Anomali Hadis Abu Hurairah : Studi Kritis Kisah Dzulyadain

Anomali Hadis Abu Hurairah : Studi Kritis Kisah Dzulyadain

Hadis yang akan kami bawakan ini tidaklah asing bagi mereka yang sering membaca hadis-hadis Abu Hurairah. Hadis ini menyebutkan kisah dimana Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] pernah lupa dalam shalat dan sahabat Dzulyadain mengingatkan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Hadis ini sering dijadikan hujjah oleh “mereka yang mengkritisi Abu Hurairah” karena dalam hadis ini Abu Hurairah mengaku kalau ia ikut shalat bersama Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] padahal sebenarnya ia tidak hadir dalam shalat tersebut.

أخبرنا ابن قتيبة قال : حدثنا حرملة بن يحيى قال : حدثنا ابن وهب قال : أخبرنا يونس عن ابن شهاب قال : أخبرني سعيد بن المسيب و أبو سلمة بن عبد الرحمن و أبو بكر بن عبد الرحمن بن الحارث بن هشام و عبيد الله بن عبد الله أن أبا هريرة قال : صلى بنا رسول الله صلى الله عليه و سلم الظهر أو العصر فسلم في ركعتين من أحدهما فقال له ذو الشمالين بن عبد عمرو بن نضلة الخراعي حليف بني زهرة : أقصرت الصلاة أم نسيت يل رسول الله ؟ قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ( لم أنس ولم تقصر ) فقال ذو الشمالين : كان بعض ذلك يا رسول الله فأقبل رسول الله صلى الله عليه و سلم على الناس وقال : ( أصدق ذو اليدين ) قالوا : نعم يا رسول الله فقام رسول الله صلى الله عليه و سلم فأتم الصلاة

Telah mengabarkan kepada kami Ibnu Qutaibah yang berkata telah menceritakan kepada kami Harmalah bin Yahya yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb yang berkata telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Ibnu Syihab yang berkata telah mengabarkan kepadaku Sa’id bin Al Musayyab, Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, Abu Bakar bin ‘Abdurrahman bin Al Haarits bin Hisyaam dan Ubaidillah bin ‘Abdullah bahwa Abu Hurairah berkata “kami shalat bersama Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] zhuhur atau ‘ashar kemudian Beliau mengucapkan salam pada rakaat kedua. Berkata Dzu Asy Syamalain bin ‘Abdu ‘Amru bin Nadhlah Al Khuzaa’iy sekutu bani Zahrah “apakah shalat telah diqashar atau anda lupa wahai Rasulullah?”. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “aku tidak lupa dan tidak pula mengqashar”. Dzu Asy Syamalain berkata “telah terjadi sebagian dari itu wahai Rasulullah”. Maka Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] menghadap kearah orang-orang dan berkata “benarkah Dzul yadain?”. Mereka berkata “benar wahai Rasulullah”. Maka Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berdiri dan menyempurnakan shalat [Shahih Ibnu Hibban 6/401 no 2684, Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata “sanadnya shahih dengan syarat Muslim” ]

Hadis  di atas juga diriwayatkan Abu Ya’la dalam Musnad-nya 10/244 no 5860, Ad Darimi dalam Sunan-nya 1/420 no 1497 dan Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya 2/125 no 1042. Dzu Asy Syamalain adalah ‘Umair bin ‘Abdu ‘Amru bin Nadhlah Al Khuza’iy adalah sahabat Nabi yang memeluk islam, mengikuti perang badar dan terbunuh saat perang Badar. Ibnu Sa’ad menyebutkan dalam biografinya bahwa ia adalah Dzulyadain [Thabaqat Ibnu Sa’ad 3/167]. Begitu juga Abu Hatim ia berkata kalau Dzulyadain dalam hadis Abu Hurairah di atas adalah Dzu Asy Syamalain bin ‘Abdu ‘Amru seorang sahabat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] [Al Jarh Wat Ta’dil juz 2 no 2025]

Tentu saja hal ini mengundang kemusykilan. Dzu Asy Syamalain masyhur dalam sejarah kalau ia wafat dalam perang Badar pada tahun 2 H sedangkan Abu Hurairah memeluk islam setelah Khaibar pada tahun 7 H. Az Zuhri setelah meriwayatkan hadis Abu Hurairah ini ia berkata kalau peristiwa ini terjadi sebelum perang Badar [Mushannaf ‘Abdur Razaaq 2/296 no 3441]. Bagaimana mungkin Abu Hurairah yang baru datang kepada Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan memeluk islam pada tahun 7 H, mengaku ikut shalat bersama Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] pada tahun 2 H.

Saudara kami yang Syiah dengan antusias menjadikan hadis ini sebagai bukti kedustaan Abu Hurairah dan tentu saja saudara kami yang salafy lebih antusias membantah syiah dengan mengutip pernyataan para ulama yang mengatakan Dzulyadain bukan Dzu Asy Syamalain tetapi ia adalah Khirbaq.

.

.

Terdapat sebagian ulama [mungkin sebagai solusi atas dilemma Abu Hurairah] memberikan jawaban bahwa Dzulyadain yang dimaksud adalah Khirbaq bukan Dzu Asy Syamalain. Mereka adalah ulama muta’akhirin diantaranya Ibnu Hajar, Ibnu Atsir dan Ibnu Abdil Barr.

Ibnu ‘Abdil Barr berkata bahwa Dzul yadain adalah Khirbaq, dia bukan Dzu Asy Syamalain dari Khuza’ah yang terbunuh saat perang badar karena dalam hadis Abu Hurairah disebutkan bahwa Abu Hurairah ikut shalat bersama Dzulyadain dan Abu Hurairah memeluk islam setelah khaibar maka Dzulyadain yang dimaksud tidak mungkin Dzu Asy Syamalain [dikutip secara makna dari Al Isti’ab 2/475]

Lantas mau dikemanakan riwayat shahih yang menyebutkan kalau Dzulyadain adalah Dzu Asy Syamalain. Ibnu Abdil Barr berkata itu adalah kesalahan dari Az Zuhri. Kami katakan : sungguh menakjubkan betapa mudahnya membantah tetapi mari kita periksa apakah hujjah Ibnu Abdil Barr itu benar. Ibnu Abdil Barr mengutip riwayatnya dalam At Tamhid yaitu riwayat Ma’di bin Sulaiman dari Syu’aits bin Muthair dari Muthair yang mengaku bertemu Dzulyadain. Dengan riwayat ini Ibnu Abdil Barr ingin menunjukkan kalau Dzulyadain masih hidup setelah Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] wafat maka ia bukan Dzu Asy Syamalain. Riwayat yang dibawakan Ibnu Abdil Barr tidak bisa dijadikan hujjah. Riwayat tersebut dhaif jiddan dengan kelemahan sebagai berikut

  1. Ma’di bin Sulaiman adalah perawi Tirmidzi dan Ibnu Majah yang dhaif. Abu Zur’ah berkata “seorang yang lemah hadisnya meriwayatkan hadis-hadis mungkar dari Ibnu ‘Ajlan. Nasa’i berkata “dhaif”. Ibnu Hibban berkata “tidak boleh berhujjah dengannya jika menyendiri” [At Tahdzib juz 10 no 420]. Ibnu Hajar berkata “dhaif dan ia ahli ibadah” [At Taqrib 2/200]. Ibnu Adiy menyebutnya “mungkar al hadits” [Al Kamil 3/120]
  2. Syu’aib bin Muthair adalah perawi yang majhul ‘ain. Ia meriwayatkan dari ayahnya dan yang meriwayatkan darinya hanya Ma’diy bin Sulaiman [Al Jarh Wat Ta’dil 4/386 no 1681 dan Ikmal Husaini no 372]
  3. Muthair bin Sulaim adalah perawi Abu Dawud. Bukhari berkata “tidak tsabit hadisnya”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 10 no 339]. Yang meriwayatkan darinya hanya kedua putranya yaitu Sulaim dan Syu’aib. Sulaim adalah perawi yang layyin [lemah] [At Taqrib 1/381] dan Syu’aib adalah perawi yang majhul ‘ain. Ibnu Hajar berkata tentang Muthair “majhul hal” [At Taqrib 2/190]

Maka bagaimana mungkin hadis dengan sanad yang sangat dhaif ini dijadikan hujjah untuk menolak riwayat shahih. Kemudian mari kita lihat apa hujjah Ibnu Abdil Barr menyatakan bahwa Dzulyadain adalah Khirbaq.

Pertama yaitu riwayat Ibnu Sirin yang dikutip Ibnu Abdill Bar dari Uqaili dengan jalan sanad dari Sa’id bin Basyir dari Qatadah dari Ibnu Sirin dari Khirbaq As Sulamiy kemudian meriwayatkan kisah Dzulyadain di atas. [Al Isti’ab 2/457-458]. Riwayat yang dijadikan hujjah Ibnu Abdill Barr ini juga dhaif karena Sa’id bin Basyir.

Sa’id bin Basyiir Al Azdiy adalah perawi ashabus sunan. Syu’bah menyatakan ia shaduq. Ibnu Uyainah menyebutnya hafizh. Abu Mushir berkata “dhaif mungkar al hadits”. Duhaim menyatakan ia tsiqat. Ibnu Mahdi meriwayatkan darinya tetapi kemudian meninggalkannya. Ahmad bin Hanbal mendhaifkannya. Ibnu Ma’in berkata “tidak ada apa-apanya” dan terkadang berkata “dhaif”. Ali bin Madini berkata “dhaif”. Muhammad bin ‘Abdullah bin Numair berkata “mungkar al hadits, tidak ada apa-apanya, tidak kuat dalam hadis meriwayatkan dari Qatadah hal-hal yang mungkar. Bukhari menyatakan ia dibicarakan hafalannya. Abu Hatim dan Abu Zur’ah berkata “tempat kejujuran disisi kami”. Nasa’i berkata “dhaif”. Al Hakim berkata “tidak kuat disisi para ulama”. As Saji berkata ia meriwayatkan dari Qatadah hadis-hadis mungkar. Abu Dawud berkata “dhaif” [At Tahdzib juz 4 no 11]. Ibnu Hajar menyatakan ia dhaif [At Taqrib 1/349]

Kedua : riwayat yang dijadikan hujjah Ibnu Abdil Barr adalah riwayat ‘Imran bin Hushain dalam kitab shahih yang menyebutkan peristiwa dimana Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] pernah lupa dalam shalat. Perhatikan riwayat berikut

وحدثنا أبو بكر بن أبي شيبة وزهير بن حرب جميعا عن ابن علية قال زهير حدثنا إسماعيل بن إبراهيم عن خالد عن أبي قلابة عن أبي المهلب عن عمران بن حصين أن رسول الله صلى الله عليه و سلم صلى العصر فسلم في ثلاث ركعات ثم دخل منزله فقام إليه رجل يقال له الخرباق وكان في يديه طول فقال يا رسول الله فذكر له صنيعه وخرج غضبان يجر رداءه حتى انتهى إلى الناس فقال أصدق هذا ؟ قالوا نعم فصلى ركعة ثم سلم ثم سجد سجدتين ثم سلم

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb keduanya dari Ibnu ‘Ulayyah. Zuhair berkata telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrahim dari Khalid dari Abu Qilabah dari Abi Muhallab dari ‘Imran bin Hushain bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] shalat Ashar kemudian mengucapkan salam pada rakaat ketiga kemudian Beliau masuk ke dalam kediamannya. Seorang laki-laki berdiri, ia dipanggil Khirbaq dan ia memiliki tangan yang panjang, ia berkata “wahai Rasulullah”kemudian ia menyebutkan apa yang dilakukan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] keluar dalam keadaan marah dan menyeret kainnya hingga berhenti kepada orang-orang dan berkata “benarkah dia ini?”. Mereka berkata “benar” maka Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] shalat satu rakaat kemudian salam kemudian sujud dua kali kemudian mengucapkan salam [Shahih Muslim 1/404 no 574]

Hadis ‘Imran bin Hushain ini kedudukannya shahih tetapi berhujjah dengan riwayat ini dan menafikan riwayat Az Zuhri adalah keliru. Mengapa? Silakan perhatikan kembali riwayat Az Zuhri di atas, kisah Dzulyadain adalah kisah dimana Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] shalat bersama orang-orang dan Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengucapkan salam pada rakaat kedua. Artinya Nabi shalat dua rakaat. Sedangkan kisah Khirbaq di atas adalah kisah dimana Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] shalat bersama orang-orang dan Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengucapkan salam pada rakaat ketiga.

Hal ini menunjukkan bahwa riwayat Abu Hurairah dan riwayat ‘Imran bin Hushain menceritakan kisah yang berbeda. Riwayat yang menyebutkan nama Dzulyadain adalah riwayat Abu Hurairah bukan riwayat ‘Imran bin Hushain. Riwayat Abu Hurairah dengan jelas menyebutkan kalau Dzulyadain yang dimaksud adalah Dzu Asy Syamalain sedangkan riwayat ‘Imran bin Hushain jelas bahwa yang disebutkan adalah Khirbaq.

.

.

Jadi tidak ada satupun hujjah kuat yang dimiliki oleh para ulama yang membantah kalau Dzulyadain adalah Dzu Asy Syamalain. Ibnu Abdil Barr mengatakan az Zuhri melakukan kekeliruan dalam hal ini. Tetapi faktanya Az Zuhri tidak menyendiri dalam penyebutan Dzu Asy Syamalain.

حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا عبد الرزاق انا معمر عن أيوب عن بن سيرين عن أبي هريرة قال صلى رسول الله صلى الله عليه و سلم الظهر أو العصر فسلم في الركعتين ثم انصرف فخرج سرعان الناس فقالوا خففت الصلاة فقال ذو الشمالين أخففت الصلاة أم نسيت فقال النبي صلى الله عليه و سلم ما يقول ذو اليدين قالوا صدق فصلى بهم الركعتين اللتين ترك ثم سجد سجدتين وهو جالس بعد ما سلم

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrazaaq yang berkata telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari Ayub dari Ibnu Sirin dari Abu Hurairah yang berkata “Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] shalat zhuhur atau ashar kemudian mengucapkan salam pada rakaat kedua kemudian Beliau pergi beranjak, maka orang-orang keluar dan berkata “shalat telah diringankan”. Dzu Asy Syamalain berkata “shalat telah diringankan atau anda lupa?”. Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “benarkah apa yang dikatakan Dzulyadain?”. Mereka berkata “benar”. Maka Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] shalat dua rakaat sisanya kemudian sujud dua kali dalam keadaan sujud setelah salam [Musnad Ahmad 2/284 no 7807, Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata “sanadnya shahih sesuai syarat Bukhari Muslim”]

أخبرنا عيسى بن حماد قال حدثنا الليث عن يزيد بن أبي حبيب عن عمران بن أبي أنس عن أبي سلمة عن أبي هريرة :   أن رسول الله صلى الله عليه وسلم صلى يوما فسلم في ركعتين ثم انصرف فأدركه ذو الشمالين فقال يا رسول الله أنقصت الصلاة أم نسيت فقال لم تنقص الصلاة ولم أنس قال بلى والذي بعثك بالحق قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أصدق ذو اليدين قالوا نعم فصلى بالناس ركعتين

Telah mengabarkan kepada kami Isa bin Hammaad yang berkata telah mengabarkan kepada kami Laits dari Yazid bin Abi Habiib dari ‘Imran bin Abi Anas dari Abu Salamah dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] shalat pada suatu hari kemudian mengucapkan salam pada rakaat kedua kemudian beranjak pergi, Dzu Asy Syamalain menemuinya dan berkata “wahai Rasulullah, shalat telah diqashar atau anda lupa?”. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “shalat tidak diqashar dan aku tidak lupa”. Ia berkata “benar demikian demi Yang mengutusmu dengan haq”. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “benarkah Dzulyadain?”. Mereka berkata “benar” maka Beliau shalat kembali bersama orang-orang dua rakaat [Shahih Sunan Nasa’i no 1228, Syaikh Al Albani berkata “shahih”]

Hadis-hadis ini menjadi bukti nyata bahwa riwayat Az Zuhri adalah benar. Dzulyadain yang disebutkan dalam riwayat Abu Hurairah adalah Dzu Asy Syamalain bukan Khirbaq. Berikut hadis tambahan yang menguatkan kalau Dzulyadain yang dimaksud adalah Dzu Asy Syamalain dari Khuza’ah

أخبرنا أبو خليفة قال : حدثنا أبو الوليد الطيالسي قال : حدثنا عكرمة بن عمار قال : حدثنا ضمضم بن جوس الهفاني قال لي أبو هريرة : صلى بنا رسول الله صلى الله عليه و سلم إحدى صلاتي العشي فلم يصل بنا إلا ركعتين فقال له رجل يقال له : ذو اليدين من خزاعة : يا رسول الله أقصرت الصلاة أم نسيت ؟ فقال : كل ذلك لم يكن فقال : يا رسول الله إنما صليت بنا ركعتين فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ما يقول ذو اليدين ؟ وأقبل على القوم فقالوا : يا رسول الله لم تصل بنا إلا ركعتين فقام النبي صلى الله عليه و سلم فاستقبل القبلة فصلى الركعتين الباقيتين ثم سلم ثم سجد سجدتين وهو جالس

Telah mengabarkan kepada kami Abu Khalifah yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Walid Ath Thayalisi yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Ikrimah bin ‘Ammaar yang berkata telah menceritakan kepada kami Dhamdham bin Jaus Al Hiffaaniy yang berkata Abu Hurairah berkata kepadaku “kami shalat bersama Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] pada suatu shalat siang, tidaklah kami shalat kecuali dua rakaat. Berkata seorang laki-laki Dzul yadain dari Khuza’ah “wahai Rasulullah shalat telah diqashar atau anda lupa?”. Rasulullah berkata “semua itu tidak terjadi”. Dzulyadain berkata “wahai Rasulullah, anda shalat bersama kami dua rakaat”. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “benrkah apa yang dikatakan Dzulyadain?”. Sekelompok orang menghadap dan berkata “wahai Rasulullah, tidaklah anda shalat bersama kami kecuali dua rakaat”. Maka Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] berdiri menghadap kiblat menyempurnakan dua rakaat sisanya kemudian salam kemudian sujud dua kali dalam keadaan duduk [Shahih Ibnu Hibban 6/404 no 2687, Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata “sanadnya kuat”]

Riwayat ini menunjukkan bahwa Dzulyadain yang dimaksud adalah seseorang dari Khuza’ah dan ini bersesuaian dengan riwayat-riwayat lain yang menyebutkan kalau Dzulyadain adalah Dzu Asy Syamalain bin ‘Abdu ‘Amru Al Khuza’iy. Kalau begitu bagaimana mengatasi kemusykilan riwayat Abu Hurairah ini. Apakah seperti yang dikatakan oleh Syiah bahwa Abu Hurairah berdusta?. Menurut kami, Abu Hurairah mungkin terlupa akan hadis ini. Dia mengalamai kekacauan sehingga lupa bahwa ia tidak ikut hadir dalam shalat tersebut dan sebenarnya ia hanya mendengar kisah ini dari sahabat lain. Tentu saja hal ini masih memungkinkan dan hanya Allah SWT yang tahu kebenarannya.

33 Tanggapan

  1. keterlaluan memang kaum nashibi ini terhadap rosul,dimana akal mereka seorang rosul yg menyampaikan wahyu bisa lupa..?
    klu rosul bisa lupa logikanya apa saja yg disampikan rosul bisa disangsikan kebenarannya.
    semoga allah menghukum mereka,karna kesenangan mereka dalam menghina rosul n ahlulbaitnya.

  2. begitulah mereka…sungguh naif, picik, lemah pikir dan berdusta…bagaimana mereka bisa2nya menuduh Rasulullah SAWW (yang telah Allah SWT juluki : “Rasul yg tak pernah lupa”, “Perkatannya semata mata adalah wahyu”, “Seorang yang terpuji akhlaknya”)…..bisa lupa rakaat sholat, pernah lupa sholat, bermuka masam..dll..Mahasuci Allah, aku berlindung dari sangkaan2 seperti itu…Allahuma sholi ala Muhammad wa ali Muhammad.

  3. Di antara persoalan yang sering ditimbulkan oleh golongan Syi’ah terhadap Ahlus Sunnah Wa al-Jamaah ialah berkenaan beberapa hadith yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.. Di antara hadith tersebut ialah:

    حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ قَالَ حَدَّثَنَا النَّضْرُ بْنُ شُمَيْلٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ ابْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى صَلَاتَيْ الْعَشِيِّ قَالَ ابْنُ سِيرِينَ سَمَّاهَا أَبُو هُرَيْرَةَ وَلَكِنْ نَسِيتُ أَنَا قَالَ فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ فَقَامَ إِلَى خَشَبَةٍ مَعْرُوضَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَاتَّكَأَ عَلَيْهَا كَأَنَّه غَضْبَانُ وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ وَوَضَعَ خَدَّهُ الْأَيْمَنَ عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَخَرَجَتْ السَّرَعَانُ مِنْ أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ فَقَالُوا قَصُرَتْ الصَّلَاةُ وَفِي الْقَوْمِ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ فَهَابَا أَنْ يُكَلِّمَاهُ وَفِي الْقَوْمِ رَجُلٌ فِي يَدَيْهِ طُولٌ يُقَالُ لَهُ ذُو الْيَدَيْنِ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَسِيتَ أَمْ قَصُرَتْ الصَّلَاةُ قَالَ لَمْ أَنْسَ وَلَمْ تُقْصَرْ فَقَالَ أَكَمَا يَقُولُ ذُو الْيَدَيْنِ فَقَالُوا نَعَمْ فَتَقَدَّمَ فَصَلَّى مَا تَرَكَ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ مِثْلَ سُجُودِهِ أَوْ أَطْوَلَ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ وَكَبَّرَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ مِثْلَ سُجُودِهِ أَوْ أَطْوَلَ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ وَكَبَّرَ فَرُبَّمَا سَأَلُوهُ ثُمَّ سَلَّمَ فَيَقُولُ نُبِّئْتُ أَنَّ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ قَالَ ثُمَّ سَلَّمَ

    Daripada Abu Hurairah r.a. katanya, Rasulullah s.a.w. mengimamkan kami salah satu sembahyang petang. Ibnu Sirin berkata: “Abu Hurairah menamakannya tetapi saya terlupa”. Abu Hurairah r.a. berkata lagi: “Lalu baginda mengimamkan kami dua raka’at kemudian memberikan salam. Kemudian baginda bangun kepada satu kayu yang dilintangkan di dalam masjid lalu bersandar padanya seolah-olah dalam keadaan marah sambil meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya dan menyilangkan di antara jari-jarinya. Dia meletakkan pipi kanannya di atas tapak tangannya yang kiri. Orang-orang yang mahu bersegera terus keluar dari masjid sambil berkata: “Sembahyang telah diringkaskan”. Abu Bakar dan Umar r.a. ada di kalangan orang ramai tapi kedua-duanya gerun untuk bercakap dengan Nabi s.a.w.. Di kalangan mereka juga ada seorang yang duanya tangannya panjang yang dipanggil Dzu al-Yadain. Dia berkata: “Ya Rasulullah! Apakah engkau lupa atau sembahyang telah diqasarkan? Nabi s.a.w. menjawab: “Saya tidak lupa dan sembahyang tidak diqasarkan”. Baginda bertanya (untuk menambah keyakinan): “Apakah sebagaimana yang dikatakan Zu al-Yadain”? Mereka menjawab: “Ya”. Nabi s.a.w. pun tampil mengimamkan apa yang tertinggal kemudian memberi salam kemudian bertakbir dan sujud seperti sujudnya (yang biasa) atau lebih panjang kemudian mengangkat kepalanya dan bertakbir kemudian bertakbir dan sujud seperti sujudnya (yang biasa) atau lebih panjang kemudian mengangkat kepalanya dan bertakbir”. Boleh jadi mereka (perawi-perawi) bertanyanya (Ibnu Sirin) “kemudian dia memberi salam” lalu dia menjawab: “Telah diceritakan kepada saya bahawa ‘Imran bin Husain berkata: “Kemudian dia memberi salam”.(Sahih al-Bukhari Bab Menyilangkan Jari-Jari Di Dalam Masjid Dan Selainnya)

    حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ عَمْرٌو حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ قَالَ سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ سِيرِينَ يَقُولُ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُول صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى صَلَاتَيْ الْعَشِيِّ إِمَّا الظُّهْرَ وَإِمَّا الْعَصْرَ فَسَلَّمَ فِي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَتَى جِذْعًا فِي قِبْلَةِ الْمَسْجِدِ فَاسْتَنَدَ إِلَيْهَا مُغْضَبًا وَفِي الْقَوْمِ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرَ فَهَابَا أَنْ يَتَكَلَّمَا وَخَرَجَ سَرَعَانُ النَّاسِ قُصِرَتْ الصَّلَاةُ فَقَامَ ذُو الْيَدَيْنِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَقُصِرَتْ الصَّلَاةُ أَمْ نَسِيتَ فَنَظَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمِينًا وَشِمَالًا فَقَالَ مَا يَقُولُ ذُو الْيَدَيْنِ قَالُوا صَدَقَ لَمْ تُصَلِّ إِلَّا رَكْعَتَيْنِ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ

    Daripada Abu Hurairah r.a. katanya, Rasulullah s.a.w. mengimamkan kami salah satu sembahyang petang sama ada Zohor atau Asar lalu baginda memberi salam pada raka’at kedua kemudian pergi ke arah sebatang kayu yang berada di sebelah kiblat masjid lalu bersandar padanya (seolah-olah) dalam keadaan marah. Di kalangan orang ramai ada Abu Bakar dan Umar r.a. tapi kedua-duanya gerun untuk bercakap (dengan Nabi s.a.w.). Orang-orang yang bersegera terus keluar dari masjid sambil berkata: “Sembahyang telah diqasarkan”. Lalu Dzu al-Yadain bangun sambil berkata: “Ya Rasulullah! Apakah sembahyang telah diqasarkan atau tuan lupa? Maka Nabi s.a.w. melihat ke kanan dan kiri sambil berkata: “Benarkah apa yang dikatakan oleh Dzu al-Yadain? Mereka menjawab: “Ya! Engkau hanya sembahyang dua raka’at”. Maka Baginda pun sembahyang dua raka’at dan memberi salam kemudian bertakbir kemudian sujud kemudian bertakbir lalu mengangkat (kepalanya) kemudian bertakbir dan sujud kemudian bertakbir lalu mengangkat (kepalanya).(Sahih Muslim Bab Lupa Di Dalam Sembahyang Dan Sujud Kerananya)

    Persoalan Yang Ditimbulkan Oleh Syi’ah:

    Hadith tersebut menunjukkan Abu Hurairah telah berbohong kerana beliau tidak bersama di dalam peristiwa tersebut tetapi telah menceritakan bahawa Rasulullah s.a.w. sembahyang bersamanya. Sudah diketahui umum bahawa Abu Hurairah masuk Islam selepas peperangan Khaibar dalam tahun 7 Hijrah. Dan kewafatan Dzul Yadain di dalam peperangan Badr di dalam tahun kedua Hijrah. Mereka (penyokong Abu Hurairah) cuba mencari titik persamaan di dalam hadith tersebut, tetapi mereka tidak dapat jawapan yang memuaskan.

    Jawapan Kepada Persoalan:

    Jawapan Pertama: Dalam bahasa manapun biasa digunakan perkataan kami dengan makna negeri kami atau kaum kami atau kalangan kami dan sebagainya dan tidak semestinya orang yang menceritakan peristiwa tersebut ada pada ketika itu. Begitu juga di kalangan orang Arab biasa menggunakan penggunaan seperti ini. Di antara makna yang digunakan oleh sahabat-sahabat r.a. bagi perkataan kami ialah orang-orang Islam.

    Contoh pertama:

    عَنْ النِّزَالِ بْنِ سَبْرَةَ قَالَ : قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ أَنَا وَإِيَّاكُمْ كُنَّا نُدْعَى بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ , فَأَنْتُمْ الْيَوْمَ , بَنُو عَبْدِ اللَّهِ , وَنَحْنُ بَنُو عَبْدِ اللَّهِ

    Daripada Nizal bin Saburah katanya: Rasulullah s.a.w. berkata kepada kami: “Saya dan kamu dulu dipanggil Bani Abd Manaf. Maka kamu hari ini adalah Banu Abd Allah dan kami juga adalah Banu Abd Allah.

    Nizal tidak melihat Rasulullah s.a.w. mengikut pendapat kebanyakan ulama rijal dan riwayatnya daripada Baginda adalah riwayat mursal (Lihat Usd al-Ghabah jil. 1 hal. 1061, al-Isabah fi Tamyiz as-Sahabah jil. 6 hal. 425, at-Thiqat lil- ‘Ijli jil. 2 hal. 312, Tahzib at-Tahzih jil. 10 hal. 378 dan lain-lain). Kerana itu kata-katanya di sini “Rasulullah s.a.w. berkata kepada kami” bermaksud “kepada kaum kami”.(Syarh Ma’ani al-Atsar jil. 1 hal. 450)

    Riwayat ini juga terdapat di dalam Musannaf Ibn Abi Syaibah dengan sedikit perbezaan lafaz iaitu Nabi s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya kami dan kamu di zaman jahiliyyah adalah Banu Abd Manaf. Maka kami hari ini adalah Banu Abd Allah dan kamu juga adalah Banu Abd Allah.(Musannaf Ibnu Abi Syaibah Bab Atsar Yang Datang Berkenaan Bani ‘Amir, at-Tarikh as-Saghir jil. 1 hal. 38)

    Contoh yang kedua: Diriwayatkan daripada Thawus bahawa dia berkata: “Mu’az bin Jabal datang kepada kami dan dia tidak mengambil sedikitpun daripada sayur-sayuran (sebagai zakat). Thawus belum dilahirkan ketika kedatangan Mu’az ke Yaman kerana beliau pergi ke Yaman di zaman Rasulullah s.a.w.. Oleh itu makna kata-katanya “datang kepada kami” adalah “negeri kami”. (Syarh Ma’ani al-Atsar jil. 1 hal. 450)

    Jawapan Kedua: Sahabat-sahabat yang lewat memeluk Islam atau kecil pada ketika Nabi s.a.w. wafat banyak mengambil riwayat daripada sahabat yang lain. Tetapi mereka tidak menceritakan daripada siapa mereka mengambil riwayat tersebut kerana riwayat daripada mana-mana sahabat sama ada disebutkan nama atau tidak tetap diterima oleh ulama kerana sahabat semuanya adalah perawi yang tidak dipertikaikan. Seperti Abu Hurairah r.a. di dalam riwayat ini mengambil daripada sahabat yang lain tetapi tidak menyebutkan nama sahabat tersebut.

    Jawapan Ketiga: Setengah ulama mengatakan bahawa Dzu al-Yadain yang dipanggil al-Khirbaq bukanlah sahabat yang syahid di dalam perang Badar tetapi beliau hidup sehingga zaman Mu’awiyah r.a. tetapi yang syahid di medan Badar adalah Dzu as-Syimalain dan namanya ialah ‘Umair bin ‘Amr (Sila lihat perbahasan hadith berkenaan di dalam syarah hadith seperti at Tamhid li Ibn Abd al-Barr jil. 1 hal. 363). Ketika peristiwa Nabi s.a.w. lupa sebagaimana hadith di atas Dzu al-Yadain r.a. bersama dengan Abu Hurairah r.a. hadir bersembahyang di belakang Baginda. Golongan ulama ini menjadikan riwayat ini sebagai dalil tentang Dzu as-Syimalain dan Dzu al-Yadain r.a. adalah dua orang yang berbeza dan sebagai dalil di dalam perselisihan pendapat tentang masalah bercakap di dalam sembahyang.(Lihat syarah-syarah hadith tentang perselisihan pendapat tersebut)

    Walaubagaimanapun ulama yang lain terutamanya mazhab Imam Abi Hanifah tidak bersetuju dengan pendapat tersebut dan mengatakan bahawa ianya adalah orang yang sama (Lihat seperti Syarh Ma’ani al-Atsar Imam Thahawi jil. 2 hal. 394). Bagi yang berpendapat dengan pendapat kedua ini jawapannya sebagaimana di atas.

    Persoalan Kedua Yang Ditimbulkan Oleh Syi’ah Terhadap Hadith Ini:

    Di antara pegangan Syi’ah di dalam akidah imamah ialah imam-imam mereka maksum daripada lupa dan lalai (Lihat kitab-kitab utama Syi’ah seperti Usul al-Kafi jil. 1 hal. 200,203, al-Hukumah al-Islamiyyah hal. 91 dan lain-lain). Kerana itu mereka mesti menolak hadith ini kerana dengan menerima hadith ini mereka akan diserang oleh Ahlus Sunnah dengan hujah mereka melebihkan imam-imam mereka daripada nabi-nabi(walaupun sememangnya akidah mereka sedemikian). Lalu mereka berpegang bahawa nabi-nabi juga mustahil bersifat dengan lupa.

    Jawapan Kepada Persoalan Kedua:

    Jawapan pertama: Al-Quran sendiri menolak pegangan mereka tersebut kerana di dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang menunjukkan berlaku kepada nabi-nabi sifat lupa. Ayat-ayat tersebut ialah:

    Pertama, berkenaan Nabi Adam a.s. iaitu:

    وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا

    Dan demi sesungguhnya, Kami telah berpesan kepada Adam pada masa yang lalu, tetapi dia lupa dan kami tidak mendapatinya mempunyai kemahuan yang kuat.(Al-Quran Surah Taha ayat 115)

    Kedua, peringatan daripada Allah ta’ala kepada Nabi s.a.w. yang menunjukkan bahawa boleh berlaku lupa kepada Nabi s.a.w.:

    وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا

    Ingatlah Tuhanmu jika engkau lupa dan katakanlah: Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan petunjuk yang lebih dekat dan lebih terang dari ini.(Al-Quran Surah al-Kahfi ayat 24)

    Ketiga, pembacaan al-Quran kepada Nabi s.a.w. supaya baginda tidak lupa:

    سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى

    Kami akan membacakan al-Quran kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa.(Al-Quran Surah al-A’la ayat 6)

    Keempat, Nabi Musa a.s. bersama dengan Yusya’ bin Nun lupa kepada ikan yang dibawa mereka:

    وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا (60) فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ سَرَبًا (61)فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتَاهُ آَتِنَا غَدَاءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا (62) قَالَ أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلَّا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ وَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ عَجَبًا

    Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Nabi Musa berkata kepada temannya: Aku tidak akan berhenti berjalan sehingga aku sampai di tempat pertemuan dua laut itu atau aku berjalan terus bertahun-tahun. [61] Maka apabila mereka berdua sampai ke tempat pertemuan dua laut itu, lupalah mereka akan hal ikan mereka, lalu ikan itu menggelungsur menempuh jalannya di laut, yang merupakan lorong di bawah tanah. [62] Setelah mereka melampaui (tempat itu), berkatalah Nabi Musa kepada temannya: Bawalah makan tengah hari kita sebenarnya kita telah mengalami penat lelah dalam perjalanan kita ini. [63] Temannya berkata: Tahukah apa yang telah terjadi ketika kita berehat di batu besar itu? Sebenarnya aku lupakan hal ikan itu dan tiadalah yang menyebabkan aku lupa daripada menyebutkan halnya kepadamu melainkan Syaitan dan ikan itu telah menggelungsur menempuh jalannya di laut, dengan cara yang menakjubkan.(Al-Quran Surah al-Kahfi ayat 60-63)

    Jawapan kedua: kalaulah riwayat di atas digunakan untuk menyerang Abu Hurairah r.a. dengan mengatakan beliau mereka-reka hadith maka riwayat yang menunjukkan berlaku lupa kepada Nabi s.a.w. juga diriwayatkan oleh sahabat-sahabat yang lain.

    عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ بُحَيْنَةَ قَالَ صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ مِنْ بَعْضِ الصَّلَوَاتِ ثُمَّ قَامَ فَلَمْ يَجْلِسْ فَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ وَنَظَرْنَا تَسْلِيمَهُ كَبَّرَ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ التَّسْلِيمِ ثُمَّ سَلَّمَ

    Daripada Abdullah bin Buhainah katanya: “Rasulullah s.a.w. mengimamkan kami dua rakaat di dalam salah satu sembahyangnya kemudian baginda bangun dengan tidak duduk (untuk tasyahhud awal) lalu orang ramai pun bangun bersamanya. Bilamana hampir selesai sembahyangnya dan kami menantinya memberikan salam baginda bertakbir lalu sujud dua sujud dalam keadaan duduk sebelum memberikan salam kemudian memberikan salam”.(Sahih Muslim Bab Lupa Di Dalam Sembahyang Dan Sujud Kerananya)

    عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمْسًا فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَزِيدَ فِي الصَّلَاةِ قَالَ وَمَا ذَاكَ قَالُوا صَلَّيْتَ خَمْسًا قَالَ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَذْكُرُ كَمَا تَذْكُرُونَ وَأَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْ السَّهْوِ

    Daripada Abdullah bin Mas’ud r.a. katanya: “Rasulullah s.a.w. mengimamkan kami dengan bersembahyang sebanyak lima rakaat lalu kami berkata: “Wahai Rasulullah! Adakah ditambah sembahyang? Baginda menjawab: “Apakah benar yang demikian? Sahabat-sahabat r.a. berkata: “Engkau telah sembahyang sebanyak lima rakaat”. Baginda bersabda: “Aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, aku ingat sebagaimana kamu ingat dan aku lupa sebagaimana kamu lupa. Kemudian Baginda sujud dua sujud sahwi”.(Sahih Muslim Bab Lupa Di Dalam Sembahyang Dan Sujud Kerananya)

    Hadith berkenaan dengan Nabi s.a.w. lupa juga diriwayatkan oleh Imran bin Husain di dalam Sahih al-Bukhari kitab al-Aiman wa an-Nuzur.

    Jawapan ketiga: riwayat berkenaan Nabi s.a.w. dan nabi-nabi lain lupa bukan hanya terdapat di dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah Wal Jamaah tetapi ianya turut dimuatkan oleh ulama-ulama Syiah di dalam kitab-kitab utama mereka. Umpamanya di dalam salah satu daripada Sihah Arba’ah (empat kitab paling sahih) mereka dikemukakan riwayat berbunyi:

    وروى الحسن بن محبوب عن الرباطي، عن سعيد الاعرج قال: ” سمعت أبا عبدالله عليه السلام يقول: إن الله تبارك وتعالى أنام رسوله صلى الله عليه وآله عن صلاة الفجر حتى طلعت الشمس، ثم قام فبدأ فصلى الركعتين اللتين قبل الفجر، ثم صلى الفجر، وأسهاه في صلاته فسلم في ركعتين ثم وصف ما قاله ذو الشمالين. وإنما فعل ذلك به رحمة لهذه الامة لئلا يعير الرجل المسلم إذا هو نام عن صلاته أو سها فيها فيقال: قد أصاب ذلك رسول الله صلى الله عليه وآله ”
    قال مصنف هذا الكتاب رحمه الله: إن الغلاة والمفوضة لعنهم الله ينكرون سهو النبي صلى الله عليه وآله ويقولون: لو جاز أن يسهو عليه السلام في الصلاة لجاز أن يسهو في التبليغ لان الصلاة عليه فريضة كما أن التبليغ عليه فريضة.
    وهذا لا يلزمنا، وذلك لان جميع الاحوال المشتركة يقع على النبي صلى الله عليه وآله فيها ما يقع على غيره، وهو متعبد بالصلاة كغيره ممن ليس بنبي، وليس كل من سواه بنبي كهو، فالحالة التي اختص بها هي النبوة والتبليغ من شرائطها، ولا يجوز أن يقع عليه في التبليغ ما يقع عليه في الصلاة لانها عبادة مخصوصة والصلاة عبادة مشتركة، وبها تثبت له العبودية وبإثبات النوم له عن خدمة ربه عزوجل من غير إرادة له وقصد منه إليه نفي الربوبية عنه، لان الذي لا تأخذه سنة ولا نوم هو الله الحي القيوم، وليس سهو النبي صلى الله عليه وآله كسهونا لان سهوه من الله عز وجل وإنما أسهاه ليعلم أنه بشر مخلوق فلا يتخذ ربا معبودا دونه، وليعلم الناس بسهوه حكم السهو متى سهوا، وسهونا من الشيطان وليس للشيطان على النبي صلى الله عليه وآله والائمة صلوات الله عليهم سلطان ”

    Daripada Sa’id al-A’raj katanya, saya mendengar Aba ‘Abdillah a.s. (Ja’far as-Sadiq) berkata: “Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala telah menidurkan Rasul-Nya s.a.w. sehingga menyebabkan tertinggal sembahyang subuh sehingga terbit matahari, kemudian dia bangun lalu mula bersembahyang dua rakaat sebelum subuh kemudian bersembahyang subuh. Allah taala juga telah membuatnya lupa di dalam sembahyangnya lalu dia memberikan salam di dalam dua rakaat kemudian ia menggambarkan sebagaimana yang di katakan oleh Dzu al-Syimalain. Berlaku sedemikian kepada Baginda sebagai rahmat kepada umat ini supaya seseorang muslim itu tidak merasakan ia telah binasa bila ia tertidur atau lupa lalu tertinggal sembahyangnya dengan dikatakan kepadanya: “Sesungguhnya perkara ini telah berlaku kepada Rasulllah s.a.w.”.
    Pengarang kitab ini (Iaitu as-Syeikh Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Husain Ibnu Babwaih al-Qummi yang diberikan gelaran Syeikh Saduq bermaksud Syeikh yang sangat benar) telah berkata: “Sesungguhnya golongan pelampau dan mufawwidhah (Mufawwidhah mempunyai beberapa maksud. Antaranya perempuan yang mengahwinkan dirinya tanpa mahar, golongan yang menyerahkan ayat-ayat mutasyabihat kepada Allah dan golongan yang menyerahkan segala yang berlaku kepada Muhammad. Yang paling tepat dengan riwayat ini adalah makna yang ketiga-semoga Allah melaknat mereka) telah mengingkari berlaku lupa kepada Nabi s.a.w. dan mereka berkata: “Kalaulah boleh berlaku lupa kepada baginda di dalam sembahyang tentu lupa juga boleh berlaku di dalam menyampaikan risalah kerana sembahyang adalah satu kefardhuan sebagaimana menyampaikan risalah adalah satu kefardhuan”. (berkata pengarang kitab ini) dan ini tidak mewajibkan sesuatu kepada kita kerana semua keadaan yang sama-sama wajib ke atas Nabi s.a.w. dan ke atas orang lain dan ia adalah berbentuk pernyataan sebagai seorang hamba seperti sembahyang maka berlaku kepada nabi seperti berlaku kepada orang lain. Maka keadaan yang khusus kepada kenabian yang mana tabligh (menyampaikan) adalah termasuk di dalam syarat-syaratnya (kenabian) maka tidak harus berlaku ke atas Nabi di dalam tabligh apa yang berlaku di dalam sembahyang kerana tabligh adalah ibadat khusus (kepada Nabi) dan sembahyang adalah ibadat yang dikongsi (antara nabi dan selainnya). Dan dengannya (ibadat yang dikongsi) terbuktilah ia sebagai seorang hamba dan berlaku tidur kepadanya sehingga meninggalkan khidmat (ibadat) kepada tuhannya tanpa kehendak dan maksud daripadanya bermakna menafikan ketuhanan daripadanya. Kerana yang tidak mengantuk dan tidur hanyalah Allah al-Hayyu al-Qayyum sahaja. Lupa Nabi s.a.w. bukan sebagaimana lupa kita kerana lupa Nabi s.a.w. adalah daripada Allah ‘azza wa jalla dan Allah menyebabkannya lupa adalah untuk memberitahu bahawa dia adalah seorang manusia serta makhluk supaya tidak dijadikan sebagai tuhan yang disembah dan supaya manusia mengetahui dengan berlaku lupa kepada nabi hukum lupa bila mereka lupa sementara lupa kita pula adalah daripada syaitan dan syaitan tidak boleh menguasai Nabi s.a.w. dan imam-imam salawat daripada ke atas mereka.”.(Man La Yahduruhu al-Faqih jil. 1 hal. 359)

    Begitu juga terdapat di dalam kitab-kitab utama syiah yang lain seperti Bihar al-Anwar, al-Furu’ min al-Kafi yang menunjukkan berlaku lupa kepada Nabi s.a.w.. Kerana itu berlaku perselisihan pendapat pula di kalangan ulama syiah berkenaan akidah ini di mana sebahagian besar daripada ulama mereka berpegang bahawa di antara suatu kemestian di dalam akidah mereka ialah mengatakan bahawa nabi-nabi tidak bersifat dengan lupa sebagaimana yang telah disebutkan sebelum ini.(Lihat ‘Aqaaid al-Imamiyyah hal. 91)
    Wahai ahli-ahli bid’ah!Dikuatiri kalian akan mati dalam suul khatimah jika lambat bertobat.Kembalilah kepada aqidah sunnah sebelum terlambat.Jika tidak,neraka menunggu!

  4. @ilham
    Di syi’ah tidak pernah menyebutkan Bihar al anwar maupun Al Kafi itu kitab2 shohih, jd setiap riwayat hrs benar2 dipelajari/diteliti terlebih dahulu sebelum dinilai shohih atau dhaif atau dll… Tidak seperti kitab Bukhari-Muslim yg dibilang Shohih oleh ahlussunnah walaupun byk isinya yg tdk Shohih alias Dhaif bahkan Mutawattir.. Dan di Syi’ah tidak ada kitab yg Shohih selain Al Qur’an

  5. @Sp

    Dalam sejarahnya Abu Huraerah ra pernah terjadi kekacauan hafalan gak..?

    Masalahnya banyak sekali hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah janggal.

  6. @ferick
    itulah wahabi nashibi,mereka mdh n senang memberikan riwayat2 yg bertentangan dgn alquran prihal rosul,yaitu riwayat yg menghina rosul.
    coba saja kita bertanya kemereka prihal abubakar,umar.apakah mereka berdua ini pernah berbuat salah?
    kontan jawaban mereka bhw yg bertanya ini pembenci sahabat n masuk dlm golongan fasiq…
    yg maksum buat mereka ini adalah sahabat,rosul tidak.apalg berkenaan dgn muawiyah.
    Lebih parah lg klu ada perbedaan antara umar n rosul maka umar lah yg benar.
    Jadi nabi mereka ini siapa?

  7. @ All

    Ana mau tanya tentang 3 hadis berbahasa inggris di bawah ini karena isinya kok berbeda2 padahal topiknya menurut ana sama:

    1. Shahih Bukhari: Volume 1, Book 11, Number 682

    Narrated Abu Huraira:
    Once Allah’s Apostle prayed two Rakat (instead of four) and finished his prayer. Dhu-l-yadain asked him whether the prayer had been reduced or whether he had forgotten. Allah’s Apostle asked the people whether Dhu-l-yadain was telling the truth. The people replied in the affirmative. Then Allah’s Apostle stood up, offered the remaining two Rakat and then finished his prayer with Taslim and then said, “Allahu Akbar.” He followed it with two prostrations like ordinary prostrations or a bit longer.

    2. Shahih Bukhari: Volume 2, Book 22, Number 318

    Narrated Abu Huraira:
    The Prophet led us in the ‘Asr or the Zuhr prayer and finished it with Taslim. Dhul-Yadain said to him, “O Allah’s Apostle! Has the prayer been reduced?” The Prophet asked his companions in the affirmative. So Allah’s Apostle I offered two more Rakat and then performed two prostrations (of Sahu). Sad said, “I saw that ‘Ursa bin Az-Zubair had offered two Rakat in the Maghrib prayer and finished it with Taslim. He then talked (and when he was informed about it) he completed the rest of his prayer and performed two prostrations, and said, ‘The Prophet prayed like this.'”

    3. Shahih Bukhari: Volume 2, Book 22, Number 321

    Narrated Abu Huraira:
    The Prophet offered one of the evening prayers (the sub-narrator Muhammad said, “I think that it was most probably the ‘Asr prayer”) and he finished it after offering two Rakat only. He then stood near a price of wood in front of the Mosque and put his hand over it. Abu Bakr and ‘Umar were amongst those who were present, but they dared not talk to him about that (because of excessive respect for him), and those who were in a hurry went out. They said, “Has the prayer been reduced?” A man who was called DhulYadain by the Prophet said (to the Prophet), “Has the prayer been reduced or have you forgotten?” He said, “Neither have I forgotten, nor has the prayer been reduced.” He said, “Certainly you have forgotten.” So the Prophet offered two more Rakat and performed Tashm and then said Takbir and performed a prostration of Sahu like his ordinary prostration or a bit longer and then raised his head and said Takbir and then put his head down and performed a prostration like his ordinary prostration or a bit longer, and then raised his head and said Takbir.

    Syukron, wassalam

  8. ……Di kalangan mereka juga ada seorang yang duanya tangannya panjang yang dipanggil Dzu al-Yadain. Dia berkata: “Ya Rasulullah! Apakah engkau lupa atau sembahyang telah diqasarkan? Nabi s.a.w. menjawab: “Saya tidak lupa dan sembahyang tidak diqasarkan”. Baginda bertanya (untuk menambah keyakinan): “Apakah sebagaimana yang dikatakan Zu al-Yadain”? Mereka menjawab: “Ya”. Nabi s.a.w. pun tampil mengimamkan apa yang tertinggal kemudian memberi salam kemudian bertakbir dan sujud seperti sujudnya (yang biasa) atau lebih panjang kemudian mengangkat kepalanya dan bertakbir kemudian bertakbir dan sujud seperti sujudnya (yang biasa) atau lebih panjang kemudian mengangkat kepalanya dan bertakbir”

    Jawaban Nabi “Saya tidak lupa dan sembahyang tidak diqasar” adalah bukan jawaban asal-asalan. Jawaban itu keluar dari mulut seorang manusia yang suci yang selalu menjadi pedoman hidup. Tidak terbayang di kepala saya, Nabi saw menyatakan sesuatu yang tidak diyakininya benar, atau keyakinan beliau thd apa yang dinyatakannya ternyata keliru. Paling tidak mungkin adalah beliau menutup-nutupi kelupaan Beliau.

    Yang bisa terbayang di kepala sy dan mungkin terjadi adalah orang2 di sekitar beliau keliru. Ingat yang banyak itu belum tentu benar.

    Salam

  9. @SP
    1. Zhuhur atau Ashar? Mengapa masih ada keraguan?
    2. Setelah ditanyakan; lupa atau qashar, Rasulullah masih butuh konfirmasi ke makmum yang lain?

    Wahh, apakah yang sedang terjadi adalah Abu Hurairah (yang tidak pernah lupa) telah lupa shalat tsb zhuhur atau ashar, sedang meriwayatkan Nabi SAW lupa 2 raka’at dan tetap tidak ingat setelah diingatkan oleh Dzu As Syamalain?

    salam damai

  10. Gini bro…
    Nabi bisa lupa dalam perkara yang peribadi seperti lupa dalam ibadat dsb.Nabi hanya terpelihara daripada lupa dalam perkara menyampaikan perintah Allah kepada umat.Kalau nabi terlupa mak kelupaannya itu tidak sampai menjadikan nabi bermaksiat kepada Allah karena akan dikoreksi oleh Allah seketika itu juga.Lagipun lupanya nabi kadang mengandungi maslahah tasyri’ seperti halnya lupa nabi dalam solat yang akhrinya mengajar umat cara-cara sujud sahwi.Satu lagi,jangan samakan lupa nabi itu dengan lupa manusia biasa.Insan lain lupa sebab kelalaian sedangkan nabi-nabi dilupakan oleh perhatian dan ingatannya kepada kehebatan Allah.

  11. Pendpt ilham ada bnarnya jg, lha kalau umat islam ada yg lupa rokaatnya..Untuk mengoreksiny hrus nyontoh siapa..Lagian didlm riwayat imam ridho ada yg menyatakan kalau nabi pernah lupa. Salam

  12. Wah kalo orang2 non islam tahu bahwa nabi bisa lupa gimana ya?
    hei! nabinya orang2 islam yg diklaim sebagai pembawa ajaran rahmatan lil ‘alamin ternyata pelupa, hehehe, jangan2 semua ajarannya banyak mengandung unsur kelupaan, sehingga …….. yaaaa terusin aja lah… (capek deh)

    Hadis abu hurairah diatas sangat bertentangan satu sama lain ((mencla-mencle)), utk itu hadis2 tersebut harus dibuang ditempat sampah.

    SANGAT MUSTAHIL BAGI SEORANG UTUSAN ALLAH YG MEMPUNYAI TUGAS MAHA BESAR (DALAM PANDANGAN MANUSIA) YG DIUTUS UNTUK SELURUH ALAM (ALAM GHAIB + NYATA) MEMPUNYAI CACAT, KETIKA SEORANG NABI + RASUL MEMPUNYAI CACAT MAKA BERARTI ALLAH SWT MEMPUNYAI CACAT PULA

  13. @ilham othmany
    sebaiknya anda memakai dalil dr alquran utk mengenal siapa itu muhammad rosulullah,jgn anda mencoba mencari2 penyesuaian dari dalil yg bertentangan dgn alquran,spy dalil tsb bisa diterima dgn hawa nafsu anda.(bukan akal)
    mengenai sujud sahwi,itulah hawa nafsu anda,klu anda pake akal,mestinya apa susahnya klu rosul menyampaikannya dgn berupa ucapan.
    anda perlu ketahui wahai nashibi,tdk ada hukum bagi siapa sj apa bila seseorang itu lupa,jd tdk perlu anda katakan lupa itu menjadikan seseorang dihukum bermaksiat.
    Dalil jelas dialquran bhw nabi adalah insanul Qamil.
    Anda sendirilah wahai nashibi yg menyamakan nabi dgn manusia biasa,yaitu bisa lupa.
    anda memBela sahabat dgn hawa nafsu mu,n lecehkan rosul dgn hawa nafsu wahai nashibi

  14. @othmany
    coba anda baca baik2 tulisan SP ini wahai nashibi
    Tentu saja hal ini mengundang kemusykilan. Dzu Asy Syamalain masyhur dalam sejarah kalau ia wafat dalam perang Badar pada tahun 2 H sedangkan Abu Hurairah memeluk islam setelah Khaibar pada tahun 7 H. Az Zuhri setelah meriwayatkan hadis Abu Hurairah ini ia berkata kalau peristiwa ini terjadi sebelum perang Badar [Mushannaf ‘Abdur Razaaq 2/296 no 3441]. Bagaimana mungkin Abu Hurairah yang baru datang kepada Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan memeluk islam pada tahun 7 H, mengaku ikut shalat bersama Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] pada tahun 2 H.

    knp anda wahai nashibi bersikeras bhw nabi telah lupa?
    sedang anda membuang semua dalil quran yg jelas2 memberitakan keutamaan rosul?
    kenapa?
    karna anda adalah seorang nashibi yg dikuasai hawa nafsu

  15. BEBERAPA PENYEBAB SESEORANG ITU LUPA

    Sakit kepala migrain
    Jika seseorang menderita migrain, maka kondisi ini akan menimbulkan rasa sakit di kepala dan sesudahnya membuat seseorang menjadi bingung serta pelupa.

    Konsumsi ganja
    Seseorang yang memiliki kebiasaan mengonsumsi ganja akan mengalami kesulitan utuk mengingat apa saja yang terjadi hari ini. Penggunaan ganja menyebabkan gangguan memori dan berpikir, gangguan koordinasi serta kurangnya konsentrasi.

    Menopause
    Saat memasuki periode pra-menopause atau menopause, seseorang akan mengalami berbagai gejala yang merupakan akibat dari perubahan hormon yang drastis.

    Penyakit Alzheimer
    Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lupa, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan gangguan memori. Selain itu penyakit ini juga menimbulkan kekacauan di otak seseorang sehingga menyebabkan mudah lupa dan kebingungan.

    Cedera di kepala
    Sebuah cedera kepala seringkali memicu trauma di otak yang berkelanjutan hal inilah yang menyebabkan hilangnya memori dan lupa.

    Hipotiroid
    Suatu kondisi kekurangan tiroid karena tubuh tidak bisa memproduksi hormon tiroid yang cukup dapat mempengaruhi ketidakmampuan seseorang untuk mengingat.

    Depresi
    Kondisi depresi bisa menyebabkan hilangnya minat dalam segala hal sehingga tak heran jika orang yang depresi seringkali tidak mampu mengingat sesuatu atau lupa. Hal karena ia terganggu oleh pikirannya sendiri akibat perasaan dan kecemasan yang berlebihan.

    Jenis kelamin
    Otak laki-laki dan perempuan berbeda yang ditunjukkan melalui pencitraan otak (brain imaging). Otak perempuan sangat aktif dan selalu berpikir, sedangkan otak laki-laki cenderung lebih tenang. Hal ini membuat laki-laki cenderung pelupa dibandingkan perempuan dan laki-laki membutuhkan stimulasi atau rangsangan pada otaknya.

    APAKAH NABI MENGALAMI BEBERAPA PENYEBAB2 DEMIKIAN????

    Na’udzubillah min dzalik

  16. @othmani

    Nabi bisa lupa dalam perkara yang peribadi seperti lupa dalam ibadat dsb.Nabi hanya terpelihara daripada lupa dalam perkara menyampaikan perintah Allah kepada umat

    Sampah!

    Kalau nabi terlupa mak kelupaannya itu tidak sampai menjadikan nabi bermaksiat kepada Allah karena akan dikoreksi oleh Allah seketika itu juga

    Ini juga sampah bro!

    Salam

  17. Lalu bgmana riwayat baik dari jalur sunni maupun syiah yg mengatakan bhwa Nabi pernah kesiangan wktu sholat subuh, apakah riwayat itu salah? Ataukah pemahaman kita yg salah tentang kemaksuman..Mohon penjelasan.!

  18. Nanya ustadz Ilham :

    Pertama, berkenaan Nabi Adam a.s. iaitu:

    وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا

    Dan demi sesungguhnya, Kami telah berpesan kepada Adam pada masa yang lalu, tetapi dia lupa dan kami tidak mendapatinya mempunyai kemahuan yang kuat.(Al-Quran Surah Taha ayat 115)

    Itu kejadian adam setelah menjadi nabi atau belum …….????? bukankah jika seseorang belum menjadi nabi masih wajar untuk lupa…
    ———————————————————————————–
    Kedua, peringatan daripada Allah ta’ala kepada Nabi s.a.w. yang menunjukkan bahawa boleh berlaku lupa kepada Nabi s.a.w.:

    وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا

    Ingatlah Tuhanmu jika engkau lupa dan katakanlah: Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan petunjuk yang lebih dekat dan lebih terang dari ini.(Al-Quran Surah al-Kahfi ayat 24)

    Apa pada saat turun ayat tsb ditujukan kpd Nabi… maaf saya tdk lihat nabi atau Muhammadnya… dan apa pada saat itu nabi telah lupa melakukan sesuatu…..?????
    ———————————————————————————
    Ketiga, pembacaan al-Quran kepada Nabi s.a.w. supaya baginda tidak lupa:

    سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى

    Kami akan membacakan al-Quran kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa.(Al-Quran Surah al-A’la ayat 6)

    Yang ini bukankah menegaskan nabi tdk pernah lupa……
    ———————————————————————————-

    Keempat, Nabi Musa a.s. bersama dengan Yusya’ bin Nun lupa kepada ikan yang dibawa mereka:

    وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا (60) فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ سَرَبًا (61)فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتَاهُ آَتِنَا غَدَاءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا (62) قَالَ أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلَّا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ وَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ عَجَبًا

    Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Nabi Musa berkata kepada temannya: Aku tidak akan berhenti berjalan sehingga aku sampai di tempat pertemuan dua laut itu atau aku berjalan terus bertahun-tahun. [61] Maka apabila mereka berdua sampai ke tempat pertemuan dua laut itu, lupalah mereka akan hal ikan mereka, lalu ikan itu menggelungsur menempuh jalannya di laut, yang merupakan lorong di bawah tanah. [62] Setelah mereka melampaui (tempat itu), berkatalah Nabi Musa kepada temannya: Bawalah makan tengah hari kita sebenarnya kita telah mengalami penat lelah dalam perjalanan kita ini. [63] Temannya berkata: Tahukah apa yang telah terjadi ketika kita berehat di batu besar itu? Sebenarnya aku lupakan hal ikan itu dan tiadalah yang menyebabkan aku lupa daripada menyebutkan halnya kepadamu melainkan Syaitan dan ikan itu telah menggelungsur menempuh jalannya di laut, dengan cara yang menakjubkan.(Al-Quran Surah al-Kahfi ayat 60-63)

    Ayat 61 menyebutkan نَسِيَا (nasiya) apakah ini menjelaskan nabi musa juga lupa atau hanya muridnya saja, klu dibilang bahwa nabi musa lupa tetapi mengapa ayat 63 menegaskan bahwa hanya muridnya yang lupa( أَنْسَانِيهُ) dan diganggu syaitan…..
    ————————————————————————————-
    mohon ustadz ilham menjelaskannya, terimakasih.

  19. hehehe…. mengomentari tulisan ilham itu membuang2 waktu, udah dibilangkan kalo ilham itu tidak pandai memahami kalimat bhs indonesia apalagi menafsirkan al-qur’an, dia itu hanya copas saja bisanya. untuk itu alangkah baiknya kalo ilham itu belajar bahasa indonesia terlebih dahulu sebelum berkomentar, hehehe…

  20. @arasy

    Pertama, berkenaan Nabi Adam a.s. iaitu:
    وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا
    Dan demi sesungguhnya, Kami telah berpesan kepada Adam pada masa yang lalu, tetapi dia lupa dan kami tidak mendapatinya mempunyai kemahuan yang kuat.(Al-Quran Surah Taha ayat 115)
    Itu kejadian adam setelah menjadi nabi atau belum …….????? bukankah jika seseorang belum menjadi nabi masih wajar untuk lupa…
    Jawab:He he he..Apa bedanya antara selepas dan sebelum jadi nabi?Bukankah orangnya itu itu juga?
    ———————————————————————————–
    Kedua, peringatan daripada Allah ta’ala kepada Nabi s.a.w. yang menunjukkan bahawa boleh berlaku lupa kepada Nabi s.a.w.:
    وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا
    Ingatlah Tuhanmu jika engkau lupa dan katakanlah: Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan petunjuk yang lebih dekat dan lebih terang dari ini.(Al-Quran Surah al-Kahfi ayat 24)
    Apa pada saat turun ayat tsb ditujukan kpd Nabi… maaf saya tdk lihat nabi atau Muhammadnya… dan apa pada saat itu nabi telah lupa melakukan sesuatu…..?????
    Jawab:Apakah anda tidak perhatikan siaqul kalam dalam ayat di atas?Dhamir yang digunakan adalah dhamir mukhatab yang berarti engkau yang ditujukan kepada nabi.Jadi,jelaskan?Bahawa secara eksplisit memang harus berlaku kelupaan atas baginda?
    ———————————————————————————
    Ketiga, pembacaan al-Quran kepada Nabi s.a.w. supaya baginda tidak lupa:
    سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى
    Kami akan membacakan al-Quran kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa.(Al-Quran Surah al-A’la ayat 6)
    Yang ini bukankah menegaskan nabi tdk pernah lupa……
    Jawab:Dalam ayat di atas Allah mengatakan Allah akan membacakan Al Quran kepada nabi supaya nabi tidak lupa.Berarti secara iktibar dari nas dan secara mafhum mukhalafahnya bahawa pada asalnya nabi juga bisa lupa.Coba Fahamkan baik-baik.
    ———————————————————————————-
    Keempat, Nabi Musa a.s. bersama dengan Yusya’ bin Nun lupa kepada ikan yang dibawa mereka:
    وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا (60) فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ سَرَبًا (61)فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتَاهُ آَتِنَا غَدَاءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا (62) قَالَ أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلَّا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ وَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ عَجَبًا
    Dan (ingatkanlah peristiwa) ketika Nabi Musa berkata kepada temannya: Aku tidak akan berhenti berjalan sehingga aku sampai di tempat pertemuan dua laut itu atau aku berjalan terus bertahun-tahun. [61] Maka apabila mereka berdua sampai ke tempat pertemuan dua laut itu, lupalah mereka akan hal ikan mereka, lalu ikan itu menggelungsur menempuh jalannya di laut, yang merupakan lorong di bawah tanah. [62] Setelah mereka melampaui (tempat itu), berkatalah Nabi Musa kepada temannya: Bawalah makan tengah hari kita sebenarnya kita telah mengalami penat lelah dalam perjalanan kita ini. [63] Temannya berkata: Tahukah apa yang telah terjadi ketika kita berehat di batu besar itu? Sebenarnya aku lupakan hal ikan itu dan tiadalah yang menyebabkan aku lupa daripada menyebutkan halnya kepadamu melainkan Syaitan dan ikan itu telah menggelungsur menempuh jalannya di laut, dengan cara yang menakjubkan.(Al-Quran Surah al-Kahfi ayat 60-63)
    Ayat 61 menyebutkan نَسِيَا (nasiya) apakah ini menjelaskan nabi musa juga lupa atau hanya muridnya saja, klu dibilang bahwa nabi musa lupa tetapi mengapa ayat 63 menegaskan bahwa hanya muridnya yang lupa( أَنْسَانِيهُ) dan diganggu syaitan…..
    Jawab:Saya tidak maksudkan yang lupa itu adalah Nabi Musa.Yang saya maksudkan ialah Yusyak bin Nun itu dan ini dibinakan atas qaul yang mengatakan Yusyak bin Nun itu juga adalah seorang Nabi menurut sesetengah pendapat.

  21. Koreksi:
    Ternyata setelah saya periksa sekali lagi ayat surah al kahfi di atas bukan saja Yusyak bin Nun saja dinyatakan lupa oleh Al Quran malah Nabi Musa juga turut lupa karena perkataan نسيا (Nasiyaa) dalam ayat tersebut ditulis dengan sighah tastniah yang berarti kedua-duanya telah lupa.Ini mengukuhkan lagi hujjah-hujjah saya.Alhamdulillah.

  22. 1) ilham othmany, on Agustus 8, 2011 at 3:14 am said:
    سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى
    Kami akan membacakan al-Quran kepadamu (Muhammad) maka KAMU TIDAK AKAN LUPA.(Al-Quran Surah al-A’la ayat 6)

    2) ilham othmany, on Agustus 8, 2011 at 6:58 pm said:
    Gini bro…
    Nabi bisa lupa dalam perkara yang peribadi…….

    Saya:
    Berdasarkan AlQuran, Alloh SWT menjamin Nabi TIDAK LUPA selama-lamanya dalam segala urusan besar maupun kecil.

    Sekonyong-konyong, ilham othmany yakin benar bahwa nabinya bisa lupa. Jangankan dibilang “bisa lupa”, orang quraisy mekah bilang “Nabi Muhammad gila”.

    Jadi…..serahkan kepada Pembaca, berpihak kepada AlQuran atau sejalan dengan penafsiran TUAN ilham othmany. Sungguh sangat mustahil sekali….setuju dengan AlQuran dan membenarkan ilham othmany. Tak bisa haq dan bathil bersamaan.

    1) ilham othmany, on Agustus 8, 2011 at 3:14 am ngomongnya benar
    2) ilham othmany, on Agustus 8, 2011 at 6:58 pm ngomongnya salah
    Kesimpulan :
    Tuan ilham othmany harus bertobat.

  23. Bos ilham, salafy nashibi biasanya konsisten jika menafsirkan ayat alquran dg tafsir bil ma’tsur juga kalau ada dilengkapi asbabun nuzulnya, sedangkan penafsiran anda lebih kpd ra’yu Mu, tanpa disertakan bukti2 rujukan ulama dlm kitab mereka.

  24. ilham othmany berkata,

    Koreksi:
    Ternyata setelah saya periksa sekali lagi ayat surah al kahfi di atas bukan saja Yusyak bin Nun saja dinyatakan lupa oleh Al Quran malah Nabi Musa juga turut lupa karena perkataan نسيا (Nasiyaa) dalam ayat tersebut ditulis dengan sighah tastniah yang berarti kedua-duanya telah lupa.Ini mengukuhkan lagi hujjah-hujjah saya.Alhamdulillah.

    Hebat, hebat, ternyata ilham ini ahli tafsir qur’an juga ya, wah ada mufasstir baru rupanya, ‘setelah saya periksa’ hehehe kasian, kasian…

  25. @othmani

    Kami akan membacakan al-Quran kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa.(Al-Quran Surah al-A’la ayat 6)

    Anda menjawab

    Yang ini bukankah menegaskan nabi tdk pernah lupa……
    Jawab:Dalam ayat di atas Allah mengatakan Allah akan membacakan Al Quran kepada nabi supaya nabi tidak lupa.Berarti secara iktibar dari nas dan secara mafhum mukhalafahnya bahawa pada asalnya nabi juga bisa lupa.Coba Fahamkan baik-baik.

    Coba fahami baik-baik. Surah Al-A’la turun di Makkah sebelum tahun Hijriyyah. Sedangkan Nabi saw lupa, seperti anda katakan, terjadi di Madinah setelah Hijriyyah. Kalo ngomong itu pake mulut.

    Salam

  26. Jawab:He he he..Apa bedanya antara selepas dan sebelum jadi nabi?Bukankah orangnya itu itu juga?

    nah ini ketahuan klu ga tau artinya maksum,pantesan aja ngawur

    Jawab:Apakah anda tidak perhatikan siaqul kalam dalam ayat di atas?Dhamir yang digunakan adalah dhamir mukhatab yang berarti engkau yang ditujukan kepada nabi.Jadi,jelaskan?Bahawa secara eksplisit memang harus berlaku kelupaan atas baginda?

    sembarangan…!!

    Jawab:Dalam ayat di atas Allah mengatakan Allah akan membacakan Al Quran kepada nabi supaya nabi tidak lupa.Berarti secara iktibar dari nas dan secara mafhum mukhalafahnya bahawa pada asalnya nabi juga bisa lupa.Coba Fahamkan baik-baik.

    prasangka buruk lagi,n tdk ngerti bahasa,bisa2 klu allah memerintahkan berbuat baik, bisa diartikan si nashibi ini klu rosul tdk berahlaq baik 🙂

    nashibi memang tetap nashibi,bisa kita lihat ko ngototnya mereka membela sahabat berbanding terbalik dgn apa yg mereka nilai trhdp rosul.

  27. @ armand

    Anda lagi ngomong apa ya?

  28. lupa… lalai…. cuai …. yang mana satu pilihan kalbu? oh tidak sabar menanggung amanah.

  29. @ armand

    Anda lagi ngomong apa ya?

    walaaah ga bisa ngitung waktu ):
    menghayal lg si nashibi

  30. Sesama muslim hendaknya saling menghargai baik persamaan maupun perbedaan. Berbeda pendapat wajar tapi menghujat adalah dosa yang akan ditangung nafsi2

  31. maaf gunakan akhlak mulia dalam mengajukan pendapat, jangan saling menyalahkan

  32. @ ilham othmany, on Agustus 11, 2011 at 6:48 pm said:
    Pertama, berkenaan Nabi Adam a.s. iaitu:
    وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا dan seterusnya .?????
    Jawab:He he he..Apa bedanya antara selepas dan sebelum jadi nabi?Bukankah orangnya itu itu juga?
    ================================================================
    Benar orangnya itu –itu juga, Kalau faham ustadz begitu, ustadz masih bayi atau sudah dewasa sama dikenai kewajiban syariat, berapa banyak kalau begitu kewajiban yang ustadz tinggalkan sebelum dewasa..
    ———————————————————————————–
    Kedua, peringatan daripada Allah ta’ala kepada Nabi s.a.w. yang menunjukkan bahawa boleh berlaku lupa kepada Nabi s.a.w.: dan sterusnya……… .(Al-Quran Surah al-Kahfi ayat 24)
    Apa pada saat turun ayat tsb ditujukan kpd Nabi… maaf saya tdk lihat nabi atau Muhammadnya… dan apa pada saat itu nabi telah lupa melakukan sesuatu…..?????
    Jawab:Apakah anda tidak perhatikan siaqul kalam dalam ayat di atas?Dhamir yang digunakan adalah dhamir mukhatab yang berarti engkau yang ditujukan kepada nabi.Jadi,jelaskan?Bahawa secara eksplisit memang harus berlaku kelupaan atas baginda?
    ====================== = = = = = = = = = = = = = = =
    Kenapa ustadz tidak bawain saja hadits2nya atau ashabhbun nuzulnya dan penjelasannya.. bukankah ustadz punya segudang dalil, dari pada hanya berdasarkan prasangka saja….
    ———————————————————————————
    Ketiga, pembacaan al-Quran kepada Nabi s.a.w. supaya baginda tidak lupa:
    سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى
    Kami akan membacakan al-Quran kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa.(Al-Quran Surah al-A’la ayat 6)
    Yang ini bukankah menegaskan nabi tdk pernah lupa……
    Jawab:Dalam ayat di atas Allah mengatakan Allah akan membacakan Al Quran kepada nabi supaya nabi tidak lupa.Berarti secara iktibar dari nas dan secara mafhum mukhalafahnya bahawa pada asalnya nabi juga bisa lupa.Coba Fahamkan baik-baik.
    ===============================================================
    Ustadz munkin sebelum beliau menerima wahyu, karena beliau sebagai manusia biasa tentu pada asalnya nabi juga bisa lupa yang tidak berakibat dosa, ayat ini kan menegaskan bahwa sejak beliau menerima wahyu/alquran pertama beliau jadi tidak pernah lupa, artinya menguatkan maksud tulisan SP diatas…

    ———————————————————————————-
    Keempat, Nabi Musa a.s. bersama dengan Yusya’ bin Nun lupa kepada ikan yang dibawa mereka: dst ……………………(Al-Quran Surah al-Kahfi ayat 60-63)

    Jawab:Saya tidak maksudkan yang lupa itu adalah Nabi Musa.Yang saya maksudkan ialah Yusyak bin Nun itu dan ini dibinakan atas qaul yang mengatakan Yusyak bin Nun itu juga adalah seorang Nabi menurut sesetengah pendapat.
    Koreksi:
    Ternyata setelah saya periksa sekali lagi ayat surah al kahfi di atas bukan saja Yusyak bin Nun saja dinyatakan lupa oleh Al Quran malah Nabi Musa juga turut lupa karena perkataan نسيا (Nasiyaa) dalam ayat tersebut ditulis dengan sighah tastniah yang berarti kedua-duanya telah lupa.Ini mengukuhkan lagi hujjah-hujjah saya.Alhamdulillah.
    ========== = == == === ===
    Kalau penjelasan ustadz lupa dalam surat “alkahfi “ berlaku untuk Yusyak bin Nun dan Nabi Musa begitu berarti ustadz menapikan atau tidak konsisten dengan penjelasan Alkahfi ayat 24 yg diatas , ustadz menyebutkan :
    ( Dhamir yang digunakan adalah dhamir mukhatab yang berarti engkau yang ditujukan kepada nabi.Jadi,jelaskan?Bahawa secara eksplisit memang harus berlaku kelupaan atas baginda?)
    Dan juga ustadz menafikan penjelasan alkahfi “
    [63] Temannya berkata: Tahukah apa yang telah terjadi ketika kita berehat di batu besar itu? Sebenarnya aku lupakan hal ikan itu dan tiadalah yang menyebabkan aku lupa daripada menyebutkan halnya kepadamu melainkan Syaitan dan ikan itu telah menggelungsur menempuh jalannya di laut, dengan cara yang menakjubkan”
    Jika mengikuti pemahaman ustadz “bisa sesat pemahaman” yg membacanya

  33. Hahahahaha ini yg d bahas apa yg d komentar apa…

    Coba perhatiin baik2 si SP lagi bahas masalah sahabat abu hurairah yg d duga dusta atau khilaf dalam menyampaikan riwayat masalah Rasulullah ‘lupa’ rakaat dalam sholat.

    Eh ini koq malah d bahas ‘lupa’nya Rasulullah.. Ribut2 lagi saling cari pembenaran, kasian si SP susah2 kumpulin n nulis riwayat2 hadits tentang shalat Rasulullah.. Hahahaha

Tinggalkan komentar