Apakah Mu’awiyah Ingin Menggulingkan Pemerintahan Aliy Yang Sah?

Apakah Mu’awiyah Ingin Menggulingkan Pemerintahan Aliy Yang Sah?

Judul di atas adalah judul tulisan lucu dari seorang Ustadz yang sangat “anti Syi’ah”. Mungkin dalam anggapannya, niatnya baik yaitu membela tuduhan keji terhadap sahabat tetapi sayang sekali niat yang katanya baik itu tidak diiringi dengan kesungguhan menulis secara ilmiah dan objektif. Tulisan tersebut dapat para pembaca lihat disini

https://syiahbatam.wordpress.com/2015/02/03/hati-hati-dalam-menilai-sahabat/

Sebelumnya kami sudah pernah menunjukkan kekonyolan Ustadz satu ini soal doa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] pada pernikahan Aliy dan Fathimah yang ia katakan buatan orang Syi’ah. Para pembaca dapat melihat pembahasan tersebut disini.

https://secondprince.wordpress.com/2015/02/19/doa-nabi-pada-pernikahan-aliy-dengan-fathimah-made-in-syiah-kedustaan-pencela-syiah/

Kali ini sang Ustadz tersebut membela Mu’awiyah bin Abu Sufyaan bahwa dalam perang shiffin Mu’awiyah sebenarnya hanya menuntut pembunuh Utsman [radiallahu ‘anhu] bukan bertujuan menentang atau menggulingkan pemerintahan Aliy [‘alaihis salaam] bahkan Mu’awiyah menganggap Aliy lebih berhak atas khalifah. Ini sebenarnya syubhat lama yang sudah basi dan tidak bosan-bosannya diulang-ulang oleh pecinta Mu’awiyah. Syubhat ini tidak memiliki landasan shahih, bukti riwayat yang diajukan Ustadz tersebut berdasarkan pendapat yang rajih kedudukannya dhaif. Ustadz tersebut menuliskan

Ustadz Ispiraini Hamdan

Ibnu Hajar al-‘Asqalani, “Yahya bin Sulaiman al-Ja’fi (guru Imam Bukhari) meriwayatkan dr Abu Muslim al-Khaulani dengan sanad yg jayyid, beliau bertanya kepada Muawiyah, “apakah kamu ingin menggulingkan Ali, atau anda sama seprti Ali (ngaku menjadi khalifah)..?”

Muaiyah menjawab, “TIDAK, dan aku tahu sekali bahwa beliau lebih mulia dr pada aku dan lebih berhak menjadi khalifah, tetapikan anda tahu bhw Utsman terbunuh secara zalim, sementara aku adalah sepupunya yg berhak menjdi walinya.” (Imam adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala’, juz 3, hlm. 140, kata muhaqqiqnya perawinya tsiqah).

Nukilan sang Ustadz ini benar-benar lucu, kalau tidak mau dikatakan dusta. Mengapa? Karena sangat tidak mungkin seorang Adz Dzahabiy menukil dari seorang Ibnu Hajar. Adz Dzahabiy wafat pada tahun 748 H [Syadzraatudz Adz Dzahaab 8/264]. Sedangkan Ibnu Hajar lahir pada tahun 773 H [Al Jawaahir Wad Durar As Sakhaawiy 1/104]. Bagaimana mungkin Adz Dzahabiy menukil dari ulama yang lahir setelah ia wafat?.

.

.

.

Sumber Riwayat

Sebenarnya Ustadz ini mencampuradukkan apa yang disebutkan Ibnu Hajar dan apa yang disebutkan oleh Adz Dzahabiy. Yang tertulis dalam kitab Siyaar A’laam An Nubalaa’ Adz Dzahabiy adalah sebagai berikut


Siyaar Alam Nubala 3 hal 140

ثم قال الجعفي : حدثنا يعلى بن عبيد ، عن أبيه ، قال : جاء أبو مسلم الخولاني وأناس إلى معاوية ، وقالوا : أنت تنازع عليا أم أنت مثله ؟ فقال : لا والله ، إني لأعلم أنه أفضل مني وأحق بالأمر مني ، ولكن ألستم تعلمون أن عثمان قتل مظلوما ، وأنا ابن عمه والطالب بدمه ، فائتوه فقولوا له ، فليدفع إلي قتلة عثمان ، وأسلم له . فأتوا عليا ، فكلموه ، فلم يدفعهم إليه

Kemudian Al Ju’fiy [Yahya bin Sulaiman dalam kitab Ash Shiffin] berkata telah menceritakan kepada kami Ya’la bin Ubaid dari Ayahnya yang berkata Abu Muslim Al Khawlaaniy dan orang-orang datang kepada Mu’awiyah, mereka berkata “apakah engkau menentang Aliy atau engkau menyamakan dirimu dengan Aliy? Mu’awiyah berkata “tidak, demi Allah aku mengetahui bahwa ia lebih utama dariku dan lebih berhak atas perkara ini daripada aku, tetapi bukankah kalian mengetahui bahwa Utsman telah dibunuh secara zalim, dan aku adalah sepupunya dan akan menuntut balas atas darahnya. Maka pergilah kalian kepadanya [Aliy] dan katakan padanya untuk menyerahkan kepadaku pembunuh Utsman maka aku akan berdamai dengannya. Mereka datang kepada Aliy dan mengatakan hal itu maka Aliy tidak menyerahkan [pembunuh Utsman] kepadanya” [Siyaar A’laam An Nubalaa’ Adz Dzahabiy 3/140]

Silakan para pembaca lihat, tidak ada Adz Dzahabiy menukil Ibnu Hajar. Apa yang ditulis Ustadz tersebut sebenarnya berasal dari apa yang ditulis Ibnu Hajar dalam Fath Al Baariy

Fath Al Bariy juz 13 hal 92

وقد ذكر يحيى بن سليمان الجعفي أحد شيوخ البخاري في ” كتاب صفين ” في تأليفه بسند جيد عن أبي مسلم الخولاني أنه قال لمعاوية : أنت تنازع عليا في الخلافة أو أنت مثله ؟ قال : لا ، وإني لأعلم أنه أفضل مني وأحق بالأمر ، ولكن ألستم تعلمون أن عثمان قتل مظلوما وأنا ابن عمه ووليه أطلب بدمه ؟ فأتوا عليا فقولوا له يدفع لنا قتلة عثمان ، فأتوه فكلموه فقال : يدخل في البيعة ويحاكمهم إلي

Dan sungguh telah disebutkan oleh Yahya bin Sulaiman Al Ju’fiy, salah seorang Syaikh Bukhariy dalam kitab Ash Shiffin dalam tulisannya dengan sanad yang jayyid dari Abu Muslim Al Khawlaaniy bahwa ia berkata kepada Mu’awiyah “Apakah engkau menentang Aliy dalam Khilafah atau engkau menyamakan diri dengannya?. Mu’awiyah berkata “tidak, aku mengetahui bahwa ia lebih utama dariku dan lebih berhak dalam perkara ini, tetapi bukankah kalian mengetahui bahwa Utsman telah dibunuh secara zalim, dan aku adalah sepupunya dan walinya yang akan menuntut balas atas darahnya. Maka pergilah kalian kepada Aliy dan katakan padanya untuk menyerahkan kepada kami pembunuh Utsman. Maka mereka datang kepada Aliy dan mengatakan hal itu, Aliy kemudian berkata “hendaklah dia berbaiat dan menyerahkan penghakiman mereka kepadaku” [Fath Al Baariy Ibnu Hajar 13/92]

Sanad lengkap riwayat yang dinukil Ibnu Hajar dan Adz Dzahabiy adalah sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Asakir dalam kitab Tarikh-nya dengan jalan sanad dari Abu ‘Abdullah Al Balkhiy dari Ahmad bin Hasan bin Khairuun dari Hasan bin Ahmad bin Ibrahiim dari Ahmad bin Ishaaq Ath Thiibiy yang berkata

Tarikh Ibnu Asakir juz 59 hal 132

قال ونا إبراهيم نا يحيى قال حدثني يعلى بن عبيد الحنفي نا أبي قال جاء أبو مسلم الخولاني وأناس معه إلى معاوية فقالوا له أنت تنازع عليا أم أنت مثله فقال معاوية لا والله إني لأعلم أن عليا أفضل مني وأنه لأحق بالأمر مني ولكن ألستم تعلمون أن عثمان قتل مظلوما وأنا ابن عمه وإنما أطلب بدم عثمان فائتوه فقولوا له فليدفع إلي قتلة عثمان وأسلم له فأتوا عليا فكلموه بذلك فلم يدفعهم إليه

Dan telah menceritakan kepada kami Ibrahim yang berkata telah menceritakan kepada kami Yahya [bin Sulaiman Al Ju’fiy] yang berkata telah menceritakan kepadaku Ya’la bin Ubaid Al Hanafiy yang berkata telah menceritakan kepada kami ayahku yang berkata Abu Muslim Al Khawlaaniy dan orang-orang yang bersamanya datang kepada Mu’awiyah, mereka berkata kepadanya “apakah engkau menentang Aliy atau engkau menyamakan diri dengannya?” Mu’awiyah berkata “tidak, demi Allah aku mengetahui bahwa ia lebih utama dariku dan lebih berhak atas perkara ini daripada aku, tetapi bukankah kalian mengetahui bahwa Utsman telah dibunuh secara zalim, dan aku adalah sepupunya dan aku hanyalah menuntut balas atas darahnya. Maka pergilah kalian kepadanya [Aliy] dan katakan padanya untuk menyerahkan kepadaku pembunuh Utsman maka aku akan berdamai dengannya. Mereka datang kepada Aliy dan mengatakan hal itu maka Aliy tidak menyerahkan [pembunuh Utsman] kepadanya” [Tarikh Ibnu Asakir 59/132]

.

.

.

Kedudukan Riwayat

Bagaimana kedudukan riwayat tersebut?. Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanadnya jayyid [Fath Al Bariy Ibnu Hajar 13/92]. Syaikh Syu’aib Al Arnauth pentahqiq kitab Siyaar A’laam An Nubalaa’ berkata “para perawinya tsiqat”. [As Siyaar Adz Dzahabiy 3/140 tahqiq Syu’aib Al Arnauth catatan kaki no 4]. Syaikh Utsman Al Khamiis berkata “sanadnya shahih” [Huqbah Min At Tariikh Syaikh Utsman Al Khamiis hal 120 catatan kaki no 1]

Para perawi dalam sanad riwayat ini memang tsiqat tetapi riwayat ini tidak shahih karena mengandung illat [cacat] yang tersembunyi yaitu inqitha’ [terputus sanadnya].

Ibnu Hajar menukil dengan lafaz “dengan sanad yang jayyid dari Abu Muslim Al Khawlaaniy”. Lafaz ini keliru karena sanad riwayat tersebut berakhir pada Ayah dari Ya’laa bin Ubaid Al Hanafiy yaitu Ubaid bin Abi Umayyah bukan berhenti pada Abu Muslim Al Khawlaaniy. Nama Abu Muslim Al Khawlaaniy adalah bagian dari matan riwayat bukan bagian dari sanad riwayat. Hal ini dapat dilihat dari apa yang dinukil Adz Dzahabiy dan riwayat dengan sanad lengkap dari Ibnu Asakir yaitu lafaz “Abu Muslim Al Khawlaaniy dan orang-orang yang bersamanya datang kepada Mu’awiyah”

Kisah di atas dimana Abu Muslim Al Khawlaaniy dan orang-orang datang menemui Mu’awiyah kemungkinan terjadi setelah pembunuhan khalifah Utsman [radiallahu ‘anhu] dan sebelum perang shiffin yang terjadi pada tahun 39 H. Ubaid bin Abi Umayyah tidaklah menemui masa Mu’awiyah dan Aliy sebelum perang Shiffiin  sehingga ia tidaklah menyaksikan kisah tersebut.

Ubaid bin Abi Umayyah tidak diketahui tahun lahir dan wafatnya tetapi Ibnu Hajar menyebutkan bahwa ia seorang yang shaduq termasuk Thabaqat keenam [Taqrib At Tahdziib 1/642] dan disebutkan Ibnu Hajar dalam muqaddimah kitab Taqrib At Tahdziib bahwa perawi yang termasuk thabaqat keenam tidak tsabit bertemu dengan salah seorang sahabat Nabi [Taqrib At Tahdziib 1/25]. Jadi tidak mungkin ia bertemu Aliy bin Abi Thalib dan Mu’awiyah.

أخبرنا طلق بن غنام النخعي قال: ولد يعلى بن عبيد سنة سبع عشرة ومائة في خلافة هشام بن عبد الملك

Telah mengabarkan kepada kami Thalq bin Ghanaam An Nakha’iy yang berkata “Ya’la bin Ubaid lahir pada tahun 117 H pada masa khalifah Hisyaam bin ‘Abdul Malik” [Thabaqat Ibnu Sa’ad 6/397]

Thalq bin Ghanam seorang yang tsiqat [Taqriib At Tahdziib 1/453]. Jika Ya’la bin Ubaid yang merupakan anak Ubaid bin Abi Umayyah lahir pada tahun 117 H maka sangat jauh sekali kemungkinannya Ubaid bin Abi Umayyah sudah hidup sebelum tahun 39 H. Qarinah di atas menguatkan bahwa riwayat Ubaid bin Abi Umayyah tersebut mursal.

.

.

.

Kesimpulan

Riwayat yang dijadikan hujjah oleh Ustadz tersebut kedudukannya dhaif dan sebenarnya terdapat riwayat shahih yang menunjukkan bahwa dalam perang shiffin Mu’awiyah memang menginginkan kekuasaan [Insya Allah hal ini akan dibahas dalam tulisan selanjutnya]. Akhir kata tulisan ini tidak bertujuan untuk membela Syi’ah melainkan untuk meluruskan syubhat orang-orang anti syi’ah dimana penyakit syiahphobia yang mereka derita membuat mereka begitu mudah menyimpangkan kebenaran. Kalau melihat ulah Ustadz anti syi’ah yang kebablasan dan menyimpang dari kebenaran seperti ini, disitu kadang saya merasa sedih. Salam Damai

41 Tanggapan

  1. muawiya, idona wahabi ekstresm.

    laknatullah buat muawiyah dan pecintanya.

    thx pak yai atas pencerahannya..

  2. membela sahabat dengan membabi buta, dan menganggab semua sahabat maksum, telah membuat nalar dan logika mereka hilang…

    menyamakan kedudukan sahabat (dari sekian puluh ribu sahabat) dengan ahlul bait sama saja dengan merendahkan ahlul bait itu sendiri..

    mereka lupa ahlul bait selalu dalam kebenaran, dan seharusnya dapat dijadikan hujjah dan pegangan ummat mengingat Hadis Tsaqalain..

    ditambah benar berijtihat pahala dua dan salah ijtihat pahala satu membuat kondisi makin konyol…

    makasi SP…

    semoga Allah selalu menganugerahkan kesehatan dalam mengungkap kebenaran yang semakin kabur

  3. Benar ustad melihat kelakuan ustad2 yg anti syiah saya sependapat dengan ustad…..”disitu kadang saya merasa sedih”…..dan setelah membaca tulisan tanggapan ustad saya sering termenung sampai orang rumah heran dan bertanya kamu sakit…..saya jawab iya…..”sakitnya tuh disini” gitu ustad sorry nih jadi curhat

  4. sungguh unik, seolah Aliy bin Abi Thalib bukanlah ulil amri yang harus ditaati.
    Wahai orang-orang yang beriman, patuhilah Allah dan patuhilah Rasul-Nya (Muhammad) dan ulil Amri di antara kalian (muslimin), maka jika terjadi perselisihan maka kembalikanlah urusan tersebut kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Muhammad), jika memang kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. (Q.S. An-Nisaa’: 59).

  5. Saya bukan ahli agama, pertanyaan saya: 1). Bila SP dapat membuktikan bahwa motif dari Muawiyah berperang melawan Imam Ali adalah kekuasaan berdasarkan riwayat yg sahih mengapa pendapat ulama sekarang bisa berbacam2 tentang Muawiyah atas keterlibatannya dalam perang Shiffin. Apakah riwayat sahih yang SP rujuk tidak diketahui oleh para ulama 2). Kemungkinan lainnya kalau boleh menduga-duga ada riwayat sahih yang berbeda dengan apa yang diketahui oleh SP dan menolak angapan SP akibatnya ulama sekarang tidak bisa bulat satu suara berkenaan atas hubungan Muawiyah dengan perang Shiffin, ada yang mencela, membela atau bahkan diam saja.

  6. Banyak ngakunya ulama,dengan embel2 :kH,ustad,dll.,selalu memojokkan semua Ahlulbait dgn bermacam model pemberitaan yg aneh2,jelas itu sudah fitnah,.KURANG JELAS APA LAGI TULISAN PD KAPAL NABI NUH 5 NAMA YG MULIA!!!!,.
    MUHAMMAD,FATIMA,ALY,HASAN,HUSEIN,,….celakalah mereka2 yg memfitnah ahlulbait,syiahnya imam ali.!!!! “sesungguhnya siksa nekara sangat pedih”
    Allhumma sholi ala muhammad wa ali muhammad

  7. @focus

    Sorry kate nih mba…jangan panatik membabi buta. Membela Nabi dan ahlulbait adalah mulia tapi akal sehat jangan sampek dilupain, tar kayak kelompok sebelah lhoo. Apa mungkin kapal nabi Nuh yg ceritanye dari kayu masih ade sisanya, terus ape kagak lapuk tuh kemakan waktu….dah berapa ribu taon yang lalu, ciyus ada tulisan yang masih bisa kebaca pulak, halaaah, itu berita bukannya dah jadul banget konon arkeolog Uni Sopiet taon 60an ngegali di Siberia trus gak sengaja nemuin kapalnya nabi Nuh…laah kapal Nabi Nuh ngapain ada di Siberia-Uni Sopiet yak???

  8. makasih bang @surel,.saya ngak fanatik membabi buta,itu fakta
    jgnkan kapal/benda awet ribuan tahun,bagaimana kalau manusia ditidurkan ratusan tahun kemudian
    dihidupkan kembali,sonooo liat di Alqur’an,kalau abang meragukan itu SEBAIKNYA ABANG CARI AGAMA LAIN

  9. kapal:ditemukan diturki bkn di unisoviet,plat kapal tersebut disimpan
    museum moskow,para arkeolog
    1. Prof. Solomon, Universitas Moskow
    2. Prof. Ifa Han Kheeno, Lu Lu Han College, China
    3. Mr. Mishaou Lu Farug, Pakar fosil
    4. Mr. Taumol Goru, Pengajar Cafezud College
    5. Prof. De Pakan, Institut Lenin
    6. Mr. M. Ahmad Colad, Asosiasi Riset Zitcomen
    7. Mayor Cottor, Stalin College
    Plat & terjemahannya sdh pernah dipamerkan:
    1. Weekly – Mirror, Inggris 28 Desember 1953
    2. Star of Britain, London, Manchester 23 Januari 1954
    3. Manchester Sunlight, 23 Januari 1954
    4. London Weekly Mirror, 1 Februari 1954
    5. Bathraf Najaf, Iraq 2 Februari 1954
    6. Al-Huda, Kairo 31 Maret 1954
    7. Ellia – Light, Knowledge & Truth, Lahore 10 Juli 1969

  10. tentang kapal:ditemukan diturki bkn di unisoviet yg abang katakan,plat kapal tersebut disimpan di
    museum moskow,.plat&terjemahannya dipamerkan
    1. Weekly – Mirror, Inggris 28 Desember 1953
    2. Star of Britain, London, Manchester 23 Januari 1954
    3. Manchester Sunlight, 23 Januari 1954
    4. London Weekly Mirror, 1 Februari 1954
    5. Bathraf Najaf, Iraq 2 Februari 1954
    6. Al-Huda, Kairo 31 Maret 1954
    7. Ellia – Light, Knowledge & Truth, Lahore 10 Juli 1969

  11. Allhumma sholi ala muhammad wa ali muhamm

  12. @focus

    Anda benar kalau Allah berkehendak selembar roti tawar pun bisa awet ribuan bahkan jutaan tahun tidak basi.

    Nama2 seperti yang anda klaim tertulis pada kapal Nabi Nuh menggunakan bahasa dan huruf apa? Arab? Ibrani? Aramaic? Syriac? atau mungkin Farsi? Siapakah nama ilmuwan ahli bahasa yang mampu menterjemahkan tulisan yang ada pada kapal Nabi Nuh tersebut? Saya penasaran dengan jenis rumpun bahasa dan tulisan yang digunakan oleh orang2 yang hidup di jamanya Nabi Nuh a.s.

    Note..
    Maaf OOT

  13. hehehe@focus. Maksud ente Surah Al Kahfi?Ahem, eh ada jaka sembung maen tennes, kagak nyambung keeleess!

  14. makasih bang @khahesh mikonam,.Translate Mr.N.F.Maks orang Manchester,platnya skrg ada di museum moskow,bahasa samaani bang,plat tsb sdh dipamerkan di
    1. Weekly – Mirror, Inggris 28 Desember 1953
    2. Star of Britain, London, Manchester 23 Januari 1954
    3. Manchester Sunlight, 23 Januari 1954
    4. London Weekly Mirror, 1 Februari 1954
    5. Bathraf Najaf, Iraq 2 Februari 1954
    6. Al-Huda, Kairo 31 Maret 1954
    7. Ellia – Light, Knowledge & Truth, Lahore 10 Juli 1969
    —bang @surel 🙂 haa..abang tau Surah Al Kahfi//sehari kejadian KARBALA seluruh dunia emang terjadi hujan darah seperti kata Sayidah zainab”Mengapa kalian ragu setelah hujan darah turun dari langit? sonoo cari ensiklopedia Anglo Saxon Chronicles.Britania Raya hujan,susu,mentega,dll jadi darah,.
    KALAU ALLAH BERKEHENDAK KENAPA TIDAK BANG SUREL;-)?
    setujoooooo???

  15. Thanks bang @khahesh mikonam:yg terjemahkan Mr.N.F.Maks dari Manchester,Inggris
    bahasa samaani bang,.googling ajalah biar jelas bang,.
    bang @surel: haa..taunya abang surat Surah Al Kahfi itu baru paten bang @surel

  16. @focus
    Iye…iye..deeh….ane setuju…pan mukzizat di alquran ade. misal Allah bilang jadi ya jadilah…gitu maksud ente kan
    Oohhhh ade ahlinye nyang bisa terjemahin bahasanye…Orang inggris ternyate ane kira orang jepang Mr. Yamaha Nmax 150cc…hihi canda biar kagak sutress. Maacih buat inpohnye yeee…..

  17. Saya sebenarnya tidak ingin ikut berkomentar tapi sedikit penasaran juga akhirnya saya iseng googling di internet. Berita yang saya dapat mungkin harus di teliti kembali keasliannya. Berikut kutipan yang saya dapat.

    Kepala kurator Departemen Timur Tengah dan Jauh museum Moskow Dr. Aleksandr Kokorin di tahun 1972 menerbitkan pernyataan dari Kepala Dekan Jurusan Arkeologi Universitas Lu lu Han College Cina, Prof Liu Boh Ong, bahwa Prof Ifa Han Kheeno tidak memiliki otoritas dan bertindak bukan atas nama Universitas berkaitan dengan proses ekskavasi artefak yang disinyalir merupakan kapal Nabi Nuh. Pernyataan Prof Liu Boh Ong in sejalan dengan statement yg dikeluarkan oleh Rektor Universitas Moskow Prof Roman Tipuvich, yaitu Prof Solomon salah seorang dari team ekskavsi kapal Nabi Nuh telah lama di non aktifkan dari kegiatan mengajar dikampus sejak awal tahun 1952. Pernyataan tersebut termuat di koran

    1. Moskovskiye Komsommoloskaya Pravda, Juni 1972
    2. Wanguo Gongbao, Agustus 1972
    3. World International Journal of Natural Science, February 1977

    Sedangkan seorang jurnalis muda asal Iraq yang tinggal di Inggris bernama Mr. Lamma tak kadzaab melakukan investigasi wartawan mengenai Mr. N.F. Maks dari Manchester, Inggris dengan mewawancarai cucu dari Mr.N.F Maks yang bernama Mr. A.W. Combo Maks, si cucu membantah bahwa kakeknya terlibat dalam proses penterjemaham dokumen-dokumen arkeologis bahkan ditambahkan oleh sang cucu kakeknya hanyalah seorang ahli reparasi jam dari Manchester yang riang dan baik hati serta sangat di cintai oleh para pelanggannya.

  18. @ArIF,makasih bang mohon utk referensi perbandingan beritau link nya dong bang arif,.makasih
    -@surel,Mhn Maaf bang sebelum sesudahnya,semangat terus abang jg kita2 mencari kebenaran 🙂

  19. Menurut AlQuran yang mampu ane renungi sesuai dengan jalan fikiran yang Allah swt berikan saat ini :
    1. Jika cara berfikir dilakukan dengan nafsu, maka yang Haq akan rusak, utamanya persaudaraan terkontaminasi kebathilan (S.23:71)
    2. Hal-hal yang sepele diperdebatkan, tidak diserahkan kepada Allah urusannya, akan terjadi permusuhan, Allah mengharamkannya (S.2:139), kendatipun berniat baik meluruskan maka sama saja diri kita menganggap benar, ini termasuk meremehkan, mengejek, mengumpat orang lain, melanggar surat 104 :1-3.
    3. Haq kebenaran berada ditangan Allah, (S.2:147)hanyaalah Allah yang meilikinya bukan manusia, dalil apapun yang dikemukakan jika dengan nafsu maka akan rusak dalil tersebut ditangan orang itu, karena terkena An Naas ayat 4.
    4. Marilah kita belajar menjadi orang benar disisi Allah, bukan benar menurut manusia, saat ini semua manusia belum benar menurut Allah, kebenaran manusia baru bisa dilihat ketika menjelang ajalnya mati dalam husnul khotimah atau dalam suu ul bathil.
    5. janganlah engkau menganggap dirimu benar ( Walaa tuzakkuu anfusahum) AlQuran, memang kebanyakan manusia sangat ingkar kepada Tuhannya ( Al`aadiyaat.6)

  20. anak ini lupa dengan atsar riwayat Ibn Dizil tentang kisah Abu Darda’ dan Abu Umamah yang datang ke Muawiyah, dan terbukti Muawiyah tidak menginginkan jabatan. Hei, kau Syiah! Jangan sekali2 kau beli buku2 hadits, pelajari dulu kitab2 sesatmu, toh masih banyak cacatnya!

  21. @Orang Melayu

    Orang ini lupa caranya berhujjah, ia sok ingin mengajari orang lain padahal ia sendiri yang patut diajari. Dari manakah ia merujuk riwayat Ibnu Dizil yang ia maksudkan?, dari ibnu Katsir dalam kitab Al Bidayah 10/506 yang berkata

    وقد روى ابن ديزيل ، من طريق عمر بن سعد بإسناده

    Dan sungguh telah diriwayatkan Ibnu Diiziil dari jalan ‘Umar bin Sa’d dengan sanadnya

    Sejak kapan riwayat seperti itu bisa menjadi hujjah, sanadnya saja gelap tapi anehnya ia berhujjah seolah sanadnya shahih

    Hei, kau Syiah! Jangan sekali2 kau beli buku2 hadits, pelajari dulu kitab2 sesatmu, toh masih banyak cacatnya!

    Siapa yang anda sebut Syi’ah disini?. Tidak usah menuduh orang lain sesat dan menyuruh begini begitu padahal anda sendiri lebih pantas untuk dikatakan pelajari dulu kitab-kitab dengan baik sebelum berhujjah. Silakan tampilkan sanad lengkap riwayat Ibnu Diiziil yang anda maksudkan dan buktikan riwayat itu shahih atau tidak?. Jika tidak bisa maka saya sarankan lebih baik jangan banyak bicara

  22. bukan itu yg dia maksud, ada di jilid sebelum 10 (supaya otak org syiah ini mikir). katanya ngerti, tpi hujjahnya saja dangkal. :p :v

  23. @deni

    Halah gak usah basa-basi deh, anda kan orang yang sama dengan “Orang Melayu” lha emailnya sama no IP nya juga sama. Silakan bawakan hujjah anda disini jangan bisanya ngedumel “syiah” “syiah” tapi hujjah gak ada. Buktikan dong bung kalau anda memang orang yang ngakunya pakai otak. Bawakan saja riwayat Ibnu Diiziil yang anda maksud?. Jangan basa-basi. Salam

  24. wah, wah, makin seru nih ini debat.

  25. @deni a.k.a Orang Melayu

    Besok lagi jangan gaptek ya…akhirnya kan kenaaa deeeh!

  26. @SP

    Riwayat Adz Dzahabi sama dengan riwayat Ibnu Asakir, akan tetapi kedua riwayat tadi berbeda dengan riwayat yang disampaikan Ibnu Hajar, perhatikanlah ini !!!!

  27. @abu azifah

    Memang beda kok. Ibnu Asakir membawakan riwayat dengan sanadnya sendiri sedangkan Adz Dzahabiy dan Ibnu Hajar sama-sama menukil dari kitab Ash Shiffin Yahya bin Sulaiman. Hanya saja Ibnu Hajar keliru dalam penukilannya yaitu nama Abu Muslim Khaulaniy itu bagian dari matan riwayat bukan bagian dari sanad riwayat. Sedangkan Adz Dzahabiy benar dalam penukilannya dan sesuai dengan riwayat Ibnu Asakir.

    Oh iya saya sarankan kalau anda belum membaca langsung kitab-kitab yang saya sebutkan dalam tulisan di atas semisal kitab Ibnu Asakir, Adz Dzahabiy dan Ibnu Hajar lebih baik tidak usah banyak komentar. Saya khawatir anda kembali terjatuh dalam kedustaan. Berhentilah sok pintar wahai bung Abu Fulan

    Berikut catatan atas tulisan sia-sia Abu Azifah yang menurutnya adalah bantahan terhadap tulisan di atas. Ia berkata

    Bantahan ini hanya muncul dari orang yang tidak membaca kitab Siyaar Adz Dzahabiy yang saya nukil di atas karena jika ia membacanya maka akan menemukan bahwa sebenarnya Adz Dzahabiy menukil riwayat itu juga dari kitab Ash Shiffin Yahya bin Sulaiman. Sebenarnya pada prinsipnya penukilan harus ditimbang dengan asal riwayat dengan sanad yang lengkap. Dan asal riwayat dengan sanad lengkap tersebut adalah riwayat Ibnu Asakir. Pada sisi ini riwayat Adz Dzahabiy bersesuaian dengan riwayat Ibnu Asakir maka penukilan Adz Dzahabiy lah yang benar sedangkan penukilan Ibnu Hajar keliru. Itulah inti hujjah saya di atas. Kalau Abu Azifah ini ingin menyatakan riwayat yang dinukil Ibnu Hajar itu berbeda dengan riwayat yang dinukil Adz Dzahabiy dan riwayat Ibnu Asakir maka itu hanya klaim ngeyel tanpa bukti

  28. @SP

    Dalam Ibnu Hajar ada perkataan Ali ra tapi dalam Adz Dzahabi ndak ada tuh perkataan Ali, mananya yang sama ?

    Dalam teks riwayat Adz Dzahabi tidak ada kalimat “dalam kitab siffiin”, tapi terjemahannya kok ada “dalam tanda ()”.

    Maaf apa anda sudah baca sendiri pula kitab siffin tersebut bung ?!!

    Apa anda minta Ibnu Hajar menscan-nya .

    Apa anda takut bung, sehingga muncul kaedah harus telah dibaca sendiri, maaf ini tidak ilmiah !!

    Masih ditunggu lho, kekeliruan penukilan tarikh dimasyq hal 417 nya.

    Harusnya …menurut saya, anda anda tampilkan scan hal 417 dalam setiap jilid, baru setelah tidak ada, benarlah tuduhan anda, bukan begitu ilmiahnya kan bung ?!!

  29. @abu azifah

    Dalam Ibnu Hajar ada perkataan Ali ra tapi dalam Adz Dzahabi ndak ada tuh perkataan Ali, mananya yang sama ?

    Miskin sekali hujjah anda. Coba dipasang mata anda, matan riwayat itu sebagian besar sama yang berbeda hanya ada perkataan Aliy yang dinukil secara jelas oleh Ibnu Hajar sedangkan dalam penukilan Adz Dzahabiy tidak ada begitu pula dalam riwayat lengkapnya tidak ada. Perbedaan kecil seperti ini tidaklah mengherankan dan tidak menjadi hujjah bahwa kedua riwayat itu berbeda. Masa’ hanya karena perbedaan kecil pada matannya anda langsung menyimpulkan itu riwayat yang berbeda.

    Lucunya dalam riwayat Muawiyah meminum minuman haram dimana terjadi sedikit perbedaan lafaz antara riwayat Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah, anda bisa mengatakan bahwa riwayat tersebut hakikatnya satu. Please deh bung jangan seperti orang munafik dalam berhujjah

    Dalam teks riwayat Adz Dzahabi tidak ada kalimat “dalam kitab siffiin”, tapi terjemahannya kok ada “dalam tanda ()”.

    Makanya kalau gak baca sendiri kitab As Siyaar Adz Dzahabiy ya memang begitu, nampak sekali lucu hujjahnya. Memangnya saya menambahkan terjemahan dalam tanda kurung itu pakai khayalan dan bualan seperti anda. Riwayat itu adalah lanjutan dari riwayat sebelumnya dimana Adz Dzahabiy menukilnya dari kitab Ash Shiffin Yahya bin Sulaiman. Makanya pada lafaz di atas ada perkataan “kemudian Al Ju’fiy berkata”. Lafaz kemudian itu pertanda lanjutan dari riwayat sebelumnya. Kalau referensi gak lengkap please deh jangan keburu nafsu membantah, memalukan sekali. Ini sudah kesekian kalinya anda nampak begitu memalukan. Kasihan kasihan

    Maaf apa anda sudah baca sendiri pula kitab siffin tersebut bung ?!!
    Apa anda minta Ibnu Hajar menscan-nya .
    Apa anda takut bung, sehingga muncul kaedah harus telah dibaca sendiri, maaf ini tidak ilmiah !!

    Namanya penukilan ya lebih bagus kalau bisa merujuk kitab aslinya tetapi kitab Ash Shiffin tersebut tidak ada lagi sekarang jadi ya tidak bisa dipastikan kebenaran penukilannya. Apalagi Adz Dzahabiy ternyata menukilnya dari kitab yang sama dengan sedikit berbeda. Makanya saya katakan hujjah pemutusnya ada pada riwayat Ibnu Asakir dengan sanad yang lengkap. Dan riwayat Ibnu Asakir membuktikan bahwa penukilan Adz Dzahabiy yang lebih benar dan tepat

    Masih ditunggu lho, kekeliruan penukilan tarikh dimasyq hal 417 nya.
    Harusnya …menurut saya, anda anda tampilkan scan hal 417 dalam setiap jilid, baru setelah tidak ada, benarlah tuduhan anda, bukan begitu ilmiahnya kan bung ?!!

    Maaf memangnya saya segitu bodohnya harus menampilkan scan hal 417 dari 80 jilid kitab Ibnu Asakir [betapa banyaknya itu]. Saya cukup bilang memang tidak ada dalam 80 jilid kitab Ibnu Asakir tersebut. Harusnya kalau memang anda ilmiah ya anda sebutkan saja jilidnya maka saya akan tampilkan scan jilid tersebut hal 417. Itu perkara gampang. Tetapi pendusta seperti anda hanya bisa terus ngeyel untuk melindungi kedustaan anda. Tolong punya malu sedikitlah bung. Seorang muslim itu setelah diingatkan kesalahannya ya harusnya sadar bukannya ngeyel mempertahankan kedustaan. Sangat memalukan

  30. @SP

    Maaf ya mas SP, dalam masalah riwayat persolan sepele bisa lain istimbathnya.

    Persoalan intinya ada lafaz ‘an dalam riwayat Ibnu Hajar dalam Adz Dzahabi dan Ibnu Asakir tidak ada.

    Perbedaan matan bisa berakibat : ziyadah, idhthirab, dll.

    Menghukumi Ibnu Hajar keliru, terlalu jauh, lha wong sama-sama menukil dari kitab yang sama dan riwayat yang sama (ini menurut anda) kok ada 2 hal yang berbeda, yaitu lafaz ‘an dan perkataan Ali. Terlalu ceroboh betul ulama kita ini kalau begitu, tapi lebih tepatnya bahwa kekeliruan ini terletak kepada analisa anda.

    Tapi menghukumi ini adalah dua riwayat yang berbeda menurut saya lebih pas !!

  31. @SP

    Masalah tarikh dimasyq ….

    Ya maaf kalau saya sependapat dengan anda, bahwa anda segitu bodohnya !!! (maaf)

    Sulit sekali memahamkan anda terhadap kaedah tuduhan !!

    Anda sudah menuduh saya berdusta … mana buktinya…?

    Satu-satunya membuktikan bahwa hal 417 bukan yang saya nukil ya di scan saja !

    Kalau belum tahu, lha mbok jangan menuduh dulu mas .

    Malu !!!!!

  32. @SP

    Riwayat Ibnu Asakir adalah merupakan pengkabaran secara hafalan, kemungkinan subyektifitasnya besar, mungkin mursal, mungkin syadz, mungkin idhthirab, dll, mungkin kesalahan bisa terletak pada Ibrahim.

    sedangkan kitab sifin adalah pengkabaran secara tulisan yang ditulis sendiri oleh Yahya, dan Ibnu Hajar menurut saya seorang yang tsiqat, hafidz, dan ahlu tahqiq, sehingga penukilannya menurut saya akurasinya tinggi. Lihatlah tingginya akurasi beliau, sampai-sampai perkataan Ali beliau nukil, dimana tidak termaktub dalam dua riwayat yang lain, sekaligus sighat ‘an-nya pun ternukil.

    Sayangnya kitab sifin tidak ada pada kita.

  33. @abu azifah

    Bung . . kesempatan anda untuk “mempermalukan” bung @SP sebenarnya sudah ada di depan mata. Sedikit usaha dari anda untuk mau menampilkan “scan” kitab dijilid ke-berapa dari hal 417 yang anda maksud maka terwujud sudah keinginan untuk mempermalukan yang bersangkutan. Tapi kalau tidak maka memperpanjang “retorika” tentang masalah ini tidak akan menolong anda dari penilaian sebagai orang jahil dan pendusta atas nama ulama.

    Hayoo bung jangan sia-siakan kesempatan ini kalau anda memang di atas kebenaran dan kejujuran atas penukilan tersebut.

  34. @abu azifah

    Maaf ya mas SP, dalam masalah riwayat persolan sepele bisa lain istimbathnya.
    Persoalan intinya ada lafaz ‘an dalam riwayat Ibnu Hajar dalam Adz Dzahabi dan Ibnu Asakir tidak ada.
    Perbedaan matan bisa berakibat : ziyadah, idhthirab, dll.

    Anda ini sedang bicara apa kok ngelantur. Hujjah anda di atas membedakan riwayat yang dinukil Ibnu Hajar dengan riwayat yang dinukil Adz Dzahabiy hanya karena tidak ada lafaz perkataan Imam Aliy

    Ya kalau begitu silakan konsisten pada hadis Muawiyah meminum minuman yang haram, hadis riwayat Ahmad dan hadis riwayat Ibnu Abi Syaibah berarti berbeda menurut anda karena dalam salah satu riwayat tidak ada lafaz perkataan Buraidah “aku tidak meminumnya sejak diharamkan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]”. Kok bisa dalam tulisan anda, anda malah mengatakan tidak bisa tidak riwayat itu hakikatnya satu.

    Kalau bukan munafik dalam berhujjah maka apa namanya yang sedang anda lakukan wahai bung Abu Fulan?. Gak usah ngalor ngidul tidak karuan fokus saja pada hujjah anda. Sekali lagi hujjah anda di atas menyatakan kedua riwayat itu berbeda karena yang satu ada perkataan Imam Aliy dan yang satunya tidak. Maka silakan konsisten dengan riwayat Muawiyah meminum minuman haram

    Menghukumi Ibnu Hajar keliru, terlalu jauh, lha wong sama-sama menukil dari kitab yang sama dan riwayat yang sama (ini menurut anda) kok ada 2 hal yang berbeda, yaitu lafaz ‘an dan perkataan Ali. Terlalu ceroboh betul ulama kita ini kalau begitu, tapi lebih tepatnya bahwa kekeliruan ini terletak kepada analisa anda.
    Tapi menghukumi ini adalah dua riwayat yang berbeda menurut saya lebih pas !!

    Apanya yang terlalu jauh?. Memangnya dalam aqidah sampean Ibnu Hajar itu ulama yang ma’shum ya?. Sekedar informasi buat anda, ini bukan pertama kalinya Ibnu Hajar keliru dalam menukil. Nih saya bisa kasih contoh tuh buat anda atau lebih tepatnya buat para pembaca yang menyimak [kalau anda sih akalnya tidak nyampe buat paham yang beginian].

    Dalam kitab Fath Al Bariy 3/416, Ibnu Hajar menukil suatu riwayat dimana ia mengatakan

    وفيه نظر فقد ذكر ابن قدامة أن الخلال أخرج من طريق ابن أبي مليكة عن عائشة قالت ” إنا آل محمد ‏لا تحل لنا الصدقة ” قال وهذا يدل على تحريمها . قلت : وإسناده إلى عائشة حسن ، أخرجه ابن أبي شيبة أيضا

    Dan pendapat ini perlu ditinjau kembali karena Ibnu Qudamah menyebutkan bahwa Al Khallaal meriwayatkan dari jalan Ibnu Abi Mulaikah dari ‘Aisyah yang berkata “kami keluarga Muhammad tidak dihalalkan bagi kami sedekah”. ia berkata “dan ini dalil atas keharamannya”. Aku [Ibnu Hajar] berkata “dan sanadnya hingga Aisyah hasan dan juga hadis tersebut telah dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah”

    Ibnu Hajar keliru dalam menukil riwayat di atas karena dalam kitab Al Mughniy Ibnu Qudamah 4/112, ia berkata

    وروى الخلال باسناده عن ابن أبي مليكة أن خالد بن سعيد بن العاص بعث إلى عائشة سفرة من الصدقة فردتها وقالت : انا آل محمد صلى الله عليه و سلم لا تحل لنا الصدقة وهذا يدل على تحريمها على أزواج النبي صلى الله عليه و سلم

    Dan diriwayatkan Al Khallaal dengan sanad dari Ibnu Abi Mulaikah bahwa Khalid bin Sa’iid bin ‘Ash diutus kepada Aisyah untuk memberikan sapi dari sedekah kepada Aisyah tetapi ia menolaknya seraya berkata “sesungguhnya kami keluarga Muhammad tidak dihalalkan bagi kami menerima sedekah”. Dan hadis ini dalil atas keharamannya [sedekah] atas istri-istri Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]

    Begitu pula asal riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf 3/214 no 10802 dengan sanad lengkap yaitu dengan lafaz

    حدثنا وكيع عن محمد بن شريك عن ابن أبي مليكة أن خالد بن سعيد بعث إلى عائشة ببقرة من الصدقة فردتها وقالت إنا آل محمد صلى الله عليه وسلم لا تحل لنا الصدقة

    Telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Muhammad bin Syariik dari Ibnu Abi Mulaikah bahwa Khalid bin Sa’id diutus kepada Aisyah untuk memberikan sapi dari sedekah kepada Aisyah tetapi ia menolaknya seraya berkata “sesungguhnya kami keluarga Muhammad tidak dihalalkan bagi kami menerima sedekah”

    Silakan perhatikan Ibnu Hajar menukil riwayat tersebut dengan sanad dari Ibnu Abi Mulaikah dari Aisyah. Padahal sebenarnya riwayat tersebut sanadnya berhenti pada Ibnu Abi Mulaikah. Adapun penyebutan Aisyah [radiallahu ‘anha] itu bagian dari matan riwayat bukan bagian dari sanad. Maka riwayat Ibnu Abi Mulaikah ini dhaif karena inqitha’ [terputus sanadnya]. Ibnu Abi Mulaikah belum lahir ketika terjadi peristiwa tersebut yaitu ketika Khalid diutus kepada Aisyah

    So wahai Abu Fulan, menurut anda Ibnu Hajar gak mungkin terlalu ceroboh seperti itu. Heeeh saya sih tidak perlu mengatakan Ibnu Hajar terlalu ceroboh atau apalah itu. Yang penting penukilan Ibnu Hajar tersebut terbukti keliru dan perkara ini biasa-bisa saja di kalangan para peneliti. Cuma orang jahil seperti andalah yang jadi heboh seolah Ibnu Hajar tidak bisa keliru. sudah jahil bergaya sok tahu dan sok membela ulama padahal hakikatnya cuma pamer kejahilan

    Masalah tarikh dimasyq ….
    Ya maaf kalau saya sependapat dengan anda, bahwa anda segitu bodohnya !!! (maaf)

    Kalau anda sependapat bahwa alangkah bodohnya menampilkan scan hal 417 dari 80 jilid kitab Tarikh Dimasyq maka ngapain anda meminta saya melakukannya. Anda ini terkadang kayak orang lupa ingatan kadang bilang begini begitu terus membantah omongan anda sendiri. Semoga saya dihindarkan dari penyakit yang anda derita

    Sulit sekali memahamkan anda terhadap kaedah tuduhan !!
    Anda sudah menuduh saya berdusta … mana buktinya…?
    Satu-satunya membuktikan bahwa hal 417 bukan yang saya nukil ya di scan saja !
    Kalau belum tahu, lha mbok jangan menuduh dulu mas .
    Malu !!!!!

    Hehehe sudah tidak tahu malu, pendusta dan sombong pula. Oh iya nih saya kasih kitab Tarikh Dimasyq hal 417. Yaa semoga anda puas

    Bagaimana wahai abu fulan, apakah anda mengakui kalau anda berdusta atas Ibnu Asakir?. Paling-paling anda ngeles bin ngeyel lagi. Seorang yang memang berwatak pendusta akan mudah sekali berdusta untuk menutupi kedustaannya. Silakan silakan rendahkan diri anda terus dan biarkan kami menyaksikannya

    Riwayat Ibnu Asakir adalah merupakan pengkabaran secara hafalan, kemungkinan subyektifitasnya besar, mungkin mursal, mungkin syadz, mungkin idhthirab, dll, mungkin kesalahan bisa terletak pada Ibrahim.

    Halah cuma khayalan dan bualan anda saja itu. Memangnya riwayat yang dinukil Ibnu Hajar itu tidak bisa diterapkan mungkin mursal mungkin syadz, mungkin idhthirab dan lain-lain. Lha semua riwayat bisa kok diandai-andaikan begitu. Makanya namanya andai-andai itu tidak ada nilainya dalam berhujjah. Karena semua riwayat bisa dibilang mungkin begini mungkin begitu. Namanya saja mungkin ya bisa saja sebanyak bintang di langit hehehe

    Oh iya Ibrahim yang anda maksud itu adalah Abu Ishaaq Ibrahim bin Husain bin Aliy bin Diizil seorang Imam Hafizh Tsiqat [Siyaar A’laam An Nubalaa’ 13/184 no 107]. Kalau ingin mengatakan itu kesalahan Ibrahim ya silakan buktikan bukan asal bunyi atau mengandai-andai. Anehnya ulama yang sudah terbukti keliru yaitu Ibnu Hajar malah anda bela mati-matian. Menggelikan, menggelikan

    sedangkan kitab sifin adalah pengkabaran secara tulisan yang ditulis sendiri oleh Yahya, dan Ibnu Hajar menurut saya seorang yang tsiqat, hafidz, dan ahlu tahqiq, sehingga penukilannya menurut saya akurasinya tinggi. Lihatlah tingginya akurasi beliau, sampai-sampai perkataan Ali beliau nukil, dimana tidak termaktub dalam dua riwayat yang lain, sekaligus sighat ‘an-nya pun ternukil.

    Sehebat apapun ulama kalau terbukti keliru ya keliru. Sudah saya kasih contoh lain bahwa Ibnu Hajar pernah keliru dalam masalah yang sama yaitu penukilan mengenai sanad riwayat. Jadi maaf ya saya tidak melihat anda punya hujjah kuat disini selain dalil pokoknya sok mengagung-agungkan Ibnu Hajar padahal tidak ada gunanya hujah seperti itu.

    Sayangnya kitab sifin tidak ada pada kita.

    Maaf ya anda itu rasanya gak pantes bilang begitu. Lha kitab Siyaar Adz Dzahabiy dan Tarikh Ibnu Asakir saja anda dak punya. Kalau anda punya pasti anda tidak akan ngoceh aneh dengan khayalan dan bualan seperti yang anda tunjukkan di atas.

  35. @SP

    Contoh anda ndak nyambung :

    Ibnu Hajar tidak menukil dari Ibnu Asakir, sehingga riwayat Ibnu Asakir sebagai penentu tidak pas.

    Lafal shighat dan matan Ibnu Hajar berbeda dengan riwayat Ibnu Asakir, ini faktanya, sedangkan peng-kelirua-an anda hanya berdasarkan khayalan anda saja, terus melebar ke lain masalah (kebiasaan anda)

    Masih ditunggu ke-79 scannya !!!

    Kalau keberatan, ya ndak usah ndak papa, lha wong ijmak aja anda dustakan, apalagi Ibnu Asakir, syaikh Arnauth, terlebih lagi saya.

  36. @abu azifah

    Contoh anda ndak nyambung :
    Ibnu Hajar tidak menukil dari Ibnu Asakir, sehingga riwayat Ibnu Asakir sebagai penentu tidak pas.

    Otak anda yang tidak nyambung. Jelas-jelas saya katakan Ibnu Hajar menukil dari kitab Ash Shiffin dan Adz Dzahabiy juga menukil dari kitab Ash Shiffin. Anda kan datang-datang mengatakan kedua riwayat itu berbeda. Maka pertanyaannya mana ulama yang benar penukilannya dan pemutus untuk kasus ini adalah riwayat Ibnu Asakir dengan sanad yang lengkap. Ibnu Asakir tidak membawakan penukilan melainkan membawakan riwayatnya sendiri. Riwayat Ibnu Asakir membuktikan penukilan Adz Dzahabiy yang benar. Kasus selesai.

    Dari sisi manapun sangat jelas penukilan Adz Dzahabiy disini lebih akurat dibandingkan Ibnu Hajar. Adz Dzahabiy menukil dari kitab Ash Shiffin Yahya bin Sulaiman dengan sanad lengkap riwayat dari Yahya bin Sulaiman sedangkan Ibnu Hajar menukil dari kitab Ash Shiffin Yahya bin Sulaiman tetapi tidak menyebutkan sanad lengkapnya dari Yahya bin Sulaiman. Jadi bagaimana bisa dikatakan penukilan Ibnu Hajar lebih akurat

    Tidak ada gunanya anda sok mengagungkan Ibnu Hajar bahwa ia ulama yang hebat muhaqqiq dan sebagainya karena Adz Dzahabiy juga begitu bahkan lebih senior dibanding Ibnu Hajar. Jadi tidak ada lagi argumen anda yang bisa dibahas selain kengeyelan anda saja.

    Lafal shighat dan matan Ibnu Hajar berbeda dengan riwayat Ibnu Asakir, ini faktanya, sedangkan peng-kelirua-an anda hanya berdasarkan khayalan anda saja, terus melebar ke lain masalah (kebiasaan anda)

    Orang jahil seperti anda tidak perlu diperhatikan lagi ocehannya. Toh orang seperti anda hanya bisa kopipaste dari internet kemudian berlagak bicara begini begitu menukil kitab rujukan padahal tidak membaca kitab rujukan. Jadi orang seperti anda gak pantes diskusi ilmiah karena tidak mengerti apa itu ilmiah. Cara menulis rujukan saja tidak bisa tetapi gayanya sok menuduh orang lain begini begitu

    Masih ditunggu ke-79 scannya !!!

    Itu yang anda tuliskan yaitu Tarikh Dimasyq hal 417, sudah saya bawakan di atas itu hal 417 dan itu kitab Tarikh Dimasyq dan ternyata tidak ada nukilan yang dimaksud. Terbuktilah bahwa anda pendusta. Tidak usah ngalor ngidul ya wahai pendusta

    Kalau keberatan, ya ndak usah ndak papa, lha wong ijmak aja anda dustakan, apalagi Ibnu Asakir, syaikh Arnauth, terlebih lagi saya.

    Saya tidak berpegang pada ijma’ [baca : yang anda klaim sebagai ijma’] dengan dasar hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang shahih. Sesuai dengan kaidah ilmu, ijma’ itu jadi batal kalau sudah shahih dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Orang jahil seperti anda memang belum nyampe akalnya

    Hakikatnya anda mendustakan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Ketika telah shahih bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] membolehkan haji tamattu sampai hari kiamat. Eeh anda malah membenarkan bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] melarang haji tamattu. Itu berarti anda dengan sengaja mendustakan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] demi membela Muawiyah. Ya sangat jelas betapa rendahnya kualitas diri anda. Jadi saya cukupkan saja saya tidak perlu mengulang-ngulang hal yang sama dengan orang rendah seperti anda yang begitu berani mendustakan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

  37. jika orang berdebat pakai Hadits, sampai hari qiamat tidak akan putus, kecuali kematian yang memutuskannya, apalagi pake dalil, Kitab segala yang dikarang orang, dijadikan sandaran, maka matilah fikiran kita, kembalilah kepada AlQuran,Ingatlah Rasulullah saw, hidupnya dengan AlQuran, Hadits hanya sunnahnya, jika berdebat pakai kitab yang dikarang yang muncul hanyalah nafsumu, karena Allah berlepas diri darimu,karena itu perdebatan tak pernah berakhir, karena melupakan Surat Ali`Imran,ayat 102,103,sadarilah wahai umat yang mengaku beriman, hindarilah dan peringatan pada ayat AlHumazah 1dan 2,renungi setelah dibaca, semoga petunjuk bagimu menjadi umat yang bersaudara, pertanggung jawaban dihadapan Allahsecara person

  38. ingat pekerjaan masih banyak yang perlu diperbaiki, dosa kita terlalu banyak dihadapan Allah, Muawiya biarlah bertanggung jawab dihadapan Allah,mengapa kita ambil pusing, sama saja berbicara pepesan kosong, isinya cuma dosa melulu, apa manfaatnya, katanya mau jadi orang yang beruntung dengan iman kita, sala satunya meninggalkan yang tak bermanfaat( Walladziinahum,`anil laghwi mu`ridhuunaa. (23:3)

  39. Akan sangat sulit menyamakan pandangan jika mengambil kitab yang dikarang orang sebagai rujukan , hanyalah AlQuran yang mampu menyamakan pandangan jika beriman kepada Allah swt, yaitu melalui Taqwa yang Haq (Haqqo Tuqootihi)

  40. Halo Syiah,

    =============
    Nukilan sang Ustadz ini benar-benar lucu, kalau tidak mau dikatakan dusta. Mengapa? Karena sangat tidak mungkin seorang Adz Dzahabiy menukil dari seorang Ibnu Hajar. Adz Dzahabiy wafat pada tahun 748 H [Syadzraatudz Adz Dzahaab 8/264]. Sedangkan Ibnu Hajar lahir pada tahun 773 H [Al Jawaahir Wad Durar As Sakhaawiy 1/104]. Bagaimana mungkin Adz Dzahabiy menukil dari ulama yang lahir setelah ia wafat?.

    ==============

    pertanyaan:

    mana kutipan dari web http:..syiahbatam.wordpress.com yang menyatakan >>> Adz Dzahabiy MENUKIL Ibnu Hajar. <<<

    JUJUR ya…

    makasih..

  41. @Syiah Ali

    Maaf pertanyaan anda itu sungguh tidak perlu karena sudah saya kutip dalam tulisan di atas. Bukankah penulis web itu menuliskan

    Ibnu Hajar al-‘Asqalani, “Yahya bin Sulaiman al-Ja’fi (guru Imam Bukhari) meriwayatkan dr Abu Muslim al-Khaulani dengan sanad yg jayyid, beliau bertanya kepada Muawiyah, “apakah kamu ingin menggulingkan Ali, atau anda sama seprti Ali (ngaku menjadi khalifah)..?”
    Muaiyah menjawab, “TIDAK, dan aku tahu sekali bahwa beliau lebih mulia dr pada aku dan lebih berhak menjadi khalifah, tetapikan anda tahu bhw Utsman terbunuh secara zalim, sementara aku adalah sepupunya yg berhak menjdi walinya.” (Imam adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala’, juz 3, hlm. 140, kata muhaqqiqnya perawinya tsiqah).

    Ia membawakan perkataan Ibnu Hajar tentang suatu riwayat kemudian mengakhirinya dengan menuliskan tanda kurung yang merujuk pada sumbernya yaitu kitab Siyaar Adz Dzahabiy. Itu kan jelas sekali bung

Tinggalkan komentar