Apakah Ada Kitab Ali? : Mengkritik Tulisan “Kitab-kitab Samawi [dari Buku-buku Syiah]”

Apakah Ada Kitab Ali? : Mengkritik Tulisan “Kitab-kitab Samawi [dari Buku-buku Syiah]”

Sebagian orang yang memiliki kebencian terhadap syiah tidak memiliki kehalusan dalam berhujjah. Mereka dengan keterbatasan ilmu atau logika atau literatur sering mengeluarkan hujjah atau argumentasi yang bathil. Ada situs-situs salafy yang menampilkan tulisan dengan judul “Kitab-kitab Samawi [dari buku-buku Syiah]” yang merupakan kopipaste dari tulisan Husein Al Musawi [yang sudah terbukti kedustaannya]. Padahal argumentasi Husein Al Musawi itu sebenarnya bathil dan bertentangan dengan hadis-hadis yang tertera dalam kitab-kitab Sunni.

Hal yang dipermasalahkan oleh Husein Al Musawi adalah adanya kitab-kitab Samawi yang dimiliki para Imam Syiah. Kitab-kitab ini terkesan aneh dan eklusif hanya dimiliki para Imam Syiah dan diantaranya memuat karakteristik yang tidak bisa diterima akal menurut Husein Al Musawi. Setelah kami membaca tulisan tersebut kami akan mengkritik dua hal saja secara garis besar.

.

.

.

Metodologi Yang Cacat

Pertama : Cara penulisan atau metodologi yang dilakukan Husein Al Musawi adalah metode pengutipan biasa tanpa menilai validitas riwayat yang dikutip sehingga pembaca tidak mengetahui apakah riwayat tersebut shahih atau tidak. Ketika mencela syiah banyak sekali pengikut salafy yang menggunakan metode ini padahal metode ini sangat ditolak dalam mazhab salafy. Dalam tulisannya Husein Al Musawi hanya mengutip sumber dari Al Kafi dan Bihar Al Anwar tanpa menyebutkan apakah riwayat itu shahih atau tidak [di sisi Syiah]. Hal ini tidak jauh berbeda dengan orang yang mengutip berbagai hadis dari Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i, Sunan Abu Dawud, Musnad Ahmad, Mu’jam Ath Thabrani dan yang lainnya.

Siapa yang bisa menjamin kalau riwayat itu shahih?. Bukankah masih ada kemungkinan kalau Husein Al Musawi hanya mengutip riwayat-riwayat dhaif?. Secara metodologi tulisan Husein Al Musawi itu mengandung cacat dan tentu saja untuk menilai shahih tidaknya riwayat yang dikutip maka harus merujuk kepada ilmu hadis syiah atau pendapat ulama syiah. Bagian ini kami serahkan kepada mereka yang memang memiliki kompetensi soal keilmuan syiah terutama dari kalangan pengikut syiah sendiri.

.

.

.

Argumentasi Yang Bathil

Kedua : Alasan atau argumentasi Husein Al Musawi hanyalah syubhat-syubhat untuk menggiring pembaca sehingga terkesan kalau kitab-kitab tersebut tidak masuk akal atau meminjam salah satu bahasa Al Musawi “menyembunyikan ilmu”. Syubhat ini sebenarnya juga menyerang berbagai hadis Sunni dimana memang disebutkan ada kitab-kitab Samawi di sisi Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan ada kitab yang memang dimiliki oleh keluarga Nabi seperti Kitab Ali.

Telah terbukti dalam riwayat shahih kalau kitab Ali memang ada dan dimiliki atau diwariskan kepada keturunan Beliau salah satunya Muhammad Al Baqir yang dikenal sebagai salah satu Imam Syiah.

عبد الرزاق عن بن عيينة عن جعفر بن محمد عن أبيه قال في كتاب علي الجراد والحيتان ذكي

Abdurrazaq dari Ibnu ‘Uyainah dari Ja’far bin Muhammad dari Ayahnya yang berkata “di dalam kitab Ali disebutkan kalau belalang dan ikan adalah sembelihan” [Mushannaf Abdurrazaq 4/532 no 8761]

Atsar ini sanadnya shahih sampai Imam Muhammad Al Baqir. Abdurrazaq bin Hammam adalah seorang hafizh yang tsiqat [At Taqrib 1/599]. Sufyan bin Uyainah adalah seorang tsiqat faqih imam hujjah [At Taqrib 1/371]. Ja’far bin Muhammad adalah seorang yang shaduq faqih imam [At Taqrib 1/163] sedangkan ayahnya Muhammad bin Ali bin Husein Abu Ja’far Al Baqir adalah seorang yang tsiqat dan memiliki keutamaan [At Taqrib 2/114]. Atsar ini membuktikan kalau Kitab Ali itu memang ada dan dimiliki oleh Ahlul Bait keturunan Imam Ali yaitu Imam Muhammad Al Baqir.

Memang suatu hal yang aneh jika Kitab Ali yang dimiliki para Imam ahlul bait tidaklah masyhur di sisi Sunni, mungkin ada berbagai alasan yang bisa kita kemukakan tapi bukan itu pokok persoalannya. Kitab Ali itu memang ada dan di dalamnya mungkin terkandung banyak ilmu tetapi tidaklah benar jika dikatakan adanya Kitab Ali berarti ada fenomena “menyembunyikan ilmu” bagi umat islam. Orang yang berkata seperti ini sudah jelas tidak paham hadis Tsaqalain, bukankah hadis Tsaqalain menjelaskan kalau umat islam agar tidak tersesat maka hendaknya berpegang teguh pada Al Qur’an dan Itrah Ahlul Bait Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Jadi walaupun ada yang namanya kitab Ali atau kitab-kitab lainnya yang dimiliki para Imam, kalau umat islam berpegang teguh pada Itrah Ahlul Bait Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] maka umat dapat mengambil ilmu atau hikmah dari mereka. Adakah yang salah dengan belajar ilmu kepada mereka?.

Di antara kitab yang dikutip Husein Al Musawi ada kitab yang ia sebut Shahifah An Namus kitab yang memuat nama-nama pengikut syiah hingga hari kiamat. Al Musawi berusaha menggiring pembaca dengan menunjukkan bahwa kitab ini tidak bisa diterima akal dan logika. Al Musawi berkata kalau nama-nama pengikut syiah di Irak pada masa ia hidup saja bisa mencapai minimal seratus jilid, lalu berapa banyak jilid yang diperlukan untuk tempat-tempat lain? Dan berapa banyak jilid yang diperlukan untuk mencatat nama-nama mereka yang hidup hingga hari kiamat?. Sampai-sampai Husein Al Musawi mengandaikan jika tujuh lautan dijadikan lembaran maka tidak akan cukup untuk menuliskan nama-nama itu. Jadi menurut Husein Al Musawi riwayat adanya kitab ini tidak masuk akal tidak bisa diterima logika dan mustahil para Imam mengatakan demikian.

Mungkin ada baiknya Husein Al Musawi dan pengikut salafy yang bisanya kopipaste plus suka menelan “makanan” mentah memperhatikan hadis-hadis kami Ahlus Sunnah maka insya Allah mereka akan menemukan hal yang lebih mengejutkan. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] ternyata memiliki kitab samawi semacam ini yaitu kitab yang memuat nama-nama penghuni surga dan kitab yang memuat nama-nama penghuni neraka.

حدثنا قتيبة حدثنا الليث عن أبي قبيل عن شفي بن ماتع عن عبد الله بن عمرو بن العاصي قال  خرج علينا رسول الله صلى الله عليه وسلم وفي يده كتابان فقال أتدرون ما هذان الكتابان فقلنا لا يا رسول الله إلا أن تخبرنا فقال للذي في يده اليمنى هذا كتاب من رب العالمين فيه أسماء أهل الجنة وأسماء آبائهم وقبائلهم ثم أجمل على آخرهم فلا يزاد فيهم ولا ينقص منهم أبدا ثم قال للذي في شماله هذا كتاب من رب العالمين فيه أسماء أهل النار وأسماء آبائهم وقبائلهم ثم أجمل على آخرهم فلا يزاد فيهم ولا ينقص منهم أبدا فقال أصحابه ففيم العمل يا رسول الله إن كان أمر قد فرغ منه فقال سددوا وقاربوا فإن صاحب الجنة يختم له بعمل أهل الجنة وإن عمل أي عمل وإن صاحب النار يختم له بعمل أهل النار وإن عمل أي عمل ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم بيديه فنبذهما ثم قال فرغ ربكم من العباد فريق في الجنة وفريق في السعير

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah yang berkata telah menceritakan kepada kami Laits dari Abi Qabil dari Syufayy bin Maati’ dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin Ash yang berkata “Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] keluar menemui kami, ketika itu di tangan Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] terdapat dua buah kitab. Beliau berkata “tahukah kalian kedua kitab ini?”. Kami berkata “tidak tahu wahai Rasulullah kecuali Engkau mengabarkan kepada kami”. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata tentang kitab di tangan kanannya “Kitab ini berasal dari Tuhan semesta alam di dalamnya terdapat nama-nama penghuni surga [ahlul jannah] dan nama ayah-ayah mereka dan kabilah mereka, kemudian jumlahnya ditutup oleh orang terakhir dari mereka, tidak ada penambahan dan tidak ada pengurangan. Kemudian Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata tentang kitab yang ada di tangan kirinya “Kitab ini berasal dari Tuhan semesta alam di dalamnya terdapat nama-nama penghuni neraka dan nama-nama ayah mereka dan kabilah mereka, kemudian jumlahnya ditutup oleh orang terkahir dari mereka, tidak ada penambahan dan tidak ada pengurangan. Para sahabat berkata “apa manfaat amal wahai Rasulullah jika semua urusannya telah ditetapkan?”. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “berusahalah dan mendekatlah karena penghuni surga hidupnya akan diakhiri dengan amalan penghuni surga meski ia melakukan amal perbuatan apapun dan penghuni neraka akan diakhiri dengan amalan penghuni neraka meski ia melakukan amal perbuatan apapun. Kemudian Rasulullah berisyarat dengan kedua tangannya dan berkata “Tuhan kalian telah selesai dengan hamba-hambaNya, sebagian berada di surga dan sebagian yang lain berada di neraka” [Sunan Tirmidzi 4/449 no 2141]

Hadis riwayat ‘Abdullah bin ‘Amru bin Ash ini juga diriwayatkan Ahmad dalam Musnad-nya 2/167 no 6563, Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah no 348, An Nasa’i dalam Sunan Nasa’i 6/452 no 11473, Ibnu Abi Hatim dalam Tafsir-nya 10/3276 no 18474, Al Ajurri dalam Asy Syari’ah 1/384 no 347 dan Asy Syari’ah 1/385 no 348. Hadis ‘Abdullah bin ‘Amru bin Ash ini sanadnya shahih.

  • Qutaibah bin Sa’id adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ahmad bin Hanbal memujinya. Ibnu Ma’in, Abu Hatim dan Nasa’i menyatakan ia tsiqat. Al Hakim menyatakan ia tsiqat ma’mun. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Maslamah menyatakan ia tsiqat. [At Tahdzib juz 8 no 641]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit [At Taqrib 2/27]
  • Laits bin Sa’ad adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Sa’ad menyatakan ia tsiqat banyak meriwayatkan hadis shahih. Ahmad dan Ibnu Ma’in menyatakan ia tsiqat. Ali bin Madini berkata “tsiqat tsabit”. Al Ijli dan Nasa’i menyatakan tsiqat. Abu Zur’ah berkata “shaduq”. Ibnu Khirasy berkata “shaduq hadisnya shahih”. Yaqub bin Syaibah menyatakan tsiqat [At Tahdzib juz 8 no 834]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat tsabit faqih imam masyhur” [At Taqrib 2/48]
  • Abu Qabil adalah Huyay bin Haani’ termasuk perawi Bukhari dalam Adabul Mufrad, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Ahmad, Ibnu Ma’in dan Abu Zur’ah menyatakan ia tsiqat. Abu Hatim berkata “shalih al hadits”. Al Fasawi, Al Ijli dan Ahmad bin Shalih menyatakan ia tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan berkata “sering salah” [At Tahdzib juz 3 no 140]. Ibnu Hajar berkata “shaduq yahiim” [At Taqrib 1/253] dan dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib kalau Huyay bin Haani’ seorang yang tsiqat. [Tahrir At Taqrib no 1606]
  • Syufayy bin Maati’ adalah perawi yang diperselisihkan apakah ia sahabat atau bukan. Nasa’i menyatakan ia tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Al Ijli menyatakan ia tsiqat. Yaqub bin Sufyan menyatakan ia tsiqat. Abu Ja’far Ath Thabari menyatakan ia sahabat. Ath Thabrani menyatakan ia diperselisihkan status persahabatannya. [At Tahdzib juz 4 no 616]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/421]

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas sebagaimana yang disebutkan Al Lalka’iy dalam Syarh Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah no 607 dengan jalan sanad dari Abdurrahman bin Salman dari ‘Aqil dari Ikrimah dari Ibnu Abbas. Semua perawinya tsiqat kecuali Abdurrahman bin Salman, ia perawi yang hadisnya dapat dijadikan syawahid dan mutaba’ah. Abdurrahman bin Salman termasuk perawi Muslim, Abu Dawud dalam al marasil, dan Nasa’i. Ibnu Yunus menyatakan ia tsiqat. Bukhari berkata “fiihi nazhar”. Abu Hatim menyatakan ia mudhtharib al hadits tetapi tidak memiliki riwayat mungkar dan ia shalih al hadits. Abu Hatim juga membantah Bukhari yang memasukkannya ke dalam Adh Dhu’afa. Nasa’i berkata “tidak ada masalah padanya” [At Tahdzib juz 6 no 381]. Ibnu Hajar berkata “tidak ada masalah padanya” [At Taqrib 1/572].

Hadis dengan matan yang serupa juga diriwayatkan oleh Abdurrahman bin ‘Auf sebagaimana yang disebutkan Ahmad bin Muhammad bin Isa Al Birtiy dalam Musnad Abdurrahman bin ‘Auf 1/29 no 1 dengan sanad telah mengabarkan kepada kami Al Qa’nabiy dari Malik dari Ibnu Syihab dari Abdul Hamid bin Abdurrahman bin Zaid bin Al Khaththab dari Abdullah bin Abdullah bin Al Harits bin An Naufal dari Ibnu Abbas yang menyebutkan kisah saat terjadinya wabah di Syam dan saat itu Abdurrahman bin ‘Auf mengatakan hadis di atas.

Hadis Abdurrahman bin ‘Auf ini shahih para perawinya tsiqat. Al Qa’nabiy adalah Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab seorang yang tsiqat dan ahli ibadah [At Taqrib 1/535]. Malik bin Anas adalah seorang faqih imam darul hijrah pemimpin orang-orang mutqin dan tsabit [At Taqrib 2/151]. Ibnu Syihab adalah Az Zuhri adalah faqih hafizh yang disepakati kemuliaan dan keteguhannya, dia adalah pemimpin thabaqat keempat [At Taqrib 2/133]. Abdul Hamid bin ‘Abdurrahman bin Zaid bin Al Khaththab seorang yang tsiqat [At Taqrib 1/556]. Abdullah bin Abdullah bin Al Harits bin An Naufal adalah seorang yang tsiqat [At Taqrib 1/505].

Tidak diragukan lagi kalau hadis tersebut shahih tsabit dengan keseluruhan jalan-jalannya. Diantara ulama yang menyatakan hadis ini shahih adalah Syaikh Ahmad Syakir dalam Musnad Ahmad no 6563 dan yang menyatakan hadis ini hasan adalah Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ahadits Ash Shahihah no 848. Pendapat yang benar hadis tersebut shahih bukan hasan sebagaimana yang dikatakan Syaikh Al Albani.

Silakan perhatikan matan hadis Abdullah bin ‘Amru bin Ash di atas, disitu dijelaskan kalau Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] memiliki dua kitab samawi yaitu

  • Kitab yang memuat nama ahli surga nama ayah mereka dan nama kabilah mereka
  • Kitab yang memuat nama ahli neraka nama ayah mereka dan nama kabilah mereka

Apakah Husein Al Musawi atau pengikut salafy yang taklid dengannya akan mengatakan hadis ini tidak bisa diterima akal?. Bukankah nama penghuni surga dari dahulu sampai hari kiamat dan di seluruh dunia ada sangat banyak sekali begitu pula nama penghuni neraka dari kalangan terdahulu dan kemudian juga ada banyak sekali?. Jadi berapa jilid  kitab itu? Berapa banyak lautan yang harus dijadikan lembaran untuk menulis kitab ini?. Tapi bukankah di dalam hadis tersebut Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dengan mudah memegang kitab yang satu dengan tangan kanannya dan kitab yang lain dengan tangan kirinya. Apakah mau dikatakan mustahil Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengatakan demikian?. Apakah salafy itu dengan mudahnya mau menolak hadis shahih?.  Meminjam bahasa Husein Al Musawi : Kalaulah hadis ini diketahui oleh musuh musuh islam niscaya mereka akan bermulut “manis” menghina islam dan menyudutkan islam sehingga terobatilah kebencian mereka, begitukah wahai pengikut salafy?.

Apakah mustahil kalau Allah SWT menetapkan adanya kitab seperti ini? Jawabannya tidak, mungkin kitab seperti ini bukan konsumsi orang awam. Mungkin kitab ini harus dibaca dengan cara yang khusus sehingga tidak perlu sampai ribuan jilid. Mungkin kitab ini hanya bisa dibaca oleh orang-orang tertentu sesuai dengan kehendak Allah SWT yaitu Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan mungkin Ahlul Baitnya. Kemana perginya kedua kitab ini?. Hilang ditelan bumikah? Atau diwariskan kepada Ahlul Bait Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam]?. Kami pribadi tidak memiliki jawaban atas pertanyaan ini, tetapi tetap tidak menafikan kalau kitab samawi tersebut memang ada dan pernah ditunjukkan oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

Terakhir ada hal menggelikan yang dikutip oleh Husein Al Musawi dan diaminkan oleh pengikut salafy [yang memang hanya bisa bertaklid mentah] yaitu soal Al Qur’an Syiah yang berbeda dengan Al Qur’an yang ada sekarang. Ini cuma dusta lama yang sudah basi dan suka diulang-ulang oleh pengikut salafy dalam mencaci syiah. Mungkin memang sudah tabiat salafy suka yang mentah dan yang basi. Tidak ada gunanya Husein Al Musawi [dan pengikut salafy] mengutip berbagai riwayat soal tahrif Al Qur’an dalam kitab-kitab syiah, terlepas dari shahih tidaknya riwayat syiah tersebut maka sebenarnya ada cukup banyak riwayat yang serupa di dalam kitab-kitab Sunni yang shahih. Salafy dan pengikutnya memang hanya bisa mencela mazhab lain tetapi tidak mampu berkaca melihat apakah riwayat yang mereka cela itu ada atau tidak di dalam kitab-kitab yang dijadikan pegangan oleh mereka. Kedua mazhab Sunni dan Syiah berlepas diri dari riwayat-riwayat tersebut. Cukup banyak ulama baik dari Sunni atau Syiah yang menolak riwayat-riwayat tersebut. Mereka sama-sama meyakini kalau Al Qur’an itu terjaga dari perubahan karena Allah SWT yang menjaganya. Cuma salafy saja yang meyakini kalau terdapat Al Qur’an yang sudah mengalami perubahan. Dan kita semua umat islam harus berlepas diri dari keyakinan seperti ini. Salam Damai

Note : Tulisan Husein Al Musawi “Kitab-kitab Samawi [dari buku-buku Syiah]” dapat pembaca lihat di buku fenomenal-nya “Mengapa Saya keluar Dari Syiah” atau search saja di google karena sudah banyak dikopipaste oleh pengikut salafy.

28 Tanggapan

  1. pertamax gannn…..
    Laknatullah to qadhafi…

  2. @SP
    Apakah itu juga satu dalil/bukti bahwa Rasulullah tidaklah buta huruf?

    Salam damai.

  3. @SP

    Jadi sebetulnya apa sih yang menyebabkan “Husein al Musawi” keluar dari syiah? Karena adanya riwayat2 yang dhaif (“tidak masuk akal”) di syiah?
    Nahh kalau dia pindah ke sunni dan kemudian disana juga dia menemukan riwayat2 yang dhaif (“tidak masuk akal”) apakah dia akan keluar dari sunni?
    Akan pindah kemana lagikah dia?.

    salam damai

  4. @truthseeker

    Husein musawwi mah persis kaya wiro sableng pendekar 212 yg bisa pindah2 dlm kurun waktu ratusan tahun dan dlm berbagai tempat sesuai permintaan penulisnya/sutradaranya…jadi kalo tokoh khayalan mah bisa kemana2 tergantung khayalan si penulis dusta itu hehehe

  5. Sekian tahun mengikuti website SP memberi kesan bhw dengan meneliti dan mengkaji hadis2 Sunni sendiri kita mendpt suatu kenyataan bhw apa yg menjadi keyakinan umum para penganut Sunni ternyata banyak yg harus dikoreksi tanpa mengkambing hitamkan Syiah atau mazhab lain.

    Sayangnya para penganut Sunni terutama para ulamanya terkesan tidak tahu atau tahu tp pura2 tsk tahu ttg hadis2 populer yg sebenarnya bermasalah, contohnya yg menyangkut para sahabat, tahrif Al-Quran dsb.

    Akhirnya untuk menutupi kelemahan maka biasanya Sunni menggunakan hadis2 dhaif Syiah untuk memvonis Syiah.

    Saya pribadi sekian puluh tahun sbg pengikut Sunni baru tahu bhw hadis Tsaqalain dg redaksi “Kitabullah dan Ithrah Ahlul Baiti” ternyata lebih sahih ketimbang redaksi “Kitabullah wa Sunnati”.

    Rupanya kebanyakan teman2 Sunni lebih membanggakan Ilmu Musthalah Hadis ketimbang mengimplementasikannya yakni melakukan penelitian kesahihan hadis itu sendiri.

    Jadi alangkah lebih bijak kalau kita lebih memfokuskan pembenahan di internal kita sendiri ketimbang menyerang mazhab lain. Contohnya dlm Ilmu Musthalah Hadis Sunni khususnya dlm ilmu jarh wa ta’dil tdk berlaku untuk para sahabat tertentu. Mereka tdk boleh diutak-atik. Mereka kebal hukum. Padahal mrk manusia biasa. Ini hrs dibenahi.

  6. Mr. Bob
    Saya hanya melihat kecenderungan (keterjebakan) dari kita semua ketika “bermaksud mencari kebenaran”, ternyata kita lebih banyak melakukannya dengan cara mencari2 kesalahan2 pihak lain/seberang (bukan hanya dalam mazhab lain namun juga dalam agama lain).
    Bagi saya kebenaran bukan hanya karena orang lain salah.

    Semua agama ataupun mazhab tidak lepas dari cerita2 dhaif. Sehingga tidaklah tepat menghakimi/mencela agama/mazhab dari cerita2 dhaif tsb, karena jika ia konsisten maka akan ada cela yang banyak pula dalam mazhab/agamanya sendiri.
    Ada baiknya ia menanyakan terlebih dahulu apakah cerita dhaif tsb menjadi aqidah/keyakinan baginya.

    Salam damai

  7. Telah terbukti dalam riwayat shahih kalau kitab Ali memang ada dan dimiliki atau diwariskan kepada keturunan Beliau salah satunya Muhammad Al Baqir yang dikenal sebagai salah satu Imam Syiah.
    عبد الرزاق عن بن عيينة عن جعفر بن محمد عن أبيه قال في كتاب علي الجراد والحيتان ذكي

    Abdurrazaq dari Ibnu ‘Uyainah dari Ja’far bin Muhammad dari Ayahnya yang berkata “di dalam kitab Ali disebutkan kalau belalang dan ikan adalah sembelihan” [Mushannaf Abdurrazaq 4/532 no 8761]

    Terdapat atsar-atsar yang shahih dari Imam ali sendiri yang membantah bahwa beliau memiliki suatu kitab khusus selain Al-Qur’an dan shahifah (lembaran) di sarung pedangnya yang khusus untuk beliau dan tidak diberitakan kepada kaum muslimin.

    وحدثنا أبو كريب حدثنا أبو معاوية حدثنا الأعمش عن إبراهيم التيمي عن أبيه قال خطبنا علي بن أبي طالب فقال من زعم أن عندنا شيئا نقرأه إلى كتاب الله وهذه الصحيفة ( قال وصحيفة معلقة في قراب سيفه ) فقد كذب فيها أسنان الإبل وأشياء من الجراحات وفيها قال النبي صلى الله عليه و سلم المدينة حرم ما بين عير إلى ثور فمن أحدث فيها حدثا أو آوى محدثا فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين لا يقبل الله منه يوم القيامة صرفا ولا عدلا وذمة المسلمين واحدة يسعى أدناهم ومن ادعى إلى غير أبيه أو انتمى إلى غير مواليه فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين لا يقبل الله منه يوم القيامة صرفا ولا عدلا

    Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Amasy dari Ibrahim At Taimi dari Ayahnya bahwa Ali bin Abi Thalib berkhutbah “Barang siapa mengatakan bahwa kami memiliki sesuatu yang kami baca selain Kitab Allah dan Shahifah (lembaran) ini [berkata Ayah Ibrahim : lembaran yang tergantung di sarung pedangnya] maka sungguh dia telah berdusta. Di dalamnya terdapat penjelasan tentang umur unta dan diyat. Di dalamnya juga terdapat perkataan Nabi SAW “Madinah itu adalah tanah haram dari ‘Air hingga Tsaur. Barang siapa yang membuat maksiat di Madinah atau membantu orang yang membuat maksiat maka dia akan mendapat laknat Allah, para malaikat dan umat manusia seluruhnya dan tidak akan diterima taubat dan tebusannya di hari kiamat kelak. Jaminan perlindungan(dzimmah) kaum muslimin itu sama dan berlaku pula oleh orang yang terendah dari mereka. Barangsiapa menasabkan diri kepada orang yang bukan ayahnya atau menisbatkan diri kepada selain maulanya maka dia akan mendapat laknat Allah, para malaikat dan umat manusia seluruhnya dan tidak akan diterima taubat dan tebusannya di hari kiamat kelak. [Shahih Muslim 2/994 no 1370 dan Shahih Muslim 2/1146 tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi]
    حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا محمد بن جعفر ثنا شعبة عن سليمان عن إبراهيم التيمي عن الحرث بن سويد قال قيل لعلي رضي الله عنه أن رسولكم كان يخصكم بشيء دون الناس عامة قال ما خصنا رسول الله صلى الله عليه و سلم بشيء لم يخص به الناس إلا بشيء في قراب سيفى هذا فاخرج صحيفة فيها شيء من أسنان الإبل وفيها ان المدينة حرم من بين ثور إلى عائر من أحدث فيها حدثا أو آوى محدثا فإن عليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين لا يقبل منه يوم القيامة صرف ولا عدل وذمة المسلمين واحدة فمن أخفر مسلما فعليه لعنه الله والملائكة والناس أجمعين لا يقبل منه يوم القيامة صرف ولا عدل ومن تولى مولى بغير أذنهم فعليه لعنه الله والملائكة والناس أجمعين لا يقبل منه يوم القيامة صرف ولا عدل

    Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far yang berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Sulaiman dari Ibrahim At Taimi dari Al Harts bin Suwaid bahwa dia berkata “Ditanyakan kepada Ali, Apakah Rasul kalian pernah menyampaikan sesuatu secara khusus kepada kalian dimana Beliau tidak menyampaikannya kepada seluruh manusia?. Ali menjawab Rasulullah SAW tidak pernah menyampaikan sesuatu secara khusus kepada kami dimana Beliau tidak menyampaikannya kepada manusia kecuali sesuatu yang ada dalam sarung pedangku ini. Ali pun mengeluarkan lembaran yang berisi sesuatu dari umur unta. Dalam lembaran tersebut tertulis “Madinah itu adalah tanah haram dari ‘Air hingga Tsaur. Barang siapa yang membuat maksiat di Madinah atau membantu orang yang membuat maksiat maka dia akan mendapat laknat Allah, para malaikat dan umat manusia seluruhnya dan tidak akan diterima taubat dan tebusannya di hari kiamat kelak. Jaminan perlindungan(dzimmah) kaum muslimin itu sama dan barang siapa melanggarnya maka dia akan mendapat laknat Allah, para malaikat dan umat manusia seluruhnya dan tidak akan diterima taubat dan tebusannya di hari kiamat kelak. Barang siapa memperbudak seorang budak tanpa seizinnya maka dia akan mendapat laknat Allah, para malaikat dan umat manusia seluruhnya dan tidak akan diterima taubat dan tebusannya di hari kiamat kelak. [Musnad Ahmad 1/151 no 1297 tahqiq Syaikh Syu’aib Al Arnaut dan ia berkata “hadis shahih sesuai dengan syarat Bukhari Muslim. Syaikh Ahmad Syakir dalam Syarh Musnad Ahmad no 1297 menyatakan bahwa sanad ini merupakan sanad yang paling shahih]

    حدثنا ‏ ‏محمد بن كثير ‏ ‏أخبرنا ‏ ‏سفيان ‏ ‏عن ‏ ‏الأعمش ‏ ‏عن ‏ ‏إبراهيم التيمي ‏ ‏عن ‏ ‏أبيه ‏ ‏عن ‏ ‏علي ‏ ‏رضي الله عنه ‏ ‏قال ‏
    ‏ما كتبنا عن رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏إلا القرآن وما في هذه الصحيفة قال قال رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏المدينة ‏ ‏حرام…

    Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Al-A’masyi dari Ibrahim At-Taimi dari Ali radhiyallahu ‘anhu : “Kami tidak mencatat/menulis sesuatu dari Rasulullah shalallahu alaihi wassalam kecuali Al-Qur’an dan apa yang ada pada shahifah”. Bersabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam : “Madinah itu adalah tanah haram… (HR Abu Dawud dalam Kitab Manasik 2/216)

    عَنْ أَبِي الطًُّفَيْلِ قَالَ سُئِلَ عَلِيٌّ أَخَصَّكُمْ رُسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَمَ بِشَيْءٍ فَقَالَ مَا خَصَّنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَيْءٍ لَمْ يَعُمْ بِهِ النَّاسَ كَافَّةً إِلاَّ مَا كَانَ فِي قُرَابِ سَيْفِي هَذَا قَالَ فَأَخْرَجَ صَحِيْفَةً مَكْتُوْبٌ فِيْهَا لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ…

    Diriwayatkan dari Abu Thufail bahwa Ali radhiallahu ‘anhu ditanya: “Apakah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengkhususkan sesuatu kepadamu?. Maka beliau menjawab: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak mengkhususkan aku dengan sesuatu pun yang beliau tidak menyebarkannya kepada manusia, kecuali apa yang ada di sarung pedangku ini. Kemudian beliau mengeluarkan lembaran dari sarung pedangnya yang tertulis padanya: Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah… “ (HR Muslim, Bab Kitab Adhahi, bab Tahriimu dzabhi lighairillahi wa la’nu faa’ilihi)

    Maka jelaslah bahwa Imam Ali tidak memiliki suatu kitab khusus selain kitabullah dan lembaran atau shahifah (bukan sebuah kitab) yang ada pada sarung pedang beliau yang isinya sudah disampaikan saat itu kepada kaum muslimin, maka atsar Imam Bagir yang diriwayatkan oleh Abdurrazaq di atas bertentangan dengan atsar-atsar yang shahih dari Imam Ali sendiri dan tidak bisa dijadikan hujjah.

    Apalagi kitab-kitab samawi yang konon-nya khusus dimiliki oleh Imam Ali yang banyak disinggung dalam referensi kaum Syi’ah. Dimana dalam kitab-kitab tersebut konon terdapat hal-hal yang sifatnya ghaib.

  8. @sok tahu banget

    atsar-atsar yang anda maksud semuanya sudah menjelaskan pernyataan Imam Ali yaitu berkenaan dengan pertanyaan penanya bahwa apakah Imam Ali menyimpan sesuatu dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang tidak disampaikan kepada manusia?. Nah kitab Ali itu kan termasuk sesuatu yang disampaikan kepada manusia buktinya Imam Baqir menyatakan itu kepada orang yang bertanya kepada Beliau. Jadi kitab Ali juga disampaikan kepada manusia kalau ada manusia yang bertanya berkenaan dengan perihal tertentu.

    Selain itu, bisa saja tuh pada saat orang bertanya kepada Imam Ali, Kitab Ali belum ditulis oleh Imam Ali tetapi baru setelahnya Imam Ali menuliskannya. Jadi masih sesuai dengan apa yang tertulis. Atsar Abdurrazaq itu shahih, pernyataan anda justru berkesan mengatakan kalau Imam Baqir mengada-adakan suatu kitab yang bernama Kitab Ali. Kalau begitu saya berlepas diri dari anda.

    Apalagi kitab-kitab samawi yang konon-nya khusus dimiliki oleh Imam Ali yang banyak disinggung dalam referensi kaum Syi’ah. Dimana dalam kitab-kitab tersebut konon terdapat hal-hal yang sifatnya ghaib.

    Wah mana saya tahu benar atau tidak soal itu silakan tuh anda tanya orang-orang syiah, tetapi kalau anda mempermasalahkan soal isinya yang ghaib maka saya tanya apa menurut anda kitabnya Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang berisi nama penghuni surga dan neraka tidak termasuk hal ghaib?. Jadi tidak ada yang patut dipermasalahkan jika ada suatu kitab yang isinya mengandung hal-hal ghaib. Kalau anda bisa mempermasalahkan riwayat mazhab lain maka bagaimna sikap anda terhadap riwayat yang memuat hal yang sama dalam kitab pegangan anda sendiri. Standar ganda heh :mrgreen:

  9. Sebagian orang yang memiliki kebencian terhadap syiah tidak memiliki kehalusan dalam berhujjah. Mereka dengan keterbatasan ilmu atau logika atau literatur sering mengeluarkan hujjah atau argumentasi yang bathil

    kalo kebencian yang dikedepankan maka hujjah dan logika berada di pantat (ma’af)…(tak berfungsi)
    segala sesuatu akan dilihat dengan kacamata kebencian dan su’dhon!

    saya salut dengan antum yang sabar menghadapi manusia2 seperti itu….

    harapan saya semoga antum tak bosan2 memberi pencerahan kepada kita dan selalu meng update blog nya, semoga Allah SWT membalas usaha dan ketulusan antum… Amin

    Wallahu musta’an

  10. Barang siapa mengatakan bahwa kami memiliki sesuatu yang kami baca selain Kitab Allah dan Shahifah (lembaran) ini [berkata Ayah Ibrahim : lembaran yang tergantung di sarung pedangnya] maka sungguh dia telah berdusta.

    Artinya, selain 2 itu ga ada lagi yang lain.

    Pernyataan beliau ini sudah sangat jelas saya kira 🙂

    Kekeliruan bukan pada Imam Baqir, bisa jadi kekeliruan pada Abdurrazaq.

    Wah mana saya tahu benar atau tidak soal itu silakan tuh anda tanya orang-orang syiah, tetapi kalau anda mempermasalahkan soal isinya yang ghaib maka saya tanya apa menurut anda kitabnya Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang berisi nama penghuni surga dan neraka tidak termasuk hal ghaib?. Jadi tidak ada yang patut dipermasalahkan jika ada suatu kitab yang isinya mengandung hal-hal ghaib. Kalau anda bisa mempermasalahkan riwayat mazhab lain maka bagaimna sikap anda terhadap riwayat yang memuat hal yang sama dalam kitab pegangan anda sendiri. Standar ganda heh :mrgreen:

    Tidak ada masalah saya kira dg riwayat yg anda sebutkan, itu kitab khusus untuk Nabi SAW, dan sampai di situ saja, kalau untuk ahlul bait atau imam syi’ah ntar dulu, tidak terdapat keterangan apapun bahwa Nabi SAW mewariskannya kepada ahlul bait beliau dan sdh terbukti dari Imam Ali sendiri yg mengatakan tidak ada sesuatu bacaan yg beliau peroleh dari Nabi SAW melainkan Al-Qur’an dan shahifah yg tergantung di sarung pedang beliau.

    Jika ditanyakan kemana kitab2 tsb, ya Wallahu A’lam, saya lebih cenderung meyakini kitab pengetahuan akan hal yang ghaib tersebut diangkat kembali oleh Allah ke sisi-Nya setelah Nabi SAW wafat. Jadi kitab tsb khusus untuk Nabi SAW saja. dan itu hal wajar untuk Nabi SAW, Yang jadi masalah bagi saya adalah adanya kedustaan bahwa imam2 syi’ah memiliki kitab2 spt itu, padahal penghulu Imam Ahlul Bait yaitu Imam Ali telah membantahnya dengan sangat jelas dan tegas. 🙂

  11. Selain itu, bisa saja tuh pada saat orang bertanya kepada Imam Ali, Kitab Ali belum ditulis oleh Imam Ali tetapi baru setelahnya Imam Ali menuliskannya.

    Logis! Dalam hal ini, sebaiknya sdr. STB mengkaji atsar-atsar yang ada sampai era Imam Ja’far, jangan cuma terhenti pada atsar-atsar di era Imam Ali.

  12. @sok tahu banget

    Artinya, selain 2 itu ga ada lagi yang lain.

    Pernyataan beliau ini sudah sangat jelas saya kira

    ehem kayaknya anda belum membaca atau pura-pura tidak membaca kan bisa dipahami bahwa pada masa itu Imam Ali memang belum menuliskannya namun setelah itu maka Imam Ali menuliskan Kitab Ali hingga akhirnya sampai kepada Muhammad Al Baqir. Itu masih logis dan tidak ada satupun atsar yang mesti ditolak. Apalagi anda yang mudahnya menuduh Abdurrazaq yang keliru. Keliru atau Mengada-ada, itu sesuatu yang beda lho :mrgreen:

    Tidak ada masalah saya kira dg riwayat yg anda sebutkan, itu kitab khusus untuk Nabi SAW, dan sampai di situ saja, kalau untuk ahlul bait atau imam syi’ah ntar dulu, tidak terdapat keterangan apapun bahwa Nabi SAW mewariskannya kepada ahlul bait beliau dan sdh terbukti dari Imam Ali sendiri yg mengatakan tidak ada sesuatu bacaan yg beliau peroleh dari Nabi SAW melainkan Al-Qur’an dan shahifah yg tergantung di sarung pedang beliau.

    Wah maaf Mas yang saya komentari itu kan soal sikap anda terhadap kitab yang katanya mengandung hal ghaib. Anda gak usah buru-buru menuduh syiah berdusta soal ini. Perkara syiah meyakini ma’sumnya imam mereka sama seperti perkara anda meyakini ma’sumnya Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Jadi kalau ada kitab yang isinya ghaib di sisi Imam Mereka maka apa hak anda mengatakan mereka berdusta toh mereka menerima hadis Imam2 mereka [dengan asumsi riwayat itu shahih di sisi mereka]. Duduk persoalannya kan sama persis dengan anda yang meyakini Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] punya kitab ghaib karena ada hadis shahih yang menjelaskannya. Jadi jangan sok “elegan” berkata “tidak ada masalah”. Ya memang tidak ada masalah kalau anda untuk diri anda dan mereka [syiah] untuk diri mereka. Yang menyebabkan timbul masalah ketika anda mulai mencela, menuduh dusta soal Syiah hanya karena Imam mereka punya kitab ghaib. Lucu bin ajaib jadinya 🙂

    Jika ditanyakan kemana kitab2 tsb, ya Wallahu A’lam, saya lebih cenderung meyakini kitab pengetahuan akan hal yang ghaib tersebut diangkat kembali oleh Allah ke sisi-Nya setelah Nabi SAW wafat. Jadi kitab tsb khusus untuk Nabi SAW saja. dan itu hal wajar untuk Nabi SAW, Yang jadi masalah bagi saya adalah adanya kedustaan bahwa imam2 syi’ah memiliki kitab2 spt itu, padahal penghulu Imam Ahlul Bait yaitu Imam Ali telah membantahnya dengan sangat jelas dan tegas

    Silakan anda dengan keyakinan anda. Kalau saya pribadi saya sih tidak tahu menahu soal itu karena saya belum menemukan hadis yang menjelaskan soal itu. Sama halnya dengan saya juga tidak menemukan tuh ada riwayat yang menyebutkan kitab tersebut diangkat. Anda mau berkata begitu silakan mereka mau berkata begini silakan. Kalau saya sih tinggal nyantai saja bilang “mungkin anda benar” atau “mungkin mereka benar”. Pastinya saya tidak tahu :mrgreen:

  13. Madinah itu adalah tanah haram dari ‘Air hingga Tsaur. Barang siapa yang membuat maksiat di Madinah atau membantu orang yang membuat maksiat maka dia akan mendapat laknat Allah, para malaikat dan umat manusia seluruhnya dan tidak akan diterima taubat dan tebusannya di hari kiamat kelak. Jaminan perlindungan(dzimmah) kaum muslimin itu sama dan barang siapa melanggarnya maka dia akan mendapat laknat Allah, para malaikat dan umat manusia seluruhnya dan tidak akan diterima taubat dan tebusannya di hari kiamat kelak. Barang siapa memperbudak seorang budak tanpa seizinnya maka dia akan mendapat laknat Allah, para malaikat dan umat manusia seluruhnya dan tidak akan diterima taubat dan tebusannya di hari kiamat kelak. [Musnad Ahmad 1/151 no 1297]

    Alhamdulillah. Telah masyhur bahwa selepas wafatnya Imam Hasan, Muawiyah membiarkan gubernur-nya untuk manzalimi penduduk Madinah. Pun demikian, Yazid putra Muawiyah membiarkan para panglimanya membunuhi para penduduk madinah bahkan memperkosa para wanitanya.

    Berdasar hadist ini, makin jelas-lah bahwa baik Muawiyah maupun putranya, merupakan orang-orang terlaknat.

    Muawiyah, laknatullah alaihi.
    Yazid putra Muawiyah, laknatullah alaihi

  14. @secondprince,

    Abdurrazaq dari Ibnu ‘Uyainah dari Ja’far bin Muhammad dari Ayahnya yang berkata “di dalam kitab Ali disebutkan kalau belalang dan ikan adalah sembelihan” [Mushannaf Abdurrazaq 4/532 no 8761]

    Atsar yang anda kutip diatas, sepengetahuan saya, tidak shahih menurut salafy. Karena menurut salafy/wahhabi, Imam Husein as itu tidak tsiqat karena memberontak terhadap khalifah yang sah saat itu, Yazid (laknatullah). Jika Imam Husein tidak tsiqat, maka semua keturunannya juga tidak tsiqot.

    Itulah logika dangkal kaum wahhabi/salafy.
    Jika wahhabi/salafy dapat mempercayai bahwa bumi itu ceper, maka mereka akan dapat mempercayai apapun walaupun tidak masuk akal.

    @bob,

    Setelah diktator tunisia dan mesir tumbang, insyaAllah, dikator Libya, Jordania, Bahrain, Yaman, dan tentunya dikator Saudi Arabia akan menyusul. Amiinnn, amiin, aminn, ya Allah.

    Masa depan wahhabi/salafy kelihatannya semakin suram kedepannya. hehehehe …

    Mudah2an Mekkah dan Madinah dipercepat untuk lepas dari cengkeraman wahhabi/salafy …

    Mudah2an para TKW Indonesia yang banyak diperkosa di Arab Saudi, dapat kembali memperoleh hak-hak mereka. Masak wanitanya dihukum rajam, lelakinya dibiarkan bebas. Kemana tuh para ulama wahhabi/salafy-nya? Jenggot mulu sih dipelihara …

  15. Suatu kenyataan hidupyang tak terbantahkan bahwa setiap orang memiliki kemampuan dan tingkat pemahaman yang berbeda2.
    Pengajaran yang diajarkan oleh seorang guru bisa saja sama, namun pemahaman dan kedalaman yang diterima bisa berbeda2. Bahkan kita sering temukan ada murid yang tidak paham, salah paham, namun juga ada yang mampu menjelaskan pengajaran sang guru dengan dalam.
    Jika kemudian seorang murid yang jenius/spesial tsb membuat sebuah buku (dari pengajaran sang guru), dan buku itu tidak mampu dibuat oleh murid2 yang lain, maka janganlah salahkan sang guru menyimpan (membeda2kan) ilmu.
    Terlebih lagi pada ilmu batin yang tidak bertepi.

    Jika kita cermati dengan baik maka tidak perlu adanya keheranan2 akan hal ini. Silakan renungkan dalil2 berikut:

    Nabi SAW bersabda :” Barang siapa yang mengamalkan ilmu yang ia ketahui maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui.”
    “Dan bertakwalah kepada Allah; (niscaya) Allah (akan) mengajarmu”. (QS.al-Baqarah/282).

    PS: kenyataan tak terelakkan pula di kehidupan kita ada ulama2 yang mampu membuat buku2 yang luar biasa, namun ada juga yang tidak, walaupun hadir dari guru yang sama.

    Salam damai.

  16. @truthseeker,

    betul sekali. Itulah kenapa si Husein musawwi ini suka pindah2 mazhab. Waktu ikut syiah, otak-nya gak nyampe, maka dia keluar syiah. Waktu pindah ke sunni, otaknya juga gak nyampe, maka dia keluar dari sunni. Akhirnya, si Husein musawwi coba-coba masuk jadi sunni. Wah doi jadi tambah pusing. Akibatnya, rambut kepalanya jadi rontok, dan jenggotnya panjang tidak beraturan.

    Keluar-lah doi dari anggota sufi. Akhirnya si Husein musawwi pindah ke Wahhabi/Salafy. Eh disini, si Husein musawwi dianggap orang pinter. Katanya orang salafy/wahhaby, tuh si Husein musawwi kepalanya botak kebanyakan mikir dan jenggotnya morat-marit gak pernah disisir. Itu ciri-ciri orang pinter.

    Jadilah si Husein musawwi ini ulama kebanggaan salafy/wahhabi. Rata-rata ulama wahhabi/salafy ya seperti si Husein musawwi ini. Kalo masuk syiah, sunni atau sufi, cuma masuk kasta bawah, sekelas guru madrasah ibtidaiyah .. (Jangan salah tafsir ya, Bukannya merendahkan guru madrasah ibtidaiyah). Nah, waktu masuk wahhabi/salafy, si Husein musawwi naik kasta jadi ulama. Tentu saja si Husein musawwi kerasan masuk wahhabi/salafy.

    Makanya jangan heran, jika ulama wahhabi/salafy sekelas Bin Baz saja mampu mengeluarkan fatwa bahwa bumi itu ceper dan matahari mengelilingi bumi .. wakakakakaka…

    Lho, Bin Baz aja seperti itu, apalagi pengikutnya … bwahahahahaha …

    Makanya, saya agak prihatin, kenapa secondprince membuang2 waktu mengkritik tulisan si Husein musawwi ini … Gak perlu-lah @secondprince turun gunung segala untuk membantah si Husein musawwi. Cukup guru Madrasah Ibtidaiyah saja yang turun tangan … bwahahaha …

    Oh ya, lihat di You Tube, perdebatan ulama Wahhabi/salafy melawan ustadz NU. Kalah telak tuh. Mungkin karena berkali-kali kalah telak dalam perdebatan, orang2 wahhabi/salafy hobinya suka menggunakan kekerasan. Ciri-ciri orang wahhabi/salafy ketika berdebat :
    1. Suka menggunakan argumen mematikan : “Kamu adalah sesat, karena sesat, semua argumenmu menjadi sesat”.

    2. Suka menggunakan telunjuk tangan ketika berdebat. Ketika terdesak, telunjuk tangan mulai mengarah kemuka lawan.

    3. Ketika telunjuk tangan tidak mempan, mulailah mendekatkan wajah kearah muka lawan bicara.

    4. Jika no 3 masih tidak mempan juga, mulailah tangan bergerak menyasar leher lawan bicara. Leher lawan bicara mulai dicekik. Hati-hati, jika sampai taraf ini, bisa-bisa anda dianiaya dan disiksa.

    ihhhh, serem pokoknya orang wahhabi/salafy.

    ya Allah, lindungi keluargaku dan keturunanku dari pahak wahhabi/salafy. Amiin.

  17. ehem ada syubhat dari sok tau banget aka alfanarku. silakan dilihat disitusnya. Saya hanya mengutip sebagian saja “yang agak lucu”. Ia berkata

    Pertama,

    Perkataan Ulama Hadits mengenai ‘Abdurrazzaaq bin Hammaam (mengambil penjelasan dari Akhi Abul Jauzaa)

    Ibnu Hajar berkata : “Tsiqah haafidh, penulis yang terkenal, mengalami kebutaan di akhir umurnya, sehingga berubah hapalannya. Cenderung ber-tasyayyu’” [At-Taqriib, hal. 607 no. 4092, tahqiq : Abul-Asybal Shaghiir bin Ahmad Al-Baakistaaniy; Daarul-‘Aashimah].

    Kemudian ia berpanjang-panjang mengutip keterangan ulama tentang abdurrazaq, yang hanya membuktikan kalau alfanarku ini tidak memahami apa yang ia kutip. Dari keterangan para ulama tentang abdurrazaq maka kelemahan yang ada padanya itu karena ia buta di akhir hayatnya sehingga mengalami perubahan hafalan. Riwayat Abdurrazaq soal kitab Ali di atas dimuat oleh Abdurrazaq dalam kitabnya yaitu jauh sebelum ia mengalami buta atau mengalami perubahan hafalan. Maka Abdurrazaq saat itu tsiqat ma’mun dan hafizh dan hadis dalam kitab mushannafnya shahih.

    Alfanarku juga membawakan riwayat-riwayat Imam Ali yang menurutnya bertentangan dengan riwayat Abdurrazaq soal “kitab Ali”

    وحدثنا أبو كريب حدثنا أبو معاوية حدثنا الأعمش عن إبراهيم التيمي عن أبيه قال خطبنا علي بن أبي طالب فقال من زعم أن عندنا شيئا نقرأه إلى كتاب الله وهذه الصحيفة ( قال وصحيفة معلقة في قراب سيفه ) فقد كذب فيها أسنان الإبل وأشياء من الجراحات وفيها قال النبي صلى الله عليه و سلم المدينة حرم ما بين عير إلى ثور فمن أحدث فيها حدثا أو آوى محدثا فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين لا يقبل الله منه يوم القيامة صرفا ولا عدلا وذمة المسلمين واحدة يسعى أدناهم ومن ادعى إلى غير أبيه أو انتمى إلى غير مواليه فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين لا يقبل الله منه يوم القيامة صرفا ولا عدلا

    Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Amasy dari Ibrahim At Taimi dari Ayahnya bahwa Ali bin Abi Thalib berkhutbah “Barang siapa mengatakan bahwa kami memiliki sesuatu yang kami baca selain Kitab Allah dan Shahifah (lembaran) ini [berkata Ayah Ibrahim : lembaran yang tergantung di sarung pedangnya] maka sungguh dia telah berdusta. Di dalamnya terdapat penjelasan tentang umur unta dan diyat. Di dalamnya juga terdapat perkataan Nabi SAW “Madinah itu adalah tanah haram dari ‘Air hingga Tsaur. Barang siapa yang membuat maksiat di Madinah atau membantu orang yang membuat maksiat maka dia akan mendapat laknat Allah, para malaikat dan umat manusia seluruhnya dan tidak akan diterima taubat dan tebusannya di hari kiamat kelak. Jaminan perlindungan(dzimmah) kaum muslimin itu sama dan berlaku pula oleh orang yang terendah dari mereka. Barangsiapa menasabkan diri kepada orang yang bukan ayahnya atau menisbatkan diri kepada selain maulanya maka dia akan mendapat laknat Allah, para malaikat dan umat manusia seluruhnya dan tidak akan diterima taubat dan tebusannya di hari kiamat kelak. [Shahih Muslim 2/994 no 1370 dan Shahih Muslim 2/1146 tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi]

    Seandainya kita mengikuti hujjahnya soal hadis ini maka hadis ini tidak menafikan adanya kitab Ali. Karena bisa saja pada saat Imam Ali menyampaikan hadis di atas Beliau SAW belum menuliskan “kitab Ali” dan setelah itu baru Imam Ali menuliskannya. Maka riwayat ini masih klop dengan riwayat Abdurrazaq. Jadi pernyataan alfanarku

    Maka jelaslah bahwa Imam Ali tidak memiliki suatu kitab khusus selain kitabullah dan lembaran atau shahifah bukan sebuah kitab yang ada pada sarung pedang beliau yang isinya suda disampaikan saat itu kepada kaum muslimin, maka atsar Imam Bagir yang diriwayatkan oleh Abdurrazaq di atas bertentangan dengan atsar-atsar yang shahih dari Imam Ali sendiri dan tidak bisa dijadikan hujjah.

    Adalah pernyataan yang tidak bernilai. Karena pertentangan yang ia maksud hanya lahir dari pikirannya sendiri. Baik ia sadar atau tidak ia serampangan dalam menolak kabar shahih.

    Seandainyapun orang Syi’ah tersebut berhujjah dengan menggunakan riwayat di sisi ahlus sunnah bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memiliki kitab-kitab dari Rabb semesta alam yang memuat nama-nama penduduk syurga dan neraka dan nama-nama orang tua mereka serta kabilah mereka, maka hal itu hanya khusus untuk Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam saja dan tidak terdapat riwayat di sisi Ahlus Sunnah yang shahih yang menyebutkan bahwa beliau mewariskannya kepada Ahlul Bait beliau, atsar-atsar Imam Ali di atas adalah bukti yang sangat jelas bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam hanya meninggalkan Kitabullah dan lembaran yang disimpan dalam sarung pedang beliau, tidak lebih (tetapi shahifah ini bukan seperti Shahifah Dzu’abah as-Saif atau shahifah yang ada di pangkal pedang versi syi’ah. Bahwa pada shahifah kecil tersebut memuat huruf-huruf yang setiap hurufnya membuka seribu huruf, dan tidak ada yang keluar darinya kecuali dua huruf hingga hari kiamat). Bahkan Imam Ali menyatakan dusta bagi orang-orang yang menganggap selain dari apa yang beliau sampaikan.

    Ini namanya orang yang tidak tahu tempat dan tidak mengerti metode. Bukankah ia mengutip Husein Al Musawi untuk mencela kaum syiah soal kitab samawi yang ada dalam referensi syiah. Kalau alfanarku ini paham maka apa gunanya ia mencela syiah ketika syiah berhujjah dengan riwayat yang shahih di sisi mereka soal kitab samawi yang ada pada imam mereka. kasusnya sama dengan kalau ada orang syiah yang mencela alfanarku karena alfanarku mengakui adanya kitab samawi di sisi Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berdasarkan hadis shahih yang afanarku kutip di atas. jadi apa yang alfanarku cela pada referensi syiah soal kitab samawi, itu juga ada pada referensi yang ia pegang soal kitab samawi.

    Hal yang paling lucu adalah kutipannya yang ini

    Yang jelas hadits di atas hanya berhenti sampai disitu, dan yang jelas yang ditinggalkan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya adalah Kitabullah yang sampai pada kita saat ini.

    وقد تركت فيكم ما لن تضلوا بعده إن اعتصمتم به كتاب الله وأنتم تسألون عني فما أنتم قائلون ؟ قالوا نشهد أنك قد بلغت وأديت ونصحت فقال بإصبعه السبابة يرفعها إلى السماء وينكتها إلى الناس اللهم اشهد اللهم اشهد ثلاث مرات

    Dan sungguh telah aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang kalian tidak akan tersesat apabila kalian berpegang teguh dengannya, yaitu Kitabullah. Kalau kalian ditanya tentang aku, maka apa yang akan kalian katakan? Mereka menjawab: Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan dan telah menunaikannya, dan telah menasehati. Lalu beliau berkata seraya mengacungkan telunjuknya ke langit dan mengarahkannya kepada orang-orang yang hadir: Ya Allah, saksikanlah. Ya Allah, saksikanlah”. Beliau mengulanginya tiga kali…

    (Shahih Muslim, 2/886 No. 1218)

    Apa yang dikehendaki alfanarku dengan membawa hadis Muslim di atas. Apakah ia mau mengatakan kalau Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] hanya meninggalkan Kitab Allah?. Apakah ia mau mengatakan bahwa umat islam tidak memiliki kitab lain selain Al Qur’an?. Kemudian bagaimana ceritanya umat islam mengenal apa yang sekarang disebut “Kitab Hadis”. Bukankah Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] hanya meninggalkan Al Qur’an maka adanya “kitab hadis” itu bertentangan dengan hadis Muslim di atas, Inlah logika alfanarku.

    Padahal hadis Muslim itu bisa dipahami bahwa pada saat itu Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] memang tidak menuliskan hadis-hadis barulah setelah itu hadis-hadis dituliskan dan dibukukan sehingga sampai kepada kita umat islam.

    Lantas apa susahnya memahami bahwa setelah peristiwa khutbah Imam Ali itu, maka Imam Ali baru menuliskan kitab Ali dan mengajarkannya kepada Ahlul Bait dan seterusnya hingga sampai ke Imam Baqir. Adakah yang perlu dipertentangkan?. Tidak ada, bantahan alfanarku hanya menunjukkan sikapnya yang mau menyalahkan tulisan orang yang ia tuduh syiah [baca: kami]. Tidak ada susahnya bagi kami untuk menuduhnya nashibi tetapi apalah guna. Semua tuduhan kepada kami cukuplah kami sikapi dengan berserah diri kepada Allah SWT 🙂

    Jika seandainya benar Ahlul Bait memiliki kitab-kitab selain Al-Qur’an yang berisi hal-hal yang ghaib, Pertanyaannya, kenapa sebagai contoh sahabat Ali bin Abi Thalib sebagai pemegang kitab tersebut tidak mengetahui kejadian yang akan datang, seperti akan terjadinya fitnah di masa beliau, bahkan beliau ketika ditusuk dari belakang oleh Ibnu Muljam pun tidak mengetahuinya, Al-Husein radhiyallahu anhu pun tidak mengetahui jika dirinya bakal dikhianati oleh para pengikutnya di Kufah dan akan syahid di sana? Dan lain sebagainya.

    Misalnya nih, ini misalnya ya. Ahlul Bait mengetahui beberapa hal ghaib yang disampaikan kepada mereka. Imam Ali mengetahui kalau beliau akan dibunuh Ibnu Muljam dan Imam Husein tahu bahwa beliau syahid di karbala. Apakah Imam Ali dan Imam Husein bakal lari dari ketetapan itu?. Apakah suatu takdir yang telah ditetapkan bisa berubah dengan cara menghindarinya?.Yah mungkin kalau logikanya sok tau banget aka alfanarku, kalau sudah tahu ya dihindari saja supaya tidak terjadi. Heh itu kan logika orang awam yang tidak mengerti keutamaan Imam Ahlul Bait. Anggap saja “hal ghaib” itu bisa dihindari dan tidak terjadi bukankah ini sudah kontradiktif. Bagaimana mungkin hal ghaib yang dikabarkan Allah dan Rasul-Nya bisa tidak terjadi. Ini akibatnya kalau membantah pakai gaya basa-basi, apa yang terlintas dalam pikirannya langsung keluar begitu saja tanpa dipikirkan terlebih dahulu apakah hal itu layak atau tidak untuk diucapkan

  18. @secondprince..

    gak pa-pa kali kalo anda dituduh syiah. Masak anda malu menjadi syiah Ali … 🙂 harusnya anda bangga disangka terus2an menjadi syiah Ali.

    Imam Ali : “Sesungguhnya syiahku adalah orang yang tidak bermewah2an , yang tidurnya selalu terjaga, yang pakaiannya compang-camping, yang perutnya kembang kempis karena menahan lapar, yang peka terhadap sesama dan mencintai ahlul bait melebihi apapun” (Nahjul Balagoh).

    Saya doakan anda, secondprince, menjadi syiah Ali yang sejati dan anda tidak menolaknya.

    Kalo salafy/wahhabi sih, jelas musuh ahlul bait. Wong jenggotnya saja pada morat-marit dan pontang-panting. Jenggot saja muak tuh ngeliat muka-nya wahhabi/salafy … hehehe …

  19. Syukron akhi SP atas ijin copasnya. Nama akhi sebagai narasumber juga sudah ana sertakan.

    Syukur alhamdulillah, AllaH telah memperkenalkan akhi kepada saya dan keluarga. Dan saya berterima kasih sekali berkat bantuan akhi, satu per satu (sekarang sudah banyak) pertanyaan dan keraguan dapat terjawab, Insya Allah.

    Terkait dengan artikel akhi tentang Hadis Tentang Adanya Kitab Nama Ahli Surga Dan Kitab Nama Ahli Neraka Posted on Juli 19, 2009 by secondprince, teman saya melalui http://basweidan.wordpress.com mendapat tanggapan sebagai berikut:

    “Pada 2 Maret 2011 09:01, Bagoez menulis:
    Tanggapan dari temen saya

    Adapun jawaban atas hadits yg saudara tanyakan, Alhamdulillah, saya sendiri
    berkecimpung di bidang hadits, dan sekarang sedang menyelesaikan S2 bidang
    ulumul hadits di Univ. Islam Madinah. Tentu saja saya sebagai orang yg
    menggeluti bidang ini, bisa saja tidak sependapat dengan hukum ulama lain yg
    menshahihkan atau menghasankan hadits tsb. Hadits yg diriwayatkan oleh Imam
    Ahmad dan Tirmidzi tadi, sanadnya berujung pada perawi yg bernama Abu Qabil,
    nah dia ini diperselisihkan oleh para ulama, apakah kuat hafalannya ataukah
    lemah. Karenanya, Al Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya yg berjudul:
    “Ta’jielul Manfa’ah” (yg berisi ttg biografi para perawi di empat kitab
    hadits karya imam madzhab yg empat, yg diantaranya adalah musnad Ahmad),
    mengatakan (hal 277):
    Dia (Abu Qabil) itu lemah, karena banyak menukil dari kitab-kitab kuno
    (maksudnya kitab-kitab Israiliyyat). Inilah yg menimbulkan keraguan bagi
    seorang kritikus hadits untuk menerima hadits yg HANYA diriwayatkan dari
    jalur Abu Qabil ini. Lagi pula, matan (redaksi) hadits ini mengandung
    keanehan. Coba antum bayangkan: Berapa milyar manusia yg pernah hidup di
    muka bumi dari zaman Adam sampai hari kiamat nanti? Kalaulah nama mereka
    bisa dimuat dalam dua kitab, plus nasab dan qabilah masing-masing; kira-kira
    berapa ton berat kitab tsb?? Bukankah ini suatu kejanggalan besar?
    karenanya, Imam Adz Dzahabi -yg merupakan salah satu pakar hadits-
    mengatakan: “Hadits ini sangat munkar, sebab konsekuensinya berat kedua
    kitab tadi akan mencapai beberapa qinthar!!” (satu qinthar adalah setara
    dengan berat sebuah gunung!).
    Jadi, mereka yg menshahihkan terkadang hanya menghukumi sanadnya saja, dan
    memang boleh jadi sebuah hadits memiliki sanad yg sahih, akan tetapi
    matannya (redaksinya) tidak sahih karena mengandung beberapa kejanggalan.
    Salah satunya adalah hadits ini.
    Dengan demikian, pertanyaan2 yg mengusik benak Anda otomatis gugur, karena
    keabsahan hadits ini sendiri belum bisa dibuktikan.
    Kalau pun hadits ini tetap diterima, maka jawaban saya ialah: Tidak
    sampainya kedua kitab tsb kepada kita, menunjukkan bahwa isinya tidak
    penting untuk diketahui oleh umatnya. Mengapa demikian? Sebab Allah tidak
    mungkin membiarkan hal-hal yg urgen dan harus diketahui oleh hamba-Nya untuk
    sirna begitu saja. Kalaulah kedua kitab tadi memang penting dan harus
    diketahui isinya oleh umat ini, maka Allah akan menjaganya dengan cara
    apapun, sebagaimana Dia menjaga Al Qur’an dan Sunnah.
    Lagi pula, tidak semua yg disabdakan Nabi harus disampaikan kepada umatnya.
    Contohnya ialah nama-nama kaum munafikin yg dibisikkan oleh Nabi kepada
    Hudzaifah ibnul Yaman, dan sabda beliau bahwa semua orang itu akan mati
    dalam keadaan munafik. Akan tetapi Nabi menyuruh Hudzaifah agar
    merahasiakannya, dan inilah yg menjadikan Hudzaifah dijuluki sebagai
    pemegang rahasia Rasulullah. Dan beliau tidak pernah menyampaikannya kepada
    siapapun. Demikian pula ketika Nabi berpidato seharian (dari selepas subuh
    hingga maghrib, dan hanya berhenti untuk shalat), beliau menceritakan semua
    yg telah terjadi dan akan terjadi dari awal dunia sampai hari kiamat.
    Termasuk menyebut nama-nama orang yg terlibat dalam berbagai fitnah. Akan
    tetapi siapa yg mampu menghafal itu semua? (haditsnya diriwayatkan oleh
    Muslim). Bahkan Abu Hurairah sendiri mengatakan: “Aku menghafal hadits
    sebanyak ibarat dua karung dari Rasulullah. Hadits dalam karung yg pertama
    telah kusebarkan, adapun hadits dalam karung kedua, maka bila aku
    menyebarkannya, niscaya leherku akan dipotong”. Maksudnya, orang-orang yg
    namanya disebut dalam hadits tsb karena kejahatan mereka, pasti akan
    mengeksekusi Abu Hurairah, karenanya Abu Hurairah tidak menyampaikan hadits
    tsb. Kalaulah hal itu memang penting untuk diketahui, maka pasti Allah tidak
    akan membiarkan ilmu itu lenyap demikian saja. Ini menunjukkan bahwa yg
    lebih baik bagi kita ialah tidak mengetahui hal-hal semacam itu, sebab
    dengan mengetahuinya seseorang akan bertumpu kepada takdir dan ketentuan
    Allah tsb dan malas beramal. Inilah madharat yg lebih besar daripada manfaat
    yg didapat kalau kita mengetahui hal-hal tsb. Demikian.

    Semoga bermanfaat. ”

    Mohon pencerahan akhi atas tanggapan tersebut. Terima kasih banyak atas share ilmunya, akhi…

  20. Alhamdulillah, syukron akhi…

  21. @abunabiel

    soal tanggapan teman anda yang sedang S2 itu sudah terjawab dengan artikel di atas. Silakan saja kalau ia mau melemahkan Abu Qabil tetapi hadis ini tidak hanya diriwayatkan oleh Abu Qabil. Sebagaimana yang terlihat jelas di atas hadis ini juga diriwayatkan dengan jalur lain yaitu hadis Ibnu Abbas dan hadis Abdurrahman bin ‘Auf. Secara keseluruhan hadis tersebut shahih.

    Lagi pula, matan (redaksi) hadits ini mengandung
    keanehan. Coba antum bayangkan: Berapa milyar manusia yg pernah hidup di
    muka bumi dari zaman Adam sampai hari kiamat nanti? Kalaulah nama mereka
    bisa dimuat dalam dua kitab, plus nasab dan qabilah masing-masing; kira-kira
    berapa ton berat kitab tsb?? Bukankah ini suatu kejanggalan besar?
    karenanya, Imam Adz Dzahabi -yg merupakan salah satu pakar hadits-
    mengatakan: “Hadits ini sangat munkar, sebab konsekuensinya berat kedua
    kitab tadi akan mencapai beberapa qinthar!!” (satu qinthar adalah setara
    dengan berat sebuah gunung!).

    Ini namanya mengukur sesuatu tidak pada tempatnya. Kalau manusia biasa mungkin gak akan punya kitab begitu. Nah kalau Allah SWT menghendaki Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] memilikinya ya mungkin saja. Kalau dari hadisnya jelas kitab itu bisa dipegang oleh Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] jadi ya tidak ada alasan soal kemungkaran yang dikatakan Adz Dzahabi dan diikuti teman anda itu. Bukankah bisa dikatakan ini salah satu mukjizat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam].

  22. Alhamdulillah, jadi lebih terang benderang akhi SP…

  23. saya bingung dengan wahhabi/salafy. Sok-sok menggunakan logika ketika menerima hadits diatas. padahal logika-nya terbalik-balik.

    Apa ya kira-kira penjelasa wahhabi/salafy ketika menerima kabar bahwa Rasulullah isra-miraj dalam semalam dari Mekkah – Baitul Maqdis hingga sidratul muntaha dan kembali lagi ke Mekkah? Apa wahhabi/salafy dalam kasus mencoba menggunaka logika?

    Jika isra miraj adalah kasus yang muskin menurut ilmu pengetahuan saat ini, dan wahhabi/salafy main terima saja, lantas mengapa mereka tiba-tiba menolak hadits Rasulullah memiliki kitab tersebut dan mengukur menggunakan logika mereka semata?

    Wong membahas masalah bumi mengelilingi matahari saja, logika wahhabi/salafy meleset jauh. Heran gw sama jenggot wahhabi/salafy nih. Mereka hendak mengukur realitas fisika yang rumit dengan panca indera mereka. Ketika mata melihat matahari bergerak dari timur ke barat, otak mereka langsung main ambil kesimpulan bahwa bumi diam dan matahari mengelilingi bumi.

    padahal, apa yang dilihat mata tersebut adalah akibat dari efek gerak Newton. Sama aja kayak kita naik kereta api. Orang yang didalam jelas saja merasa diam dan melihat pepohonan diluar kereta api bergerak. Apa lantas kita mengatakan bahwa pepohonan itu mampu berpindah tempat?

    Wong belajar mengenai efek gerak Newton saja mereka morat-marit, pontang-panting kayak jenggot mereka. Apalagi mengerti hal lain.

    Perhatikan. Baik peristiwa isra miraj maupun kemungkinan adanya kitab yang memuat para penghuni surga neraka dari Adam as hingga kiamat adalah MEMUNGKINKAN secara teoritis. Walaupun secara praktis hal tersebut susah dilaksanakan, tapi kita tidak berhak untuk mengatakan tidak mungkin. Karena secara teoritis hal tersebut mungkin.

    Einstein, dalam relativitas khususnya menunjukkan bahwa jika ada benda yang mampu bergerak melebihi cahaya, maka bicara tentang ruang dan waktu menjadi tidak relevan lagi. Karena itu, secara teoritis, perjalanan Nabi menjadi mungkin dari Mekkah ke Sid Muntaha dan kembali lagi ke Mekkah. Ingat, ruang dan waktu menjadi tidak relevan.

    Sama halnya dengan tentang kitab yang memuat para penghuni surga neraka dari Adam as hingga kiamat. Tidak usah berpikiran rumit dengan mengemukakan pertanyaan : “Masak sih ada kitab seperti itu? Seberapa besar tuh bukunya?”

    Alahhh sok pinter sekali nih wahhabi/salafy. Membahas efek gerak Newton yang kelas dasar saja tidak mampu. Mau membahas yang lain. Perhatikan. Misalnya anda membuat artikel dalam bahasa indonesia menghabiskan satu lembah kertas A4 penuh. Jika ditranslit dalam bahasa Inggris, bisa saja cuma memakan space 3/4 kertas A4 penuh. Dan jika misalnya ada bahasa yang menggunakan simbol2 yang khusus, bisa jadi artikel tersebut cuma membutuhkan satu baris saja.

    Secara teori, mungkin saja. Persis seperti penlasan kasus Isra miraj diatas. Ini baru penjelasan menggunakan teori bahasa. Dari segi fisika, jika Rasulullah diberikan kekuatan untuk melipat ruang dan waktu (secara teori fisika, mungkin), mudah saja ada cuma satu kitab yang dapat memuat seluruh penghuni surga dari Adam as hingga hari Kiamat.

    Mana paham orang2 wahhabi/salafy ini. Maunya orang lain harus paham pikiran mereka yang bolak-balik tidak karuan. Prekkk.. dasar wahhabi kampret …

  24. @WK
    Kayaknya 1 USB cukup.. 😀

    Bahkan Abu Hurairah sendiri mengatakan: “Aku menghafal hadits
    sebanyak ibarat dua karung dari Rasulullah. Hadits dalam karung yg pertama
    telah kusebarkan, adapun hadits dalam karung kedua, maka bila aku
    menyebarkannya, niscaya leherku akan dipotong”. Maksudnya, orang-orang yg
    namanya disebut dalam hadits tsb karena kejahatan mereka, pasti akan
    mengeksekusi Abu Hurairah, karenanya Abu Hurairah tidak menyampaikan hadits
    tsb. Kalaulah hal itu memang penting untuk diketahui, maka pasti Allah tidak
    akan membiarkan ilmu itu lenyap demikian saja. Ini menunjukkan bahwa yg
    lebih baik bagi kita ialah tidak mengetahui hal-hal semacam itu, sebab
    dengan mengetahuinya seseorang akan bertumpu kepada takdir dan ketentuan
    Allah tsb dan malas beramal. Inilah madharat yg lebih besar daripada manfaat
    yg didapat kalau kita mengetahui hal-hal tsb.

    Hehehe..khan koq sudah terburu2 jauh ke masalah takdir.
    Mungkin lebih masuk akal adalah yang tidak disampaikan adalah keutamaan Ahlul bayt (Imam Ali) sehingga jika disampaikan akan menyebabkan dipancung.
    Koq bisa2nya berkesimpulan bahwa penilaian Abu Hurairah lebih baik dari Rasulullah.. naudzubillah.
    Apa2 yang disampaikan oleh Rasulullah sudah dipastikan bermanfaat dan membawa kebaikan bagi umat islam.. itu pasti..!!. Koq bisa ada keraguan tsb, hanya gara memuliakan Abu Hurairah bisa su’ul akhlak kepada Rasulullah.. astagfirullah.

    Salam damai.

  25. wahabi kamprett

    leik coment2 ente bikin suasana jadi rame xixixix

    untuk pemilik blok ini …

    saya pribadi sangat senang berkunjung d rumah antum ini …

    smga rumah antum ini jadi banyak tamunya yg membawa bnyak ilmu d rumah antum ini ……jazakumullh sukron kasiron …

  26. syiah sesat, ngawur wur….wur….wur

  27. @ogut, apa manfaatnya buat pembaca statement anda itu, orang mau bilang apa juga gampang, bilang syiah sesat, bilang salafi sesat, bilang kristen sesat, bahkan bilang einstein sesat bin bodoh juga gampang, tolong berargument dengan ilmu supaya bisa saling mengisi dan saling penimbang pendapat masing2, pendapat yg satu mungkin ada salahnya, pendapat yang lain begitu juga.

  28. alhamdulillah …..blok ini wadah bagi kita untuk bisa belajar mengkaji lebih banyak apa2 yg blum kita ketahui tentang alquran da hadist .bukan untuk saling mencaci satu sama lain .bukan hanya sekedar baca hadist dan al qur’an tapi angen2 sak manane…hemmmm

Tinggalkan komentar