Kelakar Tipu Menipu

Judulnya memang “gak keren” dan mungkin setelah membacanya ada yang bilang “gak nyambung dengan isinya”. Maka dari itu lebih baik memandang tulisan ini sebagai satir gak penting obrolan sekali lewat, yang langsung terlupa dengan berlalunya masa.

Dari dulu saya merasakan “orang pada umumnya” tidak kritis dalam berbahasa. Itu juga berlaku buat saya sendiri, secara dalam kehidupan sehari-hari,  saya statusnya sama seperti anda adalah “orang pada umumnya“. Yang saya maksud adalah anggapan-anggapan yang kesannya lahiriah. Anggapan kalau ada diantara teman kita “yang menyebalkan” or “yang jenius” or “yang rupawan” or “yang dungu” or “yang pelit” or “yang baik” or “yang sesat” sampai ke versi aneh “yang patut diteladani” 😦

.

.

Bayangkan punya seorang teman yang suka meminta uang *secara artistik* tidak meminta secara langsung tetapi pintar sekali membuat kondisi agar kita yang membayar. Jumlahnya gak banyak sampai kalau mau ditagih kesannya “kita yang malu”. Mungkin orang-orang lain yang tidak sepintar saya gak sadar kalau dia ini penipu yang suka mengambil uang kecil dari orang lain, yah kalau uang kecil itu dikumpulkan bisa jadi besar juga kan

Misalnya nih, kalau pergi bareng naik angkot selalu kita yang bayar dengan alasan bermacam-macam “tidak punya uang kecil”  padahal memang seberapa gede sih uang dikantong sampai segitu yakinnya gak bisa disosokin atau “nanti pulangnya gantian” padahal waktu pulang ternyata gak bareng atau alasan  “sekali-sekali dibayarin” ini nih yang bikin miris seperti baru kali ini saja dibayarin. Ongkos angkot memang gak gede cuma “2000 perak” tetapi kalau keterusan dan dengan alasan yang [menurut saya] tidak bisa diterima jelas membuat saya beranggapan tipe orang seperti ini adalah pelit dan menyebalkan. Pintarnya, ia pandai sekali mengatur peruntungan. Ia membagi sasarannya tidak hanya pada satu orang tetapi pada orang lain yang berbeda-beda dengan kondisi yang berbeda pula. Tentu saja mereka yang jadi korbannya tidak menyadari toh siapa sih yang begitu beratnya mengeluarkan uang kecil. Penipu begitu kata saya di dalam hati

Ternyata saya sendiri sama, adakah saya mencelanya atau menunjukkan dengan jelas bahwa saya membencinya. Tidak, saya tetap beramah tamah dan berteman seperti orang lain pada umumnya. Jika ada teman wanita yang bertanya kepada saya tentang “orang Itu” saya tetap akan menyebutkan “baik”. Lucu sekali, kalau saya memberitahukan anggapan saya dengan dalil “2000 rp”. Beramah tamah senyum dan menyatakan pada orang lain bahwa dia baik tetapi di dalam hati tetap merasa “dia tidak layak jadi teman baik”. Dalam hati berkata “saya juga Penipu”.

Kasus diatas hanya salah satu contoh dari sekian banyak kasus dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya wajar-wajar saja dalam berhubungan dengan orang lain timbul aksi rekasi seperti di atas. Orang kan bermacam-macam sifatnya dan mungkin tidak ada yang tahu pasti bagaimana sifat orang lain. Hal ini terkait penilaian, dan yang namanya penilaian manusia terhadap manusia lain selalu tidak sempurna. Karena manusia bukan realitas yang selesai tetapi “yang menjadi”. Manusia adalah kumpulan dirinya semasa ia hidup. Sifat yang kita sematkan pada seseorang bukanlah hakikat orang tersebut melainkan persepsi kita yang sifatnya sementara dan mungkin saja salah. Dan celakanya kebanyakan orang mudah terpengaruh dengan “sifat yang disematkan”. Itulah yang menjelaskan mengapa gosip yang menyebar bisa menjadi fitnah, kebanyakan orang mudah terpengaruh dan percaya dengan penilaian orang lain.

.

.

Bagaimana anda berhadapan dengan orang lain?. Dengan Badu misalnya yang sejauh anda lihat adalah orang boros dan sering ingkar janji. Bagaimana kalau Badu adalah kakak ipar anda dan ia ingin meminjam uang dengan anda?. Ia berceloteh dengan semangat kalau uang itu untuk keperluan modal bisnis dan bisnis ini akan untung sehingga tidak perlu khawatir pasti akan dikembalikan. Mungkinkah anda berpikir dua kali untuk meminjamkan uang? tanya sana sini dan ternyata Badu punya setumpuk hutang dimana-mana. Anda jawab “maaf saya tidak punya uang yang cukup” keperluan saya dan keluarga saja belum cukup.

Kasus yang sederhana bukan, tetapi faktanya mungkin sedikit rumit. Keduanya sama-sama penipu dengan cara mereka sendiri. Alasan yang dikemukakan Badu memang benar tetapi ia tidak menceritakan bahwa yang dimaksud modal bisnis adalah untuk menutupi hutangnya akibat bisnisnya yang tidak berjalan lancar dan yang ia maksud “akan untung” adalah kalau ada tambahan modal maka ia optimis bisnis ini akan lancar kembali. Anda sendiri berkata benar kalau uang anda tidak cukup karena keperluan anda dan keluarga belum cukup hanya saja yang anda maksud cukup adalah walaupun anda punya simpanan uang, siapa yang bisa menjamin kebutuhan keluarga anda besok besok dan besok akan cukup. Intinya yang anda maksud adalah jika anda meminjamkan uang maka anda khawatir uang untuk kebutuhan keluarga anda tidak cukup.

.

.

Apa poin yang bisa ditangkap?. Pertama Bahasa dan kedua Persepsi. Secara umum orang pada umumnya tidak kritis dalam berbahasa. Secara umum persepsi orang tidak selalu benar dan bisa saja salah. Dua hal ini menjadi dasar terjadinya “tipu menipu” di kalangan manusia. Ketika teman saya berkata “saya tidak punya uang kecil” yang ia maksud uang kecil adalah lembaran ribuan sedangkan ia sendiri punya lembaran sepuluh atau dua puluh ribu. Secara bahasa yang ia nyatakan benar tetapi saya mempersepsi bahwa uang dikantongnya mungkin ratusan ribu yang biasanya tidak bisa diberikan uang kembaliannya oleh sopir angkot. Ketika saya mengatakan kepada salah seorang teman wanita bahwa ia orang baik, maka maksud saya “baik” disitu adalah sebagai orang yang bisa menjaga keuangannya dengan baik. Saya menyatakan begitu menurut persepsi dan bahasa saya dan terserah wanita itu mau mempersepsi kata “baik” yang saya gunakan.

Mengapa terjadi fenomena seperti ini?. Dalam kasus saya mungkin karena saya lebih suka berada di posisi aman. Saya tidak mau menjelekkan teman saya sendiri dan saya tidak mau ikut campur memberikan image buruk pada gadis yang sedang jatuh cinta. Toh penilaian saya bisa saja salah, maka alangkah buruknya kalau saya ikut andil menggagalkan cinta orang lain dengan penilaian yang belum tentu benar. Saya tidak tahu pasti bagaimana orang lain, tetapi secara garis besar fenomena ini terjadi karena sang pelaku memiliki tujuan tertentu.

  1. Teman saya bertujuan agar ia dapat uang gratisan [tidak salah kan].
  2. Badu bertujuan agar bisa dapat pinjaman.
  3. Si Anda bertujuan agar ia tidak memberi pinjaman tetapi tidak menyinggung Badu yang masih keluarganya sendiri.

Ternyata keahlian “tipu menipu” ini bisa diasah dan dilatih sehingga menjadi skill yang unik. Dengan mengandalkan kemampuan berbahasa yang lumayan dan kemampuan membentuk persepsi dalam pikiran orang lain maka anda bisa menjadi politisi yang handal orang yang luar biasa. Anda hampir bisa berbicara dan berkomunikasi dengan siapa saja, anda bisa menyesuaikan diri dengan baik dan menjadi “disukai oleh banyak orang” seperti prince sialan

Ah mungkin anda bukan tipe orang yang menginginkan “pujian dan disukai orang lain” tetapi saya yakin anda punya tujuan tertentu terhadap orang lain. Kemampuan ini jelas sangat berguna. Syarat mutlak yang harus anda miliki adalah

  1. Kemampuan untuk mengira-ngira persepsi yang muncul dari orang lain atau dalam bentuk yang ekstrem anda sendiri yang membentuk persepsi orang lain. Selanjutnya anda tinggal gunakan bahasa yang sesuai dengan persepsi orang tersebut. Agak ribet pada awalnya tetapi semakin sering dilatih akan semakin mudah [mungkin sih].
  2. Kemampuan berbahasa dan memanipulasi bahasa. Untuk melatih kemampuan berbahasa dan memanipulasi bahasa dengan baik, saya sarankan agar anda banyak membaca buku-buku motivasi atau mendengarkan ceramah motivasi [walaupun kata salah satu guru saya anda bisa jadi obesitas kalau keseringan mendengarkannya] :mrgreen:

Akhir kata ini bukan obrolan serius cuma obrolan sekali lewat dan harus anda lupakan setelah anda tidur. Penulis tidak bertanggungjawab dengan akibat buruk yang anda alami jika mempraktekkannya. Begitu pula sebaliknya, penulis tidak meminta imbalan jika anda mendapat peruntungan dari tipu menipu ini. Perhatikan anda sudah diingatkan dan Salam Damai

19 Tanggapan

  1. yaahh…
    dan ternyata setelah saya tidur saya melupakannya….waccalaamm..

  2. @kanjeng
    lha kalau begitu kapan anda komentar. Kalau anda komentar sebelum tidur maka tidak mungkin anda berkomentar seperti itu tetapi kalau anda komentar setelah tidur berarti anda masih ingat dong sampai perlu berkomentar seperti itu :mrgreen:

  3. @secondprince
    lha kalau begitu kapan anda komentar. Kalau anda komentar sebelum tidur maka tidak mungkin anda berkomentar seperti itu tetapi kalau anda komentar setelah tidur berarti anda masih ingat dong sampai perlu berkomentar seperti itu :mrgreen:

    Joe:Hehehe..Sudah dipastikan dia komentar sewaktu tidur(ngigau) :mrgreen:

  4. Akhir kata ini bukan obrolan serius cuma obrolan sekali lewat dan harus anda lupakan setelah anda tidur

    Jelas ini juga sebuah kelakar tipu-menipu :mrgreen:

    Salam

  5. @joe

    Tulisan bang Sp ini untuk kaum salafiun dan rombongannya… Dan mungkin anda termasuk didalamnya.

  6. Namaku BENTO”..

  7. Kayaknya saya punya bakat perihal yang satu ini, coba praktek ah mumpung blum tidur, semoga saja besok lupa..

    salam (kalo yang ini salam beneran bukan tipu menipu)

  8. @husainahmad
    Tulisan bang Sp ini untuk kaum salafiun dan rombongannya… Dan mungkin anda termasuk didalamnya.

    Joe: Terserah anda saja bro..

  9. walaaah…
    padahal sy baru pinjam duit ke kaka sy 🙂

  10. walaaah salah pake nickname
    sory@chany
    klarifikasi 🙂

  11. hahahahaha sp, sepz kritis seperti biasanya. mmpung masih siang blong jadi bleh dicba nich, heuheuheu 😀

  12. KESIMPULAN DARI TOPIK DIATAS MENURUT SAYA BUKAN MENURUT YG LAIN ADALAH SIKAP ‘ MEMAKSAKAN DIRI UNTUK BERBUAT BAIK DAN PADA SAAT BERSAMAAN MENUTUPI KEKECEWAAN DIRI, APAKAH KESIMPULAN SAYA ITU BENAR ATAU TIDAK TERSERAH AJA! HEHEHEHE

  13. Ahh rasanya koq sp sedang menipu dengan tulisan tsb.
    Saya belum mau menyatakan setuju dengan kesimpulan2 dan pernyataan sp.
    Kalau tidak berniat menipu, maka sp harus jelaskan dulu apa yang dimaksud menipu, supaya pembaca tidak tertipu, tapi juga janganlah penjelasan arti kata menipu dilakukan dengan cara menipu… 😀

    salam damai

  14. Wah, rinnegan! 😯

  15. Tipuan ala Falsafatunna…..i like this..

  16. bantu msaleh dong…..diobok obok tuh di blog sebelah…..

  17. ooooeeeeyyyyyyyy battu kemaiko njoooo msaleh??????

  18. Rinnegan…

  19. Kurang lebih dengan periwayat hadits AH

Tinggalkan komentar