Hakikat Baiat Hasan bin Aliy Kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyaan

Hakikat Baiat Hasan bin Aliy Kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyaan

Peristiwa baiatnya Imam Hasan bin Aliy [‘alaihis salaam] kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyaan sering dijadikan hujjah para nashibiy untuk membenarkan dan memuliakan Mu’awiyah. Padahal hakikatnya tidak demikian, di sisi Imam Hasan baiat tersebut adalah untuk meredakan perpecahan dan menyelamatkan darah kaum muslimin.Tidak sedikitpun baiat tersebut memandang kemuliaan Mu’awiyah karena hakikat Mu’awiyah dalam perkara ini adalah pemimpin kelompok baaghiyah yang menyeru kepada neraka. Sebagaimana yang dinyatakan dalam riwayat shahih

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُخْتَارٍ قَالَ حَدَّثَنَا خَالِدٌ الْحَذَّاءُ عَنْ عِكْرِمَةَ قَالَ لِي ابْنُ عَبَّاسٍ وَلِابْنِهِ عَلِيٍّ انْطَلِقَا إِلَى أَبِي سَعِيدٍ فَاسْمَعَا مِنْ حَدِيثِهِ فَانْطَلَقْنَا فَإِذَا هُوَ فِي حَائِطٍ يُصْلِحُهُ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ فَاحْتَبَى ثُمَّ أَنْشَأَ يُحَدِّثُنَا حَتَّى أَتَى ذِكْرُ بِنَاءِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ كُنَّا نَحْمِلُ لَبِنَةً لَبِنَةً وَعَمَّارٌ لَبِنَتَيْنِ لَبِنَتَيْنِ فَرَآهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَنْفُضُ التُّرَابَ عَنْهُ وَيَقُولُ وَيْحَ عَمَّارٍ تَقْتُلُهُ الْفِئَةُ الْبَاغِيَةُ يَدْعُوهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ وَيَدْعُونَهُ إِلَى النَّارِ قَالَ يَقُولُ عَمَّارٌ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الْفِتَنِ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin Mukhtar yang berkata telah menceritakan kepada kami Khalid Al Hidzaa’ dari Ikrimah yang berkata Ibnu Abbas berkata kepadaku dan kepada anaknya Ali, pergilah kalian kepada Abu Sa’id dan dengarkanlah hadis darinya maka kami menemuinya. Ketika itu ia sedang memperbaiki dinding miliknya, ia mengambil kain dan duduk kemudian ia mulai menceritakan kepada kami sampai ia menyebutkan tentang pembangunan masjid. Ia berkata “kami membawa batu satu persatu sedangkan Ammar membawa dua batu sekaligus, Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] melihatnya, kemudian Beliau berkata sambil membersihkan tanah yang ada padanya “kasihan ‘Ammar, dia akan dibunuh oleh kelompok baaghiyah [pembangkang], ia [Ammar] mengajak mereka ke surga dan mereka mengajaknya ke neraka. ‘Ammar berkata “aku berlindung kepada Allah dari fitnah” [Shahih Bukhari 1/97 no 447]

Jadi betapa kelirunya orang-orang bodoh yang mengira bahwa baiat Imam Hasan tersebut berarti membenarkan Mu’awiyah atau memuliakannya. Bahkan pada saat baiat tersebut terjadi, Imam Hasan sudah mengisyaratkan celaannya kepada Mu’awiyah dan para sahabatnya, seperti nampak dalam riwayat berikut

أخبرنا يزيد بن هارون قال أخبرنا حريز بن عثمان قال حدثنا عبد الرحمن بن أبي عوف الجرشي قاللما بايع الحسن بن علي معاوية قال له عمرو بن العاص وأبو الأعور السلمي عمرو بن سفيان لو أمرت الحسن فصعد المنبر فتكلم عيي عن المنطق فيزهد فيه الناس فقال معاوية لا تفعلوا فوالله لقد رأيت رسول الله ( صلى الله عليه وسلم ) يمص لسانه وشفته ولن يعيا لسان مصه النبي ( صلى الله عليه وسلم ) أو شفتان فأبوا على معاوية فصعد معاوية المنبر ثم أمر الحسن فصعد وأمره أن يخبر الناس إني قد بايعت معاوية فصعد الحسن المنبر فحمد الله وأثنى عليه ثم قال أيها الناس إن الله هداكم بأولنا وحقن دماءكم بآخرنا وإني قد أخذت لكم على معاوية أن يعدل فيكم وأن يوفر عليكم غنائمكم وأن يقسم فيكم فيئكم ثم أقبل على معاوية فقال كذاك قال نعم ثم هبط من المنبر وهو يقول ويشير بإصبعه إلى معاوية ” وإن أدري لعله فتنة لكم ومتاع إلى حين ” فاشتد ذلك على معاوية فقالا لو دعوته فاستنطقته فقال مهلا فأبوا فدعوه فأجابهم فأقبل عليه عمرو بن العاص فقال له الحسن أما أنت فقد اختلف فيك رجلان رجل من قريش وجزار أهل المدينة فادعياك فلا أدري أيهما أبوك وأقبل عليه أبو الأعور السلمي فقال له الحسن ألم يلعن رسول الله ( صلى الله عليه وسلم ) رعلا وذكوان وعمرو بن سفيان ثم أقبل معاوية يعين القوم فقال له الحسن أما علمت أن رسول الله ( صلى الله عليه وسلم ) لعن قائد الأحزاب وسائقهم وكان أحدهما أبو سفيان والآخر أبو الأعور السلمي

Telah mengabarkan kepada kami Yaziid bin Haruun yang berkata telah mengabarkan kepada kami Hariiz bin ‘Utsman yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Abi ‘Auf Al Jurasyiy yang berkata ketika Hasan bin Aliy membaiat Mu’awiyah, ‘Amru bin Ash dan Abul A’war As Sulaamiy ‘Amru bin Sufyaan telah berkata kepadanya [Mu’awiyah] “sekiranya engkau memerintahkan Hasan naik mimbar dan ia akan mengatakan ucapan yang lemah sehingga orang-orang akan berpaling darinya”. Mu’awiyah berkata “aku tidak akan melakukannya, demi Allah sungguh aku telah melihat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] telah menghisap lidah dan bibirnya maka tidak akan lemah lisan atau mulut yang telah dihisap Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]”. Mereka mengingkari Mu’awiyah maka akhirnya Mu’awiyah naik mimbar kemudian memerintahkan Hasan untuk naik mimbar dan memerintahkannya untuk mengabarkan kepada orang-orang “sungguh aku telah membaiat Mu’awiyah”. Maka Hasan naik mimbar mengucapkan syukur kepada Allah SWT dan memuji-Nya kemudian berkata “wahai manusia sesungguhnya Allah SWT telah memberikan petunjuk kepada kalian dengan orang yang pertama dari kami dan mencegah tertumpahnya darah kalian dengan orang yang terakhir dari kami dan aku telah menjadikan kalian ke atas Mu’awiyah bahwa ia akan berlaku adil kepada kalian, memberikan ghanimah kalian dan membagi fa’iy kalian”. Kemudian ia menghadap Mu’awiyah dan berkata “beginikah?”. Mu’awiyah berkata “benar” kemudian Hasan turun dari mimbar dan ia mengatakan seraya menunjuk kearah Mu’awiyah “dan aku tidak tahu bisa jadi hal itu menjadi fitnah bagi kamu dan kesenangan sampai kepada suatu waktu” [QS Al Anbiya ; 111] Ia meninggikan suaranya tentang hal itu kepada Mu’awiyah. Maka keduanya [‘Amru dan Abul A’war] berkata “sekiranya kita panggil dia dan menjelaskan apa yang ia maksudkan dengannya”. Mu’awiyah berkata “berhati-hatilah”. Mereka menolak, maka mereka memanggilnya untuk menjawab mereka. ‘Amru bin ‘Ash menghadap kepada Hasan maka Hasan berkata kepadanya “adapun engkau, sungguh telah berselisih tentangmu dua orang yaitu lelaki dari quraisy dan tukang sembelih dari penduduk Madinah, keduanya mengaku berhak terhadapmu dan tidak diketahui siapa diantara keduanya adalah ayahmu”. Dan Abul A’war As Sulaamiy menghadap kepada Hasan maka Hasan berkata kepadanya “bukankah Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] telah melaknat Ri’l, Dzakwan dan ‘Amru bin Sufyaan” kemudian Mu’awiyah menghadap kepada mereka, maka Hasan berkata kepadanya “tahukah engkau bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] telah melaknat pemimpin pasukan ahzab dan penuntun mereka yaitu Abu Sufyaan dan Abul A’war As Sulaamiy”. [Thabaqat Ibnu Sa’ad 6/383]

Kisah baiat Imam Hasan dan celaannya terhadap Mu’awiyah dan para sahabatnya di atas diriwayatkan dengan sanad yang shahih, berikut keterangan mengenai para perawinya

  1. Yazid bin Harun Abu Khalid Al Wasithiy termasuk perawi Bukhari dan Muslim yang dikenal tsiqat. Ibnu Madini berkata “ia termasuk orang yang tsiqat” dan terkadang berkata “aku tidak pernah melihat orang lebih hafizh darinya”. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. Al Ijli berkata “tsiqat tsabit dalam hadis”. Abu Bakar bin Abi Syaibah berkata “aku belum pernah bertemu orang yang lebih hafizh dan mutqin dari Yazid”. Abu Hatim menyatakan ia tsiqat imam shaduq. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat banyak meriwayatkan hadis”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Yaqub bin Syaibah menyatakan tsiqat. Ibnu Qani’ berkata “tsiqat ma’mun” [Tahdzib At Tahdzib juz 11 no 612].
  2. Hariiz bin Utsman adalah perawi Bukhari dan Ashabus Sunan. Mu’adz bin Mu’adz berkata “tidak aku ketahui di Syam ada orang yang lebih utama daripadanya”. Abu Dawud berkata “guru-guru Haariz semuanya tsiqat”. Ahmad bin Hanbal berkata “tsiqat tsiqat”. Ibnu Ma’in menyatakan tsiqat. Duhaim mengatakan ia orang Himsh yang baik sanadnya dan shahih hadisnya. Abu Hatim berkata “tsiqat mutqin” [Tahdzib At Tahdzib juz 2 no 436]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat tsabit dan dikatakan nashibi” [Taqrib At Tahdzib 1/156 no 1184]
  3. Abdurrahman bin Abi ‘Auf Al Jurasyiy adalah perawi Abu Dawud dan Nasa’i. Abu Dawud berkata “guru-guru Hariz tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ibnu Mandah menyatakan ia sahabat. Abu Nu’aim berkata “dia termasuk tabiin penduduk syam”. Al Ijli berkata “tabiin Syam yang tsiqat”. Ibnu Qaththan berkata “majhul hal” [Tahdzib At Tahdzib juz 6 no 494]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat dan menemui masa Nabi [SAW]” [TaqribAt Tahdzib 1/348 no 3974].Daruquthniy berkata “tsiqat” [Su’alat As Sulaamiy no 398]. Adz Dzahabiy berkata “tsiqat” [Al Kasyf no 3284]

‘Abdurrahman bin Abi ‘Auf Al Jurasyiy memiliki mutaba’ah yaitu Muhammad bin Sirin sebagaimana yang nampak dalam riwayat berikut

أخبرنا هوذة بن خليفة قال حدثنا عوف عن محمد قال لما كان زمن ورد معاوية الكوفة واجتمع الناس عليه وبايعه الحسن بن علي، قالقال أصحاب معاوية لمعاوية عمرو بن العاص والوليد بن عقبة وأمثالهما من أصحابه إن الحسن بن علي مرتفع في أنفس الناس لقرابته من رسول الله صلى الله عليه وسلم وإنه حديث السن عيي! فمره فليخطب، فإنه سيعيا في الخطبة فيسقط من أنفس الناس! فأبى عليهم فلم يزالوا به حتى أمره، فقام الحسن بن علي على المنبر دون معاوية فحمد الله وأثنى عليه ثم قال والله لو ابتغيتم بين جابلق وجابلص رجلا جده نبي غير ي وغير أخي لم تجدوه، وإنا قد أعطينا بيعتنا معاوية ورأينا أن ما حقن دماء المسلمين خير مما أهراقها، والله ما أدري لعله فتنة لكم ومتاع إلى حين وأشار بيده إلى معاويةقال فغضب معاوية فخطب بعده خطبة عيية فاحشة ثم نزل، وقال لهما أردت بقولك فتنة لكم ومتاع إلى حين؟! قال أردت بها ما أراد الله

Telah mengabarkan kepada kami Hawdzah bin Khaliifah yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Auf dari Muhammad yang berkata ketika masanya Mu’awiyah di Kufah, orang-orang berkumpul atasnya dan Hasan bin Aliy membaiat-nya. Maka berkata para sahabat Mu’awiyah kepada Mu’awiyah yaitu ‘Amru bin Ash, Walid bin ‘Uqbah dan semisal keduanya dari sahabat-sahabatnya bahwa Hasan bin Aliy masih tinggi kedudukannya di mata orang-orang karena kekerabatannya dengan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], dan bahwasanya ia seorang yang masih muda dan lemah dalam berbicara maka perintahkanlah ia untuk berkhutbah maka ia akan mengucapkan ucapan yang lemah dalam khutbahnya sehingga kedudukannya akan jatuh di mata orang-orang. Mu’awiyah menolak permintaan mereka dan mereka berulang-ulang meminta sehingga akhirnya Mu’awiyah memerintahkannya. Maka Hasan bin Aliy berdiri di atas mimbar di dekat Mu’awiyah maka ia memuji Allah SWT kemudian berkata demi Allah seandainya kalian mencari diantara timur dan barat laki-laki yang kakeknya adalah Nabi maka kalian tidak akan menemukannya selain aku dan saudaraku, dan kami telah memberikan baiat kami kepada Mu’awiyah dan kami berpandangan bahwa mencegah tertumpahnya darah kaum muslimin adalah lebih baik daripada menumpahkannya, demi Allah dan aku tidak tahu bisa jadi hal itu menjadi fitnah bagi kamu dan kesenangan sampai kepada suatu waktu dan ia mengisyaratkan tangannya kepada Mu’awiyah. Maka Mu’awiyah menjadi marah dan ia berkhutbah setelah Hasan dengan khutbah yang penuh kelemahan dan kekejian kemudian ia turun dan berkata “apa yang engkau maksud dengan perkataanmu “fitnah bagi kamu dan kesenangan sampai kepada suatu waktu”. Hasan berkata “aku memaksudkan dengannya apa yang dimaksudkan oleh Allah SWT” [Thabaqat Ibnu Sa’ad 6/383-384]

Riwayat Ibnu Sa’ad di atas sanadnya jayyid diriwayatkan oleh para perawi tsiqat dan shaduq maka, berikut rincian perawinya

  1. Hawdzah bin Khaliifah termasuk perawi Abu Dawud, telah meriwayatkan darinya Ahmad bin Hanbal dan Abu Hatim. Ahmad bin Hanbal berkata “aku berharap dia shaduq, insya Allah”. Abu Hatim berkata “shaduq”. Yahya bin Ma’in berkata “dhaif”. Nasa’i berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Tahdzib At Tahdzib juz 11 no 116]. Ibnu Hajar berkata “shaduq” [Taqrib At Tahdzib 1/575 no 7327]. Adz Dzahabiy berkata “shaduq” [Al Kasyf no 5991]
  2. ‘Auf bin Abi Jamilah adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ahmad, Ibnu Ma’in, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Hibban menyatakan tsiqat. Nasa’i berkata “tsiqat tsabit”. Abu Hatim, Marwan bin Mu’awiyah dan Muhammad bin Abdullah Al Anshari berkata “shaduq” [Tahdzib At Tahdzib juz 8 no 302]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat” [Taqrib At Tahdzib 1/433 no 5215]
  3. Muhammad bin Sirin Al Anshari adalah tabiin perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ahmad, Ibnu Ma’in dan Al Ijli berkata “tsiqat”. Ibnu Sa’ad berkata “seorang yang tsiqat ma’mun, tinggi kedudukannya, seorang faqih, Imam yang wara’ dan memiliki banyak ilmu” [Tahdzib At Tahdzib juz 9 no 338]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat tsabit” [Taqrib At Tahdzib 1/483 no 5947]

Sebenarnya perkara kepemimpinan Mu’awiyah telah dikabarkan oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] kepada Imam Hasan, walaupun Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tidak menyukainya tetapi ketetapan Allah SWT itu akan tetap terjadi. Sebagaimana yang nampak dalam riwayat berikut

حدثنا محمود بن غيلان حدثنا أبو داود الطيالسي حدثنا القاسم بن الفضل الحداني عن يوسف بن سعد قال قام رجل إلى الحسن بن علي بعد ما بايع معاوية فقال سودت وجوه المؤمنين أو يا مسود وجوه المؤمنين فقال لا تؤنبني رحمك الله فإن النبي صلى الله عليه و سلم أري بني أمية على منبره فساءه ذلك فنزلت { إنا أعطيناك الكوثر } يا محمد يعني نهرا في الجنة ونزلت { إنا أنزلناه في ليلة القدر وما أدراك ما ليلة القدر ليلة القدر خير من ألف شهر } يملكها بنو أمية يا محمد قال القاسم فعددناها فإذا هي ألف يوم لا يزيد يوم ولا ينقص

Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Daud Ath Thayalisi yang berkata telah menceritakan kepada kami Al Qasim bin Fadhl Al Huddaniy dari Yusuf bin Sa’ad yang berkata Seorang laki-laki datang kepada Hasan bin Aliy setelah Muawiyah dibaiat. Ia berkata “Engkau telah mencoreng wajah kaum mukminin” atau ia berkata “Hai orang yang telah mencoreng wajah kaum mukminin”. Maka Hasan berkata kepadanya “Janganlah mencelaku, semoga Allah SWT merahmatimu, karena Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] di dalam mimpi telah diperlihatkan kepada Beliau bahwa Bani Umayyah di atas Mimbarnya. Beliau tidak suka melihatnya dan turunlah ayat “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadaMu nikmat yang banyak”. Wahai Muhammad yaitu sungai di dalam surga. Kemudian turunlah ayat “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya [Al Qur’an] pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”. Bani Umayyah akan menguasainya wahai Muhammad. Al Qasim berkata “Kami menghitungnya ternyata jumlahnya genap seribu bulan tidak kurang dan tidak lebih” [Sunan Tirmidzi 5/444 no 3350].

Riwayat Tirmidzi di atas sanadnya shahih, para perawinya tsiqat berikut keterangan rinci mengenai para perawinya

  1. Mahmud bin Ghailan termasuk perawi Bukhari Muslim, Tirmidzi, An Nasa’i dan Ibnu Majah. Disebutkan pula bahwa ia meriwayatkan hadis dari Abu Daud Ath Thayalisi dan dinyatakan tsiqat oleh Maslamah, Ibnu Hibban dan An Nasa’i [Tahdzib At Tahdzib juz 10 no 109]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [Taqrib At Tahdzib 1/522 no 6516]
  2. Abu Daud At Thayalisiy. Namanya adalah Sulaiman bin Daud, termasuk perawi Bukhari dalam Ta’liq Shahih Bukhari, Muslim dan Ashabus Sunan. Sulaiman bin Daud telah dinyatakan tsiqat oleh banyak ulama diantaranya Amru bin Ali, An Nasa’i, Al Ajli, Ibnu Hibban, Ibnu Sa’ad Al Khatib dan Al Fallas [Tahdzib At Tahdzib juz 4 no 316]. Ibnu Hajar menyatakan bahwa ia seorang hafiz yang tsiqat memiliki beberapa kekelriuan [Taqrib At Tahdzib 1/250 no 2550]
  3. Al Qasim bin Fadhl termasuk perawi Bukhari Muslim dan Ashabus Sunan. Al Qasim bin Fadhl meriwayatkan hadis dari Yusuf bin Sa’ad dan telah meriwayatkan darinya Abu Daud Ath Thayalisi. Beliau telah dinyatakan tsiqat oleh banyak ulama diantaranya Yahya bin Sa’id, Abdurrahman bin Mahdi, Ibnu Ma’in, Ahmad, An Nasa’i, Ibnu Sa’ad, At Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Ibnu Syahin [Tahdzib At Tahdzib juz 8 no 596]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [Taqrib At Tahdzib 1/451 no 5482]
  4. Yusuf bin Sa’ad atau Yusuf bin Mazin Ar Rasibiy termasuk perawi Tirmidzi dan Nasa’i telah meriwayatkan hadis dari Hasan bin Aliy dan telah meriwayatkan darinya Qasim bin Fadhl. Yahya bin Main telah menyatakan ia tsiqat [Tahdzib At Tahdzib juz 11 no 707]. Ibnu Hajar menyatakan bahwa Yusuf bin Sa’ad Al Jumahi atau Yusuf bin Mazin tsiqat [Taqrib At Tahdzib 1/611 no 7865]. Adz Dzahabi berkata “tsiqat” [Al Kasyf no 6434].

Kesimpulan dari berbagai riwayat shahih di atas adalah baiat Imam Hasan terhadap Mu’awiyah semata-mata untuk mencegah tertumpahnya darah kaum muslimin lebih banyak lagi, tidak sedikitpun karena keutamaan atau kemuliaan kedudukan Mu’awiyah bahkan nampak dalam riwayat shahih bahwa Imam Hasan mencela Mu’awiyah dan para sahabatnya.

.

Sebagian orang menjadikan baiat Imam Hasan ini sebagai bukti bahwa Mu’awiyah tidak kafir. Tentu dalam perperangan Mu’awiyah terhadap Imam Aliy dan Imam Hasan, ia tidak dikatakan kafir melainkan dikatakan sebagai kelompok baaghiyah yang mengajak ke neraka. Adapun jika setelah pembaiatan ini Mu’awiyah menjadi kafir maka itu tidak bertentangan dengan baiat Imam Hasan tersebut. Pada saat itu Imam Hasan tidak membaiat seorang kafir melainkan membaiat seorang muslim yang tercela atau secara zahir ia mengaku muslim, seandainya Mu’awiyah bin Abu Sufyaan menyatakan kekafirannya niscaya tidak ada satupun orang islam yang akan mengikutinya.

Hikmah baiat Imam Hasan terhadap Mu’awiyah tidak akan pernah dimengerti oleh para nashibiy, dan akan mudah dipahami oleh mereka yang berpegang teguh pada ahlul bait. Mereka yang menganggap ahlul bait sebagai pedoman tidak akan bingung dalam menempatkan diri, ketika Imam Aliy memerangi Mu’awiyah maka mereka mengikutinya dan ketika Imam Hasan membaiat Mu’awiyah maka merekapun mengikutinya. Kebenaran akan selalu bersama mereka ahlul bait dan kebenaran tersebut tidak akan pudar oleh kebathilan para pembangkang yang menyeru kepada neraka.

9 Tanggapan

  1. Qs. Thaahaa

    قَالَ يَا ابْنَ أُمَّ لَا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِي وَلَا بِرَأْسِي ۖإِنِّي خَشِيتُ أَنْ تَقُولَ فَرَّقْتَ بَيْنَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَمْ تَرْقُبْ قَوْلِي

    Arti :»(94). Harun menjawab:”Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku):” Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku “.

    Adakah kemiripan jalan antara apa2 yang ditempuh oleh Imam Hassan as dengan kisah yang Allah ceritakan kepada kita dalam surah Thaahaa diatas? Dimana Nabi Harun as lebih memilih untuk ‘mendiamkan’ atas apa2 yg dilakukan oleh kaumnya. Apakah gerangan kiranya yang menghalangi Nabi Harun as untuk bertindak. Tidakah ada seorang penolong pun dari kaumnya apabila Nabi Harun mengambil tindakan tegas….

  2. Sebagian orang menjadikan baiat Imam Hasan ini sebagai bukti bahwa Mu’awiyah tidak kafir. Tentu dalam perperangan Mu’awiyah terhadap Imam Aliy dan Imam Hasan, ia tidak dikatakan kafir melainkan dikatakan sebagai kelompok baaghiyah yang mengajak ke neraka. Adapun jika setelah pembaiatan ini Mu’awiyah menjadi kafir maka itu tidak bertentangan dengan baiat Imam Hasan tersebut. Pada saat itu Imam Hasan tidak membaiat seorang kafir melainkan membaiat seorang muslim yang tercela atau secara zahir ia mengaku muslim, seandainya Mu’awiyah bin Abu Sufyaan menyatakan kekafirannya niscaya tidak ada satupun orang islam yang akan mengikutinya.

    Kasian sekali, Hasan ra digambarkan oleh agama syiah, hidupnya penuh dg kepura-puraan, pura-pura membaiatlah. Padahal beliau orang yang gagah berani.

  3. Ciri2 fisik Muawiyah:
    1. Menderita impotensi krn terkena penyakit diabetes
    2. Overweight
    3. Mulut bau krn suka minum2an alkohol.

    Begitu buruknya muawiyah, sampai2 para nashiby sekalipun, malu memakai nama muawiya. Namanya saja buruk, apalagi orangnya…

  4. @K A B
    Saudara K A B, dimana anda temukan di tulisan ini yang menyatakan bahwa orang syi’ah menggambarkan Imam Hasan as hiduonya penuh dengan kepura2an?.
    Sementara ini saya memahami komentar anda sebagai hanya sebagai suatu “kebohongan, fitnah dan hasut”.
    Bagaimana menurut sunni dan menurut agama Wahaby dasar dari bai’at Imam Hasan as kepada Muawiyah?

    Salam damai.

  5. @salafy is dead
    Lebih baik anda menghentikan cara2/argumen2 yang serupa dengan wahaby. Apakah anda kehabisan hujjah? Hanya mereka yang kehabisan hujjah yang mencela pribadi/fisik seseorang.
    Jangan menghina idola orang lain karena mereka akan menghina idola anda dengan tanpa ilmu. Cara anda ini sama saja dengan anda memohon kepada lawan anda untuk menghina orang2 yang anda muliakan dan cintai.

    salam damai

  6. Salam

    Rasulullah saw telah menyatakan bhw, Hasan bin Ali ra akan mendamaikan dua kelompok besar muslim dr pertumpahan darah. Jd tdk ada yg aneh dr penyerahan kekhalifahan Hasan bin Ali ra kpd muawiyah bin abu sufyan. Walaupun Hasan bin Ali ra tahu bhw hak kekhalifahan sebenarnya ada pd Dirinya ra namun demi menjaga tertumpahnya darah sesama muslim maka Beliau ra mengalah. Ini sama dgn alasan Ayah dr Hasan ra (Ali bin Abu Thalib ra) membiarkan pengangkatan khalifah pertama di saqifah oleh SEBAGIAN sahabat Nabi saw. Sahabat Umar ra sendiri mengakui bhw pengangkatan khalifah pertama di saqifah itu sesuatu yg “tergesa-gesa”. Wallahualam. . . .

  7. Banyak orang awam “Syiah” mengira dan menyangka bahwa dengan menghina apa2 yang di hormati oleh saudara dari Sunni maka orang awam tersebut merasa telah melakukan tindakan membela ahlulbait bait. Sungguh konyol dan menggelikan pikiran seperti itu

    Mungkin benar kata guru saya, sifat dan tabiat orang itu sejatinya sama. Kita mengenal ada wahabi takfiri dan ada juga “syiah” yang….

    Al Quran Surah Al-an’am : 108
    “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan”

  8. @salafy is dead

    heem ente koq kyk suka mengadu domba sih. Weleh, weleh

  9. @TS08,

    dimana ya kata-kata saya yg mencela fisik Muawiya?

    Disampaikan bahwa Imam Ali digambarkan seorang yg botak, apakah jika ada orang mengatakan bahwa Imam Ali botak, maka itu menghina Imam Ali hanya karena mungkin saja botak menjadi bahan lelucon dibeberapa negara.

    Muawiya benar-benar seorang yg overweight, alkoholic dan jika makan tidak pernah merasa kenyang. Yg mengatakan itu bukan saya. Tetapi hadits yg juga sudah dijelaskan disini.

    Dan dimana-mana, orang yg overweight, makan tdk pernah merasa kenyang, tdk kuat berdiri karena overweight, dan alkoholic maka mereka memiliki ciri2 :
    1. Rentan terkena Diabetes
    2. Kemungkinan besar menderita impotensi atau ejakulasi dini tanpa hasil (edi tansil)
    3. Mulutnya bau karena bagian dalam tubahnya rusak karena alkohol dan penyakit diabetes yg dideritanya.
    4. Titit-nya kecil krn orang super overweight, seperti itulah.

    Lho, saya gak asal nyebut kan. Semua ciri2 fisik itu berdasar hadits dan kedokteran. Dimana salahnya? Dimana menghinanya?

    Pahit memang kata-kata saya terutama bagi takfiry salafy wahabi saudi, tapi apa boleh buat..

Tinggalkan komentar