Qunut Shubuh Termasuk Sunnah Ahlul Bait?

Qunut Shubuh Termasuk Sunnah Ahlul Bait?

Telah diriwayatkan dengan sanad yang shahih bahwa Imam Ali [radiallahu ‘anhu] pernah melakukan Qunut nazilah yaitu ketika berperang dengan Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Lantas bagaimanakah dengan Qunut Shubuh?. Terdapat dalil yang menunjukkan kalau Imam Aliy juga melakukan Qunut Shubuh

وَأَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ حَمْشَاذَ الْعَدْلُ حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ الْفَضْلِ الأَسْفَاطِىُّ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ الْعَبْدِىُّ حَدَّثَنَا الْعَلاَءُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنِى بُرَيْدُ بْنُ أَبِى مَرْيَمَ حَدَّثَنَا أَبُو الْحَوْرَاءِ قَالَ : سَأَلْتُ الْحَسَنَ بْنَ عَلِىٍّ مَا عَقِلْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-؟ فَقَالَ : عَلَّمَنِى دَعَوَاتٍ أَقُولُهُنَّ :« اللَّهُمَّ اهْدِنِى فِيمَنْ هَدَيْتَ ، وَعَافِنِى فِيمَنْ عَافَيْتَ ، وَتَوَلَّنِى فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ ، وَبَارِكْ لِى فِيمَا أَعْطَيْتَ ، وَقِنِى شَرَّ مَا قَضَيْتَ ، إِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ ». أُرَاهُ قَالَ :« إِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ ». قَالَ : فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِمُحَمَّدِ ابْنِ الْحَنَفِيَّةِ فَقَالَ : إِنَّهُ الدُّعَاءُ الَّذِى كَانَ أَبِى يَدْعُو بِهِ فِى صَلاَةِ الْفَجْرِ فِى قُنُوتِهِ. قَالَ الشَّيْخُ : بُرَيْدٌ يَقُولُ ذَكَرْتُ ذَلِكَ لِمُحَمَّدِ ابْنِ الْحَنَفِيَّةِ

Dan telah mengabarkan kepada kami Abu ‘Abdullah Al Haafizh yang berkata telah menceritakan kepada kami Aliy bin Hamsyaadz Al ‘Adlu yang berkata telah menceritakan kepada kami Al ‘Abbas bin Fadhl Al Asfaathiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yuunus yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr Al ‘Abdiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Al ‘Alaa’ bin Shaalih yang berkata telah menceritakan kepadaku Buraid bin Abi Maryam yang berkata telah menceritakan kepada kami Abul Hawraa’ yang berkata aku bertanya kepada Hasan bin Aliy “apa yang paling engkau ingat dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Ia berkata “Beliau mengajariku doa yang aku baca Ya Allah, tunjukilah aku sebagaimana Engkau menunjuki orang yang mendapat petunjuk-Mu. Jagalah aku sebagaimana Engkau menjaga orang yang mendapat penjagaan-Mu.Peliharalah aku sebagaimana orang yang mendapat pemeliharaan-Mu. Berkahilah apa yang Engkau berikan kepadaku. Lindungilah aku dari keburukan apa yang Engkau tetapkan. Karena sesungguhnya Engkau-lah yang menetapkannya dan tidak lah Engkau dikenai ketetapan itu. Sesungguhnya tidak akan terhina orang yang Engkau cintai. Mahasuci dan Mahatinggi Engkau, wahai Rabb kami”. [Buraid] berkata maka aku menyebutkan hal itu kepada Muhammad Ibnu Al Hanafiyyah, maka ia berkata bahwasanya itu adalah doa dimana Ayahku sering berdoa dengannya dalam shalat shubuh dalam Qunutnya. Syaikh berkata “Buraid yang mengatakan aku menyebutkan hal itu kepada Muhammad Ibnu Al Hanafiyyah” [Sunan Al Kubra Baihaqiy no 3264]

Doa yang disebutkan Hasan bin Aliy [radiallahu ‘anhu] tersebut adalah doa yang diajarkan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] kepadanya dalam Qunut witir [Hal ini sebagaimana nampak dalam riwayat yang sama dengan lafaz berikut

حدثنا عبد الله بن أحمد بن حنبل حدثني عمرو بن محمد الناقد ثنا أبو أحمد الزبيري ثنا العلاء بن صالح عن بريد بن أبي مريم عن أبي الحوراء عن الحسن بن علي رضي الله عنهما قال علمني رسول الله أن أقول في قنوت الوتر فذكر نحو حديث شعبة

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal yang berkata telah menceritakan kepadaku ‘Amru bin Muhammad An Naaqd yang berkata telah menceirtakan kepada kami Abu Ahmad Az Zubairiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Al ‘Alaa’ bin Shaalih dari Buraid bin Abi Maryam dari Abul Hawraa’ dari Hasan bin Aliy radiallahu ‘anhum yang berkata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengajarkan kepadaku kalimat dalam Qunut witir, maka ia menyebutkan seperti hadis Syu’bah [Ad Du’aa’ Ath Thabraniy no 748]

 

Hanya saja dalam riwayat Baihaqiy terdapat tambahan ilmu dimana Buraid menyebutkan hadis tersebut kepada Muhammad bin Aliy Al Hanafiyyah kemudian Muhammad bin Aliy menjawab bahwa Ayahnya Aliy bin Abi Thalib [radiallahu ‘anhu] sering membaca doa tersebut dalam Qunut shalat shubuh. Hadis riwayat Baihaqiy tersebut sanadnya jayyid, berikut analisis para perawinya

  1. Abu ‘Abdullah Al Hafizh adalah Muhammad bin ‘Abdullah bin Muhammad bin Hamdawaih bin Nu’aim bin Al Hakim Adh Dhaabiy. Al Khatib menyebutkan bahwa ia adalah penduduk Naisabur seorang yang alim memiliki keutamaan dan hafizh, Al Khatib menyatakan ia tsiqat [Tarikh Baghdad 3/93-94 no 1096]
  2. Aliy bin Hamsyaadz, Abu Hasan An Naisaburiy, Adz Dzahabiy menyebutkan bahwa ia seorang hafizh yang tsiqat imam syaikh Naisabur [As Siyaar Adz Dzahabiy 15/399]
  3. Abbas bin Fadhl Al Asfaathiy, Daruquthniy menyatakan bahwa ia shaduq [Su’alat Al Hakim no 143]. Ash Shafadiy berkata tentangnya “shaduq hasanul hadis” [Al Wafiy Ash Shafadiy 5/343]
  4. Ahmad bin Yunus bin Musayyab Adh Dhabiy, Ibnu Abi Hatim mengatakan bahwa kedudukannya di sisi kami shaduq [Tarikh Baghdad 5/223 no 2699]. Ibnu ‘Imaad Al Hanbaliy menyatakan tsiqat [Syadzratu Adz Dzahab Ibnu ‘Imaad Al Hanbaliy 2/153]
  5. Muhammad bin Bisyr Al ‘Abdiy, Yahya bin Ma’in menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat banyak meriwayatkan hadis”. Nasa’i dan Ibnu Qani’ menyatakan tsiqat [At Tahdzib Ibnu Hajar 9/64 no 90]
  6. Al ‘Alaa’ bin Shalih At Taimiy, Yahya bin Ma’in berkata “tsiqat”. Abu Zur’ah berkata “tidak ada masalah padanya” [Al Jarh Wat Ta’dil Ibnu Abi Hatim 6/356-357 no 1971]. Al Ijliy berkata “tsiqat” [Ma’rifat Ats Tsiqat no 1279], Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Ats Tsiqat Ibnu Hibban 7/268]. Yaqub bin Sufyan berkata “tsiqat” [Ma’rifat Wal Tarikh Al Fasawiy 3/132].
  7. Buraid bin Abi Maryam Malik bin Rabi’ah As Saluuliy Al Bashriy, Yahya bin Ma’in, Abu Zur’ah, Nasa’i dan Al Ijliy menyatakan ia tsiqat. Abu Hatim berkata “shalih”. Daruquthniy berkata “atas syarat shahih” [At Tahdzib Ibnu Hajar 1/378 no 796]
  8. Abul Hawraa’ adalah Rabi’ah bin Syaiban As Sa’diy. Nasa’i berkata “tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Al Ijliy berkata “tabi’in kufah tsiqat” [Tahdzib At Tahdzib Ibnu Hajar 3/221 no 487]
  9. Muhammad Ibnu Al Hanafiyyah adalah Muhammad bin Aliy bin Abi Thalib. Al Ijliy berkata tentangnya “seorang yang shalih tabiin tsiqat” [Ma’rifat Ats Tsiqat Al Ijliy no 1631].

Maka dari Riwayat Baihaqiy tersebut dapat dikatakan bahwa telah tsabit dari Hasan bin Aliy [‘alaihis salaam] dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bacaan doa tersebut dalam Qunut witir dan telah tsabit dari Aliy bin Abi Thalib [‘alaihis salaam] bacaan doa tersebut dalam Qunut Shubuh.

.

.

.

Terdapat riwayat yang seolah-olah bertentangan dengan riwayat diatas dimana riwayat tersebut menegaskan bahwa Aliy bin Abi Thalib [‘alaihis salaam] tidak melakukan Qunut dalam shalat Shubuh.

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ عَنْ أَبِى مَالِكٍ الأَشْجَعِىِّ قَالَ قُلْتُ لأَبِى يَا أَبَةِ إِنَّكَ قَدْ صَلَّيْتَ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِىِّ بْنِ أَبِى طَالِبٍ هَا هُنَا بِالْكُوفَةِ نَحْوًا مِنْ خَمْسِ سِنِينَ أَكَانُوا يَقْنُتُونَ قَالَ أَىْ بُنَىَّ مُحْدَثٌ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Manii’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Yaziid bin Haruun dari Abi Malik Al ‘Asyja’iy yang berkata aku berkata kepada Ayahku “wahai Ayahku sesungguhnya engkau pernah shalat di belakang Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], Abu Bakar, Umar, Utsman dan Aliy bin Abi Thalib di sini di Kufah selama lebih kurang lima tahun, apakah mereka semua melakukan Qunut?. Ia berkata “wahai anakku itu adalah perkara baru yang diada-adakan”. Abu ‘Iisa berkata “hadis ini hasan shahih” [Sunan Tirmidzi no 404]

Secara zhahir nampak riwayat ini bertentangan dengan riwayat Baihaqiy di atas.Tetapi pada hakikatnya tidak, karena Thariq bin Asyyam hanya menyatakan apa yang ia saksikan tetapi kesaksiannya tidak menafikan kesaksian orang lain. Thariq bin Asyyam tidak selalu shalat di belakang Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], Abu Bakar, Umar, Utsman dan Aliy. Apalagi dalam riwayat di atas disebutkan bahwa Thariq shalat di belakang mereka selama lebih kurang lima tahun dan ma’ruf diketahui bahwa masa pemerintahan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan keempat khalifah jauh lebih lama dari itu. Ada dua bukti yang menjadi qarinah bahwa Thariq tidak selalu shalat di belakang mereka yaitu

  1. Telah tsabit dari Aliy bahwa Beliau terkadang melakukan Qunut Shubuh dan ini tidak disaksikan oleh Thariq bin Asyyam
  2. Telah tsabit dari Umar bahwa Beliau juga terkadang melakukan Qunut Shubuh dan ketika itu Thariq bin Asyyam tidak shalat di belakangnya

.

.

Adapun bukti riwayat dari Aliy bin Abi Thalib [‘alaihis salaam] salah satunya kesaksian Muhammad bin Ali Al Hanafiyyah di atas sedangkan bukti riwayat dari Umar bin Khaththab [radiallahu ‘anhu] adalah sebagai berikut

حدثنا وكيع قال حدثنا مسعر عن عبد الملك بن ميسرة عن زيد بن وهب قال ربما قنت عمر في صلاة الفجر

Telah menceritakan kepada kami Waki’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Mis’ar dari ‘Abdul Malik bin Maisarah dari Zaid bin Wahb yang berkata Umar terkadang melakukan Qunut dalam shalat shubuh [Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 2/104 no 7006]

Riwayat Zaid bin Wahb sanadnya shahih hingga Umar. Waki’ bin Jarrah adalah seorang tsiqat hafizh ahli ibadah [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 2/283-284]. Mis’ar bin Kidaam seorang yang tsiqat tsabit memiliki keutamaan [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 2/176]. ‘Abdul Malik bin Maisarah Al Hilaaliy seorang yang tsiqat [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 1/621]. Zaid bin Wahb Al Juhaniy adalah seorang mukhadhramun yang tsiqat jaliil [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 1/225].

حدثنا أبو بكر قال حدثنا وكيع بن الجراح قال حدثنا سفيان عن مخارق عن طارق بن شهاب أنه صلى خلف عمر بن الخطاب الفجر فلما فرغ من القراءة كبر ثم قنت ثم كبر ثم ركع

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar yang berkata telah menceritakan kepada kami Waki’ bin Jarrah yang berkata telah menceritakan kepada kami Sufyaan dari Mukhaariq dari Thaariq bin Syihaab bahwasanya ia shalat shubuh di belakang Umar bin Khaththab maka ketika Umar selesai membaca surat ia bertakbir kemudian membaca Qunut, kemudian takbir kemudian ruku’ [Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 2/107 no 7033]

Riwayat ini sanadnya shahih hingga Umar bin Khaththab. Sufyaan Ats Tsawriy adalah seorang tsiqat faqih ahli ibadah imam hujjah [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 1/371]. Mukhariq bin Khaliifah seorang yang tsiqat [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 2/165]. Thariq bin Syihaab Al Ahmasiy ia seorang yang pernah melihat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] tetapi tidak mendengar hadis darinya [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 1/447]

وَقَدْ أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ وَأَبُو سَعِيدِ بْنُ أَبِى عَمْرٍو قَالاَ حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ : مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ حَدَّثَنَا أَسِيدُ بْنُ عَاصِمٍ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ أَبِى عُثْمَانَ النَّهْدِىُّ قَالَ : صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ سِتَّ سِنِينَ فَكَانَ يَقْنُتُ.  وَرَوَاهُ سُلَيْمَانُ التَّيْمِىُّ عَنْ أَبِى عُثْمَانَ : أَنَّ عُمَرَ قَنَتَ فِى صَلاَةِ الصُّبْحِ

Dan sungguh telah mengabarkan kepada kami Abu ‘Abdullah Al Haafizh dan Abu Sa’iid bin Abi ‘Amru keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Abu ‘Abbaas Muhammad bin Ya’qub yang berkata telah menceritakan kepada kami Asiid bin ‘Aashiim yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin ‘Aamir yang berkata telah menceritakan kepada kami Auf dari Abu ‘Utsman An Nahdiy yang berkata aku shalat di belakang Umar [radiallahu ‘anhu] selama enam tahun dan ia membaca Qunut”. Dan riwayatnya Sulaiman At Taimiy dari Abu Utsman bahwa Umar membaca Qunut dalam shalat Shubuh [Sunan Al Kubra Baihaqiy no 3240]

Riwayat Baihaqiy di atas sanadnya shahih hingga Umar, para perawinya tsiqat, berikut keterangan mengenai para perawinya

  1. Abu ‘Abdullah Al Hafizh adalah Muhammad bin ‘Abdullah bin Muhammad bin Hamdawaih bin Nu’aim bin Al Hakim Adh Dhaabiy. Al Khatib menyebutkan bahwa ia adalah penduduk Naisabur seorang yang alim memiliki keutamaan dan hafizh, Al Khatib menyatakan ia tsiqat [Tarikh Baghdad 3/93-94 no 1096]
  2. Abu Sa’iid bin Abi ‘Amru adalah Muhammad bin Musa bin Fadhl bin Syadzaan seorang Syaikh tsiqat ma’mun [As Siyaar Adz Dzahabi 17/350]
  3. Abul ‘Abbas Muhammad bin Ya’qub Al Asham adalah seorang Imam Muhaddis Musnad, Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah menyatakan ia tsiqat [As Siyaar Adz Dzahabiy 15/453-458]
  4. Asiid bin ‘Aashim Ats Tsaqafiy seorang hafizh muhaddis imam, Ibnu Abi Hatim menyatakan ia tsiqat [As Siyaar Adz Dzahabiy 12/379]
  5. Sa’id bin ‘Aamir Al Bashriy, Yahya bin Ma’in berkata tentangnya “tsiqat ma’mun”. Ahmad bin Hanbal berkata “aku tidak pernah melihat orang yang lebih utama darinya” [As Siyaar Adz Dzahabiy 9/385]
  6. Auf bin Abi Jamiilah, Ahmad bin Hanbal berkata “tsiqat shalih al hadits” Yahya bin Ma’in berkata tsiqat. Abu Hatim berkata shaduq shalih. Nasa’i berkata “tsiqat tsabit”. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat banyak meriwayatkan hadis” [Tahdzib At Tahdzib Ibnu Hajar 8/148 no 302]
  7. Abu Utsman An Nahdiy. Abu Hatim, Abu Zur’ah, Nasa’i, Ibnu Khirasy, Ibnu Sa’ad menyatakan ia tsiqat [Tahdzib At Tahdzib Ibnu Hajar 6/249-250 no 549]

نَا عُقْبَةُ ، أَخْبَرَنِي الأَوْزَاعِيُّ ، عَنْ عَبَدَةَ ، حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى ، عَنْ أَبِيه ، أَنَّهُ ” قَنَتَ خَلْفَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي صَلاةِ الصُّبْحِ بَعْدَ الْقِرَاءَةِ قَبْلَ الرُّكُوعِ

Telah menceritakan kepada kami ‘Uqbah yang berkata telah mengabarkan kepadaku Al Awza’iy dari ‘Abdah yang berkata telah menceritakan kepadaku Sa’id bin ‘Abdurrahman bin Abzaa dari Ayahnya bahwasanya ia membaca Qunut di belakang Umar bin Khaththab pada shalat shubuh setelah membaca surat sebelum ruku’[Atsaniy Min Hadits Abi ‘Abbaas Al ‘Asham no 69]

Riwayat ini sanadnya jayyid hingga Umar.‘Uqbah bin ‘Alqamah Al Ma’aafiriy seorang yang shaduq [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 2/395]. Al Awza’iy Abdurrahman bin ‘Amru seorang yang tsiqat jaliil [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 1/347]. ‘Abdah bin Abi Lubabah seorang yang tsiqat [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 1/369]. Sa’id bin ‘Abdurrahman bin ‘Abzaa seorang yang tsiqat [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 1/238]. ‘Abdurrahman bin ‘Abzaa termasuk seorang sahabat Nabi [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 1/336].

Kesaksian Zaid bin Wahb, Thariq bin Syihaab, Abu Utsman An Nahdiy dan ‘Abdurrahman bin ‘Abzaa bahwa Umar bin Khaththaab membaca Qunut dalam shalat shubuh menggugurkan apa yang dikatakan Thariq bin Asyyam karena ia hanya menyaksikan sebagian shalat shubuh Umar bin Khaththab yang tidak membaca Qunut dan sebagian yang lain telah menetapkan bahwa Umar terkadang membaca Qunut dalam shalah shubuh. Maka dari itu hadis Thariq bin Asyyam tidak bisa dijadikan hujjah menentang riwayat Baihaqiy sebelumnya yang menetapkan bahwa Aliy bin Abi Thalib [‘alaihis salaam] membaca Qunut dalam shalat shubuh.

.

.Selain Aliy bin Abi Thalib [‘alaihis salaam] dan Umar bin Khaththaab [radiallahu ‘anhu], Abdullah bin ‘Abbas [radiallahu ‘anhu] diriwayatkan juga membaca Qunut dalam Shalat Shubuh

عبد الرزاق عن جعفر عن عوف قال حدثني أبو رجاء العطاردي قال صلى بنا بن عباس صلاة الغداة في إمارته على البصرة فقنت قبل الركوع

‘Abdurrazaaq dari Ja’far dari ‘Auf yang berkata telah menceritakan kepadaku Abu Rajaa’ Al ‘Uthaaridiy yang berkata kami shalat di belakang Ibnu ‘Abbaas shalat shubuh pada masa kepemimpinannya di Bashrah maka ia membaca Qunut sebelum ruku’ [Al Mushannaf ‘Abdurrazaaq no 4973]

Riwayat di atas sanadnya shahih hingga Abdullah bin ‘Abbaas. Ja’far adalah Ja’far bin Sulaiman Adh Dhabiy adalah perawi yang shaduq zuhud dan tasyayyu’ [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 1/163]. Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqat [Al Kasyf no 792]. ‘Auf bin Abi Jamilah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar 1/759].Abu Raja’ Al Uthaaridiy adalah ‘Imraan bin Milhaan perawi kutubus sittah yang tsiqat, seorang mukhadharamun. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [Taqrib At Tahdzib Ibnu Hajar juz 1/753].

.

.

Mungkin akan ada sekelompok pengingkar yang mengatakan bahwa Qunut yang dilakukan Aliy bin Abi Thalib, Umar dan Ibnu ‘Abbas di atas adalah Qunut nazilah pada saat shalat shubuh. Pernyataan ini tertolak dengan alasan sebagai berikut

  1. Riwayat Baihaqiy di atas mengenai Qunut Shubuh Imam Aliy bukanlah qunut nazilah karena lafaz doa yang diucapkan pada qunut tersebut bukan mendoakan keselamatan atau keburukan suatu kaum yang masyhur dalam lafaz qunut nazilah.
  2. Zhahir lafaz atsar atau riwayat di atas tidak ada yang menyebutkan qunut nazilah tetapi hanya menyebutkan qunut pada shalat shubuh. Jika lafaz “qunut shubuh” seenaknya diartikan qunut nazilah maka hadis riwayat Thariq bin Asyyam juga bisa diartikan sebagai qunut nazilah sehingga jadilah status hadis Thariq bin Asyyam mungkar karena terdapat dalil shahih bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] telah membaca qunut nazilah selama satu bulan.

Mengenai riwayat Ibnu ‘Abbas maka terdapat qarinah yang menguatkan bahwa qunut yang ia baca tersebut bukan qunut nazilah melainkan qunut shubuh. Abdullah bin ‘Abbas telah meriwayatkan hadis berikut mengenai qunut nazilah

حدثنا عبد الله بن معاوية الجمحي حدثنا ثابت بن يزيد عن هلال بن خباب عن عكرمة عن ابن عباس قال قنت رسول الله صلى الله عليه وسلم شهرا متتابعا في الظهر والعصر والمغرب والعشاء وصلاة الصبح في دبر كل صلاة إذا قال سمع الله لمن حمده من الركعة الآخرة يدعو على أحياء من بني سليم على رعل وذكوان وعصية ويؤمن من خلفه

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Mu’aawiyyah Al Jumahiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Tsaabit bin Yaziiddari Hilaal bin Khabbaabdari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbaas yang berkata “Rasulullah [shallallaahu ‘alaihi wa sallam] melakukan qunut selama sebulan penuh pada shalat Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib, ‘Isyaa’, dan Shubuh pada akhir setiap shalat, yaitu saat beliau berkata ‘sami’allaahu liman hamidah’ di raka’at terakhir. Beliau mendoakan kejelekan pada orang-orang Bani Sulaim, Bani Ri’l, Bani Dzakwaan, dan Bani ‘Ushayyah.Dan diaminkan orang-orang yang di belakang beliau [Sunan Abu Daawud no. 1443, Syaikh Al Albaniy berkata “hasan”].

Nampak bahwa Ibnu ‘Abbas menyaksikan bahwa qunut nazilah yang dilakukan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dilakukan setelah Ruku’ maka jika memang Ibnu Abbas akan melakukan qunut nazilah, Beliau pasti akan mengikuti tuntunan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tersebut yaitu qunut sesudah ruku’. Riwayat ‘Abdurrazaq di atas justru menyebutkan bahwa Ibnu ‘Abbas membaca qunut shubuh tersebut sebelum ruku’ maka disini terdapat qarinah yang menguatkan bahwa qunut tersebut bukan qunut nazilah.

.

.

Akhir kata Qunut Shubuh telah dilakukan oleh sebagian sahabat dan Ahlul Bait yaitu Umar, Ibnu ‘Abbas dan Aliy bin Abi Thalib maka sungguh tidak layak jika qunut shubuh dinyatakan bid’ah. Adapun perkataan Thariq bin Asyyam bahwa itu adalah bid’ah tidak bisa dijadikan hujjah karena dasar ia mengatakan bid’ah karena ia tidak menyaksikan bahwa itu pernah dilakukan padahal telah terbukti dalam riwayat-riwayat shahih di atas bahwa Aliy bin Abi Thalib dan Umar pernah melakukannya.

Dalam riwayat-riwayat di atas tidak disebutkan keterangan mengenai pelaziman terus-menerus qunut shubuh bahkan dengan mengumpulkan semua riwayat termasuk riwayat Thariq bin Asyyam di atas akan didapat kesimpulan bahwa terkadang qunut shubuh tersebut dilakukan dan terkadang tidak dilakukan tetapi bukankah melakukan perkara yang sunah secara terus-menerus adalah perkara yang dibolehkan. Hal ini sama saja dengan shalat tarawih berjama’ah di masjid, tidak ada dalil shahih dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bahwa Beliau melakukannya sebulan penuh tetapi menjadikannya sebulan penuh termasuk perkara yang dibolehkan oleh sebagian sahabat di masa Umar.

3 Tanggapan

  1. Penjelasan “terbaik” seputar hukum qunut subuh yg pernah ana baca . . .syukron.

  2. Selalu mantap penjelasannya SP..Mohon agar selalu di lanjutkan,,Afwan…

  3. Subhanallah trimakasih Syeh

Tinggalkan komentar