Tidak Shahih Abu Bakar Meminta Maaf Pada Sayyidah Fatimah

Hokage Keempat
Hokage Keempat

Abu Bakar Tidak Pernah Meminta Maaf Pada Sayyidah Fatimah AS

Sepertinya kisah Fadak ini masih terus berlanjut untuk dibahas. Kali ini sang penulis yang merasa tahu banyak soal Syiah itu telah membuat tulisan baru. Akhirnya Fatimah Memaafkan Abu Bakar. Sayangnya metode penulisan tetap saja tidak berubah. Beliau tetap berpegang pada riwayat-riwayat yang tidak shahih atau dipertanyakan keshahihannya. Seandainya anda tidak merasa bosan maka kali ini saya kembali akan meluruskan tulisan beliau dalam Situsnya itu.

Seperti biasa sang penulis menyatakan kesimpulan di bait pertama tulisannya

Fatimah saja mau memaafkan Abubakar tanpa mensyaratkan pengalihan hak tanah fadak pada dirinya, tapi pada hari ini, setelah 14 abad dari peristiwa itu, masih banyak yang mendendam pada Abubakar.

Kesimpulan ini keliru karena tidak ada kabar shahih yang meriwayatkan bahwa Abu Bakar meminta maaf kepada Sayyidah Fatimah AS pasca peristiwa Fadak. Kabar shahih yang ada justru kesaksian Aisyah RA bahwa Sayyidah Fatimah AS tidak pernah berbicara kepada Abu Bakar sampai akhir hayatnya pasca peristiwa Fadak.

Terkadang orang lain membuat kita begitu marah, sehingga dalam hati kita timbul dendam dan ingin melampiaskan dendam itu secepatnya. Bisa jadi dendam itu begitu merasuk sehingga kita tidak bisa menahan emosi ketika melihat orang tadi.

Oleh karena itu kesabaran dan meminta maaf adalah obat yang sangat baik :mrgreen:

Kejadian di atas menimpa sahabat Abubakar, ketika beberapa orang menuduh Aisyah anaknya –yang juga istri Rasulullah- telah berzina, dan salah satu yang menuduh adalah Misthah bin Utsatsah, salah seorang sepupu Abubakar yang miskin dan hidup dari pemberian Abubakar. Ketika itu Abubakar bersumpah untuk tidak memberikan uang lagi pada Misthah. Hal ini wajar dilakukan oleh manusia biasa, yang hatinya terluka ketika Misthah –yang hidup dari uang pemberian Abubakar- ikut-ikutan menuduh Aisyah berzina. Namun Allah sang Maha Pengasih, ingin memberikan pelajaran bagi kaum muslimin tentang akhlak yang mulia, yaitu pemaaf. Lalu turunlah ayat ini menghibur Abubakar, bahwa orang pemaaf akan dimaafkan oleh Allah. Akhirnya Abubakar tetap memberikan nafkah pada sepupunya tadi, karena mengharap ampunan dari Allah.

Sebuah pelajaran dari kisah ini adalah terkadang sahabat-sahabat Nabi(terlepas dari keutamaan Mereka) adalah manusia yang dipengaruhi kecenderungannya sehingga bisa melakukan suatu kekeliruan. Contoh di atas cukup jelas dimana ada beberapa sahabat Nabi yang ikut-ikutan dengan kaum munafik menyebarkan tuduhan terhadap Aisyah RA. Walaupun begitu Akhlak yang ditunjukkan oleh Abu Bakar RA jelas merupakan contoh yang patut di teladani.

Salah satu kisah yang sering diulang-ulang oleh kaum syi’ah –yang ingin membuat black campaign kepada Abubakar – adalah kisah fadak.

Syiah mengulang-ngulang Kisah ini karena kisah ini dalam persepsi mereka adalah bentuk kezaliman terhadap Ahlul Bait. Kebanyakan pihak Sunni justru melah membenarkan apa yang dilakukan Abu Bakar RA. Hal ini yang membuat Syiah mengulang-ngulang pembelaan mereka kepada Ahlul Bait.

Tetapi kita tidak pernah mendengar ustadz syi’ah mengisahkan ending kisah ini, seakan-akan kisah ini hanya berakhir dengan Fatimah yang pulang ke rumahnya dan marah, selesai sampai di sini.

Kabar yang shahih telah jelas menyatakan bahwa Sayyidah Fatimah AS marah dan tidak berbicara kepada Abu Bakar selama 6 bulan. Dan itu saya dengar bukan dari ustad Syiah tetapi dari Kitab Shahih Bukhari.

Ternyata masih ada babak episode yang dipotong dan ending dari kisah fadak, tetapi entah mengapa ustadz syi’ah tidak pernah membahasnya.

Mungkin Ustad Syiah itu cukup pintar untuk tidak membahas kisah-kisah yang dhaif, tidak shahih atau dipertanyakan keshahihannya. Entahlah, saya tidak tahu pasti apa sebenarnya yang dipahami oleh Ustad-ustad Syiah. 🙂

Yang jelas kitab syi’ah sendiri memuat ending dari kisah fadak ini, yaitu dalam kitab Syarah Nahjul Balaghah yang ditulis oleh Ibnu Abil Hadid pada jilid 1 hal 57, dan Ibnu Al Maitsham pada jilid 5 hal 507, disebutkan :
Saat Fatimah marah Abubakar menemuinya di lain waktu dan memintakan maaf bagi Umar, lalu Fatimah memaafkannya.

Mari kita mengkritisi bagian ini. Apa buktinya kalau Kitab Syarh Nahjul Balaghah Ibnu Abil Hadid adalah kitab Syiah?. Memang kitab Nahjul Balaghah ditulis oleh Ulama Syiah tapi kitab Syarh Nahjul Balaghah ditulis oleh Ibnu Abil Hadid. Apa buktinya Ibnu Abil Hadid seorang Syiah?. Sejauh yang saya tahu bukti jelas menyatakan bahwa beliau seorang Ulama Mu’tazilah. Apakah anda wahai penulis pernah melihat bahwa Ulama-ulama Syiah menyatakan kesyiahan Ibnu Abil Hadid? Berhentilah membuat tuduhan :mrgreen:

Kemudian, Apakah kitab Syarh Nahjul Balaghah adalah kitab dimana penulisnya menyatakan bahwa semua apa yang ia tulis adalah Shahih?. Setahu saya tidak ada bukti yang menunjukkan kalau Ibnu Abil Hadid menyatakan bahwa Semua riwayat yang ia kutip sebagai shahih. Oleh karena itu riwayat yang anda bawa itu perlu diteliti keshahihannya apalagi dalam Kitab Nahjul Balaghah yang ditulis Ulama Syiah tidak ada riwayat yang anda sebutkan itu. Riwayat itu(kalau memang ada) ditambahkan oleh mereka para Pensyarh Kitab Nahjul Balaghah.

Kemudian, bagaimana kita meneliti keshahihan riwayat tersebut jika anda wahai penulis tidak mencantumkan sanadnya? Atau riwayat tersebut memang tidak bersanad. Kalau begitu riwayat ini masih dipertanyakan keshahihannya. Nah bagaimana bisa anda berpegang pada riwayat yang belum pasti kebenarannya apalagi kalau riwayat tersebut ternyata bertentangan dengan riwayat yang jelas-jelas shahih. 🙄

Fatimah dengan besar hati memaafkan Abubakar, yang telah melaksanakan perintah Rasulullah untuk tidak mewariskan harta peninggalannya pada ahli waris. Abubakar juga tidak menyerahkan fadak kepada Fatimah agar mau memaafkannya, tetapi di sini Fatimah juga tidak menuntut penyerahan tanah fadak sebagai syarat untuk mau memaafkan Abubakar dan Umar. Itulah akhlak putri Nabi yang sejak dini dididik untuk mencintai akherat dan membenci dunia yang fana. Inilah salah satu akhlak kenabian diwarisi Fatimah dari sang ayah.

Akhlak Sayyidah Fatimah AS tidak diragukan lagi adalah akhlak yang mulia seperti yang diajarkan baginda Rasulullah SAW. Sayangnya tidak ada riwayat shahih yang menyatakan kalau Abu Bakar meminta maaf pada Sayyidah Fatimah AS.

Sudah selayaknya kita meniru teladan dari kisah di atas, tidak membawa dendam dalam hati untuk waktu yang lama. Semua yang telah berlalu hendaknya kita maafkan, demi mengharap keridhoan dan ampunan Allah. Siapa yang tidak menginginkan ampunan Allah?

Berhentilah bersikap seolah-olah semua yang anda sampaikan itu benar. Dalam kisah Fadak tidak ada unsur dendam kesumat dan cinta harta dunia yang fana. Perselisihan ini soal kebenaran yang diyakini oleh masing-masing pihak. Sayyidah Fatimah AS adalah sang pedoman bagi manusia sebagaimana yang ditetapkan Rasulullah SAW dalam Hadis Tsaqalain oleh karena itu sikap beliau menandakan penentangannya terhadap apa yang dinyatakan Abu Bakar. Mungkin bagi anda sulit sekali memahami perselisihan ini karena anda dan para Salafy lainnya(maaf kalau saya salah) tidak pernah mau menerima Sabda Rasulullah SAW dalam Hadis Tsaqalain bahwa Ahlul Bait adalah pedoman bagi umat Islam.

Riwayat di atas menguatkan riwayat dari Sunan Baihaqi yang kami nukilkan di salah satu makalah situs ini.

Riwayat Ibnu Abil Hadid yang dipertanyakan keshahihannya menjadi penguat bagi riwayat Baihaqi yang sudah jelas dhaif atau tidak shahih. Sungguh metode yang benar-benar hebat bagi seorang Salafy.

Namun ada penjelasan yang dirasa perlu untuk disampaikan.
Baihaqi meriwayatkan dengan sanad dari Sya’bi ia berkata: Tatkala Fatimah sakit, Abu Bakar menengok dan meminta izin kepadanya, Ali berkata: “Wahai Fatimah ini Abu Bakar minta izin.” Fatimah berkata: “Apakah kau setuju aku mengijinkan ?”, Ali berkata: “Ya.” Maka Fatimah mengijinkan, maka Abu Bakar masuk dan Fatimah memaafkan Abu Bakar. Abu Bakar berkata: “Demi Allah saya tidak pernah meninggalkan harta, rumah, keluarga, kerabat kecuali semata-mata karena mencari ridha Allah, Rasulnya dan kalian keluarga Nabi.
Ibnu Katsir berkata: Ini suatu sanad yang kuat dan baik yang jelas Amir mendengarnya dari Ali atau seseorang yang mendengarnya dari Ali. (Al Bidayah Wannihaayah 5/252)

Saya sudah pernah membahas tuntas riwayat ini dalam tulisan Penyimpangan Kisah Fadak Oleh Hakekat.com. Silakan lihat sekali lagi 😉

Ibnu Hajar mengutip dari Ad Daruquthni bahwa Sya’bi hanya meriwayatkan sebuah hadits dari Ali, hadits itu tercantum dalam shahih Bukhari. Sehingga terkesan bahwa riwayat di atas adalah putus sanadnya karena Sya’bi hanya meriwayatkan sebuah hadits dari Ali. Lalu bagaimana status riwayat ini? Jelas riwayat ini mursal, tetapi riwayat mursal memiliki banyak tingkatan, ini dijelaskan dalam kitab biografi perawi.

Sudah saya nyatakan sebelumnya bahwa riwayat As Sya’bi dari Ali adalah mursal khafi karena seperti yang dinyatakan Daruquthni, Asy Sya’bi hanya meriwayatkan satu hadis dari Ali dalam Shahih Bukhari. Sedangkan riwayat yang dinyatakan Ibnu Katsir itu bukan riwayat dalam Shahih Bukhari. Jadi sudah jelas riwayat tersebut mursal. Hadis mursal adalah dhaif kecuali ada hadis lain dengan sanad yang shahih dan muttasil yang menguatkan riwayat mursal tersebut. Dalam kitab Muqaddimah Ibnu Shalah dapat dilihat bahwa salah satu syarat hadis shahih adalah bersambung sanadnya. 8)

Kita bisa memahami jika orang awam yang belum memperdalam ilmu hadits mempertanyakan riwayat ini.

Begitukah? Apakah orang awam yang belum memperdalam ilmu hadis bisa mempertanyakan riwayat Baihaqi. Bagaimana bisa orang awam tahu kalau riwayat Baihaqi adalah mursal kecuali ia pernah membaca kitab biografi perawi hadis yang menyebutkan kalau Asy Sya’bi lahir jauh setelah Sayyidah Fatimah AS dan Abu Bakar wafat. Bagaimana bisa orang awam tahu kalau riwayat Asy Sya’bi dari Ali adalah mursal khafi kecuali ia mempelajari ini dari kitab Musthalah hadis atau membaca Kitab Al Illal Daruquthni atau membaca Fath Al Bari. Justru orang awam lah yang akan terkelabui oleh pengandaian Ibnu Katsir yang berkata Ini suatu sanad yang kuat dan baik yang jelas Amir mendengarnya dari Ali atau seseorang yang mendengarnya dari Ali :mrgreen:

Tapi mestinya dia melihat bagaimana Ibnu Katsir memberi dua kemungkinan, bisa jadi dia mendengar dari Ali atau mendengar dari orang yang mendengar dari Ali, karena Ibnu Katsir menyadari penjelasan ulama bahwa Sya’bi hanya meriwayatkan satu hadits dari Ali bin Abi Thalib.

Dan mestinya anda melihat wahai penulis dengan tingkat kelimuan anda bahwa kedua kemungkinan Ibnu Katsir itu adalah dhaif. Lihat baik-baik

  • Kemungkinan Pertama Asy Sya’bi mendengar dari Ali, sudah jelas mursal khafi sebagaimana yang anda kutip dari Ibnu Hajar dalam Fath Al Bari. Hadis mursal sudah jelas dhaif kecuali ada hadis lain yang muttasil shahih yang menguatkan riwayat mursal tersebut.
  • Kemungkinan kedua Asy Sya’bi mendengar dari orang yang mendengar dari Ali. Bagaimana mungkin anda menyetujui Ibnu Katsir kalau sanad seperti ini kuat. Sanad seperti ini sudah jelas dhaif karena tidak diketahui siapa perawi yang mendengar dari Ali dan menyampaikan kepada Asy Sya’bi. Bukankah bisa jadi perawi tersebut adalah perawi yang dhaif. 🙄

Kemudian sang penulis tersebut malah berkata

Ibnu Katsir – yang tentunya lebih mengerti hadits dari kita-kita yang awam- mengatakan sanad ini kuat dan bagus, karena Ibnu Katsir telah mempelajari status riwayat Sya’bi dari kitab biografi perawi hadits. Tidak ada salahnya kita yang awam ini membaca langsung terjemahan nukilan dari kitab biografi perawi, agar mendapat gambaran lebih jelas tentang status riwayat dari Sya’bi – yang nama lengkapnya adalah Amir bin Syurahil As Sya’bi-:

Setelah saya mempelajari ini, saya pun terheran-heran dengan Ibnu Katsir yang tentunya lebih mengerti masalah hadis tetapi justru menyatakan sanad yang dhaif sebagai sanad yang kuat. Sepertinya dalam pembahasan yang berkaitan dengan sentimen mahzab telah mempengaruhi seorang Ulama dalam mengambil keputusan. Baik mari kita lihat apa yang akan anda sampaikan wahai penulis

Ibnu Ma’in, Abu Zur’ah dan ulama lain mengatakan bahwa Sya’bi adalah tsiqah, Al Ijli mengatakan bahwa Sya’bi meriwayatkan hadits dari empat puluh delapan sahabat, dia lebih tua dari Abu Ishaq dua tahun, dan Abu Ishaq lebih tua dua tahun dari Abdul Malik, dia tidak memursalkan hadits kecuali hampir seluruhnya adalah shahih
Tahdzibut Tahdzib jilid 5 hal 59

Beliau Asy Sya’bi adalah tabiin yang tsiqah. Hal ini sangat jelas dalam Kitab Rijal Hadis. Tetapi permasalahannya bukan terletak pada kredibilitas Asy Sya’bi, jadi anda membuang-buang waktu menuliskan berbagai predikat tsiqat pada Asy Sya’bi.

Pernyataan Al Ajli cukup relevan untuk dibahas. Seperti yang anda kutip Al Ajli mengatakan bahwa hampir seluruh mursal Asy Sya’bi adalah shahih. Apakah dengan begitu anda memahami bahwa hadis apapun jika Asy Sya’bi berkata Rasulullah SAW bersabda, maka hadis tersebut adalah shahih dengan kesaksian Al Ajli. Kalau iya maka anda benar-benar naif. Seorang Ulama berkata bahwa hadis seseorang yang mursal itu shahih karena dari hadis-hadis mursal yang diriwayatkan orang tersebut ternyata dibenarkan oleh hadis-hadis lain yang shahih dan sanadnya bersambung. Oleh karena itu Ulama tersebut menerima hujjah mursal seseorang.

Al Ajli bisa jadi mengetahui banyak riwayat mursal Asy Sya’bi dan ternyata setelah ia pelajari ada banyak riwayat shahih lain yang membuktikan kebenaran riwayat mursal Asy Sya’bi. Hal ini mungkin cukup bagi Al Ajli untuk menyatakan hampir seluruh mursal Asy Sya’bi adalah shahih. Tetapi adalah tidak benar menyatakan keshahihan hadis hanya karena Asy Sya’bi yang meriwayatkannya. Hal ini bertentangan dengan kaidah jumhur dalam menetapkan keshahihan hadis seperti yang tertera dalam Muqaddimah Ibnu Shalah.

Hadis shahih adalah Hadis yang muttashil (bersambung sanadnya) disampaikan oleh setiap perawi yang adil(terpercaya) lagi dhabit sampai akhir sanadnya dan hadis itu harus bebas dari syadz dan Illat.

Dalam hal ini pernyataan Al Ajli adalah pernyataan yang harus dibuktikan kebenarannya dengan cara melihat semua riwayat mursal Asy Sya’bi dan mencari syawahidnya dari hadis shahih lain yang bersambung sanadnya. Karena bisa jadi Al Ajli tidak mengetahui ada riwayat mursal Asy Sya’bi yang tidak memiliki syawahid dari hadis shahih lain.

Dengan dasar ini maka saya kembalikan permasalahan ini kepada anda wahai penulis, apakah ada riwayat shahih lain yang mendukung atau menguatkan kebenaran riwayat mursal Asy Sya’bi dalam Sunan Baihaqi yang anda kutip?. Sejauh penelitian saya tidak ada, tetapi mungkin anda lebih tahu dan saya yang awam ini mohon diberikan wejangan :mrgreen:

Pada halaman yang sama Ibnu Hajar menukil ucapan Al Ajurri dari Abu Dawud: mursal dari Sya’bi lebih aku sukai daripada mursal Nakha’i.

Siapapun berhak suka atau tidak suka tetapi itu tidak menjadi sebuah ketetapan bahwa mursal Asy Sya’bi sudah pasti shahih. Kembali pada Buktikan maka saya percaya.

Ditambah lagi dengan riwayat dari Syarah Nahjul Balaghah karya Ibnul Maitsam dan Ibnu Abil Hadid yang menguatkan riwayat ini.

Riwayat yang anda maksud itu masih dipertanyakan keshahihannya jadi tidak bisa menjadi penguat apapun karena riwayat itu sendiri justru lebih membutuhkan penguat dari yang lain.

Allah menyebutkan salah satu sifat golongan muttaqin –orang bertakwa- dalam surat Ali Imran ayat 134, yaitu mereka yang memaafkan kesalahan manusia.

Benar sekali, saya sangat sependapat dengan anda wahai penulis

Tidak layak kita menyimpan dendam dalam hati selama bertahun-tahun, tanyakan pada diri kita apa manfaat yang kita dapat dari menyimpan dendam? Yang kita dapat adalah rasa marah, tidak ada manfaat yang kita dapat. Sebaliknya, maaf dapat membuat hati kita tenang dan lapang, selain itu kita juga mendapat berita gembira dari Allah, apakah kita tidak ingin mendapat ampunan dari Allah?

Benar sekali wahai penulis dan saya tambahkan sangat tidak layak jika kata-kata anda ini ditujukan atas sikap Sayyidah Fatimah AS yang marah dan tidak berbicara kepada Abu Bakar RA sampai akhir hayatnya. Karena ini bukan soal dendam kesumat tetapi soal Kebenaran dan Hukum Allah SWT. 🙂

Saya tutup tulisan ini dengan Firman Allah SWT

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. (QS. Al Ma’idah 5:8 )

Salam Damai

.

.

Catatan : Maaf kalau akhir-akhir ini saya tidak sempat update, yah Hal ini dikarenakan kondisi kesehatan saya yang tidak memungkinkan dan peringatan keras seseorang agar saya beristirahat dan tidak terus terjaga sampai larut malam. Tulisan sederhana dan seadanya ini semoga bisa mengisi kekosongan

Terimakasih kepada

  • Dia yang telah memberi peringatan kerasnya :mrgreen:
  • Danrad yang berkenan melihat keadaan saya
  • Ressay yang telah memberikan infonya 🙂

36 Tanggapan

  1. Marahnya Fatimah adalah marah Rasul dan marah Rasul adalah marah Allah. Apakah Allah dan Rasul memaafkan atau tdk Wallahualam. Apalagi kemarahan Fatimah bukan kemarahan pribadi. Tapi berhubungan dgn umat Islam selanjutnya. Kemarahan Sayidah Fatimah kelihatan sekarang ini. Wasalam

  2. Dan satu hal yang perlu jadi renungan bagi para syiah rafidhah, bahwa Rasul saja sebagai pribadi paling baik slalu mempunyai rasa maaf untuk umat-umatnya. Apakah kamu semua, wahai para syiah rafidah, merasa bahwa Siti Fathimah r.anha tidak mempunyai rasa maaf seperti ayahandanya SAW ???

    Berhati-hatilah kamu semua dalam menyikapi para sahabat RasuluLLAH SAW. Jangan sampai ayat berikut ini menjadi hujjah untuk hukumanmu di yaumul hisab kelak :

    Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).(QS. Al-Fath: 18)

    Sungguh aneh bagi para syiah itsna jakfariyah ini. Mereka mengaku sebagai pecinta ahul bait, tapi sifat antum semua kontradiksi dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasul SAW dan para keluarganya.
    Tolong direnungkan sekali lagi, sebelum semuanya terlambat 🙂

  3. @ Muhibbin
    “Apakah kamu semua, wahai para syiah rafidah, merasa bahwa Siti Fathimah r.anha tidak mempunyai rasa maaf seperti ayahandanya SAW ???”

    Maaf gak ada syiah rafidah disini mas……anda mungkin salah orang, kalau anda menuduh yang disini syiah rafidah tanpa bukti, itu fitnah mas, ok !

    Fathimah AS adalah pribadi yang maksum, tentunya mempunyai rasa maaf mas seperti ayahandanya. Namun adakah riwayat yang menyebutkan Fatimah memaafkan Abu Bakar, seperti yang diulas diatas (mudah2an anda membacanya). Yang adanya kesaksian Aisyah RA bahwa Fatimah AS tidak pernah berbicara kepada Abu Bakar sampai akhir hayatnya (Shahih Al-Bukhari) Apakah itu kurang jelas, ataukah anda memiliki riwayat yang lain ??

    “Berhati-hatilah kamu semua dalam menyikapi para sahabat RasuluLLAH SAW. Jangan sampai ayat berikut ini menjadi hujjah untuk hukumanmu di yaumul hisab kelak : Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).(QS. Al-Fath: 1 )”

    Sahabat Rasul yang bagaimana ? Seharusnya Abu Bakar (maupun Sahabat yang lain) yang merupakan sahabat yang terdekat Rasulullah menyadari atas hadits Rasulullah: “Fatimah adalah bagian dariku, barang siapa yang membuat dia marah, akan membuat aku marah.” [Bukhari] Kemudian “Fathimah adalah sebagian daripadaku; barangsiapa ragu terhadapnya, berarti ragu terhadapku, dan membohonginya adalah membohongiku”(Hadis riwayat Bukhari dalam Shahih Bukhari), “Empat wanita yang terbaik ialah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiah binti Muzahim isteri kepda Firaun” [Al-Hakim], dan masih banyak lagi hadits mengenai Fatimah AS. Lalu apakah mereka akan menjadi tauladan, contoh, pemimpin ? Padahal mereka2 telah menyakiti Fatimah AS dengan membakar rumahnya sedangkan disana ada Imam Ali, Hasan dan Husein (Ahlul Bayt nabi). Bagi orang2 syiah, mereka sangat menghormati para sahabat sesuai dengan keteladanannya serta jasanya bagi perkembangan Islam. Tidak ada kebencian bagi orang2 syiah kepada para sahabat. Mereka hanya mengungkapkan bahwa sahabat itu juga memiliki keburukan2 yg manusiawi. Sekarang jika kita mengetahui keburukannya, apakah itu harus kita contoh ? Anda mau mencontoh keburukan sahabat ? Saya gak mau mas, saya hanya mau ikut teladan Rasulullah aja, bukan sahabat. Madzhab syiah hanya mau meneladani sahabat “yang baik-baik” saja.

    “Sungguh aneh bagi para syiah itsna jakfariyah ini”

    (Tadi diatas bilangnya syiah rafidah, mana yang bener ye…. )

    ” Mereka mengaku sebagai pecinta ahul bait, tapi sifat antum semua kontradiksi dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasul SAW dan para keluarganya.”

    Saya rasa gak ada yang kontra dari para pencinta ahlul bayt, sifat pecinta ahlul bait sudah jelas kok mencontoh Rasul dan keluarganya. Bukan mencontoh “sahabat” yang menentang Rasulullah dan keluarganya mas.

    “Tolong direnungkan sekali lagi, sebelum semuanya terlambat “

    Kita semua harus merenung mas. Saya selalu merenung, bahkan mas juga harus merenung, kenapa anda selalu “membenci “ madzhab syiah, itu adalah sebagian dari penyakit hati mas. Kalau kita mau membuka pikiran kita terhadap “ajaran Rasulullah sesungguhnya”, pasti tidak akan ada “kebencian” yang datang dari “prasangka” belaka mas. Kita gak boleh belajar cuma berdasarkan prasangka saja. Wallahu alam……Yuk mari….HAIL

  4. @Muhibbin
    Saya kayaknya pernah baca komen sampean dimana gitu ya? Copy – paste darimana tuh mas? Lupa deh saya (xi xi xi.. 😛 )

    Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).(QS. Al-Fath: 1 8)

    Mas Muhibbin, saya mau tanya..apakah diatas dijelaskan bahwa Allah Ridha terhada SEMUA orang – orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu? Tidak, Allah tidak mengatakan SEMUA, tapi Allah hanya mengatakan “Orang – Orang”…Niscaya, dari kalimat ini, kita bisa melihat bahwa tidak semua orang disitu diridhai Allah Swt, karena memang ada yg benar2 berbaiat kepada rasul saww, dan tanpa menunjuk individu tertentu, ada yang munafiq dsb..kalo memang Allah ridha akan semua orang disitu, Allah akan ngomong “SEMUA”..karena Allah tau permasalahan ini akan muncul di ummat..

    Sebagai tambahan, Apakah anda marah/tersinggung saat media Norway menggambar karikatur Rasul? Bisa jadi Rasul pun akan mengatakan “Ah, gitu doang mah cuekkin aja”..Apa yang membuat anda marah? Rasa Cinta? Rasa Rindu?

    Mas, memang betul..wallahualam rasul saww dan Allah swt akan memaafkan atau tidak..

    Tapi kalo memang beliau sebegitu mudah-nya memaafkan orang yang menyakiti putri-nya, mengapa beliau pasang “warning” di depan ya mas? padahal saat beliau disakiti oleh orang lain, misalnya abu lahab dsb, beliau sendiri tidak pernah pasang “warning”..

    Disini saya pun bukan dalam posisi mencaci seseorang (tidak! Saya bukan di posisi “semulia” mas Muhibbin yang dengan gampangnya mencaci orang lain “tersesat” atau apapun itu). Sebagaimana seorang yang belajar, dan sebagaimana orang yang berusaha untuk melihat fakta sejarah, kita diperlihatkan pihak yang salah dan pihak yang benar.

    Apabila kemuliaan seseorang lebih tinggi dari lawan-nya, dalam artian misalnya Sayyidah Fatimah as..tentu dalam terminologi Syiah, kedudukan beliau Maksum (karena Allah yang menjamin di 33:33), dihadapkan pada kasus tersebut dengan Abu Bakar yang maaf2, ngga maksum (lagi2 Allah ngga pernah menjamin dia maksum), ya saya pilih yang maksum mas. Lagian, gak mungkin dalam suatu kasus sengketa salah dua-dua nya, atau benar dua dua nya..justru kita disini dikasih kisah untuk mengambil moral ceritanya..inilah janji Allah, diperlihatkan dengan jelas mana yang baik dan mana yang buruk..yang baik diambil, yang buruk dibuang..begitu juga di tulisan mas muhibbin sebelumnya, lagi – lagi saya diperlihatkan, mana yang baik mana yang buruk dalam hal menulis sesuatu pemikiran.

    Saya sendiri tidak menjudge, karena satu keburukan seseorang, berarti semua kebaikannya gugur. Tidak, saya sendiri tau banyak kebaikan Abu Bakar, namun untuk kasus ini, keberpihakan saya jelas kepada Sayyidah Fatimah (Apalagi Sayyidah Fatimah berkata, dia akan mengadukan Abu Bakar + Umar, Kepada ayahnya saat beliau bertemu ayahnya di Surga, dan Abu Bakar Panik…nah, bukannya udah ketauan ya mas siapa yang panik, itulah yang salah??”)

    Adakah suatu ketaatan tanpa cinta? Adakah suatu kesetiaan tanpa rasa sayang? Adakah Cinta tanpa kepedulian?

  5. @muhibbin

    Dan satu hal yang perlu jadi renungan bagi para syiah rafidhah, bahwa Rasul saja sebagai pribadi paling baik slalu mempunyai rasa maaf untuk umat-umatnya. Apakah kamu semua, wahai para syiah rafidah, merasa bahwa Siti Fathimah r.anha tidak mempunyai rasa maaf seperti ayahandanya SAW ???

    1. Anda salah masuk blog, disini sy belum menemukan syi’ah rafidhah tuhh..
    2. Kalimat anda salah, mestinya: “karena Rasulullah adalah pribadi yg baik (mulia) mk beliau selalu mempunyai maaf utk umatnya”. Bandingkan dg kalimat anda: “Rasul saja sbg pribadi paling baik slalu mempunyai maaf utk umat2nya”. Secara logika kalimat ini rancu, krn sdh seyogyanya Rasul lebih pemaaf dr pd yg lain krn pribadi beliau di atas yg lain…hehehe..cm kritis kecil saja agar anda dpt mengkoreksi cara pikir anda yg rancu.. :mrgreen:
    3. Anda menyatakan bhw Sayyidah Fatimah pasti sdh memaafkan Abu Bakar krn pribadi beliau yg mulia (persangkaan anda). lagi2 anda tdk fokus dan pikiran anda sering keluar dr track yg anda sdh bentuk sendiri. Pd saat berbicara di postingan tanah Fadak, anda menyatakan bhw Abu Bakar tdk bersalah, koq skr anda mengklaim Sayyidah Fatimah sdh memaafkan (lagi2 hanya prasangka), berarti sama saja anda mengakui bhw Abu Bakar sdh bersalah shg Sayyyidah Fatimah perlu memaafkannya.
    Mas Muhibbin tolong lebih fokus, sangat terasa bhw anda membela (gak tau bela siapa) dg membabi buta shg alur pikiran anda acak2an. Terus terang sy kesulitan utk menemukan anda punya prinsip dimana?
    1. Apakah anda setuju bhw Abu Bakar menyalahi hak Sayyidah Fatimah?. Sptnya tdk setuju. Jika tdk setuju mk konsekuensi logisnya adalah:
    1.1 Anda hrs menyatakan bhw Hadits Bukhari ttg Fadak adalah salah (tentu jg hrs dibuktikan. Terus terang sy ragu anda mau/bs lakukan itu).
    1.2 Jika Abu Bakar tdk salah mk anda tdk perlu menyatakan bhw Sayyidah Fatimah sdh memaafkan, keculai anda ingin mengatakan bhw Sayyidah Fatimah telah salah marah kpd Abu Bakar.
    2. Harap secara tegas (kalau bisa sihh..) anda tentukan sikap anda ttg hadits tanah Fadak tsb. Penentuan sikap ttg hadits itulah yg normal dlm berdiskusi, perbedaan dlm berdiskusi itu biasa, tp tetap bs diikuti alur logikanya. Dg anda terus terang sy bingung.
    Mudah2an harapan saya bukanlah menjadi harapan kosong. Jk anda tdk bs menyampaikan alur logika anda mk sy memberi saran (dg niat baik, sama sekali bkn melecehkan) agar anda belajar ilmu logika.. maaf sebelumnya.

    Wassalam

  6. tulisan yang sangat baik dan analisis yang jeli
    teruslah menulis saudaraku

  7. standing ovation for SP 🙂

  8. Bagi saya,Rasul beserta keluarganya dan keturunannya dan Ahlul Bait ya harus dihormati.Karena dalam doa dan shalat banyak sekali kita memohon agar Rasul dan keluargnya diberkati Alloh SWT.
    Mengenai sahabat,beberapa hadist sangat banyak menyebutkan keistimewaan dari para sahabat selama Rasul hidup.
    Dan fakta sejarah itu bagi saya adalah grey area…..jangankan fakta sejarah pada zaman diatas…fakta sejarah yang hanya 100 tahun kebelakang saja tidak ‘mutlak’ kebenarannya.Kita boleh bermain logika,tapi tetap saja hasil logika tersebut bisa benar atau salah,tergantung inputan dan parameter-parameternya.

    Dan blog ini bagus sebagai pengetahuan kita,membuat kita mau ‘berpikir’.
    Dan jika dikomentari oleh orang yang sangat fanatik pada paham tertentu yang ada ya seperti perdebatan di atas

  9. Hehehe…
    Bwat semua yang postng diatas :

    1. Dalil yang Ana sampaikan umumnya Ane ketik langsung ataupun Ane copas dari sumber terpercaya. Kalau masalah pendapat, itu murni dari Ane pribadi bukan dari hasil copasan (Hari gini… masih aja copas dalam masalah pendapat pribadi ??? haya’ donq) 😀

    2. Bagi yang mengatakan bahwa orang yang mencintai Sahabat Rasul SAW selain mencintai Ahlul bait Rasul SAW, khususon abu syahzanan, Seharusnya ente haya’ . Ente mengaku sebagai pencinta Rasul SAW, namun ente seakan membenci para sahabat orang yang ente cintai. Dimanakah logika warasmu dan urat malumu ? Sanggupkah engkau menerima laknat Rasul SAW kelak karena telah berani mencaci para Sahabat Rasul SAW yang Rasul sendiri saja tidak mengeluarkan pernyataan langsung mengenai kekufuran mereka ? Apakah kamu semua mengira lebih pintar dari ALLAH dan RasulNYA ?

    3. Sebagai renunga khusus bagi para kamu yang suka mencaci para Sahabat Rasul SAW.

    Rasulullah SAW bersabda:

    Janganlah kamu mencaci maki sahabat-sahabatku, demi ALLAH yang jiwaku yang ada di Tangan-NYA, kalau salah seorang kamu menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan dapat mencapai derajat mereka satu mud dan juga tidak setengah mud.” (HR Bukhari Muslim)

    Ali bin Abi Thalib sendiri pernah berkhutbah di Kufah dengan mengatakan:

    Wahai sekalian manusia, sesungguhnya sebaik-baik umat setelah Rasul-Nya adalah Abu Bakr kemudian Umar, dan bila mau aku akan sebutkan yang ketiganya. Lalu beliau turun dari mimbar, seraya mengatakan, “Kemudian Utsman, kemudian Utsman.”

    ( kitab Al-Bidayah wan Nihayah 8:13.)

    Apakah kamu semua ingin melaknat para Sahabat Rasul yang dengan sekuat tenaga membela perjuangan Rasul SAW dan turut mensukseskan penyebaran Islam sampai ke seluruh penjuru bumi ini ???
    NaudzubiLLAH………

  10. Salam..

    Allah Melaknat yang menyakiti Rasul (apa hubungannya dg sahabat)..ringkasnya ajah..!

    Shalahudin Khalil al Safadi, ulama suni dalam Wafi al Wafiyyat, pada surat ‘A’ ketika mencatat pendapat Ibrahim bin Sayyar bin Hani al Basri, yang terkenal dg nama Nidzam, mengutip bahwa ia berkata :

    “ PADA HARI PEMBAIATAN, UMAR MEMUKUL PERUT FATHIMAH SEHINGGA BAYI DALAM KANDUNGANNYA MENINNGAL.”

    Yang diucapkan terakhir kepada abubakar dan umar (pertemuan trkhr dg Fathimah, certanya pjg..dalam al-Imamah was Siyasah, bab Bagaimana baiat ‘Ali bin Abi Thalib( Ibnu Qutaibah) Khulafa’ar-Rasyidin, hlm. 13-14..ntar ana tls semua disini..klo ga sbk ) :

    Fathimah berkata: ‘Demi Allah, selalu saya akan mendoakan KEJELEKAN terhadap Anda dalam setiap sholat saya’.”

    Rasul saww : “Keridhaan Fathimah adalah keridaan saya, dan kemurkaan Fathimah adalah kemurkaan saya. Barangsiapa mencintai Fathimah, puteriku, berarti mencintai saya; dan barangsiapa membuat Fathimah murka, berarti ia membuat saya murka”

    “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan MELAKNATINYA di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya SIKSA yang MENGHINAKAN.” (al ahzab 57)

    Fathimah disakiti..Rasul saww jelas Murka..bgmn dg Allah Ta’ala..? tuh baca aja ayatnya diatas..!

    Wassalam.

  11. Tambahan ( sunni puya nih, ingris Version..!)

    http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/bukhari/053.sbt.html#004.053.325

    Volume 4, Book 53, Number 325:

    Narrated ‘Aisha:

    (mother of the believers) After the death of Allah ’s Apostle Fatima the daughter of Allah’s Apostle asked Abu Bakr As-Siddiq to give her, her share of inheritance from what Allah’s Apostle had left of the Fai (i.e. booty gained without fighting) which Allah had given him. Abu Bakr said to her, “Allah’s Apostle said, ‘Our property will not be inherited, whatever we (i.e. prophets) leave is Sadaqa (to be used for charity).” Fatima, the daughter of Allah’s Apostle got ANGRY AND STOP SPEAKING TO ABU BAKR and CONTINUED ASSUMING THAT ATTITUDE TILL SHE DIED.. Fatima remained alive for six months after the death of Allah’s Apostle.

    She used to ask Abu Bakr for her share from the property of Allah’s Apostle which he left at Khaibar, and Fadak, and his property at Medina (devoted for charity). Abu Bakr refused to give her that property and said, “I will not leave anything Allah’s Apostle used to do, because I am afraid that if I left something from the Prophet’s tradition, then I would go astray.” (Later on) Umar gave the Prophet’s property (of Sadaqa) at Medina to ‘Ali and ‘Abbas, but he withheld the properties of Khaibar and Fadak in his custody and said, “These two properties are the Sadaqa which Allah’s Apostle used to use for his expenditures and urgent needs. Now their management is to be entrusted to the ruler.” (Az-Zuhrl said, “They have been managed in this way till today

  12. @Muhibbin
    Emmm..siapa yang melaknat, wah kurang ajar tuh melaknat melaknat? Hallowww..ada temen2 yang melaknat?? Oh, ternyata gak ada..yang ada cuman mas SP membahas suatu hal yang sumbernya hadis itu sendiri….

    *Oh iya mas, bener2 keliatan antara yg copy paste ama yang argumen sendiri..(xixixi… 😀 )

  13. Nice blog,…. nice topic

    tapi, ada yg bisa kasih tunjuk gak, dimana ane bisa dapetin buku-buku berikut :

    1. Nahjul balaghah yg berisi khotbah2 Sayidina Ali versi bahasa Indonesia
    2. Shahih Bukhari lengkap versi bhs Indonesia
    3. Shahih Muslim lengkap versi bhs Indonesia

    soalnya Inggris ane parah, arab ane payah. Moga-moga ada yg berkenan memberi tahu.

  14. @bagir,
    masha ALLAH yaa akhi. Sampai segitu parahnya pola keyakinan syiah rafhidah merasuk ke otak ente.
    Apakah ente tidak mengetahui bahwa salah satu putra Imam Ali kw juga bernama Umar ? Apakah mungkin Imam Ali kw menamakan anaknya sendiri dengan nama Umar apabila Sayyidina Umar pernah menyakiti Siti fathimah hingga sampai keguguran ?

    Tolong fikirkan dengan akal jernih. Anak habib tapi koq pikirannya nyeleneh ???
    Serius, Ane kaget pas baca statement ente barusan.

    Satu renungan, langsung dari Qur’an :

    Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka
    (At-Taubah : 117)

    Dan satu renungan lagi, ucapan dari seorang ulama :
    “Akal terbagi dua, Aqlun mauhub dan aqlun maksub, Akal mauhub adalah akal yang diciptakan Allah, lewat akal itulah Allah memberi hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki, dan Akal maksub adalah akal yang tercipta karena adanya pendidikan dan pengetahuan manusia itu sendiri,”

    Gunakan aqlun mauhub ente dengan baik dan jangan cemari dengan pengaruh buruk yang ente dapatkan dari aqlunmasub ente.
    Moga mengerti 😀

  15. Klu sdh bertaubat da telah diampunkan Allah apakah tdk mungkin mereka berbuat lagi?
    Saya tdk tau Ulama mana yg mebuat difinisi yg begitu bodoh. Menurut Ulama itu apa sih Akal itu? Klu hasil dari akal yg mungkin. Tolong tanyakan sama ulama tsb apa arti akal tsb. Klu menurut Alqur’an dan sains Akal adalah alat pembeda yg BENAR dan SALAH. Ini yg dikatakan bicara tanpa pakai Akal. Selamat ketemu lagi all. Wasalam

  16. @Gandung
    Di Gramedia saya pernah liat sekali, shahih bukhari dan shahih muslim yang lumayan lengkap (tebel bgt)..

    Kalo Nahjul Balaghah di ICC warung buncit ada mas, mudah2an masih ada stock..atau coba ke bukudiskon.com, minta pesenin ama yang jualan disitu mungkin bisa..

  17. @aburahat
    Istighfar yaa akhi. Bisa-bisanya ente berusaha memelintir ayat ALLAH ??? ck ck ck
    Kalau begitu, bisa juga donq kalau memakai pandangan ente, bahwa ayat 33 al-ahzab berubah maknanya? Bahwa kesucian yang diberikan ALLAH kepada ahlul bayt Rasul hilang juga ??
    olong dipikirkan lagi baik-baik mengenai pola pemahaman anda. Jangan memakai nafsu 😀

    Gunakan akal mauhub ente dengan benar. Akal memang dipakai sebagai pembeda benar dan salah, tapi akal juga bisa salah menafsirkan bila tidak dilandasi dengan keimanan yang benar.
    Roh adalah benda gaib yang dianugerahi ALLAH sebagai salah satu bagian manusia untuk menjadi bagian jiwa agar salah satunya dapat menggerakan fisik. Apakah dengan akal saja bisa mempercayai roh ? Karena roh bukanlah zat yang mempunyai wujud fisik yang bisa disentuh, dilihat, ataupun dirasakan secara fisik. Diperlukan akal mauhub yang dengan nama lain akal keimanan untuk mempercayai hal tersebut.
    Gunakan akal mauhub anda dengan baik. Apakah mungkin RasuluLLAH salah memilih sahabat karibnya? Padahal Rasul adalah pribadi yang maksum 😀

    Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah berkata kepadanya saat beliau sakit:
    “Panggillah Abu Bakar kemari, ayahmu, dan saudara laki­lakimu agar aku menulis sebuah pesan,
    sebab aku khawatir akan muncul orang yang berharap lalu berkata: ‘Aku lebih berhak.’
    Sesungguhnya Allah dan segenap kaum mukminin hanya rela menerima Abu Bakar.” (HR.
    Muslim)

    Jubair bin Mu’thim meriwayatkan: “Seorang manusia datang menemui Rasulullah.
    Kemudian Rasulullah menyuruhnya agar datang di lain hari. Wanita itu bertanya:
    ‘Bagaimana jika nantinya aku tidak menemuimu lagi?’ (Maksudnya bagaimana bila beliau
    telah wafat?). Rasulullah menjawab: ‘Jika engkau tidak menemuiku maka temuilah Abu Bakar.'”
    (HR. Bukhari dan Muslim)

    Hati-hati…
    Ane takutnya ente bukan saja terpengaruh oleh para syiah rafidhah dan para liberalis, namun yang lebih para ente bisa keperosok dalam jurang atheis karena terlalu percaya apada akal maksub alias akal nafsu ente daripada akal keimanan ente.
    Tolong direnungkan dengan baik 🙂

  18. @Gandung
    salam..saya punya file ttg nahjul balaghah lengkap,mulai dr nahjul balaghah itu sndr,surat2 imam ali as,biografi singkat imam ali as,hkmh nahjul balaghah dan bbrp artikel lainx..ukuran filex cm 2MB aja koq..saya brkenan mengrmx ke imel mas gandung..silakan Anda krm imel ksng ke imel saya di daox_marixo@yahoo.com..klo hadits bukhari muslim,silakan beli sndr ditoko buku 🙂 salam
    @Muhibbin
    salam..Anda blg syiah rafidhah,knp anda tdk mencari info ttg syiah dr ulama syiah?misalkan anda ingin mendapatkan info ttg SBY yg sbnrnya,lbh baik mana,apakah anda mendpt info itu dr org lain atau anda mndpt info itu dr keluarga SBY?sama jg dgn info syiah,anda lbh baik dpt info itu dr syiah itu sndr, jgn dr ibnu taimiyah atau ulama ahlussunah lain..anggota keluarga plg tahu ttg keluarganya sndr..salam

  19. @gandung
    NB:smua filenya bahasa indonesia loh

  20. Damai…damai…..peace…..
    Jangan lihat ke belakang.Ujung2nya yang diributkan adala peristiwa ‘politik’ pada masa pasca Rasul Wafat.
    Berpikir ‘jernih’ saja.
    Mungkin benar,pasca Rasul wafat,pada kepemimpinan Abu Bakar,Umar,Ustman memang ada beberapa kekurangan.Dan itu wajar.Tidak perlu ada ‘caci maki’.
    Dan,saya sendiri suka dengan cerita mengenai para ahlulbait,pesan ahlak yang didapat dari ahlul bait sangat ‘tinggi’.
    Nah sekarang,berlomba-lombalah demi kebaikan dan kemajuan islam.
    Tanpa maksud membela,jujur sampai saat ini,Iran yang mayoritas penduduknya ‘syiah’ setidaknya telah menunjukkan kepada dunia bahwa negeri yang mayoritas penduduknya Islam itu bisa maju, dan mandiri.Dan itu prestasi jika dibandingkan Negara yang mayoritas kaum ‘sunni’ yang realitasnya memang masih mengalami ‘keterpurukan’.
    Betapa indahnya jika kedua pihak melihat sisi positipnya.

  21. Salam……

    Kayaknya Hati kita mesti bersih dulu nih supaya kita bisa menerima kebenaran….

    Yang Maksum Rasul apa Sahabat sih……

    Damai…..damai….

  22. Nama kok disngkutkan dengan dengan pemberian nama yg lain…Logika nete ga berdasar..

    ucapan ente :

    “Tolong fikirkan dengan akal jernih. Anak habib tapi koq pikirannya nyeleneh ???
    Serius, Ane kaget pas baca statement ente barusan.”
    ===
    Lucu ucapan ente..bikin ketawa..setau ane :

    “inna akromakum indallahi atqokum” BUKAN “inna akromakum indallahi jaddukum..!”

    Ga ada urusan anak habib anak kyai, jika yg dikeluarkan fakta yag HAQ ttp dipakai..!

    jika ente ga suka dengan Fakta tersebut cukup keluarkan dalil yg haq..! ga perlu ASBUn..alias asal bunyi..ok…ane ketawa trs baca komen ente..

  23. salam
    Sejarah adalah guru kita..lihat kebelakang sangat dianjurkan,karna hal itu dpt membuat kita berpikir ttg kesalahan2 umat terdahulu (yg kafir,munafik,fasik) n juga sbg pelajaran bagi sapa saja yg trus memikirkan ciptaan Allah untk smakin beriman kepada Allah..bukankah dlm Alquran itu berisi ttg masa lampau,skrg dan masa depan?mslh politik,agama,muamalah dll smuanya jg dibhs dlm Alquran..
    dalam surat Ar Rahman,Allah berkali2 berfirman: Maka nikmat Tuhan kamu yg manakah yang kamu dustakan?
    salam

  24. Kagum sama jawaban SP diatas.
    Mas Bien (meneruskan panggilan sayang buat Muhibin di topic yg lain)…
    semua yang ikut diskusi ini sayang sama mas Bien, karena mas Bien memberikan argumen seperti diskusi ini sepi….
    tapi saran saya, mas Bien juga ngerti kalo kita sayang… jadi jangan marah2 dan memberi kata2 buruk ke kita. banyak lho habib yang bukan sunni…
    satu lagi buat mas Bien, koq selalu keluar jalur ??? gimana kalo coba menjawab dulu pertanyaan saudara-saudara kita yang bertanya ke mas Bien, dan berilah dalil2 yang Mas Bien hafal dan yakin. sekali lagi kita sayang sama mas Bien… makanya saudara2 yang lain selalu memberi informasi yang benar buat mas Bien… kalo udah tau kita sayang jangan baju mas Bien yang dibuka… (aurat !!!) mending hati dan pemikiran mas Bien yang dibuka.

    Damai selalu…

  25. @mas bien (not…bean)
    Saya pernah baca komentar dari dhea_navy (beliau non Muslim, Alhamdulillah beliau sering tukar pikiran dgn saya lwt e-mail, dan beliau ingin sekali mengucap syahadah dlm waktu dekat ini, doakan ya saudara-saudara yang lain, beliau sedang dalam bimbingan seorang ulama di Kupang), Beliau saja yang non muslim bisa menilai komentar-komentar, diskusi mas Bien, yang terkadang keluar dari jalur, maaf loh mas, kami sayaaaang sama mas. Tak usahlah ikut2 paham syiah, setidaknya menghargai pemahaman syiah dan tidak mengecap rafidhah, keji banget mas fitnahnya,

    @Oktara
    benar kata mas Oktara, selama saya belajar dan berteman dgn orang2 syiah pesan ahlak yang didapat dari ahlul bait sangat ‘tinggi’ dan dibuktikan dalam kehidupannya, yuk mari

  26. saya masih dalam pengkajian, mohon pandangan:

    1- Ada yg berpendapat bahawa kata2 tersebut “Lalu Fatimah binti Rasulullah SAW marah kemudian ia senantiasa mendiamkan Abu Bakar ” adalah lahirnya dr kekeliruan zuhri seorang perawi sblm ‘urwah b. zubair. lafaz قال yg oleh murid zuhri dgn maksud dia (zuhri) berkata, dan bukannya Aisyah….

    2.Mengapa Aisyah membeberkan kemarahan Putri Rasul saw, bukankah lebih pantas utk disembunyikan?

    2- dan bagi perawi2 serta ulamak yg lain maksud tidak bercakap adalah dlm masalah fadak bukan tidak bercakap langsung.

    3. Apakah memang benar Abu Bakar tidak solat jenazah Putri Rasul saw? ada riwayat dari hammad b. ibrahim Riwayat lain: spt dlm sunan kubra baihaqi bersama hasyiah jauharunnaqi j 4 29 kitabul janaiz.dlm kanzul ummal j 7 ms 114, j 6 ms 318, dlm riaadhunnadhirah j 1 ms 156. dlm hilyatul auliya’ j 4 ms 96 Abu nu’aim meriwayatkan drpd maimun b. mihran dr ibnu abbas r.a. bahawasanya nabi saw dibawakan jenazah kpdnya lalu dia menyembahyangkannya dan bertakbir empat kali dan baginda s.a.w. bersabda malaikat2 bertakbir keatas adam a.s. sebanyak empat takbir. Ibnu abbas r.a. berkata lagi begitu abu bakar r.a. takbir keatas jenazah fatimah r.a. sebanyak empat takbir dan suhaib takbir keatas umar empat takbir.

    shukron

  27. @mautau

    Ada yg berpendapat bahawa kata2 tersebut “Lalu Fatimah binti Rasulullah SAW marah kemudian ia senantiasa mendiamkan Abu Bakar ” adalah lahirnya dr kekeliruan zuhri seorang perawi sblm ‘urwah b. zubair. lafaz قال yg oleh murid zuhri dgn maksud dia (zuhri) berkata, dan bukannya Aisyah….

    Boleh-boleh saja kalau ada yang berpendapat. hanya saja setiap pendapat harus dinilai dasarnya. Pernyataan itu saya nilai apologia semata berusaha menutupi sesuatu dengan melemparkan kesalahan pada zuhri. Kalau dilihat dari hadisnya, tidak ada petunjuk sedikitpun yang mengindikasikan itu adalah perkataan zuhri. Atau kalau anda punya bukti lain, silakan dilampirkan, biar bisa didiskusikan 🙂

    Mengapa Aisyah membeberkan kemarahan Putri Rasul saw, bukankah lebih pantas utk disembunyikan?

    Saya kira kita harus membahas trlebih dulu apaitu pantas dan tidak pantas. bagi saya penyampaian itu tidak ada masalah. Namanya juga kesaksian seseorang, dia memberitahukan apa yang ia saksikan. Lagipula ada banyak hadis yang menjelaskan tentang kemarahan Rasulullah SAW atau hal-hal lain yang mungkin menurut anda tidak pantas untuk disampaikan. Tapi nyatanya itu ada

    dan bagi perawi2 serta ulamak yg lain maksud tidak bercakap adalah dlm masalah fadak bukan tidak bercakap langsung.

    Kalau anda menyimak tulisan saya soal Fadak yang lain, maka saya sudah menyinggung masalah ini. Apa yang dianyatakan oleh sebagian ulama itu adalah sesuatu yang mereka tambahkan sendiri dan bertentangan dengan zahir teks hadisnya 🙂
    Jadi pernyataan ulama itu memerlukan bukti karena hal itu tidak dijelaskan dalam hadisnya

    Apakah memang benar Abu Bakar tidak solat jenazah Putri Rasul saw?

    Jawabannya benar berdasarkan keterangan dalam Shahih Bukhari. Saya pernah membaca bahwa riwayat yang menyatakan Abu Bakar menshalatkan sayyidah Fatimah AS itu adalah riwayat yang dhaif. Salam

  28. Jawabannya benar berdasarkan keterangan dalam Shahih Bukhari. Saya pernah membaca bahwa riwayat yang menyatakan Abu Bakar menshalatkan sayyidah Fatimah AS itu adalah riwayat yang dhaif
    maksutnya apa dong, sahih bukhari ada yang dhoif gitu kah ??????

  29. @Barata

    “sahih bukhari ada yang dhoif gitu kah ??????”

    Hehehehe…baru NYADAR YA..???

  30. @barata
    Dari awal saya sudah curiga bahwa anda ini susah mengerti tulisan saya dan sering menangkap salah apa yang saya sampaikan. Nah saya rincikan apa yang saya tulis
    Kata-kata saya yang ini

    Jawabannya benar berdasarkan keterangan dalam Shahih Bukhari.

    adalah ditujukan untuk menjawab pertanyaan mautahu sebelumnya yaitu

    3. Apakah memang benar Abu Bakar tidak solat jenazah Putri Rasul saw?

    Sedangkan kata-kata saya yang ini

    Saya pernah membaca bahwa riwayat yang menyatakan Abu Bakar menshalatkan sayyidah Fatimah AS itu adalah riwayat yang dhaif.

    Adalah tanggapan saya terhadap pernyataan mautahu bahwa ada riwayat yang menyatakan Abu Bakar menshalatkan jenazah sayyidah Fatimah
    Jadi Shahih Bukhari menyatakan Abu Bakar tidak menshalatkan Sayyidah Fatimah sedangkan riwayat yang menyatakan bahwa Abu Bakar menshalatkan Sayyidah Fatimah AS adalah riwayat yang dhaif dan bertentangan dengan riwayat dalam Shahih Bukhari.
    Jadi phamilah dengan baik apa yang saya katakan 🙂
    Salam

    @Bagir
    wah wah bukannya Shahih Bukhari itu semuanya shahih :mrgreen:

  31. @ SP

    “wah wah bukannya Shahih Bukhari itu semuanya shahih ”

    hehehe…namanya juga “shahih”…mksdnya ” Shahih Dhoif-nya”…hehehe

  32. ooo begitu ya, jadi kita dilarang menggunakan hadist dhoif sebagai rujukan ya, emang hadist dhoif itu apa sih ???????ada berapa bagian sih hadist dhoif itu, terus yang membagi hadist menjadi sahih dhoif, mursal dll itu siapa , apakah mungkin terjadi kesalahan ????? ( seperti tulisan anda rekayasa hadist )

  33. @bagir
    saya nggak ikutan ah :mrgreen:

    @barata

    ooo begitu ya, jadi kita dilarang menggunakan hadist dhoif sebagai rujukan ya,

    Setahu saya begitu, ada juga yang membolehkan tetapi hanya sebatas Fadilah amal.

    emang hadist dhoif itu apa sih ???????ada berapa bagian sih hadist dhoif itu

    Baca Ulumul hadis aja deh Mas, lengkap kok 🙂 atau anda bisa tanya Guru anda

    terus yang membagi hadist menjadi sahih dhoif, mursal dll itu siapa

    Tentu Mereka yang belajar Ilmunya 🙂

    apakah mungkin terjadi kesalahan ????? ( seperti tulisan anda rekayasa hadist )

    Mungkin saja, asalkan ada yang bisa menunjukkan dimana letak kesalahannya 🙂
    Perhatikan baik-baik Mas, tulisan saya itu Rekayasa Sunnah

  34. Luar biasa kritiknya….

    kbenaran memang harus tetap disampaikan….!!!

  35. Mau bilang semua hadits Bukhari Shahih, ternyata ada hadits-hadits yang berbau Syiah dan sesuai ‘selera’ Syiah. Mau bilang tidak semua shahih, berarti menyalahi doktrin Salafus Salih. Jadi gimana dong SP?

    Salam

  36. @Muhibin

    Pakai logika dong…..Fatimah as meninggal 6 bln setelah Rasulullah Muhammad SAW wafat…..”ketegangan” dengan umar, dan abubakar terjadi setelah Rasul wafat……anak saiyidina Ali as…lahir sebelum masa itu..jadi sah2 saja kan…..bukan berarti lalu menjadi pengagum umar dan abubakar ra…setelah terjadinya tragedi2 itu….

Tinggalkan komentar