Shahihkah Atsar Ibnu ‘Abbaas : Haramnya Alat Musik Duff?

Shahihkah Atsar Ibnu ‘Abbas : Haramnya Alat Musik Duff?

Terdapat riwayat dari Ibnu ‘Abbaas yang dijadikan hujjah oleh sebagian orang untuk mengharamkan musik.

أخبرنا أبو نصر بن قتادة أنبأ أبو منصور العباس بن الفضل النضروي ثنا أحمد بن نجدة ثنا سعيد بن منصور ثنا أبو عوانة عن عبد الكريم الجزري عن أبي هاشم الكوفي عن بن عباس قال الدف حرام والمعازف حرام والكوبة حرام والمزمار حرام

Telah mengabarkan kepada kami Abu Nashr bin Qatadah yang berkata telah memberitakan kepada kami Abu Manshuur Al ‘Abbas bin Fadhl An Nadhrawiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Najdah yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin Manshuur yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari ‘Abdul Kariim Al Jazariy dari Abi Haasyim Al Kuufiy dari Ibnu ‘Abbaas yang berkata “Duff haram, Al Ma’azif haram, Al Kuubah haram dan seruling haram” [Sunan Al Kubra Baihaqiy 10/222 no 20789]

Riwayat Ibnu ‘Abbaas di atas tidak tsabit, ia mengandung illat [cacat]. Ibnu Hajar menyebutkan dalam Al Mathalib Al ‘Aaliyah no 2193 riwayat tersebut

قَالَ مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي هَاشِمٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ قَالَ الْكُوبَةُ حَرَامٌ وَالدُّفُّ حَرَامٌ وَالْمَعَازِفُ حَرَامٌ وَالْمَزَامِيرُ حَرَامٌ

Musaddad berkata telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Abi Haasyim dari Ibnu ‘Abbaas [radiallahu ‘anhu] berkata “Al Kuubah haram, duff haram, Al Ma’aazif haram dan seruling haram” [Al Mathalib Al ‘Aaliyah no 2193]

.

.

Terdapat idhthirab pada sanadnya dari sisi Abu Awanah, terkadang ia meriwayatkan dari Abi Haasyim dari Ibnu ‘Abbaas dan terkadang ia meriwayatkan dari Abdul Kariim Al Jazariy dari Abu Haasyim Al Kuufiy dari Ibnu ‘Abbas.

Abu Awanah seorang yang tsiqat tsabit namun ternukil sedikit kelemahan padanya. Ahmad bin Hanbal berkata “Jika Abu Awanah menceritakan hadis dari kitabnya maka ia tsabit dan jika ia menceritakan dari selain kitabnya maka ia pernah melakukan kesalahan”. Abu Hatim berkata “kitabnya shahih dan jika ia menceritakan dari hafalannya maka terdapat banyak kekeliruan dan ia seorang yang shaduq tsiqat” [Al Jarh Wat Ta’dil Ibnu Abi Hatiim 9/40-41 no 173]. Tentu saja kelemahan ini tidak melemahkan Abu Awanah secara mutlak, hanya sebagai qarinah yang menguatkan bahwa idhthirab sanad tersebut kemungkinan besar berasal darinya.

Kemudian cacat lain adalah Abu Haasyim Al Kuufiy. Tidak diketahui dengan pasti siapa dia?. Mereka yang menyatakan shahih atsar Ibnu ‘Abbaas di atas berhujjah bahwa Abu Haasyim yang dimaksud adalah Sa’d Abu Haasyim As Sinjaariy

سعد أبو هاشم السنجاري سمع بن عباس وابن عمر روى عنه خصيف وعبد الكريم

Sa’d Abu Haasyim As Sinjaariy mendengar dari Ibnu ‘Abbaas dan Ibnu ‘Umar dan telah meriwayatkan darinya Khusaif dan ‘Abdul Kariim [Tarikh Al Kabiir Al Bukhariy juz 4 no 1981]

سعد أَبُو هَاشم السنجاري سكن دمشق يرْوى عَن بن عَبَّاس وابْن عمر روى عَنهُ خصيف وعَبْد الْكَرِيم الجزريان

Sa’d Abu Haasyim As Sinjaariy tinggal di Dimasyiq meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbaas dan Ibnu ‘Umar, telah meriwayatkan darinya Khusaif dan ‘Abdul Kariim, keduanya Al Jazariy [Ats Tsiqat 4/296 no 2987]

سعد أبو هاشم السنجارى جزرى روى عن ابن عمر و ابن عباس روى عنه على بن ذيمة وخصيف وعبد الكريم وهلال بن خباب سمعت ابى يقول ذلك. قال أبو محمد وروى عنه اسماعيل بن سالم. حدثنا عبد الرحمن انا أبو بكر بن ابى خيثمة فيما كتب إلى قال سألت يحيى بن معين عن ابى هاشم السنجارى قال اسمه سعد روى عن ابن عمر بصرى ثقة

Sa’d Abu Haasyim As Sinjaariy Jazariy meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar dan Ibnu ‘Abbaas, telah meriwayatkan darinya ‘Aliy bin Badziimah, Khusaif, ‘Abdul Kariim dan Hilaal bin Khabaab, aku mendengar ayahku mengatakan demikian. Abu Muhammad mengatakan telah meriwayatkan darinya Isma’iil bin Saalim. Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Khaitsamah dengan kitabnya dimana ia berkata aku bertanya kepada Yahya bin Ma’in tentang Abi Haasyim As Sinjaariy, Ia berkata “namanya Sa’d, telah meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar dan dia orang Bashrah yang tsiqat” [Al Jarh Wat Ta’dil Ibnu Abi Hatiim 4/98 no 436]

سعد أبو هاشم السنجاري حدث عن ابن عباس وابن عمر وعنه علي بن بذيمة وخصيف وعبد الكريم الجزري، وهلال بن خباب، وإسماعيل بن سالم وثقه ابن معين وقيل هو بصري نزل سنجار

Sa’d Abu Haasyim As Sinjaariy menceritakan hadis dari Ibnu ‘Abbaas dan Ibnu ‘Umar, telah meriwayatkan darinya Aliy bin Badziimah, Khusaif, ‘Abdul Kariim Al Jazariy, Hilaal bin Khabaab dan Isma’iil bin Saalim, ditsiqatkan Ibnu Ma’in dan dikatakan ia orang Bashrah yang tinggal di Sinjaar [Tarikh Al Islam Adz Dzahabiy 3/53 no 75]

Jika melihat dari perawi yang meriwayatkan dari Abu Haasyim yaitu Abdul Kariim Al Jazariy dan ia meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbaas maka terdapat kemungkinan Abu Haasyim tersebut adalah Sa’d Abu Haasyim As Sinjaariy. Hanya saja Sa’d Abu Haasyim As Sinjaariy tidak dikenal sebagai Abu Haasyim Al Kuufiy. Tidak ada keterangan dalam kitab biografi perawi bahwa ia adalah orang Kufah, justru disebutkan bahwa ia adalah orang Bashrah yang tinggal di Dimasyiq dan Sinjaar. Maka disini juga terdapat kemungkinan bahwa bisa saja Abu Haasyim Al Kuufiy yang dimaksud bukan Abu Haasyim As Sinjaariy.

Dua kemungkinan tersebut sama-sama memiliki qarinah yang menguatkan dan tidak bisa ditarjih maka hujjah mereka yang menshahihkan atsar Ibnu ‘Abbaas masih berdasarkan kemungkinan yang tidak menafikan kemungkinan yang lain.

.

.

Syaikh Al Albaniy dalam kitab Tahrim Alati Ath Tharb hal 92 menyatakan bahwa atsar Ibnu ‘Abbaas di atas kemungkinan sanadnya shahih dan ia menguatkan kemungkinan kalau Abu Haasyim tersebut adalah Abu Haasyim As Sinjaariy


Tahrim Alati Tharb

Tahrim Alati Tharb hal 92

قلت : و هذا إسناد صحيح إن كان ( أبو هاشم الكوفي ) هو ( أبو هاشم السنجاري ) المسمى ( سعدا ) فإنه جزري كعبد الكريم وذكروا أنه روى عنه لكن لم أر من ذكر أنه كوفي وفي ” ثقات ابن حبان ” ( 4 / 296 ) أنه سكن دمشق والله أعلم

Aku [Syaikh Al Albaniy] katakan “sanad ini shahih jika Abu Haasyim Al Kuufiy adalah Abu Haasyim As Sinjaariy yang bernama Sa’d. Ia adalah Al Jazariy sama seperti ‘Abdul Kariim dan disebutkan bahwa ia [Abdul Kariim] telah meriwayatkan darinya tetapi aku tidak melihat ada yang menyebutkan bahwa ia orang kuufah. Dalam Ats Tsiqat Ibnu Hibban 4/296 disebutkan bahwa ia tinggal di Dimasyiq, wallahu a’lam [Tahrim Alati Ath Tharb hal 92]

Sebenarnya pernyataan ini bisa dikatakan sesuatu yang aneh jika diteliti lebih lanjut bagaimana pandangan Syaikh Al Albani terhadap gurunya Al Baihaqi dalam sanad tersebut yaitu Abu Nashr bin Qatadah.

Silsilah Adh Dhaifah juz 8

Silsilah Adh Dhaifah juz 8 hal 337

Syaikh pernah berkomentar tentang suatu hadis dalam kitabnya yang lain, dimana ia berkata

ورجاله ثقات غير شيخ البيهقي أبي نصر بن قتادة فلم أعرفه

Dan para perawinya tsiqat selain gurunya Al Baihaqiy yaitu Abi Nashr bin Qatadah, aku tidak mengenalnya [Silsilah Al ‘Ahaadiits Adh Dhaiifah Syaikh Al Albaniy 8/337]

Kalau Syaikh Al Albaniy tidak mengenal Abu Nashr bin Qatadah maka apa yang membuatnya menyatakan shahih sanad yang di dalamnya ada Abu Nashr bin Qatadah.

Abu Nashr bin Qatadah salah seorang guru Al Baihaqiy memang tidak ditemukan biografinya dalam kitab Rijal tetapi Al Baihaqiy banyak meriwayatkan hadis darinya dan dalam sebagian hadis yang ia riwayatkan telah dinyatakan shahih sanadnya oleh Al Baihaqiy [salah satunya bisa dilihat dalam Sunan Al Kubra Baihaqiy 4/336 no 8458]. Perkataan Baihaqiy “sanadnya shahih” berarti menunjukkan tautsiq terhadap Abu Nashr bin Qatadah.

Selain Syaikh Al Albaniy, Syaikh ‘Abdullah bin Yusuuf Al Judai’ juga menguatkan atsar Ibnu ‘Abbaas ini dengan alasan yang sama bahwa Abu Haasyim tersebut adalah Sa’d Abu Haasyim As Sinjaariy. Adapun penyebutan Al Kuufiy maka Syaikh Al Judai’ menyebutkan bahwa mungkin saja ia pernah tinggal di Kuufah atau berasal dari Kuufah. [Ahaadiits Dzam Al Ghinaa’ Wal Ma’aazif Fii Miizaan hal 151]

Hujjah Syaikh Al Judai’ tersebut tetap berdasarkan pada kemungkinan bahwa Abu Haasyim tersebut adalah Sa’d Abu Haasyim As Sinjaariy. Kemungkinan ini sama kuatnya dengan jika dikatakan Abu Haasyim Al Kuufiy seorang yang majhul tidak ditemukan biografinya dan ia bukan Abu Haasyim As Sinjaariy karena tidak ada keterangan dalam kitab Rijal yang menyebutkan kalau Abu Haasyim As Sinjaariy adalah orang Kuufah. Justru dengan mengumpulkan keterangan tentangnya dalam kitab-kitab Rijal dapat dinyatakan bahwa Abu Haasyim As Sinjaariy adalah orang yang berasal dari Bashrah dan tinggal di Dimasyiq dan Sinjaar.

Dan nampaknya Syaikh Al Judai’ telah rujuk dari pendapatnya yang menguatkan atsar ini, dalam kitabnya Al Muusiiq Wal Ghinaa’ Fii Mizan Al Islam hal 586, Syaikh berkata tentang atsar tersebut “sanad ini fiihi nazhar” dan Beliau meragukan Abu Haasyim Al Kuufiy tersebut adalah Sa’d Abu Haasyim As Sinjaariy.

.

.

Kemudian jika diteliti dengan baik maka matan atsar Ibnu ‘Abbas tersebut mungkar yaitu bertentangan dengan hadis shahih yang mengabarkan bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] membolehkan seseorang memainkan duff di hadapan Beliau.

حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا زيد بن الحباب ثنا حسين حدثني عبد الله بن بريدة عن أبيه ان أمة سوداء أتت رسول الله صلى الله عليه و سلم ورجع من بعض مغازيه فقالت انى كنت نذرت ان ردك الله صالحا ان أضرب عندك بالدف قال ان كنت فعلت فافعلي وان كنت لم تفعلي فلا تفعلي فضربت فدخل أبو بكر وهى تضرب ودخل غيره وهى تضرب ثم دخل عمر قال فجعلت دفها خلفها وهى مقنعة فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ان الشيطان ليفرق منك يا عمر أنا جالس ها هنا ودخل هؤلاء فلما ان دخلت فعلت ما فعلت

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Zaid bin Hubaab yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain yang berkata telah menceritakan kepadaku ‘Abdullah bin Buraidah dari Ayahnya bahwasanya seorang budak wanita hitam datang kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] ketika Beliau kembali dari sebuah perperangan. Maka Budak itu berkata “sesungguhnya aku pernah bernadzar untuk memukul Duff di dekatmu jika Allah mengembalikanmu dalam keadaan selamat”. Beliau berkata “jika engkau telah bernadzar maka lakukanlah jika tidak maka tidak perlu kau lakukan”. Maka ia memukul duff, kemudian Abu Bakar masuk, ia tetap memukulnya. Masuklah sahabat yang lain maka ia tetap memukulnya kemudian ketika Umar masuk ia menyembunyikan Duff tersebut di balik punggungnya dan ia menutupinya. Maka Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “sesungguhnya setan benar-benar takut kepadamu wahai Umar, aku duduk disini dan mereka masuk, ketika engkau masuk maka ia melakukan apa yang telah ia lakukan tadi” [Musnad Ahmad 5/353 no 23039, Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata “sanadnya kuat”]

.

.

Kesimpulan

Atsar Ibnu ‘Abbaas yang mengatakan haramnya duff dari segi sanad memiliki illat [cacat] yang menjatuhkan sehingga tidak bisa dijadikan hujjah, kemudian dari segi matan hal itu mungkar bertentangan dengan kabar shahih dimana Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] membolehkan menabuh duff.

2 Tanggapan

  1. Penjelasan yang mantap. Mengingat Rasulullah memperbolehkan duff berdasarkan satu riwayat dari Imam Ahmad, maka memainkan duff tidak haram.

    Btw, apakah duff sama dengan rebana?

  2. Ada orang wahabi yang memposting pandangan berlagu dan seumpamanya dari ulama’ mereka di laman ini. Menarik ketika ada seseorang dalam satu firqah mengambil keputusan yang berbeza satu dengan lainnya. Saya hanya bisa bersumsi kerana ulama yang menentang muzik majoriti dari kelompok wahabi

Tinggalkan komentar