Hadis ‘Amru bin Al Haarits Tidak Menguatkan Hadis Abu Bakar Bahwa Nabi Tidak Mewariskan

Hadis ‘Amru bin Al Haarits Tidak Menguatkan Hadis Abu Bakar Bahwa Nabi Tidak Mewariskan

Tulisan ini cuma daur ulang tulisan lama, sekedar iseng baca artikel disana sini dan melihat ternyata masih banyak sekumpulan “orang awam” sok bergaya ulama dengan dalil khas pecundang. Intinya mereka berhujjah dengan hadis ‘Amru bin Al Haarits sebagai syahiid [pendukung] bagi hadis Abu Bakar bahwa para Nabi tidak mewariskan dan apa yang ditinggalkan adalah sedekah. Berikut hadis ‘Amru bin Al Haarits yang dimaksud

حدثني مُحَمد بن فضيل قَال : حَدَّثَنَا إسحاق الأزرق قَال : حَدَّثَنَا سُفيان عن أبي إسحاق عن عَمْرو بن الحارث بن المصطلق قَال : لم يترك رسول الله صلى الله عليه وسلم إلاَّ سلاحًا ، وأرضًا جعلها صدقة ، وبغلة بيضاء

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail yang berkata telah menceritakan kepada kami Ishaq Al Azraq yang berkata telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abu Ishaq dari ‘Amru bin Al Haarits bin Musthaliq yang berkata “Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tidak meninggalkan sesuatu kecuali senjata, tanah yang telah Beliau jadikan sedekah dan bighal putih [Ma’rifat Wal Tarikh Al Fasawiy 2/620 dengan sanad shahih]

Seperti yang pernah kami tulis, hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya no 2739, 2873, 2912, 3098, 4461. Lafaz yang dijadikan hujjah adalah “Ja’alaha shadaqah” dalam hadis ‘Amru bin Al Haarits ini menguatkan apa yang dikatakan Abu Bakar bahwa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] tidak mewariskan dan semua peninggalan Nabi adalah sedekah.

Telah kami tunjukkan bahwa hujjah ini keliru dan sangat sangat tidak nyambung. Hadis ‘Amru bin Al Haarits di atas menyebutkan bahwa peninggalan Nabi [sebatas pengetahuan ‘Amru bin Al Haarits] adalah senjata, tanah dan bighal putih. Seandainya ‘Amru bin Al Haarits ingin menguatkan hadis Abu Bakar atau sedang menyatakan hal yang sama dengan hadis Abu Bakar yang berkata

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ

Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “kami tidak mewariskan, apa yang kami tinggalkan adalah sedekah”

Maka seharusnya ‘Amru bin Al Haarits mensifatkan sedekah pada ketiga hal dimana ia bersaksi bahwa ketiganya adalah peninggalan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Tetapi zhahir hadis ‘Amru bin Al Haarits justru mensifatkan sedekah itu hanya kepada tanah, bukan kepada bighal dan senjata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

Sekali lagi kami ulangi, seandainya ‘Amru bin Al Haarits bermaksud menguatkan hadis Abu Bakar maka ia akan mengatakan bahwa semua itu [senjata, tanah dan bighal] adalah sedekah. Zhahir hadis tidak menyatakan demikian, ‘Amru bin Al Haarits mensifatkan sedekah itu hanya pada tanah bukan pada senjata dan bighal. Lantas apa maknanya sedekah dalam hadis ‘Amru bin Al Haarits tersebut?. Maknanya adalah tanah tersebut ketika masa hidupnya Beliau jadikan hasilnya sebagai sedekah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

Salah seorang salafy nashibi yang memang agak kurang waras [kalau berdialog dengan orang yang ia tuduh syiah] mengatakan sejak kapan barang yang disedekahkan pada saat hidup masih dikatakan peninggalan Beliau ketika wafat. Seandainya komentar ini muncul dari orang awam atau pengikut salafy yang awam [yang kebanyakan memang agak jahil] kami masih bisa maklum tetapi komentar ini muncul dari orang yang melihat tulisannya sudah biasa membaca berbagai kitab hadis dan fiqih para ulama. Kami bingung apakah yang bersangkutan pura-pura bodoh dan ikut-ikutan menjadi orang awam. Mari anggap saja bahwa salafy nashibi ini memang tidak tahu maka kita sarankan agar ia membaca apa itu yang namanya Wakaf.

Secara ringkas, wakaf adalah menahan sesuatu dan mengambil hasil atau manfaatnya. Salah satu dalil untuk wakaf ini adalah hadis Ibnu Umar berikut [kami kutip secara ringkas]

عن ابن عمر قال أصاب عمر أرضا بخيبر فأتى النبي صلى الله عليه و سلم يستأمره فيها فقال يا رسول الله إني أصبيت أرضا بخيبر لم أصب مالا قط هو أنفس عندي منه فما تأمرني به ؟ قال إن شئت حبست أصلها وتصدقت بها

Dari Ibnu Umar yang berkata “Umar mendapatkan bagian tanah di Khaibar maka ia datang kepada Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] meminta saran tentangnya. Ia berkata “wahai Rasulullah, aku mendapatkan tanah di khaibar, yang aku tidak pernah mendapatkan harta yang paling berharga selainnya, maka apa yang Engkau perintahkan dengannya?. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] menjawab “Jika engkau menghendaki, maka tahanlah tanahnya dan bersedekah dengannya” [Shahih Muslim 3/1255 no 1632]

Lafaz sedekah yang dimaksud dalam hadis Ibnu Umar di atas adalah wakaf, tanah tersebut diwakafkan dan disedekahkan hasil tanahnya. Kembali ke hadis ‘Amru bin Al Haarits di atas maka maksud sedekah disana adalah tanah tersebut telah diwakafkan oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] selagi Beliau masih hidup. Hal ini selaras dengan pemahaman para ulama terhadap hadis ‘Amru bin Al Haarits tersebut. Al Baihaqiy telah meriwayatkan hadis Amru bin Al Haarits tersebut dan memasukkannya dalam Kitab Wakaf [Sunan Baihaqiy 6/265 no 11894 & 11895]. Ibnu Hajar berkata tentang hadis ‘Amru bin Al Haarits

لأنه تصدق بمنفعة الأرض فصار حكمها حكم الوقف

Beliau [Rasulullah] menyedekahkan hasil atau manfaat dari tanahnya, maka itu hukumnya menjadi hukum wakaf [Fath Al Bariy Ibnu Hajar 5/360]

Apa yang dikatakan Ibnu Hajar juga dinukil oleh Mulla Aliy Qaariy dan ia menjelaskan bahwa maknanya tanah itu dijadikan sedekah jariyah oleh Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] pada saat Beliau masih hidup.

قال العسقلاني أي تصدق بمنفعة الأرض فصار حكمها حكم الوقف والمعنى أنه جعلها في حياته صدقة جارية

Al Asqallaniy berkata Beliau menyedekahkan manfaat tanahnya maka itu hukumnya menjadi hukum wakaf dan maknanya adalah bahwa Beliau telah menjadikan tanah itu pada masa hidupnya sebagai shadaqah jariyah [Mirqat Al Mafaatih Syarh Al Misykaat Mulla Aliy Qaariy 17/269]

Singkat cerita keliru sekali menjadikan hadis ‘Amru bin Al Haarits sebagai penguat hadis Abu Bakar Nabi tidak mewariskan karena sebenarnya hadis ‘Amru tersebut menceritakan tanah yang diwakafkan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] semasa hidupnya. Tidaklah hadis tersebut bermakna setelah Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] wafat maka tanah itu baru menjadi sedekah sebagai konsekuensi dari hadis Abu Bakar bahwa semua peninggalan Nabi adalah sedekah. Intinya hadis ‘Amru bin Al Haarits tidak nyambung dengan hadis Abu Bakar.

5 Tanggapan

  1. @Bung SP . . . . anda begitu jeli didalam memahami hadits seputar permasalahan diatas. Salut buat anda . . . dan teruslah berkarya dan memberikan pencerahan terhadap kami yang awam ini. Salam damai. . .

  2. Huft..

    Luar biasa SP..

  3. mas sp mohon izin untuk mengcopi tulisan mas, boleh yaaa…

  4. yg jelas dalam masalah perbedaan antara ABUBAKAR, RA dan Sya yidah Fatimah, AS dlm segala hal, yg benar adalah Syayidah Fatimah, AS(sambil menulis dgn sepenuh keyakinan) krn kesucian AHLULBAIIT tdk mungkin sama /sebanding dgn kemulyaan SAHABAT. Ya ALLOOH yg MAHA PENGAMPUN ampunilah kesalahan saya dan semua orang-orang Islam yg pernah bersalah karena kekeliruan.

  5. salam buat mas TRUTCSEKKER (maaf kalo slh nulinya bis susah banget), komentar Anda sungguh bijak dan menyejukkan dan tdk berpihak hebat Antum. Saya selalu menyimak komentar Antum dlm banyak artikel di BLOG yang mencerahkan ini. Wabil khusus buat Pembela Islam MAS SP saya haturkan terima kasih dan terusss berjihad tampakkan sebanyak-banyaknya kebenaran yg selama ini tersembunyi di balik gelapnya kejahilan, kekakuan, taqlid buta, dan lain-lain. Ana hanya bisa berdo`a Ya Allooh limpahkanlah kasih sayang dan pertolonganMu dgn menampakkan kebenaran dan kesucian Rosululloh dan AhlulBaiitNya di hati semua umat Islam.

Tinggalkan komentar