Kisah Pembakaran Abdullah bin Saba’ Dalam Kitab Syi’ah

Kisah Pembakaran Abdullah bin Saba’ Dalam Kitab Syi’ah

Sebelumnya pernah disinggung dalam sebagian tulisan di blog ini bahwa dalam mazhab Syi’ah terdapat riwayat shahih yang menyebutkan tentang Abdullah bin Saba’ bahwa ia seorang ghuluw kafir menyatakan ketuhanan Aliy bin Abi Thalib sehingga Imam Aliy menghukum dengan membakarnya. Hal ini dijadikan syubhat celaan oleh para pembenci Syi’ah. Ada diantara mereka yang mengatakan bahwa perbuatan Imam Aliy membakar Abdullah bin Saba’ bertentangan dengan hadis tidak boleh menyiksa dengan siksaan Allah [api].

Perlu diingatkan bahwa pembahasan yang kami buat disini adalah berdasarkan sudut pandang Syi’ah. Kami akan menilai sejauh mana validitas tuduhan para pembenci Syi’ah tersebut.

.

.

.

Ada ulama Syi’ah menyatakan bahwa ‘Abdullah bin Sabaa’ adalah tokoh fiktif. Anggapan ini keliru kalau dilihat dari sudut pandang mazhab Syi’ah karena telah terbukti melalui riwayat shahih bahwa ‘Abdullah bin Sabaa’ memang ada dan ia seorang ghuluw dalam kekafiran. Berikut riwayat shahih di sisi Syi’ah mengenai Abdullah bin Saba’

حدثني محمد بن قولويه، قال: حدثني سعد بن عبد الله، قال: حدثنا يعقوب بن يزيد ومحمد بن عيسى، عن ابن أبي عمير، عن هشام بن سالم، قال: سمعت أبا عبد الله عليه السلام يقول وهو يحدث أصحابه بحديث عبد الله بن سبأ وما ادعى من الربوبية في أمير المؤمنين علي بن أبي طالب، فقال: انه لما ادعى ذلك فيه استتابه أمير المؤمنين عليه السلام فأبي أن يتوب فأحرقه بالنار

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Quluwaih yang berkata telah menceritakan kepadaku Sa’d bin ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Yaziid dan Muhammad bin Iisa dari Ibnu Abi ‘Umair dari Hisyaam bin Saalim yang berkata aku mendengar Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] mengatakan dan ia menceritakan kepada para sahabatnya tentang perkataan Abdullah bin Saba’ dan apa yang ia serukan tentang Rububiyah [ketuhanan] Amirul Mukminin Aliy bin Abi Thalib, maka Beliau selanjutnya berkata “ketika ia menyerukan hal itu maka Amirul Mukminin [‘alaihis salaam] memintanya bertaubat, ia menolak bertaubat maka Beliau membakarnya dengan api [Rijal Al Kasyiy 1/323 no 171]

Riwayat Al Kasyiy di atas sanadnya shahih berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah berikut keterangan mengenai para perawinya

  1. Muhammad bin Quluwaih ayahnya Abul Qaasim Ja’far bin Muhammad bin Quluwaih seorang yang tsiqat [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 570]
  2. Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 135]
  3. Ya’qub bin Yazid bin Hammaad Al Anbariy seorang yang tsiqat shaduq [Rijal An Najasyiy hal 450 no 1215]
  4. Muhammad bin Iisa bin Ubaid, terdapat perbincangan atasnya. Najasyiy menyebutkan bahwa ia tsiqat, banyak riwayatnya dan baik tulisannya [Rijal An Najasyiy hal 333 no 896].
  5. Muhammad bin Abi Umair, ia termasuk orang yang paling terpercaya baik di kalangan khusus [Syi’ah] maupun kalangan umum [Al Fahrasat Ath Thuusiy hal 218]
  6. Hisyam bin Saalim, ia dikatakan An Najasyiy “tsiqat tsiqat” [Rijal An Najasyiy hal 434 no 1165]

Dan disebutkan pula dalam riwayat muwatstsaq dan shahih bahwa imam ahlul bait [‘alaihis salaam] telah melaknat ‘Abdullah bin Saba’

حدثني محمد بن قولويه، قال: حدثني سعد بن عبد الله، قال: حدثنا يعقوب بن يزيد ومحمد بن عيسى، عن علي بن مهزيار، عن فضالة بن أيوب الأزدي عن أبان بن عثمان، قال سمعت أبا عبد الله عليه السلام يقول: لعن الله عبد الله بن سبأ أنه ادعى الربوبية في أمير المؤمنين عليه السلام وكان والله أمير المؤمنين عليه السلام عبدا لله طائعا، الويل لمن كذب علينا وأن قوما يقولون فينا ما لا نقوله في أنفسنا، نبرأ إلى الله منهم نبرأ إلى الله منهم

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Quluwaih yang berkata telah menceritakan kepadaku Sa’d bin ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Yaziid dan Muhammad bin Iisa dari Aliy bin Mahziyaar dari Fadhalah bin Ayuub Al Azdiy dari Aban bin ‘Utsman yang berkata aku mendengar Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] mengatakan “laknat Allah atas ‘Abdullah bin Sabaa’ sesungguhnya ia menyerukan Rububiyah [ketuhanan] Amirul Mukminin [‘alaihis salaam], demi Allah, Amirul Mukminin adalah hamba Allah yang taat, celakalah yang berdusta atas kami dan sesungguhnya terdapat kaum yang mengatakan tentang kami apa yang tidak pernah kami katakan tentang diri kami, kami berlepas diri kepada Allah dari mereka, kami berlepas diri kepada Allah dari mereka [Rijal Al Kasyiy 1/324 no 172]

Riwayat Al Kasyiy di atas sanadnya muwatstsaq berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah karena para perawinya tsiqat hanya saja Aban bin ‘Utsman seorang yang jelek mahzabnya, berikut keterangan mengenai para perawinya

  1. Muhammad bin Quluwaih ayahnya Abul Qaasim Ja’far bin Muhammad bin Quluwaih seorang yang tsiqat [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 570]
  2. Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 135]
  3. Ya’qub bin Yazid bin Hammaad Al Anbariy seorang yang tsiqat shaduq [Rijal An Najasyiy hal 450 no 1215]
  4. Muhammad bin Iisa bin Ubaid, terdapat perbincangan atasnya. Najasyiy menyebutkan bahwa ia tsiqat, banyak riwayatnya dan baik tulisannya [Rijal An Najasyiy hal 333 no 896].
  5. Aliy bin Mahziyaar seorang yang tsiqat dalam riwayatnya, tidak ada celaan atasnya dan shahih keyakinannya [Rijal An Najasyiy hal 253 no 664]
  6. Fadhalah bin Ayuub Al Azdiy seorang yang tsiqat dalam hadisnya dan lurus dalam agamanya [Rijal An Najasyiy hal 310-311 no 850]
  7. Abaan bin ‘Utsman Al Ahmar, Al Hilliy menukil dari Al Kasyiy bahwa terdapat ijma’ menshahihkan apa yang shahih dari Aban bin ‘Utsman, dan Al Hilliy berkata “di sisiku riwayatnya diterima dan ia jelek mazhabnya” [Khulashah Al ‘Aqwaal Allamah Al Hilliy hal 74 no 3]

وبهذا الاسناد، عن يعقوب بن يزيد، عن ابن أبي عمير وأحمد بن محمد بن عيسى، عن أبيه والحسين بن سعيد، عن ابن أبي عمير عن هشام بن سالم، عن أبي حمزة الثمالي، قال، قال علي بن الحسين عليهما السلام لعن الله من كذب علينا، اني ذكرت عبد الله بن سبأ فقامت كل شعرة في جسدي، لقد ادعى أمرا عظيما ماله لعنه الله، كان علي عليه السلام والله عبدا لله صالحا، أخو رسول الله، ما نال الكرامة من الله الا بطاعته لله ولرسوله، وما نال رسول الله (ص) الكرامة من الله الا بطاعته لله

Dan dengan sanad ini dari Ya’qub bin Yaziid dari Ibnu Abi Umair dan dari Ahmad bin Muhammad bin Iisa dari Ayahnya dan Husain bin Sa’iid dari Ibnu Abi Umair dari Hisyaam bin Saalim dari Abi Hamzah Ats Tsumaliy yang berkata Aliy bin Husain [‘alaihimas salaam] berkata “Laknat Allah kepada orang yang berdusta atas kami, aku menyebutkan Abdullah bin Sabaa’ maka berdirilah setiap bulu di badanku, sesungguhnya dia telah menyeru perkara yang berat, laknat Allah atasnya, demi Allah, Aliy [‘alaihis salaam] adalah hamba Allah yang shalih, saudara Rasulnya dan tidaklah ia mendapatkan karamah dari Allah kecuali dengan ketaatannya kepada Allah dan Rasul-nya dan tidaklah Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] mendapatkan karamah dari Allah kecuali dengan ketaatannya kepada Allah” [Rijal Al Kasyiy 1/324 no 173]

Adapun maksud perkataan Al Kasyiy “dan dengan sanad ini” adalah sanad pada riwayat sebelumnya yaitu dari Muhammad bin Quluwaih dari Sa’ad bin ‘Abdullah. Jadi sanad lengkap sanad di atas ada dua jalan yaitu

  1. Dari Muhammad bin Quluwaih dari Sa’ad bin ‘Abdullah dari Ya’qub bin Yaziid dari Ibnu Abi Umair dari Hisyaam bin Saalim dari Abi Hamzah Ats Tsumaliy dari Aliy bin Husain
  2. Dari Muhammad bin Quluwaih dari Sa’ad bin ‘Abdullah dari Ahmad bin Muhammad bin Iisa dari Ayahnya dan Husain bin Sa’iid dari Ibnu Abi Umair dari Hisyaam bin Saalim dari Abi Hamzah Ats Tsumaliy dari Aliy bin Husain

Secara keseluruhan sanad riwayat Al Kasyiy tersebut shahih berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah, berikut keterangan para perawinya dan kami cukupkan pada sanad yang pertama

  1. Muhammad bin Quluwaih ayahnya Abul Qaasim Ja’far bin Muhammad bin Quluwaih seorang yang tsiqat [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 570]
  2. Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 135]
  3. Ya’qub bin Yazid bin Hammaad Al Anbariy seorang yang tsiqat shaduq [Rijal An Najasyiy hal 450 no 1215]
  4. Muhammad bin Abi Umair, ia termasuk orang yang paling terpercaya baik di kalangan khusus [Syi’ah] maupun kalangan umum [Al Fahrasat Ath Thuusiy hal 218]
  5. Hisyam bin Saalim, ia dikatakan An Najasyiy “tsiqat tsiqat” [Rijal An Najasyiy hal 434 no 1165]
  6. Abu Hamzah Ats Tsumaliy adalah Tsabit bin Diinar seorang yang tsiqat dan mu’tamad dalam riwayat dan hadis [Rijal An Najasyiy hal 115 no 296]

Setelah membawakan riwayat-riwayat mengenai ‘Abdullah bin Sabaa’ maka Al Kasyiy menutupnya dengan kata-kata berikut

وذكر بعضي أهل العلم أن عبد الله بن سبأ كان يهوديا فأسلم ووالى عليا عليه السلام، وكان يقول وهو على يهوديته في يوشع بن نون وصي موسى بالغلو، فقال في اسلامه بعد وفات رسول الله صلى الله عليه وآله في علي عليه السلام مثل ذلك وكان أول من شهر بالقول بفرض امامة علي وأظهر البراءة من أعدائه وكاشف مخالفيه وكفرهم، فمن هيهنا قال من خالف الشيعة أصل التشيع والرفض مأخوذ من اليهودية

Dan disebutkan oleh sekelompok ahli ilmu bahwa ‘Abdullah bin Sabaa’ adalah seorang Yahudiy yang masuk Islam dan berwala’ kepada Aliy [‘alaihis salaam]. Dahulu ketika masih Yahudiy ia mengatakan tentang Yusya’ bin Nuun sebagai washi Musa dengan ghuluw, maka setelah ia memeluk islam, ia mengatakan setelah wafatnya Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] tentang Aliy [‘alaihis salaam] hal yang sama, ia orang pertama yang dengan jelas mengatakan tentang kewajiban Imamah Aliy dan menampakkan bara’ah terhadap musuh-musuhnya, menyingkap orang-orang yang menyelisihinya dan mengkafirkan mereka. Maka dari sinilah, orang-orang yang menyelisihi Syi’ah berkata “asal Tasyayyu’ dan Rafidhah diambil dari Yahudi” [Rijal Al Kasyiy 1/324]

Nukilan Al Kasyiy di atas sering dijadikan hujjah oleh para pembenci Syi’ah untuk merendahkan mazhab Syi’ah. Padahal kalau ditelaah secara kritis maka nukilan di atas tidak bernilai hujjah dengan alasan sebagai berikut

  1. Tidak disebutkan siapakah sekelompok ahli ilmu yang dimaksud dalam perkataan Al Kasyiy di atas apakah mereka dari kalangan Syi’ah atau dari kalangan ahlus sunnah. Apalagi jika dilihat lafaz bahwa sekelompok ahli ilmu tersebut mengatakan ‘Abdullah bin Sabaa’ orang pertama yang menyatakan Imamah Aliy maka lafaz seperti ini tidak akan mungkin diucapkan oleh ulama dari kalangan Syi’ah karena para ulama Syi’ah bersepakat bahwa Imamah Aliy itu dinyatakan pertama kali oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] sehingga dengan dasar ini maka kemungkinan besar ahli ilmu yang dimaksud Al Kasyiy adalah dari kalangan ahlus sunnah
  2. Di sisi mazhab Syi’ah tidak ada satupun riwayat shahih yang membuktikan bahwa ‘Abdullah bin Sabaa’ menyerukan tentang Imamah Aliy, justru riwayat-riwayat shahih membuktikan bahwa apa yang diseru ‘Abdullah bin Sabaa’ adalah tentang Rububiyah [ketuhanan] Aliy bin Abi Thalib. Maka apa yang dikatakan sebagian ahli ilmu tersebut tidak memiliki dasar dalam mazhab Syi’ah
  3. Riwayat-riwayat yang menyebutkan Abdullah bin Saba’ menyerukan Imamah Aliy atau Aliy sebagai washiy Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] hanya ditemukan dalam kitab ahlus sunnah diantaranya adalah riwayat Saif bin Umar. Maka hal ini menguatkan dugaan bahwa “sekelompok ahli ilmu” yang dimaksud Al Kasyiy adalah dari kalangan ahlus sunnah.

Berbeda halnya dengan “sekelompok ahli ilmu” yang dinukil oleh Al Kasyiy, Syaikh Ath Thuusiy dalam kitab Rijal-nya menyebutkan tentang ‘Abdullah bin Sabaa’ dengan lafaz berikut

عبد الله بن سبا، الذي رجع إلى الكفر وأظهر الغلو

‘Abdullah bin Sabaa’, termasuk orang yang kembali pada kekafiran dan menampakkan ghuluw [Rijal Ath Thuusiy hal 75]

Apa yang dikatakan oleh Syaikh Ath Thuusiy di atas memiliki dasar dari riwayat shahih mazhab Syi’ah sebagaimana telah dibuktikan di atas bahwa Abdullah bin Sabaa’ telah kufur karena menyatakan Rububiyah Aliy bin Abi Thalib.

.

.

Tidak disebutkan dalam riwayat-riwayat di atas apakah Aliy bin Abi Thalib membakar Abdullah bin Sabaa’ hidup-hidup atau membunuhnya terlebih dahulu baru kemudian membakar jasadnya. Tetapi terdapat qarinah yang menguatkan bahwa Aliy bin Abi Thalib mungkin membakarnya hidup-hidup. Dalam salah satu riwayat shahih Syi’ah disebutkan

علي بن إبراهيم، عن أبيه، عن ابن أبي عمير، عن هشام بن سالم، عن أبي عبد الله عليه السلام قال: أتى قوم أمير المؤمنين عليه السلام فقالوا: السلام عليك يا ربنا فاستتابهم فلم يتوبوا فحفر لهم حفيرة وأوقد فيها نارا وحفر حفيرة أخرى إلى جانبها وأفضى ما بينهما فلما لم يتوبوا ألقاهم في الحفيرة وأوقد في الحفيرة الأخرى [نارا] حتى ماتوا

Aliy bin Ibrahiim dari Ayahnya dari Ibnu Abi Umair dari Hisyaam bin Saalim dari Abi ‘Abdullah [‘alaihis salaam] yang berkata “datang suatu kaum kepada Amirul Mukminin [‘alaihis salaam] maka mereka berkata “salam untukmu wahai Tuhan kami”. Maka Beliau meminta mereka untuk bertaubat tetapi mereka tidak mau bertaubat. Beliau membuat lubang untuk mereka, menyalakan api di dalamnya dan membuat lubang lagi di sisi lainnya dan menghubungkan diantara keduanya, maka ketika mereka tidak mau bertaubat, Beliau memasukkan mereka ke dalam lubang dan menyalakan lubang yang lain dengan api hingga akhirnya mereka mati [Al Kafiy Al Kulainiy 7/258-259 no 18]

Riwayat Al Kafiy di atas sanadnya shahih berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah berikut keterangan mengenai para perawinya

  1. Aliy bin Ibrahim bin Haasyim, tsiqat dalam hadis, tsabit, mu’tamad, shahih mazhabnya [Rijal An Najasyiy hal 260 no 680]
  2. Ibrahim bin Haasyim Al Qummiy seorang yang tsiqat jaliil. Ibnu Thawus pernah menyatakan hadis yang dalam sanadnya ada Ibrahim bin Haasyim bahwa para perawinya disepakati tsiqat [Al Mustadrakat Ilm Rijal Al Hadis, Asy Syahruudiy 1/222]
  3. Muhammad bin Abi Umair, ia termasuk orang yang paling terpercaya baik di kalangan khusus [Syi’ah] maupun kalangan umum [Al Fahrasat Ath Thuusiy hal 218]
  4. Hisyaam bin Saalim meriwayatkan dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] ia tsiqat tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 434 no 1165]

Walaupun memang dalam riwayat di atas masih terdapat kemungkinan bahwa mereka bukan mati terbakar tetapi mati karena asap dari api yang menyala di lubang yang satunya.

.

Kemudian para pembenci Syi’ah seperti yang dapat para pembaca lihat salah satunya disini, mengutip salah satu riwayat dari Imam Ja’far bahwa tidak boleh menghukum dengan azab Allah, mereka menyebutkan telah mengutip riwayat tersebut dari Kitab Gunahane Kabira oleh Ayatullah Dastaghaib Shiraziy

Kalau dilihat sepintas memang penulis situs tersebut agak aneh ketika membawakan riwayat tentang Abdullah bin Sabaa’ ia mengutip dari kitab sumber hadisnya [Rijal Al Kasyiy] tetapi ketika ia mengutip hadis larangan membakar, ia malah mengutip kitab bahasa parsi yang bukan kitab sumber hadisnya. Seperti biasa nampak bagi saya bahwa penulis situs tersebut hanya mengkopipaste hujjah para sahabatnya di forum pembenci Syi’ah.

Riwayat yang dijadikan hujjah oleh mereka para pembenci Syi’ah tersebut, telah disebutkan oleh Al Majlisiy dalam Bihar Al Anwar 79/45 dan Al Hurr Al Amiliy dalam Wasa’il Syi’ah 3/29-30

الحسن بن يوسف بن المطهر العلامة في ( منتهى المطلب ) رفعه قال : إن امرأة كانت تزني وتوضع أولادها وتحرقهم بالنار خوفا من أهلها ، ولم يعلم به غير أمها ، فلما ماتت دفنت فانكشف التراب عنها ولم تقبلها الارض ، فنقلت من ذلك المكان إلى غيره ، فجرى لها ذلك ، فجاء أهلها إلى الصادق ( عليه السلام ) وحكوا له القصة ، فقال لامها : ما كانت تصنع هذه في حياتها من المعاصي ؟ فأخبرته بباطن أمرها ، فقال الصادق ( عليه السلام ) : إن الارض لا تقبل هذه ، لانها كانت تعذب خلق الله بعذاب الله ، اجعلوا في قبرها شيئا من تربة الحسين ( عليه السلام ) ، ففعل ذلك بها فسترها الله تعالى

Al Hasan bin Yuusuf bin Muthahhar Al Allamah dalam Muntaha Al Mathlab, merafa’kan, [perawi] berkata “bahwa seorang wanita pezina membakar anak-anaknya dengan api karena takut kepada keluarganya, tidak ada yang mengetahui perbuatannya kecuali Ibunya, ketika ia wafat dan dikuburkan maka bumi mengeluarkannya dan tidak menerima jasadnya, maka kemudian dipindahkan ke tempat lainnya dan ternyata juga terjadi hal yang sama, maka keluarganya datang kepada Ash Shaadiq [‘alaihis salaam] dan menceritakan kepada Beliau peristiwa tersebut. Maka Beliau berkata kepada ibunya “dosa apa yang pernah ia lakukan semasa hidupnya?”. Ibunya menceritakan kepada Beliau perbuatannya. Maka Ash Shaadiq [‘alaihis salaam] berkata “sesungguhnya bumi tidak menerimanya karena ia telah menyiksa ciptaan Allah dengan siksaan Allah [api], kemudian Beliau menempatkan pada kuburnya sedikit dari tanah kuburan Husain [‘alaihis salaam], maka ketika hal itu dilakukan, Allah ta’ala menutup kuburnya [Wasa’il Syi’ah Syaikh Al Hurr Al Amiliy 3/29-30]

منتهى المطلب: قال: روي أن امرأة كانت تزني وتضع أولادها فتحرقهم بالنار، خوفا من أهلها، ولم يعلم بها غير أمها، فلما ماتت دفنت، فانكشف التراب عنها ولم تقبلها الأرض، فنقلت من ذلك المكان إلى غيره، فجرى لها ذلك، فجاء أهلها إلى الصادق عليه السلام وحكوا له القصة، فقال لامها ما كانت تصنع هذه في حياتها من المعاصي؟ فأخبرته بباطن أمرها، فقال الصادق عليه السلامإن الأرض لا تقبل هذه لأنها كانت تعذب خلق الله بعذاب الله، اجعلوا في قبرها من تربة الحسين عليه السلام، ففل ذلك بها فسترها الله تعالى

Muntaha Al Mathlab : berkata : diriwayatkan bahwa seorang wanita pezina membakar anak-anaknya dengan api karena takut kepada keluarganya, tidak ada yang mengetahui perbuatannya kecuali Ibunya, ketika ia wafat dan dikuburkan maka bumi mengeluarkannya dan tidak menerima jasadnya, maka kemudian dipindahkan ke tempat lainnya dan ternyata juga terjadi hal yang sama, maka keluarganya datang kepada Ash Shaadiq [‘alaihis salaam] dan menceritakan kepada Beliau peristiwa tersebut. Maka Beliau berkata kepada ibunya “dosa apa yang pernah ia lakukan semasa hidupnya?”. Ibunya menceritakan kepada Beliau perbuatannya. Maka Ash Shaadiq [‘alaihis salaam] berkata “sesungguhnya bumi tidak menerimanya karena ia telah menyiksa ciptaan Allah dengan siksaan Allah [api], kemudian Beliau menempatkan pada kuburnya sedikit dari tanah kuburan Husain [‘alaihis salaam], maka ketika hal itu dilakukan, Allah ta’ala menutup kuburnya [Bihar Al Anwar Al Majlisiy 79/45]

Al Majlisiy dan Al Hurr Al Amiliy menukil riwayat tersebut dari kitab Muntaha Al Mathlab Allamah Al Hilliy, dan inilah yang disebutkan dalam kitab tersebut

فقد روى أن امرأة كانت تزني تضع أولادها فتحرقهم بالنار خوفا من أهلها ولم يعلم به غير أمها فلما ماتت دفنت فانكشف التراب عنها ولم تقبلها الأرض فنقلت عن ذلك الموضع إلى غيره فجرى لها ذلك فجاء أهلها إلى الصادق عليه السلام وحكوا له القصة فقال لامها ما كانت تصنع هذه في حيوتها من المعاصي فأخبرته بباطن أمرها فقال عليه السلام أن الأرض لا تقبل هذه لأنها كانت تعذب خلق الله بعذاب الله اجعلوا في قبرها شيئا من تربة الحسين عليه السلام ففعل ذلك فسترها الله تعالى

Sungguh telah diriwayatkan bahwa seorang wanita pezina membakar anak-anaknya dengan api karena takut kepada keluarganya, tidak ada yang mengetahui perbuatannya kecuali Ibunya, ketika ia wafat dan dikuburkan maka bumi mengeluarkannya dan tidak menerima jasadnya, maka kemudian dipindahkan ke tempat lainnya dan ternyata juga terjadi hal yang sama, maka keluarganya datang kepada Ash Shaadiq [‘alaihis salaam] dan menceritakan kepada Beliau peristiwa tersebut. Maka Beliau berkata kepada ibunya “dosa apa yang pernah ia lakukan semasa hidupnya?”. Ibunya menceritakan kepada Beliau perbuatannya. Maka Ash Shaadiq [‘alaihis salaam] berkata “sesungguhnya bumi tidak menerimanya karena ia telah menyiksa ciptaan Allah dengan siksaan Allah [api], kemudian Beliau menempatkan pada kuburnya sedikit dari tanah kuburan Husain [‘alaihis salaam], maka ketika hal itu dilakukan, Allah ta’ala menutup kuburnya [Muntaha Al Mathlab Allamah Al Hilliy 1/461]

Seperti yang dapat para pembaca lihat sumber hadis tersebut ternyata adalah nukilan ulama yang tidak bersanad, maka berdasarkan standar ilmu hadis Syi’ah hadis tersebut tidak bisa dijadikan hujjah karena tidak ada sanadnya.

Bagaimana mungkin riwayat dengan kedudukan seperti ini dijadikan hujjah untuk menentang riwayat shahih bahkan menurut bahasa lebay para pembenci Syi’ah telah meruntuhkan kema’shuman Imam ahlul bait dalam mazhab Syi’ah. Saran kami kepada penulis situs tersebut, ada baiknya anda belajar bersikap objektif dan merujuk kepada kitab hadis serta menerapkan metode ilmiah, sebelum anda berbicara sok soal mazhab orang lain. Alangkah lucunya ketika anda menuliskan sebuah tulisan panjang untuk merendahkan Syi’ah ternyata inti tulisan tersebut berhujjah pada riwayat dhaif di sisi mazhab Syi’ah.

.

.

.

Kesimpulan

Dalam mazhab Syi’ah, hadis larangan membakar atau menyiksa dengan siksaan Allah kedudukannya dhaif sehingga walaupun telah shahih bahwa Imam Aliy membakar ‘Abdullah bin Sabaa’ maka hal itu tidaklah bertentangan dengan kema’shuman Imam dalam mazhab Syi’ah.

Adapun dalam mazhab Ahlus Sunnah [berdasarkan pendapat yang rajih dan menjadi pegangan kami] telah berlalu penjelasannya dalam beberapa tulisan kami [bisa dilihat di daftar artikel] bahwa tidak shahih Imam Aliy membakar orang-orang murtad hidup hidup, yang benar adalah Beliau membunuh mereka kemudian membakar jasadnya. Dalam pandangan kami, hal ini adalah kekhususan bagi Beliau dan tidak bertentangan dengan hadis larangan menyiksa dengan siksaan Allah SWT.

13 Tanggapan

  1. Keberadaan tokoh jahat Ibn Saba selalu dikaitkan dengan eksistensi Syiah sebagai sentralnya. Tak terkira banyaknya tulisan tentang tokoh ini dengan macam alasan juga analisanya. Saya hanya ingin memisahkan keberadaan tokoh jahat ini dalam tradisi hadis Syiah dan Sunni. Menerima keberadaan Ibn Saba menurut tradisi Syiah berarti pula mempertanyakan kembali validitas kisah2 tentang Ibn Saba yang disebut2 oleh sejarawan Sunni.

    Guru saya pernah mengatakan bahwa meskipun tokoh jahat ini ada sebagaimana dibaca dalam kitab hadis Syiah, akan tetapi keberadaan tokoh ini tidaklah sebesar dan sepenting sebagaimana yang dikisahkan dalam kitab2 Sunni. Bagaimana mungkin seorang Yahudi yang baru masuk Islam mampu menciptakan makar besar dan mempengaruhi sahabat2 utama seperti Abu Dzar dan yg lainnya dalam peristiwa terbunuhnya Ustman? Bila merujuk sejarah awal Islam sebagaimana yang ditulis oleh sejarawan Sunni tokoh jahat ini memegang peran utama dalam kekacauan dimasa Ustman tapi kemudian menghilang diudara dalam peristiwa perang Shiffin dan Unta. Kemana tokoh ini menghilang dan mengapa dia menghilang setelah semua usaha keras dilakukannya untuk memecah belah sahabat. Menghilangnya tokoh jahat ini banyak membingungkan sejarawan Sunni.

    Jadi meskipun kita kemudian menerima keberadaan tokoh jahat ini menurut tradisi Syiah namun sebenarnya peran dan keberadaan Ibn Saba tidaklah sebagaimana yang digambarkan oleh sejarawan Sunni.

  2. Untuk memahami tentang keberadaan Abdullah bin Saba untuk manusia-manusia abad in, lebih mudah di analisanya, bila saja pengorbanan Keluarga Rosul yang terdiri dari 11 dari 12, yang telah dibunuh oleh Bani Umayyah dan Abasiyyah, diketahui secara rinci oleh Mayoritas Muslim, maka otomatis akan mudah digugurkannya, kenapa, karena ketika Usman mati dengan cara yang mengenaskan, sepertinya tidak layak bagi seorang MUKMIN, matinya seperti itu, seperti matinya Para Pemalak Pedagang Pasar, yang dikeroyok oleh Para Pedagang karena Palakannya itu, shg perlu dienyahkan dari Posisi sbg Pemimpin Umat, malah Tanah Fadak milik Negara, diserahkan kepada Mantu lelakinya, disini perlu umat Islam melakukan Komperasi antara Fatimah Az Zahra sebagai Pemilik Syah atas Tanah Fadak, karena diperoleh dari hasil Ghonimah/rampasan perang (20% sesuai Nash) antara Muslim dan Yahudi Khaibar dengan Mantu laki-lakinya itu, mana yang lebih mulia dan sudah sesuai jaminan-Nya via al Azhab [33]:[33]. Apakah kelompok Ali as terprovokasi oleh seorang Yahudi sontoloyo itu, alangkah naifnya baliau sebagai pemegang Ilmu dari Rosulullah (Aku Kota Ilmu dan Ali Pintunya—–Maka muncullh Buku “Nahjul Balaghah”), katakanlah sebelum Imam Ali as terbunuh pada 40 H, Abdullah bin Saba ada disisi Imam Ali as, malah ada berita Imam Ali as membakar dirinya, tentunya hali itu harus tercatat dalam Nahjul Balaghah, karena pemberontakan Khawarij saja ada ulasannya, malah ada ucapannya yang terkenal, diucapkan terhadap Khawarij yang NGACIR dalam peperangan NAHRAWAN, sebanyak +/- 9 orang ( Cikal Bakal Al Qaeda/ISIS), Janganlah ada PEMBUNUHAN lagi setelah ini, karena saat itu mereka mencari KEBENARAN, tapi mereka tidak mendapatkannya, maka setelah ini, mereka mencari KEBATILAN dan mereka mendapatkannya, demikian juga kejahatan Syiah Qaramatihah, tercatat dalam buku “Ramalan Akhir Zaman Ali bin Abi Thalib”, trcantum disana bhw mereka selalu membunuhi Keluarga Ali bin Abi Thalib, dan akan mencuri Hajarul Aswad, dan anehnya setelah Usman berkalang tanah, maka pada awal abad 41 H, ketika Imam Hasan as melakukan serah terima KEKUASAAN KEKHALIFAHAN (Disini akan terlihat sekali bagaimana kebejatan Bani Umayyah), karena setelah Imam Ali as terbunuh pada 40 H, Imam Hasan as syahadah krn diracun istrinya, dan dilanjutkan dgn pembantaian Imam Husein pada 61 H dan berakahir dgn Syahadahnya Imam Hasan Alaskari 260 H, apakah ini hasil Provokasi Abdullah bin Saba pindah profesionalismenya kepada Para Khalifah yang Dhalim, sebagai Pembisik untuk menghabiskan Keluarga Rosulullah. Coba renungkan dengan Pemikiran Yang Cerdas, jangan hanya mengandalkan Kaca Mata Kuda atau Dogmatis Buta, karena SEORANG MUSLIM ITU HARUS LEBIH CERDAS DARI SIAPAPUN, karena Pengetahuannya datang dari Manusia-Manusia yang Suci, manusia kotor tak mungkin menghasilkan Ilmu Yang Suci kecuali Ilmu Hitam yang melekat selamanya. Dan BERSIH tak mungkin bisa bergabung dengan sesuatu yang KOTOR ini sudah SUNATULLAH.

  3. syiah…kedokmu sudah terbongkar…tobat lah

  4. Mnurut gw Yg nama’ya konspirasi itu barang jadul jaman rosullullah jg udah ada.. Buktinya ayat2 alquran banyak yg menyinggung2 sama ahli kitab(mungkin oknum’ya 2) dan kita juga tau klo ayat2 al qur’an selalu turun dengan disertai sebab turun’ya ayat tersebut (update)..

  5. syiah…kedokmu sudah terbongkar…tobat lah, apanya yang terbongkar harusnya mikir dengan penjelasan tsb. Itu kan oknum fiktif yang dimunculkan untuk menutupi Penjahat yang sebenarnya, kalau Abdullah bin Sableng itu ada ketika Usman terbunuh, kho berikutnya yanh syahid sebanyak 10 dari 12, itu ulahnya siapa, kalau bukan Penguasa itu sendiri yang merasa risi, kalau berkuasa Keluarga Rosul masih hidup, maknya mereka harus dibunuh, kan ini yang lebih Logik, sementara yang berusaha menutupi Sejarah Yang Sebenarnya, maka dengan sendirinya, mereka sedang berjamaah melakukan kejahatan kepada Keluarga Rosulullah

  6. 10 dari 12 Keluarga Rosul

  7. Bersikaplah Jujur & Jauhi Kedustaan

    Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

    عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

    “Wajib atas kalian untuk berbuat jujur, sesungguhnya kejujuran itu akan mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan itu akan mengantarkan ke Surga, sesungguhnya seseorang yang selalu jujur dan berusaha untuk jujur sehingga dia dicatat disisi Allah sebagai orang yang jujur.

    Dan jauhilah oleh kalian perbuatan dusta, sesungguhnya dusta akan membawa kepada perbuatan fajir,dan kefajiran akan menjerumuskan ke Neraka.

    Sungguh seseorang yang selalu berdusta dan senantiasa melakukan kedustaan sehingga dia akan dicatat disisi Allah sebagai seorang pendusta”
    (HR. Muslim no. 2607)

    Faidah hadist diatas :

    Seseorang yang jujur akan berkumpul bersama orang yang jujur pula begitu juga bersama Ahlussunnah Salafiyyun.

    Seseorang yang suka berdusta dan suka menebar dusta juga akan berkumpul bersama orang yang sejenis yaitu para pendusta pula….
    Allahul musta’an./ fawaaidwa.

    Berikut ini sejumlah berita yang membuktikan bohongnya Jalaluddin Rakhmat pentolan syiah.

    ***

  8. […] sebagian lainnya menyatakan bahwa dia memang ada namun berbeda kisahnya dari pihak sunni. Baca ini: https://secondprince.wordpress.com/2014/07/24/kisah-pembakaran-abdullah-bin-saba-dalam-kitab-syiah/ […]

  9. […] sebagian lainnya menyatakan bahwa dia memang ada namun berbeda kisahnya dari pihak sunni. Baca ini: https://secondprince.wordpress.com/2014/07/24/kisah-pembakaran-abdullah-bin-saba-dalam-kitab-syiah/ […]

  10. Kayaknya makin dikonter dan dijelaskan panjang lebar tentang peran sentral “Abdullah bin Saba” ini makin jelas tak logis pikiran kaum syiah, barangkali karena kebohongan yang satu ditutup dengan kbohongan berkutnya dan begitu seterusnya, sehingga mereka lupa kebohongan sebelumnya. Kelakukan Yahudi seperti ini sebelum Rasululloh telah berlangsung lama karena itu muncullah Kristen yang merusak ajaran Isa AS dan hingga kini masih berlangsung dan bahkan hingga akhir zaman. Inilah beberapa diantara bebagai ujian orang beriman. Dari sejarah panjang Syiah dan praktek keagamaanya terlihat jelas menyandarkan ajarannya pada Ali RA, dan keluarga Rasululloh, namun kenyataannya perilaku mereka bertolak belakang dengan sifat dan keimanan Ali RA dan ahlul bait Rasululloh.
    Semohga Alloh SWT melindungi kita.

Tinggalkan komentar