Hadis Terdapat Tujuh Puluh Kuburan Para Nabi Di Dalam Masjid Al Khaif

Hadis Terdapat Tujuh Puluh Kuburan Para Nabi Di Dalam Masjid Al Khaif

Hadis ini adalah salah satu hadis yang sering dicacatkan oleh salafy atau sering mereka tuduh bathil dan mungkar. Di sisi lain hadis ini malah dijadikan hujjah oleh sebagian ulama untuk membolehkan shalat di masjid yang terdapat kuburan di sisi atau di dekatnya. Telah dikenal dengan tsabit bahwa Nabi SAW dan para sahabat melaksanakan shalat di masjid Al Khaif sehingga sebagian ulama tersebut berkata “hal ini menunjukkan kalau shalat di masjid yang di dalamnya terdapat kuburan tetap diperbolehkan” [dengan perincian tertentu]. Fokus utama pembahasan ini adalah menunjukkan bahwa hadis ini memang shahih dan pencacatan salafy diantaranya oleh Syaikh Al Albani adalah pencacatan yang dicari-cari atau tidak sesuai dengan standar ilmu hadis.

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُسْتَمِرِّ الْعُرُوقِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُحَبَّبٍ أَبُو هَمَّامٍ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي مَسْجِدِ الْخَيْفِ قُبِرَ سَبْعُونَ نَبِيًّا

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Al Mustamir Al Uruqi yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muhabbab Abu Hamam yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Thahman dari Manshur dari Mujahid dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Di dalam masjid Al Khaif terdapat kuburan atau makam tujuh puluh Nabi” [Kasyf Al Astar Zawaid Musnad Al Bazzar 2/48 no 1177]

Para perawi hadis ini adalah perawi yang tsiqat kecuali Ibrahim bin Al Mustamir seorang yang shaduq dan ia memiliki mutaba’ah dari Ahmad bin Manshur Ar Ramadi dan Isa bin Syadzan keduanya perawi tsiqat. Sehingga hadis ini kedudukannya shahih

  • Ibrahim bin Al Mustamir Al Uruqi adalah perawi Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah dan Tirmidzi dalam Asy Syama’il. Nasa’i berkata “shaduq” terkadang berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Hibban memasukkannya dalamm Ats Tsiqat dan berkata “memiliki riwayat gharib” [At Tahdzib juz 1 no 295]. Dalam Tahrir At Taqrib dikatakan kalau ia seorang yang shaduq hadisnya hasan, dan perkataan Ibnu Hibban tidak bisa dijadikan pegangan. Jama’ah telah meriwayatkan darinya diantaranya Ibnu Khuzaimah dan Abu Hatim [Tahrir At Taqrib no 251]
  • Muhammad bin Muhabbab Abu Hamam Ad Dallal adalah perawi Abu Dawud, Nasa’i dan Ibnu Majah. Abu Hatim berkata “hadisnya baik, shaduq dan tsiqat dalam hadis”, Abu Dawud, Al Hakim, Ibnu Hibban dan Maslamah bin Qasim menyatakan tsiqat [At Tahdzib juz 9 no 700]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat” [At Taqrib 2/129]
  • Ibrahim bin Thahman adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Mubarak berkata “hadisnya shahih”. Abu Hatim, Ahmad dan Abu Dawud berkata “tsiqat”. Ibnu Ma’in dan Al Ijli berkata “tidak ada masalah”. Utsman bin Sa’id Ad Darimi berkata “tsiqat dalam hadis”. Shalih bin Muhammad berkata “tsiqat dan hadisnya hasan”. Ishaq bin Rahawaih menyatakan bahwa ia seorang yang tsiqat dan shahih hadisnya. Daruquthni berkata “tsiqat”. Ibnu Ammar menyendiri menyatakan ia dhaif. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat seraya mengatakan kalau hadisnya lurus hanya saja ia menyendiri meriwayatkan dari para perawi tsiqat hadis-hadis mu’dhal. Ibnu Hajar berkata “dia seorang yang tsiqat dan shahih hadisnya jika yang meriwayatkan darinya adalah perawi tsiqat” [At Tahdzib juz 1 no 231]
  • Manshur bin Mu’tamar adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Abu Hatim berkata “tsiqat”. Al Ijli berkata “tsiqat tsabit dalam hadis” Ibrahim bin Musa berkata “orang yang tsabit dari penduduk kufah”. Ibnu Ma’in berkata “Manshur lebih disukai daripada Habib bin Abi Tsabit, Amru bin Murrah dan qatadah”. Abu Dawud berkata “Manshur tidak meriwayatkan kecuali dari perawi tsiqat” [At Tahdzib juz 10 no 547]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat tsabit [At Taqrib 2/215]
  • Mujahid bin Jabr adalah tabiin perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Ma’in, Abu Zur’ah, Ibnu Sa’ad, Al Ijli menyatakan tsiqat. [At Tahdzib juz 10 no 68]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat imam tafsir” [At Taqrib 2/159]. Adz Dzahabi berkata “imam qira’at dan tafsir, hujjah” [Al Kasyf no 5289]

Hadis ini disebutkan Ibnu Hajar dalam Al Mathalib Al Aliyyah no 1332 bab “Keutamaan Masjid Al Khaif” dengan jalan sanad dari Abu Ya’la dari Ar Ramadi Abu Bakar dari Abu Hammam Ad Dallal dari Ibrahim bin Thahman dari Manshur dari Mujahid dari Ibnu Umar secara marfu’. Abu Bakar Ar Ramadi adalah Ahmad bin Manshur Ar Ramadi seorang yang tsiqat hafizh [At Taqrib 1/47] dan disebutkan oleh Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir 12/414 no 13525 dengan jalan sanad dari Abdan bin Ahmad dari Isa bin Syadzan dari Abu Hamam Ad Dallal dari Ibrahim bin Thahman dari Manshur dari Mujahid dari Ibnu Umar secara marfu’. Sanad ini shahih, Abdan bin Ahmad Al Ahwadzi seorang hafizh hujjah allamah [As Siyar 14/169 no 97]. Al Khatib menyebutnya seorang hafizh yang tsabit imam dalam hadis [Tarikh Baghdad 9/386 no 4955] sedangkan Isa bin Syadzan seorang hafizh yang tsiqat [At Taqrib 1/770]. Ibrahim bin Mustamir, Ahmad bin Manshur dan Isa bin Syadzan meriwayatkan hadis ini dari Abu Hammam Ad Dallal sehingga kedudukan hadis ini tidak diragukan lagi adalah shahih. Al Haitsami berkata tentang hadis ini “riwayat Al Bazzar dan para perawinya tsiqat” [Majma’ Az Zawaid 3/640 no 5769]. Ibnu Hajar menyatakan hadis ini shahih [Mukhtasar Zawaid no 713] dan Al Bushairi berkata “riwayat Abu Ya’la dan Al Bazzar dengan sanad yang shahih [Mukhtasar Al Ithaf 2/347]

Dan tidak diargukan lagi kalau Nabi SAW melaksanakan shalat bersama sahabat di masjid Al Khaif seperti yang diriwayatkan dalam berbagai hadis shahih diantaranya

حدثنا أحمد بن منيع حدثنا هشيم أخبرنا يعلي بن عطاء حدثنا جابر بن يزيد بن الأسود العامري عن أبيه قال شهدت مع النبي صلى الله عليه و سلم حجته فصليت معه صلاة الصبح في مسجد الخيف

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Husyaim yang mengabarkan kepada kami Ya’la bin Atha’ yang menceritakan kepada kami Jabir bin Yazid bin Al Aswad Al Umari dari Ayahnya yang berkata “aku bersama Nabi SAW melaksanakan ibadah haji kemudian Aku shalat shubuh bersama Beliau di Masjid Al Khaif [ Sunan Tirmidzi 1/424 no 219 dishahihkan oleh Syaikh Al Albani]


.

.

Syubhat Syaikh Al Albani

Syaikh Al Albani berusaha melemahkan hadis ini dengan melemahkan Ibrahim bin Thahman karena menurut Syaikh, Ibrahim bin Thahman walaupun tsiqat juga memiliki riwayat gharib ditambah lagi hadis ini menurut beliau menyelisihi hadis yang mayshur riwayat Ibnu Abbas dengan lafaz “telah shalat 70 orang Nabi di Masjid Al Khaif”. Sehingga menurut Syaikh Al Albani Ibrahim bin Thahman melakukan kesalahan dalam hadis tersebut. [Tahdziir As Saajid Min Ittikhaadzil Qubuur Masaajid hal 44 dalam pembahasan atau jawaban syubhat ke-3]

Pernyataan kalau Ibrahim bin Thahman meriwayatkan hadis gharib itu bersumber dari Ibnu Hajar [At Taqrib 1/58 no 189] dan tidak ada ulama mutaqaddimin [terdahulu] yang menyatakan demikian. Satu-satunya dasar bagi Ibnu Hajar ini adalah perkataan Ibnu Hibban dalam Ats Tsiqat kalau Ibrahim bin Thahman meriwayatkan dari para perawi tsiqat hadis-hadis mu’dhal. Seandainya pun Ibnu Hibban benar maka riwayat gharib yang dimaksud terbatas pada hadis-hadis mu’dhal milik Ibrahim bin Thahman dan hadis di atas jelas bukan hadis mu’dhal. Apalagi jika kita melihat bagaimana kedudukan sebenarnya Ibrahim bin Thahman di kalangan para ulama mu’tabar maka kita dapat melihat kalau mereka menyatakan ta’dil mutlak kepadanya dan satu-satunya kritik terhadap Ibrahim adalah ia dituduh menganut paham irja’ dan ini pun juga dibantah oleh para ulama. Yang lebih aneh lagi adalah kalau Syaikh Al Albani mengutip pendapat Ibnu Hajar maka menurut Ibnu Hajar sendiri hadis Ibrahim bin Thahman shahih jika yang meriwayatkan darinya adalah perawi tsiqat dan yang meriwayatkan hadis ini dari Ibrahim bin Thahman adalah Abu Hammam yang tsiqat.

Jadi dilihat dari berbagai sisi hujjah Syaikh Al Albani itu gak kena sama sekali alias cuma dicari-cari. Yang lebih lucu lagi adalah Syaikh Al Albani justru tidak mempermasalahkan Ibrahim bin Thahman bahkan menghasankan hadisnya ketika Ibrahim bin Thahman meriwayatkan hadis “Nabi melihat Allah dalam sebaik-baik bentuk” yaitu riwayat Ibrahim bin Thahman dari Simmak bin Harb dari Jabir bin Samurah, padahal Ibrahim bin Thahman menyendiri meriwayatkan hadis ini dari sahabat Jabir [Zhilal Al Jannah Takhrij As Sunnah no 465]. Apa karena sesuai dengan mahzabnya maka suatu hadis tidak perlu dikritik tetapi ketika perawi yang sama meriwayatkan hadis yang bertentangan dengan mahzabnya maka harus dicari-cari kelemahannya.

Begitu pula dengan perkataan Syaikh Al Albani bahwa lafaz hadis Ibrahim bin Thahman salah yang benar adalah lafaz “shalat” bukan “kubur”. Hadis dengan lafaz “telah shalat 70 Nabi di masjid Al Khaif” memang ada diriwayatkan oleh Ibnu Abbas [ini pun terdapat perselisihan apakah ia mauquf atau marfu’] dan kalau kita bandingkan sanadnya dengan hadis Ibnu Umar dengan lafaz “kubur” maka hadis dengan lafaz “kubur” yaitu hadis Ibnu Umar jauh lebih kuat sanadnya sedangkan hadis Ibnu Abbas itu diriwayatkan oleh perawi yang mengalami ikhtilath jadi lebih mungkin kalau yang dinyatakan salah itu riwayat Ibnu Abbas dengan lafaz “shalat” bukannya riwayat Ibnu Umar. Jika kami perhatikan baik-baik tulisan Syaikh Al Albani kami melihat kalau Syaikh Al Albani -maaf terkesan agak sembrono.

Ketika mengomentari Al Haitsami yang berkata “riwayat Al Bazzar dan para perawinya tsiqat” Syaikh Al Albani mengatakan

وهذا قصور منه في التخريج فقد أخرجه الطبراني أيضا كما رأيت قلت ورجال الطبراني ثقات أيضا غير عبدان بن أحمد وهو الأهوازي كما ذكر الطبراني في « المعجم الصغير » ( ص 136 ) ولم أجد له ترجمة وهو غير عبدان بن محمد المروزي وهو من شيوخ الطبراني أيضا في « الصغير » ( ص 136 ) وغيره وهو ثقة حافظ له ترجمة في« تاريخ بغداد » ( 11 / 135 ) و « تذكرة الحفاظ » ( 2 / 230 ) وغيرها

Ini menunjukkan kegagalan Al Haitsami dalam mentakhrij karena hadis ini diriwayatkan juga oleh Ath Thabrani sebagaimana yang kita lihat. Aku katakan perawi Thabrani tsiqat kecuali Abdan bin Ahmad, dia adalah Al Ahwazi sebagaimana disebutkan Thabrani dalam Mu’jam As Shaghiir dan tidak ditemukan biografinya. Dia bukanlah Abdan bin Ahmad Al Marwazi seorang Syaikh Thabrani juga dalam Mu’jam As Shagiir dan yang lainnya. Ia seorang yang tsiqat lagi hafiz dan biografinya disebutkan dalam Tarikh Baghdad 11/135 dan Tadzkirah Al Huffazh 2/230 dan selain keduanya [Tahdzir As Saajd hal 44]

Kami katakan : Syaikh Al Albani terlalu terburu-buru, Abdan bin Ahmad Al Ahwazi adalah Abdullah bin Ahmad bin Musa yang juga dikenal Abdan Al Ahwadzi. Biografinya disebutkan oleh Adz Dzahabi dalam As Siyar 14/169 no 97 dan disebutkan oleh Al Khatib dalam Tarikh Baghdad 9/386 no 4955. Dari biografinya bisa dilihat kalau Abdan bin Ahmad Al Ahwazi seorang hafizh imam tsabit hujjah. Sungguh jauh sekali bedanya dengan perkataan Syaikh Al Albani, kalau Al Haitsami dikatakan kegagalan mentakhrij maka Syaikh Al Albani sendiri kegagalan dalam hal apa, silakan pembaca nilai sendiri. Salam Damai

9 Tanggapan

  1. Menarik sekali postingnya, sukses untuk anda.
    Silahkan kunjungi Blog kami http://www.harisistanto.wordpress.com, baca posting baru hari ini berjudul : “Analisa usaha cuci sepeda motor”, serta artikel lain yang menarik, dan kalau berkenan mohon diberi komentar. Terima kasih.

  2. Menurut Syaikh Al Albani bahwa lafaz hadis Ibrahim bin Thahman salah yang benar adalah lafaz “shalat” bukan “kubur
    Saya yang bodoh ini ingin bertanya : Kapan masjid Al Khaif dibangun? Serta kapan Nabi yang 70 itu bershalat disana serta siapa saja Nabi yang 70 itu. Wasalam

  3. Masjid al Khaif dimana?saya pernah baca hadis dari Rasul SAWW bahwa disetiap masjid yang dibangun atau didirikan,ditanah masjid tsb terdapat makam,darah atau peninggalan para manusia suci..jadi gak slh jika diriwiyatkan di masjid al khaif itu merupakan makam para Nabi as…
    @rafidhah
    Nabi as kan ada 124.000 mas,jadi susah juga Nabi yang mana dari 70 nabi as itu…btw jangankan di Al Khaif, di masjidil Haram pun terdapat makam 70.000 Nabi as (Hadis Imam Ja’far As-Shadiq as)….

  4. @ari
    Kalau demikian kelihatannya Syekh Albani kurang mendapat informasi. Wasalam

  5. @rafidah
    bukan tdk mendapat informasi, tapi tdk sesuai dengan hawa nafsunya lebih tepatnya mahzab yg dibangunnya….

  6. Subhanallah ilmu yang sangat berharga sekali semoga menjadi amalan yang tiada putus putus pahalanya jazakallooh

  7. إِنِّي أَبْرَأُ إِلَى اللهِ أَنْ يَكُوْنَ لِي مِنْكُمْ خَلِيْلٌ، فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدِ اتَّخَذَنِي خَلِيْلاً، كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيْمَ خَلِيْلاً، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِي خَلِيْلاً لاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيْلاً، أَلاَ وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوْا يَتَّخِذُوْنَ قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيْهِمْ مَسَاجِدَ، أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا الْقُبُوْرَ مَسَاجِدَ، إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ.
    ‘Sungguh aku menyatakan kesetiaanku kepada Allah dengan menolak bahwa aku mempunyai seorang khalil (kekasih mulia) di antara kamu, karena sesungguhnya Allah telah menjadikan aku sebagai khalil, seandainya aku boleh menjadikan seorang khalil dari umatku, niscaya aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai khalil. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya umat-umat sebelum kamu telah menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka dan orang-orang shalih mereka sebagai tempat ibadah. Ingatlah, janganlah kamu sekalian menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, karena aku benar-benar melarang kamu melakukan perbuatan itu.’” HR Muslim (no. 532 (23)) bab: An-Nahyu ‘an Binaa-il Masaajid ‘alal Qubuuri wa Ittikhadzis Shuwari fiiha wan Nahyu ‘an Ittikhadzil Qubuuri Masaajid (Larangan Membangun Masjid di Atas Kuburan dan Larangan Membuat Patung-Patung serta Larangan Menjadikan Kuburan Sebagai Masjid).

  8. Rasulullah shalallahu ‘alahi wassalam bersabda:
    اَللّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ قَبْرِيْ وَثَنًا، لَعَنَ اللهُ قَوْمًا اِتَّخَذُوْا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ.
    “Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan kuburanku sebagai berhala (yang disembah). Allah melaknat suatu kaum yang menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai tempat untuk ibadah.” HR. Ahmad (II/246), al-Humaidi dalam Musnadnya (no. 1025) dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’ dari Sahabat Abu Hurairah z. Sanadnya shahih. Diriwayatkan juga oleh Imam Malik (I/156 no. 85), dari ‘Atha’ bin Yasar secara marfu’. Hadits ini mursal shahih. Lihat Tahdziirus Saajid (hal. 25-26).

  9. Jgnlah menyesatkan umat dengan merusak keshahihan sunnah Rasulullah seperti yg dilakukan oleh Habib Munzier. Semoga Allah memberikan hidayah bagi org2 yg sesat dan lalai.

Tinggalkan komentar