sungguh mereka Musang yang bermimpi menjadi salafy tetapi mendustakan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

    Maaf saya bukan orang-orang seperti anda yang terikat dengan kelompok dan syaikh-syaikh tertentu seraya merendahkan syaikh-syaikh yang lain yang tidak sepaham dengan kelompok anda. Bagi saya cukup menerima Al Qur’an dan Al Hadis tanpa intervensi musang-musang yang mengaku salafy.

    Semoga Allah SWT menjaga saya dari orang-orang yang suka menuduh. Apalagi mereka yang suka menuduh syiah dan taqiyah hanya karena orang tersebut membantah tulisan-tulisan salafy mereka.

    Sesat pikir menjangkiti Anda ketika Anda tidak mampu menangkap esensi yang saya katakan. Bukankah saya mengatakan tentang hadits perdamaian antara Al-Hasan dan Mu’aawiyyah itu menandakan bahwa Mu’aawiyyah bukanlah seorang yang kafir ? Bukankah orang-orang Syi’ah telah menstigma kafir semenjak pertama kali konfrontasi Mu’aawiyyah dengan ‘Aliy.
    Urusan Anda tidak mau menerima hadits ini…..

    hadis mana yang saya tidak terima? jangan berwaham ria. Saya tidak pernah mengatakan Muawiyah kafir dalam perang shiffin tetapi saya tidak pernah pula menjadikan hadis perdamaian itu sebagai keutamaan bagi Muawiyah. Bukankah pembunuh Ammar itu ada di kelompok Muawiyah dan bukankah pembunuh Ammar itu divonis neraka. terus apakah ada orang “aneh” yang mau menjadikan hadis perdamaian itu sebagai pembelaan bagi “pembunuh Ammar”.

    Siapa yang tidak mengerti esensi pembicaraan?. kalau tujuan artikel anda hanya untuk mengatakan Muawiyah tidak kafir dalam perang shiffin maka saya sepakat. tetapi tidak ada alasan untuk menafikan bahwa ada kelompok Muawiyah yang masuk neraka dan tidak pula hadis perdamaian itu menafikan kemungkinan Muawiyah dan pengikutnya sendiri suatu saat setelah perang shiffin bisa menjadi kafir. Kesan yang saya tangkap anda dengan hadis perdamaian itu berusaha membela Muawiyah dan menolak hadis Muawiyah mati tidak dalam agama islam padahal dari mana sisi penolakannya. Seolah-olah mereka yang terlibat dalam perang shiffin setelah perdamaian mustahil menjadi murtad atau kafir.

  30. kasihan ‘Ammar, dia akan dibunuh oleh kelompok baaghiyah [pembangkang], ia [Ammar] mengajak mereka ke surga dan mereka mengajaknya ke neraka. ‘Ammar berkata “aku berlindung kepada Allah dari fitnah. [Shahih Bukhari 1/97 no 447]

  31. kasihan ‘Ammar, dia akan dibunuh oleh kelompok baaghiyah [pembangkang], ia [Ammar] mengajak mereka ke surga dan mereka mengajaknya ke neraka. ‘Ammar berkata “aku berlindung kepada Allah dari fitnah. [Shahih Bukhari 1/97 no 447].

    Wahai Muawiyyun, sadarlah! Jgn bersikap bodoh. Adakah hal yg tdk jelas dari kata2 ini?

    Salam

  32. @STB

    Intinya saling melaknat dalam peperangan diantara dua kubu adalah hal yang lumrah so ga usah heran dan jangan mengatakan hanya satu pihak saja yang melaknat, to be fair sajalah itu yg sy maksud, baru kebuka kan tanaqudh nya :mrgreen:

    Apakah anda lupa bahwa yang sedang dibahas adalah pelaknatan yang dilakukan oleh Muawiyah seumur hidupnya, bukan hanya pada saat perang (ketika bahkan Imam Ali krw sudah meninggal, juga menghukum mereka yang tidak mau melaknat. Apakah anda pikir ini hanya krn perang? Bukankah melaknat seseorang, dan terus melaknatnya setelah orang tsb meninggal, dan bahkan mewajibkannya kepada orang lain untuk melakukannya adalah menunjukan adanya kerak kebencian yang tidak pernah hilang di hati.
    Apakah anda akan ngotot untuk menyamakan dan mengambil ringan hal ini, itu adalah pilihan anda dengan konsekuensi yang semestinya anda sudah pahami (mudah2an anda siap menerimanya).

    Salam damai.

  33. heh maaf kalau anda mau mengatakan “saling melaknat” itu lumrah ya silakan, mungkin akhlak anda memang begitu. Jadi kan maksud anda kalau ada sahabat Nabi saling laknat itu lumrah-lumrah saja. Akidah model apa itu
    Saya sudah jelaskan tuh duduk persoalannya dengan baik. Antara Ali dan Muawiyah, Imam Ali yang benar itu berdasarkan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang shahih. Imam Ali melaknat Muawiyah dalam qunut karena menurut Imam Ali memang Muawiyah layak mendapatkannya karena ia telah menyesatkan banyak orang. Laknat dalam qunut itu adalah sesuatu yang syar’i itu yang disebut dengan qunut nazilah. Jadi jauh sekali bedanya dengan Muawiyah yang bahkan pelaknatannya terus dilakukan setelah Imam Ali wafat. Yang satu karena syar’i yang satu karena memang ingin bermaksiat. Paham tidak tuan yang suka membantah

    Kalau anda keberatan bahwa saling melaknat dalam peperangan diantara sahabat itu adalah hal lumrah kenapa anda yakin kalau hadits tsb shahih? Ya sudah anggap saja hadits tsb sanadnya shahih tetapi matannya mungkar, gampang kan? Sebagaimana anda dengan mudah berkata : Jadi jika riwayat di atas diartikan bahwa Imam Ali membenarkan Muawiyah dan pengikutnya maka itu keliru. Kami pribadi menganggap atsar tersebut matannya mungkar dan sanadnya memang mengandung illat :mrgreen: jika Imam Ali melaknat musuhnya apakah ada yang menghalangi jika kemudian musuhnya ganti melaknat beliau? Yg namanya dalam peperangan dan masing2 merasa benar dg pendapatnya.

    Apapun dalih yang ingin anda katakan, kenyataannya kedua kubu saling melaknat dalam peperangan tsb, ya berarti lumrah, namanya jg dalam keadaan perang. Tetapi yg penting adalah akhirnya mereka berdua melakukan perdamaian. Tentang salah dan benar kita sudah sepakat bahwa ijtihad Imam Ali lah yg benar dalam hal ini walaupun Mu’awiyah juga punya dasar atas apa yg dilakukannya.

    aduh maaf, kalau anda sendiri tidak paham artinya “gharib” mending gak usah catut-catut Imam Tirmidzi deh. Lagian gak usah terlalu banyak mencari-cari dalih. Sudah dibahas tuh sanadnya para perawinya terbukti tsiqat tidak ada keraguan hadis tersebut shahih. Jadi apalah guna perkataan yang cuma basa-basi

    Memang kenyataan-nya seperti itu kok, Imam Tirmidzi sendiri mengatakan bahwa ada rawi yang majhul dan riwayat dg lafaz spt ini tidak diketahui kecuali dari jalur ini saja.

    ehem Allah SWT menetapkan kalau Utsman mati dibunuh dalam pengepungannya. Allah SWT menetapkan kalau Imam Husein dibantai di Karbala. apakah mulut anda itu berani mengatakan bahwa Allah SWT meridhai peristiwa tersebut? atau yang lebih celaka lagi mengatakan mereka para pembunuh itu hanya melakukan apa yang sudah jadi ketetapan Allah?. Ayolah jangan berdalih dengan cara menyedihkan, makin lama saya melihat anda ini memang tipe yang hanya membantah tanpa memperhatikan dalil.

    Case by case sajalah jangan suka melebar kemana-mana spt ketetapan masalah Imam Husain dll, itu kebiasaan buruk anda yg suka mengqiyas dg masalah lain yg seolah-olah yg kita bahas adalah sama kasusnya dg itu padahal berbeda. Suatu hal yg sudah ditetapkan oleh Allah pasti mempunyai hikmah yang mungkin manusia tidak mengetahuinya, jika anda mengatakan bahwa Allah tidak meridhai Bani Umayyah memimpin kaum muslimin, mana buktinya? Jangan sok tau ya lah (ntar kyk saya) :mrgreen: seharusnya anda itu khusnudzan dengan ketetapan Allah. Apakah sama kasus Bani Umayyah memimpin umat dengan terbunuhnya Husein atau Utsman? Pakai logika anda. Contoh satu saja hikmah kebaikan yg tampak, pada masa kepemimpinan Bani Umayyah Islam menyebar semakin luas.

    Ini lagi, lucu. Yang diridhai Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] adalah perdamaian itu. Kalau apa yang dilakukan Muawiyah itu sudah dijelaskan dalam hadis shahih bahwa jalan mereka berada di atas neraka ketika perang shiffin. Ketika perang shiffin berdasarkan hadis shahih maka Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] meridhai kelompok Imam Ali dan tidak meridhai kelompok Muawiyah.

    Rasulullah lebih arif daripada anda dan saya, walaupun Mu’awiyah pada posisi yang keliru tetapi beliau masih menyebut kelompok yang dipimpinnya bagian dari kaum muslimin, dengan berdamainya dua kelompok tersebut menjadi satu maka perpecahan yg sudah terjadi ya sudah lewat dengan sendirinya, apalagi dlm riwayat yg shahih Mu’awiyah mulai sadar dan memikirkan nasib rakyatnya sehingga mau mengajak damai Al-Hasan dan Al-Hasan selain menerima perdamaian beliau menyerahkan tampuk kepemimpinan atas kaum muslimin kepada Mu’awiyah, sekali lagi tampuk kepemimpinan atas seluruh kaum muslimin termasuk ahlul bait di dalamnya jadi bukan main2 ini. Apapun alasannya, apa yg dilakukan Al-Hasan adalah yg terbaik dan diridhai oleh Allah dan rasul-Nya.

    ah itu kan sama saja mengatakan sudah tidak ada lagi “kelompok baghiyah” sekarang ini karena perangnya sudah berlalu ribuan tahun. Yang dimaksud kelompok baghiyah itu ya dalam perang shiffin.

    Yg memang ada dalam perang shifin, tetapi kan yg terlibat di dalamnya yaitu mereka yg bukan khawarij akhirnya bersatu dalam satu jama’ah sehingga menjadi hilanglah kelompok baghiyah tsb.

    Pembunuh Utsman adalah khawarij?. Lho kalau begitu kenapa Muawiyah gak bergabung sama Imam Ali untuk memberantas khawarij. kenapa setelah muncul khawarij Muawiyah masih tetap memerangi Imam Ali. Dalih terus nih
    nah kalau pembunuh Ammar gimana, pembunuh Ammar dan yang merampas harta miliknya divonis masuk neraka oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan pembunuh Ammar terdapat pada kelompok Muawiyah. Kalau anda mau mengatakan karena perdamaian maka kelompok Muawiyah adalah kelompok besar kaum muslimin yang diridhai maka pembunuh Ammar juga diridhai, karena perdamaian maka perbuatan mereka telah dimansukh sehingga mereka jadi diridhai. itulah konsekuensinya logika naif anda

    Lha pembunuh Utsman membaiat Imam Ali dan ikut dalam barisan Imam Ali, Mu’awiyah ingin segera menuntut darah utsman, tetapi Imam Ali menundanya karena alasan tertentu, itulah yg menyebabkan mereka berperang.

    Peristiwa terbunuhnya sahabat Amar bin Yasir dalam pertempuran Shiffin memberi pengaruh amat besar bagi kedua belah pihak, dimana sebelumnya Rasulullah (SAW) telah berkata kepada Ammar, bahwa ia tidak meninggal, kecuali terbunuh di antara dua kelompok orang-orang mukmin, sebagaimana disebutkan Al Bukhari dalam Tarikh As Saghir (1/104).

    Sedangkan Amru bin Ash, sahabat yang bergabung dalam barisan Muawiyah pernah mendengar bahwa Rasulullah bersabda mengenai Ammar bin Yasir, sebagaimana termaktub dalam Al Majma’ Az Zawaid (7/244) ”Sesungguhnya orang yang membunuh dan mengambil hartanya (sebagai ghanimah) akan masuk neraka.” Lalu ada yang mengatakan kepadanya,”Sesungguhnya engkau yang memeranginya!” Amru bin Ash menjawab,”Sesungguhnya yang disabdakan adalah pembunuh dan perampas hartanya.”

    Hadits di atas menunjukkan bahwa memang kedua belah pihak mengetahui keutamaan masing, masing dan tidak ada kesengajaan untuk berniat saling membunuh.

    Jadi yg berkaitan dengan pembunuhan Ammar yg akan masuk neraka adalah pembunuh dan perampas hartanya, dan tentunya itu adalah perkecualian.

    heee makanya tolong komentar itu dibaca dulu baik-baik sebelum membantah. Saya itu sedang menanggapi hadis soal Muawiyah yang kata anda ikut perang di laut. peristiwa itu kan sebelum perang shiffin. Jadi keutamaan yang anda maksud sudah dimansukh dengan hadis bahwa Muawiyah itu berada di atas jalan neraka dalam perang shiffin.

    Bagaimana mungkin hadits shahih dalam riwayat Bukhari bisa dimansukh oleh hadits dhaif (Mu’awiyah mati tidak dalam islam) ? anda dan syi’ah saja yg menshahihkan hadits tsb

    Mungkin saja, dua-duanya shahih orang seperti anda saja yang gak paham ilmu hadis makanya bilang dhaif. Hadis tersebut ada di kitab sunni bukan kitab syiah, kriteria penilaiannya memakai kriteria penilaiaan ilmu hadis sunni bukan ilmu hadis syiah. Jadi kalau mau komentar yang cerdas lah jangan cuma menampilkan sikap sok “itu syiah”.

    Sudah dikatakan, walaupun itu hadits dari sunni kalau dhaif ya ga bisa dijadikan hujjah apalagi memansukh hadits yang jelas-jelas shahih :mrgreen:

    Nah itu dia karena para salafy selalu berusaha mendistorsi hadis Nabi dan sirah [sejarah] demi membela sahabat makanya dibahas

    Itulah sebabnya anda menyerang salafi karena mereka yang getol berusaha meluruskan sejarah yang didistorsi oleh syi’ah, itulah makanya anda tidak pernah membela salafi dikarenakan fikrah anda lebih condong ke syi’ah. :mrgreen:

    Maaf itu kan riwayat hadisnya. hadis yang anda jadikan hujjah menyatakan Imam Ali mengetahui kalau yang terbunuh di shiffin masuk surga. Kalau anda mengatakan itu pendapat Imam Ali saja ya terserah anda. Saya cuma tanya sejak kapan seseorang bisa berpendapat “ia masuk surga” atau “ia masuk neraka” padahal pahala dan dosa seseorang itu hanya Allah SWT yang tahu. Lain ceritanya jika ada orang yang memang mengetahui pahala dan dosa orang tersebut atau niat orang tersebut atau nasib orang tersebut ketika dihisab maka wajar ia berkata orang tersebut mengatakan “ia masuk surga” atau “ia masuk neraka”. Kalau diartikan secara zahir riwayat itu menunjukkan Imam Ali memang mengetahui perkara ghaib yaitu “mereka yang terbunuh di shiffin masuk surga”. Ini jelas perkara ghaib.

    Itu kan persepsi anda, mungkin orang lain punya persepsi lain mengenai perkataan Imam Ali itu, yaitu bagi mereka yg terbunuh dalam perang shifin dari kedua kubu yang benar2 mereka berperang atas nama agama maka baginya Surga tentunya. Dan ini menunjukkan bahwa peperangan itu terjadi karena perbedaan penakwilan dalam hal agama.

    Maaf, anda mengatakan Imam Ali berpandangan positif mengenai pertempuran pihak Muawiyah. Saya heran apa anda ini tidak bisa membaca dengan baik kalau Imam Ali berdoa kepada Allah SWT agar menghukum Muawiyah dan pengikutnya jadi pandangan Imam Ali itu Muawiyah dan pengikutnya berada dalam kesesatan saat perang shiffin. Jadi simpel, kalau anda tidak mau mengakui ya diam saja gak usah membantah seperti anak kecil yang terus mengulang bantahan yang sama.

    Imam Ali juga manusia, beliau pun juga bisa berubah, yang sebelumnya begitu membenci Mu’awiyah pada akhirnya beliau menjadi lebih wise, demikian juga dg Mu’awiyah pun bisa berubah sehingga mereka berdua akhirnya berdamai pada peristiwa Tahkim.

  34. Ngeyel murakab si @ STB..hehehehe

  35. @STB
    Perang Shiffin bukan peperangan antara Muslim dengan Muslim. Tapi Imam Ali menupas pemberontak terhadap Khalifah yang SAH. Seperti si Nyalap katakan nereka yang menghianati Khalifah adalah KHAWARIJ (SETAN2 DALAM iSLAM). wasalam

  36. @STB

    Ya sudah anggap saja hadits tsb sanadnya shahih tetapi matannya mungkar, gampang kan?

    Ehem ada dua riwayat pertama riwayat Imam Ali mendoakan keburukan pada Muawiyah dan pengikutnya. kedua riwayat Imam Ali menganggap kelompok Muawiyah yang terbunuh masuk surga. Riwayat pertama shahih dan sesuai dengan hadis shahih Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] kalau Muawiyah itu di atas jalan neraka. Riwayat kedua mengandung illat dan matannya bertentangan dengan riwayat pertama dan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] makanya disebut matannya mungkar. Bukannya asal sebut mungkar :mrgreen:

    Memang kenyataan-nya seperti itu kok, Imam Tirmidzi sendiri mengatakan bahwa ada rawi yang majhul dan riwayat dg lafaz spt ini tidak diketahui kecuali dari jalur ini saja.

    Taklid doang tuh, terbukti para perawinya tsiqat, kalau kaidah kerennya yang tahu mengalahkan yang tidak tahu 🙂

    jika anda mengatakan bahwa Allah tidak meridhai Bani Umayyah memimpin kaum muslimin, mana buktinya? Jangan sok tau ya lah

    Buktinya Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tidak menyukainya, itulah yang dikatakan dalam hadis shahih.

    Jadi yg berkaitan dengan pembunuhan Ammar yg akan masuk neraka adalah pembunuh dan perampas hartanya, dan tentunya itu adalah perkecualian.

    Nah pembunuh dan perampas harta Ammar adalah dari kelompok Muawiyah :mrgreen:

    tulah makanya anda tidak pernah membela salafi dikarenakan fikrah anda lebih condong ke syi’ah

    mungkin salafy lebih condong ke nashibi sih

    perkataan Imam Ali itu, yaitu bagi mereka yg terbunuh dalam perang shifin dari kedua kubu yang benar2 mereka berperang atas nama agama maka baginya Surga tentunya.

    Mana mungkin, Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] jelas-jelas menyebutkan kelompok Muawiyah itu mengajak neraka jadi sesat dong. Terus Imam Ali sendiri mendoakan agar Allah SWT menghukum Muawiyah dan pengikutnya jadi sama dong bagi Imam Ali, Muawiyah itu sesat :mrgreen:

    demikian juga dg Mu’awiyah pun bisa berubah sehingga mereka berdua akhirnya berdamai pada peristiwa Tahkim.

    Kalau udah damai kok Muawiyah masih memerangi Imam Hasan, damai apa itu dong?. Kalau sudah damai kok ada ceritanya Imam Hasan mendamaikan lagi, damai apa lagi dong? :mrgreen:

  37. heh maaf kalau anda mau mengatakan “saling melaknat” itu lumrah ya silakan, mungkin akhlak anda memang begitu. Jadi kan maksud anda kalau ada sahabat Nabi saling laknat itu lumrah-lumrah saja. Akidah model apa itu
    Saya sudah jelaskan tuh duduk persoalannya dengan baik. Antara Ali dan Muawiyah, Imam Ali yang benar itu berdasarkan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang shahih. Imam Ali melaknat Muawiyah dalam qunut karena menurut Imam Ali memang Muawiyah layak mendapatkannya karena ia telah menyesatkan banyak orang. Laknat dalam qunut itu adalah sesuatu yang syar’i itu yang disebut dengan qunut nazilah. Jadi jauh sekali bedanya dengan Muawiyah yang bahkan pelaknatannya terus dilakukan setelah Imam Ali wafat. Yang satu karena syar’i yang satu karena memang ingin bermaksiat. Paham tidak tuan yang suka membantah

    Kalau anda keberatan bahwa saling melaknat dalam peperangan diantara sahabat itu adalah hal lumrah kenapa anda yakin kalau hadits tsb shahih? Ya sudah anggap saja hadits tsb sanadnya shahih tetapi matannya mungkar, gampang kan?

    Jika anda Mengatakan bahwa Muawiyah melaknat Imam Ali dalam peperangan dan Imam Ali melaknat Muawiyah dalam qunutnya sebagai hal lumrah dan wajar, maka anda harus membuktikan terlebih dahulu kedua hal tersebut sesuai syar;i. Jika tidak, maka anda benar lebih senang berhalusinasi dan berasumsi. Mungkin cara ini dapat mengelabui mereka yang kurang berwawasan, tapi tidak kepada lainnya.

    Saya sepakat dengan SP, kedua perbuatan tersebut tidak lumrah. Perbuatan Imam Ali melaknat Muawiyah dalam qunutnya sesuai syar’i karena didasari fakta bahwa segala perbuatan Imam Ali adalah perbuatan syar’fi itu sendiri berdasar hadits Tsaqolain, ayat Mubahalah, hadits AlKisa, hadits perahu Nabi Nuh, dan lain-lain.
    Namun dapat kan anda menyebutkan alasan syar;i tentang dibolehkan-nya melaknat Imam Ali dalam peperangan dan bahkan melaknat Imam Ali selepas wafat beliau? Jika tidak dapat, maka anda betul beromong-kosong.
    Apa karena Muawiyah terbiasa melaknat ya, ditambah lagi pemuka wahhabi/salafy, Umar bin Khattab sering keceplosan dan tidak sengaja (menurut wahhabi) memaki orang lain dengan sebutan “wahai musuh Allah”, maka wahhabi/salafy sering sekali memaki orang lain?

    Kelihatannya sih demikian. Tidak ada mazhab selain wahhabi/salafy yang sering memaki…

  38. ya udah sebetulnya panjang lebar kalo dipikirin sih simple,..wahai wahaboysalafy akui saja bahwa kedudukan sahabat itu tidak sesakral para ahlulbayt as ….mereka (sahabat) mempunyai sifat dan karakter seperti umat yg laen kebanyakan, bisa salah, khilaf, khianat, durhaka dan bisa ada yg setia sampai mati pd Alquran dan Ahlulbyt (Tsaqolain)…dan iman pd sahabat tdk ada tuh didalam rukun Islam…sdgkan iman pd Ahlulbyt jelas tertuju sdh pd diri Rosulullah Saww…gitu aja kok repot…panjang lebar …capeee dehhh wahaboy…apalagi ampe matematean ngebelain si muawiyah dan yazid laknatulloh..kagak habis pikir ..beneran deh..daku??

  39. @STB

    Tentang salah dan benar kita sudah sepakat bahwa ijtihad Imam Ali lah yg benar dalam hal ini

    Syukurlah sdh ada kesadaran. Meskipun istilah ijtihad itu terlalu dibuat-buat.

    walaupun Mu’awiyah juga punya dasar atas apa yg dilakukannya

    Nah ini yg termasuk pembelaan yg aneh. Jelaslah setiap perbuatan, apakah itu baik atau buruk pasti punya dasar 🙂

    Jadi menurut sampeyan apa pun dasarnya Muawiyyah memerangi Imam Ali, tetap benar kan ? 🙂 Terus apa artinya ijtihad Imam Ali yg benar?

    Ada 1 kesimpulan yg menarik, yakni ternyata Salafy/Wahaby memperbolehkan laknat antar sahabat dlm perang.

    Hal ini entah disadari atau tdk, akan berseberangan dgn riwayat yg selalu mrk dengung-dengungkan yakni “Janganlah engkau memaki sahabatku…bla..bla..bla”

    Jadi catatan:
    @STB sdh mengkormasi bolehnya melaknat antar sahabat

    Salam

  40. @armand

    @STB sdh mengkormasi bolehnya melaknat antar sahabat

    Selain membolehkan melaknat antar sahabat, wahhabi/salafy juga berpandangan bahwa jika sesama muslim saling melaknat bahkan saling menzalimi kemudian berdamai, maka dosa2nya yang lalu terhapus…

    karena itu, kita melihat dari wahhabi/salafy :
    1. Mereka senang sekali melaknat, mengkafirkan, membidahkan umat muslim lain.

    Ketika ditegor, paling bilang, maaf kami keceplosan => meniru Umar bin Khattab.

    2. Suka sekali menggunakan kekerasan bahkan membunuh dan membantai jika perlu. Lihat saja, orang wahhabi/salafy yang tidak punya otak dan hati ketika membantai salah seorang penganut Ahmadiyah.

    Lihat di Youtube bagaimana ganas, sadis, dan tidak berperikemanusiannya orang wahhabi/salafy ketika membantai penganut Ahmadiyah. Padahal orang Ahmadiyah sudah berdarah-darah bercampur tanah, dalam keaadan tengkurap (sujud), bahkan untuk menjerit tidak kuat, tapi masih saja orang2 wahhabi/salafy bertakbir sambil memukuli menggunakan besi, kayu, batu. Padahal orang ahmadiyah tersebut sudah sekarat.

    Seakan tidak punya hati dan otak (memang tidak punya), orang2 wahhabi ini tidak punya malu memanggil Nama Allah , bertakbir, sambil menyiksa dan membantai manusia. Katakanlah memang Ahmadiyah itu adalah sesat, tapi dengan alasan apa mereka harus membantai dan menyiksa orang sedemikian rupa?

    Apakah perbuatan sadis, biadab, tidak berperikemanusian, kejam, primitif, seperti setan dan iblis ini meniru perilaku Hindun ibu Muawiyah yang sadis, pelacur dan suka menyiksa manusia? Ataukah meniru Muawiyah yang culas, licik lagi kejam? Atau jangan-jangan meniru Yazid cucu Hindun, menusia sepertiga binatang dan sepertiga setan?

    Apakah mereka menyangka, dengan berzikir kepada Allah sambil membantai manusia sedemikian rupa, mereka masih punya muka mengharap Rido Allah? Apakah Islam yang dipahami wahhabi/salafy sedemikian kejam memperlakukan “musuh-musuhnya”?

    Sungguh luar biasa biadabnya orang-orang wahhabi/salafy ini ketika membantai penganut wahhabi/salafy. Bahkan salah satu penganut ahmadiyah yang lagi sekarat di got, tidak luput dari siksaan keji mereka.

    Betapa sadis nya sukar digambarkan kata-kata. Bahkan binatang dan setan pun masih lebih baik dari mereka…

  41. kalo menurut sy, kaum wahaboysalafy yg suka mencaci, melaknat, mengkapirkan, amarah mungkar dan menyiksa org lain apalagi org tersebut sdh tdk berdaya, pasti dikarenakan hadis2 sbb di bawah ini:

    Subhanallâh, Ternyata Nabi saw. Juga Melaknat Sahabatnya!

    Potret Sang Nabi Mulia Dalam Hadis Bukhari! (1)

  42. @nyalap,

    bukannya apa-apa nih. Cerita ente kagak lucu. Sumpah kagak lucu. Ente lebih lucu kalo maki-maki aja hehehee ….

    kenapa tidak lucu? karena cerita ente cuma meluapkan kemarahan ente aja … kikikiiiii … gak ada cerita humor-nya sama sekali. Coba bandingkan dengan cerita ane tentang siapa pembunuh Umar, atau kisah siNyalap waktu teriak Aneee ikut, atau waktu si Nyalap ngusap2 kepalanye pake ludah dan kisah paling masterpiece waktu si Nyalap kentut suaranya “boh, boh, boh”. Ini adalah kisah masterpice humor… temen2 aje pada ketawa waktu ngebaca kisah ane …

    Ane bener-bener kasihan same ente, Nyalap. Udah kentutnya Boh, IPA dapat 4, kepala penuh ludah sendiri, pelajaran ngarang aja jelek dan gal lucu …

  43. ALI NGOTOT KE MUAWIYAH…….KENAPA HASAN ANAKNYA MENYERAHKAN KEKHALIFAHANNYA KEPADA MUAWIYAH YA???MALAH MEMBAIATNYA MMMMMMM……SECONDPRINCE TUKANG BOONG

  44. Imam Ali adlh kalifah yg syah berdasar pada nash Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, sedangkan menurut Ahlusunnah (Khalifah yg ke 4). Sedangkan Muawiyah adlh seorang pemberontak, namum anehnya banyak orang Islam yg membela Muawiyah laknatullah. Sungguh aneh tapi nyata.. :mrgreen:

  45. ASS. WR.WB

    KALAU ANE LIHAT DAN BACA DARI SEMUA SITUS YANG BERFAHAM SYI’AH HAMPIR SEMUA MENGEDEPANKAN TOPIK SEJARAH TANAH FADAK, HADIST TSAQALAIN, KAMIS KELABU, DAN YANG PALING SEREM UMAR MEMUKUL FATIMAH HINGGA PATAH TULANG RUSUKNYA…IH SEREM KALI YAH.

    YANG PADA INTINYA MEREKA MENGABARKAN INILAH YANG TERJADI PADA WAKTU DULU KELAKUAN BEBERAPA SAHABAT ROSULULLAH YANG TELAH MENYELEWENG DAN MENYAKITI KELUARGA ROSULULLAH…

    DENGAN SLOGAN “ KATAKAN SALAH KALAU ITU SALAH DAN KATAKAN BENAR KALAU ITU BENAR “ HEBAT…HEBAT…LAKSANA PAHLAWAN YANG MEMBERITAKAN KEBENARAN…

    TAPI ANE TANYA SAMA ENTE KAUM SYI’AH…ADA GA KEMASHLATAN UNTUK UMAT ISLAM PADA UMUMNYA ENTE MENGABARKAN ITU SEMUA ? ENTE PASTI JAWAB ADA…YA ADA TAPI UNTUK KAUM ENTE SENDIRI, MAKIN BENCI KAUM ENTE SAMA SAHABAT.

    DAN YANG MEMBUAT HERAN ANE, HAMPIR SEMUA DALIL YANG ENTE GUNAKAN MENGGUNAKAN DALIL-DALIL KAUM SUNNI, ENTE PAKSAKAN PEMAHAMAN ENTE KEPADA KAUM SUNNI, PADAHAL PEMAHAMAN YANG ENTE KEMUKAKAN JAUH SEKALI BERBEDA DENGAN PEMAHAMAN KAUM SUNNI SEPERTI LANGIT DAN BUMI…ANEH TAPI NYATA…NAMUN MEMANG TERJADI.

    TAPI KALAU ENTE MENGANGGAP PARA SAHABAT TERUTAMA ABU BAKAR, UMAR DAN USTMAN TELAH BERBUAT SALAH SAMA ALI TOLONG JUGA CERITAKAN SEJARAH MENGAPA ALI MENIKAHKAN PUTRINYA UMMU KULTSUM KE SAHABAT YANG ENTE ANGGAP TELAH BERBUAT SALAH, DAN KENAPA ALI MENAMAKAN KETURUNANNYA ABU BAKAR DAN UMAR YANG ENTE TUDUH TELAH MERAMPAS KEKHALIFAHAN ALI…APAKAH ENTE YANG SELALU BERPRASANGKA BURUK TERHADAP SAHABAT ATAU ALI YANG SALAH, MAU MENIKAHKAN ANAKNYA KE SAHABAT DAN KETURUNANNYA DINAMAKAN MUSUH-MUSUHNYA PADAHAL ENTE BERKEYAKINAN ALI ITU SUCI, MUSTAHIL ALI SALAH JADI YANG SALAH DAN SUKA BERBURUK SANGKA DISINI SIAPA…?????

    DARI TAHUN MONYET SAMPAI TAHUN GAJAH ENTE MENCERITAKAN HAL-HAL YANG ITU-ITU SAJA BASI…KAYA OBAT NYAMUK MUTER-MUTER…KATA ANAK SEKARANG LEBAY…

    CARI TOPIK BARU…SEPERTI KEYAKINAN ENTE TENTANG AL-QUR’AN YANG SUDAH TIDAK MURNI LAGI NAH NYAMBUNG LAGI KENAPA ALI TIDAK PROTES TERHADAP AL-QUR’AN YANG DI SUSUN USTMAN YANG KATANYA TIDAK MURNI LAGI PADAHAL ALI ADALAH PINTUNYA ILMU YANG ARTINYA ALI PASTI LEBIH TAHU TENTANG AL-QUR’AN KENAPA ALI DIAM SERIBU BAHASA MELIHAT AL-QUR’AN BANYAK YANG DIKURANGI DAN BANYAK YANG DI TAMBAH.
    TRUS TENTANG MUSHAF FATIMAH YANG KATANYA ADA DI SIMPAN DI KELUARGA NABI YANG BERISI 17 RIBU AYAT
    TRUS TENTANG IMAM-IMAM YANG MAKSUM BAHKAN KATA KHOMAENI DERAJATNYA IMAM-IMAM MELEBIHI MALAIKAT DAN NABI
    TRUS TENTANG IMAM MAHDI YANG NGUMPET DI GOA, PADAHAL ENTE YANG SELALU MANGGIL-MANGIL SUPAYA CEPAT KELUAR EH MALAHAN MAKIN ASIK NGUMPET…PEMIMPIN YANG TIDAK BERTANGGUNG JAWAB
    TRUS TENTANG TAQIYAH YANG KATANYA KALAU TIDAK BER TAQIYAH ENTE BUKAN GOLONGAN SYI’AH TRUS TENTANG MUT’AH…NAH INI IBADAH YANG PALING SERU…CERITA DONG JANGAN MALU-MALU…KALAU DARI CERITA-CERITA YANG ANE BACA DAN DENGAR UENAAAK TENAN NIH IBADAH…MAU DONG…TAPI ANE AKAN BERTANYA SAMA ENTE…APAKAH ENTE RIDHO BILA IBU ENTE ANE MUT’AH, ISTRI ENTE ANE MUT’AH, KAKAK PEREMPUAN ENTE ANE MUT’AH, ADIK PEREMPUAN ENTE ANE MUT’AH ATAU BAHKAN ANAK-ANAK PEREMPUAN ENTE ANE MUT’AH…AYO JAWAB BILA ENTE MASIH BERKEYAKINAN AJARAN ITU MASIH BERLAKU SAMPAI SEKARANG…ANE BERDO’A MUDAH-MUDAHAN ITU TERJADI PADA KELUARGA ENTE…AMIN…

    PERNAH ANE TANYA SAMA USTADZ ENTE TENTANG KABAR YANG KATANYA KAUM SYI’AH MEMPECAYAI ADANYA PERUBAHAN AL-QUR’AN DIA JAWAB,

    “ MEMANG ITU KEYAKINAN KAMI YAITU PERUBAHAN SUSUNAN SURAT-SURATNYA YANG TIDAK SAMA WAKTU DITURUNKAN PERTAMA KALI, KAUM SUNNI JUGA PERCAYA AKAN PERUBAHAN ITU ( NASAKH TILAWAH YANG SETELAH ANE TAHU TERNYATA BUKAN ITU MAKSUDNYA DAN HAL INI SELALU MENJADI PEGANGAN KAUM SYIAH BILA ADA YANG MENANYAKAN TENTANG PERUBAHAN AL-QUR’AN ) , SEPERTI CONTOH SURAT AL-ALAQ APAKAH DI SIMPAN DI HALAMAN PERTAMA AL-QUR’AN, TIDAK KAN, ITULAH KEYAKINAN KAMI ATAS PERUBAHAN AL-QUR’AN “

    TAPI WAKTU ANE BACA DI INTERNET ULAMA-ULAMA BESAR ENTE MENULISKAN BAHWA HADIST-HADIST YANG MENGATAKAN PERUBAHAN AL-QUR’AN YANG DIKURANGI DAN DITAMBAH-TAMBAH MEMPUNYAI DERAJAT MUTAWATIR, ANE TANYA UNTUK ORANG YANG MAU BERPIKIR.

    ” SAMA TIDAK ARTINYA PERUBAHAN SUSUNAN SEWAKTU TURUN DENGAN PERUBAHAN YANG DIKURANGI DAN DI TAMBAH “ ?

    HERAN ANE DENGAN KAUM ENTE YANG MUDAH MEMUTAR BALIKAN FAKTA HADIST APAKAH ENTE MERASA LEBIH PINTAR SEHINGGA BERANI BERBUAT SEPERTI ITU PADAHAL YANG MENCERITAKAN HADIST-HADIST ITU ULAMA-ULAMA BESAR ENTE YANG DARI HIDUP SAMPAI MATI ADALAH SYI’AH SEDANG ENTE DAN USTADZ-USTADZ ENTE BARU KEMARIN SORE IKUT AJARAN SYI’AH TAPI BERANI MELAWAN ULAMA-ULAMA BESAR ENTE, JADI ANE TANYA LAGI, ULAMA SYIAH YANG MANA YANG ENTE IKUTI, AJARAN SYI’AH YANG MANA ENTE JALANKAN KARENA YANG ANE TAHU BAPAK MOYANGNYA AJARAN SYI’AH SEPERTI ITU AQIDAHNYA,
    DEMI ALLAH ANE NANYA SAMA ENTE PERCAYA TIDAK SAMA KATA-KATA ALLAH YANG AKAN MENJAGA AL-QUR’AN ? KALAU ULAMA-ULAMA BESAR ENTE SUDAH TIDAK PERCAYA LAGI KEASLIAN AL-QUR’AN KITAB APA YANG ENTE PERCAYAI SEKARANG ATAU ENTE BIKIN AJARAN SYI’AH BARU VERSI INDONESIA..??

    DAN YANG GA LEBIH PENTING TERJEMAHKAN KITAB ENTE YANG NAMANYA AL-KAFI, KAN ITU KITAB SUDAH DIPERLIHATKAN SAMA IMAM MAHDI DAN DIA SETUJU YANG ARTINYA BERARTI SHOHIH SEMUA HADIST-HADISTNYA SEPERTI KITAB BUCHORI-MUSLIM NYA ORANG SUNNI…BUKTIKAN KALAU ITU KITAB HADIST-HADISTNYA AHLU BAIT JANGAN CUMAN DENGER DARI USTADZ-USTADZ TAPI ISI BUKU YANG SEBENARNYA ENTE TIDAK PERNAH TAHU ATAU JANGAN-JANGAN USTAD-USTADNYA JUGA TIDAK PERNAH TAHU…

    APA SEPERTI INI CARA ENTE MENCARI KEBENARAN CARI DALIL-DALIL DI KITAB ORANG SUNNI YANG ENTE RASA COCOK DENGAN PEMAHAMAN ENTE DIAMBIL TRUS DIJADIKAN SANDARAN TAPI DIKALA DALIL YANG LAIN MEMATAHKAN DALIL YANG ENTE AMBIL DENGAN RASA KEYAKINAN PENUH PERCAYA DIRI ENTE JAWAB HARUS DITELITI LAGI KEABSAHAN DALILNYA DAN MEMANG AKAN BERTOLAK BELAKANG DENGAN PEMAHAMAN ENTE KARENA ENTE PAKSAKAN PEMAHANNYA SEBAGAI CONTOH BIAR ENTE PADA NGERTI

    ENTE MENGANGGAP PARA SAHABAT TIDAK MENTAATI HADIST GHADIR KHUM TRUS SAHABAT MENCEGAH NABI MEMBUAT WASIAT YANG DALAM ANGAN-ANGAN ENTE BAHWA NABI AKAN MEMBERITAHUKAN BAHWA ALI LAH YANG AKAN MENJADI PENERUS NABI, ENTE COCOKAN DENGAN ANGAN-ANGAN ENTE, ENTE CARI DI KITAB ORANG SUNNI “ LIHAT ALI MEMBAIAT ABU BAKAR BEBERAPA BULAN KEMUDIAN INI ARTINYA APA BAHWA MEMANG ALI TIDAK RELA DENGAN KEKHALIFAHAN ABU BAKAR “ INI YANG SELALU DAN SELALU ENTE HEMBUSKAN DI MAJELIS ENTE TAPI….INI KAN ANGAN-ANGAN DAN PEMAHAMAN ENTE…ANGAN-ANGAN INGIN ALI MENJADI KHALIFAH PERTAMA NAMUN TAKDIR MENENTUKAN SAHABAT, MERTUA, BAPAK MOYANGNYA ORANG-ORANG YANG ENTE ANGGAP SUCI, YANG ALI NIKAHI ISTRINYA SETELAH BELIAU WAFAT YANG ALI ABADIKAN NAMANYA DIKETURUNAN ALI, TERMASUK UMAT TERBAIK PADA MASA ITU ABU BAKAR RA.

    TAPI BILA ADA DALIL, ALI MENGATAKAN KEUTAMAAN SAHABAT DENGAN ENTENG KAN KALIAN JAWAB HARUS DITELITI DULU KEABSAHANNYA ATAU ITU KAN RIWAYAT DARI MUAWIYAH KARENA KALAU ENTE PERCAYA DENGAN DALIL ALI MENGATAKAN KEUTAMAAN SAHABAT BUBAR SUDAH KEYAKIAN ENTE ATAU ANGAN-ANGAN ENTE AGAR ALI JADI PENERUS PERTAMA NABI MAKA DALILNYA AKAN SALING BERTENTANGAN DAN YANG BIKIN ANE MIRIS ADA GOLONGAN ENTE MENGELUARKAN DALIL DARI SITI AISYAH YANG JUGA ENTE BENCI KARENA BERANI MELAWAN ALI. ORANGNYA ENTE HUJAT TAPI DALILNYA ENTE PAKE SAMPAI ENTE FITNAH SITI AISYAH MAU TAHU CERITANTA, ANE TANYA KENAPA KAUM ENTE MENG-BID’AH KAN SHOLAT DUHA, USTADZ ENTE JAWAB KARENA PADA WAKTU ALI TERBUNUH SITI AISYAH SUJUD SYUKUR NAH SUJUD SYUKUR INILAH YANG DIJADIKAN SHOLAT DHUHA OLEH KAUM SUNNI SEKARANG, INI YANG DICERITAKAN USTADZ ENTE KE ANE. SUNGGUH KEJI ENTE MENELAN BULAT-BULAT KEPERCAYAAN INI DAN CERITA INI DI HEMBUSKAN WAKTU ANE MASIH BERADA DI JEMAAT ENTE, SEPERTI INIKAH YANG DINAMAKAN GOLONGAN “ PENCARI KEBENARAN “ DENGAN EMBEL-EMBEL PECINTA KELUARGA NABI MENGHALALKAN SEGALA CARA DAN UPAYA UNTUK MEMAKSAKAN PEMAHAMAN ENTE TERHADAP ORANG-ORANG YANG TIDAK TAHU INTI AJARAN GOLONGAN ENTE…TERLALU….

    KALAU ADA SESEORANG BIKIN BUKU YANG MEMBONGKAR AJARAN ENTE ANE KASIH CONTOH WAKTU ANE TANYAKAN KEBENARAN BUKU YANG BERJUDUL “ MENGAPA SAYA KELUAR DARI MAZHAB SYIAH “ DAN BUKU “ 12 IMAM “ DALAM BUKU YANG PERTAMA DIA DAHULU TERMASUK ULAMA BESAR SYIAH KARENA ALLAH MEMBERI HIDAYAH AHIRNYA DIA KELUAR DARI AJARAN SYI’AH YANG KEDUA TENTANG IMAM 12 KALIAN , DISANA ADA HADIST YANG MENGATAKAN KEKUASAAN ALI LEBIH BESAR DARI NABI MUHAMMAD DENGAN ENTENG USTADZ ENTE JAWAB ITU BIKINAN ORANG SUNNI YANG BENCI SAMA AJARAN KITA…ANE TANYA SAMA ENTE, APA UNTUNGNYA ORANG SUNNI BIKIN BUKU-BUKU SEPERTI INI ? PENDAPAT ANE AKAN LEBIH MENGUNTUNGKAN JIKA ORANG SUNNI MENTERJEMAHKAN BUKU KITAB AL-KAFI DALAM BAHASA INDONESIA BIAR ORANG AWAM TAHU AJARAN DAN AQIDAH ENTE ITU SEPERTI APA TAPI APAKAH ADA ORANG SUNNI DI INDONESIA YANG MELAKUKAN HAL SEPERT ITU ? ITU ADALAH TANGGUNG JAWAB ENTE KALAU ENTE SANGAT YAKIN AKAN KEBENARAN AQIDAH DAN AJARAN ENTE. TERJEMAHKAN DAN SEBARKAN KE SELURUH INDONESIA,
    KARENA PERNAH ANE COBA UNTUK MENCARI TERJEMAHAN AL-KAFI DI TEMPAT LAIN YANG MASIH SEGOLONGAN ENTE JAWABNYA

    “ TIDAK ADA, KARENA UNTUK MENERJEMAHKAN AL-KAFI BUTUH BIAYA BANYAK SEDANG KAN KAMI BISNIS BILA TIDAK ADA YANG BELI KAMI RUGI “

    KALAU ANE NANYA KE TOKO BUKU ATAU KEPERCETAKAN YANG BIASA MENERJEMAHKAN BUKU ANE FAHAM TAPI INI ANE MENANYAKAN KE GOLONGAN ENTE YANG HARUSNYA PUNYA TANGGUNG JAWAB BESAR UNTUK MEMBERITAHUKAN AKAN KEBENARAN AJARAN ENTE, KALAU MERASA MEMANG AJARAN ENTE BENAR MASA MASALAH AKHIRAT DIKAITKAN DENGAN BISNIS, YANG TERJADI SEPERTI INI HAMPIR SEMUA GOLONGAN ENTE HANYA TAHU SUMBER AQIDAHNYA ITU DARI DONGENG-DONGENG USTADZ-USTADZ ENTE TANPA PERNAH TAHU ADA APA DI BALIK SEMUA AQIDAH ITU.

    ANE YAKIN BANYAK DARI GOLONGAN ENTE YANG KAYA-KAYA ATAU DARI HABIB-HABIB YANG MENERIMA KHUMUS DARI JEMAATNYA TRUS YANG PINTAR-PINTAR BAHASA ARAB SANA PASTI BANYAK DAN BANYAK USTADZ-USTADZ ENTE YANG SUDAH DIKIRIM KE IRAN TAPI KENAPA SAMPAI SEKARANG KAGAK ADA TUH YANG NAMANYA KITAB AL-KAFI TERJEMAHAN INDONESIA KENAPA YAH…JANGAN-JANGAN… JANGAN-JANGAN…DARI KELAS 4 SD NIH ANE TUNGGU-TUNGGU…

    ANE MAU SEDIKIT CERITA WAKTU ANE MASUK JEMAAT SYI’AH MAU PERCAYA MAU TIDAK ITU TERSERAH ENTE..EMANG ANE PIKIRIN…

    “…JADI IMAM MAHDI ITU SETIAP MALAM LAILATUR QODAR MENERIMA SEMUA TAKDIR YANG DITURUNKAN ALLAH UNTUK SELURUH MANUSIA DARI LAHIR, HIDUP SAMPE MATI KARENA NANTI IMAM MAHDI LAH YANG AKAN MEMBAGIKAN SEMUA ITU KE SELURUH MANUSIA KALAU ALLAH MEMBERIKAN LANGSUNG SAMA MANUSIA SEWAKTU DIA LAHIR, DUNIA INI TAK AKAN SANGGUP MENERIMANYA YANG BERAKIBAT KEHANCURAN…” PERCAYA, KAGA PERCAYA…TERSERAH…

    SATU LAGI KEYAKINAN YANG TIDAK DI BUKA KE KHALAYAK RAME..
    “…SAAT ITU IMAM ALI DATANG KESATU DAERAH PINGGIR LAUT UNTUK MENYEBARKAN AGAMA ISLAM SEWAKTU TIBA DI PINGGIR LAUT IMAM ALI BERBICARA DALAM BAHASA BINATANG MENGUCAPKAN SALAM…SEMUA IKAN DAN BINATANG DI LAUT MEMBALAS UCAPAN SALAM IMAM ALI…KECUALI ADA YANG TIDAK MEMBALAS SALAM IMAM ALI YAITU BINATANG ATAU IKAN YANG TIDAK BERSISIK, SEHINGGA IMAM ALI MENGATAKAN “ AKU HARAMKAN UNTUK KALIAN MAKAN BINATANG YANG TIDAK BERSISIK “

    KITA TAHU KAN BINATANG YANG TIDAK BERSISIK..KAYA CUMI-CUMI, SOTONG, LELE DAN BANYAK LAGI, MAKANYA KITA GA AKAN LIHAT KAUM SYI’AH MAKAN PECEL LELE SAMA CUMI BAKAR…HARAM MAN…

    TAPI WAKTU ITU ANE NANYA KENAPA CUMI-CUMI DAN LELE DI HARAMKAN SANG USTADZ JAWAB “ KARENA MEREKA TIDAK MEMBALAS SALAM YANG KEDUA IMAM ALI LEBIH TAHU, BAHWA DIDALAM CUMI-CUMI ITU MENGANDUNG RACUN YAITU TINTANYA DAN UNTUK LELE JUGA BEGITU KARENA LELE BISA HIDUP DI TEMPAT-TEMPAT KOTOR YANG NANTI DAGINGNYA BISA MENJADI RACUN, ITU BERBAHAYA “

    ANE SANGGAH “ LEBIH BERBAHAYA MANA SAMA ROKOK..? KARENA ROKOK SETIAP HARI KITA HISAP SEDANG CUMI SAMA LELE JARANG KITA MAKAN KENAPA ROKOK TIDAK DIHARAMKAN SAMA IMAM ALI ?
    SANG USTADZ…DIAM SERIBU BAHASA….KARENA DIA TAHU HAMPIR SEMUA JEMAAT YANG LAKI-LAKI MEROKOK BAHKAN SANG HABIB PUN MEROKOK ATAU ADA DIANTARA ENTE YANG MAU BANTU SANG USTAD.

    YANG TIDAK KURANG LEBIH SERU TENTANG PEMAHAMAN BAHWA NABI MUHAMMAD TIDAK BUTA HURUF, CERMATI, INI SEPERTI PEMAHAMAN ORANG KAFIR YANG MENUDUH NABI MUHAMMAD SAW SENDIRI YANG MEMBUAT AL-QUR’AN TRUS PAMANYA ABU THOLIB ITU ADALAH SEORANG MUSLIM TIDAK MUNGKIN ABU THOLIB SEORANG KAFIR ALASANNYA ABU THOLIB HIDUP DENGAN ORANG PEMBAWA AGAMA ISLAM YAITU KEPONAKANNYA SENDIRI…

    DAN KATANYA DI MAJELIS YANG ANE IKUTI ITU PUNYA GAMBAR NABI MUHAMMAD SAW SEWAKTU BELIAU MASIH KECIL, WAKTU ANE TANYA, DARIMANA USTAD DAPAT GAMBAR NABI, DARI KELUARGA NABI KATANYA. CUMAN SAYANG ANE GAK BISA LIHAT GAMBAR ITU KARENA DI SIMPAN DIRUANGAN HABIB DAN HANYA UNTUK JEMAAT YANG SUDAH BENAR-BENAR MENJADI SYIAH ATAU USTADZ BISA MELIHAT GAMBAR ITU.

    PEMAHAMAN YANG TIDAK KONSISTEN TERHADAP AL-QUR’AN
    KAUM ENTE LAIN CARA WUDLU NYA ALASANNYA LIHAT DI AL-QUR’AN CARA-CARA WUDLU.
    BUKA PUASA ENTE LAIN WAKTUNYA ALASANNYA LIHAT DI AL-QURAN KAPAN KITA HARUS BUKA PUASA
    SHOLAT JUM’AT TIDAK WAJIB DILAKSANAKAN ALASANNYA
    1. IMAM MAHDI BELUM TURUN
    2. JANGAN MENJADI MAKMUN DI ORANG-ORANG YANG BELUM TAHU BENAR AKAN KETAQWAANYA.
    3. JARAK ANTARA SATU MESJID DENGAN MESJID LAINNYA TIDAK BOLEH KURANG DARI 300-400 METER.

    PERINTAH SHOLAT JUM’AT DI DALAM AL-QUR’AN SUDAH JELAS SEKALI , TANPA HARUS BERPIKIR LAMA-LAMA.
    ENTE LIHAT ALASAN PERTAMA DAN KEDUA YANG TIDAK MASUK AKAL, UNTUK YANG KETIGA MASUK AKAL TAPI ITU JUGA UNTUK ORANG YANG HIDUPNYA DIMANA AGAMA ISLAM MENJADI MINORITAS TAPI KALAU DI INDONESIA ? APA MESTI KE PULAU BALI UNTUK SHOLAT JUM’AT ?

    JADI ALASAN-ALASAN ITU SEBENARNYA SUPAYA JANGAN SHOLAT JUM’AT. NAUDZUBILLAH

    ANE SARANKAN KALAU ENTE MENDENGAR SUATU PEMAHAMAN YANG BARU, CARI TAHU JUGA APA YANG TERSIRAT DALAM PEMAHAMAN TERSEBUT JANGAN ENTE TELAN BULAT-BULAT ITU PEMAHAMAN, HANYA KARENA ENTE SUDAH MERASA YAKIN BAHWA AJARAN YANG ENTE IKUTI SUDAH BENAR TAPI SEBENARNYA MENINGGALKAN AQIDAH YANG NYATA…
    MAU IKUT SARAN…BAGUS..TIDAK IKUT SARAN TERSERAH…

    ALHAMDULILLAH GARA-GARA INILAH ANE DIBERI HIDAYAH UNTUK BERPIKIR LEBIH KRITIS TERHADAP AJARAN YANG AKAN ANE IKUTI WALAUPUN MEREK AJARANNYA DI EMBEL-EMBELI DENGAN KATA CINTA PADAHAL INTI AJARAN SEBENARNYA JAUH PANGGANG DARIPADA API.

    ANE MAU NGOMONG SAMA ORANG SUNNI…NGAPAIN ENTE BANTAH OMONGAN-OMONGAN ORANG SYI’AH…CAPE KAGAK KEPAKE, ENTE BUANG-BUANG ENERGI TIDAK ADA GUNA , LEBIH BAIK KITA BELAJAR LEBIH BANYAK LAGI TENTANG AGAMA KITA KARENA ADA BANYAK SITUS-SITUS YANG MENGHINA AGAMA DAN NABI AGUNG KITA KARENA BELUM ANE TEMUKAN ORANG YANG KATANYA CINTA KELUARGA ROSSUL IKUT NGEBANTAH PADAHAL YANG DIHINA BAPAK MOYANGNYA IMAM-IMAM YANG SUCI, TAPI KALAU SUDAH ADA ANE UCAPKAN BERIBU RIBU TERIMAKASIH KARENA MASIH ADA HARAPAN ENTE UNTUK BERPIKIR LEBIH KRITIS TENTANG SATU AJARAN YANG ENTE IKUTI.

    KALAU ORANG SYIAH MAU NGEBAHAS MASALAH YANG SUDAH ANE TULIS DIATAS KHUSUSNYA TENTANG AQIDAH MEREKA, MARI KITA DISKUSI TAPI ANE TIDAK YAKIN MEREKA MAU DAN BERKATA JUJUR…PAN ENTE TAHU ADA AQIDAH TAQIYAH DI IMAN MEREKA, MAKANYA ANE CEPAT-CEPAT KABUR DARI KAUM MEREKA KARENA PRINSIP ANE

    KALAU MAU MENCARI “ KEBENARAN “ KEBOHONGAN JANGAN DIHALALKAN SEBAB NANTINYA YANG TIMBUL ADALAH “ PEMBENARAN “

    MEMANG BENAR YANG ALLAH SWT BILANG DI DALAM AL-QUR’AN KITA YANG MASIH SUCI, TIDAK ADA PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN DAN AKAN ALLAH JAGA SAMPAI HARI AKHIR.

    SURAT AL-HAJJ AYAT 46
    ” KARENA SESUNGGUHNYA BUKANLAH MATA ITU YANG BUTA,TETAPI YANG BUTA IALAH HATI YANG DI DALAM DADA “ ( KAYA TETANGGA ANE )

    SURAT AL-FATH AYAT 11:
    “…MEREKA MENGUCAPKAN DENGAN LIDAHNYA APA YANG TIDAK ADA DALAM HATINYA…””
    ( KAYA ORANG-ORANG BADUI ARAB)

    TERAKHIR KATA …YA ALLAH SAMPAIKAN SHOLAWAT DAN SALAM KAMI KEPADA HAMBA-MU YANG MULIA NABI MUHAMMAD SAW, KEPADA SEMUA KELURGA DAN KETURUNAN BELIAU DAN JUGA KEPADA SAHABAT-SAHABAT BELIAU TERUTAMA UNTUK SAHABAT ABU BAKAR RA, UMAR RA, USTMAN RA DAN ALI RA YANG TELAH MENGORBANKAN JIWA DAN RAGA MEREKA UNTUK MEMBELA AGAMA YANG ENGKAU RIDHOI PADAHAL KAMI SAAT ITU MASIH BERADA DALAM GENGGAMAN-MU SEDANG MEREKA SUDAH BANYAK BERBUAT UNTUK AGAMA-MU…AMIN

  46. @Yasir habib

    knapa anda tidak teruskan kalimatnya….”….maka barang siapa diantar keduanya berlaku dzalim, maka perangilah”………………………..dan jelas siapa yang dzalim sejak semula kan bung……

  47. @hilman

    berargumen yang runtut…dong. gunakan dasar sebagai rujukan….

  48. berargumen yang runtut…dong. gunakan dasar sebagai rujukan….

    setuju..
    Lanjutt..!!

  49. SP bilang:
    “Selain itu apa yang dilakukan Imam Ali adalah sesuatu yang syar’i dan memiliki dasar hukumnya, mendoakan keburukan dalam qunut nazilah adalah hal yang memang ada syariatnya”

    Gw bilang :
    “Weleh, sejak kapan ada dalam syari’at melaknat seorang muslim dalam qunut?????”
    dan Mu’awiyyah jelas muslimnya dengan sabda Nabi :
    “Sesungguhnya cucuku ini adalah sayyid. Mudah-mudahan dengannya Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum Muslimin yang bertikai”
    Ngarang aja ente!!
    Duhai….Syi’ah….syi’ah…….

    Coba datengin dunk disini ayat Al-Quran atau hadits Nabi yang menyebutkan tentang melaknat seorang muslim dalam qunut??

    Coba datengin dunk disini ayat Al-Quran atau hadits Nabi yang menyebutkan tentang melaknat seorang muslim dalam qunut??

    Coba datengin dunk disini ayat Al-Quran atau hadits Nabi yang menyebutkan tentang melaknat seorang muslim dalam qunut??

  50. menilik apa yg terjadi di PSSI hikmah bahwa KEBENARAN tdk bisa dipaksakan,apabila dipaksakan maka hal tsb bukan perbuatan bijak yg berakibat kezaliman.pencinta sepak bola ditanah air sekarang ini menghujat kelompok 78,krn memaksakan kehendaknya wlw pun yg mereka usung adlh kebenara
    Andai sj Imam Ali memaksakan utk melawan abubakar n umar dlm kekhalifahan,maka sekarang ini beliau akan dihujat oleh ummat ini.
    sungguh Imam Ali sosok seorang yg luar biasa bijak

  51. @Yasir Habib : tentang mendamaikan muslim yang berselisih.

    Pak yasir….kalo mengambil ayat jangan sepotong2 sepotong dooong…artinya bisa lain atau pengertiannya bisa lain. Bukan kah ayat yang berikutnya menyatakan…..kira2 BARANG SIAPA YANG BERLAKU DZALIM , MAKA DIPERINTAHKAN KITA UNTUK MEMERANGINYA, SAMPAI DI KEMBALI KE JALAN ALLAH. dalam hal ini anda tau …Ali sudah mengadakan perdamaian…tetapi kembali Muawiyah ingkar janji…….maka anda berpihak dimana……he he he

  52. @Sok tau banget..

    yang dikatakan oleh nabi adalah PASUKAN LAUT PERTAMA….yang akan masuk surga…..sekarang dari mana anda dapat berita MUawiyang berada di dalam pasukan pertama itu…..he he he……MUAWIYAH berada di pasukan ke 8 dab…….bukan PERTAMA

  53. Sayah jg sama pencari kebenaran, tp sayah mah tdk berpihak ksana kemari, sayah mah cuman minta tolong ditanggapi atuh komennya hilman sayah jd penasaran apa benar semua yg ditulis ama hilman teh, maap sayah mah bkn wahabi bkn salafi bkn syi’ah, sayah mah insya Allah urg sunda yg muslim, teu ngarti naon wahabi naon salafi naon syi’ah teh, lieur. Lah sayah mah Lillahita’ala we ibadah mah, keun we yg udah terjadi mah ga bkl bisa dirobah tarima sajah. Sayah mah 100% percaya agama Islam ditodong pestol ge ga bkl keluar sayah mah ti agama Islam mah. Tp kalau hrs memaki2 dulur seagama mah ga berani sayah mah takut salah apalagi yg sudah lama maot mah ga berani sayah mah sieun dosa… Halah maap jd ngelantur begini, sok ah lanjutkan sayah mah kaget baca komen2 dulur semua makanya jd latah kababawa komen, sok dilanjut baraya, 1 pesen mamang mah sing akur mun rumasa dulur saagama mah ulah silih poyok ulah silih salahkeun keun we da amal jalma mah lain urusan jalma tp urusan Gusti nu maha suci, wassalam…

  54. WahI Syiah, bertobatlah

  55. nanngepin komentar hilman?, bisa balik ke zaman prasejarah…..

    ciri khas orang guoblokkk….:-) sama seperti sy sih…

    😀

Tinggalkan komentar