Hadis Muawiyah Mati Tidak Dalam Agama Islam?

Hadis Muawiyah Mati Tidak Dalam Agama Islam?

Terdapat hadis yang mungkin akan mengejutkan sebagian orang terutama akan mengejutkan para nashibi pecinta berat Muawiyah yaitu hadis yang menyatakan kalau Muawiyah mati tidak dalam agama Islam. Kami akan mencoba memaparkan hadis ini dan sebelumnya kami ingatkan kami tidak peduli apapun perkataan [baca: cacian] orang yang telah membaca tulisan ini. Apa yang kami tulis adalah hadis yang tertulis dalam kitab. Jadi kami tidak mengada-ada.

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru bin Ash dari Rasulullah SAW sebagaimana yang tertulis dalam kitab Ansab Al Asyraf Al Baladzuri 2/120-121.

عن عبد الله بن عمرو قال كنت جالساً عند النبي صلى الله عليه وسلم فقال يطلع عليكم من هذا الفج رجل يموت يوم يموت على غير ملتي، قال وكنت تركت أبي يلبس ثيابه فخشيت أن يطلع، فطلع معاوية

Dari Abdullah bin Amru yang berkata aku duduk bersama Nabi SAW kemudian Beliau bersabda ”akan datang dari jalan besar ini seorang laki-laki yang mati pada hari kematiannya tidak berada dalam agamaKu”. Aku berkata “Ketika itu, aku telah meninggalkan ayahku yang sedang mengenakan pakaian, aku khawatir kalau ia akan datang dari jalan tersebut, kemudian datanglah Muawiyah dari jalan tersebut”.

Hadis ini diriwayatkan oleh Baladzuri dalam Ansab Al Asyraf dengan dua jalan sanad yaitu

حدثني عبد الله بن صالح حدثني يحيى بن آدم عن شريك عن ليث عن طاووس عن عبد الله بن عمرو

Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Shalih yang berkata telah menceritakan kepadaku Yahya bin Adam dari Syarik dari Laits dari Thawus dari Abdullah bin Amru [Ansab Al Asyraf Al Baladzuri 2/121]

حدثني إسحاق وبكر بن الهيثم قالا حدثنا عبد الرزاق بن همام انبأنا معمر عن ابن طاوس عن أبيه عن عبد الله بن عمرو بن العاص

Telah menceritakan kepadaku Ishaq dan Bakr bin Al Haitsam yang keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq bin Hamam yang berkata telah memberitakan kepada kami Ma’mar dari Ibnu Thawus dari ayahnya dari Abdullah bin Amru bin Ash [Ansab Al Asyraf Al Baladzuri 2/120]

Sanad pertama semuanya adalah perawi Muslim oleh karena itu Syaikh Al Ghumari menyatakan hadis tersebut shahih dengan syarat Muslim. Tetapi walaupun semuanya perawi Muslim terdapat cacat pada sanadnya yaitu Abdullah bin Shalih dan Laits. Mereka berdua walaupun seorang yang shaduq telah diperbincangkan oleh para ulama mengenai hafalannya. Sebagaimana yang disebutkan dalam At Taqrib 1/501 kalau Abdullah bin Shalih jujur tetapi banyak melakukan kesalahan dan At Taqrib 2/48 kalau Laits bin Abi Sulaim jujur tetapi mengalami ikhtilath. Jadi sanad pertama itu dhaif

Sanad kedua telah diriwayatkan oleh para perawi tsiqat yaitu Ishaq, Abddurrazaq, Ma’mar, Ibnu Thawus dan Thawus. Hanya satu orang yang tidak diketahui kredibilitasnya yaitu Bakr bin Al Haitsam tetapi ini tidak menjadi masalah karena ia meriwayatkan hadis ini bersama dengan Ishaq bin Abi Israil seorang yang tsiqat dan ma’mun.

  • Ishaq adalah Ishaq bin Abi Israil termasuk gurunya Al Baladzuri, ia perawi Bukhari dalam Adabul Mufrad, Abu Dawud dan Nasa’i. Biografinya disebutkan dalam At Tahdzib juz 1 no 415, dimana Ibnu Hajar menyebutkan kalau ia dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in, Daruquthni, Al Baghawi, Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Hibban. Dalam At Taqrib 1/79 Ibnu Hajar menyatakan ia shaduq tetapi dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib no 338 kalau Ishaq bin Abi Israil seorang yang tsiqat ma’mun.
  • Abdurrazaq bin Hammam adalah perawi kutubus sittah dimana Bukhari dan Muslim telah berhujjah dengan hadisnya. Ia seorang hafiz yang dikenal tsiqat sebagaimana disebutkan Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/599.
  • Ma’mar adalah Ma’mar bin Rasyd perawi kutubus sittah. Ibnu Hajar dalam At Tahdzib juz 10 no 441 menyebutkan kalau ia dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in, Al Ajli, Yaqub bin Syaibah, Ibnu Hibban dan An Nasa’i. Dalam At Taqrib 2/202 ia dinyatakan tsiqat tsabit.
  • Abdullah bin Thawus adalah putra Thawus bin Kisan, ia seorang perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Biografinya disebutkan dalam At Tahdzib juz 5 no 459 dan ia telah dinyatakan tsiqat oleh Nasa’i, Al Ajli, Ibnu Hibban dan Daruquthni. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/503 menyatakan Ibnu Thawus tsiqat.
  • Thawus bin Kisan Al Yamani adalah seorang tabiin yang tsiqat. Ia termasuk perawi kutubus sittah. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/449 menyatakan kalau Thawus tsiqat.

Jadi dapat disimpulkan kalau sanad kedua itu diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat sehingga sanadnya shahih. Dengan melihat kedua sanad hadis tersebut maka kedudukan hadis tersebut sudah jelas shahih. Sanad pertama berstatus dhaif tetapi dikuatkan oleh sanad kedua yang merupakan sanad yang shahih. Sekedar informasi hadis ini telah dishahihkan oleh Syaikh Al Ghumari, Syaikh Hasan As Saqqaf, Syaikh Muhammad bin Aqil Al Alawy dan Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliki.

Sudah jelas para Nashibi tidak akan rela dengan hadis ini dan mereka memang akan selalu mencari-cari cara atau dalih untuk melemahkan hadis tersebut. Terus terang kami tertarik melihat dalih-dalih nashibi untuk mencacatkan hadis ini. Kita tunggu saja.

Salam Damai

102 Tanggapan

  1. Jadi, sudah sangat tepat doa Qunut Imam Ali buat Muawiyah dan cs nya. Nyambung dengan artikel terdahulu.

  2. Muawiyyah adalah simbol dari keburukan manusia di jaman Nabi saw dan sahabat. Macam-macam riwayat yg begitu buruk yg dimiliki oleh manusia satu ini. Dari laknat Rasul saw, kebencian & permusuhannya thd Imam Ali serta Imam Hasan, perintah Nabi saw utk membunuhnya, memulai pelaknatan thd Imam Ali & keluarganya di setiap mimbar Jumat. Itu adalah yg sdh terungkap. Berapa banyak lagi prilaku buruk manusia ini yg tdk terungkap? Sy tidak heran jika Nabi saw mengeluarkan ucapan sedemikian rupa.

    Lagipula bukankah yang mengisahkan riwayat ini adalah Abdullah bin Amr bin Ash yang notabene anak dari Amr bin Ash, pengikut setia Muawiyyah?

    Bagi pencinta & pembela Muawiyyah, saya ingin mengucapkan, “Ingatlah, di akhirat nanti semua manusia akan berkumpul dgn siapa yang dicintainya. Mereka akan meminta pertolongan kepada siapa pemimpin yang dicintainya”

    Salam

  3. Sudah sgt jelas bhwa Muawiyah adalah Nashibi bgtu jg pemujanya.

  4. @SP

    “Sekedar informasi hadis ini telah dishahihkan oleh Syaikh Al Ghumari, Syaikh Hasan As Saqqaf, Syaikh Muhammad bin Aqil Al Alawy dan Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliki.”
    ————————————————————————————

    Ini dia kelemahannya,….tidak ada satupun dari orang tersebut yg menjadi ulama panutan Salafy. jadi pensahihannya tidak ada nilainya,……

  5. @A_lee

    jelas tidak mungkin hadits2 seperti ini dshahihkan oleh ulama mereka. Yah kita liyat aj argumennya 🙂

  6. Utk membela “Jendral Besar” nya, kayaknya nashibi hanya punya 2 pilihan : melemahkan sanadnya atau mempelintir matannya…

  7. […] Hadis Muawiyah Mati Tidak Dalam Agama Islam? […]

  8. Syiah syiah hmmm, muliakanlah para sahabat

  9. @Agung Suparjono
    Ini bukan masalah Syiah atau bukan Syiah. Sebenarnya sederhana saja. Nabi adalah panutan kita umat Islam. Betul? Kita harus konsekuen : ikuti apapun sikap Nabi. Ada sebagian sahabat yang dimuliakan Nabi spt Salman Al Farisi, Abu Dzar Al Ghiffari atau Ammar bin Yasir. Sikap kita? Ikuti sikap Nabi, muliakan mereka yang dimuliakan Nabi.
    Ada pula sebagian “sahabat” yang dilaknat Nabi, contohnya Muawiyah. Sikap kita? Ikuti sikap Nabi, laknat siapa yang dilaknat Nabi. Laknat Jendral Besar Nashibi : Muawiyah LA.
    Sederhana bukan? Kecuali ada sebagian orang yg tidak menganggap Nabi sebagai panutan. Yang dimuliakan Nabi tidak mereka muliakan (bahkan kdg malah dicerca dan dihinakan). Yang dilaknat Nabi malah dipuja dan dimuliakan. Terserah Anda. Ikut Nabi atau membangkang Nabi?

  10. Hmmmm Sahabat jadi Musuh dalam selimut….kayak lagu nya Zigaz yah

  11. terima kasih kpd SP yg telah memberi pencerahan dalam artikel2nya yg tajam dalam mengkritisi dan membongkar kedok kepalsuan sejarah yg berusaha ditutupi oleh tangan2 jahil musuh2 islam, saya jadi ingin tau lebih jauh tentang sejarah islam yg benar.
    namun memang ada konsekuensi yg belum bisa diterima oleh sebagian umat islam mengenai muawiyah ini. kita tau bahwa munculnya muawiyah kembali setelah disingkirkan oleh rosul saw adalah berkat tangan usman yg mendudukkan dia sebagai gubernur damaskus. ini artinya sudah 2 sahabat nabi yg ketahuan belangnya yg didak sejalan dengan rosul yaitu muawiyah dan pendahulunya usman. dan ini pasti akan merebet ke sahabat lainnya. padahal ada pandangan sebagian muslimin bahwa sahabat itu adil bahkan sampai disanjung allah swt dlm alqur’an dan dijamin masuk sorga.
    untuk itu kita tunggu saja jawaban muawiyun dan usmaniyun …………………………salam damai.

  12. tulisan-tulisan diatas apapun ceritanya dpt m’brkan pencerahan kpd sy yg baru bljr kembali ttg sejarah islam… perbedaan ahlu sunnah dan ahlu bait… adlh pada “SUNNAH DAN KETURUNAN”… jika kata kunci ini kita pegang dan tahu maknanya scr mendlm… mk kt pasti bisa memilih….. Ya Allah berilah kami kekuatan untuk mengabarkan yg benar itu mmg benar dan yg salah itu salah shg kebenaran sejarah islam tdk disalahgunakn pemeluknya.

  13. afwan@fuad kenapa dgn sahabat utsman gt? tlg brkn sdkt ktrgn soalnya ana g paham.

  14. Kalo menurut saya, Sayidina Usman tidak bersalah, tetapi dia orang yang lemah. Kelemahannya adalah sifatnya yang kurang tegas, pemalu, ga mau ribut2, pendiam, mudah bimbang, peragu. Nah sifat2 inilah yang dimanfaatkan oleh elit2 Bani Umayah yang lapar akan kekuasaan, yang dengki dengan posisi Bani Hasyim, untuk merebut kekuasaan.

  15. @ taufiq albantani :
    sobatku ana sengaja menarik usman ra dalam hal ini supaya kita tau sejarah awal masa kehidupan muawiyah dan para pendahulunya di jaman rosul saw bagaimana rosul saw mengingatkan kaum muslimin tentang dia dan coba pelajari lagi sepak terjang bani umaiyah terhadap islam ini.siapa yg mengangkatnya sampai dia punya kedudukan ( khilafah katanya) dan hadis tentang muawiyah sudah jelas, mohon dibaca lagi dan renungkan akhi.

  16. @ abah zahra :
    sobatku, menurut anda usman memang lemah dan kelemahan ini dimanfatkan oleh pendukungnya untuk meraih keuntungan. maaf ini hanya pendapat anda.
    apa menurut anda usman ra tidak menyadari konsekwensi dari perbuatan yg dia lakukan ? apa dia orang kemaren sore ?
    tidak ya akhi, dia berbuat atas kesadaran dan dia tidak sedang mabuk, dan dia tau akan konsekwensi perbuatannya. jabatan kholifah bukan jabatan seperti imam salat, nyatanya dia juga memerintahkan pasukan untuk berperang juga.
    pendapat anda bahwa bani umaiyah hasud terhadap bani hasyim dan haus akan kekuasaan ini memang benar dan didukung oleh Ayat Qur’an maupun fakta sejarah.

  17. Sedari awal memang Sayidina Usman tidak cocok menjabat sebagai khalifah. Karena sifatnya pemalu, kurang tegas, peragu, “ga enakan”, ewuh pakewuh, itu. Dan Bani Umayah lah yang paling mengerti sifat Sayidina Usman, karena Usman sendiri adalah bagian dari elit Bani Umayah. Setelah wafatnya Rasulullah, Bani Umayah sudah berusaha mengamankan kekuasaannya. Strateginya adalah, yg penting bukan Imam Ali yg jadi khalifah. Dikomporilah Sayidina Abu Bakar, begitu juga Sayidina Umar, untuk jadi khalifah, disertai dengan manuver2 kelas tinggi menyiasati kaum muslimin. Tapi sayangnya dua syekh itu agak susah dipengaruhi Bani Umayah, karena selain bukan dari Bani Umayah, ada Imam Ali di belakang mereka sebagai rujukan dan selalu memberi nasehat dan dorongan. Nah pada masa Sayidina Usmanlah Bani Umayah mendapatkan waktunya yang tepat. Mungkin ini yang saya tahu…

  18. @abah zahra

    Mas…sedikit pembetulan ya…Usman bukanlah sepemalu spt yg diwar warkan. Masakan seorang yg pemalu begitu bisa jadi sadis hingga memerintahkan pencambukan Ibn Mas’ud hingga parah dan dipapah pulang ke rumah. Masakan orang sepemalu begitu menghalau Abu Dzar ke Rabadzah hingga beliau wafat di padang pasir tanpa ada yg menguruskan jenazahnya….dan banyak lagi sikapnya yg berseberangan dgn mitos pemalunya itu…

    Wassalam

  19. @ Mas Fuad,
    yang dikatakan abah Zahro itu benar, Usman emang lemah. Tapi jawaban andapun benar juga, karena disamping Usman berpribadi lemah, dia dah punya bibit-bibit pembangkangan terhadap Rasulullah. apa dia tidak pernah mendengar deklarasi penunjukan Imam Ali di ghadir kum..??
    apa dia mau pura-pura gak dengar, ttg sabda Rasul yg melaknat muawiyah, lha kok malah menunjuk muawiyah jadi pejabat. setali tiga uang deh dengan pendahulunya, pembangkang dilanjutken oleh daripada pembangkang.
    salah satu pelajaran yg dapat diambil adalah : ” marilah kita berdoa kepada Allah disertai menguatkan jiwa agar terhindar dari penyakit CINTA DUNIA”

    salam damai…..

  20. @mas hadi
    ya… dia melakukan itu pasti setelah dikomporin sama elit2 Bani Umayah yang setiap hari berkeliaran di sekelilingnya, yang masih dengki dengan segala keutamaan dan kemulyaan Bani Hasyim dan para pengikutnya, yang selalu menghalangi Imam Ali untuk menasehatinya, maka terjadilah kekacauan itu, bahkan mulai terjadi perdebatan2 dengan Imam Ali, ( mis. masalah Haji ) dll. Kalo masalah pemalu, bukankah sudah ada hadistnya? Saya gatau kalo hadits itu doif atau palsu.
    @mas gandung
    masalah ghodir kum, saya yakin ketiga khalifah mungkin sudah lupa, tetapi ketika diingatkan, mereka sudah susah untuk mundur dari jabatan khalifah ( pasti juga dikomporin dan disiasatin oleh Bani Umayah juga pastinya, dan itulah bedanya orang yang tau agama setelah dewasa/ fikiran dan hatinya sudah bebal, sudah berisi racun2 jahiliyah, dengan yang tau agama dari kecil/ fikiran dan hatinya masih jernih seperti Imam Ali ). Paling ga kita tahu mereka salah, dan mereka ( salah satu dari mereka ) ga kan menikmati Telaga Kaustar nanti, seperti kata hadits. Waktu Rasulullah menegaskan bahwa mereka sahabat beliau, Allah menjawab dengan mengatakan engkau tidak tau apa yang dilakukan mereka sepeninggalmu ( Al hadits ) Ini yang saya tahu….

  21. Sesungguhnya ketika membaca hadits2 diatas lepaskanlah segala jubah Syiah dan Sunni mari kita melek dan pelototi hadits Rasul yang berasal dari kitab2 kaum sunni tersebut….
    Dan mari kita pikir bukankah kebencian kaum muslim pada sebagian sahabat terutama si manusia laknat Muawiyah dan Yazid adalah sangat beralasan…dan bukanlah sesuatu yang dibikin2….
    Dan mari kita pikir masih saja ada kaum aliran nashibi pembela teori ” seluruh org yang pernah bersahabat dgn Nabi adalah pasti benar & adil ” yang dengan taklidnya selalu menuliskan kalimat ” R.A ” dibelakang nama2 mereka….. benar2 pengagungan untuk Muawiyah dan Yazid putranya yang pemabuk dan pembantai yang Konyol itu

  22. ternyata ini adalah situs Syi’ah…

  23. bagi saya ini situs sunnah 🙂

  24. Ternyata ‘pecinta sunnah’ adalah pecinta muawiyah….

    Ini adalah situs yg hanya sesuai buat mereka yg mahu dan bisa berfikir kritis, dan tidak suka menelan mentah2 apapun yg diberikan oleh ulama2, tanpa berfikir ttg kebenarannya…

    Sbb itu situs ini dipanggil ‘Analisis Pencari Kebenaran’

  25. Seorang hamba yg bersyukur adl hamba yg menggunakan karunia yg diberikan Allah kepadanya dengan sebaik-baiknya. Syukurilah akal yang diberikan oleh Yang Maha Benar kepada kita dengan menggunakannya secara kritis untuk menemukan kebenaran-Nya. Jangan kita kufuri nikmat karunia akal ini dengan cara bertaklid buta tanpa kita pahami hakikat yg terkandung di dalamnya.

    Mari bersyukur dengan cara berfikir kritis bersama “Analisis Pencari Kebenaran”

  26. Teman-teman pecinta sunnah, biarlah syi’ah rafidhah bercerita ttg diri mereka sendiri, jgn diganggu ya teman2.

  27. @edi

    Anda pecinta sunnah dan kami bukan? Anda yakin anda benar2 mencintai sunnah Nabi saaw dan mengikutinya?

    Usah mulakan apa yg kelak anda kabur darinya…

    Salam Damai

  28. @ All

    Teman-teman pecinta sunnah, biarlah syi’ah rafidhah bercerita ttg diri mereka sendiri, jgn diganggu ya teman2.

    Teman2 pecinta Rasulullah dan Ahlul Bait dan pencari kebenaran, biarlah Edy Si Nashibi berbicra ttg kebahlulan dan kepengecutannya sdri, jgn di ganggu yaaaa…

  29. @Nashibi dan siapapun yg tdk setuju dg artikel di atas
    Bawa argumen dan dalil Anda ke sini utk membantah bung SP. Tulisan ilmiah hrs dibantah dg cara ilmiah. Begitulah etika berdiskusi. Bukan hanya sekedar memvonis atau berkomentar yg menunjukkan kebencian Anda tanpa membawa argumen yg ilmiah. Anda mampu?

  30. @Edi
    komentar anda emang pool, pol konyolnya seperti komen2 orang-orang Nashibi pencinta muawiyah dan konco-konconya.

    menurut pendapat anda dan paraulama anda setiap itjtihad mendapat pahala meskipun ijtihad itu adalah salah tetap mendapat 1 pahala. termasuk ketika muawiyah laknatullah alaih menjadi bughot dan memberontak Imam ALi, dan anaknya Yazid laknatullah Alaih membunuh Imam Husein AS cucu kesayangan Rosul, mereka mendapat 1 pahala. anda setuju dengan pendapat jumhur Ulama Sunni?

  31. Salam,

    Memang sulit mendamaikan kaum “literal-tekstual” dgn “rasional-filosofis”. Jika terjadi perdebatan bisa dipastikan salah satunya pasti ‘menari di atas genderang lawan’.

  32. Sekedar informasi hadis ini telah dishahihkan oleh Syaikh Al Ghumari, Syaikh Hasan As Saqqaf, Syaikh Muhammad bin Aqil Al Alawy dan Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliki.

    Bisa diberitahu dlm kitab mana yah komentar mereka?

  33. Yah hari gini msh ngebicarain pengikut muawiyah vs pengikut ali? Apa pentingnya? Toh mereka telah meninggal. Kalian sesama umat islam saling kafir mengkafirkan gara2 ini. Masih byk tuh diluar sana yg skeptis dan menganggap buruk islam. Eh kalian malah terkotak2 oleh org telah meninggal. Apakah yg percaya hadis diatas daif lantas berarti dia benci ali??? Sy rasa tidak.. G ada yg benci ali toh. Toh ali terkenal d sunni sbg khalifah ke4 yg baik n byk ilmu. Apa pula pentingnya mengungkit2 perselisihan masa lalu seperti ini? G ada manfaatnya selain memecah belah. Toh tuhan qt sama, allah swt, nabi kita sama muhammad. Jadi apa pentingnya dgn menganggap ali sbg washi rasulullah? Apakah ingin mengatakan agar menolak semua hadis yg bkn dari ali n keturunannya? apa pentingnya percaya ali adl washi rasulullah? Apa ada pengaruhnya pd saat diakhirat nanti kl prcaya ali adl washi rasulullah?

  34. @ Abraham……………,
    Sering baca Alquran…………….?
    Klau ngaku muslim pasti sering, bahkan sebulan 1x katam. mungkin.
    Tau ga…………, sebagian isi dari Alquran adalah cerita / peristiwa2 masa lampau TAPI KOK SELALU DI BACA……….,DIULANG@ LAGI…………., DI SELURUH DUNIA LAGI………,
    salahin tuch yang nurunin Alquran.
    Satu lagi, Nabi Muhammad SAW sudah meninggal buat apa kita selalu bershalawat. kan sudah meninggal….,
    JAWAB!
    Makanya jgn sok bijak………………,
    salam

  35. @zahra
    Bukan seperti itu mksd saya bro… Membahas ttg cerita masa lampau d quran dan ttg nabi muhammad akan relevan spanjang jaman. Melupakan quran n nabi muhammad sm saja menolak islam.
    Mksud saya apakah percaya pd ali n keturunanny adl washi rasulullah termasuk rukun iman??? G penting kan. Toh ajaran sunni syiah dlm hal tauhid sama saja. Apa yg sgt fundamental dlm hal keimanan yg membedakan sunni syiah?

  36. wah..wah.. wah…SP SP
    neh ane ngingetin aje ye. tulung di baca ya anak2 syiah….
    “Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir. (QS. Al-Fath:29)”: berkata Imam Malik bin Anas: “barangsiapa yang dihatinya terdapat kejengkelan terhadap para shahabat nabi maka telah menimpanya ayat ini.” (Zadul Muyassar, karya Ibnul Jauzi rahimahullah)
    berkata Ibnu Katsir rahimahullah: “dari ayat ini Imam Malik mengambil faidah dalam -salah satu riwayatnya – tentang kafirnya rafidhah yang membenci para shahabat, beliau berkata: “Karena mereka (rafidhah) merasa jengkel terhadap mereka (para shahabat). (pendapat ini) disepakati oleh sekelompok ulama’. Hadits-hadits tentang keutamaan para shahabat serta larangan menghina mereka sangat banyak. Cukuplah kiranya untuk mereka pujian dari Allah dan keridhaan-Nya kepada mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir)
    BEBERAPA KEUTAMAAN MU’AWIYAH Radhiallahunhu
    – Beliau adalah Paman Kaum Muslimin. Hal ini oleh sebab saudari beliau, Ummu Habibah, adalah isteri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
    – Beliau adalah salah seorang sahabat yang diisyaratkan Nabi akan berperang di tengah lautan dan akan masuk surga.
    Hal ini sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam:
    عن أم حرام قالت: قال رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ : ” أول جيش من أمتي يغزون البحر قد أوجبوا”
    Dari Umu Haram Radhiallahunhu beliau berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Pasukan pertama dari ummatku yang perang di lautan maka wajib baginya (surga).” [HR Bukhari : 2924]
    Ibnu Hajar mengatakan : “Al-Muhallab berkata : “hadits ini menjelaskan keutamaan Mu’awiyah karena beliaulah orang pertama yang berperang di lautan.” Adapun lafazh “qod aujabu” (maka wajib atasnya) maksudnya adalah : melakukan perbuatan yang wajib atasnya surga.” [al-Fath VI : 120].
    – Beliau adalah penulis wahyu dan kepercayaan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
    – Beliau didoakan memperoleh hidayah dan memberikan hidayah.
    – Beliau didoakan menguasai ilmu fiqh dan ilmu hitung.
    – Beliau adalah orang yang faqih.
    ============
    PAK SP (SULAP) SAYS:
    Jadi dapat disimpulkan kalau sanad kedua itu diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat sehingga sanadnya shahih. Dengan melihat kedua sanad hadis tersebut maka kedudukan hadis tersebut sudah jelas shahih (DARI HONGKONG). Sanad pertama berstatus dhaif tetapi dikuatkan oleh sanad kedua yang merupakan sanad yang shahih. Sekedar informasi hadis ini telah dishahihkan oleh SYAIKH AL GHUMARI Al BIDI, SYAIKH HASAN AS SAQQAF AL KADZABY, SYAIKH MUHAMMAD BIN AQIL AL ALAWY AL SUFI’I DAN SYAIKH HASAN BIN FARHAN AL MALIKI AS-SYI’I..

    Pak,.. ade lagi g nyang mau di shahihkan?? Ane minta sofwarenya donk “SOFWARE CONVERTER HADITS DHAIF TO SHAHIH OR SHAHIH TO DHAIF “MADE IN SP” Gratisan apa bayar neh soalnya ane mau download Langsung…
    jadi hati2lah kalian ama agame syiah ini, cos very..very dangerous…

  37. @Abu Jufri
    buat antum terimakasih banget telah memberikan pencerahan , selama ini yang saya tahu mengenai keutamaan Muawiyah adalah beliau tidak pernah dikenyangkan perutnya Oleh Allah SWT, Tp ternyata masih banyak juga ya keutamaan muawiyah?

    – Paman kaum muslimin ya? jangan-jangan anda coba merangkai kekerabatan dengan Rasul supaya Muawiyah jadi ahlul bait ya? Paman Rasul Yang asli aja yang memelihara beliau dari kecil, melindungi dari musuh, rela membiarkan anak2nya kelaparan asal muhammad kecil bisa makan (Abu Thalib ) dikatakan kafir dan masuk neraka. ini muawiyah yang baru masuk islam sekitar tahun ke 8 H setelah sebelumnya memusuhi nabi abis-abisan lebih pantas di sebut paman kaum muslimin ya? lagian ana baru tahu ada istilah paman kaum mukmin..setahu ana yang ada adalah Ummul mukminin, artau karena muawiyah adalah kakanya ummu habibah mungkin lebih pantes di sebut pa De Kaum Mukminin mas, trus untuk Yazidnya dipanggil apa ya? sepupu kaum mukminin, lucu juga ya?

    – Masuk surga? surga yang mana dulu nih…kalo konteksnya sabda Rasul :”Baiti Jannati” ya Oke lah….bahkan Thomas Alfa Edison dan Cleopatra pun masuk surga, sayapun kalo pulang kerja langsung masuk surga, bukan begitu mas?

    -PeNulis wahyu terpercaya ya? setahu saya Muawiyah dan keluarganya masuk islam tahun ke 8 H sesudah Fathu Makkah, dan wahyu selese turun tahun 10 H pada waktu haji Wadda, kalo wahyu turun secepat Abu Hurairah menerima hadist dari Rasulullah mungkin saja muawiyah bisa mencatat 5372 ayat dalam 2 tahun tapi wahyu kan turun dalam kurun waktu yang panjang sekitar 23 tahun, jadi mohon maaf berarti muawiyah cuma kebagian 2 tahun tok dalam nulis wahyu

    – memperoleh hidayah , jelas muawiyah memperoleh hiodayah….wong tadinya sesat dan penyembah berhala terus masuk islam ya harus diakui Muawiyah dapat hidayah itumeskipun sebelumnya harus nyerah dulu pada penaklukan mekkah.

    – ahli fiqih dan seorang yang faqih, untuk yang ini ana no comment, soalnya kalopun ada hadis shahih yang ngomong bahwa Muawiyah ahli fiqih bagi saya sangat berat bagi seorang ahli fiqih yang faqih bisa melakukan makar terhadap pemerintahan yang sah pada waktu itu

  38. @ Abu Jufri :
    Pak,.. ade lagi g nyang mau di shahihkan?? Ane minta sofwarenya donk “SOFWARE CONVERTER HADITS DHAIF TO SHAHIH OR SHAHIH TO DHAIF “MADE IN SP” Gratisan apa bayar neh soalnya ane mau download Langsung…
    jadi hati2lah kalian ama agame syiah ini, cos very..very dangerous…
    ——————————————————————————————

    Tinggal bantah saja hadis di atas mas, cocot kakean kabeh!

  39. @ Abu Daffa…………….,

    Top abissss

  40. Abu Daffa 1 Abu jufri 0. 🙂

  41. SP: krn blm ada wahabiyun yg membantah hadis tsb di sini. Maka saya copaskan bantahan wahabiyun dari media FB :

    ————————————————————————————–
    Karena Abdurrazzaq meriwayatkannya dari hapalannya sedangkan para ulama menilai riwayat dari hapalannya itu lemah. yang dinilai tsiqah hanya riwayat dari catatannya. Dia juga tidak memasukkan riwayat tersebut dalam kitabnya sendiri yang berjudul al Mushannaf. Itu berarti menurut Abdurrazaq sendiri riwayat itu bathil.

    Riwayat tersebut juga mengandung idhthirab karena ada riwayat yang menyebut nama al Hakam, ada juga Muawiyah ada juga yang lainnya. Itu artinya para perawinya tidak menjamin ketetapan riwayatannya.

    dari dua sisi itu aja sudah bisa dinilai bahwa riwayat tersebut dhaif atau bathil.
    ————————————————————————————-

    Mohon ma’af jika mas SP tdk berkenan dan terima kasih

  42. @Nomad

    SP: krn blm ada wahabiyun yg membantah hadis tsb di sini. Maka saya copaskan bantahan wahabiyun dari media FB :

    wah saya jadi kepingin ngelihat langsung media FB yang dimaksud. 🙂

    Karena Abdurrazzaq meriwayatkannya dari hapalannya sedangkan para ulama menilai riwayat dari hapalannya itu lemah. yang dinilai tsiqah hanya riwayat dari catatannya.

    Pernyataan ini keliru, Abdurrazaq seorang yang dikenal Imam Al hafiz di kalangan para ulama. Memang diriwayatkan ia mengalami ikhtilat di akhir umurnya tetapi para ulama telah menyebutkan siapa saja mereka yang meriwayatkan hadis dari Abdurrazaq setelah ia ikhtilath. Nah diantara nama mereka itu tidak ada Ishaq bin Abi israil. ditambah lagi terdapat bukti yang menguatkan kalau Ishaq bin Abi Israil meriwayatkan hadis dari Abdurrazaq sebelum ia mengalami ikhtilat. Jadi riwayat ishaq dari Abdurrazaq di atas adalah shahih dan bebas dari ikhtilath.

    Dia juga tidak memasukkan riwayat tersebut dalam kitabnya sendiri yang berjudul al Mushannaf. Itu berarti menurut Abdurrazaq sendiri riwayat itu bathil.

    Ini namanya mengada-ada, cukup banyak hadis Abdurrazaq yang shahih dari kitab-kitab lain walaupun ia sendiri tidak menulis hadis tersebut dalam kitabnya Al Mushannaf.

    Riwayat tersebut juga mengandung idhthirab karena ada riwayat yang menyebut nama al Hakam, ada juga Muawiyah ada juga yang lainnya. Itu artinya para perawinya tidak menjamin ketetapan riwayatannya.

    Silakan saja ditampilkan riwayat yang mereka maksud mudhtharib atau riwayat yang menyebut nama Al Hakam. Kalau memang mereka mau jujur menampilkannya maka mereka akan dengan mudah melihat kalau hujjah mereka itu cuma dipaksakan saja. Saya akan membantah hujjah mereka ini lebih lanjut jika mereka mau menyebutkan sanad yang mereka anggap mudhtharib.

    dari dua sisi itu aja sudah bisa dinilai bahwa riwayat tersebut dhaif atau bathil.

    Argumen mereka yang Mas kutip bisa dibilang argumen buntung artinya argumen itu sendiri tidak lengkap alias tidak memiliki nilai hujjah. kalau mau menyatakan hadis ini mudhtharib silakan bawa dulu sanad hadis yang menunjukkan adanya mudhtharib.

    Mohon ma’af jika mas SP tdk berkenan dan terima kasih

    Ah biasa saja kok, btw sebenarnya salafy nashibi masih punya dalih lain lho, tapi saya akan menanggapi kalau memang ada yang mau memakai dalih tersebut, salam 😛

  43. @Nomad
    kayaknya saya punya 🙂

  44. […] Hadis Muawiyah Mati Tidak Dalam Agama Islam? Posted on Februari 8, 2010 by secondprince […]

  45. salam
    @ SP;
    anda menulis demikian “Sekedar informasi hadis ini telah dishahihkan oleh Syaikh Al Ghumari, Syaikh Hasan As Saqqaf, Syaikh Muhammad bin Aqil Al Alawy dan Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliki.”.

    afwan. bisa tlg diperkuat dlm kitab apa mereka masing-masing mensahihkan hadits ini dan halaman berapa pd kitab-kitab tsb. ditunggu jwbnnya

    syukron

  46. mengapa tidak dipetik hadis dari kitab shahih bukhari @ muslim…
    ini kitab apa???xpernah dengar pun…

  47. @ Fazli Ali

    Kalau anda tdk pernah baca jgn anda jadikan ketidaktahuan anda sebagai hakim, baca dulu kitabnya.

    Perlu anda ketahui mazhab anda dlm menegakkan kepalsuannya menyensor kitab2 dan hadis2 yg dpt meruntuhkan bangunan aqidah mereka.
    Apa yg ulama anda berikan memang tampak indah berkilau seperti emas, tapi bukan emas hanya imitasi. Sekarang anda bawa imitasi itu ke toko mas Mr. SP tentu saja emas palsu itu tdk laku dan akhirnya anda mencela hasil penelitian Mr. SP. Seharusnya emas palsu itu anda campakkan ke wajah org yg telah menipu anda dan berterimakasih pada Mr. SP yg telah memberi tahukan anda.

  48. Allah itu Tuhan dan Muhammad itu rasulullah…itu saja persamaan antara sunni dan syiah…selain dari itu lakum deen nukum wali yadeen…..ngapa masih belum ngerti-ngerti donk…

  49. @abu nuqman
    kayaknya anda tuh yang gak ngerti-ngerti. Sunni dan Syiah sama-sama shalat lima waktu, sama-sama puasa, sama-sama berzakat, sama-sama naik haji ke Baitullah. Jadi apanya yang “itu saja”. jangan naif deh 😛

  50. Jangan2 dikira Al-Qur’an nya beda.
    Kalau mau cari perbedaan gak usah Syiah dengan Sunni, diantara Sunni pun banyak perbedaan dan saling tidak bisa besanding.
    Kalau hanya karena berbeda terus perang, bukankah sama saja dengan menggugat Sang Maha Sebab.

    Salam damai.

  51. @abu nuqman

    Ente buka orang Islam ya, soalnya berkata … lakum deen nukum wali yadeen… (propaganda)

  52. kalau ikut sunni, kamu harus buang semua aqidah syiah kecuali Allah itu tuhan dan Muhammad itu Rasulullah, kalau ikut syiah, kamu harus buang semua aqidah sunni kecuali Allah itu tuhan dan Muhammad itu Rasulullah, bukankah begitu sahabatku hai ahlul sunnah dan syii?Al-quran itu firman Allah disampai lewat Rasulullah, dihafal dan di tulis oleh beberapa sahabat rasulullah, hadis itu begitu juga, kenapa hadis yang menjadi sumber penerangan kepada Al-quran punya 2 versi….kumpulan hadis2 yang di terima oleh sunni dan kumpulan hadis2 yang diterima oleh syiah.hadis sunni tak diterima syiah, begitu sebaliknya…jika sekadar mau berhujah mengatakan sunni dan syiah menerima hadis masing2…ya boleh la..namun hakikatnya?..siapa Abu bakr, umar, ali,abu hurairah, usman,salman, abu zhar, hassan, hussain, di sisi masing2…katakan….yang sepakatnya hanya Allah itu tuhan dan Muhammad itu Rasulullah….bukankah begitu…..makanya seperti 2 agama yang berbeza…punya tuhan yang sama, rasul yang sama namun penafsiran yang beda….kamu faham sendiri lah wahai ahlul sunnah dan syii…..ana muslim

  53. @abu nuqman

    Yg jelas begini Syi’ah bisa menerima hadits dari Sunni, sedangkan Sunni tidak bisa menerima hadits dari Syi’ah. Sunni dan Syi’ah adalah Islam.

    Wslkm,

  54. terima kasih….sekarang saya faham kenapa syiah dan sunni berbeda…….

  55. Juga perbedaan Sunni dan Syiah adalah: Syiah memaparkan fakta agar tampak mazhabnya benar tapi Sunni menutupi fakta agar tampak mazhabnya benar.

  56. salam

    @ytse-jam 🙂

    allahuma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad

    wassalam

  57. Assalamu’alaikum,

    sy sunni, ahlusunah wal jama’ah ‘ala nahdhiyah, faham sy juga banyak beda dengan yg ngaku sunni ‘ala wahabiyah, sy malah melihat blog ini bagus, banyak kesesuaian antara fakta dan praktek.

    Wassalamu’alaikum.

  58. @bagir
    tidak ada yang lebih bahlul drpd org yg menuduh org lain bahlul

  59. yang penting cari kebenaran, bukan cari pembenaran

  60. buat kang SP, tlg jalan terus biar semua pada mau belajar terus, g hanya nguntit pantat pem-fatwa yang kdg g jelas ujung pangkalnya

  61. @ pro akal sehat

    tidak ada yang lebih bahlul drpd org yg menuduh org lain bahlul

    Yg penting ente py akal dan tidak bahlul khan…? sls. :mrgreen:

  62. biar gak dikatakan bahlul makane belajar n mau menegrti dalil orang lain. gitu aja kok repot

  63. @ abu awi
    Daripada mirip dengan sunni wahabi, mending agak mirip dengan syiah bang, paling tidak sama-sama mencintai ahli bait nabi dengan sepenuh hati, tapi tidak mata tuli. Sama2 punya tradisi ziarah, simtud durar, maulid dan yang jelas LI KHAMSATUN nya tuh…..g harus jadi syiah kok

  64. SP ditanyain ni hadits diambil dari kitab mane kok lum dijawab? Apa hanya karangan si SP (Sunni Palsu) dowang.. kwkwkw

  65. @supriman

    SP ditanyain ni hadits diambil dari kitab mane kok lum dijawab? Apa hanya karangan si SP (Sunni Palsu) dowang.. kwkwkw

    ah maaf apa saudara tidak bisa membaca, jika memang tidak bisa ya silakan belajar membaca dulu dengan baik, bila perlu pelan-pelan dan sabar. Dalam tulisan di atas disebutkan
    Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru bin Ash dari Rasulullah SAW sebagaimana yang tertulis dalam kitab Ansab Al Asyraf Al Baladzuri 2/120-121
    Silakan, silakan 🙂

  66. @supriman
    maka nya jgn bw gaya2 preman
    supriman=suni preman kwkwkwk…

  67. ternyata gampang banget ya memecah belah islam…….. nggak usah diapa-apain juga sudah pada berantem sendiri… wkwkwkkwwkk…..

  68. @obapak

    Senang ya liat umat Islam pada berantem? Jika yg masuk kesini Islam model sampeyan begini ya… ga heran, ngajak berantem n senang berantem 🙂

    Salam

  69. Salam

    @SP
    terima kasih atas artikel-artikelnya yang membuat keyakinan saya makin yakin atas kebenaran ahlul bait. semoga Allah SWT terus memberikan kekuatan dan keselamatan pada anda dalam membeberkan fakta-fakta yang selama ini disembunyikan mengenai Ahlul bayt teruslah berjuang. dan semoga kita semua tidak menjadi orang-orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk agar kita tidak dilaknat oleh Allah dan dila’nati pula oleh semua mahluk yang dapat melaknat sebagaimana firman ALlah dalam Alqur’an Surat AlBaqarah ayat 159 “Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela’nati”

    wassalam

  70. siapa yg menjadikan muawiyah pemimpinnya maka pekerjaannya hanyalah makan minum mabuk dan merampas apa yg dipunyai oleh orang lain.
    tulaqo’ bin tulaqo’ itu sungguh pantas dijadikan pemimpin orang-orang yg seperti itu pula
    sungguh abu sofyan dan hindun sukses mendidik muawiyah dikala orang tuanya tdk bisa melawan nabi, si mulut besar itupun membasmi keturunan nabi
    padahal nabi telah memerintahkan kepada siapa saja yg jika melihat si tulaqo’ itu naik mimbar nabi supaya orang2 membunuhnya

  71. […] kepada kekafirannya maka hanya Allah SWT yang tahu. Soal Muawiyah kami sudah pernah membahas hadis shahih yang menunjukkan bahwa pada akhirnya ia mati tidak dalam agama islam sedangkan soal pengikutnya yang lain kami tidak memiliki dalil yang jelas soal […]

  72. Akan lebih nikmat dan terhormat jika diskusi mencari kebenaran disajikan dalam bahasa yang santun sebagaimana dicontohkan oleh Rasululullah shollallohu ‘alaihi wa alih beserta ahlulbaitnya yang suci.

  73. Ha ha ha…Abu Sufian bin Harb bapa Muawiyah telah hilang kedua-dua belah mata utk menegakkan Islam.Kalian? apa yang telah korbankan utk Islam?Tidak ada yang kalian korbankan.Saya jamin Kalau ditakdirkan askar Amerika datang menyerang Indonesia sekarang kalian terus taqiyah jadi kristian.Ahmad Syalabi sejarawan Islam asal Masir pernah mengatakan Khawarij itu sungguhpun sesat tetapi mereka lebih berprinsip dibanding syiah.Dalam ajaran mereka tidak ada yang namanya ajaran taqiyah bohong.Ajaran taqiyah dicipta karena sesungguhnya orang syiah yang asal Mawali (Yahudi dan Persia)yang non muslim dulu apabila mereka masuk Islam berkedok syiah mereka tidak sudi menumpahkan darah mereka setitik pun utk Islam malah utk ahli bait juga.Sebab itulah musuh-musuh islam yang bertopengkan ahli bait dan syiah yang tersebut mereka-reka ajaran taqiyah sesuai dengan nafsu mereka.Mereka semua takut mati karena hakikatnya mereka bukan orang-orang yang beriman.

  74. Mau lagi?RasuluLlah saw bersabda umatku yang pertama berperang di laut akan masuk surga.Armada Islam pertama kali dibangunkan oleh Muawiyah.Peperangan di laut yang pertama ialah peperangan menakluk Cyprus.Di dalamnya ada yazid bin Muawiyah.Secara tidak langsung Nabi meramalkan MUawiyah adalah bakal pebghuni surga.Begitu juga dengannya anaknya Yazid.Abdullah bin Al Mubarak ketika ditanya mana lebih mulia antara Umar binn Abdul Aziz dengan Muawiyah bin Abu Sufian.Beliau menjawab debu-debu yang melekat di dalam lobang hidung kuda Muawiyah yang berjihad bersama RasuluLlah adalah lebih mulia jika dibandingkan dengan batang tubuh Umar bin Abdul Aziz.

  75. si penghayal nashibi ini rupanya datang dari planet lain, yg bentuknya datar bersama gurunya si mal’un abdullah bin bazz
    membacanya sj perut ini mual,krn isinya kotoran n najis melulu yg dibawa oleh ibnu taimiyah buat dibagi2 kemurid2nya wahabi nashibi,krn merka memang menyukai barang2 yg najis yaitu abu sofyan n muawiyah juga khawarij
    HOOAAKK…!!!
    Mereka menjauhi n membenci sesuatu yg suci yg allah n rosulnya berikan yaitu alquran n ittrati ahlulbaiti.
    yg parah lagi sipenghayal nashibi ilham othmany ini ternyata menyukai pula makanan berupa kotoran yg najis yaitu dgn pembelaannya terhadap yazid n ibnu ziyad semoga allah melaknat kedua2nya
    HOOAAKK…!! sungguh ingin muntah membaca tulisan sipenghayal nashibi pemakan kotoran yg najis..!!
    Semoga allah menurunkan azab dgn secepat cepatnya azab,kepada mu ya nashibi atas kejahilan mu,dalam membela si laknattullah yazid.
    @SP
    rupanya sinashibi ini bukan termasuk mereka yg masuk dalam katagori mencari kebenaran dan memberikan ilmu.tp hanya seorang manusia dgn jiwa kerdil,dgn niat hanya MENYAKITI HATI UMMAT ISLAM. sdh banyak teguran dr kawan2 diforum ini atas prilaku diskusinya, utk itu sy harapkan SP memblack list sinashibi ini dr forum ini.n klu SP menghapus tulisan nya diatas harap hapus pula tulisan sy ini.
    mohon dgn sangat….

  76. @Ilham :
    “‘Mau lagi?RasuluLlah saw bersabda umatku yang pertama berperang di laut akan masuk surga.Armada Islam pertama kali dibangunkan oleh Muawiyah.Peperangan di laut yang pertama ialah peperangan menakluk Cyprus.Di dalamnya ada yazid bin Muawiyah.Secara tidak langsung Nabi meramalkan MUawiyah adalah bakal pebghuni surga.

    mohon penjelasannya :
    Kayanya kalau dalam Bidayah wan nihayah (ibnu Katsir) pada Zaman Abu Bakar ada bala tentara Islam yang menyeberang lautan dgn naik kuda, tapi disana tidak disebut adanya muawiyah padahal itu pasukan pertama yg menyeberangi lautan dan tidak ada Muawiyah didalammya, apa riwayat tsb tidak benar ustadz, ……….
    ==========================
    Begitu juga dengannya anaknya Yazid.Abdullah bin Al Mubarak ketika ditanya mana lebih mulia antara Umar binn Abdul Aziz dengan Muawiyah bin Abu Sufian.Beliau menjawab debu-debu yang melekat di dalam lobang hidung kuda Muawiyah yang berjihad bersama RasuluLlah adalah lebih mulia jika dibandingkan dengan batang tubuh Umar bin Abdul Aziz.

    ustazd ilham : lebih sahih atau lebih utama mana ucapan Abdullah bin Al Mubarak dibanding Abdullah bin amru bin ash yg membawakan hadits dari Rasulullah diatas, kalau menurut ustadz lebih utama Abdullah bin Al Mubarak berarti kontradiktif dengan mengutamakan muawiyah dibanding Umar bin abdul azis, karena Abdullah bin amru bin ash meriwayatkan dari Rasul sedangkan Abdullah bin Al Mubarak tidak.

  77. Mu’awiyah??? Yazid??? hmmm kayaknya saudara kita @ilham othmany ini salah satu keturunannya yg gak terima nenek moyangnya dikatakan kafir oleh Rasulullah SAWW.

    @Ilham Othmany, apakah kamu sholat? bagaimana kamu membaca sholawat dalam sholat sedangkan kamu membela orang yg membunuh manusia suci? atau kamu hanya mengucapkan Allahumma sholli ‘ala Muhammad tanpa mengucap Wa ‘alaa Aali Muhammad ketika sholat?
    baca surat as-Syura ayat 23 yg artinya “katakanlah (wahai Muhammad) aku tidak meminta upah apapun atas seruanku (kepada Islam) ini melainkan kecintaan kalian kepada keluarga dekatku”
    Mengapa kamu malah mencintai pembunuh orang yg wajib kamu cintai? orang yg setiap hari keningnya dicium oleh Rasulullah SAWW, pemuda penghulu surga…. semoga Allah SWT meluruskan jalan pikiran anda.

  78. @zaky
    Ada beberapa konsep dasar dari islam, diantaranya adalah SHILAH/Menjalin hubungan/keterhubungan.
    1. Dengan Allah dengan shalat.
    2. Kepada/dengan Rasulullah SAW dan keluarganya dengan shali/shalawat.
    3. Dengan sesama muslim dengan shilaturahim.

    Tentunya menjadi tugas utama Iblis untuk memutuskan hubungan2 tsb dengan segala cara. Apakah mereka yang diputuskan hubungan tsb menyadarinya? tentu tidak. Makanya korban Mr. I disebut “terpedaya”.
    Rata2 manusia/kita pernah atau sedang memutuskan 1 dr 3, 2 dr 3 atau ketiga2nya. Sangat sedikit yang mampu menjaga ketiga2nya.

    salam damai.

  79. […] membuat kotor laman grup Laviola di Facebook dengan menyebar link yang berisi tulisan berjudul “Hadis Muawiyah Mati Tidak Dalam Agama Islam?” Judul provokatif ini bukan barang asing bagi saya, dan orang-orang yang biasa membaca tema-tema […]

  80. @ SP
    nih saya kasih kritik sanad dari hadits tsb diatas, keterangan ini saya ambil dari blognya @membaca&menulis di atas.

    Untuk membantah isi tulisan tentang riwayat hadits bahwa Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu meninggal dalam keadaan kafir, tidak terlalu sulit. Walhamdulillah bi ni’amihi Islam wa iman, telah banyak ulama Ahlu Sunnah membahas kemudian menyebarkannya agar umat ini tidak tersesat. Adapun riwayat hadits yang dijadikan inti tulisan blog tersebut adalah:
    عن عبد الله بن عمرو قال كنت جالساً عند النبي صلى الله عليه وسلم فقال يطلع عليكم من هذا الفج رجل يموت يوم يموت على غير ملتي، قال وكنت تركت أبي يلبس ثيابه فخشيت أن يطلع، فطلع معاوية

    Dari Abdullah bin Amru yang berkata aku duduk bersama Nabi SAW kemudian Beliau bersabda ”akan datang dari jalan besar ini seorang laki-laki yang mati pada hari kematiannya tidak berada dalam agamaKu”. Aku berkata “Ketika itu, aku telah meninggalkan ayahku yang sedang mengenakan pakaian, aku khawatir kalau ia akan datang dari jalan tersebut, kemudian datanglah Muawiyah dari jalan tersebut”.
    Penulis di akhir kesimpulannya mengatakan bahwa “…dapat disimpulkan kalau sanad kedua itu diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat sehingga sanadnya shahih. Dengan melihat kedua sanad hadis tersebut maka kedudukan hadis tersebut sudah jelas shahih. Sanad pertama berstatus dhaif tetapi dikuatkan oleh sanad kedua yang merupakan sanad yang shahih.”
    Untuk membatah kesimpulan gegabah-tendesius anti sahabat di atas, mari kita periksan, bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Al-Baladzuriy dalam Ansabul-Asyarf melalui dua jalan yang kesemuanya berujung pada Thaawuus, dari ‘Abdullah bin ‘Amru radliyallaahu ‘anhumaa :
    Jalan yang pertama; telah menceritakan kepadaku ‘Abdullah bin Shaalih: Telah menceritakan kepadaku Yahyaa bin Aadam (w. 203), dari Syariik, dari Laits, dari Thaawuus, dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Aash secara marfu’ [idem, 2/121].

    Pembahasan; hadits ini lemah lagi munkar. Kelemahan sanadnya terletak pada Syariik, dan Laits; dan matannya munkar karena bertentangan dengan hadits-hadits berikut ini:

    حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْخُلُ عَلَى أُمِّ حَرَامٍ بِنْتِ مِلْحَانَ فَتُطْعِمُهُ وَكَانَتْ أُمُّ حَرَامٍ تَحْتَ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ فَدَخَلَ عَلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَأَطْعَمَتْهُ ثُمَّ جَلَسَتْ تَفْلِي رَأْسَهُ فَنَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ اسْتَيْقَظَ وَهُوَ يَضْحَكُ قَالَتْ فَقُلْتُ مَا يُضْحِكُكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي عُرِضُوا عَلَيَّ غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَرْكَبُونَ ثَبَجَ هَذَا الْبَحْرِ مُلُوكًا عَلَى الْأَسِرَّةِ أَوْ مِثْلَ الْمُلُوكِ عَلَى الْأَسِرَّةِ يَشُكُّ أَيَّهُمَا قَالَ قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَدَعَا لَهَا ثُمَّ وَضَعَ رَأْسَهُ فَنَامَ ثُمَّ اسْتَيْقَظَ وَهُوَ يَضْحَكُ قَالَتْ فَقُلْتُ مَا يُضْحِكُكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي عُرِضُوا عَلَيَّ غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَا قَالَ فِي الْأُولَى قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ قَالَ أَنْتِ مِنْ الْأَوَّلِينَ فَرَكِبَتْ أُمُّ حَرَامٍ بِنْتُ مِلْحَانَ الْبَحْرَ فِي زَمَنِ مُعَاوِيَةَ فَصُرِعَتْ عَنْ دَابَّتِهَا حِينَ خَرَجَتْ مِنْ الْبَحْرِ فَهَلَكَتْ

    Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Yahyaa, ia berkata : Aku membacakan (hadits) di hadapan Maalik, dari Ishaaq bin ‘Abdillah bin Abi Thalhah, dari Anas bin Maalik : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menemui Ummu Haram binti Milhan – isteri ‘Ubaadah bin Ash-Shaamit – yang kemudian ia (Ummu Haram) menghidangkan makanan untuk beliau. Setelah itu Ummu Haram menyisir rambut beliau, hingga Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tertidur. Tiba-tiba beliau terbangun sambil tertawa. Ummu Haram bertanya : “Apa yang menyebabkanmu tertawa wahai Rasulullah ?”. Beliau bersabda : “Sekelompok umatku diperlihatkan Allah ta’ala kepadaku. Mereka berperang di jalan Allah mengarungi lautan dengan kapal, yaitu para raja di atas singgasana atau bagaikan para raja di atas singgasana” – perawi ragu antara keduanya – . Ummu Haram berkata : “Wahai Rasulullah, doakanlah agar aku termasuk di antara mereka.” Kemudian beliau mendoakannya. Setelah itu beliau meletakkan kepalanya hingga tertidur. Tiba-tiba beliau terbangun sambil tertawa. Ummu Haram berkata : Lalu aku kembali bertanya : “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu tertawa ?”. Beliau menjawab : “Sekelompok umatku diperlihatkan Allah Ta’ala kepadaku, mereka berperang di jalan Allah…” – sebagaimana sabda beliau yang pertama – . Ummu Haram berkata : Lalu aku berkata : “Wahai Rasulullah, doakanlah agar aku termasuk di antara mereka !”. Beliau bersabda : “Kamu termasuk dari rombongan pertama”. Pada masa (kepemimpinan) Mu’aawiyah, Ummu Haram turut dalam pasukan Islam berlayar ke lautan (untuk berperang di jalan Allah). Ketika mendarat, dia terjatuh dari kendaraannya hingga meninggal dunia [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1912].

    حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ يَزِيدَ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ قَالَ حَدَّثَنِي ثَوْرُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ أَنَّ عُمَيْرَ بْنَ الْأَسْوَدِ الْعَنْسِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّهُ أَتَى عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ وَهُوَ نَازِلٌ فِي سَاحَةِ حِمْصَ وَهُوَ فِي بِنَاءٍ لَهُ وَمَعَهُ أُمُّ حَرَامٍ قَالَ عُمَيْرٌ فَحَدَّثَتْنَا أُمُّ حَرَامٍ أَنَّهَا سَمِعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ الْبَحْرَ قَدْ أَوْجَبُوا قَالَتْ أُمُّ حَرَامٍ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا فِيهِمْ قَالَ أَنْتِ فِيهِمْ ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ مَدِينَةَ قَيْصَرَ مَغْفُورٌ لَهُمْ فَقُلْتُ أَنَا فِيهِمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا

    Telah menceritakan kepadaku Ishaaq bin Yaziid Ad-Dimasyqiy : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Hamzah, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Tsaur bin Yaziid, dari Khaalid bin Ma’daan : Bahwasannya ‘Umair bin Al-Aswad Al-‘Ansiy telah menceritakan kepadanya : Bahwa dia pernah menemui ‘Ubaadah bin Ash-Shaamit ketika dia sedang singgah dalam perjalanan menuju Himsh. Saat itu dia sedang berada di rumahnya, dan Ummu Haram ada bersamanya. ‘Umair berkata : Maka Ummu Haram bercerita kepada kami bahwa dia pernah mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Pasukan dari umatku yang pertama kali berperang dengan mengarungi lautan, telah diwajibkan padanya (pahala surga)”. Ummu Haram berkata : Aku katakan : “Wahai Rasulullah, apakah aku termasuk di antara mereka ?”. Beliau bersabda : “Ya, kamu termasuk dari mereka”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bersabda : “Pasukan dari umatku yang pertama kali akan memerangi kota Qaishar (Romawi) akan diberikan ampunan (dari dosa)”. Aku katakan : “Apakah aku termasuk di antara mereka, wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab : “Tidak“ [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 2924].

    Selain itu, Ibnu Qudaamah membawakan cacat lain dalam riwayat ini, dari riwayat Al-Khallaal : Aku pernah bertanya kepada Ahmad tentang hadits Syariik, dari Laits, dari Thaawuus, dari ‘Abdullah bin ‘Amru, ia berkata : “Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Akan muncul kepada kalian seorang laki-laki dari kalangan penghuni neraka’. Lalu muncullah Mu’aawiyyah”.

    Ahmad berkata : “Hadits itu hanyalah diriwayatkan oleh Ibnu Thaawuus, dari ayahnya, dari ‘Abdulah bin ‘Amru atau selainnya”, ia ragu-ragu dalam penyebutannya” [lihat : Al-Muntakhab minal-‘Ilal lil-Khallaal oleh Ibnu Qudaamah, hal. 228 no. 136, tahqiq & ta’liq : Abu Mu’aadz Thaariq bin ‘Awwadlillah; Daarur-Raayah, Cet. 1/1419].

    Ta’lil dari Ahmad bin Hanbal ini mengindikasikan bahwa sanad hadits ini keliru, dan yang benar adalah sanad dari Ibnu Thaawuus, dari Thaawuus, dari ‘Abdullah bin ‘Amru secara marfu’ sebagaimana dalam sanad hadits yang kedua di bawah.

    Jalan yang kedua; Telah menceritakan kepadaku Ishaaq dan Bakr bin Al-Haitsam, mereka berdua berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrazzaaq bin Hammaam : Telah memberitakan kepada kami Ma’mar, dari Ibnu Thaawuus, dari ayahnya, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Aash secara marfu’.

    Pembahasan; Dhahir sanad hadits ini adalah shahih, namun sebenarnya ma’lul.

    Masih dalam peristiwa yang sama dalam sanad yang lain, disebutkan bahwa orang yang diisyaratkan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tersebut adalah Al-Hakam bin Abil-‘Aash.

    حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ ذَهَبَ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ يَلْبَسُ ثِيَابَهُ لِيَلْحَقَنِي فَقَالَ وَنَحْنُ عِنْدَهُ لَيَدْخُلَنَّ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ لَعِينٌ فَوَاللَّهِ مَا زِلْتُ وَجِلًا أَتَشَوَّفُ دَاخِلًا وَخَارِجًا حَتَّى دَخَلَ فُلَانٌ يَعْنِي الْحَكَمَ

    Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair : Telah menceritakan kepada kami ‘Utsmaan bin Hakiim, dari Abu Umaamah bin Sahl bin Hunaif, dari ‘Abdullah bin ‘Amru, ia berkata : Kami pernah duduk-duduk di sisi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan ketika itu ‘Amru bin Al-’Aash pergi berjalan dengan mengenakan baju untuk menemuiku. Beliau bersabda – sementara kami berada di sisinya – : “Sungguh akan datang kepada kalian seorang laki-laki yang dilaknat”. Maka demi Allah, semenjak beliau mengatakan itu, aku selalu melihat-lihat ke dalam dan ke luar hingga datanglah si Fulan, yaitu Al-Hakam [Diriwayatkan oleh Ahmad 2/163. Melalui jalan Ahmad, diriwayatkan juga oleh Al-Bazzaar dalam Al-Musnad 6/344 no. 2352 dan dalam Kasyful-Astaar 2/247 no. 1625]. Sanad hadits ini shahih [Dishahihkan oleh Ahmad Syaakir dan Al-Arna’uth].

    Al-Haitsamiy saat mengomentari riwayat di atas berkata : “Diriwayatkan oleh Ahmad, dan para perawinya adalah para perawi Ash-Shahiih” [Majma’uz-Zawaaid, 1/112. Lihat juga 5/241].

    Abu Umaamah bin Sahl bin Hunaif dalam penyebutan Al-Hakam bin Abil-‘Aash ini mempunyai mutaba’ah dari Syu’aib bin Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Amru bin Al-‘Aash, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil-Barr: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Waarits bin Sufyaan: Telah menceritakan kepada kami Qaasim: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Zuhair: Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Ismaa’iil: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Waahid bin Ziyaad: Telah menceritakan kepada kami ‘Utsmaan bin Hakiim, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Syu’aib bin Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Amru bin Al-‘Aash, dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Aash, ia berkata : “…..(al-hadits)…..” [Al-Isti’aab, 1/360, tahqiq : ‘Aliy bin Muhammad Al-Bajawiy; Daarul-Jail. Cet. 1/1412].

    Berkata Ahmad Syaakir: “Sanad (hadits) ini juga shahih” [Ta’liiq ‘alaa Musnad Ahmad, 6/85; Daarul-Hadiits, Cet. 1/1416].

    Hadits ini mempunyai syaahid dari ‘Abdullah bin Az-Zubair radliyallaahu ‘anhumaa:

    حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ عَنِ الشَّعْبِيِّ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الزُّبَيْرِ وَهُوَ مُسْتَنِدٌ إِلَى الْكَعْبَةِ وَهُوَ يَقُولُ وَرَبِّ هَذِهِ الْكَعْبَةِ لَقَدْ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فُلَانًا وَمَا وُلِدَ مِنْ صُلْبِهِ

    Telah menceitakan kepada kami ‘Abdurrazzaaq: Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu ‘Uyainah, dari Ismaa’iil bin Abi Khaalid, dari Asy-Sya’biy, ia berkata : Aku mendengar ‘Abdullah bin Az-Zubair dalam keadaan bersandar ke Ka’bah, berkata : “Demi Dzat yang memiliki Ka’bah ini, sungguh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah melaknat si Fulan dan yang dilahirkan dari tulang rusuknya” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/5; sanadnya shahih].

    Diriwayatkan pula oleh Al-Bazaaar dari jalan Ahmad bin Manshuur bin Siyaar dari ‘Abdurrazzaaq yang selanjutnya seperti sanad Ahmad di atas; dimana disebutkan orang yang dilaknat tersebut adalah Al-Hakam bin Abil-‘Aash [Al-Musnad, no. 2197; shahih. Lihat pula Majma’uz-Zawaaid 5/241 no. 9230 dan Taariikhul-Islaam lidz-Dzahabiy 3/368, tahqiq : Dr. ‘Umar bin ‘Abdis-Salaam At-Tadmuriy; Daarul-Kitaab Al-‘Arabiy, Cet. 2/1410].

    Riwayat ini cukup menunjukkan bahwa hadits yang dibawakan oleh Al-Balaadzuriy adalah ma’lul, tidak shahih. Ta’lil tersebut dikuatkan lagi oleh riwayat berikut; Al-Khallaal berkata:

    وسألت أحمد، عن حديث شريك، عن ليث، عن طاوس، عن عبدالله بن عمرو، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : “يطلع عليكم رجل من أهل النار”، فطلع معاوية.
    قال: إنما ابن طاوس، عن أبيه، عن عبد الله بن عمرو أو غيره، شك فيه.
    قال الخلال: رواه عبدالرزاق، عن معمر، عن ابن طاوس، قال: سمعت فرخاش يحدث هذا الحديث عن أبي، عن عبد الله ابن عمرو

    Dan aku pernah bertanya kepada Ahmad tentang hadits Syariik, dari Laits, dari Thaawuus, dari ‘Abdullah bin ‘Amru, ia berkata : “Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Akan muncul kepada kalian seorang laki-laki dari kalangan penghuni neraka’. Lalu muncullah Mu’aawiyyah”.

    Ahmad berkata: “Hadits itu hanyalah diriwayatkan oleh Ibnu Thaawuus, dari ayahnya, dari ‘Abdulah bin ‘Amru atau selainnya, ia (Thaawuus) ragu-ragu dalam penyebutannya”

    “‘Abdurrazzaaq meriwayatkan dari Ma’mar, dari Ibnu Thaawuus. Ia (Ibnu Thaawuus) berkata : Aku mendengar Furkhaasy menceritakan hadits ini dari ayahku, dari ‘Abdullah bin ‘Amr” [lihat : Al-Muntakhab minal-‘Ilal lil-Khallaal, hal. 228 no. 136]. Furkhaasy tidak diketahui identitasnya.

    Dari sisi Al-Khallaal, riwayat ‘Abdurrazzaaq dari Ma’mar, dari Ibnu Thaawus mempunyai dua jalan. Pertama dengan menyebut perantara antara Ibnu Thaawus dengan Thaawus (yaitu : Furkhaasy), dan yang kedua tidak menyebutkan perantara; sehingga nampak adanya idlthirab dalam sanadnya.

    Besar kemungkinan kekeliruan riwayat Al-Baladzuriy disebabkan oleh ‘Abdurrazzaaq bin Hammaam Ash-Shan’aaniy (120-211 H). Telah keliru sebagian orang yang menshahihkan riwayat ini karena memutlakkan ketsiqahan pada ‘Abdurrazzaaq bin Hammaam. Apalagi ditunjukkan dengan adanya idlthirab dalam matan hadits di atas.

    Ibnu Hajar berkata : “Tsiqah haafidh, penulis yang terkenal, mengalami kebutaan di akhir umurnya, sehingga berubah hapalannya. Cenderung ber-tasyayyu’” [At-Taqriib, hal. 607 no. 4092, tahqiq : Abul-Asybal Shaghiir bin Ahmad Al-Baakistaaniy; Daarul-‘Aashimah].

    Al-Bukhaariy berkata : “Apa yang ia riwayatkan dari kitabnya, maka lebih shahih” [At-Taariikh Al-Kabiir, 6/130 no. 1933; Daarul-Kutub Al-‘Ilmiyyah]. Di lain tempat ia berkata : “Dan ‘Abdurrazzaaq telah keliru dalam sebagian hadits yang ia riwayatkan” [‘Ilal At-Tirmidziy Al-Kabiir, hal. 199 no. 352, tahqiq & ta’liq : As-Sayyid Shubhiy As-Saamiaaiy & As-Sayyid Abul-Ma’aathiy An-Nuuriy; Daaru ‘Alamil-Kutub, Cet. 1/1409].

    Ahmad berkata : “Kami menemui ‘Abdurrazzaaq sebelum tahun 200 H yang waktu itu penglihatannya masih baik/sehat. Barangsiapa yang mendengar darinya setelah hilang penglihatannya (buta), maka penyimakan haditsnya itu lemah (dla’iifus-samaa’)” [Taariikh Abi Zur’ah, hal. 215 no. 1160, ta’liq : Khaliil Al-Manshuur; Cet. Daarul-Kutub Al-‘Ilmiyyah, Cet. 1/1417].

    Ad-Daaruquthniy berkata : “Tsiqah, akan tetapi ia telah keliru dalam hadits-hadits dari Ma’mar” [Miizaanul-I’tidaal, 2/610 no. 5044, tahqiq : ‘Aliy bin Muhammad Al-Bukhaariy; Daarul-Ma’rifah]. An-Nasaa’i berkata : “Padanya terdapat kritikan bagi siapa saja menulis hadits darinya di akhir umurnya” [Adl-Dlu’afaa’ wal-Matruukuun, hal. 209 no. 379, Daarul-Ma’rifah – dicetak bersama dengan Adl-Dlu’afaa Ash-Shaghiir lil-Bukhaariy].

    Hadits-haditsnya yang diingakri para muhadditsiin ketika penglihatannya hilang (buta) adalah ketika ‘Abdurrazzaaq bermukin di Yamaan/Shan’aa di akhir hayatnya. Al-‘Abbaas bin ‘Abdil-‘Adhiim sekembalinya dari Shan’aa mengkritiknya dengan keras : “…Sesungguhnya ‘Abdurrazzaaq adalah pendusta, dan Muhammad bin ‘Umar Al-Waaqidiy lebih jujur daripadanya” [Adl-Dlu’afaa’ lil-‘Uqailiy, hal. 859 no. 1084, tahqiq : Hamdiy bin ‘Abdil-Majiid As-Salafiy; Daarush-Shumai’iy, Cet. 1/1420].

    Abu Haatim berkata : “Ditulis haditsnya, namun tidak boleh berhujjah dengannya” [Al-Jarh wat-Ta’diil, 6/39 no. 204, tahqiq : Al-Mu’allimiy Al-Yamaaniy]. Ibnu Hibbaan memasukkannya dalam Ats-Tsiqaat, namun berkata : “…… Ia termasuk orang yang sering keliru jika meriwayatkan dari jurusan hapalannya…” [Ats-Tsiqaat, 8/412, tahqiq : Al-Mu’allimiy Al-Yamaaniy].

    An-Nasaa’iy berkata : “Padanya terdapat kritikan, bagi siapa saja yang menulis darinya di akhir hayatnya” [Adl-Dlu’afaa’ wal-Matruukuun no. 379]. Ia (An-Nasaa’iy) juga membawakan satu contoh hadits munkar yang diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq dengan berkata : “Hadits ini munkar. Yahyaa bin Sa’iid Al-Qaththaan mengingkari ‘Abdurrazzaaq atas hal tersebut. Hadits ini tidak diriwayatkan dari Ma’mar kecuali oleh ‘Abdurrazzaaq. Hadits ini telah diriwayatkan dari Ma’qil bin ‘Abdillah dan terdapat perselisihan padanya. Telah diriwayatkan dari Ma’qil, dari Ibraahiim bin Sa’d dari Az-Zuhriy (secara mursal). Hadits ini bukan termasuk hadits Az-Zuhriy, wallaahu a’lam [lihat : ‘Amalul-Yaum wal-Lailah, hal. 276 no. 311, tahqiq : Dr. Faaruq Hamaadah; Muasasah Ar-Risaalah, Cet. Thn. 1399].

    Oleh karena itu, idlthirab sanad dan matan hadits ini sangat patut diduga berasal dari periwayatan Ishaaq bin Abi Israaiil dari ‘Abdurrazzaaq setelah berubah hapalannya.

    Dan jika kita menempuh jalan tarjih – dan ini sangat memungkinkan – maka riwayat yang menyebutkan Al-Hakam bin Abil-‘Aash (bukan Mu’aawiyyah bin Abi Sufyaan) lebih shahih tanpa keraguan.

    Selain itu, telah maklum bagi muhadditsiin, bahwa Musnad Al-Imam Ahmad dan Musnad Al-Bazzaar lebih kuat daripada Ansaabul-Asyraf, karena ia (Ansaabul-Asyraf) sebenarnya adalah kitab sejarah. Kitab-kitab riwayat itu mempunyai thabaqah-thabaqah sebagaimana dijelaskan para ulama. [Al-Hujjatul-Baalighah oleh Waliyullah Ad-Dahlawiy, 1/133-135]

    Al-Balaadzuriy adalah seorang sastrawan dan sejarawan; bukan termasuk dari kalangan muhadditsiin. Ia adalah seorang yang dekat dengan penguasa, memuji-muji mereka dengan bait-bait syi’ir-nya, dan tertimpa was-was di akhir hayatnya [lihat biografinya dalam Taariikh Dimasyq 6/74-76, tahqiq : ‘Umar bin Gharaamah Al-‘Umariy, Daarul-Fikr, Cet. Thn. 1415; Liisaanul-Miizaan 1/322-323 no. 982, Muassasah Al-A’lamiy, Cet. 2/1390; dan Siyaru A’laamin-Nubalaa’ 13/12-163 no. 96, Muassasah Ar-Risaalah, Cet. 9/1413]. Beda halnya dengan Ahmad bin Hanbal dan Ahmad bin ‘Amr Al-Bazzaar yang memang keduanya dikenal sebagai seorang muhaddits masyhuur.

    Mungkin ada sebagian orang yang lemah pengetahuannya dalam ilmu hadits akan mengatakan bahwa dua jalan lemah tersebut bisa saling menguatkan sehingga derajatnya bisa naik pada hasan li-ghairihi.

    Maka, sebenartnya dua jalan hadits di atas pada hakekatnya adalah satu, karena jalan riwayat yang pertama adalah sanad yang keliru sebagaimana ta’lil yang diberikan Ahmad bin Hanbal. Kalaupun seandainya kita menutup mata terhadap ta’lil ini, maka jalan sanad pertama dla’iif (dan matannya munkar) sebagaimana telah dijelaskan; sedangkan jalan sanad kedua sarat akan ‘illlat. Lantas, bagaimana keduanya bisa saling menguatkan?

    Riwayat Al-Balaadzuriy ini juga bertentangan dengan hadits :

    حَدَّثَنَا صَدَقَةُ حَدَّثَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى عَنْ الْحَسَنِ سَمِعَ أَبَا بَكْرَةَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَالْحَسَنُ إِلَى جَنْبِهِ يَنْظُرُ إِلَى النَّاسِ مَرَّةً وَإِلَيْهِ مَرَّةً وَيَقُولُ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ

    Telah menceritakan kepada kami Shadaqah : telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Uyainah : Telah menceritakan kepada kami Abu Muusaa, dari Al-Hasan bahwasannya ia mendengar Abu Bakrah : Aku mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam di atas mimbar bersabda – ketika itu Al-Hasan berada di samping beliau, sesekali beliau melihat ke arah orang banyak dan sesekali melihat kepadanya : “Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid (pemimpin) dan semoga dengan perantaraannya Allah akan mendamaikan dua kelompok besar dari kaum Muslimin“ [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3746]. [Diriwayatkan juga oleh Abu Daawud no. 4662, At-Tirmidziy no. 3773, An-Nasa’iy dalam Al-Fadlaail no. 63, Ahmad dalam Al-Musnad 5/37-38 & Fadlaailush-Shahaabah no. 1354, Al-Qathii’iy dalam tambahan terhadap kitab Fadlaailush-Shahaabah no. 1400, dan Ath-Thayaalisiy no. 874]

    Perdamaian yang dilakukan oleh Al-Hasan bin ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhumaa di ‘tahun jama’ah’ adalah antara pendukungnya dan pendukung Mu’aawiyyah. Sejarah Ahlus-Sunnah dan Syi’ah mencatat penyerahan kekuasaan ini. Di sini beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tetap menyebut : ‘kaum muslimin’. Seandainya Mu’aawiyyah (dan juga para pendukungnya) adalah orang yang telah beliau ketahui akan mati tidak di atas agama Islam, niscaya beliau tidak akan menisbatkan Islam padanya.

    Atau, mungkinkah Al-Hasan akan berdamai dan menyerahkan tampuk kekuasaan pada orang yang telah ia ketahui akan mati bukan di atas agama Islam (baca : kafir) ? Jika ia melakukannya, maka itu adalah satu kekeliruan, bahkan satu kemunkaran. Ini bertentangan dengan doktrin kemaksuman imam ala Syi’ah.

    Jika ada orang Syi’ah mengatakan : “Ada kemungkinan Al-Hasan bin ‘Aliy tidak mengetahui sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa Mu’aawiyyah akan mati bukan di atas agama Islam”.

    Maka, bagaimana bisa mereka – apalagi kita – benarkan omongan mereka sendiri dimana mereka mengetahui apa yang tidak diketahui imam mereka (Al-Hasan)? Bukankah pernyataan ini – lagi-lagi – bertentangan doktrin bahwa imam mewarisi seluruh ilmu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam?

    Kalau mau jujur, sebenarnya tidak ada ruang bagi mereka – apalagi kita – untuk menerima hadits Al-Balaadzuriy di atas, dengan syarat : Mereka melihat rangkaian hadits-hadits lain yang berkenaan dengan Mu’aawiyyah (Kecuali jika mereka memainkan gaya klasik nan basi : ‘milih-milih riwayat).

    Apakah para pendengki itu akan rujuk dari perkataannya dalam penshahihan hadits ini atau rujuk dari men-taqlid-i orang yang menshahihkan hadits ini? Dari pengalaman yang ada, nampaknya harapan untuk sadar susah diwujudkan, kecuali Allah menghendaki lain. Pengalaman pun menuntun kita agar hati-hati pada retorika penganut Syi’ah: “Kita hanya butuh riwayat yang shahih”. Riwayat shahih macam apa? Shahihnya riwayat Al-Bukhaariy, Muslim, dan yang lainnya tentang keutamaan Mu’aawiyyah bin Abi Sufyaan di atas pun kemungkinan besar akan dibuang ke balik punggung mereka karena tidak sesuai dengan doktrin imam atau ulama mereka. Pokoknya, Mu’aawiyyah itu kafir. Titik. Akhirnya, sia-sialah pembicaraan kita….. ibarat berbicara dengan burung berkicau.

    Untuk menelusuri langsung riwayat hadits yang dibahas di atas, bisa Anda rujuk ke http://www.islamweb.net/hadith/hadithsearch.php. Nanti Anda akan bisa melacak ke [ تخريج ] [ شواهد ] [ أطراف ] [ الأسانيد ] hadits tersebut secara komprehensif.

  81. hari gennnee muawiyah maseh di puja-puja…ke laut ajeh deh luh

  82. @zaky
    bantahan kopipaste kayak gitu sudah lama saya bantah, silakan nih update dengan tulisan yang terbaru. Malas sekali saya kalau membantah hal yang sama berulang-ulang

    Hadis Muawiyah Mati Tidak Dalam Agama Islam : Bantahan Terhadap Salafy


    sekalian anda sampaikan sama pemilik situs membaca dan menulis di atas 🙂
    salam

  83. Heran…. salafiyyun kalau ngebantah mesti pak copas. Benar2 ga mutu. Apa mrk ga punya gagasan sama sekali di kepala mrk?

    Salam

  84. Salah satu gaya bersilat lidah orang Syi’i; memberi label “salafi”, “nashibi”, atau “wahabi”, tapi sayang, pelabelan tsb sekedar stereo type yang tidak bisa dipertanggunjawabkan secara ilmiah…..

  85. o iya, “al-‘ilmu naqlun” ya…

  86. […] Hadis Muawiyah Mati Tidak Dalam Agama Islam? […]

  87. masya Allah… blog para pembohong (taqiyah)…
    menghina Allah dan Rasulnya…..
    riwayat tentang laknat rasulullah kepada mu’awiyah dan lain lainnya adalah hasil taqiyah….kalian itu mudah diprovokatori…
    kalau benar…muawiah sudah dibunuh sama Rasul sebelum wafat….
    berfikir….

  88. itulah akhlak mazhab anda…mudah sekali berfatwa bunuh membunuh..kapir mengkapirkan…dalam otak anda gambaran Rosulullah SAW apakah seperti itukah?

    dan syiahpun olh salafynashibi darahnya difatwakan halal…
    tapi apakah yg telah terjadi sampai saat ini? kaum syiah tetap bebas menginjakan kakinya di tanah Harramain dalam beribadah haji!
    Anda mestinya mengutuk para penguasa negara2 arab yg telah membiarkan tanah suci di injak2 kaum Syiah, bukan kaum Syiah yg anda salah2kan!
    Berfikir….

  89. @irfan
    itulah akhlak mazhab anda…mudah sekali berfatwa bunuh membunuh..kapir mengkapirkan…dalam otak anda gambaran Rosulullah SAW apakah seperti itukah?

    dan syiahpun olh salafynashibi darahnya difatwakan halal…
    tapi apakah yg telah terjadi sampai saat ini? kaum syiah tetap bebas menginjakan kakinya di tanah Harramain dalam beribadah haji!
    Anda mestinya mengutuk para penguasa negara2 arab yg telah membiarkan tanah suci di injak2 kaum Syiah, bukan kaum Syiah yg anda salah2kan!
    Berfikir….

  90. @irfan
    Islam itu penuh kehatia-hatian dalam bertindak. Rosulullah SAw ingin mengajarkan bahwa umatnya mesti berhati2 di dalam bertindak/menghukum,terlebih pd seseorang yg hanya mengaku islam dlm hal ini Muawiyah la. yg tujuan sebenarnya adalah agar dapat merebut kekuasaan Duniawi belaka, agar Islam tdk mudah terjebak fitnahan kaum kapir….syiasah islam itu sungguh Indah…pahami

  91. sampai hasan menyerahkan kekuasaan pada Mu’awiyah…

  92. susahnya islamkalo selalu saja dikaitan dengan KEKUASAAN karena itulah yg cuman ada diotak Muawiyah La…HAus Kekuasaan dan Gila Harta Jabatan, …kata Imam Hassan tentang Muawiyah,” ini orang kagak ada brentinya grecokin kekhalifahan orang,..dari mulaibokap gue die grecokin…ampe skarang gue jadi khalifah digrecokin juga,..Tuh gue kasih deh kekuasaan kalo lu mau yg penting gue ngga keilangan satus gue yg Allah swt udeh sematkan kegue sebagai salah satu Tsaqolain Umat.

  93. tidak perlu kita mencari keburukan orang,,coba kita fokus saja pada ajaran Rasulullah yang benar,,, muawiyah meninggal dalam kondisi bagaimanapun itu hanya urusan Allah SWT bukan urusan kita,,,

  94. @berut

    Maaf sepertinya anda ketinggalan kereta, tulisan abul-jauzaa itu sudah lama saya buat bantahannya disini

    Hadis Muawiyah Mati Tidak Dalam Agama Islam : Bantahan Terhadap Salafy

    Dan sejauh ini belum ada respon balik dari yang bersangkutan

    Salam

  95. Ada tulisan tambahan yang bisa di baca di :

    Islam Terpenjara Dalam Peti Mu’awiyah!

  96. aslmu alkm sdr.SP

    benarkah perkataan Ad-Daaruquthniy ini, tentang Abdurrazaq bin Hammam ? dimana Ad-Daaruqutthniy berkata : “Tsiqah, akan tetapi ia telah keliru dalam hadits-hadits dari Ma’mar” [Miizaanul-I’tidaal, 2/610 no. 5044, tahqiq : ‘Aliy bin Muhammad Al-Bukhaariy; Daarul-Ma’rifah].

  97. @Erya Wintim

    Waalaikum salam, benar begitulah perkataan Daruquthniy yang dinukil Adz Dzahabiy. Hanya saja kalau karena perkataan Daruquthniy lantas hadis di atas dikatakan lemah maka itu keliru. Karena justru sebagian ulama lain menyatakan Abdurrazzaaq tsabit dan hafizh dalam riwayat Ma’mar. Misalnya Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in dan Yaqub bin Syaibah

    و قال أبو زرعة الدمشقى : قلت لأحمد بن حنبل : كان عبد الرزاق يحفظ حديث معمر ؟ قال : نعم

    Abu Zur’ah Ad Dimasyq berkata Aku bertanya kepada Ahmad bin Hanbal ”Apakah ’Abdurrazaq mengahafal haditsnya Ma’mar?” beliau menjawab : ”benar” [Tahdzib Al Kamal 18/8 no 3415]

    قال سمعت يحيى بن معين يقول كان عبد الرزاق في حديث معمر اثبت من هشام بن يوسف

    [Ibnu Abi Khaitsamah] berkata aku mendengar Yahya bin Ma’in mengatakan Abdurrazzaaq dalam hadis Ma’mar lebih tsabit dari Hisyaam bin Yuusuf [Al Jarh Wat Ta’dil 6/38 no 204].

    Ibnu Rajab Al Hanbaliy menukil dari Ahmad bin Hanbal yang berkata “jika berselisih para sahabat Ma’mar maka berpeganglah pada hadis ‘Abdurrazzaaq” dan Yaqub bin Syaibah yang mengatakan Abdurrazzaaq adalah orang yang tsabit dalam riwayat Ma’mar [Syarh ‘Ilal Tirmidzi 2/516]

    Dengan melihat perkataan sebagian ulama tersebut maka perkataan Daruquthniy tersebut bisa dipalingkan maknanya dengan kemungkinan yaitu kekeliruan dalam hadis Ma’mar itu berasal dari perawi yang meriwayatkan dari ‘Abdurrazzaaq atau mungkin perawi tersebut meriwayatkan setelah ikhtilathnya ‘Abdurrazzaaq

  98. […] dan tuntutan Al-Mukhtar untuk balas dendam. Sepuluh hari setelah Asyura, seorang utusan Yazid bin Muawiyah tiba di Madinah. Namanya Abdul Malik bin Abi Al-Harits Al-Sulami. Dia datang untuk menyuruh […]

  99. […] Kami juga ingin menegaskan kepada orang yang memang tidak punya kemampuan memahami perkataan orang lain bahwa kami tidak pernah menyatakan kalau Muawiyah dan pengikutnya kafir dalam perang shiffin berdasarkan hadis-hadis di atas. Jika dikatakan mereka bermaksiat maka itu sudah jelas, orang yang mengajak ke jalan neraka maka sudah jelas ia bermaksiat. Tetapi apakah maksiat itu membawa kepada kekafirannya maka hanya Allah SWT yang tahu. Soal Muawiyah kami sudah pernah membahas hadis shahih yang menunjukkan bahwa pada akhirnya ia mati tidak dalam agama islam […]

Tinggalkan komentar