Anomali Hadis Ummul Mukiminin Aisyah Ra : Dimanakah Ayat Sepuluh dan Lima Kali Susuan?

Anomali Hadis Ummul Mukiminin Aisyah Ra : Dimanakah Ayat  Sepuluh dan Lima Kali Susuan?

Terdapat hadis lain yang menjadi pembicaraan di kalangan ulama yaitu hadis yang berkaitan dengan nasikh dan mansukh ayat Al Qur’an. Ayat yang dimaksud menjelaskan tentang “susuan” yang menyebabkan seseorang menjadi “mahram”.

حدثنا يحيى بن يحيى قال قرأت على مالك عن عبدالله بن أبي بكر عن عمرة عن عائشة أنها قالت كان فيما أنزل من القرآن عشر رضعات معلومات يحرمن ثم نسخن بخمس معلومات فتوفي رسول الله صلى الله عليه و سلم وهن فيما يقرأ من القرآن

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya yang berkata aku membacakan di hadapan Malik dari ‘Abdullah bin Abi Bakar dari ‘Amrah dari Aisyah yang berkata “dahulu telah turun ayat Al Qur’an bahwa sepuluh kali susuan menjadikan seseorang sebagai mahram kemudian dinasakh dengan lima kali penyusuan. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] wafat dan ayat-ayat itu masih dibaca sebagai bagian dari Al Qur’an [Shahih Muslim 2/1075 no 1452]

حدثنا عبدالله بن مسلمة القعنبي حدثنا سليمان بن بلال عن يحيى ( وهو ابن سعيد ) عن عمرة أنها سمعت عائشة تقول ( وهي تذكر الذي يحرم من الرضاعة ) قالت عمرة فقالت عائشة نزل في القرآن عشر رضعات معلومات ثم نزل أيضا خمس معلومات

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah Al Qa’nabiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal dari Yahya [dia adalah Ibnu Sa’id] dari ‘Amrah bahwa ia mendengar Aisyah berkata dan dia menyebutkan mahram yang disebabkan persusuan. ‘Amrah berkata Aisyah berkata “telah turun ayat sepuluh kali susuan yang menyebabkan mahram kemudian turun ayat lima kali susuan” [Shahih Muslim 2/1075 no 1452]

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خُزَيْمَةَ قَالَ ثنا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ قَالَ ثنا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ نَزَلَ مِنْ الْقُرْآنِ لَا يُحَرِّمُ إلَّا عَشْرُ رَضَعَاتٍ ثُمَّ نَزَلَ بَعْدُ أَوْ خَمْسُ رَضَاعَاتٍ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khuzaimah yang berkata telah menceritakan kepada kami Hajjaaj bin Mihaal yang berkata telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Yahya bin Sa’id dari ‘Amrah dari Aisyah radiallahu ‘anhaa yang berkata telah turun ayat Al Qur’an “tidak menjadikan mahram kecuali sepuluh susuan” kemudian turun setelahnya “atau lima kali susuan” [Musykil Al Atsar Ath Thahawi 3/232]

Jika kita memperhatikan dengan seksama ketiga hadis shahih di atas maka ada sesuatu yang musykil. Hadis-hadis itu menyebutkan bahwa ada dua ayat Al Qur’an yang pernah turun kepada Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] yaitu

  • Ayat sepuluh kali susuan “tidak menjadikan mahram kecuali sepuluh susuan”
  • Ayat lima kali susuan “atau lima kali susuan”

Aisyah ra menjelaskan bahwa hukum “sepuluh kali susuan” menyebabkan mahram telah dinasakh dengan “lima kali susuan” menyebabkan mahram. Lalu dimana letak kemusykilannya?. Hadis shahih di atas menyebutkan kesaksian Aisyah ra bahwa yang dinasakh itu adalah hukumnya sedangkan bacaannya tetap. Dengan kata lain hadis shahih di atas menyatakan kedua ayat tersebut baik “lima susuan” atau “sepuluh susuan” merupakan bagian dari bacaan Al Qur’anul Karim. Perhatikan lafaz “Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] wafat dan ayat-ayat itu masih dibaca sebagai Al Qur’an”. Artinya menurut Aisyah ra, Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] sampai Beliau wafat tidak pernah menasakh bacaan ayat tersebut sehingga ayat-ayat tersebut tetap dibaca sebagai bagian dari Al Qur’an.

Faktanya dalam Al Qur’an tidak ditemukan adanya ayat yang menyebutkan “sepuluh kali susuan” atau “lima kali susuan”. Kemana perginya kedua ayat tersebut?. Apakah Al Qur’an mengalami tahrif?. Kita pasti serentak akan menjawab “tidak”. Al Qur’an selalu terjaga dari perubahan. Bagaimana menjelaskan kemusykilan hadis ini?. Aisyah ra dengan keutamaan Beliau sebagai istri Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] tetaplah seorang manusia yang tidak maksum, Beliau bisa saja keliru dalam hal ini, mungkin saja memang ada ayat yang turun “sepuluh kali susuan” atau “lima kali susuan” tetapi kedua ayat tersebut telah dinasakh tilawahnya.

  • Ayat sepuluh kali susuan, bacaan [tilawah] dan hukum-nya telah dinasakh oleh ayat lima kali susuan
  • Ayat lima kali susuan bacaan [tilawah]-nya dinasakh tetapi hukumnya tetap berlaku

Walaupun masih terlihat aneh, bagaimana bisa ayat yang menasakh ayat lain justru dinasakh juga bacaannya?. Tetapi setidaknya solusi ini masih lebih baik dari sekedar mencari-cari takwil yang bertentangan dengan lafaz hadisnya. Sebagian ulama telah membicarakan hadis ini dengan pembicaraan panjang, ada yang “bertele-tele” ada yang “maksa” ada yang sekedar menolak lafaz hadis “Rasulullah wafat dan ayat-ayat itu masih dibaca sebagai Al Qur’an” dengan alasan “syadz” padahal berdasarkan ulumul hadis, tidak ada yang pantas disebut “syadz” dalam hadis di atas. Ini adalah salah satu contoh bagaimana ulama mencari-cari dalih dan meninggalkan kaidah ilmu.

Sayangnya banyak para pentaklid buta yang tidak bisa membedakan “berbagai hujjah” para ulama. Mereka pikir semua yang dikatakan oleh Ulama adalah benar bahkan mereka beranggapan kalau hadis tidak pernah bisa dimengerti tanpa ulama. Jadi hadis telah berubah menjadi ulama dan ulama telah disakralkan sebagai hadis itu sendiri. Hadis boleh dipelintar pelintir sedangkan perkataan Ulama selalu benar dan tidak boleh dibantah. Kalau mau konsisten bersikap objektif maka perkaranya sederhana, kalau salah ya katakan salah, kalau benar ya katakan benar. Jangan mencari seribu satu alasan karena tidak bisa mengatakan “salah” ujung-ujungnya jika dilihat dengan pikiran jernih maka semua alasan itu tampak sekali salahnya.

7 Tanggapan

  1. mummmeet aku!!

  2. aku ya mumet,,,,ki,,,,

  3. Kita sepakat bahwa Alquran terjaga dari perubahan hanya faham wahabi salafy saja yang menyerang mazhab syiah bahwa syiah mengakui adanya tahrif Alquran.

    Wahabi dengan kejumudannya menyerang mazhab syi’ah bahwa di syi’ah meyakini adanya tahrif Alquran. Lantas bagaimana dengan adanya riwayat yang banyak yang menerangkan seolah2 riwayat ini menjelaskan tentang perubahan Alquran…? Apakah salafi tdk menerima atau mencari takwil yang lain atau juga hadis ini di hukumi menyendiri. Tapi biasanya salafi tdk akan mau menggunakan logika karena aturan main mereka.. Akal akan tunduk sama Wahyu, tapi demi membela sahabat Nabi dan menyelamatkan kitab pijakan mereka maka para salafiyun akan sekuat tenaga utk mencari takwilnya.

    Bang Sp telah banyak menuliskan tentang riwayat hadis seolah2 Alquran ada perubahan, Abu Darda’ yang di riwayat shahih Bukhari menjelaskan ttg srt al Lail ayat 1-3, riwayat Ibnu Umar – Fadha’il Quran Qaasim bin salam dan riwayat Aisyah ra pada tulisan ini.

    @Bang Sp, jadi bagaimana cara pendekatannya antara riwayat hadis shahih yg menerangkan adanya tahrif Alquran dengan realita Alquran yang ada sekarang ini, di sisi suni semua riwayat ini shahih yang menerangkan seolah2 adanya tahrif Alquran. Kami pribadi meyakini bahwa Alquran terjaga dari perubahan karena adanya ayat yang menerangkannya.
    Inna nahnu nazalna dzikra wa inna lahu lahafidhuun.

    Terima kasih – wasallam.

  4. MENURUT SAYA SEHARUSNYA TUGAS PARA ULAMA KHUSUSNYA MUI MULAI SERIUS MENGADAKAN PENGKAJIAN ULANG (STUDI KRITIS) TERHADAP HADIS2 YG DIANGGAP SAHIH YG SUDAH TERSEBAR DI INDONESIA UNTUK DIRUJUK KEMBALI DENGAN ALQUR’AN SBG SUMBER KEBENARAN, KARENA TERNYATA BANYAK HADIS SAHIH YG TERNYATA TIDAK SAHIH!

  5. Kalo di rumah tangga kita sendiri masih ruwet urusan tahrif al-Qur’an kok seenaknya ya mereka (khususon salafy) menuduh mazhab lain (syiah) Qur’an nya sdh di tahrih! jadi ini namanya maling teriak maling!

  6. […] Anomali Hadis Ummul Mukiminin Aisyah Ra : Dimanakah Ayat Sepuluh dan Lima Kali Susuan? […]

  7. Terimakasih..sedikit membantu..

Tinggalkan komentar