Hadis Muawiyah Dilaknat Allah SWT [Bagian Kedua]

Hadis Muawiyah Dilaknat Allah SWT

Tulisan ini hanya melanjutkan tulisan sebelumnya mengenai pribadi Muawiyah dimana ia termasuk salah seorang yang dilaknat Allah SWT. Kali ini kami akan membawakan hadis yang mirip dengan hadis sebelumnya.

قال قيس بن حفص نا غسان بن مضر عن سعيد بن يزيد عن نصر بن عاصم الليثي عن أبيه قال دخلت مسجد رسول الله صلى الله عليه و سلم وأصحابه يقولون نعوذ بالله عز و جل من غضب الله ورسوله قلت ما شأنكم قالوا قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لعن الله القائد والمقود به

Telah berkata Qais bin Hafsh yang berkata telah menceritakan kepada kami Ghassaan bin Mudhar dari Sa’id bin Yazid dari Nashr bin ‘Aashim Al Laitsiy dari ayahnya yang berkata “aku pernah masuk ke masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ketika itu para sahabat Beliau berkata kami berlindung kepada Allah ‘azza wa jalla dari kemurkaan Allah dan Rasul-Nya. Aku berkata “apa masalah kalian?”. Mereka berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “laknat Allah bagi orang yang menuntun dan yang dituntunnya” [Al Ahaad Al Matsaaniy 2/192 no 938 bab Dzikru ‘Aashim Al Laitsiy radiallahu ‘anhu Abu Nashr bin ‘Aashim]

Hadis ini shahih diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat sedangkan ‘Aashim Al Laitsiy adalah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

  • Qais bin Hafsh adalah Qais bin Hafsh Al Qa’qa’ At Tamimi Al Bashriy seorang yang tsiqat. Ibnu Ma’in menyatakan tsiqat. Al Ijli berkata “tidak ada masalah padanya”. Abu Hatim berkata “syaikh”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Daruquthni menyatakan tsiqat [At Tahdzib juz 8 no 694]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat dan memiliki riwayat yang menyendiri [At Taqrib 2/33]
  • Ghassaan bin Mudhar adalah perawi Nasa’i yang tsiqat. Ahmad berkata “syaikh tsiqat tsiqat”. Ibnu Ma’in, Nasa’i dan Abu Dawud menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Abu Zur’ah berkata “shaduq”. Abu Hatim berkata “tidak ada masalah padanya, shalih al hadist” [At Tahdzib juz 8 no 459]. Ibnu Hajar menyatakan “tsiqat” [At Taqrib 2/5]
  • Sa’id bin Yazid adalah Sa’id bin Yazid bin Maslamah Al Azdiy adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Ma’in, Nasa’i, Ibnu Sa’ad, Al Ijli dan Al Bazzar menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkan dalam Ats Tsiqat dan Abu Hatim berkata “shalih” [At Tahdzib juz 4 no 168]
  • Nashr bin ‘Ashim Al Laitsiy adalah perawi Bukhari dalam Raf’ul Yadain, Muslim, Abu Dawud, Nasa’i dan Ibnu Majah. Nasa’i menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 10 no 774]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 2/243] dan Adz Dzahabi juga menyatakan tsiqat [Al Kasyf no 5812]

Qais bin Hafsh dalam periwayatannya dari Ghassaan bin Mudhar memiliki mutaba’ah yaitu dari Katsir bin Yahya Abu Malik Al Bashri sebagaimana yang disebutkan Ibnu Sa’ad dalam Ath Thabaqat 7/78. Dari Musa bin Ismail dan Uqbah bin Sinan sebagaimana diriwayatkan Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir 17/176 no 465 dan Adh Dhiya’ dalam Al Mukhtarah 3/278. Kemudian dari Muhammad bin ‘Abdurrahman Al ‘Allaaf sebagaimana yang diriwayatkan Abu Nu’aim dalam Ma’rifat Ash Shahabah no 4810 biografi ‘Aashim Abu Nashr Al Laitsiy.

  • Katsir bin Yahya Abu Malik Al Bashri adalah seorang yang tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Ats Tsiqat juz 9 no 14996]. Abu Hatim dan Abu Zur’ah meriwayatkan darinya dimana Abu Hatim berkata “tempat kejujuran dan bertasyayyu’” dan Abu Zur’ah menyatakan ia shaduq [Al Jarh Wat Ta’dil 7/158 no 885] dan telah ma’ruf bahwa Abu Hatim dan Abu Zur’ah hanya meriwayatkan dari perawi yang mereka anggap tsiqat oleh karena itu Syaikh Al Albaniy menyatakan Katsir bin Yahya tsiqat [Silsilah Ash Shahihah 2/263 no 658]
  • Musa bin Ismail Al Bashriy adalah seorang perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Ma’in, Abu Hatim, Abu Walid Ath Thayalisi dan Al Ijli menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 10 no 585].
  • Uqbah bin Sinan Al Bashri yang meriwayatkan dari Ghassaan bin Mudhar disebutkan biografinya oleh Ibnu Abi Hatim dimana ayahnya Abu Hatim meriwayatkan darinya dan mengatakan kalau ia seorang yang shaduq [Al Jarh Wat Ta’dil 6/311 no 1734]
  • Muhammad bin ‘Abdurrahman Al ‘Allaaf disebutkan Ibnu Hibban dalam Ats Tsiqat [Ats Tsiqat juz 9 no 15936]. Al Haitsami berkata “tidak dikenal” [Majma’ Az Zawaid 6/459 no 10753]. Riwayatnya disini bisa dijadikan mutaba’ah.

Pada riwayat di atas memang tidak disebutkan siapa sebenarnya orang yang dimaksud Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut tetapi dalam riwayat Katsir bin Yahya Abu Malik Al Bashri disebutkan kalau orang yang dimaksud adalah Muawiyah dan ayahnya Abu Sufyan. Tentu saja tidak ada pertentangan disini yang ada justru hadis-hadis tersebut saling menjelaskan satu sama lain. Riwayat yang tidak menyebutkan nama orang yang dimaksud dijelaskan dalam riwayat lain kalau orang tersebut adalah Muawiyah.

Sebagian orang berusaha membela Muawiyah dengan menyatakan kalau Katsir bin Yahya Abu Malik adalah seorang syiah dan riwayat yang menguatkan akidahnya [syiah] yang katanya aqidah itu adalah menggelorakan kebencian kepada sahabat harus ditolak. Jadi menurut orang tersebut penyebutan nama Muawiyah itu tidak shahih.

Penolakan ini jelas mengada-ada dan sebenarnya cuma cari-cari alasan untuk menolak hadis yang tidak sesuai dengan keyakinannya. Perkataannya kalau riwayat Katsir bin Yahya tertolak karena menggelorakan kebencian sahabat tidak bisa diterima dan sebenarnya muncul dari ketidakpahaman dirinya terhadap matan riwayat. Memang dari riwayat Qais bin Hafsh di atas tidak diketahui apakah orang yang dilaknat tersebut adalah dari kalangan sahabat? Atau dari kalangan orang kafir?. Tetapi dalam riwayat lain dapat dipahami kalau orang tersebut termasuk dari kalangan sahabat.

حدثنا العباس بن الفضل الأسفاطي ثنا موسى بن اسماعيل و حدثنا عبد الرحمن بن الحسين العابوري التستري ثنا عقبة بن سنان الدارع قالا ثنا غسان بن مضر عن سعيد بن يزيد أبي مسلمة عن نصر بن عاصم الليثي عن أبيه قال دخلت مسجد المدينة فاذا الناس يقولون نعوذ بالله من غضب الله و غضب رسول الله قال قلت : ماذا ؟ قالوا : كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يخطب على منبره فقام رجل فأخذ بيد ابنه فأخرجه من المسجد فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم لعن الله القائد و المقود

Telah menceritakan kepada kami ‘Abbas bin Fadhl Al Isfaathiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Musa bin Ismail dan telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Husain Al Tusturiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Sinan Adz dzaraa’ yang keduanya [Musa bin Ismail dan Uqbah bin Sinan] berkata telah menceritakan kepada kami Ghassaan bin Mudhaar dari Sa’id bin Yazid Abi Maslamah dari Nashr bin ‘Aashiim Al Laitsiy dari ayahnya yang berkata aku masuk ke masjid Madinah dimana orang-orang berkata “kami berlindung kepada Allah dari kemurkaan Allah dan Rasul-Nya. Aku berkata “ada apa?” mereka menjawab “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berkhutbah di atas mimbar kemudian seorang laki-laki berdiri memegang tangan anaknya dan keduanya keluar dari masjid maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “laknat Allah bagi orang yang menuntun dan yang dituntun…[Mu’jam Al Kabir Ath Thabrani 17/176 n0 465]

‘Abbas bin Fadhl Al Isfaathy adalah seorang yang shaduq [Su’alat Al Hakim no 143] dan ‘Abdurrahman bin Husain Al Tusturiy juga seorang yang shaduq [Irsyad Al Qadhi no 533] sedangkan para perawi lain telah disebutkan sebelumnya. Kalau riwayat di  atas dipahami dengan baik maka sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini terkait dengan peristiwa dimana para sahabat sedang mendengarkan khutbah Nabi di dalam masjid madinah. Tampak jelas kalau orang yang dimaksud juga berada di dalam masjid dan awalnya ikut mendengarkan khutbah Nabi. Kemudian orang tersebut [ayah dan anak] keduanya keluar dari masjid ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berkhutbah. Saat itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan sabda tersebut dihadapan para sahabat lainnya yang masih berada di dalam masjid.

Jika orang yang dimaksud saat itu adalah orang kafir maka tidak akan mungkin ia masuk ke dalam masjid dan ikut mendengarkan khutbah Nabi. Jadi kedua orang tersebut pada saat itu sudah masuk islam dan termasuk sahabat Nabi. Jadi tidak ada alasan mencela riwayat Katsir bin Yahya Abu Malik dengan alasan membenci sahabat atau mengungkap aib sahabat toh justru riwayat Musa bin Ismail dan Uqbah bin Sinan menyatakan dengan jelas bahwa orang yang dimaksud adalah dari kalangan sahabat. Apakah kedua riwayat ini mesti ditolak juga?. Kalau begitu alangkah mudahnya menolak hadis-hadis shahih hanya dengan alasan “membela sahabat”. Kemudian mari diperhatikan riwayat Katsir bin Yahya yang dikatakan “menggelorakan kebencian kepada sahabat” sebagaimana disebutkan Ibnu Sa’ad

قال أخبرت عن أبي مالك كثير بن يحيى البصري قال حدثنا غسان بن مضر قال حدثنا سعيد بن يزيد عن نصر بن عاصم الليثي عن أبيه قال دخلت مسجد رسول الله صلى الله عليه وسلم وأصحاب النبي صلى الله عليه وسلم يقولون نعوذ بالله من غضب الله وغضب رسوله قلت ما هذا قالوا معاوية مر قبيل أخذ بيد أبيه ورسول الله صلى الله عليه وسلم على المنبر يخرجان من المسجد فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم فيهما قولا

[Ibnu Sa’ad] berkata aku mendapat kabar dari Abi Malik Katsir bin Yahya Al Bashri yang berkata telah menceritakan kepada kami Ghassaan bin Mudhaar yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Yazid dari Nashr bin ‘Aashim Al Laitsiy dari ayahnya yang berkata aku masuk ke masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabat-sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata “kami berlindung kepada Allah dari kemurkaan Allah dan Rasul-Nya, maka aku berkata “ada apa ini?” mereka menjawab “Muawiyah berjalan sambil memegang tangan ayahnya dan ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berada di atas mimbar, keduanya keluar dari masjid maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang mereka berdua suatu perkataan [Thabaqat Ibnu Sa’ad 7/78]

Silakan diperhatikan dengan baik, dalam riwayat Katsir bin Yahya justru tidak ada pernyataan yang menunjukkan kebencian terhadap sahabat sebagaimana yang dimaksud oleh sebagian orang. Riwayat Katsir bin Yahya yang disebutkan di atas justru tidak menyebutkan lafaz soal laknat. Jadi apanya yang menggelorakan kebencian kepada sahabat?. Riwayat-riwayat lain yang menyebutkan soal laknat merupakan pelengkap bagi riwayat Katsir bin Yahya. Jadi sebagaimana yang kami sebutkan riwayat Katsir bin Yahya dan riwayat Musa bin Ismail, Uqbah bin Sinan dan Qais bin Hafsh saling melengkapi satu sama lain.

Celaan terhadap Muawiyah ini juga dikuatkan oleh riwayat Bara’ bin ‘Azib sebagaimana yang disebutkan Muhammad bin Harun Ar Ruuyani dengan jalan sanad dari Muhammad bin Ishaq dari Ishaq bin Ibrahim Ar Raziy dari Salamah bin Fadhl dari Muhammad bin Ishaq dari Ibrahim bin Barra’ bin ‘Aazib dari ayahnya dengan matan yang menyebutkan nama Muawiyah dan Abu Sufyan [Musnad Ar Ruuyani 1/389].

  • Muhammad bin Ishaq adalah Abu Bakar As Shaghaniy termasuk syaikh-nya Ar Ruuyani seorang yang tsiqat hafizh. Abu Hatim berkata “tsabit shaduq”. Nasa’i berkata “tidak ada masalah” terkadang berkata “tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ibnu Khirasy dan Daruquthni menyatakan tsiqat [Tahdzib Al Kamal no 5053]
  • Ishaq bin Ibrahim Ar Razy termasuk salah seorang syaikh [guru] Ahmad bin Hanbal dimana telah ma’ruf kalau Ahmad hanya meriwayatkan dari perawi yang tsiqat menurutnya. Ibnu Ma’in juga telah memuji Ishaq bin Ibrahim Ar Razy [Al Jarh Wat Ta’dil 2/208 no 709]
  • Salamah bin Fadhl Al Abrasy seorang yang diperselisihkan. Bukhari menyatakan ia meriwayatkan hadis-hadis mungkar. Abu Hatim berkata “tempat kejujuran didalam hadisnya terdapat hal-hal yang diingkari, ditulis hadisnya tetapi tidak dijadikan hujjah”. Nasa’i berkata “dhaif”. Ibnu Ma’in menyatakan ia tsiqat. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat shaduq”. Jarir menyatakan kalau dari Baghdad hingga khurasan tidak ada yang lebih tsabit dalam riwayat dari Ibnu Ishaq selain Salamah. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan berkata “sering salah dan keliru”. Al Hakim berkata “tidak kuat”. Abu Dawud menyatakan tsiqat. Ibnu Khalfun mengutip dari Ahmad yang berkata tentangnya “tidak kuketahui tentangnya kecuali yang baik” [At Tahdzib juz 4 no 265]. Ibnu Hajar berkata “shaduq banyak salahnya” [At Taqrib 1/378]. Pendapat yang rajih ia adalah seorang yang shaduq tetapi banyak melakukan kesalahan sehingga sebagian riwayatnya diingkari tetapi riwayatnya dari Ibnu Ishaq dinilai hasan.
  • Muhammad bin Ishaq bin Yasar adalah penulis kitab sirah yang terkenal. Ibnu Hajar mengatakan ia seorang yang imam dalam sejarah, shaduq melakukan tadlis dan bertasyayyu’ [At Taqrib 2/54]. Disini riwayat Ibnu Ishaq dengan an’anah padahal ia seorang yang melakukan tadlis maka riwayatnya lemah tetapi riwayat ini bisa dijadikan i’tibar.
  • Ibrahim bin Barra’ bin ‘Aazib adalah seorang tabiin yang tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Ats Tsiqat juz 4 no 1598]. Ibnu Hajar dalam biografi Ibrahim bin Barra’ bin Nadhr bin Anas bin Malik menyatakan kalau Ibrahim bin Barra’ bin ‘Aazib seorang yang tsiqat [Lisan Al Mizan juz 1 no 73]

Riwayat Barra’ bin ‘Aazib lemah karena tadlis Ibnu Ishaq tetapi bisa dijadikan i’tibar. Kembali ke hadis ‘Aashim Al Laitsiy di atas dengan mengumpulkan semua riwayat ‘Aashim Al Laitsiy maka diketahui bahwa peristiwa yang dimaksud terjadi di masjid Madinah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah di atas mimbar. Di tengah khutbah, Abu Sufyan dan Muawiyah beranjak keluar dari masjid meninggalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang berkhutbah maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda melaknat mereka berdua. Setelah itu di dalam masjid para sahabat mengucapkan “kami berlindung kepada Allah SWT dari kemurkaan Allah dan Rasul-Nya”. Doa para sahabat tersebut bisa dimaklumi mengingat sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu tertuju kepada dua orang yang pada saat itu sudah masuk islam dan notabene-nya termasuk sahabat Nabi juga. Salam Damai

7 Tanggapan

  1. ampun @secondprince… ampun …
    anda memang luar biasa.

    Saya menyerah dan mengakui bahwa Abu Sufyan memang laknatullah.
    Saya menyerah dan mengakui bahwa Muawiyah bin Abu Sufyan memang laknatullah.
    Saya menyerah dan mengakui bahwa Yazid bin Muawiyah memang laknatullah.
    Saya menyerah dan mengakui bahwa keturunan memereka semua dan yang mengikuti mereka semua adalah manusia-manusia laknat. Laknatullah kepada mereka dan yang mengikuti mereka …

    Abu Sufyan adalah musuh sejati Rasulullah. Abu Sufyan memang pantas dilaknat.
    Muawiyah adalah musuh sejati Imam Ali. Maka Muawiyah memang pantas dilaknat.
    Yazid adalah musuh sejati Imam Husein. Maka Yazid memang pantas untuk dilaknat …

  2. @wahabi kampret
    ada 2 orang yg sy tau ttg keturunan muawiyah yg memiliki keutamaan n kedekatan mereka kpd ahlulbait
    1.muawiyah bin yazid bin muawiyah bin abusofyan
    2.umar bin abdul aziz

  3. @aldj, Ya, saya tahu. Karena itulah saya mengatakan: ‘lakna Allah atas keturunan mereka dan yang mengikuti mereka’. Ini berarti mengecualikan Keturunan mereka yang tidak mengikuti mereka. Thx

  4. owh yach low musuh sejati Imam Hasan al-Mujtaba sapa yach?

  5. owh yach low musuh sejati Imam Hasan al-Mujtaba sapa yach?

    syukron bagi yang mw menjawab 😀

  6. Na’udzubillah minasy syaithoonir rojim, waminasy syi’ah rofidhoh…amiin

  7. Saya lagi membayangkan orang orang syi’ah dijaman Rasul…..
    Melaknat Istri Rasul, Muawiyah, Abu bakr, Umar dan banyak sahabat lain….
    sering nikah mut’ah…sampai banyak yang lahir dari nikah mut’ah…
    strata tertingginya memakai sorban hitam…
    memukul mukul kepala jika ada yang mau diratapi….

    siapa siapa ya mereka…??
    ada yang bisa bantu …??

Tinggalkan komentar