Studi Kritis Hadis Yang Dijadikan Hujjah Oleh Nashibi : Syiah Dajjal

Studi Kritis Hadis Yang Dijadikan Hujjah Oleh Nashibi : Syiah Dajjal

Sebagian nashibi yang berakhlak buruk dan berlisan kotor sering mengumbar-umbar panggilan “Syiah Dajjal” yang ia tujukan pada orang yang ia tuduh Syiah Rafidhah. Tidak hanya penganut Syiah yang mendapat panggilan seperti ini, orang yang bukan penganut Syiah seperti kami pun pernah mendapat panggilan seperti ini. Hal ini membuktikan bahwa tidak penting siapapun orangnya asalkan nashibi itu tidak suka maka akan ia panggil dengan sebutan “Syiah Dajjal”.

Baru-baru ini nashibi tersebut membuat tulisan untuk menjustifikasi akhlak buruk-nya. Ia mengatasnamakan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengenai asal kata “Syiah Dajjal”. Tulisan yang maaf berkualitas rendah karena hanya menukil sana sini tanpa meneliti dengan baik. Walhasil hadis-hadis yang ia jadikan hujjah tidak tsabit. Berikut ini adalah analisis singkat mengenai hadis-hadis yang ia jadikan hujjah.

Kami tidak peduli dengan hadis Syiah yang ia nukil, itu di luar kompetensi kami untuk mengomentarinya. Kami hanya akan meneliti hadis-hadis dari kitab Ahlus Sunnah yang dijadikan hujjah oleh nashibi tersebut. Karena kebiasaan Nashibi yang suka menukil hadis tanpa sanad maka kami akan membawakan hadis tersebut dengan sanad yang lengkap.

حدثنا عبد الله حدثنا أبى ثنا أحمد بن عبد الملك ثنا محمد بن سلمة عن محمد بن إسحاق عن محمد بن طلحة عن سالم عن بن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ينزل الدجال في هذه السبخة بمر قناة فيكون أكثر من يخرج إليه النساء حتى ان الرجل ليرجع إلى حميمه والى أمه وابنته وأخته وعمته فيوثقها رباطا مخافة ان تخرج إليه ثم يسلط الله المسلمين عليه فيقتلونه ويقتلون شيعته حتى ان اليهودي ليختبئ تحت الشجرة أو الحجر فيقول الحجر أو الشجرة للمسلم هذا يهودي تحتى فاقتله

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Abdul Malik yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salamah dari Muhammad bin Ishaaq dari Muhammad bin Thalhah dari Saalim dari Ibnu Umar yang berkata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “Dajjal akan turun di lembah Mirqanah, yang keluar kepadanya kebanyakan adalah kaum wanita sampai-sampai ada seorang laki-laki kembali pada orang yang menyusuinya, kembali kepada ibunya, putrinya, saudarinya, bibinya dan mengikatnya karena khawatir akan keluar mengikutinya [Dajjal]. Kemudian Allah SWT akan memberikan kemenangan pada kaum muslimin untuk membunuhnya [Dajjal] dan membunuh Syiah-nya sampai-sampai Yahudi bersembunyi dibelakang pohon atau batu dan pohon atau batu itu berkata kepada orang muslim “ini Yahudi dibelakangku maka bunuhlah ia” [Musnad Ahmad 2/67 no 5353]

Nashibi mengutip perkataan Syaikh Ahmad Syakir yang menyatakan hadis ini shahih. Sayang sekali pernyataan ini keliru. Hadis dengan sanad diatas tidak shahih karena Muhammad bin Ishaaq seorang mudallis, Ibnu Hajar memasukkannya dalam mudallis martabat keempat [Thabaqat Al Mudallisin no 125] dan riwayat Muhammad bin Ishaaq diatas dengan ‘an anah maka kedudukannya dhaif. Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata tentang hadis ini “sanadnya dhaif”.

Ada yang luput dari perhatian nashibi tentang hadis diatas. Syiah Dajjal yang dimaksud dalam hadis diatas adalah orang-orang Yahudi yang mengikuti Dajjal sampai-sampai mereka bersembunyi di belakang pohon atau batu dan pohon atau batu itu berkata “ini Yahudi”. Jadi tidak ada sangkut pautnya terminologi “Syiah Dajjal” dalam hadis diatas dengan kaum muslim.

أخبرنا أبو القاسم العلوي أنا رشأ بن نظيف أنا الحسن بن إسماعيل أنا أحمد بن مروان نا زيد بن إسماعيل نا شبابة بن سوار نا حفص بن مورق الباهلي عن حجاج بن أبي عثمان الصواف عن زيد بن وهب عن حذيفة قال أول الفتن قتل عثمان بن عفان وآخر الفتن خروج الدجال والذي نفسي بيده لا يموت رجل وفي قلبه مثقال حبة من حب قتل عثمان إلا تبع الدجال إن أدركه وإن لم يدركه آمن به في قبره

Telah mengabarkan kepada kami Abul Qaasim Al ‘Alawiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Rasyaa’ bin Nazhiif yang berkata telah menceritakan kepada kami Hasan bin Isma’iil yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Marwaan yang berkata telah menceritakan kepada kami Zaid bin Isma’iil yang berkata telah menceritakan kepada kami Syabaabah bin Sawwaar yang berkata telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Muwarriq Al Baahiliy dari Hajjaaj bin Abi ‘Utsman Ash Shawwaaf dari Zaid bin Wahb dari Hudzaifah yang berkata awal fitnah adalah pembunuhan Utsman dan akhir fitnah adalah keluarnya Dajjal. Demi Yang jiwaku ada ditanganNya, tidak akan mati seseorang yang dalam hatinya ada kecintaan terhadap pembunuhan Utsman kecuali ia mengikuti Dajjal jika ia menemuinya dan jika ia tidak menemuinya maka ia akan mengimaninya di dalam kuburnya [Tarikh Ibnu Asakir 39/477]

Riwayat Ibnu Asakir ini disebutkan nashibi tanpa sanad tanpa nukilan ulama yang menyatakan shahih bahkan tanpa referensi dari kitab Tarikh Ibnu Asakir. Nashibi hanya berkata “riwayat Ibnu Asakir” kemudian menyebutkan tanpa sanad dan berhujjah dengannya. Riwayat Ibnu Asakir ini kedudukannya sangat dhaif bahkan maudhu’ [palsu] karena

Ahmad bin Marwaan disebutkan Ibnu Hajar bahwa Daruquthni berkata “ia disisiku termasuk pemalsu hadis” dan Maslamah bin Qaasim menyatakan ia tsiqat [Lisaan Al Miizaan juz 1 no 931]. Pernyataan Maslamah tidak bisa dijadikan pegangan karena ia sendiri  dikatakan Adz Dzahabiy “dhaif” [Al Mughniiy no 6237]. Hafsh bin Muwarriq Al Baahiliy tidak ditemukan biografinya sehingga kedudukannya majhul.

أَخْبَرَنِي أَبُو الْحَسَنِ مُحَمَّدُ بْنُ عبد الْوَاحِد بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ عُمَرَ الدَّارَقُطْنِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو الْحسن عَليّ بن مُحَمَّد بْنِ عُبَيْدٍ الْحَافِظُ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَازِمٍ حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ مَرْزُوقٍ عَن أبي الجحالف عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْحَسَنِ عَنْ زَيْنَبَ عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِعَلِيٍّ يَا أَبَا الْحَسَنِ أَمَا إِنَّكَ وَشِيعَتَكَ فِي الْجَنَّةِ وَإِنَّ قوما يَزْعمُونَ أَنَّهُمْ يُحِبُّونَكَ يَضْفِرُونَ الإِسْلامَ ثُمَّ يَلْفِظُونَهُ يَمْرُقُونَ مِنْهُ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ لَهُمْ نَبَزٌ يُقَالُ لَهُمُ الرَّافِضَةُ فَإِنْ أَدْرَكْتَهُمْ فَقَاتِلْهُمْ فَإِنَّهُمْ مُشْرِكُونَ

Telah mengabarkan kepadaku Abul Hasan Muhammad bin ‘Abdul Wahid bin Muhammad bin Ja’far yang berkata telah mengabarkan kepada kami Aliy bin Umar Daruquthni yang berkata telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Aliy bin Muhammad bin Ubaid Al Hafizh yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Haazim yang berkata telah menceritakan kepada kami Sahl bin ‘Aamir yang berkata telah menceritakan kepada kami Fudhail bin Marzuuq dari Abul Jahhaaf dari Muhammad bin ‘Amru bin Al Hasan dari Zainab dari Fathimah binti Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata kepada Aliy “wahai Abul Hasan, engkau dan Syiah engkau akan berada di dalam surga dan akan ada kaum yang menganggap bahwa mereka mencintaimu, mereka merendahkan Islam kemudian meninggalkannya, mereka lepas darinya seperti anak panah yang lepas dari busurnya, mereka memiliki nama yang buruk, mereka disebut dengan Rafidhah, jika kamu menemui mereka maka perangilah mereka karena mereka adalah musyrik [Muudhih Awham Al Khatiib 1/51]

Nashibi tersebut mengutip hadis ini dan mengakui bahwa hadis ini lemah. Kami katakan bahwa hadis ini sangat dhaif karena Sahl bin ‘Aamir Al Bajalliy, Abu Hatim mendustakannya dan Bukhari berkata “mungkar al hadiits”. Lafaz Abu Hatim yang dinukil dari anaknya adalah Abu Hatim menyatakan Sahl dhaif dan sering meriwayatkan hadis-hadis bathil. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Lisaan Al Miizaan juz 3 no 413]

حَدَّثَنَا أَبُو عَلِيٍّ إِسْمَاعِيلُ بْنُ الْعَبَّاسِ الْوَرَّاقُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الصَّبَّاحِ الزَّعْفَرَانِيُّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا شَبَابَةُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سَوَادَةُ بْنُ سَلَمَةَ ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ ، قَالَ : اجْتَمَعَ عِنْدَ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ جَاثُلِيتُو النَّصَارَى ، وَرَأْسُ الْجَالُوتِ ، فَقَالَ الرَّأْسُ : أَتُجَادِلُونَ ؟ عَلَى كَمِ افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ ؟ قَالَ : عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً ، فَقَالَ عَلِيٌّ عَلَيْهِ السَّلامُ : ” لَتَفْتَرِقَنَّ هَذِهِ الأُمَّةُ عَلَى مِثْلِ ذَلِكَ ، وَأَضَلُّهَا فِرْقَةً وَشَرُّهَا الدَّاعِيَةُ إِلَيْنَا أَهْلَ الْبَيْتِ وَآيَةُ ذَلِكَ أَنَّهُمْ يَشْتِمُونَ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا

Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Aliy Isma’iil bin ‘Abbaas Al Warraaq yang berkata telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Muhammad bin Ash Shabbaah Az Za’faraaniy yang berkata telah menceritakan kepada kami Syabaabah yang berkata telah menceritakan kepada kami Sawaadah bin Salamah bahwa ‘Abdullah bin Qais berkata “sekumpulan orang nashraniy datang menemui Aliy dan pemimpin mereka adalah ulama besar dari Yahudi. Berkata pemimpin mereka “apakah kamu akan berdebat dengan kami? Berapa banyak kelompok Yahudi terpecah?” ada 71 firqah maka Aliy [‘alaihis salam] berkata “Umat ini pun akan terpecah seperti itu  dan firqah yang paling sesat adalah yang menyeru kepada kami Ahlul Bait dan ciri-ciri mereka adalah bahwa mereka mencaci Abu Bakar dan Umar [radiallahu ‘anhuma] [Al Ibanah Al Kubra Ibnu Baththah 1/1229 no 254]

Nashibi mengutip hadis ini dan berhujjah dengannya seperti biasa untuk merendahkan Syiah bahwa menurut Imam Aliy syiah yang sekarang yang menyeru kepada Ahlul Bait adalah firqah yang paling sesat.

Riwayat Ibnu Baththah diatas dhaif karena Ibnu Baththah dikatakan Adz Dzahabi bahwa ia Imam Qudwah ahli ibadah faqih syaikh Iraq dan Adz Dzahabi juga berkata ““bersama dengan keutamaannya, ia memiliki kesalahan dan kekeliruan” [As Siyar 16/530]. Adz Dzahabiy memasukkan namanya dalam Mughniiy Adh Dhu’afa dimana ia berkata “Imam tetapi ia lemah karena sering melakukan kesalahan” [Al Mughniiy no 3944]

Abul Qaasim Al Azhaariy berkata “Ibnu Baththah dhaif dhaif bukanlah hujjah”. Al Khatib ketika mengomentari salah satu hadis Ibnu Baththah berkata “hadis ini bathil dari hadis Malik dan bathil dari hadis Mush’ab darinya dan bathil dari hadis Al Baghaawiy dari Mush’ab, maudhu’ dengan sanad ini dan yang bertanggung jawab atasnya adalah Ibnu Baththah” [Tarikh Baghdad Al Khatib 10/373]. Sawaadah bin Salamah tidak ditemukan biografinya sehingga kedudukannya majhul.

Berdasarkan pembahasan di atas maka kita dapat melihat sepintas bagaimana metode Nashibi itu dalam berhujjah dengan hadis. Metode Nashibi itu dalam mengutip hadis itu ada tiga macam yaitu

  1. Menukil tanpa sanad, kemudian berhujjah dengannya seolah-olah itu riwayat shahih
  2. Menukil tanpa sanad dan mengutip perkataan salah satu ulama yang menshahihkannya
  3. Menukil tanpa sanad dan tahu bahwa hadis itu lemah tetapi tetap dijadikan hujjah karena Syiah juga berhujjah dengan hadis lemah.

Metode seperti ini adalah kebiasaan yang sering dilakukan oleh sebagian penganut Syiah dalam berdiskusi. Tentu saja kebiasaan seperti ini tidak bermanfaat dan faktanya menghasilkan kesan bahwa penganut Syiah sering berhujjah dengan hadis dhaif. Hal ini disebabkan tidak setiap ulama benar dalam menshahihkan hadis.

Tetapi ada kebiasaan yang jauh lebih aneh yaitu kebiasaan yang dilakukan nashibi si mulut “Syiah Dajjal”. Orang ini suka menuduh penganut Syiah berdusta ketika menukil hadis padahal metode tulisannya tidak jauh berbeda dengan metode penganut Syiah. Kalau dalam bahasa awam itu namanya “tidak tahu malu” atau “gak nyadar kali ya”.

Mungkin nashibi itu beralasan bahwa yang ia lakukan adalah demi membantah Syiah. Nah itu berarti bahwa kualitas nashibi itu sendiri tidaklah berbeda dengan Syiah yang ia cela atau ia tuduh “Syiah Dajjal”. Jika Syiah berhujjah dengan hadis dhaif maka apa ia akan berhujjah dengan hadis dhaif pula. Jika begitu apa bedanya dalil Syiah dan dalil yang ia gunakan. Bagaimana mungkin dikatakan boleh berhujjah dengan hadis dhaif asalkan digunakan untuk membantah Syiah yang berhujjah dengan hadis dhaif?.

Sudah jelas siapapun orangnya apakah Sunni atau Syiah, berhujjah dengan hadis dhaif adalah keliru. Kalau ia menganggap metode dirinya benar maka Syiahpun juga benar. Jika Syiah berdusta maka apa ia akan ikut berdusta pula. Bagaimana mungkin dikatakan dibolehkan berdusta asalkan digunakan untuk membantah kedustaan Syiah?.

Kami tekankan bahwa kami tidak ada masalah dengan siapapun yang mau membela Ahlus Sunnah dan membantah Syiah ataupun sebaliknya tetapi harus diingat bahwa jangan sampai kebablasan dalam membantah sehingga memakai akhlak yang buruk dan lisan yang kotor. Apalagi jika lisan kotor tersebut diimbaskan juga pada orang lain yang bukan Syiah.  Dan yang paling menjijikkan adalah menjustifikasi lisan kotor-nya dengan mengatasnamakan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Semoga Allah SWT melindungi kita dari keburukan yang seperti ini. Salam Damai

13 Tanggapan

  1. Tulisan dengan analisa yang cemerlang, jadi penasaran dalam membuat tulisan seperti ini apakah dibuat oleh seorang J Algar atau tim SP? dan saya rasa sebelum J Algar menerbitkan tulisan pastinya tulisan tersebut sudah diverifikasi oleh ahlinya atau tim SP, benar ga?

  2. Ada komentar lucu dari Nashibi si mulut “Syiah Dajjal”. Ia mengatakan hadis pertama riwayat Ahmad diatas adalah shahih menurut Syaikh Ahmad Syakir yang katanya adalah ahli hadis favorit kaum Syiah.

    Kami katakan : ini jawaban tidak bernilai yang dilontarkan oleh orang yang tidak berniat mencari kebenaran. Nyata bagi kita semua bahwa nashibi ini memang tidak berazazkan pada kebenaran dalam membuat suatu tulisan. Seperti yang kami katakan Syiah ya Syiah, jika mereka keliru maka silakan diluruskan tetapi faktanya para nashibi menuduh Syiah sebagai pendusta, hipokrit blablabla dan tuduhan miring lainnya. Aneh bin ajaib nashibi itu malah memfotokopi cara Syiah berhujjah. Intinya ya nashibi itu kedudukannya tidak lebih dari pendusta, hipokrit blablabla dan tuduhan miring lain yang ia sematkan pada Syiah. Bukankah tulisan “Syiah Dajjal” itu ia buat sebagai hujjah bagi dirinya hujjah bagi justifikasi panggilan “Syiah Dajjal” miliknya lantas maka mengapa ia tidak berhujjah dengan metode yang benar sesuai dengan kaidah ilmu hadis.

    Kedua, nashibi itu mengatakan hadis tersebut memiliki banyak syawahid dan menurutnya ia hanya mengambil asal kata “Syiah Dajjal” dari hadis tersebut dan tidak mengambil akidah atau keyakinan dari hadis tersebut.

    Kami katakan : ucapannya hadis itu memiliki banyak syawahid adalah ucapan tidak berguna. Bukankah ia bertujuan mengambil asal kata “Syiah Dajjal” dari hadis tersebut. Kalau begitu ya silakan bawakan syawahid hadis yang memuat lafaz Syiah Dajjal. Dan yang paling lucu adalah ucapannya ia tidak mengambil akidah atau keyakinan dari hadis tersebut. Ya ini perkataan gak nyambung, silakan ia lihat kembali tulisannya bukankah ia mengatasnamakan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] seolah-olah perkataan “Syiah Dajjal” itu asal katanya diucapkan oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

    Mengatasnamakan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bukan perkara sembarangan, orang yang tahu ilmunya mereka tidak akan bicara sembarangan mereka akan bicara sesuai dengan kaidah ilmu hadis. Dan jika mereka ternyata keliru maka mereka akan meralat atau merujuk pendapatnya, itulah akhlak para penuntut ilmu dan pencari kebenaran.

    Berbeda dengan halnya para nashibi, akhlak mereka adalah hipokrit jika ada hadis menguatkan hawa nafsu mereka ya mereka ambil dan mereka bermudah-mudahan dalam berhujjah dengan hadis tetapi sebaliknya jika lawan mereka bermudah-mudahan dalam berhujjah dengan hadis maka akan mereka tuduh dengan tuduhan miring. See see see hipokrit. Jika mereka dibuktikan keliru maka mereka akan mencari-cari alasan berdalih membuat pembelaan menjustifikasi dirinya bahkan mungkin menuduh atau mencela orang yang mengkritik mereka. See see see hipokrit.

    Kemudian nashibi si mulut “Syiah Dajjal” itu sambil tertawa-tawa mengutip hadis Ya’qub Al Fasawiy yang menurutnya menguatkan hadis Huzaifah riwayat Ibnu Asakir yang ia kutip sebelumnya

    حدثنا ابن نمير حدثنا محمد بن الصلت حدثنا منصور بن أبي الأسود عن الأعمش عن زيد بن وهب عن حذيفة قال: من كان يحب وخرج الدجال تبعه، فأن مات قبل أن يخرج آمن به في قبره

    Kami heran apakah yang bersangkutan ini memang tidak paham bahasa arab atau ada yang salah dengan setelan otaknya. Riwayat Ya’qub Al Fasawiy matannya berbeda dengan riwayat Ibnu Asakir. Riwayat Ya’qub jika diterjemahkan adalah sebagai berikut
    Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ash Shalt yang berkata telah menceritakan kepada kami Manshur bin Abil Aswaad dari A’masyi dari Zaid bin Wahb dari Huzaifah yang berkata “barang siapa yang mencintai dan Dajjal keluar maka ia akan mengikutinya dan jika ia wafat sebelum Dajjal keluar maka ia akan mengimaninya dari dalam kuburnya”.

    Lafaz riwayat Ya’qub disini ada yang hilang dan keseluruhan teksnya adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Ya’qub Al Fasawiy setelahnya

    وهذا مما يستدل على ضعف حديث زيد كيف يقول في الحديث الأول: إن أخرج الدجال تبعه من كان يحب عثمان

    Dan ini sebagai bukti kelemahan hadis Zaid sebagaimana yang disebutkan dalam hadis yang pertama ” Jika Dajjal keluar maka akan mengikutinya orang-orang yang mencintai Utsman”
    Jadi riwayat Ya’qub Al Fasawiy itu sebenarnya berbunyi “dari Zaid bin Wahb bahwa Huzaifah berkata “barang siapa yang mencintai Utsman dan Dajjal keluar maka ia akan mengikutinya dan jika ia wafat sebelum Dajjal keluar maka ia akan mengimaninya dari dalam kuburnya”. Riwayat ini dilemahkan oleh Ya’qub Al Fasawiy sebagaimana yang kami kutip

    Sedangkan riwayat Ibnu Asakir sebelumnya Huzaifah berkata “Demi Yang jiwaku ada ditanganNya, tidak akan mati seseorang yang dalam hatinya ada kecintaan terhadap pembunuhan Utsman kecuali ia mengikuti Dajjal jika ia menemuinya dan jika ia tidak menemuinya maka ia akan mengimaninya di dalam kuburnya”. Para pembaca yang bisa membaca pasti akan tahu bahwa riwayat Al Fasawiy dan riwayat Ibnu Asakir itu berbeda.

    Ada komentar menarik yang dilontarkan Farid “Ibnu Battah is fine, the problem is majhool narator”. Lucu sekali, kalau tidak salah ingat dulu Farid ini adalah orang yang mati-matian melemahkan riwayat Abu Balj jika tafarrud padahal telah tsabit tautsiq terhadapnya dan tidak tsabit jarh terhadap Abu Balj. Tetapi sekarang ketika Ibnu Battah walaupun terdapat ulama yang menta’dilnya tetapi sebagaimana yang kami nukil telah tsabit jarh terhadapnya dimana ia sering salah dan ada yang mengatakan dhaif dhaif bahkan ada yang mengatakan tertuduh meriwayatkan hadis maudhu’, ia malah mengatakan “is fine”. Bukankah ini inkonsistensi yang sangat nyata sekali. Mungkin karena Abu Balj meriwayatkan hadis yang tidak sesuai hawa nafsunya maka ia dilemahkan sedangkan Ibnu Battah meriwayatkan hadis yang sesuai hawa nafsunya maka ia dianggap “is fine”. Kalau orang lain dengan mudahnya ia tuduh “inkonsisten” tetapi padahal dirinya sendiri yang “inkonsisten”

  3. @Ays
    Terimakasih komentarnya, kalau tim SP sih sudah melalangbuana atau kembali ke kampung halaman atau merantau ke negri antah berantah :mrgreen:

  4. Kalo begitu jadikan buku saja bro Sp. Saya pesan 2.. Saya termasuk penggemar berat anda..

  5. kutip
    ” Tidak hanya penganut Syiah yang mendapat panggilan seperti ini, orang yang bukan penganut Syiah seperti kami pun pernah mendapat panggilan seperti ini”

    seriyus lo boss, kalo elo bukan syiah.

    koq banyak orang ga mau dinisbatin ke syiah sich, emangnya syiah sesat ye?

  6. kutip
    “Kami tidak peduli dengan hadis Syiah yang ia nukil, itu di luar kompetensi kami untuk mengomentarinya”

    boss yang gw tangkep dari statement elo bahwasannya hadits dari syiah itu bermasalah ye, jadi ga perlu dikomentarin ye?

  7. hihihi emang syiah itu islam? sejak kapan ya? 😀

  8. […] berikut adalah tulisan Secondprince. Selamat […]

  9. Bagus artikelnya,,teruskan bongkar LISAN PARA NASHIBI PENDUSTA.

  10. Bongkar nasibhi munkar dgn menggunakan hdisnya sendiri. Yah kena batunya.

  11. SP menulis

    “Tidak hanya penganut Syiah yang mendapat panggilan seperti ini, orang yang bukan penganut Syiah seperti kami pun pernah mendapat panggilan seperti ini.”

    Anda terlalu kelihatan kepura-puraannya sih. Saya tanya siapa imam anda yang terakhir, tapi anda ngga berani jawab atau jangan-jangan malah ngga tahu identitasnya.

    Soal syiah ngga tahu siapa imam mereka sih bukan barang baru. Boro-boro mereka tahu imam ada 12, siapa imam berikutnya saja sahabat imam berbeda pendapat. Yang jaman sekarang saja yang sok tahu.

    Banyak-banyak baca buku ulama syiah deh agar tahu sejarah suksesi imam syiah seperti apa OK

  12. Skali2 buat artikel ttg Freemason dong biar Islam tahu siapa musuh yg sebenarnya, oh iya buat juga ttg Illuminati. Makasih sbelumnya.. Artikel yg bagus:D

Tinggalkan komentar