Siapakah Musuh Allah, Abu Hurairah Atau Umar?

Siapakah Musuh Allah, Abu Hurairah Atau Umar?

Melihat judulnya terasa membuat nafas sesak, tetapi kami ingatkan jangan tertipu dengan judulnya lebih baik baca dulu tulisan ini sampai habis. Tulisan ini sekali lagi hanya menampilkan hadis-hadis yang ternyata ditinjau dari sudut keilmuan adalah hadis shahih.

أخبرني أبو بكر محمد بن أحمد المزكي بمرو حدثنا عبد الله بن روح المدايني حدثنا يزيد بن هارون أنبأ هشام بن حسان عن محمد بن سيرين عن أبي هريرة رضى الله تعالى عنه قال قال لي عمر يا عدو الله وعدو الإسلام خنت مال الله قال قلت لست عدو الله ولا عدو الإسلام ولكني عدو من عاداهما ولم أخن مال الله ولكنها أثمان أبلي وسهام اجتمعت قال فأعادها علي وأعدت عليه هذا الكلام قال فغرمني اثني عشر ألفا قال فقمت في صلاة الغداة فقلت اللهم اغفر لأمير المؤمنين فلما كان بعد ذلك أرادني على العمل فأبيت عليه فقال ولم وقد سأل يوسف العمل وكان خيرا منك فقلت أن يوسف نبي بن نبي بن نبي بن نبي وأنا بن أميمة وأنا أخاف ثلاثا واثنتين قال أولا تقول خمسا قلت لا قال فما هن قلت أخاف أن أقول بغير علم وأن أفتي بغير علم وأن يضرب ظهري وأن يشتم عرضي وأن يؤخذ مالي بالضرب هذا حديث بإسناد صحيح على شرط الشيخين ولم يخرجاه

Telah mengabarkan kepadaku Abu Bakar Muhammad bin Ahmad Al Muzakkiy di Marwa yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Rawh Al Madainiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun yang berkata telah memberitakan kepada kami Hisyaam bin Hasan dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah yang berkata Umar berkata kepadaku “wahai Musuh Allah dan musuh Islam, engkau telah mengkhianati harta Allah. Aku berkata “aku bukan Musuh Allah dan juga bukan musuh Islam tetapi aku adalah musuh siapapun yang memusuhi keduanya, aku pun tidak mengkhianati harta Allah. Harta itu adalah hasil penjualan unta-untaku dan sejumlah harta yang aku kumpulkan. Ia [Umar] berkata “kembalikanlah” dan aku mengulangi perkataan yang tadi. [Abu Hurairah] berkata “maka ia mengambil dariku dua belas ribu [dirham]. [Abu Hurairah] berkata “maka aku mendirikan shalat malam dan berdoa “Ya Allah, ampunilah amirul mukminin”. Suatu ketika setelah peristiwa itu ia memintaku untuk bertugas dan aku menolaknya. Ia [Umar] berkata “bukankah sungguh telah bertugas Yusuf dan ia lebih baik darimu”. Aku [Abu Hurairah] berkata “Yusuf adalah Nabi anak Nabi anak Nabi anak Nabi sedangkan aku adalah anak Umaimah dan aku takut tiga dan dua”. Ia [Umar] berkata “kenapa tidak engkau katakan lima?”. Aku [Abu Hurairah] berkata “tidak”. Umar berkata “apakah itu?” Aku [Abu Hurairah] berkata “aku takut berbicara tanpa ilmu, berfatwa tanpa ilmu, punggungku dicambuk, harga diriku dicela dan hartaku diambil dengan paksa”. Al Hakim berkata “hadis ini sanadnya shahih sesuai dengan syarat Bukhari Muslim tetapi mereka tidak mengeluarkannya” [Al Mustadrak Ash Shahihain juz 2 no 3327]

Riwayat ini sanadnya shahih. Para perawinya tsiqat shaduq. Hisyaam bin Hasan dalam periwayatannya dari Ibnu Sirin memiliki mutaba’ah dari Muhammad bin Sulaim Abu Hilal Ar Rasibiy seperti yang disebutkan Ibnu Sa’ad dalam Ath Thabaqat 4/335 dengan jalan sanad telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Al Haitsam telah menceritakan kepada kami Abu Hilal dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah. Hisyaam bin Hasan juga memiliki mutaba’ah dari Ayub As Sakhtiyati sebagaimana yang disebutkan Abdurrazaq dalam Al Mushannaf 11/323 no 20659 dengan jalan sanad dari Ma’mar dari Ayub dari Ibnu Sirin dari Abu Hurairah. Riwayat Ibnu Sa’ad dan Abdurrazaq semuanya terdapat lafaz perkataan Umar kepada Abu Hurairah “wahai musuh Allah”. Al Hakim dan Adz Dzahabi bersepakat menshahihkan hadis ini, berikut para perawi riwayat Al Hakim di atas

  • Abu Bakar Muhammad bin Ahmad Al Muzakkiy adalah Muhammad bin Ahmad bin Hatim Syaikh [guru] Al Hakim dia juga dikenal dengan panggilan Abu Bakar bin Abi Nashr. Al Hakim telah menshahihkan hadis-hadisnya dalam Al Mustadrak dan ia dengan jelas menyatakan Abu Bakar bin Abi Nashr shaduq [Su’alat Mas’ud bin Ali no 320]
  • Abdullah bin Rawh Al Madainiy adalah seorang yang tsiqat. Al Hakim berkata Daruquthni berkata “Abdullah bin Rawh Al Madainiy tidak ada masalah padanya” [Su’alat Al Hakim no 124]. As Sahmiy berkata aku bertanya kepada Daruquthni tentang ‘Abdullah bin Rawh Al Madainiy, ia berkata “tsiqat” [Su’alat Hamzah no 182]
  • Yazid bin Harun Abu Khalid Al Wasithiy adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Madini berkata “ia termasuk orang yang tsiqat” dan terkadang berkata “aku tidak pernah melihat orang lebih hafizh darinya”. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. Al Ijli berkata “tsiqat tsabit dalam hadis”. Abu Bakar bin Abi Syaibah berkata “aku belum pernah bertemu orang yang lebih hafizh dan mutqin dari Yazid”. Abu Hatim menyatakan ia tsiqat imam shaduq. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat banyak meriwayatkan hadis”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Yaqub bin Syaibah menyatakan tsiqat. Ibnu Qani’ berkata “tsiqat ma’mun” [At Tahdzib juz 11 no 612]
  • Hisyaam bin Hasan Al Azdiy adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Telah meriwayatkan darinya Syu’bah [yang berarti ia tsiqat]. Sa’id bin Abi Arubah berkata “aku belum pernah melihat orang yang lebih hafal hadis Muhammad bin Sirin selain Hisyaam”. Ad Duuri berkata Ibnu Ma’in berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Ma’in juga menyatakan ia tsiqat [dalam riwayat Ad Darimiy]. Al Ijli berkata “orang bashrah yang tsiqat hasanul hadits”. Abu Hatim menyatakan ia shaduq. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ibnu Sa’ad menyatakan ia tsiqat. Ibnu Syahin memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Utsman bin Abi Syaibah menyatakan ia tsiqat. Ibnu Adiy berkata “hadis-hadisnya lurus aku tidak melihat ia memiliki riwayat mungkar dan ia shaduq” [At Tahdzib juz 11 no 75]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat termasuk orang yang paling tsabit dalam riwayat Muhammad bin Sirin dan riwayatnya dari Atha’ dan Hasan diperbincangkan karena mursal” [At Taqrib 2/266]
  • Muhammad bin Sirin adalah tabiin perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ahmad, Ibnu Ma’in, dan Al Ijli menyatakan ia tsiqat. Ibnu Sa’ad menyatakan ia tsiqat ma’mun seorang Faqih yang terhormat imam wara’ dan banyak ilmunya. Ibnu Hibban berkata “Muhammad bin Sirin adalah penduduk bashrah yang wara’ seorang Faqih yang memiliki keutamaan, hafizh dan mutqin”. [At Tahdzib juz 9 no 338]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit dan ahli ibadah [At Taqrib 2/85]

Riwayat di atas menunjukkan kalau Umar telah memanggil Abu Hurairah dengan perkataan “wahai Musuh Allah”. Dan Abu Hurairah menyangkal perkataan tersebut bahwa ia bukan musuh Allah. Kisah ini memang terjadi pada masa Umar berkaitan dengan harta yang dikirimkan dan dimiliki oleh Abu Hurairah. Fokus permasalahan disini bukan pada siapakah yang benar tetapi pada lafaz atau perkataan “Musuh Allah” dari Umar kepada Abu Hurairah. Bukankah perkataan ini sangat kasar untuk ditujukan kepada seorang muslim apalagi terhadap salah seorang sahabat Nabi seperti Abu Hurairah.

Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] telah mengingatkan bahwa seorang muslim harus berhati-hati menggunakan perkataan “kafir” atau “musuh Allah” kepada saudaranya sesama muslim karena konsekuensinya sangat berat yaitu perkataan tersebut bisa berbalik kepada dirinya sendiri jika yang bersangkutan ternyata tidak demikian.

حدثني زهير بن حرب حدثنا عبدالصمد بن عبدالوارث حدثنا أبي حدثنا حسين المعلم عن ابن بريدة عن يحيى بن يعمر أن أبا الأسود حدثه عن أبي ذر أنه سمع رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول ليس من رجل ادعي لغير أبيه وهو يعلمه إلا كفر ومن ادعى ما ليس له فليس منا وليتبوأ مقعده من النار ومن دعا رجلا بالكفر أو قال عدو الله وليس كذلك إلا حار عليه

Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdus Shamad bin ‘Abdul Waarits yang berkata telah menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain Al Mu’allimi dari Ibnu Buraidah dari Yahya bin Ya’mar bahwa Abul Aswad menceritakan kepadanya dari Abi Dzar yang mendengar Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Tidaklah seseorang mengakui orang lain sebagai ayahnya padahal ia mengetahui [bahwa ia bukan ayahnya] kecuali ia kafir. Barang siapa mengaku sesuatu yang bukan miliknya maka ia bukan dari golongan kami dan hendaknya ia menyiapkan tempat duduknya di neraka. Barang siapa yang memanggil seseorang dengan “kafir” atau berkata “musuh Allah” padahal tidak demikian maka perkataan itu berbalik kepadanya [Shahih Muslim 1/79 no 61]

Berdasarkan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang shahih maka terdapat hukum atau aturan mengenai lafaz perkataan “kafir” dan lafaz perkataan “musuh Allah”. Jika seseorang mengucapkan kata tersebut kepada orang lain maka tetaplah itu menjadi milik salah satu dari keduanya. Jika memang demikian maka orang yang bersangkutan layak mendapatkannya tetapi jika tidak demikian maka perkataan itu akan kembali pada orang yang mengucapkannya.

Telah shahih bahwa Umar memanggil Abu Hurairah dengan perkataan “wahai Musuh Allah”. Maka hanya ada dua kemungkinan, Abu Hurairah memang musuh Allah tetapi jika tidak demikian maka kemungkinan yang satunya perkataan “musuh Allah” itu akan kembali kepada Umar sendiri. Itulah yang dimaksud dengan judul di atas. Siapakah Musuh Allah, apakah Abu Hurairah ataukah Umar?. Apa jawabannya, kami cukup bertawaqquf saja karena kalau coba-coba menjawab akan bermunculan para penghina yang seenaknya menuduh orang. Jadi tulisan ini tidak memvonis siapapun, tetapi hanya mengutarakan kebingungan yang dihadapi penulis terkait dengan hadis-hadis di atas. Silakan bagi siapapun yang bersedia memberikan jawaban atau memberikan masukan atau mengkoreksi kalau ada yang keliru dari tulisan di atas. Akhir kata mari berdiskusi dengan kata-kata yang santun sudah bukan zamannya lagi berdiskusi dengan kata-kata spam kotor caci maki hina menghina dan sebagainya. Salam Damai

131 Tanggapan

  1. Yang jelas Umar ibn khatab mencela sahabat nabi dgn pencelaan tingkat paling atas dan sadis….

    sehingga perdefinisi yg digunakan kawan2 sebelah maka khalifah Umar ibn khatab bisa disebut…….

  2. sy sih melihat keduax sbg pribadi..
    abu hurairah terkenal suka menambah2 n mengada ada.sedang umar seorang yg emosional lbh mendahulukan keinginanx dr pada ke ilmuanx
    jd buat sy perkataan keduanya walaw pun hadits shahih tdk ada nilainya.kedua2nya berucap dgn memakai hawa nafsu
    mungkin para wahabi akan kebingungan klu disodorkan dgn hal tsb.
    terkecuali mereka berani mengakui bhw pribadi umar n abu hurairah pribadi yg lemah

  3. @aldj,

    mungkin para wahabi akan kebingungan klu disodorkan dgn hal tsb.
    terkecuali mereka berani mengakui bhw pribadi umar n abu hurairah pribadi yg lemah

    kalo wahhabi/salafy pinter, pasti kebingungan. karena mereka tolol (waktu kecil sering ditempeleng sama bokapnya gara2 teriak Anee ikut!!), maka mereka tidak tahu harus bingung yang bagaimana. Paling banter wahhabi akan bilang : “Ah pasti ini kerjaanya munafik. Antara Umar dan Abu Hurairah tidak terjadi perselisihan, orang munafik lah yang membuat perselisihan.”

    Mereka punya jawaban sapu jagad : “Munafik” . Kata inilah yang digunakan untuk menjawab berbagai kejadian muskil diantara sahabat.

    Rasulullah disergap di bukit Aqobah => Munafik jadi tersangkanya.
    Peristiwan Saqifah => Munafik juga jadi tersangkanya.

    AbuDzar memprotest Utsman => Abu Dzar dihasut Munafik.

    Abu Dzar dibuang Utsman ke gurun tandus => Atas hasutan Munafik. Utsman gak salah, yang salah Munafik.

    Pembunuhan Utsman => Yang salah munafik

    Aisyah, Talhal, Zubari perang dengan Imam Ali => Munafik yang salah. Aisyah, Talhal, Zubari dihasut Munafik. Imam Ali juga dihasut Munafik.

    Perang Shiffin antara Imam Ali melawan Muawiyah => Yang ini lebih parah. Wahhabi/salafy bilang, dalam kasus ini, Justru Imam Ali yang dihasut Munafik untuk memerangi Muawiyah.

    Munafik, munafik, kasihan banget sih deh elo. Jadi kambing hitam melulu. Kalo ditanya, siapa yang jadi munafik? jawabannya very easy. Yang namanya munafik ya gak ada yang tahu. Kalo tahu, bukan lagi munafik namanya … Iya toh …

    Pokoknya, dikit-dikit munafik, dikit-dikit munafik. Munafik kok cuma dikit. Dasa wahhabi/salafy tolol …

  4. @WK

    Yang aneh & konyol si Munafik inikan sdh ketahuan belangnya, tapi orang2 sekaliber Aisyah, Thalhah, Zubair, Utsman, Muawiyyah msh terus kecolongan? 🙄

    Alih-alih menjaga aib sahabat sebaliknya merendahkan mereka.

    Ini terjadi karena tdk diimbangi dgn informasi yg benar serta tdk menggunakan otak utk berpikir.

    Salam

  5. @armand,

    yup. dalam hal menciptakan ilusi, wahhay/salafy ini nomor satu.

    [Buktinya, Bin Baz aja ber-ilusi kalo bumi ceper.]

    mereka menciptakan ilusi yang namanya : Munafik. Bagi mereka, sejarah Sahabat Nabi adalah sejarah emas. Kalo ada kekacauan, maka munafik lah penyebabnya. Semua sahabat, hubungannya harmonis. Kalo terjadi perang, maka munafik peyebabnya.

    Dari jaman Rasulullah sampai wafatnya Imam Ali, penyebab kekacauan adalah Munafik. Anehnya, kita sama sekali buta siapa yang jadi munafik. Ya namanya saja ilusi.

    wahhabi/salafy bersembunyi dibalik kedok munafik. Karena munafik, mustahil mengetahui mereka. kalo ketahuan, bukan munafik lagi namanya. Tapi Kafir …

    Ilusi munafik ini cukup berhasil didepan pengikut2 mereka yang kebetulan kebanyakan tolol bin goblok.

    Contoh paling kecil. Pertempuran Shiffin, yang mengakibatkan puluhan ribu umat islam terbunuh. Segala dosa akibat terbunuhnya puluhan ribu umat islam tersebut, ditimpakan kepada MUNAFIK. Muawiyah yang jelas2 memerintahkan ribuan pasukan untuk memberontak kepada Imam Ali dan membuat kekacauan, dicuci bersih dengan adanya ilusi yang bernama Munafik.

    ILUSI kedua yang diciptakan wahhabi/salafy selain Munafik adalah IJTIHAD. Jika ilusi Munafik gagal atau dianggap gagal untuk menjelaskan sesuatu hal, maka dibuatlah ilusi yang namanya IJTIHAD.

    IJTIHAD sendiri menurut pengertian Sunni adalah upaya yang sungguh2 untuk mencari ilmu dalam memutuskan suatu perkara yang tidak diputuskan oleh AlQuran maupun hadits dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.

    Dalam kasus perang Shiffin, demi membela Muawiyah (setelah ilusi Munafik dianggap gagal), wahhabi/salafy menggunakan ilusi Ijtihad untuk membela Muawiyah. Hati yang jujur dan pikiran yang jernih, seharusnya bertanya :
    1. Upaya yang sungguh2 seperti apa yang hendak dicari Muawiyah sehingga harus mengorbankan nyawa puluhan ribu umat Islam ?
    Kalo dikatakan mencari pembunuh Utsman, anehnya, setelah Muawiyah berkuasa, kenapa pembunuh Utsman tidak dicari?
    2. Apakah perang yang mengakibatkan nyawa puluhan ribu umat Islam terbuang ini, termasuk syarat yang masuk akal dan sesuai pertimbangan matang?

    Perdefinisi Ijtihad saja, wahhabi/salafy gagal mencari pembenaran akan tindakan Muawiyah. Tapi toh, karena hati sudah buta dan pikiran sudah kotor, ilusi apapun akan digunakan demi membela tuan Mereka, Muawiyah laknatullah.

    Semoga Allah melaknat Muawiyah, putranya Yazid, ibunya Hindun pemakan hati Sayyidina Hamzah, serta bapaknya Abu Sufyan. Semoga Allah juga melaknat pengikut mereka dan pecinta mereka.

  6. Kalau menurut saya keduanya( Abu Hurairah dan Umar Ibn Khttab) menerima akibat dari sabda Rasulullah SAW.
    1. Abu Hurairah adalah pembohong ( yang menyebut Abu Hurairah pembohong adalah Umar ibn Khatab dan Sitti Aisyah istri Nabi). Jadi perbuatan Abu Hurairah pasti benar sehungga Umar berkata demikian.
    2. Karena Umar ibn Khattab dengan mudah mengucapkan kata2 demikian ( ia khalifah) maka sampai sekarang diamalkan oleh mereka yang dengan mudah mengkafirkan seseorang atau kelompok.Amal ini akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah nanti Seharusnya seorang khalifah (pemimpin umat Islam) harus memberikan contoh akhlak yang baik. Seorang khalifah adalah penerus Rasulullah dalam memberikan contoh. Karena Umar memberi contoh demikian maka beberapa dari umat Islam menyontoinya.

  7. @ SP
    warning: tulisan ini ditujukan untuk si SP sendiri bukan untuk orang-orang yang tak berpengetahuan macam wahabi_kampret, adlj, chani, armand, thruth_seeker, baqir, dll

    jujur mulai sekarang ane tidak mau lagi ngeladenin orang2 yang tak mengenali batas kemampuannya ini…..
    debat ama mereka ngga menghasilkan ilmu pengetahuan sedikitpun
    sebel deh

    ok lanjut
    dan masalah ini hanya antara kita berdua saja
    mari nkita tegakkan hujjah antara kita
    mulai sekarang no kata2 kotor dan hina lagi
    fokus terus pada substansi.
    OK!!

    thread ane ini akan ane beri judul:

    Siapakah Musuh Allah, Syiah Madinah atau Syiah Kufah?

    sebelum ane menyampaikan hujjah ane lebih jauh lagi
    ane ingin tanya ama ente..

    setahu ane aqidah ente itu
    membenci Umar dan Abu Hurairah
    tidak pernah ada kitab syiah yang absen mengkritik
    dua orang ini

    lalu kenapa tiba2 “dengan kepura2an” ente di sana
    bertanya kepada para pembaca siapa yang musuh Allah Umar atau Abu Hurairah

    bukankah kita semua tahu
    bahwa sahabat nabi itu ada kelebihan dan kekurangnnya

    Umar memang gampang “emosional”
    Nabi “meninggal” dia bilang “masih hidup”
    dan menurut ane kalau ente mau nyari2 kekurangan Umar dari kata2nya
    maka ente akan segera temukan dalam berbagai kitab hadis

    jangankan Umar ibnu Abbas pun pernah mengatakan Aduwwullah kepada Nauf al-Bikali

    ini hadisnya:

    حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ قَالَ قُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ إِنَّ نَوْفًا الْبِكَالِيَّ يَزْعُمُ أَنَّ مُوسَى صَاحِبَ الْخَضِرِ لَيْسَ هُوَ مُوسَى صَاحِبَ بَنِي إِسْرَائِيلَ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كَذَبَ

    عَدُوُّ اللَّهِ

    حَدَّثَنِي أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ

    al-Imam Bukhari rahimahullâh bercerita, telah berbicara kepada kami al-Humaidi: telah berbicara kepada kami Sufyan: telah berbicara kepada kami Amr bin Dinar: telah berbicara kepadaku Sa’id bin Jubair:

    aku berkata
    sesungguhnya Nauf al-Bikali mengatakan bahwa sesungguhnya Musa as yang berada di tengah kaum Bani Israil bukanlah Musa yang menyertai Nabi al-Khidhr.

    Ibnu Abbas lalu berkomentar,

    “musuh Allah”

    itu telah berdusta!,

    telah berbicara kepadaku Ubai bin Ka’ab bahwa sesungguhnya dia mendengar Rasulullah saw bersabda, ………

    Diriwayatkan oleh Bukhari (4725) dan Muslim (2380)

    Lihat!!!
    ibnu Abbas tanpa bertabayun terlebih dahulu kepada Nauf al-Bikali
    sudah terburu-buru mengatakan ia

    1. aduwullah (musuh Allah)
    2. telah berdusta

    masya Allah!!!
    nauzubillah

    maaf ya….

    tahukan ente siapa Nauf al-Bikali itu

    ane sangat ragu akan “kesyiahan” ente kalau sampai tidak tahu siapa dia dan kedudukan dia dalam agama syiah ente itu??

    coba cari dia di
    biharul anwar, allamah almajlisi jild 74 bab 15
    mauizah amirul mukminin li nauf al-bukali fi eahmah masjid al-kufah hal 383

    ini teksnya:
    baca yang jelas:

    عن نوف البكالي قال : أتيت أمير المؤمنين وهو في رحبة مسجد الكوفة
    فقلت : السلام عليك يا أمير المؤمنين ورحمة الله وبركاته.
    فقال : وعليك السلام يا نوف ورحمة الله وبركاته.
    فقلت له : يا أمير المؤمنين عظني..!!
    فقال : ” يا نوف..!! أحسن يحسن إليك “.
    فقلت : زدني يا أمير المؤمنين..!!

    فقال : ” يا نوف..!! ارحم ترحم “.
    فقلت : زدني يا أمير المؤمنين..!!
    قال : ” يا نوف..!! قل خيرا تذكر بخير “.
    فقلت : زدني يا أمير المؤمنين..!!
    قال : ” اجتنب الغيبة فإنها إدام كلاب النار “.

    ثم قال : قال : ” يا نوف..!! كذب من زعم أنه ولد من حلال وهو يأكل لحوم الناس بالغيبة وكذب من زعم أنه ولد من حلال وهو يبغضني ويبغض الأئمة من ولدي، وكذب من زعم أنه ولد من حلال وهو يحب الزناء وكذب من زعم أنه يعرف الله عز وجل وهو مجتر على معاصي الله كل يوم وليلة.

    يا نوف..!! أقبل وصيتي لا تكونن نقيباً ولا عريفاً ولا عشاراً ولا بريداً.

    يا نوف..!! صل رحمك يزيد الله في عمرك وحسن خلقك يخفف الله في حسابك.

    يا نوف..!! إن سرك أن تكون معي يوم القيامة فلا تكن للظالمين معينا.

    يا نوف..!! من أحبنا كان معنا يوم القيامة، ولو أن رجلاً أحب حجراً لحشره الله معه.
    يا نوف..!! إياك أن تتزين للناس وتبارز الله بالمعاصي فيفضحك الله يوم تلقاه.
    يا نوف..!! احفظ عني ما أقول لك تنل به خير الدنيا والآخرة “.

    dari sini ente akan tahu bagaimaan kedudukan nauf al-bukali ini di hadapan imam Ali..

    tapi anehnya

    eh ibnu Abbas yang jelas2 sepupunya Ali
    mengatakan dia “musuh Allah” dan ia “telah berdusta”

    padahal ibnu abbas adalah syiah Ali (madinah)
    dan nauf juga adalah syiah Ali (kufah)
    keduanya sama2 syiah Ali
    dan Ali sangat menghormati keduanya!!!!
    tapi sayangnya…………………………

    ya seperti yang ente baca dalam tulisan ane di atas

    maka izinkan ane disini mengcopi paste ucapan ente (dengan sedikit perubahan):

    Telah shahih (riwayat bukhari) bahwa Ibnu Abbas memanggil Nauf al-Bukali dengan perkataan “Musuh Allah itu telah berdusta”. Maka hanya ada dua kemungkinan, Nauf al-BUkali memang musuh Allah tetapi jika tidak demikian maka kemungkinan yang satunya perkataan “musuh Allah” itu akan kembali kepada Ibnu Abbas sendiri. Itulah yang dimaksud dengan judul di atas. Siapakah Musuh Allah, apakah Ibnu Abbas ataukah Nauf al-BUkali?. Apa jawabannya, kami cukup bertawaqquf saja karena kalau coba-coba menjawab akan bermunculan para penghina yang seenaknya menuduh orang. Jadi tulisan ini tidak memvonis siapapun, tetapi hanya mengutarakan kebingungan yang dihadapi penulis terkait dengan hadis-hadis di atas. Silakan bagi siapapun yang bersedia memberikan jawaban atau memberikan masukan atau mengkoreksi kalau ada yang keliru dari tulisan di atas. Akhir kata mari berdiskusi dengan kata-kata yang santun sudah bukan zamannya lagi berdiskusi dengan kata-kata spam kotor caci maki hina menghina dan sebagainya. Salam Damai

    hehehe

    heheeheheh

    hahahahahaaha

    wuahahahahahahaahah

    wauhahahaha

    udah ah ane capek ketawa mulu…

    ini azza dulu…..

    salam cinta syiah
    karena ane juga adalah seorang syiah
    alias syiah muawiyah
    muawiyah bin abi sufyan

    hahahahahahaahahahaha
    ahahahahahahaahahaha
    heheheheheheheh
    heheh
    eheh

    udah ah
    capek ane ketwa mulu….

  8. @nyalap
    wah maaf Mas, saya bukan penganut syiah. jadi anda tidak perlu menuduh saya syiah. logika saya kan sederhana soal hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di atas bahwa siapa yang mengatakan “musuh Allah” tetapi bukan demikian maka itu berbalik kepadanya. Nah saya sudah bawakan contohnya antara Umar dan Abu Hurairah, kalau anda membawakan contoh lain seperti Ibnu Abbas dan orang yang bernama Nauf maka itu contoh tambahan, tidak ada masalah. Lain ceritanya kalau anda mau menafikan hadis shahih Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. ehem btw maaf bantahan anda soal sahabat yang munafik kemarin itu mana :mrgreen:

  9. @nyalap,

    hi nyalap? gimana kabarnya? kikiki … ente benar lucu kayak Tukul. Cuma kalo Tukul, quick thingking, ente slow thinking. Cenderung idiot malah … wakakakakakaaaaa …..

    Setelah ente strees dituduh membunuh Umar bin Khattab (dalam balada si Nyalap dalam kisah 1), ditempeleng bokapnya gara-gara teriak Ane ikuttttttt! (dalam balada si Nyalap dalam kisah 2), terus ngeludahin kepalanye pake ludah sendiri biar pinter (dalam balada si Nyalap dalam kisah 3), dan terakhir menyelesaikan puzzle anak umur 3.5 tahun dalam 5 bulan (dalam balada si Nyalap dalam kisah 4), ente kelihatan nya stree berat nih. Ane punya cerita lagi nih, dalam balada si Nyalap dalam kisah 5, ceritanya ente murtad jadi pastor. Mau denger ceritanye gak? tunggu ye … kikikikiiiiiiiiii …..

    jujur mulai sekarang ane tidak mau lagi ngeladenin orang2 yang tak mengenali batas kemampuannya ini…..
    debat ama mereka ngga menghasilkan ilmu pengetahuan sedikitpun
    ih sebel deh

    ciee, ciee, ciee … ente jadi bencong ya sekarang? kikikikiiiiiiiii …. entar ane buatin balada ke 5 deh, waktu ente jadi bencong ….

    thread ane ini akan ane beri judul:
    Siapakah Musuh Allah, Syiah Madinah atau Syiah Kufah?

    Gimane, kalo threadnya kita ubah aja menjadi “Siapa pembunuh Umar bin Khattab? Nyalap ataukah Sumanto” Kayaknya, judul thread ini bakal lebih panas nih ….

    padahal ibnu abbas adalah syiah Ali (madinah)
    dan nauf juga adalah syiah Ali (kufah)
    keduanya sama2 syiah Ali

    Keduanya bukan tokoh utama dalam syiah, dibandingkan Salman Alfarisi, Miqdad, Ammar bin Yassir dan Abu Dzar ra. Kalaupun keduanya menjadi tokoh utama, emang kenape? Biasa aja kali. Gak tabu kok mengkritik sahabat. Emang ente, demi melindungi sahabat, justru ente menghina sahabat. Bahkan kadang2 menghina Nabi.

    Demi membela Muawiye, ente bilang tentang Imam Ali : “Ali telah dihasut oleh kaum Munafik untuk memerangi Muawiye”
    Nyalap, ente bahlul bin ahmaq ! ! ! Demi Muawiye, ente menghina Imam Ali seakan-akan pribadi sekaliber Imam Ali dapat dihasut oleh Munafik.
    Demi membela Utsman, ente bilang tentang Abu Dzar : “Abu Dzar dipengaruhi majussi bahkan paham komunis dengan menyebarkan paham sosialisme”.
    Ente, tolol bin goblok. Ente tidak punya sopan santun dan tidak mau belajar. Sejak kapan paham sosialisme maupun komunisme muncul, Kok bisa tiba-tiba menghasut Abu Dzar ra. Sejak berdirinya Islam, Islam sudah muncul untuk membela kaum lemah dan papa. Tidak ada hubungannya dengan sosialisme, komunisme maupun majussi untuk membela kaum lemah dan papa. Demi kehormatan khalifah Utsma, ente beserta konco-konco kerocomu tega menghina Abu Dzar.

    huhhhh … dasar Nyalap, bersihin tuh ludah dikepala ente…

    Nyokapknya Nyalap : Papa, papa, papa, aku mau keluar nih…
    Bokapnya Nyalap : Tunggu ma, kita keluar bareng ya…
    Nyalap : Aneeeee ikuttttttt! ! !

    Dasar, benar tolol nih nyalap … hehehehe …

  10. @SP,

    ehem btw maaf bantahan anda soal sahabat yang munafik kemarin itu mana

    [Wah si Nyalap pasti geer tuh, ditanggepin sama SP .. Tuh, si nyapal sampe ngeces … bibirnya dower soalnya … wakakakaka…]

    wahhabi/salafy selain ahli membuat ilusi Munafik dan Ijtihad, mereka juga ahli dalam Ilusi Ngeles bak Bajaj. Makanya, gak bakalan ada tuh bantahan tentang sahabat2 munafik dari si Nyalap.

    Tahu kenapa? Soalnye ulama-nya si Nyalap, lagi sibuk ngeluarin fatwa mengutuk para demonstran di Arab Saudi, Bahrain dan Yaman.

    Maklum, bentar lagi, penguasa di tiga negara itu, mau tumbang. Makin kebakaran aja tuh jenggot yang udah morat-marit dan pontang-panting.

    Dasar wahhabi/salafy, bahlullllllllll !!!!!!!!!!!!!!! wakakakaaaaa …

  11. wahaboy pasti jadi keder ngebaca ni hadis….gimana ngga keder (udah emang otaknya keder dikasih hadis ginian yaa tambah celeng)….mreka mau nyalahin Umar waduhh bakalan cilaka umar idola banget dah buat salafywahaboy soalnya setan berani sama Nabi Saww sedangkan ama Umar setan lari terbirit-birit ..eeh nyalahin abuhurairoh dia perawi hadist nomor wahid di buhori-muslim,…cilaka 12 dah….

  12. The answer is ‘Both’

  13. Yang jelas, kita tidak boleh mudah mengatakan seseorang itu musuh Alloh. Termasuk dalam hal ini adalah, kita tidak boleh memvonis seseorang atau suatu golongan (kelompok) dengan kategori sesat, bid’ah tanpa adanya bukti-bukti yang meyakinkan.

    Salam,

    Abu Yusuf

  14. Seharusnya penulis memperhatikan konteks perkataan Umar thd Abu Hurairah dan konteks hadits pengkafiran thd sesama Muslim. Yah namanya juga dalam misi mendiskreditkan sahabat ya mau gmn lg ga bakalan terpikirkan, yg penting ada peluang sikaaat :mrgreen:

    Barang siapa yang memanggil seseorang dengan “kafir” atau berkata “musuh Allah” padahal tidak demikian maka perkataan itu berbalik kepadanya [Shahih Muslim 1/79 no 61]

    Dari hadits tsb saja sdh jelas konteksnya. Yang diaksud hadits di atas adalah berkaitan dengan tuduhan kafir (keluar dari Islam) terhadap saudaranya, jadi “hai musuh Allah” yg dimaksud dalam hadits ini adalah “Hai kafir”.

    hal ini sperti juga hadits2 yg lain konteksnya adalah pengkafiran thd sesama Muslim.

    Diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    “Bila seseorang mengkafirkan saudaranya (yang Muslim), maka pasti seseorang dari keduanya mendapatkan kekafiran itu.[ Hadits shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6104), Muslim (no. 60 (110)), dan at-Tirmidzi (no. 2637).] Dalam riwayat lain: Jika seperti apa yang dikatakan. Namun jika tidak, kekafiran itu kembali kepada dirinya sendiri”.[ HR Muslim no. 60]

    Sedangkan perkataan Umar ra thd Abu Hurairah ra di atas tidak berkenaan dengan pengkafiran tetapi berkaitan dengan pelanggaran syari’at yg diduga telah dilakukan oleh Abu Hurairah karena beliau sepulang bertugas sebagai gubernur Bahrain membawa pulang harta yang cukup banyak yg hal tersebut sangat tidak pantas menurut amirul Mukminin Umar dan menganggapnya sebagai suatu pelanggaran syari’at, saya kira bukan hanya kepada Abu Hurairah Umar pernah berkata semacam itu, tetapi semuanya berkaitan dengan masalah pelanggaran syari’at bukan “musuh Allah” yang berkaitan dg masalah pengkafiran spt yg dimaksud dalam hadits di atas. Jelas Umar tidak mengkafirkan Abu Hurairah, Sehingga perkataan Umar tsb tidak bisa dihukumi dengan hadits tsb. jadi maaf jika usaha anda belum mengena :mrgreen:

    Dari riwayat di atas terlihat bagaimana Abu Hurairah memiliki kesabaran dan kelapangan dada yg luar biasa dan Abu Hurairah tetap mendo’akan pemimpinnya atas peristiwa tsb dan itulah yg semestinya dilakukan dan bagaimana ketegasan dan kewara’an Umar terkait masalah harta dunia. Dibalik ketegasannya, beliau ingin menyelamatkan semua pejabat yang ditunjuknya dari tuntutan di akhirat akibat harta. Dan hal ini beliau peringatkan bukan hanya kpd Abu Hurairah tetapi jg bawahannya yg lain. Tetapi hikmah dr riwayat spt itu ga bakalan terpikirkan selintaspun bagi kaum syi’ah rafidhah, maklum dah negative thinking minded :mrgreen:

  15. Selain perkataan Umar Ibn Khatab, mereka dibawah ini mengatakan Abu Hurairah sebagai pembohong/pendusta,

    1. Abdullah Ibn Umar, ((Ibnu ‘Abdil Barr, Jami’ bayan alilm wa fadhluhu, jilid 2, hlm. 154,)

    2. Ummul Mukminin Aisyah,( Ibnu Qutaibah, alImamah was Siyasah, hlm. 126, 127.)

    3. Imam Ali, (Ibnu Qutaibah, Tawil Mukhtalaf alHadits, hlm. 51.)

    4. Zubair (( Ibnu Katsir, al Bidayah wanNihayah, hlm. 109 )

    Tentukan sekarang, di pihak manakah saudara berada, Abu Hurairah atau Sahabat besar dan Ummul Mukminin

  16. @STB:

    1# Rasul SAW: Barang siapa yang memanggil seseorang dengan “kafir” atau berkata “musuh Allah” padahal tidak demikian maka perkataan itu berbalik kepadanya.

    2# Umar telah berkata kepada Abu Hurairah “wahai Musuh Allah.

    3#Maka: Abu Hurairah Sabar dan Umar Wara’

    ***kesimpulan yang tidak logis alias error.
    Lebih parah lagi anda menyalahkan orang yang berpikir logis.

    #Anda mengakui pernyataan Rasul SAWW dan perkataan Umar tapi anda mengingkari konsekwensi logisnya. Dan ketdaklogisan anda itu anda nilai sebagai HIKMAH.

    Sementara yang Lain berpikir: Kemungkinan “Musuh Allah” bisa kena ke Abu Hurairah atau Umar.” dan kita tidak bisa menetapkan, biarlah itu menjadi urusan Allah.

    Hikmahnya: Menjauhi mengatakan “musuh Allah” kepada orang lain.

  17. @sok tau banget
    orang seperti anda ini adalah orang yang biasa mendistorsi hadis Nabi karena membela sahabat. Saya pribadi tidak merendahkan siapapun di sini.

    Dari hadits tsb saja sdh jelas konteksnya. Yang diaksud hadits di atas adalah berkaitan dengan tuduhan kafir (keluar dari Islam) terhadap saudaranya, jadi “hai musuh Allah” yg dimaksud dalam hadits ini adalah “Hai kafir”.

    maaf kata-kata anda ini kan asal ceplos saja. jelas yang dimaksud dalam hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] adalah siapa yang mengatakan kafir atau berkata “musuh Allah” kepada orang yang ternyata tidak demikian maka perkataan itu berbalik kepadanya. Jadi konteks yang anda maksud itu kan buatan anda sendiri.

    soal ketegasan Umar dan sebagainya yang anda katakan tentu saja baik begitu pula sikap Abu Hurairah. Satu-satunya yang tidak baik menurut saya adalah penggunaan kata “wahai musuh Allah dan musuh islam” kepada Abu Hurairah. menurut anda perkataan “musuh Allah” dan “musuh Islam” kepada seseorang itu baik atau tidak?. btw apa tuh konteksnya perkataan “musuh Allah” jika digandengkan dengan perkataan “musuh islam”. Jadi gak usah buru-buru meradang :mrgreen:

    Saya sendiri juga tidak ada tuh menetapkan siapa “musuh Allah” karena berusaha untuk berhati-hati agar tidak terkena hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Jadi gak ada tuh namanya mendiskreditkan sahabat. Saya tidak pernah tergila-gila dengan sahabat seperti yang anda lakukan sehingga jika ada hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang mengganggu kedudukan sahabat maka hadis itu mesti ditakwilkan. Kali ini anda melakukannya dalih “perhatikan konteksnya” maaf konteks yang anda buat-buat sendiri :mrgreen:

  18. Sp: wah maaf Mas, saya bukan penganut syiah. jadi anda tidak perlu menuduh saya syiah. logika saya kan sederhana soal hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di atas bahwa siapa yang mengatakan “musuh Allah” tetapi bukan demikian maka itu berbalik kepadanya. Nah saya sudah bawakan contohnya antara Umar dan Abu Hurairah, kalau anda membawakan contoh lain seperti Ibnu Abbas dan orang yang bernama Nauf maka itu contoh tambahan, tidak ada masalah. Lain ceritanya kalau anda mau menafikan hadis shahih Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. ehem btw maaf bantahan anda soal sahabat yang munafik kemarin itu mana

    nyalap:

    dulu taqiyah orang syiah ketika ditanya, apa kamu syiah, mereka malah menjawab ana sunni

    sekarang taqiyah syiah agak modern tidak lagi memalingkan jawaban ke kelompok lain
    namun dengan terang mengatakan,

    “maaf Mas, saya bukan penganut syiah”

    jaman memang sudah berubah, cara berpikir generasi syiah pun mulai berubah

    apapun yang diucapkan, intinya hati ane tetap syiah
    hehehehe bukan begitu??!!!

    namun konsekwensi dari perkataan,

    “maaf Mas, saya bukan penganut syiah”

    adalah berpura2 tidak tersingung dengan hadis yang saya bawa, yaitu dimana ibnu abbas mengatakan nauf sebgai musuh Allah

    dan justru malah mendukung apa yang ane katakan!!!
    hehehe
    bisa azza ente!!!!

    tapi maaf ane ga bisa ditipu dengan logika murahan seperti ini…

    dan megnenai bantahan
    orang2 munafik di tengah sahabt itu masih dalam penggarapan ane
    mohon sabar azza….

    salam syiah
    kita ini sama2 syiah
    ente syiah ALi
    ana syiah Muawiyah

    hehehehe

  19. @nyalap
    Terbuka sekarang kedokmu ya
    Ente brkata:salam syiah
    kita ini sama2 syiah
    ente syiah ALi
    ana syiah Muawiyah

    hehehehe

    Supaya ente tahu hadits untuk Ali b. Abi Thalib senua punjian/baik. Sedangkan hadits untuk Muawiyah adalah kutukan/keburukan.
    Karena ente adalah siah Muawiyah, maka bayangkan apa yang terjadi terhadap ente dan bagaimana akhlak ente. Wasalam

  20. @ SP

    wahai sp,
    ane mau tabayun dulu ama ente

    ente bilang,
    sumber hadis di atas adalah

    [Al Mustadrak Ash Shahihain juz 2 no 3327]

    ane udah cari ke sana

    yang ane dapat malah hadis ini

    حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مَنْصُورٍ الْقَاضِي، ثنا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، ثنا أَبُو نُعَيْمٍ، ثنا سُفْيَانُ، عَنْ مَنْصُورٍ.
    وَأَخْبَرَنَا أَبُو زَكَرِيَّا الْعَنْبَرِيُّ، وَاللَّفْظُ لَهُ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ السَّلامِ، ثنا إِسْحَاقُ، ثنا جَرِيرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ، قَالَ: قُلْتُ لأُبَيٍّ: “ف هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأَخْسَرِينَ أَعْمَالا { 103 } الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا { 104 }ق الْحَرُورِيَّةُ هُمْ؟ قَالَ: لا، وَلَكِنَّهُمْ أَصْحَابُ الصَّوَامِعِ، وَالْحَرُورِيَّةُ قَوْمٌ زَاغُوا فَأَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ “، هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ وَلَمْ يُخْرِجَاهُ

    maaf ente ini sumbernya penerbit mana???
    punya ane
    darul kutub ilmiyah beirut, 6 juz cetakan pertama!!!

    maaf sebelumnya

    mohon jangan melakukan pembodohan di sini

    jujur
    merasa tidak puas ane mondar mandir ke sumber2 syiah. mereka yang suka dan lebih dulu dari ente mengutip hadis ini menyebutkan bahwa hadis ini sumbernya,

    الحاكم- المستدرك – كتاب التفسير – رقم الحديث : ( 3327 )

    المستدرك على الصحيحين المؤلف : محمد بن عبدالله أبو عبدالله الحاكم النيسابوري الناشر : دار الكتب العلمية – بيروت الطبعة الأولى، 1411 – 199 تحقيق : مصطفى عبد القادر عطا عدد الأجزاء : 4 مع الكتاب :
    تعليقات الذهبي في التلخيص- (ج 2 / ص 378)ح
    3327

    jujur bro,
    ane udah melakukan pencarian berdasarkan alamt2 yang mereka berikan ini
    namun nihil!!!!

    maaf sebelum ane katakan ente ini tukang tipu
    yang kena tipu dari penipu juga

    alias ente ngutip hadis ini dari sumber syiah
    lalu tidak dicek keberannnya
    tiba2 dengan bangga mengatakn

    [Al Mustadrak Ash Shahihain juz 2 no 3327]

    dan

    Riwayat ini sanadnya shahih.

    welwh2 nanti dulu,

    padahl ane udah mau melakukan jaeh wa ta’dil terhadap rawinya dulu

    namun sayang

    alamt yang ente kasih fiktif!!!!

    persis kaya bom di berita akhir2 ini si pengirimnya fikitif dan alamtnya fikitif

    hehehe

    ane tunggu konfirmasi dari ente

    wasalam

  21. @nyalap
    tdk ada masalah dgn apa yg anda sampaikan ttg riwayat yg berkenaan dgn ucapan ibnu abbas
    keduanya akan menerima konsekwensi klu mereka dalam ucapan yg salah..
    tp mesti anda ingat bhw
    1.disini ada orang ketiga yg bernama sa’id bin jubair..
    2.apakah nauf albikhali ada lah orang yg sama?
    silahkan kita teliti sama2
    tp siap kah anda dgn menerima kenyataan pertengkaran langsung antara umar n abu hurairah??

  22. @nyalap
    soal taqiyah yg anda fitnahkan ke @SP kami minta anda berikan bukti bhw SP membawa faham syiah
    ayo jgn main fitnah klu sdh kalah dalam diskusi n dalil
    dulu anda bw berita yg kami2 ingin ketawa…
    sekarang anda bw fitnah..

  23. @nyalap

    wah terserah anda mau bilang apa. Intinya saya sudah mengakui kepada siapapun yang menuduh saya bahwa saya bukan penganut Syiah. nah kalau anda mau ngotot ya terserah anda. memangnya siapa anda? harus maksa orang gimana-gimana.

    soal referensi, anda itu kalau mau bertanya gak usah berkoar gak jelas, tanya saja baik-baik. Nanti kalau memang ada referensinya anda sendiri yang malu. Saran saya tolong cara berkomentar anda itu lebih sopan sedikit. Kalau kebodohan diiringi pula dengan keangkuhan maka tidak ada lagi yang bisa diharapkan

    supaya lebih gampang anda boleh lihat di situs ini, ini bukan situs Syiah kecuali kalau memang anda menuduh situs itu Syiah maka jadilah ia syiah menurut anda dan mungkin sekalian anda tuduh mereka tukang tipu.
    http://islamport.com/d/1/mtn/1/22/472.html
    silakan lihat no hadisnya 3327 Al hakim dan Adz Dzahabi menyatakan hadis tersebut shahih dengan syarat Bukhari Muslim

    btw soal sahabat yang munafik, kalau memang gak ada bantahan lagi ya udah bilang saja jadi gak ada yang bakal nunggu2. Apa sih yang perlu anda siapkan?. Anda mau cari bahan2 dulu agar bisa membantah? jadi karena sampai saat ini belum ada bahan buat membantah maka anda ngeles dengan alasan “tunggu saja” :mrgreen:

  24. @Nyalap

    Hadits Bukhori muslim yg ente kutip berkaitan dgn Ibnu abbas dan Nauf al bukali kok kgk ente jelasin status periwayatnya seperti @Sp menjelaskan ttg hadits diatas, sehingga jadi fair .

    andaikan itu betul menurut ilmu rijal disunni , ya anda tdk bisa menghukumi hadist sunni pada org syiah.
    Bgmn mungkin dalil sunni anda pakai utk org syiah.secara aturan berdiskusi metode seperti itu lemah. persis seperti Org Kristen berdebat dgn anda kemudian anda menggunakan dalil Al quran sebagai dasar utk mkengkritisi keyakinan mereka.
    jadi seperti jaka sembung jualan balon donk…

    Tolong cari hadits itu diliteratur syiah dan cantumkan juga pendapat ulama syiah ttg hadits yg anda temukan itu…

    semoga anda makin cerdas
    heheheheh….

  25. Sy baru tau @Nyalap ternyata Ahmadiyah

    Salam

  26. @SP

    Saya pribadi tidak merendahkan siapapun di sini.

    Wahh ini khan juga klaim. karena menyebarkan berita benar maupun salah (terlebih membuat analisa) yang berpotensi merusak kredibilitas seseorang itu bisa dimasukkan sebagai merendahkan (terutama oleh pengagumnya).
    Dan sebagai pengikutnya tentu wajar2 saja reaksi marah mereka.
    Kita tidak pernah tahu bahwa bisa saja mereka berdua sudah bermaaf2an (atau bahkan tidak tercatat di sejarah bahwa mrk telah mengclearkan masalah tsb). Sehingga ketika ada dalil2 spt ini memang orang lain akan menilai kembali i’tikad kita.
    Jadi ketika posisi khalifah Umar ra, dan Abu Hurairah ra. menjadi lebih rendah dari yang sekarang mereka miliki (minimal di mata sunni) maka subjektively reaksi sunni wajar2 saja.

    maaf kata-kata anda ini kan asal ceplos saja. jelas yang dimaksud dalam hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] adalah siapa yang mengatakan kafir atau berkata “musuh Allah” kepada orang yang ternyata tidak demikian maka perkataan itu berbalik kepadanya. Jadi konteks yang anda maksud itu kan buatan anda sendiri.

    Suatu teks selalu membawa penafsiran. Mempertimbangkan konteks adalah tindakan yang bijaksana. Tidak masalah apakah konteks itu “buatan sendiri” atau buatan orang lain (yang jelas teks tidak pernah membawa konteksnya sendiri, seseorang harus ada untuk menafsirkan konteksnya), maka selama konteks itu masuk akal dan mmg nyambung maka itu sah2 saja.
    Komentar saya sendiri, adalah konteks yang dibawa oleh STB masuk akal.
    Saya meyakini bahwa konsekuensi berat dari hadits Rasulullah saw akibat/beratnya konsekuensi mengkafir seseorang mestilah krn ucapan tsb mempunyai konsekuensi yang besar pula.
    Nahh jika kita “rasa” ucapan khalifah Umar (musuh Allah) kpd Abu Hurairah ra tidak seberat mengkafirkan, maka layak ditafsirkan bahwa kalimat tsb tidak seberat konteks hadits konsekuensi mengakfirkan.
    Karena jika perkataan khalifah Umar adalah seberat pengkafiran, maka saya pikir sbg seorang khalifah tidak cukup untuk itu. Terlebih lagi jika melihat kesalahan yang dilakukan Abu Hurairah ra (jika itu benar terjadi) tidak layak untuk mendapatkan punishment sekelas pengkafiran.
    Satu fenomena yang alamiah lagi, bahwa “syi’ah” dengan mudah mencaplok hadits2 spt ini, dan sunni menolak (tafsir)nya. Dan sebaliknya juga terjadi.. 🙂

    Salam damai

  27. @sp

    ehem btw maaf bantahan anda soal sahabat yang munafik kemarin itu mana

    wakakaka … wah SP, kalo menunggu jawaban dari si nyalap bencong sih, gak bakalan bisa. Intinya, si Nyalap dan kroco-kroconya, sudah mengakui bahwa dalam peristiwa Tabuk, yang menyerang Nabi Muhammad SAAW adalah para sahabat Nabi sendiri. Case Closed.

    soal ketegasan Umar dan sebagainya yang anda katakan tentu saja baik begitu pula sikap Abu Hurairah. Satu-satunya yang tidak baik menurut saya adalah penggunaan kata “wahai musuh Allah dan musuh islam” kepada Abu Hurairah. menurut anda perkataan “musuh Allah” dan “musuh Islam” kepada seseorang itu baik atau tidak?. btw apa tuh konteksnya perkataan “musuh Allah” jika digandengkan dengan perkataan “musuh islam”. Jadi gak usah buru-buru meradang

    kalo Umar yang mengatakan “Wahai Musuh Allah”, ya menurut Salafy sih bagus. Makanya mereka sering banget mengeluarkan kata2 “Wahai Musuh Allah”. Wong diajarinnya gitu. Salafy ini memang mazhab memalukan. Kerjaannya kalo gak mengakfirkan orang islam lainnya, pasti bikin bom. Tukang bom yang anusnya corong, juga pasti wahhabi/salafy.
    Kebiasaan mereka memang begitu, sok menang sendiri. Sekarang aja, si Nyalap udah jadi bencong.
    Balada si Nyalap.
    Kisah ke-5
    Alkisah, setelah si Nyalap stress IPA-nya dapat jelek, dan hanya mampu mengerjakan puzzle untuk anak umur 3.5 selama 5 bulan, si Nyalap beranjak dewasa. Kebetulan, si Nyalap akrab banget sama Noordin M Top (waktu belum jadi bomber dan masih hidup). Saat itu keduanya lagi berjalan lah didalam Mal.
    Tiba-tiba terdengar suara “boh, boh, boh”. Ternyata si nyalap Kentut.
    Nyalap : Eh maaf ya sayang, aku kentut.
    Noordin: Gak papa sayang. Biasa lah itu.
    Nyalap : Jangan panggil-pangil sayang dong. Kan malu diliat orang …
    Keduanya berjalan terus sambil meliat isi Mal. Tiba-tiba terderngar lagi suara “boh, boh, boh”. Ternyata sekarang si Noording yang kentut.
    Noordin: Eh maaf ya sayang, sekarang aku kentut.
    Nyalap : Aaaaah, sekarang kamu yang panggil aku sayang … (sambil cemberut manja). Gak pa-pa sayang. Aku tadi juga kentut kok.

    Tiba-tiba, dari belakang ada orang lari-lari terbirit mencari toilet. Sambil lari terdengar suara : “pret, pret, pret, pret ….” Si orang tersebut kentut.
    Sambil cemberut, keduanya (si Nyalap dan si Noordin) berkata bersama-bersama : Uh, DASAR PERAWAN ! ! !

    Begitulah, nasih si Nyalap. Setelah strees ditempeleng bokapnya, si Nyalap jadi homo dan menjadin pacar Noordin M Top. Tadinya si noordin bukan wahhabi dan si Nyalap masih normal. Gara-gara saling tertarik, si Nyalap jadi homo dan si Noordin jadi wahhabi/salafy. Cuma si Noording jadi wahhabi ekstrim sampe ngebom-ngebom segala. Mungkin si Noording bosen kali ngeboom si Nyalap.

    Uhhhh, inilah hidup. Oh ya, bagi temen2 yang belum membaca balada si Nyalap episode 1-4, nanti ane kompilasi ya. Lucu-lucu deh pokoknya.

  28. @truthseeker

    Sudut pandang saya disini jelas bukan merendahkan siapapun. Kalau saya memang bertujuan merendahkan salah satu sahabat saya bisa saja menjwab langsung “judul” di atas. Tetapi fokus saya bukan disitu.

    Terdapat hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang shahih bahwa seorang muslim harus berhati-hati menggunakan kata “kafir” atau “musuh Allah”. Ini adalah dua kata yang berbeda tetapi konsekuensinya sama-sama berat bahwa jika orang yang tertuju tidak demikian maka perkataan itu kembali kepada dirinya sendiri.

    Saya pribadi merasa heran dengan sikap Umar yang mengucapkan kata “musuh Allah dan musuh Islam” kepada Abu Hurairah terkait insiden “harta” itu. Bagi saya pribadi ucapan ini jelas tidak selaras dengan hadis Rasulullah [shallallahu ‘ alaihi wasallam] yang saya kutip.

    Perkara ada orang yang mau merendahkan salah satu sahabat dengan hadis ini maka itu urusannya sendiri karena saya tidak pernah mengajak demikian bahkan di dalam diskusi disini saya menjelaskan duduk persoalannya dari sudut pandang saya.

    Reaksi-reaksi salafiyun adalah wajar dan sudah bisa diperkirakan. Bukankah bisa dilihat demi membela sahabat, hadis yang maknanya jelas disimpangkan dengan konteks yang dibuat sendiri. hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] itu diperuntukkan tidak hanya bagi sahabat tetapi juga bagi seluruh umat islam agar berhati-hati dalam memanggil sebutan “musuh Allah” karena kita tidak tahu apakah memang benar ia demikian [walaupun ia melakukan kesalahan]? Misalnya di sisi Allah SWT ia bukan demikian maka perkataan itu berbalik kepada yang mengucapkan.

    Jadi tidak ada dasarnya konteks yang dibuat-buat. Ucapan “kafir” dan ucapan “musuh Allah” adalah ucapan yang berat. Terlepas dari kesalahan orang tersebut seharusnya seseorang berhati-hati mengucapkan perkataan seperti itu.

    Kembali ke hadis di atas sangat jelas Umar tidak bermaksud menuduh Abu Hurairah kafir, tetapi Umar tidak suka dengan penyimpangan yang dilakukan Abu Hurairah [menurut Umar]. nah ketidak sukaan Umar ini terceplos dalam ucapannya “musuh Allah dan musuh islam”. Ucapan ini sudah jelas sangat berat dan ini tidak sesuai dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Penjelasan yang baik disini adalah Umar melakukan kesalahan dalam ucapannya dan tidak selaras dengan sabda Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Jadi yang benar adalah mengkoreksi sahabat dengan berpegan pada hadis shahih Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bukannya membuat agar hadis shahih itu ditafsirkan agar tidak memberatkan sahabat Nabi

    Pertanyaan itu sebenarnya tidak perlu dijawab, karena bagi seorang yang kritis setelah membaca hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang saya kutip maka mereka tidak akan mudah menjawab pertanyaan itu. lebih baik diam karena bisa jadi jawaban itu malah berbalik kepada dirinya sendiri. Komentar yang dikemukakan oleh saudara Yusuf di atas itu soal “Hikmah yang ia kemukakan” dan “kita tidak bisa menetapkan jawaban pertanyaan itu maka lebih baik diam” itu yang saya suka. Menurut saya Dia bisa memahaminya dengan cukup baik

  29. @wahabi kampret
    Maaf, saya harap agar anda tidak usah terus-terusan berkomentar seperti itu. Komentar aneh si Nyalap saja saya gak enak ngelihatnya kemudian ditambah komentar aneh lainnya. semoga bisa dimaklumi 🙂

  30. SP:
    wah terserah anda mau bilang apa. Intinya saya sudah mengakui kepada siapapun yang menuduh saya bahwa saya bukan penganut Syiah. nah kalau anda mau ngotot ya terserah anda. memangnya siapa anda? harus maksa orang gimana-gimana.

    Nyalap:
    ya sudah kalo ngga mau ngaku. ngga afa2, ane ngga maksa ente. lagi pula ane bukan JAKSA PENUNTUT UMUM….HEEHEHEH
    beres khan. kalo kata gus dur:
    iih Githu azza kok refot

    SP:
    soal referensi, anda itu kalau mau bertanya gak usah berkoar gak jelas, tanya saja baik-baik. Nanti kalau memang ada referensinya anda sendiri yang malu. Saran saya tolong cara berkomentar anda itu lebih sopan sedikit. Kalau kebodohan diiringi pula dengan keangkuhan maka tidak ada lagi yang bisa diharapkan

    Nyalap:
    ane terima omongan ente ini sebagai “saran” untuk kelangsungan diskusi ini ke depan
    tapi ane ga terima bila dijadikan “pembenaran” ente

    pertama, ente bilang
    referensinya:
    Al Mustadrak Ash Shahihain juz 2 no 3327]

    tapi tidak mengatakan:
    http://islamport.com/d/1/mtn/1/22/472.html

    dan setelah di cek di
    http://islamport.com/d/1/mtn/1/22/472.html

    situs ini malah bilang referensinya adalah
    المستدرك بتعليق الذهبي

    dan ane pun mencek al-mustadrak yang tanpa ta’liq zahabi
    berbekal petunjuk dari situs ini
    ternyata hadis ini ada pada nomor
    3254

    lha jelas beda kan. harusnya ente tulis begini
    (ini cuma saran azza dari ane, kalau diterima syukur ga terima ga jadi masalah lah buat ane, githu azza kok reffot)

    Al Mustadrak Ash Shahihain ta’liq adz-dzahabi juz 3 no “3254”
    bukan Al Mustadrak Ash Shahihain (tanpa ta’liq) juz 2 no 3327

    biar pembaca ngga bingung gitu loh

    dan kalaupun ngotot harus nomor 3327

    harusnya ente menyebutkan sebagaimana yang disebutkan
    http://islamport.com/d/1/mtn/1/22/472.html

    al-mustadrak bita’liq azzahabi no 3327
    mirqam aliya (penomoran secara mekanik)

    perlu ente tahu
    situs ini tidak menyebutkan dengan jelas
    dari penerbit mana kitab al-mustadrak ini disalin….
    tiba2 menyebut nomor: 3327 dan berkata “mirqam aliya”

    ana (nyalap) kan hanya melakukan klarifikasi bahwa di
    kitab :
    Al Mustadrak Ash Shahihain juz 2 no 3327]
    tidak ada hadis yang ente sebutkan itu
    dari kitab2 penerbit timur tengah

    apa ini sesuatu yang salah???
    ane yang salah ngutip referensi atau ente???

    mungkin akan berbeda cerita bila ente langsung menyebutkan referensinya:

    http://islamport.com/d/1/mtn/1/22/472.html
    hadis no: 3327

    selesai khan!!!!
    beres kan

    sori ini cuma saran ya!!!
    untuk kebaikan diskusi kita seterusnya
    (tapi ngomong2, kalo ente berani jawab, selain dari situs itu, kalau dari kitab yang diterbitkan oleh penerbit timur tengah, Ente ngutip hadis itu dari penerbit mana??? Kasih tahu dong!!!)

    SP:
    btw soal sahabat yang munafik, kalau memang gak ada bantahan lagi ya udah bilang saja jadi gak ada yang bakal nunggu2. Apa sih yang perlu anda siapkan?. Anda mau cari bahan2 dulu agar bisa membantah? jadi karena sampai saat ini belum ada bahan buat membantah maka anda ngeles dengan alasan “tunggu saja”

    nyalap:
    sori jangan jadikan ini sebagai kabar gembira buat ente…
    soalnye bahan ane udah punya
    ane memang belum sempat melanjutkan bantahan ane ke ente.
    itu azza
    tunggu tanggal mainnya azza
    tapi ente semua ini ga ada sabarnya!!!!! Persis kayak rahbar2 syiah yang pengen nikah mut’ah pada ga sabaran hehehehehehe

  31. @ ٍSP
    ane ga tahu neh alsan ente udah pake “moderasi”
    apa takut menahan malu karena punya orang seideologi semacam wahabi_kampret atau siapa lah

    btw

    ga usalah pake moderasi segala
    wahabi_kampret juga udah ente tegur kan

    jadi ga usah takut lah

  32. @nyalap

    ya sudah kalo ngga mau ngaku. ngga afa2, ane ngga maksa ente. lagi pula ane bukan JAKSA PENUNTUT UMUM….HEEHEHEH
    beres khan. kalo kata gus dur:
    iih Githu azza kok refot

    gampang memfitnah tp ketika diminta bukti eh.. ngomong busuk (bilang sp g mau ngaku)
    ini sifat busuk org2 wahabi susah utk meminta maaf n mudah utk memfitnah n memvonis

    tapi ente semua ini ga ada sabarnya!!!!! Persis kayak rahbar2 syiah yang pengen nikah mut’ah pada ga sabaran hehehehehehe

    betulkan kata2 sy wahabi mudah memfitnah n memvonis

  33. @nyalap
    maaf anda gak usah banyak bicara yang bukan-bukan, rasanya belum ada satupun komentar anda yang tidak saya tampilkan. Daripada begitu lebih baik anda berikan bantahan [soal sahabat munafik] yang sudah anda banggakan dari kemarin-kemarin itu 🙂

  34. @SP

    Reaksi-reaksi salafiyun adalah wajar dan sudah bisa diperkirakan. Bukankah bisa dilihat demi membela sahabat, hadis yang maknanya jelas disimpangkan dengan konteks yang dibuat sendiri.

    Saya tidak menyangkal itu. Namun saya juga tidak mau mengeneralisasi. Terutama di topik ini, reaksi mereka saya anggap wajar.

    hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] itu diperuntukkan tidak hanya bagi sahabat tetapi juga bagi seluruh umat islam agar berhati-hati dalam memanggil sebutan “musuh Allah” karena kita tidak tahu apakah memang benar ia demikian [walaupun ia melakukan kesalahan]? Misalnya di sisi Allah SWT ia bukan demikian maka perkataan itu berbalik kepada yang mengucapkan.
    Jadi tidak ada dasarnya konteks yang dibuat-buat. Ucapan “kafir” dan ucapan “musuh Allah” adalah ucapan yang berat. Terlepas dari kesalahan orang tersebut seharusnya seseorang berhati-hati mengucapkan perkataan seperti itu.

    1. Saya setuju bahwa kita harus berhati2 dengan segala ucapan kita. Namun, tetap saja menafsirkan teks dengan melihat konteks adalah lebih baik/bijak. Misal saja contoh yang ekstrim adalah ucapan musuh Allah dengan (konteks) bercanda (bukan saya membenarkan bercanda spt itu), saya hanya ingin menunjukkan adanya kemungkinan perbedaan konteks.
    Sehingga saya melihat masih ada peluang adanya perbedaan konteks, yang menyebabkan saya tidak gegabah mereka terkena konsekuensi hadits Rasulullah.
    2. Makna musuh Allah sendiri adalah makna yang masih sangat luas yang masih bisa diperdebatkan arti bakunya. Sedang makna kafir yang begitu bakupun masih mempunyai pemahaman yang berbeda baik dalam AQ maupun hadits (bergantung dari konteks).
    Jadi alasan kedua juga membuat saya tidak gegebah menisbahkan konsekuensi hadits tsb kepada keduanya.

    Kembali ke hadis di atas sangat jelas Umar tidak bermaksud menuduh Abu Hurairah kafir, tetapi Umar tidak suka dengan penyimpangan yang dilakukan Abu Hurairah [menurut Umar]. nah ketidak sukaan Umar ini terceplos dalam ucapannya “musuh Allah dan musuh islam”.

    Nahh ternyata SP pun “sepaham” dengan saya. Dan saya pikir ada hukumnya sendiri untuk keceplos, tidak sengaja, sedang marah dll.

    Ucapan ini sudah jelas sangat berat dan ini tidak sesuai dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

    Sangat berat adalah suatu yang kualitatif dan subjektif, oleh karenanya saya tidak berani menisbahkan sesuatu yang begitu berat (comot hadits dan tempelkan di kasus), sedangkan kita setuju bahwa itu (bisa saja) keceplosan. Dengan tempramen spt khalifah Umar kayaknya musuh Allah tidak akan dibiarkan keluyuran.

    Penjelasan yang baik disini adalah Umar melakukan kesalahan dalam ucapannya dan tidak selaras dengan sabda Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Jadi yang benar adalah mengkoreksi sahabat dengan berpegan pada hadis shahih Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bukannya membuat agar hadis shahih itu ditafsirkan agar tidak memberatkan sahabat Nabi

    Lhoo bukankah itu yang sedang dikatakan oleh STB???
    STB said:

    Sedangkan perkataan Umar ra thd Abu Hurairah ra di atas tidak berkenaan dengan pengkafiran tetapi berkaitan dengan pelanggaran syari’at yg diduga telah dilakukan oleh Abu Hurairah karena beliau sepulang bertugas sebagai gubernur Bahrain membawa pulang harta yang cukup banyak yg hal tersebut sangat tidak pantas menurut amirul Mukminin Umar dan menganggapnya sebagai suatu pelanggaran syari’at,

    Saya pikir ini penjelasan yang cukup, bagi mereka yang masih berusaha menjaga etika thd “sahabat” Rasul.

    Salam damai

  35. @nyalap
    saya kebetulan punya kitab ‘al-mustadrak’ imam Hakim. Terbitan dar al kutub al ilmiyah, th 2002. Apa yg dikutip ‘secondprince’ betul 100%. No hadis 3327, h. 378 jld 2 !!

  36. @nyalap
    saya kebetulan punya kitab ‘al-mustadrak’ imam Hakim. Terbitan dar al kutub al ilmiyah, th 2002. Apa yg dikutip ‘secondprince’ betul 100%. No hadis 3327, h. 378 jld 2 !!

    Dan buat @WK berhentilah melakukan penghinaan seperti itu!

  37. @SP

    Maaf, saya harap agar anda tidak usah terus-terusan berkomentar seperti itu. Komentar aneh si Nyalap saja saya gak enak ngelihatnya kemudian ditambah komentar aneh lainnya. semoga bisa dimaklumi

    Oke SP. Noted. Ane cuma pingin merasakan jadi Nyalap. Ternyata enak juga berpura-pura jadi tolol .. 😀 Kalo nyalap si tolol beneran … wakakakaaa ….

    @nyalap,

    ane ga tahu neh alsan ente udah pake “moderasi”
    apa takut menahan malu karena punya orang seideologi semacam wahabi_kampret atau siapa lah

    Ane kasihan sama ente, Nyalap. SP tuh sebenarnya nyindir ente. Coba baca lagi deh dengan teliti. Udah ane quote tuh …

    Ente harusnya merasa tersanjung, masih dikomentari sama si SP, the living legend. Lah, ente, IPA aja dapat 4, nyelesaian puzzle aja butuh waktu 5 bulan, udah gitu kalo kentut bunyinya “boh, boh, boh”…. kikiiikikiiiiiii …

    Persis kayak rahbar2 syiah yang pengen nikah mut’ah pada ga sabaran hehehehehehe

    Aduhhh … ane tambah kasihan lagi sama ente, Nyalap. Rahbar itu cuma satu didunia, jadi bukannya banyak. Coba lihat lagi deh tulisan ente. Ente menyangka rahbar itu banyak kan? Kasihan ane sama ente. Gak tahu kalo dirinya tolol, udah gitu pake acara ketawa lagi .. kikikikiiiiiiii …

    Btw, teruskan postinganmu, buat hari2ku ceria dengan kelucuanmu … kikikiiiiiiii ……

  38. kalau menurut sp : Umar salah karena mengucapkan “musuh Allah” kepada Abu Hurairah. sp bilang umar keceplosan,

    saya : keceplosan itu sudah gak pantes untuk ukuran sahabat utama yang katanya deket sama Nabi saaw. Sahabat yang mendengar hadis dari Nabi saaw agar hati-hati berucap kafir atau musuh Allah masa’ bisa keceplosan harusnya hati-hati dong mengamalkan sunnah. Tegas sih tegas tapi jangan kebablasan : menegakkan hukum tetapi sambil caci maki, akhlak bagus buat teladan, gitu huh

    sebelum caci maki mbok tabayun dulu, memangnya Abu Hurairah itu orang kecil, ndak dia diakui sahabat utama yang deket sama Nabi saaw juga. Mentang salah eeeh langsung nuduh “musuh Allah”

    huh nanti ada ulama wahabi main bilang kafir atau musuh Allah pada ulama syiah, dibilang keceplosan juga, apa gunanya ntu hadis kalau dikit dikit bilang keceplosan. sorry bro sp : gak sepakat

  39. @truthseeker

    Saya tidak menyangkal itu. Namun saya juga tidak mau mengeneralisasi. Terutama di topik ini, reaksi mereka saya anggap wajar.

    Yup memang wajar tetapi memang begitulah yang biasa mereka lakukan. walaupun wajar tetap saja tidak benar. Saya masih belum melihat adabenarnya jika seseorang membela kesalahan sahabat dengan mendistorsi hadis Nabi.

    1. Saya setuju bahwa kita harus berhati2 dengan segala ucapan kita. Namun, tetap saja menafsirkan teks dengan melihat konteks adalah lebih baik/bijak. Misal saja contoh yang ekstrim adalah ucapan musuh Allah dengan (konteks) bercanda (bukan saya membenarkan bercanda spt itu), saya hanya ingin menunjukkan adanya kemungkinan perbedaan konteks.

    apapun konteksnya tetap tidak ada satupun yang membuat perkataan atau ucapan tersebut bisa dianggap benar. Hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] jelas bersifat umum, tidak ada konteks apapun yang mengizinkan atau memaklumi ucapan “musuh Allah” kepada saudara sesama muslim. Itu yang saya pahami dari hadis di atas.

    Baik dalam situasi serius atau bercanda atau karena orang tersebut melakukan kesalahan atau pelanggaran syariat, siapapun harus berhati-hati untuk tidak mengucapkan lafaz “musuh Allah” kepada saudaranya sesama muslim.

    Apakah karena menurut Umar, Abu Hurairah melakukan pelanggaran syariat lantas Umar merasa pantas untuk mengucapkan kepada Abu Hurairah “wahai musuh Allah”. Jadi saya menilai ucapan Umar itu adalah kesalahan dan itu tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]

    Sehingga saya melihat masih ada peluang adanya perbedaan konteks, yang menyebabkan saya tidak gegabah mereka terkena konsekuensi hadits Rasulullah.

    Kalau soal terkena konsekuensi hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] saya tidak tahu, jelas bukan urusan saya disitu. Orang yang sibuk di masalah itu justru terjebak dengan pertanyaan judul di atas. Soal konsekuensi semuanya adalah ketetapan Allah SWT.

    Hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] itu harus dipahami bahwa terdapat larangan mengucapkan lafaz “musuh Allah” kepada saudaranya sesama Muslim. Walaupun misalnya seorang muslim itu melakukan kesalahan tetap saja harus berhati-hati. Siapa sih yang tahu apakah seseorang muslim tertentu adalah musuh Allah atau bukan?. tidak ada konteks atau situasi yang tidak termasuk dalam lingkup hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

    2. Makna musuh Allah sendiri adalah makna yang masih sangat luas yang masih bisa diperdebatkan arti bakunya. Sedang makna kafir yang begitu bakupun masih mempunyai pemahaman yang berbeda baik dalam AQ maupun hadits (bergantung dari konteks).

    Seandainya pun maknanya luas, saya yakin perbedaan itu tidak terlalu tajam. Lagipula hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] itu jelas kok. Apakah harus ada makna “musuh Allah” tertentu yang dimaksud dalam hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. bagi saya ini perkara yang simpel, ucapan “musuh Allah” itu gak layak dikeluarkan kepada saudara sesama muslim kecuali jika orang yang mengucapkan itu adalah orang yang terjaga lisannya seperti Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] atau Ahlul Bait karena ucapan mereka pasti berasal dari petunjuk Allah SWT dan jika memang ada seseorang dikatakan Mereka sebagai “musuh Allah” maka memang begitulah keadaan mereka walaupun pada zahirnya mereka mengaku muslim.

    Jadi alasan kedua juga membuat saya tidak gegebah menisbahkan konsekuensi hadits tsb kepada keduanya

    Baik saya dan Mas, sama-sama tidak gegabah menisbahkan konsekuensi hadis tersebut kepada keduanya. Bedanya alasan saya karena saya tidak tahu hakikat mereka berdua di sisi Allah SWT dan saya sendiri berusaha untuk mengamalkan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di atas. Kalau saya sembarangan menetapkan konsekuensi maka tidak ada bedanya dengan sembarangan mengucapkan kata “musuh Allah”.

    Nahh ternyata SP pun “sepaham” dengan saya. Dan saya pikir ada hukumnya sendiri untuk keceplos, tidak sengaja, sedang marah dll.

    Yah mungkin, kalau yang dimaksud tidak sengaja, sedang marah atau keceplosan, itu semua hanya Allah SWT yang tahu. Soal hukumnya saya tidak tahu. Saya cuma mikir orang yang keceplosan atau tidak sengaja atau sedang marah terus berkata”kafir” atau “musuh Allah” kepada sesama muslim, itu orang yang bagaimana sih?. Saya pribadi tetap berpendapat itu gak boleh, dan keceplosan itu bukanlah sesuatu penyakit yang merupakan bawaan dari lahir sehingga tidak bisa diubah sehingga tidak ada yang bisa dilakukan selain memakluminya.

    Adanya hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di atas seharusnya menjadi tameng yang kuat bagi seorang muslim untuk tidak keceplosan mengucapkan “musuh Allah” kepada saudaranya sesama muslim.

    Lhoo bukankah itu yang sedang dikatakan oleh STB???

    Saya, Mas dan STB itu sama-sama mengakui kalau ucapan Umar tersebut karena menurutnya Abu Hurairah melakukan pelanggaran syariat. Bedanya saya dengan STB adalah saya menganggap ucapan Umar itu tidak layak dan tidak sesuai dengan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di atas. Kalau STB, mas bisa lihat sendiri perkataannya

    Sedangkan perkataan Umar ra thd Abu Hurairah ra di atas tidak berkenaan dengan pengkafiran tetapi berkaitan dengan pelanggaran syari’at yg diduga telah dilakukan oleh Abu Hurairah karena beliau sepulang bertugas sebagai gubernur Bahrain membawa pulang harta yang cukup banyak yg hal tersebut sangat tidak pantas menurut amirul Mukminin Umar dan menganggapnya sebagai suatu pelanggaran syari’at, saya kira bukan hanya kepada Abu Hurairah Umar pernah berkata semacam itu, tetapi semuanya berkaitan dengan masalah pelanggaran syari’at bukan “musuh Allah” yang berkaitan dg masalah pengkafiran spt yg dimaksud dalam hadits di atas. Jelas Umar tidak mengkafirkan Abu Hurairah, Sehingga perkataan Umar tsb tidak bisa dihukumi dengan hadits tsb.

    Bagi STB gak ada masalah dengan ucapan Umar “musuh Allah” karena itu konteksnya bukan karena Umar menuduh kafir tetapi karena Umar menuduh Abu Hurairah melanggar syariat. Jadi STB menganggap Umar sudah biasa mengucapkan itu tidak hanya kepada Abu Hurairah pokoknya siapapun yang melanggar syariat menurut Umar maka Umar biasa mengucapkannya seperti perkataan STB saya kira bukan hanya kepada Abu Hurairah Umar pernah berkata semacam itu, tetapi semuanya berkaitan dengan masalah pelanggaran syari’at bukan “musuh Allah” yang berkaitan dg masalah pengkafiran

    Intinya STB itu membuat batasan sendiri jika perkataan “musuh Allah” itu untuk pelanggaran syariat maka itu tidak mengapa, tetapi jika “musuh Allah” itu untuk pengkafiran maka baru dihukum oleh hadis di atas.

    Maaf, bagi saya hadisnya tidak seperti itu. Hadis tersebut mengatakan siapa yang berkata “kafir” atau berkata “musuh Allah” kepada orang yang ternyata ia tidak demikian maka perkataan itu kembali padanya. Jadi dari hadis ini terdapat larangan

    1. mengucapkan “kafir” kepada sesama muslim
    2. mengucapkan “musuh Allah” kepada sesama muslim.

    Demi membela Umar STB mengatakan bahwa “musuh Allah” itu jika terkait kekafiran saja. Jika tidak terkait kekafiran maka itu tidak termasuk yang dimaksud hadis di atas. Lantas apa bedanya dengan mengatakan yang dimaksud “kafir” disana adalah kafir yang menjadi musuh Allah. Jika perkataan “kafir” itu bukan menjadi “musuh Allah” maka itu bukan yang dimaksud hadis di atas. Jadi kalau ada seorang mengatakan kafir kepada saudaranya tetapi tidak bermaksud menuduh saudaranya itu musuh Allah maka itu tidak termasuk dalam hadis diatas. Maaf saya tidak menyetujui distorsi hadis yang seperti ini.

    Saya pikir ini penjelasan yang cukup, bagi mereka yang masih berusaha menjaga etika thd “sahabat” Rasul.

    apakah dalam penjelasan saya itu terdapat sesuatu yang menunjukkan tidak menjaga etika terhadap sahabat?. Jika saya mengatakan perkataan sahabat itu tidak pantas atau tidak layak karena bertentangan dengan sabda Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] apakah itu berarti saya tidak menjaga etika terhadap sahabat.

    Lantas orang yang membela sahabat Rasulullah walaupun pada akhirnya menyimpangkan makna hadis apakah itu yang dimaksud menjaga etika terhadap sahabat.

    @efdal

    sudahlah si nyalap itu jangan ditanggpi serius. Nanti anda dapat pula getahnya berbagai komentar aneh si nyalap kepada anda.

    @wahabi kampret

    terimakasih atas kesediannya 🙂

    @dede

    saya : keceplosan itu sudah gak pantes untuk ukuran sahabat utama yang katanya deket sama Nabi saaw. Sahabat yang mendengar hadis dari Nabi saaw agar hati-hati berucap kafir atau musuh Allah masa’ bisa keceplosan harusnya hati-hati dong mengamalkan sunnah. Tegas sih tegas tapi jangan kebablasan : menegakkan hukum tetapi sambil caci maki, akhlak bagus buat teladan, gitu huh

    Saya ambil simpel saja, ucapan Umar itu keliru, tidak layak ia berkata kepada Abu Hurairah “musuh Allah” karena itu tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah [shallalahu ‘alaihi wasallam]

    huh nanti ada ulama wahabi main bilang kafir atau musuh Allah pada ulama syiah, dibilang keceplosan juga, apa gunanya ntu hadis kalau dikit dikit bilang keceplosan. sorry bro sp : gak sepakat

    ah apanya yang gak sepakat masbro, baca dulu baik-baik. Kayaknya penyampaianmu saja yang beda intinya masih klop tuh, kita sama-sama sepakat bahwa ucapan “musuh Allah” itu gak pantas dikeluarkan kepada saudara sesama muslim. btw kabarnya baik-baik saja ya 😛

  40. @SP

    Saya masih belum melihat adabenarnya jika seseorang membela kesalahan sahabat dengan mendistorsi hadis Nabi.

    Ahhh..rasa2nya bukan disebut membela kesalahan sahabat. Dengan beretika thd sahabat kita juga beretika kpd Rasulullah saw. Mencoba melihat suatu peristiwa dari sisi yang berbeda tidak bisa serta merta dikatakan membela kesalahan sahabat.
    Saya belum paham yang dimaksud mendistorsi hadits di masalah ini.

    apapun konteksnya tetap tidak ada satupun yang membuat perkataan atau ucapan tersebut bisa dianggap benar. Hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] jelas bersifat umum, tidak ada konteks apapun yang mengizinkan atau memaklumi ucapan “musuh Allah” kepada saudara sesama muslim. Itu yang saya pahami dari hadis di atas.

    Wahh rasa2nya tidak ada perkataan saya (mungkin juga STB) yang membenarkan ucapan tsb. Yang ada adalah bahwa kita berhati2 tidak mau mengomentari/menjudge sesuatu yang diluar level kita. Rasanya itu suatu yang lumrah pada mereka yang sedang beretika/berakhlak kpd seseorang (sering juga saya jumpai SP melakukan itu kpd seseorang yg SP hormati). Misal saja jika saya berhadapan dg orang yang saya tuakan (hormati) maka (akhlak/etika) saya akan berhati2 dalam mengomentari/menjudge apa2 yang dia lakukan/ucapkan.
    Wahhh kalau SP menutup permakluman atas sesuatu, saya mau bilang apa lagi.. :). Namun yang saya tahu Allah, Rasul-Nya dan ahlul bayt masih punya itu.. 🙂
    Kalau SP tidak mau melihat konteks, maka tidak bisa donk disalahkan mereka yang masih melihat konteks. Bagi saya bahkan melihat konteks adalah harus, agar tidak terjebak dalam ekstrimisme (hitam putih). Tadinya saya pikir tanpa konteks hanya milik wahaby.. :mrgreen:
    Dan saran saya SP jangan terlalu cepat menjudge semua yang sedang mencoba menafsirkan suatu teks yang seolah2 merendahkan/menyalahkan sahabat sebagai sedang membela kesalahan sahabat ataupun mendistorsi hadits.
    memang ada beberapa teman2 dari sunni yang menafsirkan teks hanya dalam rangka membela ataupun meyakini bahwa sahabat sempurna/maksum.
    Yang saya pahami adalah bukan spt itu. Yang saya pahami adalah bahwa semua bermuara kepada bgm kita berakhlak kpd Rasulullah, nahh salah satunya adalah berakhlak kepada sahabat2nya.

    Demi membela Umar STB mengatakan bahwa “musuh Allah” itu jika terkait kekafiran saja. Jika tidak terkait kekafiran maka itu tidak termasuk yang dimaksud hadis di atas. Lantas apa bedanya dengan mengatakan yang dimaksud “kafir” disana adalah kafir yang menjadi musuh Allah. Jika perkataan “kafir” itu bukan menjadi “musuh Allah” maka itu bukan yang dimaksud hadis di atas. Jadi kalau ada seorang mengatakan kafir kepada saudaranya tetapi tidak bermaksud menuduh saudaranya itu musuh Allah maka itu tidak termasuk dalam hadis diatas. Maaf saya tidak menyetujui distorsi hadis yang seperti ini.

    Saya sampai sekarang belum paham dengan inkosistensi SP.
    Jika Sy. Umar keceplosan, apakah maka beliau terkena hadits tsb, yaitu either Abu Hurairah ra musuh Allah atau Sy Umar menjadi musuh Allah. Jika SP mengakui itu adalah keceplosan, maka saya rasa bukan konteks itu yang dimaksud Rasulullah. Kalau SP merasa itu tidak pakai konteks2an (pokoknya anak kecil yang tidak mengertipun akan terkena) wahhh saya jadi bingung lagi, bukankah tidak ada istilah keceplosan kalau begitu.
    Hal2 seperti itu (keceplosan) saya anggap sebagai suatu yang lumrah terjadi pada manusia biasa.
    Inikan tafsir, dimana distorsinya? Apakah ketika mempertimbangkan konteks maka itu masuk dalam kategori distorsi? Bukankah banyak ijtihad ataupun fatwa ulama yang berdasarkan konteks yang berbeda sehingga menghasilkan hukum/mazhab yang berbeda.

    apakah dalam penjelasan saya itu terdapat sesuatu yang menunjukkan tidak menjaga etika terhadap sahabat?. Jika saya mengatakan perkataan sahabat itu tidak pantas atau tidak layak karena bertentangan dengan sabda Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] apakah itu berarti saya tidak menjaga etika terhadap sahabat.

    hehehe bicara etika atau akhlak tidaklah sezaklek itu. Etika itu memang selalu berbenturan dengan benar salah (subjektif). Misalnya saja ketika Rasulullah mensejajarkan rumah Abu Sofyan dg Ka’bah pada fathul makka. Bayangkan jika itu dilakukan bukan oleh Rasulullah pasti ribut besar. Selalu etika/akhlak menjadi seolah2 bertentangan dg kebenaran (baca: hukum/dalil). Dan masih banyak lagi etika/akhlak Rasulullah yang seolah2 bertentangan dg nash AQ bahkan.
    Nahh, saya hanya hendak mengatakan bahwa ketika kita beretika kpd seseorang maka kita akan berhati2 dalam mengomentari/menjudge apa yang dilakukan orang tsb. ketika kita tidak melihat kepentingan untuk beretika kepada seseorang maka kita akan gegabah/cepat melakukan judgement2 atas perbuatan2/perkataan2nya.

    Salam damai
    lagipula saya tidak menyatakan SP tidak beretika kpd sahabat.

  41. Diskusi dalam blog ini semakin menarik, meskipun ada hal-hal yang tidak perlu disampaikan, misalnya “kisah balada nyalap” oleh @WK.

    Menurut pendapat saya pribadi, tidaklah sulit untuk memahami dan mengambil hikmah dari kisah (hadits) di atas. Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan:

    (1) Umar menduga bahwa Abu Hurairah melakukan kesalahan /pelanggaran berkenaan dengan kedudukan Abu Hurairah sebagai pejabat publik.
    (2) Atas dugaan pelanggaran tersebut, Umar menyebut Abu Hurairah dengan sebutan musuh Alloh. (Komentar saya: Hal ini mungkin diucapkan Umar karena kemarahannya kepada Abu Hurairah)

    Hikmah dari kisah: Sebagai ummat Islam, kita tidak boleh mudah menuduh orang lain (kelompok lain) sesat/kafir/bid’ah bila tidak ada bukti-bukti yang meyakinkan.

    Salam,

    Abu Yusuf

  42. @truthseeker

    Ahhh..rasa2nya bukan disebut membela kesalahan sahabat. Dengan beretika thd sahabat kita juga beretika kpd Rasulullah saw. Mencoba melihat suatu peristiwa dari sisi yang berbeda tidak bisa serta merta dikatakan membela kesalahan sahabat.
    Saya belum paham yang dimaksud mendistorsi hadits di masalah ini.

    soal distorsinya sudah saya jelaskan dengan cukup rinci kok. Silakan saja dibaca ulang bagian STB yang [menurut saya] mendistorsi makna hadisnya.

    Wahh rasa2nya tidak ada perkataan saya (mungkin juga STB) yang membenarkan ucapan tsb. Yang ada adalah bahwa kita berhati2 tidak mau mengomentari/menjudge sesuatu yang diluar level kita.

    Lho itu yang saya lakukan, pada sisi “kita berhati-hati menjudge” maka saya, Mas dan STB itu sama. Tetapi kehati-hatian tersebut ternyata saya lihat [pada STB] berkesan mendistorsi makna hadisnya :).

    Sekarang saya tanya, mas tidak membenarkan ucapan “musuh Allah” kepada sesama Muslim. Itu alasannya apa? hanya dengan pendapat umum kalau perilaku itu tidak baik atau dengan dalil-dalil tertentu. Kalau dengan dalil, maka itu salah satu yang saya lakukan. Saya menetapkan perbuatan seperti itu tidak baik atau keliru dengan dasar hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di atas siapa yang mengucapkan “Musuh Allah” kepada sesama muslim maka itu berbalik kepadanya.

    Dengan hadis ini saya menarik sebuah pandangan bahwa mengucapkan “musuh Allah” kepada seorang muslim itu dilarang karena konsekuensinya berat. Nah distorsi yang saya tangkap adalah seolah-olah ada orang yang mau membela sahabat karena takut dengan konsekuensinya

    STB memaklumi ucapan Umar tersebut dan kalau diperhatikan komentarnya dengan baik tidak ada penjelasan kalau ia menyatakan ucapan itu keliru, toh ia mengatakan Umar sudah biasa melakukannya dengan tujuan dan hikmah yang ia katakan [maaf kalau saya salah mempersepsi].

    Saya pribadi tidak memaklumi ucapan Umar tersebut, bagi seorang sahabat yang mengetahui hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] maka tidak seharusnya ia mengucapkan ucapan itu kepada Abu Hurairah.

    Soal konsekuensi dari hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] itu adalah sesuatu yang jelas. Tetapi apakah konsekuensi itu akhirnya tertuju kepada Umar atau Abu Hurairah. Saya tidak tahu, mungkin saja iya mungkin saja tidak. Sudah berulang kali saya katakan soal konsekuensi saya tidak akan memusingkan soal itu.

    Jika ada orang yang saya hormati berucap seperti itu kepada seorang muslim yang lain. Saya tetap akan katakan ia salah dan tidak seharusnya begitu dan saya akan menyampaikan kepadanya hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di atas. Perkara konsekuensi saya tidak berani menjawab itu semuanya kembali kepada Allah SWT. Seandainya saya sembarangan menetapkan konsekuensi terhadap salah satunya maka saya bisa terkena dengan hadis itu.

    nah kesan yang saya tangkap dari mas dan STB adalah jika ada orang yang berucap “musuh Allah” kepada saudara sesama muslim. Kalian akan melihat konteksnya apakah itu bertujuan mengkafirkan atau tidak, jika tidak maka itu tidak terkena atau terkait hadis Rasulullah[shallallahu ‘alaihi wasallam] di atas jadi tidak ada urusannya untuk menyampaikan hadis tersebut kepadanya tetapi jika ucapan itu bertujuan mengkafirkan maka itu baru terkait dengan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tersebut dan kalian mungkin baru menyampaikan hadis tersebut kepadanya.

    Bedanya Mas dengan STB, mas mengakui itu tidak baik tetapi STB mengakui kalau ucapan itu tidak masalah jika tujuannya mencegah pelanggaran syariat seperti yang dilakukan Umar. Mungkin pada sisi ini Mas masih menegur tetapi kalau STB gak perlu menegur toh apa yang dilakukannya seperti apa yang dilakukan Umar mengandung hikmah yang baik.

    Rasanya itu suatu yang lumrah pada mereka yang sedang beretika/berakhlak kpd seseorang (sering juga saya jumpai SP melakukan itu kpd seseorang yg SP hormati). Misal saja jika saya berhadapan dg orang yang saya tuakan (hormati) maka (akhlak/etika) saya akan berhati2 dalam mengomentari/menjudge apa2 yang dia lakukan/ucapkan.

    Itu benar tetapi saya tidak akan terpaku hanya pada satu sisi saja. Saya menghormati orang tersebut tetapi saya tidak akan mengorbankan penghormatan saya kepada orang yang lebih saya hormati. saya menghormati Umar mengakui kelebihan jasanya dalam Islam tetapi itu tidak pernah mencegah saya untuk mengatakan ia salah jika apa yang ia lakukan menyakiti Ahlul Bait atau bertentangan dengan perkataan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan Ahlul Bait. Saya lebih memuliakan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan Ahlul Bait daripada Umar.

    Wahhh kalau SP menutup permakluman atas sesuatu, saya mau bilang apa lagi.

    Saya tidak tahu apa mas memahami atau tidak apa yang saya maksud. Saya ambil “konteks bercanda” saja. Misal ada teman saya [yang saya hormati] bercanda dengan [teman saya yang lain] dan ia mengatakan “wahai Musuh Allah”. Saya tidak ragu untuk menyalahkannya dan mengatakan kepadanya hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di atas. Jika setelah mendengar hadis ini ia mengatakan “ah itu kan konteksnya lain, ini kan cuma main-main”. Saya mau bilang apa lagi, sepertinya itulah pendapat mas dan STB karena konteksnya lain, ketika dinasehatkan dengan hadis tersebut hadisnya jadi mentah. Seharusnya adabnya terhadap hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] ya menerima dan menjadi takut kemudian ia tidak akan mengulangi lagi ucapan “wahai musuh Allah” itu walaupun dalam konteks bercanda. Semoga apa yang saya maksud bisa dipahami

    Kalau SP tidak mau melihat konteks, maka tidak bisa donk disalahkan mereka yang masih melihat konteks. Bagi saya bahkan melihat konteks adalah harus, agar tidak terjebak dalam ekstrimisme (hitam putih). Tadinya saya pikir tanpa konteks hanya milik wahaby.

    Silakan kok, saya tidak pernah memaksa orang harus gimana, disini saya hanya memaparkan pandangan saya. Saya pribadi sepakat soal konteks tetapi saya juga akan berhati-hati memandang konteksnya apakah konteks yang saya buat itu hanya sekedar dalih-dalih.

    Dan saran saya SP jangan terlalu cepat menjudge semua yang sedang mencoba menafsirkan suatu teks yang seolah2 merendahkan/menyalahkan sahabat sebagai sedang membela kesalahan sahabat ataupun mendistorsi hadits.

    Saya terima sarannya, Insya Allah saya akan berhati-hati dalam masalah ini 🙂

    memang ada beberapa teman2 dari sunni yang menafsirkan teks hanya dalam rangka membela ataupun meyakini bahwa sahabat sempurna/maksum. Yang saya pahami adalah bahwa semua bermuara kepada bgm kita berakhlak kpd Rasulullah, nahh salah satunya adalah berakhlak kepada sahabat2nya.

    Kalau disini intinya sama kok, Dari sudut pandang saya adalah bagaimana kita berakhlak kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], nah salah satunya tidak mementahkan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] hanya karena membela sahabat. btw soal “mementahkan hadis” yang saya maksud, sudah saya jelaskan baik-baik, mungkin saja itu adalah pandangan atau persepsi saya.

    Saya sampai sekarang belum paham dengan inkosistensi SP.
    Jika Sy. Umar keceplosan, apakah maka beliau terkena hadits tsb, yaitu either Abu Hurairah ra musuh Allah atau Sy Umar menjadi musuh Allah. Jika SP mengakui itu adalah keceplosan, maka saya rasa bukan konteks itu yang dimaksud Rasulullah.

    Kalau begitu saya balik tanya dulu, bagaimana tahunya Umar ra itu keceplosan? atau jangan-jangan Umar ra mengucapkan dengan penuh kesadaran karena menurutnya Abu Hurairah melakukan pelanggaran syariat?. Mas mungkin menganggapnya keceplosan tetapi STB jelas tidak menganggap begitu, ia bahkan menjadikan itu sebagai tabiat yang biasa dilakukan Umar [lihat saja komentar STB]. bagi saya mau keceplosan atau tidak seharusnya Umar tidak layak mengucapkan itu karena ada hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang melarang demikian. Perkara konsekuensi sesuai judulnya, jadi siapa yang musuh Allah, Umar atau Abu Hurairah?. saya jawab, saya tidak tahu dan bukan urusan saya menetapkannya, mungkin bukan dua-duanya. apalagi sembarang menetapkannya kan sama saja terkena hadis ini Juga. Misalnya saya bilang Umar, lha kalau ternyata bukan maka sayalah yang kena. Jika saya bilang Abu Hurairah lha kalau ternyata bukan maka itu berbalik kepada saya.

    Kalau SP merasa itu tidak pakai konteks2an (pokoknya anak kecil yang tidak mengertipun akan terkena) wahhh saya jadi bingung lagi, bukankah tidak ada istilah keceplosan kalau begitu.

    Lho anak kecil lain ceritanya mereka memang belum paham. contoh lain mungkin orang gila yang mengatakannya lantas mau dikatakan terkena hadis itu juga. soal “tidak memandang konteks” menurut saya maka dapat mas baca dari contoh saya sebelumnya soal “konteks bercanda”.

    Inikan tafsir, dimana distorsinya? Apakah ketika mempertimbangkan konteks maka itu masuk dalam kategori distorsi? Bukankah banyak ijtihad ataupun fatwa ulama yang berdasarkan konteks yang berbeda sehingga menghasilkan hukum/mazhab yang berbeda.

    saya melihatnya tidak begitu, kita ambil contoh simpel. Misal ada hadis semakna hadis di atas [ini misal loh] terus lafaz yang diucapkan begini “wahai kafir engkau telah mengkhianati harta Allah”. Memang kafir disana mungkin tidak menganggap benar-benar kafir atau murtad tetapi karena pelanggaran syariat. mungkin si STB [atau mas] akan bilang begitu jadi ia tidak terkena hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di atas.

    Contoh lain ada ulama membantah ulama lain, misalnya berhadap-hadapan nih. ulama yang satu mengeluarkan fatwa tetapi ulama yang lain membantahnya dengan keras sambil diskusi panjang dan emosian. Karena salah satu Ulama merasa ulama satunya ini udah kelewatan sesatnya keluar saja itu kata-kata “sungguh pendapatmu itu sudah membuatmu sesat, wahai kafir”. Penonton jadi hiruk pikuk, nah salah satu penonton adalah saya, saya bilang “apa-apan sih ulama itu sampai bilang kafir apa ia tidak pernah membaca hadis barang siapa yang mengatakan kafir kepada saudaranya tetapi tidak demikian maka itu berbalik padanya“. Teman saya menimpal, wah salah kamu konteksnya beda, ulama itu bilang dalam konteks ia menyalahkan ulama yang lain karena salah dan sesat menurutnya, jadi ia tidak bisa dikenakan hadis itu.

    Contoh teman saya itu, sudah jelas saya anggap mendistorsi hadis. Bukankah tujuan sebenarnya hadis itu adalah agar jangan ada seorangpun muslim yang sembarangan mengucapkan “musuh Allah” atau “kafir” kepada muslim lainnya. Lha ini malah kalau ada orang yang berucap kafir kepada muslim lainnya dibilang “tidak bisa memakai hadis itu”. Intinya menurut saya “hadis itu jadi mentah” dengan alasan konteks.

    hehehe bicara etika atau akhlak tidaklah sezaklek itu. Etika itu memang selalu berbenturan dengan benar salah (subjektif). Misalnya saja ketika Rasulullah mensejajarkan rumah Abu Sofyan dg Ka’bah pada fathul makka. Bayangkan jika itu dilakukan bukan oleh Rasulullah pasti ribut besar.

    Mungkin saya dapat kasih contoh, pernah ada seorang sahabat yang berjihad dengan gagah berani hingga semua sahabat yakin kalau orang itu kedudukannya mulia dan mendapat syahid. tetapi Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “ia di neraka”. disini kalau mau pakai konsep akhlak “tidak boleh mencaci seorang muslim” atau karena menjaga etika terhadap sahabat maka perkataan itu tidak usah terlalu dipikirkan walaupun itu datang dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Atau ada contoh lain dimana Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] pernah melaknat sahabatnya karena kesalahan yang mereka lakukan. Dengan alasan menjaga etika terhadap sahabat kita tidak perlu mengungkapkan siapa sahabat itu dan tidak usah terlalu dipikirkan.Tidak membicarakannya adalah etika kita terhadap sahabat tetapi anehnya sahabat yang mendengar atau menyaksikan kisah ini ternyata menceritakan hadis tersebut kepada para tabiin

    Saya pribadi mungkin tidak seperti itu responnya, saya cuma mengatakan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] pasti benar dalam perkataannya jadi jika memang sahabat itu dikatakan demikian maka memang begitulah keadaannya. Akhlak saya kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] saya akan membenarkan perkataan Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam].

    Selalu etika/akhlak menjadi seolah2 bertentangan dg kebenaran (baca: hukum/dalil). Dan masih banyak lagi etika/akhlak Rasulullah yang seolah2 bertentangan dg nash AQ bahkan.

    Tidak ada kok, Jawabannya sederhana Allah SWT sendiri yang mengatakan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berakhlak mulia dalam Al Qur’an. Jadi gak sepatutnya siapapun menilai akhlak Rasul bertentangan atau tidak Karena sudah pasti jawabannya tidak.

    Nahh, saya hanya hendak mengatakan bahwa ketika kita beretika kpd seseorang maka kita akan berhati2 dalam mengomentari/menjudge apa yang dilakukan orang tsb. ketika kita tidak melihat kepentingan untuk beretika kepada seseorang maka kita akan gegabah/cepat melakukan judgement2 atas perbuatan2/perkataan2nya.

    Benar, saya menerima ini. Mungkin saya melakukannya dari sudut pandang saya. Saya lebih mengutamakan akhlak saya kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Saya menolak berbagai distorsi terhadap hadis [menurut saya] dengan dalih membela atau memaklumi kesalahan sahabat tertentu. Jika memang ternyata apa yang saya lakukan salah, saya memohon ampun kepada Allah SWT.

    Salam damai
    lagipula saya tidak menyatakan SP tidak beretika kpd sahabat.

    saya juga tidak menyatakan Mas mengatakan saya begitu. Sebenarnya perbedaannya disini mungkin dari sudut pandang “etika” yang dimaksud.

  43. Diskusi yg bagus. Thanks.

    Salam

  44. @armand
    sebaiknya Mas ikut juga, jarang-jarang lho kita beda pendapat :mrgreen:

  45. @SP &truthseeker
    Hadits dan atsar yang disodorkan tercatat dalam secarah. Apakah itu sengaja diucapkan Umar atau ceplus.tdk sengaja atau main2 atau senda gurau tdk kita ketahui . Apakah hadits Rasul menjadi hukum harus melihat lontest permasalahan. Saya rasa tidak. Rasul bersabda karena wahyu Allah. Allah memwahyukan karena pasti ada dari para sahabat akan mengucapkan kata2 “nusuh Allah” atau kafir. Sehingga perlu Rasul peringatkan.
    Jadi ucapan Umar menurut saya jangan mentafsir dengan memrhitungkan konteks. Dan saya rasa kita tdk menjudge Umar seperti Allah akan menjudge. Tetapi berdasarkan data yang kita miliki (hadits dan atsar) maka kita buat penilaian. Bagaimana Umar dan bagaimana Abu Hurairah, Salam damai

  46. @SP
    Saya belum melihat bahwa beda penafsiran/penerapan atas hadits tsb menyebabkan terjadinya distorsi (krn pada dasarnya ketika semua tidak tahu persis konteks hadits tsb). Nahh SP menyatakan ada distorsi ketika dibandingkan dg tafsir SP atas hadits tsb.
    Saya beri misal, saya menafsirkan hadits tsb:
    Sy. Umar menyatakan Abu Hurairah ra sbg musuh Allah dan memerintahkan pembunuhan/penghukuman atasnya. Nahh inilah konteks derajat “musuh Allah” tsb. Sebagaimana adanya pengkafiran oleh salafy kpd mazhab lain, dan mereka menghalalkan darah mazhab lain tsb.
    Karena saya tidak melihat dampak yang signifikan atas umpatan tsb (padahal Sy. Umar adalah seorang khalifah yang terkenal keras), maka saya tidak melihat itu sama derajatnya dg hadits satunya.
    Kembali kepada contoh Fathul Makka:

    Rasulullahpun bersabda: “Barangsiapa yang masuk rumah Abu Sufyan maka ia aman. Barangsiapa yang masuk masjidil Haram maka ia aman. Barangsiapa yang menutup pintu rumahnya maka ia aman. “

    Apakah ini tindakan ini menjadi benar karena dilakukan oleh Rasulullah, atau karena hakikatnya benar?
    Kemudian kita benturkan dengan ayat:
    dijumpai ayat:

    Dan bunuhlah mereka (orang-orang kafir itu) dimana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu. (al-Baqarah [2]: 191)

    Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir. ( al-Fath [48]: 29)

    Mungkin terlalu panjang kita membicarakan ttg konteks. Namun ini penting untuk tetap selalu memahami bahwa di setiap teks selalu ada peluang untuk menafsirkan berdasarkan konteks.

    Saya ambil konteks bercanda saja. Misal ada teman saya [yang saya hormati] bercanda dengan [teman saya yang lain] dan ia mengatakan “wahai Musuh Allah”. Saya tidak ragu untuk menyalahkannya dan mengatakan kepadanya hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Jika setelah mendengar hadis ini ia mengatakan “ah itu kan konteksnya lain, ini kan cuma main-main”.

    Lho saya tidak juga menyatakan perkataan itu tidak masalah walaupun bercanda, tidak sama sekali. Saya tetap juga berpegang bahwa kita harus selalu berhati2 dalam ucapan2 kita. Saya pikir kita tidak sedang menilai salah atau benarnya, namun melihat kaitan (konsekuensi)nya thd hadits satunya. Apakah perkataan Sy. Umar menyebabkan salah satu dr mereka kafir/musuh Allah.
    Nahh jika SP mengatakan, bahwa itulah yang sedang SP lakukan, maka pertanyaannya adalah atas i’tikad apa keduanya dihadirkan dan dikait2kan?

    Dengan alasan menjaga etika terhadap sahabat kita tidak perlu mengungkapkan siapa sahabat itu dan tidak usah terlalu dipikirkan.

    Saya tidak menyatakan semua pengungkapan adalah tidak beretika. Namun kehati2an lah yang menunjukkan etika. karena ada yang dengan senang hati melahap hadits spt itu. Jadi i’tikad dari menyebarkannya menjadi indikasi etika tsb. Namun juga i’tikad itu tidak bisa diperdebatkan. Sehingga komentar saya tidak dalam rangka menyalahkan SP (krn saya tidak tahu i’tikad SP), namun saya membela mereka yang melihat adanya kemungkinan/konteks lain dr hadits tsb. Nahh mereka yang mencoba mengungkap kemungkinan lain ini (bisa saja) karena mereka menghormatinya shg tidak gegabah kait mengkait satu hadits dg lainnya.

    Akhlak saya kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] saya akan membenarkan perkataan Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam]

    Wahh seolah SP menyatakan jika membela Sy. Umar maka tidak berakhlak kpd Rasulullah.
    Saya tidak melihat kaitan tsb, bahkan sebaliknya menjaga/membela Sy. Umar adalah dalam rangka membela Rasulullah.
    Saya tidak mau mendengar ada yang berkata:
    Rasulullah salah pilih teman.
    Rasulullah salah mendoakan agar Umar masuk Islam.
    dll.
    Kembali ke bahasan:
    Tidak ada mentahnya hadits yang satu dg tafsir tsb. Hadits tsb tetap berlaku koq. Hanya saja makna hadits tsb tidak sebagai pemaknaan SP (koq jadi dibilang mentah??). Saya belum paham/dengar perbedaan tafsir atas teks menyebabkan mentah. Mungkin yang dimaksud tafsir saya tidak segalak (sapu jagat) tafsir SP (ingat saya bukan membenarkan ringan mulut atas celaan buruk tsb).

    Tidak ada kok, Jawabannya sederhana Allah SWT sendiri yang mengatakan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berakhlak mulia dalam Al Qur’an. Jadi gak sepatutnya siapapun menilai akhlak Rasul bertentangan atau tidak> Karena sudah pasti jawabannya tidak.

    Saya juga tidak pernah (mudah2an selamanya).
    Namun contoh ayat: berlaku keras kepada orang kafir khan seolah tidak selaras. makanya contoh itu hanya menunjukkan bahwa teks harus ditafsirkan dengan konteks, terlebih ketika berbenturan dengan akhlak.

    Benar, saya menerima ini. Mungkin saya melakukannya dari sudut pandang saya. Saya lebih mengutamakan akhlak saya kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

    Maaf saya tidak melihat adanya benturan berakhlak kepada sahabat dengan berakhlak kepada Rasulullah.

    Saya menolak berbagai distorsi terhadap hadis [menurut saya] dengan dalih membela atau memaklumi kesalahan sahabat tertentu.

    Yahhh..sepertinya kita tidak ketemu. Karena belum juga menemukan adanya distorsi. Mungkin pemahaman kita berbeda atas distorsi. Karena saya menangkap seolah2 semua hadits/teks/dalil ketika melihat kepada konteks maka otomatis menjadi terdistorsi.

    Mungkin sudah cukup panjang dan membosankan bagi rekan2 lain dan SP sendiri. Saya tidak keberata untuk dicukupkan.. 😀

    Salam damai

  47. @SP

    Sy setuju sebagian di SP, seagian di Jid, eh maksudnya di mas Chany, sebagian besar di mas Truthseeker :mrgreen:

    Jadi Penyimak saja 🙂

    Salam

  48. @truthseeker and @SP

    Saya tidak bosan. Go on! Lebih cepet lebih baik.

  49. @trusthseeker

    Anda bolak balik bicara konteks peristiwa, tapi saya kok merasa aneh dgn argumentasi anda, knp anda tdk melihat respon Abu hurairah setelah perkataan itu

    jika kita mau melihat konteksnya seharusnya dilihat respon abu hurairahm krn dgn ini akan nampak perkataan itu di maknai dan dirasa apa oleh Abu hurairah, ..

    yg tdk lazim dalam penarikan kesimpulan anda tdk memasukkan hal diatas sbg considerans, tapi malahan menggunakan asumsi anda dlm penarikan kesimpulan…

  50. kira kira hadits pelarangan ucapan kafir dah sampai ke kholifah umar belum ya?…

    salam

  51. pingin masuk nih di diskusi antara sp n ts tp terlambat kayax…
    ada ucapan imam ali klu tdk salah…
    “berbuat baik bukan pada tempatx adalah perbuatan dzalim”
    nyambung ga ya….???

  52. @WK
    Kirain anda yang malah paling pertama akan complain (maaf sudah sangka buruk..).. :mrgreen:

    @bob
    Tentunya respon Abu Hurairah ra menunjukkan keadaan/pertimbangan dia atas cercaan dan hukuman Sy. Umar.
    Namun konteks yang saya maksud adalah bahwa ketika hadits ini dihubungkan dengan hadits Shahih Muslim 1/79 no 61.
    Ketika hadits/atsar juz 2 no 3327 berdiri sendiri maka kisah tsb bisa/hanya bermakna salah paham.
    Yaitu bahwa Sy. Umar ingin menegakkan syari’at dan pemerintahannya, sedang Abu Hurairah sedang melakukan pembelaan.
    Bahkan kalau kita analisa lebih jauh, maka secara subjektif atsar tsb tdk sahih, karena Abu Hurairah ra sendiri yang menceritakan kondisinya.
    Nilai objektivitasnya rendah.
    Point dari saya adalah, ketika kita menghormati seseorang, maka kita akan membuat penilaian atas sepenggal berita/teks dengan hati (mencoba melakukan tafsir/takwil), namun ketika kita tidak menghormati orang tsb, maka kita akan gegabah menerima/menelan semua berita buruk tentangnya.
    (maaf ini naluri manusia biasa, tentunya ada mereka2 yang selalu berusaha tetap objektif).
    Begitu juga ketika ada berita “buruk” tentang para Nabi ataupun ahlul bayt kita berkewajiban untuk berhati2, memeriksa dan menafsirkan/mentakwilnya.
    Kembali pada topik kita, saya hanya mendukung usaha STB untuk mencoba membuka kemungkinan lain yaitu adanya perbedaan konteks antara kedua hadits tsb.
    Saya belum melakukan judgement thd masing2 hadits. Saya belum menjudge apakah Sy. Umar salah/benar, ataukah Abu Hurairah ra yang salah/benar.
    Jadi diskusi yang panjang dengan SP belumlah saya menampilkan judgement saya atas hadits2 tsb (karena memang tidak punya ilmu utk itu), saya hanya menjelaskan bahwa kenapa saya setuju perlu
    adanya pertimbangan konteks ketika mencoba mengkaitkan kedua hadits tsb.

    Salam damai.
    Salam damai.

  53. @ SP (Musuh Allah)

    jujur ane kayaknya meragukan semboyan “analisis pencari keberanan” yang ente dengung2kan itu

    sekali lagi, ente ini (meski lisan ente tidak mau mengakui, tapi akhlak ente itu jelas akhlak syiah)

    sori neh,

    pertama ente bawa hadis Abu Hurairah yang isinya adanya ucapan Umar keapda Abu Hurairah:

    “wahai Musuh Allah”

    lalu ente rangkai dengan hadis:

    Barang siapa yang memanggil seseorang dengan “kafir” atau berkata “musuh Allah” padahal tidak demikian maka perkataan itu berbalik kepadanya [Shahih Muslim 1/79 no 61]

    jujur, perbuatan ente ini agak “tendensius” dan “gelap mata” mirip para khawarij yang suka mencari2 kesalahan Ali

    pertama kesimpulan ente yang dibuat berdasarkan dua hadis tadi:

    “apakah Umar atau Abu hurairah yang Musuh Allah”

    bisa diterima bila,,,

    Umar sudah mendenar hadis itu tapi tetap mengucapkannya

    namun bila tidak, alias Umar belum mendengar hadis itu bagaimana???

    bagimana?????

    bisakah kita menghukumi seseorang atas sesuatu yang tidak diketahuinya????

    bukankah syariat mengatakan:

    Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

    an-NIsa: 17

    Allah saya maha pemurah, menerima dan memafkan orang2 yang melakukans sesuatu dengan tidak tahu….

    tapi ente, (maaf) tanpa bukti atau qarinah yang lain yang mengindikasikan bahwa Umar telah mendengar sabda nabi

    Barang siapa yang memanggil seseorang dengan “kafir” atau berkata “musuh Allah” padahal tidak demikian maka perkataan itu berbalik kepadanya [Shahih Muslim 1/79 no 61]

    tiba2 dengan mudah menyimpulkan

    “apakah Umar atau Abu hurairah yang Musuh Allah”

    sambil berkata:

    SP: Maka hanya ada dua kemungkinan, Abu Hurairah memang musuh Allah tetapi jika tidak demikian maka kemungkinan yang satunya perkataan “musuh Allah” itu akan kembali kepada Umar sendiri. Itulah yang dimaksud dengan judul di atas. Siapakah Musuh Allah, apakah Abu Hurairah ataukah Umar?. Apa jawabannya, kami cukup bertawaqquf saja karena kalau coba-coba menjawab akan bermunculan para penghina yang seenaknya menuduh orang.

    nyalap:

    ane tidak tahu apakah ente memang dikuci hatinya hingga tidak bisa membuaka alternatif ketiga. yaitu mendamaikan 2 hadis tersebut….

    tapi ente berusaha tetap membenturkan hadis tersebut seolah kesannya tidak ada pilihan lain selain Abuhurairah atau Umar yang musuh Allah

    Ente ini psikologinya kayaknya agak gimana gitu????

    kok berani2nya menyimpulan begitu???
    apa ente pernah mendapati riwayat dimana Umar mendengar langsung hadis:

    Barang siapa yang memanggil seseorang dengan “kafir” atau berkata “musuh Allah” padahal tidak demikian maka perkataan itu berbalik kepadanya [Shahih Muslim 1/79 no 61]

    dari Rasulullah langsung

    atau dari sahabt yang lain….

    btw

    ini sedikit penerangan saja….
    agar ente paham, bagaimana mendudukan persolaan

    حَدَّثَنَا هَنَّادٌ، عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ. ح وَحَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ الْمَعْنَى، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ أَبِي ظَبْيَانَ، قَالَ هَنَّادٌ الْجَنْبيُّ، قَالَ: ” أُتِيَ عُمَرُ بِامْرَأَةٍ قَدْ فَجَرَتْ فَأَمَرَ بِرَجْمِهَا فَمَرَّ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَأَخَذَهَا، فَخَلَّى سَبِيلَهَا فَأُخْبِرَ عُمَرُ، قَالَ: ادْعُوا لِي عَلِيًّا فَجَاءَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقَالَ: يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ لَقَدْ عَلِمْتَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ K قَالَ: رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ: عَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَبْلُغَ، وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَعَنِ الْمَعْتُوهِ حَتَّى يَبْرَأَ، وَإِنَّ هَذِهِ مَعْتُوهَةُ بَنِي فُلَانٍ لَعَلَّ الَّذِي أَتَاهَا وَهِيَ فِي بَلَائِهَا قَالَ: فَقَالَ عُمَرُ: لَا أَدْرِي، فَقَالَ عَلِيٌّ عَلَيْهِ السَّلَام وَأَنَا لَا أَدْرِي ”

    Kata abu daud:
    Bercerita kepadaku Hannad dari abu al ahwash, dari utsman bin Abu Syaibah dari jarir al mu’ta dari atha bin saib dari abu dzabyan, hannnad al hanbi berkata,
    seorang wanita hidung belang dibawa menghadap Umar lalu Umar memerintahakan untuk merajamnya, tiba2 Ali lewat lalu menghentikannya dan membebaskan wanita tsb. Lalu orang2 yang membwa wanita tadi mengahadap umar memberitahukan hal ini. Umar berkata: panggil Ali ke sini. Lalu Ali menghadap Umar dan berkata: Mr Presiden bukankah engkau mendengar sabda Rasulullah: Dosa itu tidak dicatat dalam tiga kondisi:
    1 Anak kecil yang belum balig
    2. Orang tidur hingga ia sadar
    3. Orang gila hingga ia berakal
    Sesungguhnya penyakit gila yang berasal dari bani fulan menimpanya, dan dia dalam keadaan malang.
    Umar berkata: Ane ngga tahu
    Ali berkata: sama Ane juga ngga tahu!

    [nyalap: catatan: dalam tradisi lisan Arab jaman dulu untuk mengucapakan “kekesalan” adalah dengan mengulangi perkataan lawan bicara]
    Sunan Abu Daud no (3826)

    Nyalap:
    DI sini Umar tidak tahu kalau wanita tadi gila, anak buah Umar tiba2 membawa wanita yang katanya “فَجَرَتْ” (hidung belang) di hadapan Umar dan mereka tidak membritahukan kepada Umar bahwa wanita ini gila, bisa juga mereka tidak tahu kalau wanita ini gila.
    Nah saat acara “lepar batu alias rajam” akan dimulai tiba2 Ali lewat dan melepaskan wanita tersebut. Anak buah Umar melapor perbuatan Ali. Umar lalu memanggil Ali minta konfirmasi. Nah Ali kasih tahu bahwa wanita ini gila, dan syariat memafkan wanita gila berdasarkan sabda nabi: Dosa itu tidak dicatat dalam tiga kondisi:……………….jadi cara lempar batu dibatalkan

    Wahai Algar…
    Seandainya Ali sudah mensehati begitu ke Umar namun Umar tetap ngeyel maka Umar ini memang sahabat yang ngga bener, tapi jelas2 Ali sudah mengingatkannya dan Umar bertaubat atas hal yang tidak diketahuinya.

    Apakah tetap kita akan katakan Umar ini “pembunuh berdarah dingin”

    Setahu ane yang suka begitu Cuma suku syiah doang. Dan ente sebagai keturunannya!!!! Hehehe

    Nah sekarang kita masuk hadis tentang musuh Allah ini.
    Apakah Umar sudah mendengar hadis itu????
    Kenapa ente tetap ngeyel berkesimpulan:
    Siapakah Musuh Allah, Abu Hurairah Atau Umar?

    ente ini maaf kalau meminjam bahas dr boike
    sedang mengalami “ejakulasi dini”

    belum apa2 tiba sudah keluar kata:
    Siapakah Musuh Allah, Abu Hurairah Atau Umar?

    saran ane,
    ente cari dulu hadis apakah umar sudah mendengar sabda nabi:

    Barang siapa yang memanggil seseorang dengan “kafir” atau berkata “musuh Allah” padahal tidak demikian maka perkataan itu berbalik kepadanya [Shahih Muslim 1/79 no 61]

    kalau ketemu baru ente boleh billang:

    Siapakah Musuh Allah, Abu Hurairah Atau Umar?

    kalau tidak ketemu
    ini cuma saran ane azza lebih baik ente segera minta maaf kepada khalayak ramai atas kebodohan ente membuat statement yang tidak dibangun di atas dalil yang sharih

    ini cuma saran
    diterima sukur
    ga diterima

    maka ane katakan
    ente lah Musuh Allah yang sebenarnya

    ente sudah mendapatkan riwayat:
    Barang siapa yang memanggil seseorang dengan “kafir” atau berkata “musuh Allah” padahal tidak demikian maka perkataan itu berbalik kepadanya [Shahih Muslim 1/79 no 61]

    namun ente tetap tak bergeming
    menjadikan hadis ini sebagai pistol untuk saling memusuhkan Umar atau Abu Hurairah kepada Allah

    berdasarkan kata2 ente:
    SP:
    Maka hanya ada dua kemungkinan, Abu Hurairah memang musuh Allah tetapi jika tidak demikian maka kemungkinan yang satunya perkataan “musuh Allah” itu akan kembali kepada Umar sendiri.

    salam cinta
    salam damai
    peace

  54. sedikit tambahan:

    mungkin Abu Hurairah sendiri belum mendengar hadis:
    Barang siapa yang memanggil seseorang dengan “kafir” atau berkata “musuh Allah” padahal tidak demikian maka perkataan itu berbalik kepadanya

    jadi dia tidak mengingatkan Umar. seandainya Abu hurairah tahu mengkin ia akan mengingatkan Umar dan Umar akan bertobat atas perkataannya.
    namun abu hurairah malah berkata:

    “aku bukan Musuh Allah dan juga bukan musuh Islam tetapi aku adalah musuh siapapun yang memusuhi keduanya,

    setahu ane
    ini setahu ane

    para sahabat itu biasany suka mengingatkan satu sama lain

    seperti Ali di atas yang mengingatkan Umar akan hadis :
    dosa itu tidak dicatat dalam tiga kondisi……

    jadi tindakan Ali melepas wanita tadi berdasarkan hadis di atas dan terkait dengan kondisi wanita tadi yang gila..

    atau perkataan Ali kepada zubair saat perang jamal (ini ane kutip di kitab 5 khalifah, khalid muhaamd khalid)

    …………………………….Ali berkata,
    “Dan engkau, wahai Zubair..
    Ingatkah engkau pada hari itu, ketika engkau melihatku menghadap Rasulullah saw, lalu engkau tertawa kepadaku. Lalu Rasulullah saw bertanya kepadamu, “Apakah engkau mencintainya?”
    Engkau pun menjawab, “Ya”.
    Lalu Rasulullah saw berkata, “Suatu hari nanti engkau akan memeranginya dalam keadaan zalim!”
    Kalimat yang terkumpul dalam mulutnya kini keluar mengalir melalui gigi-giginya, cemerlang seperti sinar matahari.
    Lalu Zubair berteriak, “Ya. Sungguh engkau telah mengingatkan sesuatu yang telah aku lupakan.”
    Lalu Zubair melemparkan pedangnya ke atas tanah, dan pergi menyelinap di antara barisan yang sedang beperang dengan air mata yang menetes membasahi bumi. Kemudian Ali pun kembali kepada pasukannya.

    kisah ini masyhur dan perkataan ALi ini masyhur di kitan sunni maupun syiah

    jadi wahai SP

    sahabat sekelas zubair pun saat ia mendegar Rasulullah bersabda,
    “Suatu hari nanti engkau akan memeranginya dalam keadaan zalim!”

    zubair seakan tidak percaya apa yang diwartakan oleh Rasululullah

    namun saat perang jamal terjadi baru ia tersadar sabda nabi tersebut lewat lisan Ali.

    dan sekali lagi zubari memerangi ALi karena lupa akan hadis tersebut
    saat ia ingat ia kemudian melepas pedangnya dan mundur dari medan tempur

    di sini zubair tidak ngeyel

    artinya Zubair dan ALi sama2 mendengar sabda nabi tersebut. saat zubair lupa Ali mengingatkannya

    inilah para sahabat Nabi!!!
    mereka ini masnusai biasa yang kadang “lupa” atau tidak mengetahui banyak hal

    Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

    an-NIsa: 17

    nah kita masuk kasus pemanggilan “musuh Allah” ini
    seandainya abu hurairah mendengar hadis dilarangnya memanggil dengan musuh Allah tentu ia akan mengingatkan Umar
    dan seandainya Umar mendengar hadis dilarangnya memanggil dengan musuh Allah tentu ia tidak akan berbuat seperti itu

    namun ente wahai SP
    dengan seenak edewe menghukumi kedua orang tersebut
    seolah2 predikat musuh itu ada pada keduanya
    berdasarkan hadis abu zar di ats

    padahal sangat boleh jadi mereka berdua tidak mendengar hadis tersebut
    karena ane berasumsi dari kebiasan sahabt bahwa seandainya mereka mendengar hadis dari nabi tentu kalau ada sahabt yang melanggarnya mereka mengingatkannya
    bukan mendiamkannnya

    di di hadis abu hurairah:
    ia mendiamkan ucapan umar dan tidak memperingatkan Umar tidak bolehnya memanggil dengan musuh Allah
    besar kemungkinananya Umar dan ABu hurairah ini sama2 tidak tahu hadis tersebut…

    jadi apa ini masih belum membuat ente jera wahai SP

    salam damai

  55. @nyalap: @ SP (Musuh Allah)

    Siapakah nyalap?ane adalah seorang syiah alias syiah muawiyah, muawiyah bin abi sufyan

    Semoga Allah mengumpulkan anda dengan Mu’awiyah bin Ab Sufyan. Amin

  56. @ Yusuf
    saran ane mungkin doa sendiri ente kurang afdhal
    mending ente bikin doa lintas agama agar Muawiyyah bersanding dengan Imam ALi di surga-NYa
    Amin

  57. @nyalap

    mending ente bikin doa lintas agama agar Muawiyyah bersanding dengan Imam ALi di surga-NYa

    Anda jangan ngaco, apakah menurut anda mereka beda agama?

    Salam (masih) cinta

  58. @nyalap
    wah maaf ya Mas, anda gak perlu sok mengatakan pendapat saya bagaimna. Pendapat saya dalam masalah ini sudah sangat jelas dalam komentar-komentar saya di atas. Silakan tuh dibaca baik-baik komentar saya. Bagian mana saya menuduh Abu Hurairah atau Umar?. Judulnya memang terkesan “nyesek” tetapi bukankah sudah saya ingatkan jangan termakan judul. Saya justru melihat anda malah memfokuskan pada bagian yang justru saya bertawaqquf.

    Kita bawa contoh simpel. Perkataan anda : @SP (Musuh Allah) saya kembalikan kepada hadis Abu Dzar di atas. Padahal anda sendiri sudah membaca hadis Abu Dzar di atas. Anda mungkin juga sudah membaca komentar saya di atas tetapi tuh anda tidak bisa memahami hadis Abu Dzar tersebut. terlalu mudah anda mengeluarkan kata-kata tersebut.

    btw, kira-kira bantahan anda soal “sahabat munafik” itu kemana?. Katanya sudah ada, eh kok sampai sekarang tidak muncul-muncul :mrgreen:

  59. @nyalap
    Walaupun Umar dan Abu Hurairah mendengar hadits ini tidak akan sama pemahaman dan tindakan mereka sperti Imam Ali dan Zubair

  60. @nyalap

    mending ente bikin doa lintas agama agar Muawiyyah bersanding dengan Imam ALi di surga-NYa

    Wah beda agama ya? emang sih ada hadits shahih bilang bahwa Mu’awiyah mati dalam kekafiran. Sedang Imam Ali wafat sebagai syahid

  61. ini ada surat dari si nyalap:

    “Siapakah Musuh Allah, Second Prince Atau Nyalap?”

    SP:
    wah maaf ya Mas, anda gak perlu sok mengatakan pendapat saya bagaimna. Pendapat saya dalam masalah ini sudah sangat jelas dalam komentar-komentar saya di atas. Silakan tuh dibaca baik-baik komentar saya. Bagian mana saya menuduh Abu Hurairah atau Umar?. Judulnya memang terkesan “nyesek” tetapi bukankah sudah saya ingatkan jangan termakan judul. Saya justru melihat anda malah memfokuskan pada bagian yang justru saya bertawaqquf.

    NYalaP; sorri ente ini kok ngga ngerti sih
    ngapain ente bawa hadis 2 hadis ini lalu merangkainya seolah ada ketesaling hubungan antara keduanya, padahal sama sekali tidak ada
    persis seperti khawarij yang melemparkan ayat

    barang siapa yang tidak berhukum kepada hukum Allh maka mereka lah yang kafir

    kepada Ali dan Muawiyah

    apa hubungannya coba…

    ini kan lagi muncul dari niat busuk khawarij ini.

    kalau bicara tidak berhukum dengan hukum Allah justru khawrij ini sendiri yang tidak berhukum dengan hukum Allah…

    yang tidak ada hubungannya pun dihubung2kan sebagai legitimasi manifestasi keyakina gila mereka…

    ente tuh sama dengan khawarij ini dalam melempar hadis abu zar ke umar dan abu hurairah!!! sama2 punya niat busuk!!!!

    ente bilang:

    SP:
    Apa jawabannya, kami cukup bertawaqquf saja karena kalau coba-coba menjawab akan bermunculan para penghina yang seenaknya menuduh orang. Jadi tulisan ini tidak memvonis siapapun, tetapi hanya mengutarakan kebingungan yang dihadapi penulis terkait dengan hadis-hadis di atas.

    nyalap:
    ente ini aneh ya!!
    ente menghianati makna “tawaqquf” itu sendiri. kalau ente “tawaqquf” cukup ente diam saja lihat hadis tersebut jangan koar2…

    tapi ente malah koar22, gila2an…

    SP: Telah shahih bahwa Umar memanggil Abu Hurairah dengan perkataan “wahai Musuh Allah”. Maka hanya ada dua kemungkinan, Abu Hurairah memang musuh Allah tetapi jika tidak demikian maka kemungkinan yang satunya perkataan “musuh Allah” itu akan kembali kepada Umar sendiri. Itulah yang dimaksud dengan judul di atas. Siapakah Musuh Allah, apakah Abu Hurairah ataukah Umar?.

    lalu dengan entengnya berkata seolah “melupakan” makna “tawaqquf ” tsb:

    SP: Apa jawabannya, kami cukup bertawaqquf saja karena kalau coba-coba menjawab akan bermunculan para penghina yang seenaknya menuduh orang. Jadi tulisan ini tidak memvonis siapapun, tetapi hanya mengutarakan kebingungan yang dihadapi penulis terkait dengan hadis-hadis di atas.

    Nyalap: hehehe jangan gila ya yao
    ente benar2 telah menghianati makna tawaqquf dengan menggunakan kata “tawaqquf” itu sendiri…

    hehehe hanya yang tidak mengenal syiah yang tak tahu ciri2nya

    semboyan ente di sini adalah

    JUJUR UNTUK BERBOHONG!!!!
    kalau Ali bilang:
    omongannya benar tapi yang dinginkan adalah kebatilan!!!!

    ini rumus sudah ane tahu dari jaman Syiah terdahulu kaleee…

    intinya ente ini pembohong!!!!!
    dan hanya orang bodoh yang bisa kena tipu
    waktu itu Ali ga kena tipu dari khwarij
    Ali melawan mereka dengan berkata:
    omongannya benar tapi yang dinginkan adalah kebatilan!!!!

    dan hari ini ane teladani imam Ali untuk melawan niat busuk ente yang seperti khwarij tersebut..
    ane katakan:
    omongan ente benar tapi yang dinginkan adalah kebatilan!!!!
    kenatilannya adalah melekatakn predikat mush Allah keapda Umar atau Abu Hurairah

    ih sebel deh

    lanjut:

    Kita bawa contoh simpel. Perkataan anda : @SP (Musuh Allah) saya kembalikan kepada hadis Abu Dzar di atas. Padahal anda sendiri sudah membaca hadis Abu Dzar di atas. Anda mungkin juga sudah membaca komentar saya di atas tetapi tuh anda tidak bisa memahami hadis Abu Dzar tersebut. terlalu mudah anda mengeluarkan kata-kata tersebut.

    nyalap: heheheheh
    aneh ente…..
    LUCU CEKALI

    nabi bilang,
    Barang siapa yang memanggil seseorang dengan “kafir” atau berkata “musuh Allah” padahal tidak demikian maka perkataan itu berbalik kepadanya

    ane rela kena dosa kalau ane memang menuduh ente musuh Allah namun tidak ada buktinya……

    namun bagaimana bila ada buktinya…

    ini buktinya:::::

    SP:
    Maka hanya ada dua kemungkinan, Abu Hurairah memang musuh Allah tetapi jika tidak demikian maka kemungkinan yang satunya perkataan “musuh Allah” itu akan kembali kepada Umar sendiri. Itulah yang dimaksud dengan judul di atas. Siapakah Musuh Allah, apakah Abu Hurairah ataukah Umar?.

    ini jelas bukti nyata mohon jangan belagak bodoh
    ini adalah matahari yang bersinar terang
    kata2 ente ini jelas seperti yang nabi bilang:

    …………..memanggil seseorang dengan “kafir” atau berkata “musuh Allah”……………

    karena setelah dilakukan “penyelidikan”. bukti yang menunjukan bahwa salah satu dari keduanya itu memang ada predikat mush Allah itu tidak ada…

    pengabungan dua hadis yang tidak ada hubungannya itu bisa2 ente saja…ngga ada kerjaan la yao!!!! tru dijadikan dalil lagi….idih kacian deh lu

    makanya baca bantahan ana di atas yang dua kali scara beruntun tersebut!!!!!

    mana buktinya??!!!!
    paling tidak Umar atau ABu hurairah sudah mendengar hadis tersebut??!!!!
    mana buktinya?!!!!!
    heheheheehehehehehe
    hohohohohoho
    hhihihihihi
    huhuhuhuhuhuhu
    haahahahahahaah

    agar ente bisa tegakkan hujjah bahwa memang keduanya atau salah satu dari keduanya itu musuh Allah…
    justru ente tidak mendatangkan dalil sharih……….

    malah ngeles ke ane:

    bahwa ane juga terkena hadis abu zar karena ane udah baca hadis itu trus ane tembakkan ke ente:

    SP: @SP (Musuh Allah)

    hahaha
    sorri ane ga kena hadis abu zar karena ane punya bukti kongkrit tulisan ente yang mengatakan:
    baca sekali lagi nehhhh:

    Maka hanya ada dua kemungkinan, Abu Hurairah memang musuh Allah tetapi jika tidak demikian maka kemungkinan yang satunya perkataan “musuh Allah” itu akan kembali kepada Umar sendiri. Itulah yang dimaksud dengan judul di atas. Siapakah Musuh Allah, apakah Abu Hurairah ataukah Umar?.

    hehehehe
    gimana
    masih mau ngeles
    atau ngeyel lagi

  62. Ada tambahan untuk SP & Truthseeker
    1.Apakah ucapan Umar “musuh Allah” merupakan “judgement ” untuk Abu Hurairah atau bukan.
    2. Apakah perkataan Abu Hurairah “aku bukan musuh Allah dan musuh Islam. Tapi aku musuh mereka yang memusuhi keduanya” Apakah benar demikian?
    Umar dalam menjalankan kekhalifaan sangat keras ia tidak pernah melepaskam campuk. Pernah ia menghukum mati anaknya karena menum khamar.
    Dan Abu Hurairah. Siti Aisyah pernah mengatakan Abu Hrairah pembohong dan juga Umar b. Khattab. Salam damai

  63. Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang memanggil seseorang dengan “kafir” atau berkata “musuh Allah” padahal tidak demikian maka perkataan itu berbalik kepadanya [Shahih Muslim 1/79 no 61]

    melontarkan kata “musuh Allah” laksana melontarkan senjata pamungkas yang tidak mungkin disarungkan kembali kecuali ia akan memakan korban.

  64. @nyalap

    mending ente bikin doa lintas agama agar Muawiyyah bersanding dengan Imam ALi di surga-NYa

    Eh, si Nyalap yang kentutnya mengakui kalo Muawiyah ada di neraka? Gak salah nih. Wah, entar lagi pasti diralat nih. Kalo diralat, terpakse ada kisah ”Dimanakah Muawiye berada, surga atau neraka?”.

  65. @nyalap
    Jadi masuk ke blog orang lain. Belum pernah ketemu, belum pernah kenal, baru baca 1-2 artikel/tulisan, dengan sadar mulut anda dengan ringannya mencerca seseorang dengan cercaan yang sangat berat?
    Baru saja orang lain membahas bahwa cercaan itu adalah cercaan yang sangat berat yang seyogyanya tidak pernah diucapkan seorang muslim kepada muslimnya.
    Apa manfaatnya buat anda mencerca seperti itu dengan resiko jika salah akan fatal bagi anda (yang saya pahami adalah anda tidak memandang sebelah mata wasiat Rasulullah yang begitu berat..sayang sekali).

    Semua kembali kepada anda, memilih beretika atau menjadi buah tertawa orang lain.
    Salah satu lagi figur2 salafy (apakah anda salafy?) yang gegabah dalam cerca mencerca.

    Tidak ada satupun orang dikatakan berilmu ketika b argumen2nya berlindung pada caci maki.

    Salam ragu.

  66. @truthseeker
    1.

    Tidak ada satupun orang dikatakan berilmu ketika b argumen2nya berlindung pada caci maki.

    Jangan harap orang wahhabi/salafy sadar, apalagi mengajari mereka etika. Mereka jelas mengharamkan tasawuf yang banyak membasa etika, maka bagaimana mengharap mereka mengerti etika? Caci maki, kata-kata kasar, suara mengguntur adalah tradisi wahhabi/salafy.
    Belas kasih dan cinta sudah lama lenyap di hati mereka. Lihat saja pembantaian dan pembunuhan keji diluar akal sehat yang dilakukan wahhabi/salafy terhadap ahmadiyah di cikeusik. Saya pribadi tidak sanggup menyaksikan. Baru setengah film dari pembataian ahmadiyah yang dliuar nalar tersebut, saya tidak sanggup menyaksikanya. Itupun sudah menyebabkan saya tidak dapat tidur nyenyak setelahnya.
    Tapi tahu tidak, ketika masalah pembantaian ini meledak di media massa, masih saja banyak wahhabi/salafy yang memaklumi bahkan membenarkan dan membela perilaku biadab mirip iblis tersebut.
    Seakan belum puas menggenapkan kekejaman dan kebiadaban mereka, pengikut wahhabi/salafy melanjutkan kebiadaban ala iblis ini dengan menyerang salah satu pondok pesantren di bangil. Alasannya? Karena tuduhan syiah. Seandainya tidak ada kasus pembantaian cikeusik, bisa jadi pembantaian sadis tersebut akan terjadi pula di Bangil.
    Wahhabi/salafy harus diusir dari bumi Indonesia. Wahhabi/salafy harus dilarang tumbuh di Indonesia. Inilah mazhab paling biadab dan paling kejam yang ada didalam Islam. Alih-alih membawa nama harum bagi Islam, mazhab ini justru mencoreng moreng muka Islam. Baca sejarah Indonesia, baca sejarah kemunculannya wahhabi/salafy di Nusantara. Mazhab ini tidak pernah lepas dari kekerasaan dan kebiadabannya.
    Karena itu, saya mendukung penuh upaya SP dan temen2 untuk membendung mazhab ini. InsyaAllah, dedengkot mazhab ini, Arab Saudi sebentar lagi juga akan tumbang.
    Saran aja kepada SP, mungkin bahasannya ditambah dengan topik sesatnya pandangan Wahhabi/Salafy. Kalo perlu kupas, ajaran-ajaran Wahhabi/salafy yang mendukung dan menyokong kekerasan.

  67. ok ane minta maaf bilang omongan ane kurang berkenan di hati ente semua dan ane harap ane dimaafkan

    selain minta maaf ane juga minta “khumus” dari ente semua dan ane harap ane dapat “khumus” dari ente semua

    salam khumus

  68. @kepada siapapun yang perlu dikasih tahu termasuk nyalap [dan yang lainnya].

    Telah shahih bahwa Umar memanggil Abu Hurairah dengan perkataan “wahai Musuh Allah”. Maka hanya ada dua kemungkinan, Abu Hurairah memang musuh Allah tetapi jika tidak demikian maka kemungkinan yang satunya perkataan “musuh Allah” itu akan kembali kepada Umar sendiri. Itulah yang dimaksud dengan judul di atas. Siapakah Musuh Allah, apakah Abu Hurairah ataukah Umar?. Apa jawabannya, kami cukup bertawaqquf saja karena kalau coba-coba menjawab akan bermunculan para penghina yang seenaknya menuduh orang

    .

    Saya akan menjelaskan soal tulisan saya yang saya quote di atas. Ada dua hadis [riwayat] yang tertera dalam tulisan di atas. Hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang menjelaskan bahwa memanggil seorang muslim dengan sebutan “kafir” atau “musuh Allah” tetapi ternyata orang tersebut tidak demikian maka ucapan tersebut kembali kepadanya.

    Saya pribadi menganggap hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] ini adalah larangan atau kehati-hatian untuk berucap ‘kafir” atau “musuh Allah”. Kemudian terdapat Riwayat yang mengatakan Umar berucap “musuh Allah” kepada Abu Hurairah. Bagi saya dua riwayat ini jelas ada hubungannya. Intinya Umar sedang melakukan apa yang ada dalam hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di atas yaitu memanggil saudaranya dengan ucapan “musuh Allah”. Kalau ada yang menggap itu tidak ada hubungannya ya silakan diberikan alasannya seperti STB atau truthseeker yang membawakan alasan konteks hadisnya beda.

    Kemudian saya mejelaskan kenapa ada judul Siapakah Musuh Allah, Abu Hurairah atau Umar?. Judul ini adalah konsekeunsi silogisme logis yang sederhana yaitu Telah shahih bahwa Umar memanggil Abu Hurairah dengan perkataan “wahai Musuh Allah”. Maka hanya ada dua kemungkinan, Abu Hurairah memang musuh Allah tetapi jika tidak demikian maka kemungkinan yang satunya perkataan “musuh Allah” itu akan kembali kepada Umar sendiri.. Makanya setelah saya menuliskan kata ini saya berkata “Itulah yang dimaksud dengan judul di atas“. Siapapun yang menganggap riwayat Umar dan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] itu ada kaitannya pasti akan memahami adanya silogisme logis seperti itu [dengan asumsi ia paham caranya berlogika]

    Pandangan saya sendiri tentang masalah ini, sudah saya jawab dalam komentar saya sebelumnya. Saya tidak memusingkan konsekuensi ini atau pertanyaan jawaban ini, bahkan saya katakan bisa saja bukan keduanya nah jawaban pertanyaan ini semuanya kembali kepada Allah SWT. Karena soal penetapan seperti itu adalah milik Allah SWT. Mencoba menetapkannya bisa terjatuh pada hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di atas.

    Pandangan penulis blog adalah Umar salah dalam ucapannya dan itu tidak sesuai dengan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Hadis itu jelas menunjukkan larangan memanggil sebutan “kafir” atau “musuh Allah” kepada saudara sesama Muslim.

    Diskusi yang ribet antara penulis blog [saya] dan saudara truthseeker terletak pada hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di atas. saudara truthseeker menganggap hadis tersebut terkait konteks kekafiran sedangkan saya menganggap hadis tersebut terkait ucapan atau panggilan “kafir” atau “musuh Allah” antara sesama muslim. saudara truthseeker menganggap kedua riwayat itu tidak berkaitan karena beda kontkesnya dan saya menganggap kedua riwayat itu berkaitan karena Umar telah melakukan apa yang ada dalam hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tersebut

    Kemudian datang seorang nyalap yang berkomentar aneh pakai menuduh-nuduh dan mencaci penulis blog sampai mengatakan “musuh Allah” kepada penulis blog. Ini jelas menunjukkan orang yang tidak punya pemahaman baik.

    Si penulis blog justru memfokuskan masalah pada cara memahami kedua riwayat yaitu riwayat Umar dan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dengan menyatakan Umar salah dalam ucapannya [sesuai dengan hadis Rasulullah di atas] dan soal konsekuensi cukup kembali kepada Allah SWT, bisa saja tuh Allah SWT mengampuni perkataan Umar tersebut.

    tetapi si nyalap lebih sibuk memfokuskan pada judul pertanyaan di atas dan menuduh sang penulis merendahkan salah satu sahabat Abu Hurairah atau Umar kemudian ia malah sibuk mencaci penulis berdasarkan tuduhannya itu.

    Kalau ada yang berkeberatan dengan kenapa muncul tulisan ini. Maka saya jelaskan, tulisan seperti ini atau terkait masalah ini termasuk salah satu isu yang terjadi antara diskusi pengikut salafy dan syiah. Penulispun pertama kali melihat cara pendalilan seperti ini dilakukan oleh pengikut Syiah dan mendapat jawaban dari pengikut Salafy. Memang kesannya disitu Syiah meragukan kredibilitas Abu Hurairah dengan perkataan ‘musuh Allah’ dari Umar sekaligus menydutkan Umar jika perkataan terhadap Abu Hurairah tidak benar. Nah jawaban dari pengikut Salafy mirip2 seperti yang diungkapkan oleh STB, maksudnya disitu beda, Umar tidak bermaksud menuduh Abu Hurairah musuh Allah dan kalau STB jawabannya lain konteks hadis itu adalah ucapan “musuh Allah” untuk kekafiran.

    Saya menawarkan alternatif pemahaman yang menurut saya lebih berpegang pada hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Hadis itu terkait dengan larangan mengatakan “kafir” atau “musuh Allah” kepada saudara sesama muslim. Tidak benar berdalih bahwa “musuh Allah” disana konteksnya untuk kekafiran kalau konteks lain seperti pelanggaran syariat maka hadis itu tidak berlaku. Ini keliru, bahkan di hadis lain juga terdapat larangan perkataan atau menuduh “fasiq” kepada saudara sesama muslim. Apakah mau dikatakan Fasiq ini terkait kekafiran [padahal umum diketahui kalau fasiq itu berbeda dengan kafir]. Jadi dalam konteks apapun seorang muslim secara sadar tidak boleh mengatakan muslim lain dengan ucapan “musuh Allah” karena konsekuensinya berat berdasarkan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di atas, entah itu konteks kekafiran atau pelanggaran syariat atau melakukan dosa besar, seorang muslim tetap harus berhati-hati agar tidak berucap “musuh Allah” kepada saudaranya sesama muslim. Dengan dasar ini maka saya katakan Umar itu jelas melakukan kesalahan dalam ucapannya, dan soal konsekuensi ucapannya semua kembali kepada Allah SWT. Saya pribadi tidak sreg dengan jawaban yang membela kemuliaan sahabat dengan menyimpangkan makna hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan saya pribadi juga tidak sependapat dengan mereka yang dengan mudahnya menjawab pertanyaan di atas [dengan menetapkan salah satunya]. Semoga penjelasan penulis ini bisa dipahami dengan baik

  69. @SP,

    ane tahu, ente sedang menunggu nyalap untuk membahas mengenai sahabat yang munafik yang Nyalap janjikan. Masak ente percaya nyalap sih? Gak mungkinlah. Silahkan baca dibawah ini jika ente ingin tahu kenape …

    @nyalap,

    selain minta maaf ane juga minta “khumus” dari ente semua dan ane harap ane dapat “khumus” dari ente semua

    Duh nyalap, Ane tambah kasihan sama ente Nyalap… Saking kerenya, ente sampe minta khumus. Nanti ane bilangin ke salah satu marja’ supaya ente dapat bagian khumus. Soalnya ente kere dan miskin ..

    Duh, ente ini sudah bego karena sering ditempeleng sama bokapnya, kepala-nye juga penuh ludah karena pingin pinter, eh ditambah lagi homo sampe kentutnya bunyinya “boh, boh, boh …”

    eh, sekarang baru ketahuan kalo ente kere …

    Nasihat ane, ati2 jangan serin disodomi, nanti kena ambein lho .. kikikiiiiiiii ….

  70. @nyalap

    btw, udah berhari-hari saya menunggu jawaban atau bantahan anda soal ‘sahabat yang munafik’. Kalau anda bilangnya gak tahu sih saya gak bakal nunggu2 tetapi anda sendiri bilang udah dari kemarin2 sudah punya bahan jawaban tetapi anehnya sampai saat ini belum ada dan anda malah sibuk dengan komentar spam plus caci maki seperti biasanya :mrgreen:

  71. Maaf mas SP, Tp prkataan nyalap ada bnarnya jg yg mengatakan: bgmn kalau kdua sahabat trsebut blum mendngar hadits pelarangan ucapan kafir tsb, atau keduanya lupa ada hadits tsb. Kmungkinan sprti itu kan bs sja trjdi.
    Dan dlm keadaan tdk tahu atau lupa katanya tdk ada dosa..

  72. @truthseeker

    jelas sekali dlm hadits diatas Abu hurairoh kecewa dan menolak sebutan itu, jadi dari konteksnya yg dituduh sangat kecewa dan menolak tuduhan itu.

    Mengenai hadits setelahnya sebenarnya semangat yg paling utama adalah larangan utk sembarang mengatakan “musuh Allah” jika tdk benar maka itu kembali padanya.

    Dan yg menuduh jelas dgn kata2 “Musuh Allah” dan “Musuh islam” apapun alasannya sdh membuat kecewa tertuduh. Apakah tuduhan ini beralasan atau keceplosan atau cuma salah paham. Tuduhan ini sudah lepas keluar.
    konsekuensinya adalah
    1. Jika Tuduhan ini benar maka Abu hurairoh musuh islam dan Musuh Allah.
    2. Jika tuduhan ini salah maka tuduhan ini kembali pada penuduh
    3. Jika tuduhan ini keluar dari sikap bermain main atau kecerobohan ,
    Maka konsekuensi yg paling berat tuduhan kembali pada penuduh sebagai akibat serampangan dlm menuduh
    atau
    Yg paling ringan jika kecerobohan/salah paham maka yg melakukan tuduhan kita sebut tdk bisa menjaga lisannya dgn bener dan serampangan menuduh org…

    so terserah anda seterusnya

  73. @Imam
    Menurut saya tidak mungkin mereka tidak mendengar sebab:
    1. Abu Hurairah terbanyak mendengar sabda Rasul.
    2. Umar sebagai Khlifah harus mengetahui hukum2
    Islam
    3. Tidak mungkin Rasul tidak peringati para
    sahabat karena hal ini mengenai akhlak terutama diantara sahabat. Rasul diutus
    untuk memperbaiki akhlak. Dan pasti dimulai dari
    para sahabat yang terdekat. Yang pasti Rasul tdk akan LUPA menyampaikannya. Wasalam

  74. @Imam
    ente pemuda cerdas!!!
    beda dengan si SP…
    kecerdasannya tidak digunakan dengan baik….

    bantahan dia yang barusan
    isinya cuma
    ngeyel doang!!!!

    alias argumentasinya atas argumentasi ane rapuh….
    alias sudah kehabisan tenaga
    biar ga malu….
    lebih baik bantah argumentasi ane
    dengan kata2 yang banyak biar terelihat ilmiyah

    tapi sayangnya
    itupun tidak bisa menipu

    orang yang namanya
    Imam!!!!

    kacian deh SI SP

  75. @chany:
    Menurut saya tidak mungkin mereka tidak mendengar sebab:
    1. Abu Hurairah terbanyak mendengar sabda Rasul.
    2. Umar sebagai Khlifah harus mengetahui hukum2
    Islam
    3. Tidak mungkin Rasul tidak peringati para
    sahabat karena hal ini mengenai akhlak terutama diantara sahabat. Rasul diutus
    untuk memperbaiki akhlak. Dan pasti dimulai dari
    para sahabat yang terdekat. Yang pasti Rasul tdk akan LUPA menyampaikannya. Wasalam

    nyalaP:
    justru inilah maslah sebenarnya
    sebelum si SP bersilogisme seperti yang dia katakan itu
    paling tidak
    bawakan ke dalilnya

    jangan ente di sini malah mengandai2 seperti itu!!!!!
    itu dilarang dalam dunia diskusi
    karena ini bukan cerita dongeng

  76. @Sp,

    btw, udah berhari-hari saya menunggu jawaban atau bantahan anda soal ‘sahabat yang munafik’. Kalau anda bilangnya gak tahu sih saya gak bakal nunggu2 tetapi anda sendiri bilang udah dari kemarin2 sudah punya bahan jawaban tetapi anehnya sampai saat ini belum ada dan anda malah sibuk dengan komentar spam plus caci maki seperti biasanya

    Ane turut prihatin yang mendalam atas penantian yang tiada akhirnya. Dijamin, si Nyalap cuma omdo doang. Lagian, si Nyalap kan internetnya minjem. Jadi jawabannya pasti tempo-tempo. Tempo ada, tempo gak ada. Tergantung majikannya lagi make apa gak … kikikiiiiii …

    @Imam,

    Abu hurairah dan atau Umar entah mendengar atau tidak, yang jelas mengucapkan “Musuh Allah” kepada sesama muslim itu jelek. Tidak baik untuk ditiru.

    Sangat tidak penting untuk mencari tahu apakah keduanya mendengar atau tidak. Kalau tidak mendengar, berarti keduanya malas mencari tahu alias malas belajar. Malas belajar adalah sifat yang jelek. Padahal keluarga Nabi masih hidup, si pintu Ilmu Imam Ali pun siap menjawab. Kalau Umar sudah tahu akan hadits tersebut, ya berarti Umar melanggar larangan Rasulullah.

    Jadi mendengar atau tidak mendengar, tahu atau tidak tahu. mengucapkan “Musuh Allah” kepada sesama muslim itu jelek, apapun alasannya.

  77. @Imam

    perkara Umar tidak tahu atau lupa itu perkara yang hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Maka seperti yang saya bilang soal konsekuensi itu kembali kepada Allah.

    Kalau seandainya Umar tidak tahu atau lupa ia tetap saja salah dalam ucapannya dan mungkin Allah SWT akan mengampuni ucapan Umar tersebut

    Kalau seandainya Umar tahu hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tetapi tetap berucap seperti itu maka kesalahannya jauh lebih besar lagi berarti kan dengan sengaja tidak mengamalkan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tersebut.

  78. @ SP

    SP: perkara Umar tidak tahu atau lupa itu perkara yang hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Maka seperti yang saya bilang soal konsekuensi itu kembali kepada Allah.

    nyalap: ente ini syiah bin murjiah
    amat disayangkan memang,

    ente yang awalnya sangat berapi2 dalam membahas hadis di atas, namun ketika datang argumen dari ane…
    ente malah “ngeles” dan cerocos sana sini
    mengulang kembali keyakinan ente yang nota bene sudah ane fatahkan….sefatah2nya

    hehehe
    sekarang ente ga bisa lari……mau bikin muslihat , udah ga bisa…orang ente udah buntu alias
    ente udah ga ada jalan keluar lagi

    tiba2
    (ehem)
    karena syiah sudah tidak bisa memberi jawaban untuk mematahkan argumen ana dan ketentraman dalam batin ente, akhirnya ente loncat ke murjiah

    bawa2 nama Allah segala!!!
    hehehe
    Ha ga salah tuh???
    hari gini ada orang murjiah?!!!!
    ckckckc

    persis kayak politikus, ngga cocok dengan partai A pindah partai B…..
    pindah trus sampe puas….

    SP:
    Kalau seandainya Umar tidak tahu atau lupa ia tetap saja salah dalam ucapannya dan mungkin Allah SWT akan mengampuni ucapan Umar tersebut

    nyalap:
    oe teman2 semua bandingkan ucapan si SP ini dengan firman Allah berikut:

    Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran tidak tahu (jahil), yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

    an-NIsa: 17

    dan hadis Nabi:

    sabda Rasulullah: Dosa itu tidak dicatat dalam tiga kondisi:
    1 Anak kecil yang belum balig
    2. Orang tidur hingga ia sadar
    3. Orang gila hingga ia berakal

    Lancang sekali si SP ini di hadapan Allah dan Rasulnya
    Allah sudah menetapkan semua orang yang berbuat sesuatu karena tidak tahu Alah maafkan dan terima tobatnya
    dan rasul megatakan bahwa tidak ada dosa bagi orang yang lupa!!!!

    tapi SP katakan “mungkin”, mungkin Allah…balm bla
    heheheheheh

    maaf ya SP
    ane meragukan keislaman ente
    namanya orang islam itu kalau ia berserah diri dan tunduk pada Allah dan rasulnya

    tapi sayang ente tidak tunduk!!!!
    sama sekali!!!
    sedikitpun

    malah bermain2 dengan akal ente
    menyeret dalil sesuka hati
    naudzubillah min ente

    SP: Kalau seandainya Umar tahu hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tetapi tetap berucap seperti itu maka kesalahannya jauh lebih besar lagi berarti kan dengan sengaja tidak mengamalkan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tersebut.

    Nyalap:
    nah ini yang menjadi maslaah ane dengan ente
    mana buktinya, mana dalilnya?!!!

    seseorang dihukum berdosa atau dosa tidak diterima itu bila ia melakukan kesalahan secara tahu dan sadar, namun bila tidak tahu atau lupa tidak terkena dosa
    lihat firman Allah dan hadis nabi di atas!!!!

    kok ente tentap ngeyel sih???
    pantasan azza orang syiah itu oleh beebrapa kelompok dianggap yahudi
    karena ngenyel!!!
    heheeheheh

    salam cinta dari muawiyah
    sahabat Ali

  79. @bob
    Secara garis besar saya setuju saja dengan komentar terakhir anda.. :).
    1. Saya setuju bahwa menjaga mulut dari pengkafiran ataupun cercaan yang lain adalah wasiat yang berat dari Rasulullah SAW.
    2. Menghubungkan 2 nash tidaklah sesuatu yang dapat langsung diklaim benar secara logika sederhana.
    3. Kita akan sering menemukan 2/lebih nash yang tidak bisa dihubungkan secara teks to teks saja.
    4. Personally secara aqli saya menganggap hadits/atsar tsb tidak sahih (semoga tidak jadi polemik baru.. 🙂 ).
    5. Saya bukan sedang menyalahkan atau membenarkan seseorang, namun sedang menyatakan bahwa opsi lain dari tafsir kita thd atsar tsb masih terbuka lebar (misalnya dengan melihat konteks).
    6. Saya tidak pernah menolak bahwa (baik sengaja/tidak) pengkafiran ataupun stigma buruk lainnya adalah tidak baik (dilarang oleh Rasulullah).

    @nyalap cs (mereka2 yang membuka peluang tidak tahunya Sy Umar/Abu Hurairah ra atas hadits Shahih Muslim 1/79 no 61.
    Harap kalian memeriksa konsekuensi dari teori ini. Bagi mereka yang biasa menggunakan logika/akalnya maka akan muncul pertanyaan: bagaimana dengan teori bahwa sahabat adalah sumber dari ilmu, mereka yang paling tahu ttg islam setelah Rasulullah. Bukankah nyalap yang anak kemarin sore lebih tahu ttg hadits tsb drpd salaf salaf tsb?.
    Bagaimana kita mendudukan siapa2 sahabat2 yang utama? jika pengetahuan kita tentang islam datangnya bukan dari mereka (yang dikatakan utama).
    Saya menolak teori bahwa mereka tidak tahu.
    Saya memilih bahwa (matan) hadits tsb secara aqli (saya) tidak sahih.

    Salam damai

  80. @nyalap,

    ente yang awalnya sangat berapi2 dalam membahas hadis di atas, namun ketika datang argumen dari ane…
    ente malah “ngeles” dan cerocos sana sini
    mengulang kembali keyakinan ente yang nota bene sudah ane fatahkan….sefatah2nya

    ane bingung, mana ya argumen ente? ini yang ente sebut argumen? kasihan sekali ente, Nyalap …

    @All,

    Jika Umar tidak tahu hadits mengumpat “musuh Allah” kepada Muslim lainnya adalah terlarang => Sy Umar malas belajar.

    Jika Umar tahu hadits mengumpat “musuh Allah” kepada Muslim lainnya adalah terlarang => Sy Umar melanggar Rasulullah.

    Baik malas belajar ataupun melanggar Rasulullah, sama-sama jeleknya. Tidak usah ditiru.

    Mungkin karena itu, wahhabi/salafy memiliki sifat kedua sifat jelek. Udah dikasih tahu jangan ditiru, masih ngeyel. Lihat aja si Nyalap, udah males bejalar, males membaca, ngeyel lagi …

    Padahal masalah ini sangat sederhana. Tapi seperti biasa, demi mengamalkan ilmu ngeles-nya, si Nyalap dan kreco-keroco nya hendak melebarkan masalah ini dengan cara mengatakan perbuatan Umar tersebut diampuni oleh Allah.

    Apa urusannya dengan diampuni atau tidak? Bukankah Lebih baik si Nyalap pergi ke dokter dan mengecek keadaan pantatnya, apakah sudah terkena ambein atau tidak? Kalo terkena ambein akibat sering homo sama si Noordin M top, bisa-bisa kentutnya bunyinya “boh, pre, pret, boh pret….” kikikiiiiii ….

    Atau sekalian aja, si Nyalap checkup ke SP. Kan SP dokter tuh, ane jamin dikasih gratis deh untuk biasa konsultasinya … hehehehee …

  81. @Truthseeker08:
    ente ini……………………..masya Allah
    bodoh kok dipeliara

    ane bantah omongan ente yang ngga ada isinya itu:

    dengerin neh….baik2

    hadis tentang perbuatan rasulullah di rumahnya itu yang tahu ya cuma istri2nya atau orang 2 yang pernah tinggal di tumahnya seperti sahabat anas, sahabat lain yang di luar mana tahu????

    hadis tentang rasulullah di luar yang tahu ya shabat rasulullah yang menyertainya saja
    yang tidak ikut serta ya tidak tahu…….
    dan istrinya di rumah pun ya tidak tahu…………

    di mana ada rasulullah di situ ada hadis
    bila tidak ada yang menyertai rasululah ya tidak ada hadis………….

    ente ini maaf ya sudak sok tahu, sombong, ga punya malu..akal ente malah tidak digunakan

    lagak ente kaya filosof
    dengan entengnya berkata

    “Saya menolak teori bahwa mereka tidak tahu.
    Saya memilih bahwa (matan) hadits tsb secara aqli (saya) tidak sahih.”

    hei femuda
    bangun dari tidur ente
    cuci muka sana
    kita ini sedang bicara hadis bukan bicara filsafat

    ente ini kayaknya ga ada pengetahuan sedikitpun tentang ilmu hadis

    masa ente tidak tahu mengenai hadis yang banyak diriwayatkan dari kalangan sahabt dan yang sedikit yang diriwayatkan dari mereka??!!!

    maaf ente ini ga punya ilmu tentang hadis
    bicara hadis
    bahkan berani berkata tanpa malu:

    “Saya menolak teori bahwa mereka tidak tahu.
    Saya memilih bahwa (matan) hadits tsb secara aqli (saya) tidak sahih.”

    ente ini punya guru hadis ngga sih
    mungkin omongan ente ini kalau didengar olehnya
    ia mungkin sudah menjewer ente karena sok tahu

    salam bahagia dari
    muawiyah

  82. @wahhabi_kampret,
    gimana kisah balda ente kemaren???
    amat disayangkan dihapus oleh si SP!!!

  83. @nyalap

    hadis tentang perbuatan rasulullah di rumahnya itu yang tahu ya cuma istri2nya atau orang 2 yang pernah tinggal di tumahnya seperti sahabat anas, sahabat lain yang di luar mana tahu????

    Kalo Sy Umar gak tahu, kenapa gak tanya? Bukankah belajar adalah wajib dari lahir sampai liang lahat? keluarga Rasul masih hidup, Imam Ali ada siap untuk ditanya. Sy Umar mendapat kenikmatan bertemu dan belajar langsung dari Rasulullah dan Imam Ali. Harusnya dimanfaatkan secara maksimal dong …

    Apa ente mau bilang, kalo si Nyalap lebih tahu dari Sy Umar ? Kalo mau bilang gitu sih, ya terserah ente … Kalo menurut ane sih, ente sama sekali gak pinter. Maaf ye, kalo ini ane gak becanda …

    gimana kisah balda ente kemaren???
    amat disayangkan dihapus oleh si SP!!!

    Jujur, jelek banget bro …
    Soalnya gak ada humor-humor-nya sama sekali. Cuma kayak anak SD yang lagi belajar ngarang ..
    Bandingkan dengan punya ane.

    Pak Guru: Nyalap, siapa pembunuh Umar bin Khattab?
    Nyalap : Sumpah pak guru, bukan ane pembunuhnya …
    Pak Guru: eeerrrrrrrrrrrr !!!!!
    Nyalap (ketakutan) : Sumpah pak guru, bukan ane pembunuhnya. Ane masih kecil pak guru… Ampun. Bukan ane pembunuhnya.
    Pak Guru: Keluar …

    [sampai selesai. baca balada si Nyalap kisah 1]

    Btw, kok ente sekarang gak lucu lagi sih … Cenderung sadis dan kejam. Apa terpengaruh sama si Noording Homo ya?

  84. @nyalap
    Ente memang tdk belajar membaca jadi tidak mengerti mana suatu konklusi dan mana ber andai2
    Apakah ente gak pernah baca bahwa abu Hurairah mengeluarkan hadits lebih banyak dari semua sahabat? ( lbh dari 5000)
    Apakah Umar seorang bodoh atau malas untuk mempelajari hukum2 dalam menjalankan pemerintahannya TIDAK. Umar seorang yang pintar (sejarah mengatakan)
    Atau anda dan mereka sama aja asal ngomong,
    Ada pepatah mengatakan karena mulut badan binasa. Kalau ente bukan lagi badan yang binasa tapi akal ente.

  85. @nyalap

    nyalap: ente ini syiah bin murjiah
    amat disayangkan memang,

    Maaf dimana letak murjiah-nya. Saya cuma bilang dalam masalah ini perkara Umar tidak tahu atau Umar lupa itu hanya Allah SWT yang tahu. Sekarang saya tanya mana buktinya Umar tidak tahu atau Umar lupa, kalau memang anda bisa memastikannya?. Heh kalau bicara menghina kayak anak kecil itu mah gampang :mrgreen:

    ente yang awalnya sangat berapi2 dalam membahas hadis di atas, namun ketika datang argumen dari ane…

    ah biasa aja kali, saya gak pernah sampai apa yang anda bilang berapi-api, itu waham anda saja. btw saya baru tahu kalau anda punya argumen, rasanya anda cuma bawa waham anda kesini :mrgreen:

    ente malah “ngeles” dan cerocos sana sini
    mengulang kembali keyakinan ente yang nota bene sudah ane fatahkan….sefatah2nya

    Orang yang paling ngeles dan paling ngerocos disini adalah anda sendiri. Anda kan sibuk dengan waham anda yang menghina saya sedangkan pandangan saya sendiri jauh dari prasangka anda. Kalau anda punya penyakit waham memang setiap orang selalu buruk dalam pandangan anda 🙂

    hehehe
    sekarang ente ga bisa lari……mau bikin muslihat , udah ga bisa…orang ente udah buntu alias
    ente udah ga ada jalan keluar lagi

    kenapa harus lari?. kayaknya yang bikin muslihat disini adalah anda dan yang memang kelihatan lagi lari itu anda juga. Toh dari kemarin tuh ditunggu bantahan anda soal sahabat munafik ternyata tidak ada bunyinya sama sekali. Anda malah sibuk menghujat disini. Siapa tuh yang tidak tahu malu pakai menuduh orang :mrgreen:

    tiba2
    (ehem)
    karena syiah sudah tidak bisa memberi jawaban untuk mematahkan argumen ana dan ketentraman dalam batin ente, akhirnya ente loncat ke murjiah

    Jangan sok mas, kalau Syiah yang berdalilkan dengan hadis di atas maka bantahan anda itu tidak laku. Pandangan saya sendiri dan pandangan Syiah [beberapa pengikut Syiah] dalam masalah ini berbeda kok. Saya tidak ada memvonis Abu Hurairah atau Umar sebagai musuh Allah tetapi saya tidak membela Ucapan Umar karena memang ucapan itu salah.

    bawa2 nama Allah segala!!!
    hehehe
    Ha ga salah tuh???
    hari gini ada orang murjiah?!!!!
    ckckckc

    sedangkan anda sendiri bawa nama Muawiyah, ya jauh sekali bedanya :mrgreen:

    nyalap:
    oe teman2 semua bandingkan ucapan si SP ini dengan firman Allah berikut:

    Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran tidak tahu (jahil), yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

    an-NIsa: 17

    Lho saya pakai mungkiin, karena saya tidak tahu apakah Umar itu bertaubat atau tidak atas ucapannya itu. Kalau anda bisa memastikan Umar bertaubat, maka saya tanya mana buktinya?.

    dan hadis Nabi:

    sabda Rasulullah: Dosa itu tidak dicatat dalam tiga kondisi:
    1 Anak kecil yang belum balig
    2. Orang tidur hingga ia sadar
    3. Orang gila hingga ia berakal

    soal dosa semuanya kembali kepada Allah SWT. Saya kan bicarakan benar atau salahnya ucapan Umar tersebut. Terlepas Umar tidak tahu atau tahu hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] ucapan Umar “musuh Allah” itu jelas salah. nah perkara konsekuensi itu kembali kepada Allah SWT. Apakah Allah SWT memaafkannya atau tidak. btw di hadis di atas dalam tiga hal yang anda catut apa ada tuh soal “tidak tahu” dan “lupa”?.

    Lancang sekali si SP ini di hadapan Allah dan Rasulnya
    Allah sudah menetapkan semua orang yang berbuat sesuatu karena tidak tahu Alah maafkan dan terima tobatnya
    dan rasul megatakan bahwa tidak ada dosa bagi orang yang lupa!!!!

    Makanya sebelum komentar baca dulu tulisan orang baik-baik. Kalau anda asal membantah ya begini jadinya. Soal dosa itu urusan Allah SWT. nash itu ada, maka setiap perbuatan umat islam ditimbang benar salahnya dengan nash [dalil]. Sejak kapan dengan alasan tidak tahu maka pelanggaran nash atau maksiat dianggap benar.

    tapi SP katakan “mungkin”, mungkin Allah…balm bla
    heheheheheh

    Sudah saya bilang, kata mungkin karena saya tidak bisa memastikan apakah Umar bertaubat atau tidak?. Dan soal mengampuni dosa seseorang itu Urusan Allah SWT bukannya urusan anda. Bagaimana anda bisa menyatakan pasti bawa dosa seseorang diampuni Allah SWT. Anda dapat wahyu dari langit?. Beda sekali antara orang yang berhati-hati bicara dengan orang yang asal berbicara.

    maaf ya SP
    ane meragukan keislaman ente
    namanya orang islam itu kalau ia berserah diri dan tunduk pada Allah dan rasulnya

    tapi sayang ente tidak tunduk!!!!
    sama sekali!!!
    sedikitpun

    memangnya anda sendiri apa sudah berserah diri dan tunduk pada Allah SWT dan Rasul-Nya. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengajarkan agar umat islam menjaga lisannya dari mencaci saudaranya sesama muslim. Lha hitung saja disini berapa kali anda mencaci saya. Itukah yang anda maskud “berserah diri” 🙂

    malah bermain2 dengan akal ente
    menyeret dalil sesuka hati
    naudzubillah min ente

    Di dunia kahayalan anda mungkin cuma anda saja yang tidak sesuka hati. Ya toh silakan silakan 🙂

    Nyalap:
    nah ini yang menjadi maslaah ane dengan ente
    mana buktinya, mana dalilnya?!!!

    Bukti apa, dalil apa. Orang yang mau berhujjah lah ya membawakan buktinya. Kok anda nyuruh saya membawakan bukti untuk waham anda.

    seseorang dihukum berdosa atau dosa tidak diterima itu bila ia melakukan kesalahan secara tahu dan sadar, namun bila tidak tahu atau lupa tidak terkena dosa
    lihat firman Allah dan hadis nabi di atas!!!!

    Hei bangun Mas, saya gak bicara soal dosa. Karena soal dosa itu konsekuensi yang mutlak milik Allah SWT. Saya mengatakan bahwa Ucapan Umar itu salah. kenapa anda malah mencak-mencak, menurut anda ucapan Umar itu benar atau salah?.

    kok ente tentap ngeyel sih???
    pantasan azza orang syiah itu oleh beebrapa kelompok dianggap yahudi
    karena ngenyel!!!
    heheeheheh

    Anda menuduh saya syiah maka saya jawab tuduhan anda saya bukan syiah. Eeh anda bukannya meminta maaf malah bilang saya ngeyel. Anda menuduh saya merendahkan salah satu sahabat Abu Hurairah atau Umar sudah saya jawab pandangan saya tidak ada merendahkan mereka. eeh anda malah ngeyel mengatakan saya ngeyel. Sebenarnya anda ngerti atau tidak apa itu artinya “ngeyel”. Andalah yang ngeyel disini karena anda memaksakan diri orang lain harus sesuai dengan prasangka anda yang buruk. Itu kan kayak fenomena aneh “pokoknya kambing walaupun bisa terbang”. Mau kenyataannya binatang itu burung atau sapi atau gajah kalau dalam pikiran anda itu kambing ya tetap anda anggap kambing. nah susah berdiskusi soal sapi atau gajah dengan orang yang dalam pikirannya cuma ada kambing 🙂

  86. yaaah untuk sosok sahabat seperti umar bin khottob, ngga aneh ngomong kasar sama laen sahabat…wong sama nabi sendiri aja pernah membantah ddengan berkata tdk sopan pd Nabi Saw pd peristiwa hudaibiyah ..”apakah anda benar2 nabi Allah…?….

  87. mangkanya lebih baik, para pakar hadis berkumpul bersama2 utk melakukan semua revisi hadis2 yg bersifat kontroversi atau kontradiksi terutama hadis2 di buhorimuslim,…biar umat ini ngga bingung
    contoh, ada hadis yg membicarakan keutamaan/kejuhudan umar bin khotob tapi disisi laen ada hadis2 yg membicarakan kejelekan2 umar yg tentunya kalo dikaitkan dg hadis keutamaan umar ngga nyambung..wong akhlaq itu adalah segala2nya bagi NAbi Saw mangkanya utk sahabat yg terceritakan karakter buruk yg kontradiksi dg anjuran berakhlakulkarimah sulit utk dijadikan suritauladan umat.

  88. @nyalap, on Maret 25, 2011 at 1:35 pm said:

    ente ini……………………..masya Allah
    bodoh kok dipeliara

    Saya memang bodoh, dan saya belum pernah ngaku pinter (anda sering yaa?).. 😀
    Tapi pelihara kebodohan rasanya saya belum pernah punya hobi seperti itu. Saya mencari kebenaran karena saya masih bodoh, tapi tentunya juga saya karena anti pelihara kebodohan..(maaf saya tidak mau belajar ini dari anda).. Coba tlong kasi contoh orang2 pintar yang tereak2 dirinya pintar, kalau memang ada, maka anda akan saya masukkan ke kelas orang pintar :mrgreen:

    ane bantah omongan ente yang ngga ada isinya itu:

    Kalau tidak ada isinya ya tentu gak bisa dibantah tohh, so lebih baik jangan dibantah..

    dengerin neh….baik2

    Semua disini adalah pendengar yang baik kecuali anda.. 😀

    hadis tentang perbuatan rasulullah di rumahnya itu yang tahu ya cuma istri2nya atau orang 2 yang pernah tinggal di tumahnya seperti sahabat anas, sahabat lain yang di luar mana tahu????

    Jadi maksud anda semua yang dikhabarkan oleh Rasulullah di dalam rumahnya maka seyogyanya tidak disampaikan kepada orang luar? Karena Rasulullah merasa itu perlu diketahui oleh orang banyak tentunya Rasulullah akan sampaikan di masjid. Saya mulai sedikit paham. Lain kali saya akan sortir hadits2 yang dari Sy. Aisyah yang mana mestinya tidak berlaku bagi umat, karena Rasulullah hanya berniat hal itu diketahui oleh orang rumah saja.

    hadis tentang rasulullah di luar yang tahu ya shabat rasulullah yang menyertainya saja
    yang tidak ikut serta ya tidak tahu…….
    dan istrinya di rumah pun ya tidak tahu…………

    Wahh baru tahu saya bahwa para sahabat itu sebetulnya ilmu mereka tentang islam sangat terbatas. dan sepertinya tidak ada proses saling memberi tahu dan mencari tahu.
    Kalau begitu bagaimana kita merujuk kepada mereka yang kita tidak tahu apakah mereka tahu. Artinya semua mereka yang belajar hadits saat ini bisa dipastikan lebih berilmu (hadis) dibandingkan sahabat yang hanya tahu sepotong2?

    ente ini maaf ya sudak sok tahu, sombong, ga punya malu..akal ente malah tidak digunakan

    Ahh rasanya saya hanya menyampaikan yang saya tahu dan tidak pakai klaim pasti benar (apalagi ditambah caci maki), dan itu masih bisa dikategorikan tahu malu. Kalau masalah sombong itu hanya perasaan anda saja. Biasanya orang2 yang minder memang paling gak bisa dengerin orang yang sabar, bagi mereka orang ini mereka klasifikasi sbg sombong. Karena anda selalu berbahasa dengan caci maki, maka ketika ketemu orang yang bisa menjaga mulutnya maka anda minder dan anda kemudian merasa orang tsb sombong (saya sarankan anda mulai baca buku2 psikologi sedikit).

    lagak ente kaya filosof

    Nahhh betul khan anda minder dengan kekasaran anda.. 😀 Sehingga ada orang ngomong agak genah/beraturan sedikit anda melihat dia seperti seorang filosof.. 😀

    dengan entengnya berkata
    “Saya menolak teori bahwa mereka tidak tahu.
    Saya memilih bahwa (matan) hadits tsb secara aqli (saya) tidak sahih.”

    Wahh anda sudah mulai pintar menimbang kata2 tohh.. 😉
    Dimana salahnya dan dimana filosofnya?..:D

    hei femuda
    bangun dari tidur ente
    cuci muka sana
    kita ini sedang bicara hadis bukan bicara filsafat

    Terima kasih. Soalnya SP selalu menuduh saya tua.. 😀
    Kalau bangun dari tidur saya tidak cukup cuma cuci muka, emangnya kalau cuci muka bisa bedain hadits sama filsafat? Apakah artinya anda tidak pernah cuci muka?
    Rasanya saya sedang bicara hadits, kecuali kalau bicara matan maka itu adalah filsafat.

    ente ini kayaknya ga ada pengetahuan sedikitpun tentang ilmu hadis

    Betul sekali..!! jarang2 anda betul. Bonus bagi anda sekali ini.
    Makanya saya nongkrong di blog SP buat belajar hadits. Sekian lama berkunjung ke blog2 lain ternyata disini yang paling keren.

    masa ente tidak tahu mengenai hadis yang banyak diriwayatkan dari kalangan sahabt dan yang sedikit yang diriwayatkan dari mereka??!!!

    Haaa..?? ente ngomong apa sihh? Atau anda tidak bisa membedakan antara tahu dan meriwayatkan. Masih ada koq alternatif banyak yang tahu namun sedikit yang meriwayatkan. Atau anda menganggap hanya mereka yang meriwayatkan hadits saja yang tahu hadits tsb.., kalau dibaca dari tadi emang kayaknya anda seperti itu deh :mrgreen:

    maaf ente ini ga punya ilmu tentang hadis
    bicara hadis

    Saya belum pernah ngaku2 punya ilmu hadits koq, anda punya yaa??.. 😉
    Coba kasi saya dalilnya saya tidak boleh komentar di blog ini? Rasanya belum ada tuh yang menunjukkan certificate ilmu hadits sebelum bicara disini (termasuk anda).

    bahkan berani berkata tanpa malu:
    “Saya menolak teori bahwa mereka tidak tahu.
    Saya memilih bahwa (matan) hadits tsb secara aqli (saya) tidak sahih.”

    Lhaa ente belum menguji statement saya koq buru2 sewot, ini berarti anda juga belum pernah belajar ilmu hadits.. 😀
    Orang lain bebas ngomong seenaknya dan berteori bahwa kedua sahabat tsb tidak tahu (pakai dasar apa ya??, ilmu hadis atau filsafat?? Atau ilmu khas anda sekalian ilmu ngeles?? :mrgreen: ilmu yang ini memang kami mengaku kalah)

    ente ini punya guru hadis ngga sih
    mungkin omongan ente ini kalau didengar olehnya
    ia mungkin sudah menjewer ente karena sok tahu

    Tadinya mau belajar dari anda, Cuma takut bukan jadi pinter hadits malah cuma pinter ngeles dan mengumpat.. 😀

    Salam damai.

  89. @SP
    Maaf dimana letak murjiah-nya. Saya cuma bilang perkara Umar tidak tahu atau Umar lupa itu hanya Allah SWT yang tahu. Sekarang saya tanya mana buktinya Umar tidak tahu atau Umar lupa, kalau memang anda bisa memastikannya?. Heh kalau bicara menghina kayak anak kecil itu mah gampang

    nyalap:
    mungkin untuk bisa dimengerti ane runut dulu satu persatu dulu

    1. ente menyalahkan umar atas kata2nya. dalilnya adalah ucapan ente:

    SP: Dengan dasar ini maka saya katakan Umar itu jelas melakukan kesalahan dalam ucapannya,

    SP: Terlepas Umar tidak tahu atau tahu hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] ucapan Umar “musuh Allah” itu jelas salah.

    SP: Saya mengatakan bahwa Ucapan Umar itu salah. kenapa anda malah mencak-mencak,

    nyalap: dalam syariat, ente boleh menyalahkan Umar, kalau Umar melakukan itu setelah ia tahu atau mendengar hadis abu zar tsb
    tapi bila umar tidak tahu hal itu…………..
    kenapa tetap disalahkan
    ini yang tidak ane mengerti??????
    ente ini orang islam bukan sih?
    masa ngga ngerti kaidah syariat???

    oke boleh lah ente “menyalahkan” Umar atas ucapannya itu bila ditinjau dari sudut etika berbicara atau ilmu positif
    tapi sayangnya ente itu menyalahkan Umar tidak seperti itu malah menggunakan hadis Abu Zar tersebut….
    nah otomatis ini kan sudah tidak berhubungan dengan etika positif lagi tapi sudah berhubungan dengan syariat. sedangkan syariat itu menyatakan hanya menyalhkan seseorang bila ia melakukan sesuatu secara sadar dan tahu namun bila ia tidak tahu atau lupa maka syariat memafkannya…

    ini yang tidak bisa sama sekali ente pahami
    ane heran sekali padahal bahasa kita ini sama kok tetap tidak paham juga???!!!!

    oke lah mungkin yang bikin ente tidak paham itu karena bahasa saya yang rada2 kasar
    sekarang bahasa saya sudah sopan
    apa masih belum paham juga??!!!!!

    2. kalau ente bilang,
    SP:
    Saya cuma bilang perkara Umar tidak tahu atau Umar lupa itu hanya Allah SWT yang tahu.

    ini jelas Murjiah, karena ente dulu yang meniup peluit bahwa Umar salah, nah untuk menyalahkan Umar kita kembali ke point 1 di atas.
    makanya ane minta dalil, bahwa umar tahu hadis itu agar bisa dijatuhkan hujjah hadis abu zar itu ke umar…..
    terang2 ente menghubungkan kesalahn umar itu dengan hadis abu zar:
    ini dalilnya

    SP: Saya mengatakan bahwa Ucapan Umar itu salah. kenapa anda malah mencak-mencak,

    SP: Terlepas Umar tidak tahu atau tahu hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] ucapan Umar “musuh Allah” itu jelas salah.

    SP:
    Saya menawarkan alternatif pemahaman yang menurut saya lebih berpegang pada hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Hadis itu terkait dengan larangan mengatakan “kafir” atau “musuh Allah” kepada saudara sesama muslim.,

    SP;
    Jadi dalam konteks apapun seorang muslim secara sadar tidak boleh mengatakan muslim lain dengan ucapan “musuh Allah” karena konsekuensinya berat berdasarkan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di atas, entah itu konteks kekafiran atau pelanggaran syariat atau melakukan dosa besar, seorang muslim tetap harus berhati-hati agar tidak berucap “musuh Allah” kepada saudaranya sesama muslim.

    nyalap: nah karena ente menghubungkan kesalahan umar dengan hadis abu zar ini sudah masuk koridor syariat makanya ane minta dalil bahwa umar itu telah mendengar agar bisa kita sama2 salahkan umar berdasarkan hadis abu zar tersebut

    namun ente tidak membawakan dalil tersebut!!!!!
    ini yang ane sesali…
    dan yang lebih mengagetkan lagi tiba2 ente bawa Allah, idih, idih

    @SP: Umar salah dalam ucapannya [sesuai dengan hadis Rasulullah di atas] dan soal konsekuensi cukup kembali kepada Allah SWT, bisa saja tuh Allah SWT mengampuni perkataan Umar tersebut.

    SP:
    perkara Umar tidak tahu atau lupa itu perkara yang hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Maka seperti yang saya bilang soal konsekuensi itu kembali kepada Allah.

    nyalap: ini khan kebiasaan murjiah suka membawa Allah. belum apa2 Allah. kalau apa2 Allah ngapain kita diskusi??!!!!! ente yang meniup peluit umar salah secara syariat harusnya bisa mendatangkan dalilnya, bukan malah berkata2:

    SP: perkara Umar tidak tahu atau lupa itu perkara yang hanya Allah SWT yang mengetahuinya.

    harusnya ente cari dalil dulu umar mendengar hadis tsb agar kita bisa membhasanya di sini
    tapi ente malah ngomong begitu!!!
    ini yang sangat disesali

    enak ya ente ngomong kayak gituh….
    lempar batu sembunyi tangan

    3. SP: Sekarang saya tanya mana buktinya Umar tidak tahu atau Umar lupa, kalau memang anda bisa memastikannya?.

    nyalap: lha justru yang meniup pertama kali itu yang harus membwakan buktinya bukan ane…
    ente yang harus begitu..

    maaf ya ini perintah syariat!!!
    ini dalilnya

    لَكِن الْبَيِّنَةُ عَلَى الْمُدَّعِي

    yang mendakwa harus mendatangkan bukti
    Al-Bukhari (4552)

    ente itu mendakwa umar bersalah makanya harus bawa bukti…
    bukannya malah menyuruh ane bawa dalil

    nah kalau ente mau bilang, bahwa ane juga mendakwa umar tidak tahu atau lupa maka dalil ane adalah

    tidak ada dalil!!!!

    bagaimana ane harus bawa dalil sementara ane sendiri mengingkari kalau umar itu salah berdasarkan hadis abu zar tsb

    dimana2 yang namanya mengingkari itu tidak membawa bukti apa!!!

    kalau ada yang bertanya kepada ane:
    ente mencuri ya???

    ane jawab, ane tidak mencuri

    yang bertanya tadi kembali bertanya???
    apa buktinya ente tidak mencuri

    ane jawab, lha lucu!!! mana mungkin ada bukti ane sendiri ga mencuri kok, justru ente yang nuduh itu yang harus ngasih bukti….

    kalau ente malah memaksa ane yang mengingkari harus bawa bukti menurut ane ente itu (maaf) “tidak bisa berpikir!!!”

    Justru ente mendakwa itulah yang harus mendatangkan bukti

    maaf ya kayaknya ente ini ngga punya basic syariat yang kuat dan jelas,,,,

    4. SP: Heh kalau bicara menghina kayak anak kecil itu mah gampang

    nyalap: mungkin kalau menghina ente ane dikatakan anak kecil boleh lah ngga apa2
    tapi kenyataan yang tak bisa dipungkiri di sini adalah cara berpikir ente di sinilah yang sangat anak kecil alias belum baligh!!!

    @SP:ah biasa aja kali, saya gak pernah sampai apa yang anda bilang berapi-api, itu waham anda saja. btw saya baru tahu kalau anda punya argumen, rasanya anda cuma bawa waham anda kesini

    nyalap:
    terserah lah ente bilang apa, yang pasti ane bawa dalil2 kok. lihat azza di tulisan ane sebelumnya. sedangkan ente. hanya bermain di dua hadis tersebut tanpa membwa dalil2 lain yang menguatkan pendapat ente!!!
    lihat saja koment ente isinya omongan ente semua tanpa dalil di luar dua hadis di atas. apa ini yang disebut argumentasi…
    argumentasi itu adalah menyampaikan gagasan atau pikiran dengan didukung oleh dalil2…
    nah ente setelah membuat kongkulsi
    “apakah umar atau abu hurairah yang musuh Allah”
    dari dua hadis di atas
    malah tidak membawa dalil2 lain lagi untuk memnguatkan pendapat ente, yang ada juga cuma ceplas-ceplos sana-sini…(ini kenyataan, baca aja koment ente di atas)

    justru kalau boleh jujur
    entelah “shahibul waham”. ente jelas2 melakukan waham ketika menghubungkan hadis abu zar dengan hadis abu hurairah tersebut.
    apa hubunganny coba??!!!!
    buktinya lihat lagi penjelsan ane di point 1 di atas!!!

    justru ane di sini mencoba meremove waham dengan tidak menghungkan kedua hadis tersebut
    namun malah dikatakan waham oleh ente

    kalo begini jadinya ini sih namanya ejek2an
    persis kayak naka kecil!!!!

    @SP: Orang yang paling ngeles dan paling ngerocos disini adalah anda sendiri. Anda kan sibuk dengan waham anda yang menghina saya sedangkan pandangan saya sendiri jauh dari prasangka anda. Kalau anda punya penyakit waham memang setiap orang selalu buruk dalam pandangan anda 🙂

    nyalap: omongan ente ini persis kayak anak kecil. karena sudah tidak bisa berpikir lalu saling lempar ejekan.
    ente bilang prasangkan ane jauh!!!! tuh kan kayak anak kecil lagi…ente ini kok gitu sih ngomongnya

    jelas2 ane lihat pikiran ente lewat tulisan ente di atas;

    Terlepas Umar tidak tahu atau tahu hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] ucapan Umar “musuh Allah” itu jelas salah.

    SP: Dengan dasar ini maka saya katakan Umar itu jelas melakukan kesalahan dalam ucapannya,

    SP: Umar salah dalam ucapannya [sesuai dengan hadis Rasulullah di atas] dan soal konsekuensi cukup kembali kepada Allah SWT, bisa saja tuh Allah SWT mengampuni perkataan Umar tersebut.

    ente ini gimana sih??
    ane kan membantah ente karena ente menyaahkan umar!!!
    lalu ente bilang
    SP: sedangkan pandangan saya sendiri jauh dari prasangka anda.
    omongan ente ini artinya apa sih???
    umar ngga salah gitu??!!!
    hehehehe

    @SP: lari,kenapa harus lari?. kayaknya yang bikin muslihat disini adalah anda dan yang memang kelihatan lagi lari itu anda juga. Toh dari kemarin tuh ditunggu bantahan anda soal sahabat munafik ternyata tidak ada bunyinya sama sekali. Anda malah sibuk menghujat disini. Siapa tuh yang tidak tahu malu pakai menuduh orang

    nyalap: ok akan kirim bantahannya, biar ente ngga nangis!!!!
    jangan nangis ya…..

    @ SP; Jangan sok mas, kalau Syiah yang berdalilkan dengan hadis di atas maka bantahan anda itu tidak laku. Pandangan saya sendiri dan pandangan Syiah [beberapa pengikut Syiah] dalam masalah ini berbeda kok. Saya tidak ada memvonis Abu Hurairah atau Umar sebagai musuh Allah tetapi saya tidak membela Ucapan Umar karena memang ucapan itu salah.

    Nyalap: maaf ane ngga mau nanggapin. omongan ente yang ini mutar2.

    @ SP:
    Lho saya pakai mungkiin, karena saya tidak tahu apakah Umar itu bertaubat atau tidak atas ucapannya itu. Kalau anda bisa memastikan Umar bertaubat, maka saya tanya mana buktinya?.

    nyalap:
    kalau tidak tahu harusnya ente tidak menghubungkan ucapan umar itu dengan hadis abu zar…

    cukup hadis umar aja yang dibahas di sini,
    dan cukup bahas saja ketidakbolehan berbicara seperti itu berdasarkan hukum positif atau etika global
    tanpa barometer syariat!!!

    karena kesannya ketika ente menghubungkan 2 hadis tersebut ente itu tahu bahwa umar itu memang sengaja melanggar hadis nabi yang diriwayatkan oleh abu zar tsb..

    lho kenapa umar harus bertobat???
    orang dia tidak tahu kalau ucapan “musuh Allah” dilarang oleh nabi!!!
    lucu ente!!!

    @SP:
    lho soal dosa semuanya kembali kepada Allah SWT. Saya kan bicarakan benar atau salahnya ucapan Umar tersebut. Terlepas Umar tidak tahu atau tahu hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] ucapan Umar “musuh Allah” itu jelas salah. nah perkara konsekuensi itu kembali kepada Allah SWT. Apakah Allah SWT memaafkannya atau tidak. btw di hadis di atas dalam tiga hal yang anda catut apa ada tuh soal “tidak tahu” dan “lupa”?.

    nyalap: benar murjiah ente. belum apa2 Allah lagi, allah lagi!!!!

    ente itu dari tadi sakau ngotot bahwa “umar salah” itu ditinjau dari sudut apa sih???
    syariat atau ilmu positif???
    kalau syariat jelas ngga bisa!!!
    lihat bantahan ana di atas, ane ngga mau ngulang lagi!!!
    tapi kalau ditinjau dari ilmu positif kayaknya ngga mungkin deh karena tadi ente selalu menghubungkan umar ini dengan Abu Zar///

    lalu ente bilang:
    SP: nah perkara konsekuensi itu kembali kepada Allah SWT. Apakah Allah SWT memaafkannya atau tidak.

    nyalap: ente ini lucu ya!!!
    lho kenapa umar harus bertobat???
    orang dia tidak tahu kalau ucapan “musuh Allah” dilarang oleh nabi!!!
    lucu ente!!!

    kalau ia tahu harusnya ente bawa dalilnya karena entelah yang mendakwa umar itu salah bukan ane!!!!
    ingat sabda nabi…

    لَكِن الْبَيِّنَةُ عَلَى الْمُدَّعِي

    yang mendakwa harus mendatangkan bukti
    Al-Bukhari (4552)

    dan lihat penjelsan ane di atas biar ngga ngulang2!

    SP: btw di hadis di atas dalam tiga hal yang anda catut apa ada tuh soal “tidak tahu” dan “lupa”?.

    nyalap:
    dalam an-nisa 17 jelas2 ada kata “jahalah”, yakni tidak tahu…
    teks hadis:
    عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ،
    naum adalah kondisi dimana kesadaran tidak aktif, kondisi ini pun sama dengan kondisi orang lupa, kesadarannya tidak aktif.

    kenapa ditakwili begitu???
    karena ada kata “istaiqazha”, yang artinya tersadar
    selain “tidur”, di sini bisa juga kata “naum” tersebut artinya tidak sadar atau lupa

    tapi sekalipun diartikan “tidur hingga bangun” ini juga tidak merubah makna tidak tercatatnya dosa itu….

    namun bila penjelsan ini kurang memuaskan
    ana bawa dalil lain aja, biar ente puas!

    وَعَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ – رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- , عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ( إِنَّ اَللَّهَ تَعَالَى وَضَعَ عَنْ أُمَّتِي اَلْخَطَأَ , وَالنِّسْيَانَ , وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ ) رَوَاهُ اِبْنُ مَاجَهْ , وَالْحَاكِمُ

    Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengampuni dari umatku kesalahan,
    KELUPAAN,
    dan apa-apa yang mereka dipaksa melakukannya.” Riwayat Ibnu Majah dan Hakim.

    SP: Makanya sebelum komentar baca dulu tulisan orang baik-baik. Kalau anda asal membantah ya begini jadinya. Soal dosa itu urusan Allah SWT. nash itu ada, maka setiap perbuatan umat islam ditimbang benar salahnya dengan nash [dalil]. Sejak kapan dengan alasan tidak tahu maka pelanggaran nash atau maksiat dianggap benar.

    nyalap: begini jadinya gimana. omongan ente di atas ana bantah semua!!!

    SP: Soal dosa itu urusan Allah SWT. nash itu ada, maka setiap perbuatan umat islam ditimbang benar salahnya dengan nash [dalil]

    nyalap: benar, tapi penghubungan ente terhadap 2 hadis ini yang ane kritik, persis seperti khwarij yang mengkafirkan Ali…
    padahal ayat kafir itu tidak ada hubungan dengan Ali!!!
    ente ini masya Allah
    pikun atau apa sih
    masa ngga pernah dengar ucapan Ali:
    teks suci itu bisu manusialah yang membunyikannya!!!

    SP: Sejak kapan dengan alasan tidak tahu maka pelanggaran nash atau maksiat dianggap benar.

    nyalap:
    ente bener si buta dari gua hantu.
    melanggar nash itu baru terjadi setelah si mukallaf itu tahu
    ente ngga baca tentang hukum taklif apa??!!!!
    kalau ngga tahu ya ngga kena dosa
    buta ente ya??!!!
    masa ngga baca ayat 17 surat an-nisa di atas.
    lalu hadis
    Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengampuni dari umatku kesalahan,
    KELUPAAN,
    dan apa-apa yang mereka dipaksa melakukannya.” Riwayat Ibnu Majah dan Hakim.

    @SP: Sudah saya bilang, kata mungkin karena saya tidak bisa memastikan apakah Umar bertaubat atau tidak?.

    nyalap: yang ini udah ditanggepin

    SP: Dan soal mengampuni dosa seseorang itu Urusan Allah SWT bukannya urusan anda. Bagaimana anda bisa menyatakan pasti bawa dosa seseorang diampuni Allah SWT. Anda dapat wahyu dari langit?. Beda sekali antara orang yang berhati-hati bicara dengan orang yang asal berbicara.

    nyalap: makin ke sini kok argumentasi ente ini kaya mainan kehabisan batere…
    kok ga ada rasanya untuk didebat!!!!

    siapa bilang itu urusan saya
    dari tadi saya kan cuma bawa dalil dari quran dan hadis
    kenapa ente berasumsi demikian??!!!
    habis batere ente ya hingga ga bisa mikir!!!!

    @SP: ha memangnya anda sendiri apa sudah berserah diri dan tunduk pada Allah SWT dan Rasul-Nya. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengajarkan agar umat islam menjaga lisannya dari mencaci saudaranya sesama muslim. Lha hitung saja disini berapa kali anda mencaci saya 🙂

    nyalap: aduh kacian…
    jangan nangis ya!!!!

    hehhe
    justru ente tuh mencaci sahabat dengan membuat alur cerita sendiri (waham)….
    ente memang secara tersurat tidak mengeluarkan kata2 caci itu
    tapi secara tersirat…..
    tau sendiri lah
    ngga usah diksaih tahu
    wong udah besar!!!!

    maaf ane belum bisa menghitung cacian ane. mungkin ente punya kolkulator untuk membantu ane
    atau paling tidak minta bantuan whabi_kampret untuk menghitungnya

    @SP: Di dunia mungkin cuma anda saja yang tidak sesuka hati menurut anda. Ya toh silakan silakan 🙂

    nyalap: no koment!!!

    @SP: Bukti apa, dalil apa. Orang yang mau berhujjah lah ya membawakan buktinya. Kok anda nyuruh saya membawakan bukti untuk waham anda.

    nyalap: benar2 nih
    makin kesini batere ente kayaknya makin lemah….
    omongan ente ngwaur terus….
    ane ulangi lagi ya penjelsan ane!

    nyalap: lha justru yang meniup pertama kali itu yang harus membwakan buktinya bukan ane…
    ente yang harus begitu..

    maaf ya ini perintah syariat!!!
    ini dalilnya

    لَكِن الْبَيِّنَةُ عَلَى الْمُدَّعِي

    yang mendakwa harus mendatangkan bukti
    Al-Bukhari (4552)

    ente itu mendakwa umar bersalah makanya harus bawa bukti…
    bukannya malah menyuruh ane bawa dalil

    nah kalau ente mau bilang, bahwa ane juga mendakwa umar tidak tahu atau lupa maka dalil ane adalah

    tidak ada dalil!!!!

    bagaimana ane harus bawa dalil sementara ane sendiri mengingkari kalau umar itu salah berdasarkan hadis abu zar tsb

    dimana2 yang namanya mengingkari itu tidak membawa bukti apa!!!

    kalau ada yang bertanya kepada ane:
    ente mencuri ya???

    ane jawab, ane tidak mencuri

    yang bertanya tadi kembali bertanya???
    apa buktinya ente tidak mencuri

    ane jawab, lha lucu!!! mana mungkin ada bukti ane sendiri ga mencuri kok, justru ente yang nuduh itu yang harus ngasih bukti….

    kalau ente malah memaksa ane yang mengingkari harus bawa bukti menurut ane ente itu (maaf) “tidak bisa berpikir!!!”

    Justru ente mendakwa itulah yang harus mendatangkan bukti

    maaf ya kayaknya ente ini ngga punya basic syariat yang kuat dan jelas,,,,

    @SP:
    Hei bangun Mas, saya gak bicara soal dosa. Karena soal dosa itu konsekuensi yang mutlak milik Allah SWT. Saya mengatakan bahwa Ucapan Umar itu salah. kenapa anda malah mencak-mencak, menurut anda ucapan Umar itu benar atau salah?.

    nyalaP: bangun apanya neh???
    kepala atas atau kepala bawah????

    SP: Saya mengatakan bahwa Ucapan Umar itu salah. kenapa anda malah mencak-mencak,

    nyalap: lihat jawabnnya pada point no 1,2,3,4 di atas

    @SP: menurut anda ucapan Umar itu benar atau salah?.

    nyalap:
    menurut saya ucapan umar itu “benar” bila dia tidak tahu kalau ada hadis yang melarangnya.

    dan “salah” bila ia sudah mendengar ada hadis yang melarang itu tapi tetap ngeyel!!!!!

    masalahnya ada ga hadisnya!!!!
    ingat ya SP
    justru yang meniup pertama kali itu yang harus membwakan buktinya bukan ane…
    ente yang harus begitu..

    maaf ya ini perintah syariat!!!
    ini dalilnya

    لَكِن الْبَيِّنَةُ عَلَى الْمُدَّعِي

    yang mendakwa harus mendatangkan bukti
    Al-Bukhari (4552)

    ente itu mendakwa umar bersalah makanya harus bawa bukti…
    bukannya malah menyuruh ane bawa dalil

    nah kalau ente mau bilang, bahwa ane juga mendakwa umar tidak tahu atau lupa maka dalil ane adalah

    tidak ada dalil!!!!

    bagaimana ane harus bawa dalil sementara ane sendiri mengingkari kalau umar itu salah berdasarkan hadis abu zar tsb

    dimana2 yang namanya mengingkari itu tidak membawa bukti apa!!!

    kalau ada yang bertanya kepada ane:
    ente mencuri ya???

    ane jawab, ane tidak mencuri

    yang bertanya tadi kembali bertanya???
    apa buktinya ente tidak mencuri

    ane jawab, lha lucu!!! mana mungkin ada bukti ane sendiri ga mencuri kok, justru ente yang nuduh itu yang harus ngasih bukti….

    kalau ente malah memaksa ane yang mengingkari harus bawa bukti menurut ane ente itu (maaf) “tidak bisa berpikir!!!”

    Justru ente mendakwa itulah yang harus mendatangkan bukti

    maaf ya kayaknya ente ini ngga punya basic syariat yang kuat dan jelas,,,,

    @SP:
    Anda menuduh saya syiah maka saya jawab tuduhan anda saya bukan syiah. Eeh anda bukannya meminta maaf malah bilang saya ngeyel. Anda menuduh saya merendahkan salah satu sahabat Abu Hurairah atau Umar sudah saya jawab pandangan saya tidak ada merendahkan mereka. eeh anda malah ngeyel mengatakan saya ngeyel. Sebenarnya anda ngerti atau tidak apa itu artinya “ngeyel”. Andalah yang ngeyel disini karena anda memaksakan dri orang lain harus sesuai dengan pikiran anda. Itu kan kayak fenomena aneh “pokoknya kambing walaupun bisa terbang”. Mau kenyataannya binatang itu sapi atau gajah kalau dalam pikiran anda itu kambing ya tetap anda anggap kambing. nah susah berdiskusi soal sapi atau gajah dengan orang yang dalam pikirannya cuma ada kambing

    nyalap:
    SP: “lagi2 saya bukan syiah”
    omongan ente ini persis seperti orang sedang jatuh cinta. ketika ditanya, kamu jatuh cinta?? ia menjawab, ngga….
    tapi pas masuk kamarnya kita lihat isinya surat cinta semua!!!!!, bunga2
    apa tetap kita katakan orang ini tidak jatuh cinta padahal bukti sudah ada
    tapi kalau dianya tidak mau ngaku sedang jatuh cinta, ya jangan dipaksa kasihan nanti nangis….

    SP: Eeh anda bukannya meminta maaf malah bilang saya ngeyel.

    Nyalap: ok, ok tenang2 ya,,,,ane minta maaf deh sama ente…..
    sekaligus minta khumus
    kalo bisa ane juga minta mpe2 palembang
    mak nyussss

    SP: Anda menuduh saya merendahkan salah satu sahabat Abu Hurairah atau Umar sudah saya jawab pandangan saya tidak ada merendahkan mereka.

    nyalap: nuduh??!!!!
    what??? ngga salah tuh
    namanya nuduh itu ngga ada bukti….
    sementara yang bukti tertulis mau dikemanakan!!!!!

    SP: eeh anda malah ngeyel mengatakan saya ngeyel. Sebenarnya anda ngerti atau tidak apa itu artinya “ngeyel”. Andalah yang ngeyel disini karena anda memaksakan dri orang lain harus sesuai dengan pikiran anda.

    nyalap: iya deh ane ngeyel…..(ngalah saja deh ane. seperti kata pepatah: mengalah untuk menang!!!) hehehe

    SP: Andalah yang ngeyel disini karena anda memaksakan dri orang lain harus sesuai dengan pikiran anda. Itu kan kayak fenomena aneh “pokoknya kambing walaupun bisa terbang”. Mau kenyataannya binatang itu sapi atau gajah kalau dalam pikiran anda itu kambing ya tetap anda anggap kambing. nah susah berdiskusi soal sapi atau gajah dengan orang yang dalam pikirannya cuma ada kambing 🙂

    what??? maksa????
    kambing terbang???
    idih sorri la yao
    ane maunya kambing guling
    cepat sediakan
    heheheheh

    begini ya SP

    ane kasih contoh aja biar ente paham

    ada orang kedapatan sedang maling durian punya orang di dalam pekarangan orang, buktinya buah durian ada di tangannya

    sekarang ia membela diri dengan berkata maaf durian ini jatuh saya cuma memungutnya!!

    setelah dicek ternyata durian itu masih muda.
    mana ada durian muda jatuh ada juga dipetik….

    lalu ia disuruh membuka mulutnya, e ternyata ada jigong duriannya, mulutnya juga bau durian
    lucunya lagi, kentutnya pun bau durian
    hehehe

    lalau ia ditanya, kamu maling durian ya???
    ia menjwab,ngga!!!!
    trus ngomongnya gini, kenapa sih kamu harus maksa saya ngaku maling durian??!!!! saya kan cuma mengambil durian jatuh saja!!!!
    trus ditanya lagi, kamu maling durian ya???
    ia menjwab,ngga!!!!
    lalu orang ini bilang ke yang nanya, kamu itu ngeyel ya sudah diksaih tahu saya ngga maling durian kok tetap nanya!!! EMANGNYA SEMUANYA HARUS SESUAI PIKIRAN KAMU YA!!!!!
    IH SEBEL DEH

    gimana tuh orang kaya gini???

    hehehe

    wasalam
    nyalap
    si pendukung muawiyah bin abu sufyan

  90. @nyalap
    Saya sering ketemu orang2 yang karena dongkol pada seseorang ia memaki dan mencaci orang tsb, dijalan jalan. Ngomong kotor tidak ada isisnya. Orang2 tsb. berpakaian compang camping. Ada yang membawa tas dan macam2, Dan tidurnya dijalanan, mungkin anda kenal mereka. Karena omongan anda seperti mereka.

  91. @chany
    ane kenal mereka
    kalau ngga salah mereka itu keluarganya wahabi_kampret
    dan wahabi_kampret itu bukanya saudaraan sama ente??
    hehehe

  92. @chany
    kalo itu sih ciri2 para muqalid salafy..orang2 yg terkena pembodohan yg hidupnya dibikin susah oleh para Syaik2 wahabboysalafy yg justru gaya hidup para syekh salafy penuh dengan gelimang harta dikelilingi wanita2 cantik dan bisa mut’ah di puncak bogor ..hehehehhe
    semoga selamat dan damai selalu

  93. @nyalap

    ini jelas Murjiah, karena ente dulu yang meniup peluit bahwa Umar salah, nah untuk menyalahkan Umar kita kembali ke point 1 di atas.
    makanya ane minta dalil, bahwa umar tahu hadis itu agar bisa dijatuhkan hujjah hadis abu zar itu ke umar…..
    terang2 ente menghubungkan kesalahn umar itu dengan hadis abu zar:
    ini dalilnya

    Oooh kalau begitu tidak ada satupun sahabat bahkan siapapun bisa dinyatakan salah tindakannya. Misalnya nih sahabat itu melakukan pelanggaran syari’at. Anda gampang aja bilang lho bisa saja sahabat itu tidak tahu jadi tidak salah. Nah walaupun sahabatnya ternyata tahu anda bisa saja bilang lagi lho bisa saja sahabatnya lupa jadi tidak salah. Nah artinya sahabat itu tidak pernah salah dalam pandangan anda :mrgreen:

    harusnya ente cari dalil dulu umar mendengar hadis tsb agar kita bisa membhasanya di sini
    tapi ente malah ngomong begitu!!!
    ini yang sangat disesali

    enak ya ente ngomong kayak gituh….

    Coba kasih tahu saya bagaimana caranya membuktikan apakah Umar mendengar atau tidak hadis Abu Dzar di atas?.

    nyalap:
    menurut saya ucapan umar itu “benar” bila dia tidak tahu kalau ada hadis yang melarangnya.

    dan “salah” bila ia sudah mendengar ada hadis yang melarang itu tapi tetap ngeyel!!!!!

    ooh berarti kalau ada orang berzina dan ia tidak tahu itu dilarang [atau gak tahu hadisnya] anda tetap akan menganggap perbuatan berzina orang itu benar. Terus kalau ada orang meminum khamar dan ia tidak tahu itu dilarang syariat [atau gak tahu hadisnya] anda akan menganggap perbuatan meminum khamar itu benar. Kalau ada orang suka mencaci maki orang lain dan ia tidak tahu itu dilarang syariat maka anda akan mengatakan perbuatan caci maki orang itu benar. wah kreatif sekali pendapat anda.

    maaf ya ini perintah syariat!!!
    ini dalilnya

    لَكِن الْبَيِّنَةُ عَلَى الْمُدَّعِي

    yang mendakwa harus mendatangkan bukti
    Al-Bukhari (4552)

    ente itu mendakwa umar bersalah makanya harus bawa bukti…
    bukannya malah menyuruh ane bawa dalil

    Wah saya sudah bawa buktinya hadis Abu Dzar di atas. kan anda sendiri yang mengatakan Umar tidak tahu hadis tersebut maka andalah yang membawakan bukti. Kalau saya untuk menentukan suatu perbuatan melanggar syariat atau tidak saya cukup membawakan nash yang melarangnya. nah ucapan Umar jelas salah. Apa dalilnya? dalilnya hadis Abu Dzar ra di atas. Kalau anda mau mengatakan hadis Abu Dzar di atas tidak berlaku buat Umar dengan alasan Umar tidak tahu, nah itu pendapat anda sendiri.

    Anda menganggap suatu perbuatan maksiat benar jika pelaku maksiat tidak mengetahui nash atau syariatnya. Coba anda baca An Nisa ayat 17 yang anda kutip sebelumnya

    Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran tidak tahu (jahil), yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

    mari bandingkan ucapan nyalap dengan firman Allah SWT di atas. Allah SWT tetap memerintahkan agar mereka yang berbuat kejahatan karena tidak tahu untuk bertaubat. kalau perkataan nyalap dengan alasan tidak tahu maka orang itu benar. kalau benar ya buat apa disuruh bertaubat. Sejak kapan orang benar disuruh bertaubat wahai nyalap.

    Maaf kayaknya anda itu cuma pengen membantah orang tetapi tidak mau memahami baik-baik tanggapan orang lain, bahkan ayat yang anda kutip sendiri saja anda tidak paham.

    ane jawab, lha lucu!!! mana mungkin ada bukti ane sendiri ga mencuri kok, justru ente yang nuduh itu yang harus ngasih bukti….

    kalau ente malah memaksa ane yang mengingkari harus bawa bukti menurut ane ente itu (maaf) “tidak bisa berpikir!!!”

    lho udah dikasih bukti kok tapi andanya yang ngeyel. Misal anda mencuri maka anda mau minta bukti rekaman saat anda mencuri, itulah bukti menurut anda. Kalau gak ada rekamannya berarti bukan mencuri. Bukti kok anda yang ngatur, itu loh maksudnya saya jelaskan kalau anda tidak mampu berpikir dengan baik

    ane kasih contoh aja biar ente paham

    ada orang kedapatan sedang maling durian punya orang di dalam pekarangan orang, buktinya buah durian ada di tangannya

    sekarang ia membela diri dengan berkata maaf durian ini jatuh saya cuma memungutnya!!

    setelah dicek ternyata durian itu masih muda.
    mana ada durian muda jatuh ada juga dipetik….

    lalu ia disuruh membuka mulutnya, e ternyata ada jigong duriannya, mulutnya juga bau durian
    lucunya lagi, kentutnya pun bau durian
    hehehe

    lalau ia ditanya, kamu maling durian ya???
    ia menjwab,ngga!!!!
    trus ngomongnya gini, kenapa sih kamu harus maksa saya ngaku maling durian??!!!! saya kan cuma mengambil durian jatuh saja!!!!
    trus ditanya lagi, kamu maling durian ya???
    ia menjwab,ngga!!!!
    lalu orang ini bilang ke yang nanya, kamu itu ngeyel ya sudah diksaih tahu saya ngga maling durian kok tetap nanya!!! EMANGNYA SEMUANYA HARUS SESUAI PIKIRAN KAMU YA!!!!!
    IH SEBEL DEH

    gimana tuh orang kaya gini???

    nah itulah anda, bukannya orang seperti itu yang jelas banget ngeyelnya. buktinya udah anda tapi anda malah mau minta bukti kalau anda maling durian. anda tetp ngeyel lho mana buktinya saya maling, saya cuma ngambil durian jatuh. Gak ada buktinya saya maling. mana tuh saksi yang bilang saya maling. setelah ada saksi anda menuduh ah dia dusta orang yang dusta gak bisa jadi bukti mana bukti saya maling. jadi satu-satunya bukti mungkin kalau ada orang yang merekam anda maling durian. nah gitulah, anda disini sedang mengatur orang lain agar bukti yang anda maksud itu harus sesuai dengan kriteria anda. lho lho ini ngeyel namanya :mrgreen:

  94. untuk para wahaboy….sudah masyhur bagi kita kalo para sahabat itu banyak melakukan pelanggaran syareat Nabi Saw….

    salah satunya adalah…umar bin khotob merubah syareat dengan membuat solat taraweh (sunnah berjamaah),…merubah lalaz azan ….ustman juga ada sahabat yg laennya….hingga
    muawiyah melakukan penghujatan/kutukan pd Imam Ali karena dendam pribadi sedangkan NAbi Saw dan Ahlbytnya melakukan do’a qunut nazillah pd muawiyah berdasarkan Syareat bukan karena DENDAM Pribadi Sakit hati. Muawiyah dianggap telah banyak melakukan perbuatan diluar batas ISlam hingga penghinaan pd Allah SWT.

  95. @SP
    sori neh
    jujur ya SP
    bantahan ente kali ini murahan sekali…
    kalau ane ngeladenin lagi kayaknya balasan ente ke ane hanya itu2 aja mutar2 mulu
    cape deh!!!!
    sebel deh!!!!
    karena dari kemaren pikiran yang ente tunjukan itu hanya itu2 saja
    ngga ada pemikiran baru
    dan
    ngga dalil
    isinya cuma waham

    artinya ini kalau ane tanggapin ngga ada abis2nya
    omongan ente gitu2 mulu

    btw cuma satu yang mau ane tanggapin mengenai kata ente
    SP:
    mari bandingkan ucapan nyalap dengan firman Allah SWT di atas. Allah SWT tetap memerintahkan agar mereka yang berbuat kejahatan karena tidak tahu untuk bertaubat. kalau perkataan nyalap dengan alasan tidak tahu maka orang itu benar. kalau benar ya buat apa disuruh bertaubat. Sejak kapan orang benar disuruh bertaubat wahai nyalap.

    Maaf kayaknya anda itu cuma pengen membantah orang tetapi tidak mau memahami baik-baik tanggapan orang lain, bahkan ayat yang anda kutip sendiri saja anda tidak paham.

    nyalap:
    jutru ente yang kurang paham ayat tersebut
    ayat itu mengetakan
    Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran tidak tahu (jahil), yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

    maksud ane kenapa Umar harus bertobat padahal dia tidak tahu kalau ucapan itu salah

    nah seandainya abu zar menegurnya dengan hadis tadi
    maka berlakulah ayat ini untuk umar…..
    karena dia mengucapakn musuh Allah itu
    sebelum ia tahu larangannya dari abu zar, artinya ia “bijahalatin” (tidak tahu)

    nah umar tidak akan diterima tobatnya
    seandainya abu zar sudah kasih tahu bahwa manggil dengan musuh Allah itu dilarang lalu Umar memanggil Abu huraoirah dengan musuh Allah..(ini tahu dan dilakukan dengan sengaja)

    aneh ente

    namun ada ngga dalinya????
    Umar sudah tahu hadis Abu zar tsb????!!!

    ente kok makin kesini makin oon sih!!!
    bingung ane????

    ini bantahan ane yang terkahir
    ana ngga mau malakukan pembatahan lagi di thread ini
    ane menunggu thread baru lagi dari ente!!!

    salam damai
    sekarang ente tinggal tunggu bantahan ane masalah munafik itu

  96. @nyalap

    Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran tidak tahu (jahil), yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

    maksud ane kenapa Umar harus bertobat padahal dia tidak tahu kalau ucapan itu salah

    Perhatikan ayat tersebut baik-baik. Walaupun seseorang tidak tahu, perbuatan jahat yang ia lakukan tetaplah perbuatan jahat. Perbuatan jahat itu tidak akan disebut baik walaupun pelakunya tidak tahu kalau perbuatan itu jahat.

    Bukannya anda sendiri yang berkata nyalap:menurut saya ucapan umar itu “benar” bila dia tidak tahu kalau ada hadis yang melarangnya.Ini jelas perkataan murahan dari orang yang tidak memahami An Nisa ayat 17 yang ia kutip. Misalnya suatu saat pelaku perbuatan maksiat itu tahu kalau perbuatannya dilarang maka ia dengan jelas harus bertaubat atas perbuatannya yang lalu. Tidak ada alasan karena saat yang lalu ia melakukan perbuatan maksiat dalam kondisi tidak tahu maka perbuatannya benar sehingga tidak perlu bertaubat. Ini adalah pendapat nyalap sendiri. Jadi jangan keburu bilang “murahan”. Coba jawab apakah jika orang berzina tetapi ia tidak tahu kalau zina itu dilarang maka apakah perbuatan berzina orang itu benar?

  97. @SP, sungguh mencerahkan
    @Nyalap, bingung saya bro?????????????

  98. haaah….umar..umar…sahabat utama Nabi Saw kok banyak ngga tahunya…banyak ngga tahu berarti sedikit ilmu…sedikit ilmu karena banyak disibukan oleh pencarian duniawi. Umar dalam seminggu hanya bisa bertemu Nabi Saw 2-3 x saja dikarenakan sibuknya berdagang..bandingkan dg Imam Ali sbg gerbang ilmu …..

  99. Assalamu’alaikum

    Mas SP….
    Orang kaya nyalap itu ndak usah ditanggepin, kelihatan sekali kalau dia itu kurang ilmu…Asal bunyi…orang jawa bilang asal njeplak …asal membantah , yang penting ada jawaban.
    dan lagi orang ndak tahu , waras atau tidak…
    sudahlah, kita doakan saja semoga semua bisa berdiskusi dengan baik dan bisa mengambil manfaat.
    Pesan kami pribadi agar setiap pribadi dalam berhujah jujur, tidak memanipulasi kutipan. mengedepankan hujah dan argumen.
    lanjut diskusinya….

  100. Pesan kami lagi,…
    Setiap manusia itu tidak maksum kecuali Rosululloh shollallohu’alaihi wassallam. Demikian juga para sahabat…
    Akan tetapi yang membedakan adalah para sahabat hidup pada masa Nabi, dididik langsung oleh Nabi, menyaksikan wahyu turun dan mendengarkan langsung pengarahan dari nabi. Sehingga banyak ayat – ayat Al-Qur’an yang memuji para sahabat, seperti yang ikut perang badar, baiatur ridwan , mengikuti jihad bersama Nabi, rela menjadi tameng Nabi , Mencintai Nabi melebihi kecintaan terhadap apapun (dunia),
    Dari para sahabatlah Islam ini sampai kepada kita, kalau kita merendahkan nabi berarti kita juga menghina Nabi, karena Para sahabat Nabilah yang mentarbiyah secara langsung. Apakah kita meragukan kwalitas tarbiyah Rosululloh …?
    Kalau kita menghina sahabat , sama juga kita menghina Islam, karena para sahabatlah yang dengan Ghiroh yang tinggi menyebarkan islam ini, ..
    Dengan menghina sahabat berarti kita ingin menghapuskan Islam ini…
    Memang sahabat bisa saja salah , karena mereka memang bukan malaikat , TAPI KESALAHAN MEREKA TENGGELAM DALAM KEBAIKAN -KEBAIKAN MEREKA. ( sebagaimana perlakuan Rosululloh terhadap para veteran Badar)…
    MEMANG DIANTARA SAHABAT ADA YANG MUNAFIK,tapi mereka tenggelam dibandingkan jumlah jajaran para sahabat yang beriman dan beramal sholih….
    MEMANG ADA SAHABAT YANG BERMUSUHAN ..SEBAGAIMANA KITA, karena memang mereka manusia, tapi mereka segera bertaubat dan kembali berbuat amal sholih….
    jangankan sahabat ….kalau kita membaca riwayat para murid sahabat saja, subhanalloh…mungkin kita akan merasa membaca dongeng ….TIDAK BISALAH KITA DIBANDINGKAN DENGAN PARA TABIIN….APALAGI DENGAN PARA SAHABAT…

    ingat kisah Ali bin Husein bin Ali…(ali zainal Abidin)…
    ingat bagaimana Muhammad Al-Hanafiyah bersengketa dengan Hasan bin Ali, kemudian dengan indahnya mereka berdamai lagi..(keduanya putra Ali bin Abi tholib)…
    Ingat kisah Qosim bin muhammad bin Abu bakar….termasuk 7 ulama madinah (masa tabiin)…
    Ingat kisah Salim bin Abdulloh bin Umar….
    Ali zainal abidin, Qosim, dan Salim adalah saudara sepupu karena ibu mereka adalah puteri raja Persia ….mereka bersaudara,…lumrah , wajar…kalau sesekali tidak sepaham, sesekali cek cok , tapi budi perkerti mereka yang harusnya kita contoh dan kita tauladani…..

    Ok…lanjut lagi diskusinya…

  101. @truthseeker 08
    kenapa anda kok bebankan kesalahan pada Amir Umar ibn khattab, bgmn kalau ternyata statement itu benar adanya.

    sekecil2nya kesalahan adalah Umar ibn khattab mulutnya tak bisa di jaga. sementara kemungkinan sebaliknya adalah perkataan umar adalah benar maka, abu hurairah memiliki predikat musuh Allah.

    Jadi usulan anda layak di propose ke @ Nyalap tuh. Dhoifkan saja hadits ini…insya Allah semua aman, senang dan gembira….

    cuma tolong buktikan ke dhoiffannya…

    jika tidak berarti stigma kelompok salafy layak ente sandang tuh hehehehe

  102. Inilah hadits “Buah Simalakama”

    1. Kalau Umar benar berarti Abu Hurairah “Kafir”

    2. Kalau Abu Hurairah benar berarti Umar “Kafir”

    3. Kalau Umar belum tahu hadits ini,..masya siiiih orang yang bergelar amirul muminin tidak tahu hadits ini,….kok orang jahil berani mimpin orang mukmin,..

  103. @SP
    Kita sedang menghadapi suatu diskusi yang GILA. Mas SP menjelaskan dengan argumentasi jawaban seperti ini:
    nyalap, on Maret 26, 2011 at 11:08 am said:

    @SP
    sori neh
    jujur ya SP
    bantahan ente kali ini murahan sekali
    Sedangkan jawabannya atau argumentasinya BER ANDAI2 seperti ini:
    nah seandainya abu zar menegurnya dengan hadis tadi
    maka berlakulah ayat ini untuk umar…..
    karena dia mengucapakn musuh Allah itu
    sebelum ia tahu larangannya dari abu zar, artinya ia “bijahalatin” (tidak tahu)

    nah umar tidak akan diterima tobatnya
    seandainya abu zar sudah kasih tahu bahwa manggil dengan musuh Allah itu dilarang lalu Umar memanggil Abu huraoirah dengan musuh Allah..(ini tahu dan dilakukan dengan senga

    Rupanya orang ini senang ber andai2. SEHINGGA SUATU KONKLUSI DIKATAKAN BER ANDAI2. Salam damai…

  104. inti dr hadits diatas,bhw sanya memang umar bukan lah seorang manusia utama.
    @imam
    letika anda katakan umar tdk tau atau lupa.itu sj sdh menunjukan bhw umar tdk pantas menjadi seorang pemimpin ummat stlh rosul.
    bgmn mungkin seorang pemimpin punya kemapuan sprt itu.apalg yg di bwhnya..?
    @nyalap
    koment2 anda layaknya buang kesampah.
    sok pintar pdhl super jahil.ilmu anda persis ilmu2 khwrij n wahabi hanya sebatas tenggorokan.
    anda tdk bc scr keseluruhan tulisan SP dan hanya lihat judul langsung vonis
    jelas toh hanya sebatas tenggorokan..!! tinggal muntahnya aja krn kebanyakan nyangkut ditenggorokan
    dan lbh baik nt tdk usah koment banyak sblum janji nt dipenuhi soal sahabat yg munafik

  105. wadhuh, panjang euy uraian dari pertama plus komen-komennya….

    tidak ada maksud apapun dari komen saya ini, hanya ingin memberikan sebuah pendapat….
    Rasul pernah bersabda untuk mengikuti sahabat-sahabatnya, demikian mulianya kedudukan para sahabat, sehingga tidak elok apabila kita mencari mana yang benar dan salah…

    Umar bin Abdul Aziz pernah ditanya mengenai perselisihan para sahabat di masa lalu yang mengakibatkan pertumpahan darah, beliau berkata : Allah telah melindungiku dari (maap agak lupa) masa tersebut, dan aku tidak ingin lisanku terjerumus dalam membicarakan masalah tersebut….

    untuk masalah mengkahirkan orang lain, saya pernah belajar sedikit di pesantren dulu, untuk masalah takfir (mengkafirkan) sendiri hukumnya terbagi menjadi beberapa, takfir ‘am (mengkafirkan golongan), takfir muthlaq (mengkafirkan secara mutlak), takfir littaqbih (mengkafirkan untuk menyebut kejelekan, dengan kafir yang belum tentu benarnya)…seingat saya seperti itu, agak-agak lupa, dibahas dengan menyertakan hadist2 yang mewakili tiap jenisnya…

    maap ilmu saya yang tidak seberapa ini mungkin tidak ada apa-apanya, tapi marilah kita renungi satu hal…Rasul itu pegangan kita, beliau bersabda untuk menghormati para sahabatnya, para sahabat itu tuntunan kita, namun mereka tidak ma’shum seperti halnya Nabi, mereka pun manusia….

    jika ada permasalahan mereka yang menjadikan perdebatan dikarenakan mereka yang manusia, tidak akan menjadikan sabda Rasul tentang menghormati mereka berubah, benar tidaknya biar Allah sendiri yang Menghakimi, kita hanya bisa mengambil ibrah…

    mutiara tetaplah mutiara walau berada di mulut anjing, omongan saya yang benar adalah mutiara, yang salah adalah dari saya yang manusia ini, dan anjingnya tidak perlu dihiraukan disini…wallahu a’lam bishowab wa huwa khairul musta’an…

  106. Siapakah Musuh Allah, Abu Hurairah Atau Umar?

    Menurut saya adlh dua2nya, krn yg satu adlh pembohong dan yg satunya lagi membuat makar Khalifah di Saqifah Bani Saidah, hingga Islam mengalami perpecahan sampai kini.

    Wassalam

  107. @aldj

    Udah kembali toh? Gimana hasilnya nih?

    Salam

  108. @NM
    Siapakah Umar bin Khattab? Bukankah

    1. Dia berkata kepada Rasul SAW:
    “Apakah benar bahwa engkau adalah Nabi Allah yang sesungguhnya?”

    2. Dia juga berkata bahwa Rasul SAW meracau (berkata tidak karuan) ketika sakitnya.?

    3. Dia yang mengamcam membakar rumah puteri Rasul SAW, tak lama setelah wafatnya.?

    4. Dia yang melarang Sahabat lain untuk menyebarkan Sunnah Rasul dan memenjarakan mereka yang menentangnya.?

    5. Dialah yang menyuruh sahabat mengumpulkan catatan hadits lalu membakarnya.?

    6. Dia juga telah menjadikan Rabi Yahudi, Ka’ab al ahbar sebagai penasehatnya?

    7. Dia juga mengangkat Mu’wiyah musuh bebuyutan Islam berkuasa?

    8. Dia yang berfatwa bahwa orang tidak perlu shalat bila tidak menemukan air.?

    9. Dalah yang pernah membunuh anaknya sendiri

    Akan sangat banyak paling tidak yang saya tahu ada 100 point yang menunjukkan kedegilannya.

    Disamping itu ada kabar lain bahwa Dia adalah:

    1. Yang ditakuti bahkan oleh syetan sekalipun.
    2. Paling berani, berilmu, adil, wara yang apabila ada Nabi setelah Rasul saw maka dialah yang paling layak.

    Lantas apa yang membuat heran kalau dia berani bilang “musuh” Allah kepada orang yang dinilai oleh sahabat lain sebagai pembohong?

    Bukankah dia yang berteriak-teriak bahwa Rasul belum wafat, (orang menilai saking cintanya umar), tapi anehnya dia lants pergi ke saqifah…

    Tambahan:

    “Aku adalah didikan Allah dan Ali didikanku. Tuhanku memerintahkanku untuk berbuat derma dan kebajikan, dan melarangku dari kikir dan berperangai kasar. Suatu yang paling dibenci oleh Allah adalah kekikiran dan akhlak yang tidak terpuji. Sesungguhnya hal itu akan merusak amal seseorang sebagaimana cuka merusak madu”.[Makarimul Akhlaq, Thabarsi : 17]

    Salam

  109. @SP
    anda itu sok tahu dalam mengulas hadis
    semua orang di blog ini sok tahu
    cuma saya yang tidak sok tahu
    karena berkata, wallahu a’lam

  110. anda masih percaya dengan kitab hadits sunni?kemudian anda jadikan hujjah…anda syiah atau sunni?…membingungkan…bukankah periwayat hadits di atas sudah dikafirkan syiah? tapi kenapa haditsnya masih dipercaya ya?….seperti halnya muslim percaya Nabi Isa itu Tuhan….sudah dikafirkan tapi percaya omongan orang kafir….berhujjah dengan kitab sendiri..ga usah dicampur aduk terus dikomentari sendiri…

  111. ASS. WR.WB

    KALAU ANE LIHAT DAN BACA DARI SEMUA SITUS YANG BERFAHAM SYI’AH HAMPIR SEMUA MENGEDEPANKAN TOPIK SEJARAH TANAH FADAK, HADIST TSAQALAIN, KAMIS KELABU, DAN YANG PALING SEREM UMAR MEMUKUL FATIMAH HINGGA PATAH TULANG RUSUKNYA…IH SEREM KALI YAH.

    YANG PADA INTINYA MEREKA MENGABARKAN INILAH YANG TERJADI PADA WAKTU DULU KELAKUAN BEBERAPA SAHABAT ROSULULLAH YANG TELAH MENYELEWENG DAN MENYAKITI KELUARGA ROSULULLAH…

    DENGAN SLOGAN “ KATAKAN SALAH KALAU ITU SALAH DAN KATAKAN BENAR KALAU ITU BENAR “ HEBAT…HEBAT…LAKSANA PAHLAWAN YANG MEMBERITAKAN KEBENARAN…

    TAPI ANE TANYA SAMA ENTE KAUM SYI’AH…ADA GA KEMASHLATAN UNTUK UMAT ISLAM PADA UMUMNYA ENTE MENGABARKAN ITU SEMUA ? ENTE PASTI JAWAB ADA…YA ADA TAPI UNTUK KAUM ENTE SENDIRI, MAKIN BENCI KAUM ENTE SAMA SAHABAT.

    DAN YANG MEMBUAT HERAN ANE, HAMPIR SEMUA DALIL YANG ENTE GUNAKAN MENGGUNAKAN DALIL-DALIL KAUM SUNNI, ENTE PAKSAKAN PEMAHAMAN ENTE KEPADA KAUM SUNNI, PADAHAL PEMAHAMAN YANG ENTE KEMUKAKAN JAUH SEKALI BERBEDA DENGAN PEMAHAMAN KAUM SUNNI SEPERTI LANGIT DAN BUMI…ANEH TAPI NYATA…NAMUN MEMANG TERJADI.

    TAPI KALAU ENTE MENGANGGAP PARA SAHABAT TERUTAMA ABU BAKAR, UMAR DAN USTMAN TELAH BERBUAT SALAH SAMA ALI TOLONG JUGA CERITAKAN SEJARAH MENGAPA ALI MENIKAHKAN PUTRINYA UMMU KULTSUM KE SAHABAT YANG ENTE ANGGAP TELAH BERBUAT SALAH, DAN KENAPA ALI MENAMAKAN KETURUNANNYA ABU BAKAR DAN UMAR YANG ENTE TUDUH TELAH MERAMPAS KEKHALIFAHAN ALI…APAKAH ENTE YANG SELALU BERPRASANGKA BURUK TERHADAP SAHABAT ATAU ALI YANG SALAH, MAU MENIKAHKAN ANAKNYA KE SAHABAT DAN KETURUNANNYA DINAMAKAN MUSUH-MUSUHNYA PADAHAL ENTE BERKEYAKINAN ALI ITU SUCI, MUSTAHIL ALI SALAH JADI YANG SALAH DAN SUKA BERBURUK SANGKA DISINI SIAPA…?????

    DARI TAHUN MONYET SAMPAI TAHUN GAJAH ENTE MENCERITAKAN HAL-HAL YANG ITU-ITU SAJA BASI…KAYA OBAT NYAMUK MUTER-MUTER…KATA ANAK SEKARANG LEBAY…

    CARI TOPIK BARU…SEPERTI KEYAKINAN ENTE TENTANG AL-QUR’AN YANG SUDAH TIDAK MURNI LAGI NAH NYAMBUNG LAGI KENAPA ALI TIDAK PROTES TERHADAP AL-QUR’AN YANG DI SUSUN USTMAN YANG KATANYA TIDAK MURNI LAGI PADAHAL ALI ADALAH PINTUNYA ILMU YANG ARTINYA ALI PASTI LEBIH TAHU TENTANG AL-QUR’AN KENAPA ALI DIAM SERIBU BAHASA MELIHAT AL-QUR’AN BANYAK YANG DIKURANGI DAN BANYAK YANG DI TAMBAH.
    TRUS TENTANG MUSHAF FATIMAH YANG KATANYA ADA DI SIMPAN DI KELUARGA NABI YANG BERISI 17 RIBU AYAT
    TRUS TENTANG IMAM-IMAM YANG MAKSUM BAHKAN KATA KHOMAENI DERAJATNYA IMAM-IMAM MELEBIHI MALAIKAT DAN NABI
    TRUS TENTANG IMAM MAHDI YANG NGUMPET DI GOA, PADAHAL ENTE YANG SELALU MANGGIL-MANGIL SUPAYA CEPAT KELUAR EH MALAHAN MAKIN ASIK NGUMPET…PEMIMPIN YANG TIDAK BERTANGGUNG JAWAB
    TRUS TENTANG TAQIYAH YANG KATANYA KALAU TIDAK BER TAQIYAH ENTE BUKAN GOLONGAN SYI’AH TRUS TENTANG MUT’AH…NAH INI IBADAH YANG PALING SERU…CERITA DONG JANGAN MALU-MALU…KALAU DARI CERITA-CERITA YANG ANE BACA DAN DENGAR UENAAAK TENAN NIH IBADAH…MAU DONG…TAPI ANE AKAN BERTANYA SAMA ENTE…APAKAH ENTE RIDHO BILA IBU ENTE ANE MUT’AH, ISTRI ENTE ANE MUT’AH, KAKAK PEREMPUAN ENTE ANE MUT’AH, ADIK PEREMPUAN ENTE ANE MUT’AH ATAU BAHKAN ANAK-ANAK PEREMPUAN ENTE ANE MUT’AH…AYO JAWAB BILA ENTE MASIH BERKEYAKINAN AJARAN ITU MASIH BERLAKU SAMPAI SEKARANG…ANE BERDO’A MUDAH-MUDAHAN ITU TERJADI PADA KELUARGA ENTE…AMIN…

    PERNAH ANE TANYA SAMA USTADZ ENTE TENTANG KABAR YANG KATANYA KAUM SYI’AH MEMPECAYAI ADANYA PERUBAHAN AL-QUR’AN DIA JAWAB,

    “ MEMANG ITU KEYAKINAN KAMI YAITU PERUBAHAN SUSUNAN SURAT-SURATNYA YANG TIDAK SAMA WAKTU DITURUNKAN PERTAMA KALI, KAUM SUNNI JUGA PERCAYA AKAN PERUBAHAN ITU ( NASAKH TILAWAH YANG SETELAH ANE TAHU TERNYATA BUKAN ITU MAKSUDNYA DAN HAL INI SELALU MENJADI PEGANGAN KAUM SYIAH BILA ADA YANG MENANYAKAN TENTANG PERUBAHAN AL-QUR’AN ) , SEPERTI CONTOH SURAT AL-ALAQ APAKAH DI SIMPAN DI HALAMAN PERTAMA AL-QUR’AN, TIDAK KAN, ITULAH KEYAKINAN KAMI ATAS PERUBAHAN AL-QUR’AN “

    TAPI WAKTU ANE BACA DI INTERNET ULAMA-ULAMA BESAR ENTE MENULISKAN BAHWA HADIST-HADIST YANG MENGATAKAN PERUBAHAN AL-QUR’AN YANG DIKURANGI DAN DITAMBAH-TAMBAH MEMPUNYAI DERAJAT MUTAWATIR, ANE TANYA UNTUK ORANG YANG MAU BERPIKIR.

    ” SAMA TIDAK ARTINYA PERUBAHAN SUSUNAN SEWAKTU TURUN DENGAN PERUBAHAN YANG DIKURANGI DAN DI TAMBAH “ ?

    HERAN ANE DENGAN KAUM ENTE YANG MUDAH MEMUTAR BALIKAN FAKTA HADIST APAKAH ENTE MERASA LEBIH PINTAR SEHINGGA BERANI BERBUAT SEPERTI ITU PADAHAL YANG MENCERITAKAN HADIST-HADIST ITU ULAMA-ULAMA BESAR ENTE YANG DARI HIDUP SAMPAI MATI ADALAH SYI’AH SEDANG ENTE DAN USTADZ-USTADZ ENTE BARU KEMARIN SORE IKUT AJARAN SYI’AH TAPI BERANI MELAWAN ULAMA-ULAMA BESAR ENTE, JADI ANE TANYA LAGI, ULAMA SYIAH YANG MANA YANG ENTE IKUTI, AJARAN SYI’AH YANG MANA ENTE JALANKAN KARENA YANG ANE TAHU BAPAK MOYANGNYA AJARAN SYI’AH SEPERTI ITU AQIDAHNYA,
    DEMI ALLAH ANE NANYA SAMA ENTE PERCAYA TIDAK SAMA KATA-KATA ALLAH YANG AKAN MENJAGA AL-QUR’AN ? KALAU ULAMA-ULAMA BESAR ENTE SUDAH TIDAK PERCAYA LAGI KEASLIAN AL-QUR’AN KITAB APA YANG ENTE PERCAYAI SEKARANG ATAU ENTE BIKIN AJARAN SYI’AH BARU VERSI INDONESIA..??

    DAN YANG GA LEBIH PENTING TERJEMAHKAN KITAB ENTE YANG NAMANYA AL-KAFI, KAN ITU KITAB SUDAH DIPERLIHATKAN SAMA IMAM MAHDI DAN DIA SETUJU YANG ARTINYA BERARTI SHOHIH SEMUA HADIST-HADISTNYA SEPERTI KITAB BUCHORI-MUSLIM NYA ORANG SUNNI…BUKTIKAN KALAU ITU KITAB HADIST-HADISTNYA AHLU BAIT JANGAN CUMAN DENGER DARI USTADZ-USTADZ TAPI ISI BUKU YANG SEBENARNYA ENTE TIDAK PERNAH TAHU ATAU JANGAN-JANGAN USTAD-USTADNYA JUGA TIDAK PERNAH TAHU…

    APA SEPERTI INI CARA ENTE MENCARI KEBENARAN CARI DALIL-DALIL DI KITAB ORANG SUNNI YANG ENTE RASA COCOK DENGAN PEMAHAMAN ENTE DIAMBIL TRUS DIJADIKAN SANDARAN TAPI DIKALA DALIL YANG LAIN MEMATAHKAN DALIL YANG ENTE AMBIL DENGAN RASA KEYAKINAN PENUH PERCAYA DIRI ENTE JAWAB HARUS DITELITI LAGI KEABSAHAN DALILNYA DAN MEMANG AKAN BERTOLAK BELAKANG DENGAN PEMAHAMAN ENTE KARENA ENTE PAKSAKAN PEMAHANNYA SEBAGAI CONTOH BIAR ENTE PADA NGERTI

    ENTE MENGANGGAP PARA SAHABAT TIDAK MENTAATI HADIST GHADIR KHUM TRUS SAHABAT MENCEGAH NABI MEMBUAT WASIAT YANG DALAM ANGAN-ANGAN ENTE BAHWA NABI AKAN MEMBERITAHUKAN BAHWA ALI LAH YANG AKAN MENJADI PENERUS NABI, ENTE COCOKAN DENGAN ANGAN-ANGAN ENTE, ENTE CARI DI KITAB ORANG SUNNI “ LIHAT ALI MEMBAIAT ABU BAKAR BEBERAPA BULAN KEMUDIAN INI ARTINYA APA BAHWA MEMANG ALI TIDAK RELA DENGAN KEKHALIFAHAN ABU BAKAR “ INI YANG SELALU DAN SELALU ENTE HEMBUSKAN DI MAJELIS ENTE TAPI….INI KAN ANGAN-ANGAN DAN PEMAHAMAN ENTE…ANGAN-ANGAN INGIN ALI MENJADI KHALIFAH PERTAMA NAMUN TAKDIR MENENTUKAN SAHABAT, MERTUA, BAPAK MOYANGNYA ORANG-ORANG YANG ENTE ANGGAP SUCI, YANG ALI NIKAHI ISTRINYA SETELAH BELIAU WAFAT YANG ALI ABADIKAN NAMANYA DIKETURUNAN ALI, TERMASUK UMAT TERBAIK PADA MASA ITU ABU BAKAR RA.

    TAPI BILA ADA DALIL, ALI MENGATAKAN KEUTAMAAN SAHABAT DENGAN ENTENG KAN KALIAN JAWAB HARUS DITELITI DULU KEABSAHANNYA ATAU ITU KAN RIWAYAT DARI MUAWIYAH KARENA KALAU ENTE PERCAYA DENGAN DALIL ALI MENGATAKAN KEUTAMAAN SAHABAT BUBAR SUDAH KEYAKIAN ENTE ATAU ANGAN-ANGAN ENTE AGAR ALI JADI PENERUS PERTAMA NABI MAKA DALILNYA AKAN SALING BERTENTANGAN DAN YANG BIKIN ANE MIRIS ADA GOLONGAN ENTE MENGELUARKAN DALIL DARI SITI AISYAH YANG JUGA ENTE BENCI KARENA BERANI MELAWAN ALI. ORANGNYA ENTE HUJAT TAPI DALILNYA ENTE PAKE SAMPAI ENTE FITNAH SITI AISYAH MAU TAHU CERITANTA, ANE TANYA KENAPA KAUM ENTE MENG-BID’AH KAN SHOLAT DUHA, USTADZ ENTE JAWAB KARENA PADA WAKTU ALI TERBUNUH SITI AISYAH SUJUD SYUKUR NAH SUJUD SYUKUR INILAH YANG DIJADIKAN SHOLAT DHUHA OLEH KAUM SUNNI SEKARANG, INI YANG DICERITAKAN USTADZ ENTE KE ANE. SUNGGUH KEJI ENTE MENELAN BULAT-BULAT KEPERCAYAAN INI DAN CERITA INI DI HEMBUSKAN WAKTU ANE MASIH BERADA DI JEMAAT ENTE, SEPERTI INIKAH YANG DINAMAKAN GOLONGAN “ PENCARI KEBENARAN “ DENGAN EMBEL-EMBEL PECINTA KELUARGA NABI MENGHALALKAN SEGALA CARA DAN UPAYA UNTUK MEMAKSAKAN PEMAHAMAN ENTE TERHADAP ORANG-ORANG YANG TIDAK TAHU INTI AJARAN GOLONGAN ENTE…TERLALU….

    KALAU ADA SESEORANG BIKIN BUKU YANG MEMBONGKAR AJARAN ENTE ANE KASIH CONTOH WAKTU ANE TANYAKAN KEBENARAN BUKU YANG BERJUDUL “ MENGAPA SAYA KELUAR DARI MAZHAB SYIAH “ DAN BUKU “ 12 IMAM “ DALAM BUKU YANG PERTAMA DIA DAHULU TERMASUK ULAMA BESAR SYIAH KARENA ALLAH MEMBERI HIDAYAH AHIRNYA DIA KELUAR DARI AJARAN SYI’AH YANG KEDUA TENTANG IMAM 12 KALIAN , DISANA ADA HADIST YANG MENGATAKAN KEKUASAAN ALI LEBIH BESAR DARI NABI MUHAMMAD DENGAN ENTENG USTADZ ENTE JAWAB ITU BIKINAN ORANG SUNNI YANG BENCI SAMA AJARAN KITA…ANE TANYA SAMA ENTE, APA UNTUNGNYA ORANG SUNNI BIKIN BUKU-BUKU SEPERTI INI ? PENDAPAT ANE AKAN LEBIH MENGUNTUNGKAN JIKA ORANG SUNNI MENTERJEMAHKAN BUKU KITAB AL-KAFI DALAM BAHASA INDONESIA BIAR ORANG AWAM TAHU AJARAN DAN AQIDAH ENTE ITU SEPERTI APA TAPI APAKAH ADA ORANG SUNNI DI INDONESIA YANG MELAKUKAN HAL SEPERT ITU ? ITU ADALAH TANGGUNG JAWAB ENTE KALAU ENTE SANGAT YAKIN AKAN KEBENARAN AQIDAH DAN AJARAN ENTE. TERJEMAHKAN DAN SEBARKAN KE SELURUH INDONESIA,
    KARENA PERNAH ANE COBA UNTUK MENCARI TERJEMAHAN AL-KAFI DI TEMPAT LAIN YANG MASIH SEGOLONGAN ENTE JAWABNYA

    “ TIDAK ADA, KARENA UNTUK MENERJEMAHKAN AL-KAFI BUTUH BIAYA BANYAK SEDANG KAN KAMI BISNIS BILA TIDAK ADA YANG BELI KAMI RUGI “

    KALAU ANE NANYA KE TOKO BUKU ATAU KEPERCETAKAN YANG BIASA MENERJEMAHKAN BUKU ANE FAHAM TAPI INI ANE MENANYAKAN KE GOLONGAN ENTE YANG HARUSNYA PUNYA TANGGUNG JAWAB BESAR UNTUK MEMBERITAHUKAN AKAN KEBENARAN AJARAN ENTE, KALAU MERASA MEMANG AJARAN ENTE BENAR MASA MASALAH AKHIRAT DIKAITKAN DENGAN BISNIS, YANG TERJADI SEPERTI INI HAMPIR SEMUA GOLONGAN ENTE HANYA TAHU SUMBER AQIDAHNYA ITU DARI DONGENG-DONGENG USTADZ-USTADZ ENTE TANPA PERNAH TAHU ADA APA DI BALIK SEMUA AQIDAH ITU.

    ANE YAKIN BANYAK DARI GOLONGAN ENTE YANG KAYA-KAYA ATAU DARI HABIB-HABIB YANG MENERIMA KHUMUS DARI JEMAATNYA TRUS YANG PINTAR-PINTAR BAHASA ARAB SANA PASTI BANYAK DAN BANYAK USTADZ-USTADZ ENTE YANG SUDAH DIKIRIM KE IRAN TAPI KENAPA SAMPAI SEKARANG KAGAK ADA TUH YANG NAMANYA KITAB AL-KAFI TERJEMAHAN INDONESIA KENAPA YAH…JANGAN-JANGAN… JANGAN-JANGAN…DARI KELAS 4 SD NIH ANE TUNGGU-TUNGGU…

    ANE MAU SEDIKIT CERITA WAKTU ANE MASUK JEMAAT SYI’AH MAU PERCAYA MAU TIDAK ITU TERSERAH ENTE..EMANG ANE PIKIRIN…

    “…JADI IMAM MAHDI ITU SETIAP MALAM LAILATUR QODAR MENERIMA SEMUA TAKDIR YANG DITURUNKAN ALLAH UNTUK SELURUH MANUSIA DARI LAHIR, HIDUP SAMPE MATI KARENA NANTI IMAM MAHDI LAH YANG AKAN MEMBAGIKAN SEMUA ITU KE SELURUH MANUSIA KALAU ALLAH MEMBERIKAN LANGSUNG SAMA MANUSIA SEWAKTU DIA LAHIR, DUNIA INI TAK AKAN SANGGUP MENERIMANYA YANG BERAKIBAT KEHANCURAN…” PERCAYA, KAGA PERCAYA…TERSERAH…

    SATU LAGI KEYAKINAN YANG TIDAK DI BUKA KE KHALAYAK RAME..
    “…SAAT ITU IMAM ALI DATANG KESATU DAERAH PINGGIR LAUT UNTUK MENYEBARKAN AGAMA ISLAM SEWAKTU TIBA DI PINGGIR LAUT IMAM ALI BERBICARA DALAM BAHASA BINATANG MENGUCAPKAN SALAM…SEMUA IKAN DAN BINATANG DI LAUT MEMBALAS UCAPAN SALAM IMAM ALI…KECUALI ADA YANG TIDAK MEMBALAS SALAM IMAM ALI YAITU BINATANG ATAU IKAN YANG TIDAK BERSISIK, SEHINGGA IMAM ALI MENGATAKAN “ AKU HARAMKAN UNTUK KALIAN MAKAN BINATANG YANG TIDAK BERSISIK “

    KITA TAHU KAN BINATANG YANG TIDAK BERSISIK..KAYA CUMI-CUMI, SOTONG, LELE DAN BANYAK LAGI, MAKANYA KITA GA AKAN LIHAT KAUM SYI’AH MAKAN PECEL LELE SAMA CUMI BAKAR…HARAM MAN…

    TAPI WAKTU ITU ANE NANYA KENAPA CUMI-CUMI DAN LELE DI HARAMKAN SANG USTADZ JAWAB “ KARENA MEREKA TIDAK MEMBALAS SALAM YANG KEDUA IMAM ALI LEBIH TAHU, BAHWA DIDALAM CUMI-CUMI ITU MENGANDUNG RACUN YAITU TINTANYA DAN UNTUK LELE JUGA BEGITU KARENA LELE BISA HIDUP DI TEMPAT-TEMPAT KOTOR YANG NANTI DAGINGNYA BISA MENJADI RACUN, ITU BERBAHAYA “

    ANE SANGGAH “ LEBIH BERBAHAYA MANA SAMA ROKOK..? KARENA ROKOK SETIAP HARI KITA HISAP SEDANG CUMI SAMA LELE JARANG KITA MAKAN KENAPA ROKOK TIDAK DIHARAMKAN SAMA IMAM ALI ?
    SANG USTADZ…DIAM SERIBU BAHASA….KARENA DIA TAHU HAMPIR SEMUA JEMAAT YANG LAKI-LAKI MEROKOK BAHKAN SANG HABIB PUN MEROKOK ATAU ADA DIANTARA ENTE YANG MAU BANTU SANG USTAD.

    YANG TIDAK KURANG LEBIH SERU TENTANG PEMAHAMAN BAHWA NABI MUHAMMAD TIDAK BUTA HURUF, CERMATI, INI SEPERTI PEMAHAMAN ORANG KAFIR YANG MENUDUH NABI MUHAMMAD SAW SENDIRI YANG MEMBUAT AL-QUR’AN TRUS PAMANYA ABU THOLIB ITU ADALAH SEORANG MUSLIM TIDAK MUNGKIN ABU THOLIB SEORANG KAFIR ALASANNYA ABU THOLIB HIDUP DENGAN ORANG PEMBAWA AGAMA ISLAM YAITU KEPONAKANNYA SENDIRI…

    DAN KATANYA DI MAJELIS YANG ANE IKUTI ITU PUNYA GAMBAR NABI MUHAMMAD SAW SEWAKTU BELIAU MASIH KECIL, WAKTU ANE TANYA, DARIMANA USTAD DAPAT GAMBAR NABI, DARI KELUARGA NABI KATANYA. CUMAN SAYANG ANE GAK BISA LIHAT GAMBAR ITU KARENA DI SIMPAN DIRUANGAN HABIB DAN HANYA UNTUK JEMAAT YANG SUDAH BENAR-BENAR MENJADI SYIAH ATAU USTADZ BISA MELIHAT GAMBAR ITU.

    PEMAHAMAN YANG TIDAK KONSISTEN TERHADAP AL-QUR’AN
    KAUM ENTE LAIN CARA WUDLU NYA ALASANNYA LIHAT DI AL-QUR’AN CARA-CARA WUDLU.
    BUKA PUASA ENTE LAIN WAKTUNYA ALASANNYA LIHAT DI AL-QURAN KAPAN KITA HARUS BUKA PUASA
    SHOLAT JUM’AT TIDAK WAJIB DILAKSANAKAN ALASANNYA
    1. IMAM MAHDI BELUM TURUN
    2. JANGAN MENJADI MAKMUN DI ORANG-ORANG YANG BELUM TAHU BENAR AKAN KETAQWAANYA.
    3. JARAK ANTARA SATU MESJID DENGAN MESJID LAINNYA TIDAK BOLEH KURANG DARI 300-400 METER.

    PERINTAH SHOLAT JUM’AT DI DALAM AL-QUR’AN SUDAH JELAS SEKALI , TANPA HARUS BERPIKIR LAMA-LAMA.
    ENTE LIHAT ALASAN PERTAMA DAN KEDUA YANG TIDAK MASUK AKAL, UNTUK YANG KETIGA MASUK AKAL TAPI ITU JUGA UNTUK ORANG YANG HIDUPNYA DIMANA AGAMA ISLAM MENJADI MINORITAS TAPI KALAU DI INDONESIA ? APA MESTI KE PULAU BALI UNTUK SHOLAT JUM’AT ?

    JADI ALASAN-ALASAN ITU SEBENARNYA SUPAYA JANGAN SHOLAT JUM’AT. NAUDZUBILLAH

    ANE SARANKAN KALAU ENTE MENDENGAR SUATU PEMAHAMAN YANG BARU, CARI TAHU JUGA APA YANG TERSIRAT DALAM PEMAHAMAN TERSEBUT JANGAN ENTE TELAN BULAT-BULAT ITU PEMAHAMAN, HANYA KARENA ENTE SUDAH MERASA YAKIN BAHWA AJARAN YANG ENTE IKUTI SUDAH BENAR TAPI SEBENARNYA MENINGGALKAN AQIDAH YANG NYATA…
    MAU IKUT SARAN…BAGUS..TIDAK IKUT SARAN TERSERAH…

    ALHAMDULILLAH GARA-GARA INILAH ANE DIBERI HIDAYAH UNTUK BERPIKIR LEBIH KRITIS TERHADAP AJARAN YANG AKAN ANE IKUTI WALAUPUN MEREK AJARANNYA DI EMBEL-EMBELI DENGAN KATA CINTA PADAHAL INTI AJARAN SEBENARNYA JAUH PANGGANG DARIPADA API.

    ANE MAU NGOMONG SAMA ORANG SUNNI…NGAPAIN ENTE BANTAH OMONGAN-OMONGAN ORANG SYI’AH…CAPE KAGAK KEPAKE, ENTE BUANG-BUANG ENERGI TIDAK ADA GUNA , LEBIH BAIK KITA BELAJAR LEBIH BANYAK LAGI TENTANG AGAMA KITA KARENA ADA BANYAK SITUS-SITUS YANG MENGHINA AGAMA DAN NABI AGUNG KITA KARENA BELUM ANE TEMUKAN ORANG YANG KATANYA CINTA KELUARGA ROSSUL IKUT NGEBANTAH PADAHAL YANG DIHINA BAPAK MOYANGNYA IMAM-IMAM YANG SUCI, TAPI KALAU SUDAH ADA ANE UCAPKAN BERIBU RIBU TERIMAKASIH KARENA MASIH ADA HARAPAN ENTE UNTUK BERPIKIR LEBIH KRITIS TENTANG SATU AJARAN YANG ENTE IKUTI.

    KALAU ORANG SYIAH MAU NGEBAHAS MASALAH YANG SUDAH ANE TULIS DIATAS KHUSUSNYA TENTANG AQIDAH MEREKA, MARI KITA DISKUSI TAPI ANE TIDAK YAKIN MEREKA MAU DAN BERKATA JUJUR…PAN ENTE TAHU ADA AQIDAH TAQIYAH DI IMAN MEREKA, MAKANYA ANE CEPAT-CEPAT KABUR DARI KAUM MEREKA KARENA PRINSIP ANE

    KALAU MAU MENCARI “ KEBENARAN “ KEBOHONGAN JANGAN DIHALALKAN SEBAB NANTINYA YANG TIMBUL ADALAH “ PEMBENARAN “

    MEMANG BENAR YANG ALLAH SWT BILANG DI DALAM AL-QUR’AN KITA YANG MASIH SUCI, TIDAK ADA PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN DAN AKAN ALLAH JAGA SAMPAI HARI AKHIR.

    SURAT AL-HAJJ AYAT 46
    ” KARENA SESUNGGUHNYA BUKANLAH MATA ITU YANG BUTA,TETAPI YANG BUTA IALAH HATI YANG DI DALAM DADA “ ( KAYA TETANGGA ANE )

    SURAT AL-FATH AYAT 11:
    “…MEREKA MENGUCAPKAN DENGAN LIDAHNYA APA YANG TIDAK ADA DALAM HATINYA…””
    ( KAYA ORANG-ORANG BADUI ARAB)

    TERAKHIR KATA …YA ALLAH SAMPAIKAN SHOLAWAT DAN SALAM KAMI KEPADA HAMBA-MU YANG MULIA NABI MUHAMMAD SAW, KEPADA SEMUA KELURGA DAN KETURUNAN BELIAU DAN JUGA KEPADA SAHABAT-SAHABAT BELIAU TERUTAMA UNTUK SAHABAT ABU BAKAR RA, UMAR RA, USTMAN RA DAN ALI RA YANG TELAH MENGORBANKAN JIWA DAN RAGA MEREKA UNTUK MEMBELA AGAMA YANG ENGKAU RIDHOI PADAHAL KAMI SAAT ITU MASIH BERADA DALAM GENGGAMAN-MU SEDANG MEREKA SUDAH BANYAK BERBUAT UNTUK AGAMA-MU…AMIN

  112. @hilman

    Itu menurut ente, ini menurut orang Syiah:

    Dalam sebuah klasifikasi umum, agama dapat dibagi menjadi dua bagian, Ilahi dan manusiawi. Agama merupakan sekumpulan keyakinan, akhlak, aturan dan ketentuan yang bertujuan untuk mengatur individu dan masyarakat serta membina manusia melalui jalan wahyu dan akal. Islam secara leksikal bermakna taslim (tunduk) dan pasrah. Adapun Syiah bermakna sebagai pengikut. Keunggulan mazhab Syiah dibandingkan dengan mazhab lainnya adalah disebabkan oleh “kebenarannya”. Di setiap masa, agama yang benar hanya terbatas pada satu agama. Allah Swt pada setiap masa memiliki satu syariat. Adapun agama-agama lainnya apakah mereka secara asasi merupakan agama yang batil atau pun tidak memiliki dasar, telah punah atau telah dianulir oleh agama yang datang setelahnya. Islam merupakan agama pamungkas dan sempurna yang diturunkan bagi umat manusia. Sedemikian sehingga Allah Swt hanya akan menerima agama Islam sebagai satu-satunya agama resmi dan sah bagi manusia. “Inna al-din ‘indaLlâhi al-Islâm.” (Sesungguhnya agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam, Qs. Ali Imran [3]:19) Waman yattabi’ ghair al-Islam dinan falan yaqbla minhu.” (Barang siapa yang mengikut agama selain Islam maka sekali-kali tidak akan diterima, Qs. Ali Imran [3]:85)

    Asas dan fondasi mazhab Syiah adalah tauhid, keadilan, kenabian, imamah dan ma’ad. Syiah adalah mazhab yang meyakini terhadap adanya 12 imam maksum sebagai khalifah Rasulullah Saw dimana Imam Pertama mazhab Syiah adalah Ali bin Abi Thalib dan Imam Pamungkas (Imam Keduabelas) adalah Imam Mahdi Ajf. Dalam riwayat yang dinukil dari Rasulullah Saw dijelaskan jumlah bilangan dan bahkan nama-nama para Imam Maksum As.

    Orang-orang Syiah merupakan sebuah komunitas yang seluruh perbuatan, keyakinan, akhlak dan semangatnya berdasarkan Islam, al-Qur’an dan seluruh titah Rasulullah Saw dan apa pun yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw dipandang sebagai perintah Allah Swt. Dan Rasulullah Saw sendiri yang menganugerahkan gelar (Syiah) ini pada masa hidupnya kepada para pengikut Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As.

    Wassalam

  113. Assalaamu alaikum

    Terima kasih pembahasan yang menarik,
    sangat terlihat mana umatnya Nabi Muhammad SAW,….. yang berdiskusi dengan cara yang baik dengan yang tidak berbudi pekerti baik…

    makin jelas mana yang harus kita tauladani…
    waspadalah saudara-saudaraku..
    waspadalah dan kuatkanlah kesabaran kalian bersiap siagalah….

    salaamun

  114. astaghfirullah, msh jaman ya, orang selalu mempermasalhkan khilafiyyah…., mari kita bersatu, msh bnyk mslh besar yang perlu di perhatikan…..lihat saudara2 kita yang ada di bali di kepung sama orang2 hindu , itu yang perlu kita pikirkan mas2 smuanya, jngn mslh khilafiyyah ja…. bantu saudaramu di sini…………………………..

  115. musuh Allah adalah orang yang tak mengikuti perintah ALLAH dan rasulnya…Abu hurairah dan Umar bin khatab termasuk di dalamnya karena sudah merubah ketetapan dan ajaran dari nabi Muhammad SAW…abu hurairah jg pernah ditegur rasulullah karena merawikan hadist sendiri sedangkan rasulullah tidak pernah mengeluarkan hadist,dan sepeninggal nabi saw pun dia gencar membuat hadis palsu demi urusan perut…dan begitu juga Umar sama2 pembangkang…mengubah apa yang telah di ajarkan rasulullah saw

  116. Saya heran orang-orang yang menggunakan kata musuh Allah s.w.t, Dia kan kan Maha Kuasa, musuh itu kan lawan. Menurut saya tidak ada satupun makhluk ciptaan-Nya yang pantas disebut sebagai musuh atau lawan-Nya. Karena Dia tidak ada lawan, la wong pencipta segala sesuatu kok punya lawan bagaimana to?

  117. bertindaklah dengan IlmuNya
    http://abdullahkhoir.wordpress.com/al-hajji-al-akbari/

  118. ini blok sesat lagi menyesatkan,aqidah syiah +khowarij.

  119. Ini maksudnya apa?yg salah umar apa abu hurairah?bukankah umarsahabat rasullulah?

  120. DI HARI KIAMAT KITA TIDAK AKAN DITANYA TTG ABU HURAIROH MAUPUN UMAR RA, TAPI DITANYA TENTANG AIB2 KITA SENDIRI. MAKA TAFAKURI DIRI KITA SENDIRI DARIPADA MENGURUSI -MASALAH SIAPA YG BENAR ANTARA ABU HURAIROH DG UMAR RA. INI ADALAH PEKERJAAN SIA2 YG HANYA AKAN MENAMBAH BERAT HISAB KITA DI YAUMIL AKHIR NANTI

  121. @alfakir

    Ente bilang klo kita tdk akan ditanya ttg abu hurairah. Apa ente dapat bocoran ttg apa saja pertanyaan Allah di hari yaumil qiyamah nanti. Koq ente bisa yakin. Kalo pake logika ente agama Islam jelas akan mengecewakan ente. Coba ente buka lagi Alquran, menurut ente kenapa Allah mewahyukan kepada baginda nabi saw tentang Firaun, ayahnya nabi Ibrahim, kaumnya nabi Nuh, luth, tsamud, a’ad, kurang bersyukurnya orang Bani Israel padahal nabi Musa telah membelah lautan untuk menyelamatkan mereka, kesucian ibunda nabi Isa dan masih banyak lagi. Apa kita akan ditanya atau tidak ditanya ttg mereka semua itu. Naah menrt ente maksudnya apa alquran menceritakan kisah masa lalu itu. Terus kalau dalam Alquran jelas ada kisah ttg kejadian masa yang lalu, apa salahnya kalau Ustdz SP tulis artikel ttg abu hurairah di sini toh Ustdz SP ambil dalil dari kitab hadis. Coba ente buka kitab agama Budha isinya persis seperti apa yang ente mau. Siapa tahu ente lebih cocok

  122. Mohon maaf, penting nggak sih ngeributin hal seperti ini? Memangnya ketika mati nnt kita akan ditanya hal2 seperti ini?
    Lebih baik sibukkan diri dengan mengoreksi diri sendiri daripada sibuk mencari-cari aib orang lain…. Apakah kita sudah pasti selamat di akhirat nanti sehingga hal2 seperti ini menjadi sangat penting untuk diributkan???
    Terus terang, saya sedih melihat sesama muslim bertengkar untuk hal2 semacam ini…hanya menambah-nambahi beban di yaumil hisab nanti.

  123. @cingcakeling

    apa ada kewajiban bahwa untuk menulis sesuatu maka harus tentang hal-hal yang akan ditanya ketika mati nanti?. Soal mengoreksi diri itu adalah kewajiban kita sebagai setiap muslim dan apa yang membuat anda berpikir penulis blog ini tidak mengoreksi diri sendiri. Soal sibuk mencari aib orang lain, tulisan ini tidak ada sedikitpun bertujuan mencari aib kalau memang menurut anda itu adalah aib maka yang pertama kali dituduh harusnya si pencatat hadis tersebut.

    Dan anda bertanya apakah kita sudah pasti selamat di akhirat nanti sehingga meributkan hal seperti ini?. Maka saya jawab siapa orangnya yang pasti selamat dan gak ada keharusan dalam menulis sesuatu harus ada jaminan kita pasti selamat dulu di akhirat nanti baru menulis. Kesedihan anda itu bagus tetapi salahnya adalah dasar berpikirnya yang keliru, yang membuat sesama muslim bertengkar itu bukan karena tulisan seperti di atas tetapi karena akhlak yang tidak baik. Belajarlah tentang akhlak baik terutama dalam berdiskusi, insya Allah tidak akan terjadi pertengkaran tetapi yang ada adalah saling menambah ilmu

  124. Mantaaapppp…!!

  125. Dialektika perdebatan akan lebih berbobot apabila menggunakan kata-kata yang baik dan tidak menganggap kelompoknya yang paling benar

  126. Sunting · Hapus
    Izun Bocah Panser
    Pilih Ali yangpengecut (menurut Syiah) atau Abu Bakr yang pemberani (Menurut SunnI) ?
    Ali terdiam ketika Istrinya dianiaya
    Fatimah didorong di pintu, tanpa ditendang, tanpa pedang, cambuk atau paku
    Al Mas’udi, seorang ahli sejarah mengatakan : Amirul Mu’minin Ali tinggal di rumahnya beserta beberapa pengikutnya, seperti yang dipesankan oleh Rasulullah, lalu mereka menuju rumah Ali dan menyerbunya, membakar pintu rumah dan memaksa orang yang di dalamnya untuk keluar, mereka mendorong Fatimah di pintu hingga janinnya gugur, mereka memaksa Ali untuk berbaiat dan Ali menolak, dan mengatakan : aku tidak mau, mereka mengatakan : kalau begitu kami akan membunuhmu, Ali mengatakan: jika kalian membunuhku maka aku adalah Hamba Allah dan saudara RasulNya. Lihat Itsbatul Washiyyah hal 123.

    Atau pilih Abu Bakr pemberani membela Rasul Allah

    Orang-orang Musyrik berdatangan memukuli Nabi shalallahu `alaihi wasallam sampai berdarah. Begitu Abu Bakar mendengar berita itu dia langsung berlari mendatangi, lalu dia berkata,”Celakakalian. Apakah kalian akan membunuh orang yang mengatakan Rabb-ku adalah Allah, padahal dia telah membawa bukti-bukti yang jelas dari Tuhan kalian?!” Maka mereka meninggalkan Nabi dan berbalik memukuli Abu Bakar hingga tidak jelas antara hidung dan wajahnya. Dia adalah orang yang pertama berjihad di jalan Allah dan orang yang pertama yang berperang bersama Rasulullah, serta orang yang menafkahkan hartanya. Rasulullah telah bersabda,”Tidak ada harta yang bermanfaat bagiku seperti manfaatnya harta Abu Bakar.”

    (Khalifatu Rasulillah Abu BAkr ash-Shiddiq, Muhammad Husain Haikal)

    Dongeng Syiah menghasilkan sosok Ali yang pengecut
    Sel ·
    Privasi: Publik
    Suka · Komentari · Bagikan · Tambahkan Foto
    2 orang menyukai ini.
    Tulis komentar…
    Atau lampirkan foto

  127. Tuhan hanya mewahyukan kitab alquran.. Allah tidak pernah menyuruh kita untuk BERIMAN KEPADA MANUSIA… Kitab hadis adalah buatan manusia, mau siapapun penulis nya.. Allah tak pernah menyuruh manusia beriman kepada penulis kitab hadis.. assunah yg di sebutkan di alquran tidak ada hubungan nya dgn kitab2 hadis karangan manusia manapun..

    “Telah mengabarkan kepadaku Abu Bakar Muhammad bin Ahmad Al Muzakkiy di Marwa yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Rawh Al Madainiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun yang berkata telah memberitakan kepada kami Hisyaam bin Hasan dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah. …” –> 1 orang pun dari nama di atas tidak pernah di sebutkan nama nya dlm alquran..
    Bagaimana mungkin saya bs percaya cerita di atas…??

  128. Kaum muslimin yg kebetulan membaca tulisan di blog ini,hati2 dg orang2 yg komment di blog ini…mudah2an kaum muslimin semakin sadar mengenal sepak terjang mereka…

  129. Hadits datangnya dari Rasulullah s.a.w melalui percakapan atau amalan, tapi kalau selain dari Rasulullah, apakah bisa dikirakan sbagai hadits. Saya kira dialog amier al mukminin Umar r.hu dan Abu Hurairah yg diaebut di atas bukan hadits

  130. Wahai orang yang demikian bencinya kepada para sahabat, hingga melakukan tajassus! Apakah seorang nabi Allah tidak pernah melakukan kesalahan? Lalu bagaimana dengan yang bukan seorang nabi?

    Umar dan abu hurairah radhiyallahu anhuma adalah dua orang sahabat yang dikenal kebaikanya, tidak ada yang mencela mereka kecuali orang orang yang jahat dansuka berdusta

    kalau tntang tuduhan kepada sesama muslin, kalian mestinya melihat ke arah diri kalian sendiri. Semut di seberang lautan tampak, gajah di depan mata nggak tampak.

Tinggalkan komentar