Benarkah Ketenangan Ada Pada Lisan Umar bin Khaththab?

Benarkah Ketenangan Ada Pada Lisan Umar bin Khaththab?

Tulisan kali ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya yang membahas atsar Imam Ali bahwa para sahabat Nabi mengatakan “ketenangan ada pada Lisan Umar”. Telah kami buktikan bahwa atsar ini kedudukannya dhaif dengan keseluruhan jalan-jalannya. Kali ini kami akan membahas matan atsar tersebut dan membuktikan bahwa atsar tersebut keliru. Para sahabat banyak yang tidak tenang dengan lisan Umar bin Khaththab.

Asma’ binti Umais termasuk salah seorang sahabat Nabi yang pernah marah dan tidak tenang atas perkataan [lisan] Umar bin Khaththab sampai-sampai ia mengadukannya kepada Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Hal ini diriwayatkan dalam Shahih Muslim

قال فدخلت أسماء بنت عميس وهي ممن قدم معنا على حفصة زوج النبي صلى الله عليه و سلم زائرة وقد كانت هاجرت إلى النجاشي فيمن هاجر إليه فدخل عمر على حفصة وأسماء عندها فقال عمر حين رأى أسماء من هذه ؟ قالت أسماء بنت عميس قال عمر الحبشية هذه ؟ البحرية هذه ؟ فقالت أسماء نعم فقال عمر سبقناكم بالهجرة فنحن أحق برسول الله صلى الله عليه و سلم منكم فغضبت وقالت كلمة كذبت يا عمر كلا والله كنتم مع رسول الله صلى الله عليه و سلم يطعم جائعكم ويعظ جاهلكم وكنا في دار أو في أرض البعداء البغضاء في الحبشة وذلك في الله وفي رسوله وايم الله لا أطعم طعاما ولا أشرب شرابا حتى أذكر ما قلت لرسول الله صلى الله عليه و سلم ونحن كنا نؤذى ونخاف وسأذكر ذلك لرسول الله صلى الله عليه و سلم وأسأله ووالله لا أكذب ولا أزيغ ولا أريد على ذلك قال فلما جاء النبي صلى الله عليه و سلم قالت يا نبي الله إن عمر قال كذا وكذا فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ليس بأحق بي منكم وله ولأصحابه هجرة واحدة ولكم أنتم أهل السفينة هجرتان

Asma’ binti Umais dan ia termasuk yang datang bersama kami, masuk ke rumah Hafshah istri Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan ia juga pernah hijrah ke tempat Raja Najasyiy maka masuklah Umar menemui Hafshah dan Asma’ ada disisinya. Ketika melihat Asma’, Umar berkata “siapa ini?”. Ia berkata “Asma’binti Umais”. Umar berkata “apakah ia ikut hijrah ke Habsyah?”. Asma’ berkata “benar”. Umar berkata “kalau begitu kami lebih berhak terhadap Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dari pada kalian”. Asma’ menjadi marah dan berkata “engkau berdusta wahai Umar, demi Allah kalian bersama Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], Beliau memberi makan orang yang lapar diantara kalian dan memberi nasehat pada orang yang tidak mengerti diantara kalian sedangkan kami berada di tanah yang jauh dan penuh tantangan di Habsyah dan itu karena Allah dan Rasul-Nya, demi Allah aku tidak akan makan dan minum sebelum melaporkan hal ini kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] karena kami merasa dihina dan dicemaskan. Demi Allah aku tidak berdusta dan tidak mengada-ada, ketika Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] datang Asma’ berkata “wahai Rasulullah, Umar berkata begini dan begitu”. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “ia tidaklah lebih berhak dari kalian terhadapku, ia dan sahabatnya hijrah satu kali sedangkan kalian ahlu safiinah hijrah dua kali” [Shahih Muslim no 2503]

Hadis diatas menunjukkan bahwa lisan [perkataan] Umar telah membuat Asma’ binti Umais marah dan menuduhnya dusta sehingga Asma’ mengadukan perkataan Umar kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Ternyata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengingkari apa yang diucapkan Umar [radiallahu ‘anhu] dan membela Asma’ binti Umais. Hadis di atas termasuk dalil yang menunjukkan bahwa “ketenangan ada pada lisan Umar” adalah keliru.

عن ابن عباس قال لما حضر رسول الله صلى الله عليه و سلم وفي البيت رجال فيهم عمر ابن الخطاب فقال النبي صلى الله عليه و سلم ( هلم أكتب لكم كتابا لا تضلون بعده ) فقال عمر إن رسول الله صلى الله عليه و سلم قد غلب عليه الوجع وعندكم القرآن حسبنا كتاب الله فاختلف أهل البيت فاختصموا فمنهم من يقول قربوا يكتب لكم رسول الله صلى الله عليه و سلم كتابا لن تضلوا بعده ومنهم من يقول ما قال عمر فلما أكثروا اللغو والاختلاف عند رسول الله صلى الله عليه و سلم قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( قوموا ) قال عبيدالله فكان ابن عباس يقول إن الرزية كل الرزية ما حال بين رسول الله صلى الله عليه و سلم وبين أن يكتب لهم ذلك الكتاب من اختلافهم ولغطهم

Dari Ibnu Abbas yang berkata “Ketika ajal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sudah hampir tiba dan di dalam rumah beliau ada beberapa orang diantara mereka adalah Umar bin Khattab. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “berikan kepadaku, aku akan menuliskan untuk kalian wasiat, agar kalian tidak sesat setelahnya”. Kemudian Umar berkata “sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dikuasai sakitnya dan di sisi kalian ada Al-Qur’an, cukuplah untuk kita Kitabullah” kemudian orang-orang di dalam rumah berselisih pendapat. Sebagian dari mereka berkata, “berikan apa yang dipinta Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam Agar beliau menuliskan bagi kamu sesuatu yang menghindarkan kamu dari kesesatan”. Sebagian lainnya mengatakan sama seperti ucapan Umar. Dan ketika keributan dan pertengkaran makin bertambah di hadapan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau berkata “menyingkirlah kalian” Ubaidillah berkata Ibnu Abbas selalu berkata “musibah yang sebenar-benar musibah adalah penghalangan antara Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan penulisan wasiat untuk mereka disebabkan keributan dan perselisihan mereka” [Shahih Muslim no 1637]

Hadis Ibnu Abbas diatas tentang “musibah hari kamis” menunjukkan bahwa lisan [perkataan] Umar [radiallahu ‘anhu] telah memicu keributan dan perselisihan diantara sahabat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Sebagian dari sahabat Nabi mengikuti ucapan Umar dan sebagian lain ingin memenuhi permintaan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Keributan inilah yang membuat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] tidak suka dan menyebabkan terhalangnya penulisan wasiat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ ، عْن أَبِيهِ أَسْلَمَ ؛ أَنَّهُ حِينَ بُويِعَ لأَبِي بَكْرٍ بَعْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، كَانَ عَلِيٌّ وَالزُّبَيْرُ يَدْخُلاَنِ عَلَى فَاطِمَةَ بِنْتِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، فَيُشَاوِرُونَهَا وَيَرْتَجِعُونَ فِي أَمْرِهِمْ ، فَلَمَّا بَلَغَ ذَلِكَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ خَرَجَ حَتَّى دَخَلَ عَلَى فَاطِمَةَ ، فَقَالَ : يَا بِنْتَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، وَاللهِ مَا مِنْ الْخَلْقِ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيْنَا مِنْ أَبِيك ، وَمَا مِنْ أَحَدٍ أَحَبَّ إِلَيْنَا بَعْدَ أَبِيك مِنْك ، وَأَيْمُ اللهِ ، مَا ذَاكَ بِمَانِعِيَّ إِنَ اجْتَمَعَ هَؤُلاَءِ النَّفَرُ عِنْدَكِ ، أَنْ آمُرَ بِهِمْ أَنْ يُحَرَّقَ عَلَيْهِمَ الْبَيْتُ قَالَ : فَلَمَّا خَرَجَ عُمَرُ جَاؤُوهَا ، فَقَالَتْ : تَعْلَمُونَ أَنَّ عُمَرَ قَدْ جَاءَنِي ، وَقَدْ حَلَفَ بِاللهِ لَئِنْ عُدْتُمْ لَيُحَرِّقَنَّ عَلَيْكُمَ الْبَيْتَ ، وَأَيْمُ اللهِ ، لَيَمْضِيَنَّ لِمَا حَلَفَ عَلَيْهِ ، فَانْصَرِفُوا رَاشِدِينَ  فَرُوْا رَأْيَكُمْ ، وَلاَ تَرْجِعُوا إِلَيَّ ، فَانْصَرَفُوا عنها ، فَلَمْ يَرْجِعُوا إِلَيْهَا ، حَتَّى بَايَعُوا لأَبِي بَكْرٍ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr yang berkata telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Umar telah menceritakan kepada kami Zaid bin Aslam dari Aslam Ayahnya yang berkata bahwasanya ketika bai’at telah diberikan kepada Abu Bakar sepeninggal Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], Ali dan Zubair masuk menemui Fatimah binti Rasulullah, mereka bermusyawarah dengannya mengenai urusan mereka. Ketika berita itu sampai kepada Umar bin Khaththab, ia bergegas keluar menemui Fatimah dan berkata ”wahai Putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] demi Allah tidak ada seorangpun yang lebih kami cintai daripada Ayahmu dan setelah Ayahmu tidak ada yang lebih kami cintai dibanding dirimu tetapi demi Allah hal itu tidak akan mencegahku jika mereka berkumpul di sisimu untuk kuperintahkan agar membakar rumah ini tempat mereka berkumpul”. Ketika Umar pergi, mereka datang dan Fatimah berkata “tahukah kalian bahwa Umar telah datang kepadaku dan bersumpah jika kalian kembali ia akan membakar rumah ini tempat kalian berkumpul. Demi Allah ia akan melakukan apa yang ia telah bersumpah atasnya jadi pergilah dengan damai, simpan pandangan kalian dan janganlah kalian kembali menemuiku”. Maka mereka pergi darinya dan tidak kembali menemuinya sampai mereka membaiat Abu Bakar [Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 14/567 no 38200 dengan sanad shahih]

Riwayat diatas menunjukkan lisan [perkataan] Umar [radiallahu ‘anhu] kepada Sayyidah Fathimah [‘alaihis salaam] yang berupa ancaman membakar rumah ahlul bait. Perkataan Umar inilah yang membuat Sayyidah Fathimah khawatir dan meminta agar orang-orang tersebut tidak berkumpul di rumahnya. Jadi sangat tidak mungkin kalau Ahlul Bait berkata “ketenangan ada pada lisan Umar”. Apa ada ketenangan jika ada yang mengancam membakar rumah anda?.

أخبرني أبو بكر محمد بن أحمد المزكي بمرو حدثنا عبد الله بن روح المدايني حدثنا يزيد بن هارون أنبأ هشام بن حسان عن محمد بن سيرين عن أبي هريرة رضى الله تعالى عنه قال قال لي عمر يا عدو الله وعدو الإسلام خنت مال الله قال قلت لست عدو الله ولا عدو الإسلام ولكني عدو من عاداهما ولم أخن مال الله ولكنها أثمان أبلي وسهام اجتمعت قال فأعادها علي وأعدت عليه هذا الكلام قال فغرمني اثني عشر ألفا قال فقمت في صلاة الغداة فقلت اللهم اغفر لأمير المؤمنين فلما كان بعد ذلك أرادني على العمل فأبيت عليه فقال ولم وقد سأل يوسف العمل وكان خيرا منك فقلت أن يوسف نبي بن نبي بن نبي بن نبي وأنا بن أميمة وأنا أخاف ثلاثا واثنتين قال أولا تقول خمسا قلت لا قال فما هن قلت أخاف أن أقول بغير علم وأن أفتي بغير علم وأن يضرب ظهري وأن يشتم عرضي وأن يؤخذ مالي بالضرب هذا حديث بإسناد صحيح على شرط الشيخين ولم يخرجاه

Telah mengabarkan kepadaku Abu Bakar Muhammad bin Ahmad Al Muzakkiy di Marwa yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Rawh Al Madainiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun yang berkata telah memberitakan kepada kami Hisyaam bin Hasan dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah yang berkata Umar berkata kepadaku “wahai Musuh Allah dan musuh Islam, engkau telah mengkhianati harta Allah. Aku berkata “aku bukan Musuh Allah dan juga bukan musuh Islam tetapi aku adalah musuh siapapun yang memusuhi keduanya, aku pun tidak mengkhianati harta Allah. Harta itu adalah hasil penjualan unta-untaku dan sejumlah harta yang aku kumpulkan. Ia [Umar] berkata “kembalikanlah” dan aku mengulangi perkataan yang tadi. [Abu Hurairah] berkata “maka ia mengambil dariku dua belas ribu [dirham]. [Abu Hurairah] berkata “maka aku mendirikan shalat malam dan berdoa “Ya Allah, ampunilah amirul mukminin”. Suatu ketika setelah peristiwa itu ia memintaku untuk bertugas dan aku menolaknya. Ia [Umar] berkata “bukankah sungguh telah bertugas Yusuf dan ia lebih baik darimu”. Aku [Abu Hurairah] berkata “Yusuf adalah Nabi anak Nabi anak Nabi anak Nabi sedangkan aku adalah anak Umaimah dan aku takut tiga dan dua”. Ia [Umar] berkata “kenapa tidak engkau katakan lima?”. Aku [Abu Hurairah] berkata “tidak”. Umar berkata “apakah itu?” Aku [Abu Hurairah] berkata “aku takut berbicara tanpa ilmu, berfatwa tanpa ilmu, punggungku dicambuk, harga diriku dicela dan hartaku diambil dengan paksa”. Al Hakim berkata “hadis ini sanadnya shahih sesuai dengan syarat Bukhari Muslim tetapi mereka tidak mengeluarkannya” [Al Mustadrak Ash Shahihain juz 2 no 3327]

Riwayat di atas menunjukkan bahwa lisan [perkataan] Umar [radiallahu ‘anhu] telah menuduh Abu Hurairah sebagai musuh Allah dan musuh Islam. Abu Hurairah menolak pernyataan itu dan mengakui kalau harta itu adalah miliknya. Umar menolak perkataan Abu Hurairah dan mengambil paksa hartanya. Abu Hurairah jelas tidak menyetujui lisan dan tindakah Umar sehingga ia berdoa memintakan ampun untuk Umar dan menolak ketika Umar memintanya bekerja kembali. Nampak dalam alasan Abu Hurairah adalah isyarat bahwa ia tidak ingin harga dirinya dicela dan hartanya diambil secara paksa. Apakah ada ketenangan jika ada yang menuduh anda musuh Allah dan musuh islam bahkan menuduh anda mengkhianati harta Allah?

Riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa matan atsar “ketenangan ada pada lisan Umar” adalah mungkar karena bertentangan dengan kabar shahih. Hal ini menjadi penguat bahwa atsar tersebut kedudukannya dhaif. Nashibi yang mati-matian membela atsar tersebut hanya membuktikan kalau mereka ghuluw terhadap sahabat Umar bin Khaththab [radiallahu ‘anhu]. Aneh tapi nyata, itulah Nashibi. Salam damai

17 Tanggapan

  1. Mantap bro!
    Semoga Allah memberkahi anda..

  2. Menyimak..

  3. boss, elo kan gi ngomongin sahabat yang udah dipastiin masuk surga

    emangnye keliatan keren ye?

  4. Ga nyangka begitu ya kelakuan si Umar Kotop

  5. Astaghfirullohal’adiim…….kita hidup di akhir zaman yang sangat jauh dari kehidupan beliau para shahabat R.Anhum…yang telah berjuang meneruskan risalah Baginda Rasulullah SAW….masih berani sibuk mencaci maki, apakah ada jaminan iman dan amal kita lebih baik daripada mereka…….ingat saudara…lebih baik kita berusaha untuk memperbaiki diri kita yang yang masih jauh dari standar ideal orang beriman…….daripada sibuk kepada hal hal yang tidak memberikan kemanfaatan bagi kemaslahatan Ummat Islam………mereka para shahabat sudah ada jaminan sorga,….sedangkan kita ??????

  6. makanyeee, si bung SP kagak mau jawab pertanyaan2 ente…krn prtanyaannya pd jaka sembung alias kagak nyambung, SP pake dalil yg nanye main jeplak aja…

  7. yang pasti, ente yang bikin kagak tenang.
    gak tahu diri, pengen di akui !

  8. siapa yang jamin sahabat masuk surga? yang lari dari bukuit uhud dan tidak taat Rasulullah itu sahabat bukan? sedangkan istri dan anak Nabi saja tidak dijamin, kita renungi kisah Nabi Nuh as. Peace

  9. kutip boss haidar nyang syiah
    “sedangkan istri dan anak Nabi saja tidak dijamin”
    ok noted boss, kalo istri dan anak nabi tidak dijamin, trus kenape elo nyang syi’i selalu koar2 ahlul bayt nyang katenye ga dijamin

    parah lo boss durhaka banget
    -dasar bocah syiah durhaka-

  10. @haidar
    Menurut hadits tsb yang menjamin adalah Nabi.
    Selama anda tidak bisa membuktikan hadits tsb tidak benar (sanad & matan), maka tetap yang menjamin adalah Rasulullah saw. Kalau subjektivitas anda menolak itu bukanlah hujjah.

    @tanyasyiah

    Cercaan dan caci maki tsb merujuk/mencontoh kepada siapa?
    Cercaan tidaklah menunjukkan apa2, selain menunjukkan kotornya mulut dan hati sang pencerca.

    salam.

  11. kutip boss TS08
    “Cercaan dan caci maki tsb merujuk/mencontoh kepada siapa?”
    merujuk ke bocah2 syiah di blog gw http://tanyasyiah.wordpress.com/ dengan judul gonggongan rafidog

    kutip boss TS08
    “Cercaan tidaklah menunjukkan apa2, selain menunjukkan kotornya mulut dan hati sang pencerca”
    betul tuh boss, syiah emang kotor mulutnye suka mencerca abu bakr ama umar

    boss TS08 tanya dong, kalo orang nyang mencerca abu bakr ama umar, sesat ga? trus kena laknat ga?

  12. @tanyasyiah
    hehehe.. jadi karena dicaci maka balas mencaci tohh..
    yang penting ini semua tidak dinisbahkan kepada ajarannya/mazhabnya. Karena jika anda menganggap orang syiah mencaci sahabat maka ajaranya yang memerintahkan, maka sama juga donk orang syiah bisa mengatakan bahwa sunni mengajarkan mencaci.
    Nahh jika anda ingin tahu ajaran syiah tentang apa telah dilakukan para pencaci maka inlah fatwa dari Ulama Syiah:

    Hal itu tertera dalam jawaban atas istifta’ (permohonan fatwa) yang diajukan oleh sejumlah ulama dan cendekiawan Ahsa, Arab Saudi, menyusul penghinaan yang akhir-akhir ini dilontarkan seorang pribadi tak terpuji bernama Yasir al-Habib yang berdomisili di London terhadap istri Nabi, Aisyah. Para pemohon fatwa menghimbau kepada Sayid Khamenei menyampaikan pandangannya terhadap “penghujatan jelas dan penghinaan berupa kalimat-kalimat tak senonoh dan melecehkan terhadap istri Rasul saw., Aisyah.”

    Menjawab hal itu, Khamenei mengatakan, “…diharamkan melakukan penghinaan terhadap (tokoh-tokoh yang diagungkan) ahlusunah waljamaah apalagi melontarkan tuduhan terhadap istri Nabi saw. dengan perkataan-perkataan yang menodai kehormatannya, bahkan tindakan demikian haram dilakukan terhadap istri-istri para nabi terutama penghulu mereka Rasul termulia.”

    lengkapnya bisa lihat di:

    Fatwa Sayid Khamene’i Larangan Mencaci Sahabat dan Simbol-Simbol Ahlussunnah


    Nahh kalau syiah sudah lebih maju dalam menyikapi caci mencaci, bagaimana dengan sunni apakah sudah ada hukum/fatwanya di sunni? Atau sunni (seperti salafy) menghalalkan segalanya dalam menghadapi syiah)? setahu saya sih tidak, hanya sunni kelas kacang yang tertarik meladeni caci maki oknum syiah.

    Jadi saya pikir (saya tidak sedang mewakili umat syiah lhoo), fatwa Imam Ali Khamenei sudah cukup jelas dan tegas. Hanya banyak sunni yang ndablek yang tidak bisa melihat dengan jujur mana ajaran syiah mana perilaku syiah. Hampir semua tuduhan2 sunni terhadapa syiah sudah clear di level ulama2nya, namun masih diulang2 dan dipermasalahkan di level grass root (mungkin karena hasut wahabi kepada sunni, dan karena mulut2 pencaci dari oknum syiah).

    salam

  13. @tanyasyiah
    Jadi pertanyaan2 anda tentang apa2 yang dilakukan oleh oknum kemudian disejajarkan dengan ajarannya itu adalah sesuatu yang ngawur. Karena jika anda menyetujui itu maka anda serta merta harus menyetujui bahwa sunni adalah satu mazhab sesat dalam islam karena menganjurkan umatnya untuk membakar rumah dan menyembelih/membunuh manusia yang menjadi musuhnya walaupun tidak dalam perang. Bom umat islam, membakar manusia dll. Rasa2nya jelas Rasulullah melarang itu semua.
    Saya yakin sunni juga tidak mau dikotori oleh oknumnya yang berbuat salah/sesat.
    Sayangnya ada yang gembira dengan kondisi ini.

    salam.

  14. @tanyasyiah

    Ayatullah Makarim Syirazi: “Yasser Al Habib itu Tidak Tahu Apa-apa, dan Wahabi Lebih Bodoh Lagi”

    Pribadi ini (Yasser Al Habib) memang tidak tahu apa-apa, atau memang sedang tidak waras, namun lebih bodoh dari itu adalah ulama-ulama Wahabi yang bersandar dengan ucapan-ucapan Yasser dengan mengatakan, “Syiah telah menampakkan hakekat aslinya.” Ini menunjukkan mereka berdalil dengan sesuatu yang tidak logis sebab hanya menyandarkan pendapatnya pada satu orang yang tidak dikenal, dan tidak bersandar pada pendapat ulama-ulama Syiah lainnya. Saya menulis sekitar 140 kitab mengenai aqidah, tafsir, dan ilmu-ilmu lainnya dan tidak satupun dalam kitab saya, saya menulis penghinaan terhadap istri Nabi, sementara Yasser tidak menghasilkan karya apapun dan berbicara tanpa sanad.

    salam

  15. boss TS08 kan gw tanya
    “boss TS08 tanya dong, kalo orang nyang mencerca abu bakr ama umar, sesat ga? trus kena laknat ga?”
    gampang koq jawabnye sesat ataw ga sesat

    kalo gw kan cuma tulis
    “-dasar bocah syiah durhaka-”
    eh elo malah nyamber

    kutip boss TS08
    “Cercaan tidaklah menunjukkan apa2, selain menunjukkan kotornya mulut dan hati sang pencerca”

    tapi giliran seekor rafidhi nyang ngemeng
    kutip boss TS08
    “Pribadi ini (Yasser Al Habib) memang tidak tahu apa-apa, atau memang sedang tidak waras”
    ga dibilang kotornya mulut dan hati sang pencerca
    jangan2 kalo dibilang kotornya mulut dan hati sang pencerca, ntar elo tersinggung ye boss, karena lebih ringanan “memang tidak tahu apa-apa” (kalo terang2an nanti ketauan, taqiyah aje, dasar emang ga faqih)

    boss kalo gw liat di tanggal keluarnye fatwa ntu di 4 Syawal 1431 H
    logika gw kalo sebelum tanggal 4 Syawal 1431 H boleh mencaci maki dong? pegimane tuh boss, mohon saran dari master syiah

    kutip boss TS08
    “Nahh kalau syiah sudah lebih maju dalam menyikapi caci mencaci”
    kalo sebelum maju caci mencacinye kayak gimane boss?

    kutip boss TS08
    “Jadi pertanyaan2 anda tentang apa2 yang dilakukan oleh oknum kemudian disejajarkan dengan ajarannya itu adalah sesuatu yang ngawur”
    jadi pertanyaannye apa2 yang dilakukan oleh oknum syiah ntu ngambil sumber ajaran caci makinye darimane? ape dari ust syiah, ape dari kitab syiah atau ape dari pemuka agamanye syiah?

    kutip boss TS08
    “Pribadi ini (Yasser Al Habib) memang tidak tahu apa-apa, atau memang sedang tidak waras, namun lebih bodoh dari itu”

    ok boss TS08 noted, berarti kalo di kitab2 syiah terdapat penghujatan ke para sahabat berarti tuh pemuka agamanye syiah nyang nulis kitab ntu tidak tahu apa-apa, atau memang sedang tidak waras, namun lebih bodoh dari itu

    boss TS08, elo syiah bukan?

  16. @tanyasyiah

    “boss TS08 tanya dong, kalo orang nyang mencerca abu bakr ama umar, sesat ga? trus kena laknat ga?”
    gampang koq jawabnye sesat ataw ga sesat

    Oooo..kalau cap mencap sesat, kafir dll, saya tidak pernah tertarik (karena bukan kapasitas saya). Sebaiknya anda merujuk kepada kepada ulama syiah (sebagaimana yang saya kutip) dan rasa2nya sudah clear dan jelas, kecuali anda memang berminat untuk memperkarakan bukan untuk mengklarifikasi.. 🙂
    kalo gw kan cuma tulis

    “-dasar bocah syiah durhaka-”
    eh elo malah nyamber

    Rasa2nya saya masih cukup konsisten tanpa melihat syiah atau sunni dalam mengomentari hal2 seperti ini. Dari copas yang saya kirim mestinya jelas bagi anda bahwa bagaimana pandangan saya kepada syiah yang suka mencaci (maaf kalau anda tidak merasa jelas).. 😉

    “Pribadi ini (Yasser Al Habib) memang tidak tahu apa-apa, atau memang sedang tidak waras”

    Saya tidak melihat ini sebagai caci maki. Itu adalah penilaian yang normal saja. Kalau menurut anda kalimatnya harus bagaimana agar mereka2 dari Wahabi yang merujukkan syiah kepada Yasser al Habib paham bahwa Yasser al Habib bukanlah tempat mereka merujuk/menilai syiah.
    Saya kasi contoh bentuk caci maki, jika beliau mengatakan:
    “Dasar manusia tidak punya otak, dasar gila, sinting.” Semoga bisa paham dan bisa membedakan caci maki dengan penilaian biasa.. 😀

    boss kalo gw liat di tanggal keluarnye fatwa ntu di 4 Syawal 1431 H
    logika gw kalo sebelum tanggal 4 Syawal 1431 H boleh mencaci maki dong? pegimane tuh boss, mohon saran dari master syiah

    Wahh terasa betul negatifnya anda, bagi mereka yang positif berita ini disambut gembira, bahwa ternyata syiah bukanlah seperti yang dipikir olehnya, artinya semakin banyak teman/saudara muslim. Tapi anda mencoba mencari2 cara agar syiah dan sunni tetap bermusuhan (saya sarankan anda memeriksa diri, mengapa anda lebih senang melihat syiah dan sunni tetap bermusuhan).
    Kembali ke pertanyaan anda.
    Jika anda menganggap tanggal keluar fatwa sebagai suatu awal mulai mereka tidak mencaci maki, maka memang anda memang bermasalah dalam memahami hal2 ini. Dan anda katakan itu sebagai logika??..hehehe..:D jangan terburu2.. 😛
    Fatwa itu khan atas permintaan ulama Wahabi krn adanya isu pelecehan.
    Ada banyak fatwa yang dikarenakan masyarakat merasa tidak jelas atas sesuatu maka dikeluarkan, namun itu bukan berarti sejak fatwa keluar maka hukum berlaku. Hukum islam berlaku sejak Rasulullah menyampaikan kepada sahabat. Hukum mencaci maki sudah jelas sejak Rasulullah melarangnya (bukan hanya untuk syiah lhooo.. :P).
    Misalnya jika beberapa orang meminta fatwa hukumnya bunga bank, kemudian MUI mengeluarkan fatwa bahwa bungan bank haram, apakah artinya sebelum keluar fatwa maka bunga bank adalah halal??? (mudah2an ngerti).

    jadi pertanyaannye apa2 yang dilakukan oleh oknum syiah ntu ngambil sumber ajaran caci makinye darimane? ape dari ust syiah, ape dari kitab syiah atau ape dari pemuka agamanye syiah?

    Kembali anda terjebak pada hal2 semu seperti ini. Saya jawab dengan pertanyaan yang mirip:
    Apa2 yang dilakukan oknum sunni ntu ngambil sumber ajaran bakar rumah, membunuh, bom bunuh diri darimane? ape dari ust sunni, ape dari kitab sunni atau dari pemuka agamanye sunni?

    ok boss TS08 noted, berarti kalo di kitab2 syiah terdapat penghujatan ke para sahabat berarti tuh pemuka agamanye syiah nyang nulis kitab ntu tidak tahu apa-apa, atau memang sedang tidak waras, namun lebih bodoh dari itu

    kurang lebih begitu jika di buku itu mencaci maki sahabat.. 🙂

    boss TS08, elo syiah bukan?

    🙂 tujuannya nanya? karena kebanyakan orang nanya sudah dengan pretensi

    Salam

  17. tanya boss , agak diluar topik sedikit, kalau sahabat nabi/teman nabi/kenalan nabi selalu disebutkan ajmain, kenapa kalau tabiin dan tabiut tabiin ngga disebutkan ajmain juga? kalau ya , yazid masuk tabiin apa tabiut tabiin, makasih

Tinggalkan komentar