Dendam Syi’ah Kepada Ummul Mukminin ‘Aaisyah Radiallahu ‘anha? Dan Catatan Tidak Penting

Dendam Syi’ah Kepada Ummul Mukminin ‘Aaisyah Radiallahu ‘anha?

Ada salah satu riwayat Syi’ah yang dijadikan hujjah oleh beberapa orang untuk mencela mazhab Syi’ah yaitu riwayat dimana Imam Mahdi pada saat muncul nanti akan menghukum Ummul Mukminin ‘Aaisyah [radiallahu ‘anha]. Para pembaca dapat melihat nya disini

  1. Jaser Leonheart dalam tulisannya Imam Mahdiy Versi Syi’ah dan Ummul Mukminin ‘Aaisyah Radiallahu ‘anha
  2. Abul Jauzaa’dalam tulisannya Dendam Syi’ah kepada ‘Aaisyah Radiallahu ‘anha

Riwayat tersebut sesuai dengan standar ilmu hadis dalam mazhab Syi’ah kedudukannya dhaif. Silakan perhatikan terlebih dahulu riwayat tersebut

Ilal Asy Syaraai'

Ilal Asy Syaraai' juz 2 hal 566

حدثنا محمد بن علي ماجيلويه عن عمه محمد بن أبي القاسم عن أحمد بن أبي عبد الله عن أبيه عن محمد بن سليمان عن داود بن النعمان عن عبد الرحيم القصير قال: قال لي أبو جعفر عليه السلام: أما لو قام قائمنا لقد ردت إليه الحميراء حتى يجلدها الحد وحتى ينتقم لابنة محمد فاطمة عليها السلام منها، قلت: جعلت فداك ولم يجلدها الحد؟ قال: لفريتها على ام ابراهيم، قلت: فكيف اخره الله للقائم؟ فقال: لان الله تبارك وتعالى بعث محمدا صلى الله عليه وآله رحمة وبعث القائم عليه السلام نقمة

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Aliy Majiilwaih dari pamannya Muhammad bin Abil Qaasim dari Ahmad bin Abi ‘Abdullah dari Ayahnya dari Muhammad bin Sulaiman dari Daawud bin Nu’maan dari ‘Abdurrahiim Al Qashiir yang berkata Abu Ja’far [‘alaihis salaam] berkata kepadaku Seandainya Al Qaim muncul sungguh akan dihadapkan kepadanya Al Humairaa’ [Ummul Mukminin ‘Aaisyah radiallahu ‘anha] sampai akhirnya ia memberikan hukuman cambuk kepadanya dan membalaskan dendam putrinya Muhammad [shallallahu ‘alahi wasallam] yaitu Fathimah [‘alaihis salaam]. Aku berkata “diriku sebagai tebusanmu, mengapa ia mencambuknya?”. [Abu Ja’far] berkata “karena tuduhannya terhadap Ummu Ibrahim”. Aku berkata “maka mengapa Allah megakhirkannya [hukuman tersebut] bagi Al Qaaim”. [Abu Ja’far] berkata “karena Allah tabaaraka wata’aala mengutus Muhammad [shallallahu ‘alaihi wa aalihi] sebagai rahmat dan mengutus Al Qaa’im [‘alaihis salaam] untuk membalas dendam [‘Ilal Asy Syaraai’ Syaikh Ash Shaaduuq 2/565-566 hadis no 10]

Riwayat di atas juga disebutkan oleh Ibnu Jariir bin Rustam Ath Thabariy dalam kitabnya Dalail Al Imaamah hal 256 dengan jalan sanad yang sama dengan riwayat Syaikh Ash Shaduuq di atas.

Sanad riwayat tersebut dhaif, salah satu penyebab kedhaifannya adalah Muhammad bin Sulaiman. Ahmad bin ‘Abu ‘Abdullah dalam sanad di atas adalah Ahmad bin Muhammad bin Khaalid Al Barqiy maka Ayahnya yang meriwayatkan dari Muhammad bin Sulaiman adalah Muhammad bin Khaalid Al Barqiy.

Muhammad bin Sulaiman yang telah meriwayatkan darinya Muhammad bin Khaalid adalah Muhammad bin Sulaiman Ad Dailamiy dan ia seorang yang dhaif jiddan pendusta.



Rijal An Najasyiy

Rijal An Najasyiy no 987

An Najasiy dalam kitab Rijal-nya menyebutkan bahwa Muhammad bin Sulaiman Ad Dailamiy seorang yang dhaif jiddan [Rijal An Najasyiy hal 365 no 987].

Rijal An Najasyiy no 482

Kemudian dalam biografi Ayahnya Muhammad bin Sulaiman yaitu Sulaiman bin ‘Abdullah Ad Dailamiy disebutkan

وقيل: كان غاليا كذابا. وكذلك ابنه محمد لا يعمل بما انفردا به من الرواية

Dikatakan ia seorang yang ghuluw pendusta, dan demikian juga anaknya yaitu Muhammad, tidak beramal dengan apa yang ia menyendiri dalam riwayat [Rijal An Najasiy hal 182 no 482]

.

.

.

Mungkin saja ada di antara orang-orang Syi’ah atau mungkin ulama Syi’ah yang berhujjah dengan riwayat di atas tetapi hal itu tidak bisa dijadikan dasar untuk mencela mazhab Syi’ah. Kebenarannya adalah dalam mazhab Syi’ah maupun Ahlus sunnah berhujjah dengan riwayat dhaif adalah hal yang keliru dan kekeliruan sebagian ulama Syi’ah dan pengikutnya tidaklah menjadi dasar untuk merendahkan mazhab Syi’ah.

Secara objektif perkara seperti ini juga terjadi dalam mazhab Ahlus Sunnah. Bukankah ada saja sebagian ulama Ahlus Sunnah dan pengikutnya yang berhujjah dengan riwayat dhaif. Tidak diragukan bahwa mereka telah melakukan kekeliruan tetapi menjadikan kekeliruan tersebut sebagai pencelaan terhadap mazhab Ahlus Sunnah adalah hal yang benar-benar keliru.

Hendaknya mazhab Syi’ah dan Ahlus Sunnah ditimbang dengan adil sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku di dalam mazhab tersebut. Jangan jadikan orang-orang seperti Jaser Leonheart, Abul Jauzaa’ dan yang lainnya sebagai contoh, mereka hanyalah para pencela yang gemar mencampuradukkan antara yang haq dan yang batil [ketika berbicara tentang mazhab Syi’ah]. Tidak dipungkiri bahwa dalam mazhab Syi’ah pun juga terdapat orang-orang dengan mental seperti Jaser dan Abul Jauzaa’ yaitu mereka yang sembarangan menukil riwayat Ahlus sunnah kemudian menjadikannya hujjah untuk mencela Ahlus Sunnah. Mari para pembaca [apapun mazhab anda baik Syi’ah ataupun Ahlus Sunnah] junjunglah kebenaran, selalu bersikap adil dan objektif agar kita diberi kemudahan oleh Allah SWT untuk mendapatkan kebenaran.

.

.

.

Penutup Penting Yang Tidak Penting

Bagi para pengikut Syi’ah, saya akan berbagi sedikit ilmu yang saya dapat dalam mempelajari mazhab Syi’ah sebagai nasehat yang mungkin bisa diambil manfaatnya. Boleh-boleh saja kalian wahai pengikut Syi’ah untuk taklid kepada ulama marja’ kalian tetapi hal itu jangan sampai mencegah kalian mempelajari dasar-dasar ilmu alat yang ada dalam mazhab kalian. Saya sudah pernah melihat kualitas pengikut Syi’ah yang berpegang pada ilmu dan kaidah ilmiah. Mereka adalah orang-orang yang menjunjung tinggi kebenaran, jauh dari perkara ghuluw dan bid’ah. Untuk orang-orang seperti mereka inilah saya membela mazhab Syi’ah dan rela mengorbankan diri dituduh Syi’ah. Mengapa?, karena orang-orang Syi’ah seperti mereka tidak pantas untuk dituduhkan hal-hal menjijikkan yang biasa dituduhkan oleh para pencela seperti Jaser dan Abul Jauzaa’.

Memang menyedihkan ketika melihat sebagian pengikut Syi’ah yang lain malah terjatuh dalam perkara ghuluw karena kejahilan, bahkan ada yang menjadikan itu sebagai kebanggaan dengan mengatasnamakan Ahlul Bait. Seandainya mereka mau belajar mengenal apa yang shahih dalam mazhab mereka atau apa yang shahih dari Ahlul Bait [di sisi mazhab mereka] maka saya yakin mereka akan terhindar dari perkara-perkara ghuluw.

.

.

Bagi para pengikut Ahlus Sunnah, boleh boleh saja kalian menyatakan mazhab Syi’ah sesat atau menyimpang tetapi berhati-hatilah jika kalian ingin mengkafirkan mazhab Syi’ah. Sebagian dari kalian hanya orang awam yang mengenal mazhab Syiah dari para pencela. Jangan sampai kalian mengkafirkan mazhab Syi’ah dengan hujjah yang sebenarnya juga ada dalam mazhab Ahlus Sunnah. Takfir itu adalah perkara berat dimana ketika itu diucapkan maka ia akan tetap bagi salah satu diantara dua, tertuduh atau si penuduh. Jika tertuduh ternyata tidak kafir maka hal itu akan kembali pada si penuduh. Jangan jadi orang lata yang ikut-ikutan padahal hanya taklid kepada para pencela seperti Jaser dan Abul Jauzaa’.

Jika kalian memang ingin tahu bagaimana mazhab Syi’ah sebenarnya maka pelajarilah dasar-dasar ilmu mazhab Syi’ah dengan objektif. Jalani langkah demi langkah sebagaimana kalian mempelajari mazhab kalian. Dan kalau kalian pikir itu menyita waktu dan sia-sia [untuk apa susah susah belajar mazhab sesat] maka bersikap diamlah jangan terlalu banyak bicara.

.

.

Manhaj saya dalam mempelajari mazhab Syi’ah tidak sama dengan manhaj para pencela seperti Jaser dan Abul Jauzaa’. Mereka hanya orang bergaya sok prajurit pembela Ahlus Sunnah dimana mereka pikir mencela mazhab Syi’ah adalah bagian dari pembelaan terhadap Ahlus Sunnah. Mereka adalah orang yang sering mencela para pengikut Syi’ah [ketika orang-orang Syi’ah berhujjah dengan riwayat Ahlus Sunnah] dengan perkataan tidak jujur dalam menukil, berdusta, berhujjah dengan riwayat dhaif dan hal-hal lain yang memang secara ilmiah tidak pantas dilakukan. Tetapi anehnya ketika mereka berbicara atas mazhab Syi’ah maka jadilah mereka sama rendahnya dengan orang-orang Syi’ah yang mereka tuduh. Mereka sendiri sering tidak jujur dalam menukil, berdusta, berhujjah dengan riwayat dhaif dalam mazhab Syi’ah. Sebagian tulisan-tulisan kami yang membantah mereka adalah sebaik-baik bukti akan hal ini.

Manhaj saya dalam mempelajari mazhab Syi’ah sama seperti manhaj saya dalam mempelajari mazhab Ahlus Sunnah. Yaitu langkah demi langkah mengedepankan objektifitas dan kaidah ilmiah yang berlaku dalam masing-masing mazhab. Mempelajari dahulu dasar ilmu mazhab dan ilmu alat yang diperlukan dalam mencapai apa yang shahih sebagai hujjah di sisi mazhab tersebut. Perbedaannya hanya pada bahwa saya tidak meyakini dan mengamalkan apa yang saya dapat dalam mempelajari mazhab Syi’ah. Mengapa? Karena saya sudah meyakini hal-hal yang menjadi pegangan saya dimana saya mengambilnya dari mazhab Ahlus Sunnah. Saya adalah seorang Ahlus Sunnah sebelum saya mempelajari mazhab Syi’ah sebagaimana Orang lain [seperti saya] di belahan bumi lain adalah seorang Syi’ah ketika ia mempelajari mazhab Ahlus Sunnah.

Orang seperti saya biasanya menjadi bahan celaan dari sebagian pengikut Ahlus Sunnah dengan tuduhan Syi’ah atau terpengaruh Syi’ah. Sebagaimana Orang yang satunya menjadi bahan celaan dari sebagian pengikut Syi’ah dengan tuduhan sudah terpengaruh Ahlus Sunnah. Para pencela itu adalah orang yang menyia-nyiakan diri mereka. Selagi mereka sibuk mencela, saya dan orang itu terus belajar dan saling berbagi melangkah lebih jauh meniti jalan masing-masing yang diyakini sebagai jalan yang benar. Kebenaran itu ternyata sederhana yaitu apapun mazhabnya yang penting belajar dengan benar menggunakan metode yang benar [serta senantiasa berdoa ditunjukkan jalan yang benar].

.

.

.

Note Tidak Penting Tetapi Penting Bagi Yang Merasa

  1. Untuk Orang-orang Syi’ah yang mengenal saya dan saya pun mengenal mereka, tolong jangan diambil hati tentang ucapan saya soal “kualitas”, percayalah kalian tidak sekeren yang kalian bayangkan
  2. Untuk “orang itu” yang merasa tersindir dan merasa dipuji dengan kata-kata saya di atas, lebih baik situ mikir kapan mau berumah tangga, kami tidak rela selagi kami para cecunguk sudah hidup bahagia ternyata sang guru besar menderita kesepian di dunia antah berantah.
  3. Mohon maaf bagi para pembaca jika tulisan ilmiah ini ujung-ujungnya jadi curhat tidak jelas. Jika memang ada yang merasa terganggu maka silakan dibaca ulang dan tidak usah dibaca bagian penutup yang ada curhatnya hehehe.

12 Tanggapan

  1. Saya tertarik pada tulisan bagian curhat. Yang Anda tuliskan mengenai “terpengaruh ahlus sunnah” persis seperti yang Saya bicarakan pada seorang teman yang ahlus sunnah supaya dia mengerti.

  2. @SP

    Saya tidak bisa membayangkan kesulitan yang telah anda hadapi ketika harus mendamaikan perbedaan prinsip antara mahzab yang anda anut dengan mahzab syiah yang anda pelajari. Solusi semua mahzab benar yang penting belajar dengan benar serta menggunakan metode yang benar menjadi sandaran anda guna menjembatani perbedaan prinsip dalam sunni-syiah atau hanya sekedar menutupi kegalauan hati saja?

  3. @yang berserah diri

    Maksud dari tuduhan “terpengaruh ahlus sunnah” disitu adalah terkait sikapnya dalam menerima hadis yang terfokus pada sanad perawi, padahal hakikatnya tidak seperti itu. Diantara ulama Syi’ah memang ada yang terkesan fokus pada sanad dalam menolak dan menerima riwayat tetapi bukan berarti mereka tidak memperhatikan aspek matan riwayat

    @Zainal

    Saya tidak merasa perlu untuk mendamaikan prinsip yang saya anut dengan prinsip mazhab Syi’ah yang saya pelajari. Yang penting bagi saya adalah saya memahami dengan betul bagaimana hakikat mazhab Syi’ah baru kemudian bersikap terhadapnya.

    Saya juga tidak pernah mengatakan semua mazhab benar, sepertinya anda salah memahami maksud kalimat saya. Ketika saya mengatakan kebenaran itu sederhana yaitu apapun mazhabnya yang penting belajar dengan benar dan metode yang benar itu bermaksud apapun mazhab orang tersebut jika ia belajar dengan benar dan menggunakan metode yang benar maka insya Allah akan mencapai kebenaran. Bahkan mungkin metode yang benar itu akan mengeluarkannya dari mazhab sebelumnya yang ia anut ke mazhab lain yang menurutnya benar. Atau bisa saja dengan metode benar tersebut ia meyakini sesuatu yang berbeda dengan keyakinan mazhabnya walaupun ia tetap berpegang pada mazhabnya tersebut untuk perkara-perkara lain

    Perbedaan prinsip Sunni dan Syi’ah itu sudah jelas, hanya saja sebagian orang ada yang agak lebay, ada yang sok paham tapi sebenarnya tidak paham, dan ada yang memang salah paham. Akar masalah perbedaan Sunni dan Syi’ah itu adalah sumber rujukan sedangkan tujuannya sama yaitu taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Sederhananya memang begitu tetapi detilnya butuh penjelasan yang sangat panjang

  4. @ SP
    Iya Bro, amin ya Rabbal ‘alamin..
    @ Penutup
    Semoga menjadi bahan renungan.

  5. @SP
    ya, seperti itulah Saya menerangkan pada teman.

  6. Salam wa rahmah SP

    Ahsantum

  7. kyai SP

    imam dua mazhab. anda pantas dpt julukan itu..

  8. Trims buat pengelola situs ini memberikan pencerahan kpd umat Islam utk persatuan umat. Di tengah bahaya fitnah di akhir zaman ini shrsnya kita berhati2 mengeluarkan fatwa sembarangan yg mengkafirkan sesama muslim. Ini pelajaran bg umat Islam baik sunni maupun syiah utk slg menghormati perbedaan mazhab dan khilafiah krn kedua mazhab ini bersanadsmp ke rasulullah. Mgn ada perbedaan dlm cabang fiqh hndknya dgn kepala dingin bkn bertaqlid buta slg menyalahkan. Oo ya saya juga minta dibahas juga sholat tarawih berjamaah. Krn sy buka situs syiah mrk terlalu ngotot bhwnya ahlus sunnah melakukan tarawih itu bidah dan sesat. Mhn pembahasannya. Trims

  9. Sikap moderat yang harus dijunjung tinggi.

  10. @ SP
    apakah sdr.SP tahu referensi kang jalal mengenai aisyah berikut ini https:// m.youtube.com/ watch?
    v=M-10pmqq 4uY

  11. Salam,

    @SP
    Saya ingin banyak konsultasi dengan Anda seputar Syiah. Saya sedang mempelajarinya. Selama ini saya atau minimal setahu saya, meyakini dan menjalankan ajaran Ahlus Sunnah, meskipun masih jauh dari kata sempurna. Saya sedang dihinggapi kegamangan yang amat sangat ketika saya sedang mempelajari Syiah saat ini. Awal saya ingin memelajarinya disebabkan oleh rasa penasaran atas konflik antara mazhab2 ini, yang sering terjadi, terutama akhir2 ini, apa betul ajaran Syiah ini benar menyimpang, dll. Karena sejak lama saya memliki keyakinan, kebenaran ada pada mereka yang seringkali ditekan/ditindas/biasanya dalam jumlah yang lebih sedikit. Maka saya penasaran apakah benar ajaran Syiah ini menyimpang?

    Setelah banyak baca blog ini, saya mulai memahami bahwa informasi mengenai Syiah banyak yang simpang siur kebenarannya. Di satu sisi saya ingin mengakui bahwa banyak hal yang di ajaran Syiah yang ternyata benar dan sesuai dengan Al Quran dan sunnah Rasull. Tetapi pertanyaannya, apakah jika sudah seperti itu, kita bisa untuk tidak meyakini dan mengamalkannya? Karena saya merasa apabila sudah mendapatkan kebenaran tetapi tidak mengamalkannya, seperti menyia-nyiakan kebenaran. Di satu sisi, tentu berat bagi saya untuk mengamalkan hal tersebut, dimana berarti harus meninggalkan amalan mengenai keyakinan yang sudah saya lakukan dan bawa sejak lama. Mohon bantuan pencerahannya pak/mas SP. Bahkan kalau ada kesempatan untuk berkonsultasi langsung via tatap muka ataupun surat elektronik, tentu saya akan sangat merasa beruntung.
    Terima kasih banyak sebelumnya.

    Salam,

Tinggalkan komentar