Keutamaan Imam Ali Di Atas Abu Bakar dan Umar : Bantahan Terhadap Salafy

Keutamaan Imam Ali Di Atas Abu Bakar dan Umar : Bantahan Terhadap Salafy

Ternyata salafy  yang suka “nyeleneh” itu membuat tanggapan terhadap bantahan kami walaupun kami cukup kecewa melihat bahwa bantahannya tidak ada sedikitpun hujjah yang kuat selain gaya basa-basi yang diulang-ulang terus. Tetapi kami tidak keberatan untuk membahasnya, sekedar menunjukkan kepada para pembaca bahwa salafy tersebut tidak pernah mengerti apa itu “inkonsistensi”. Maka kami menyarankan padanya sebelum ia belajar hadis disana sini, silakan diperbaiki dulu logika berpikir agar dalam penarikan dalil tidak muncul inkonsistensi disana-sini. Tulisan salafy tersebut adalah yang kami “quote”

Ok lah silahkan Syi’ah berhujjah dengan hadits-hadits sunni dan sok berasa sebagai pemilik hadits-hadits sunni, tetapi yang konsisten dong kalau berhujjah, bukannya mengais-ais riwayat-riwayat yang tidak mu’tabar untuk mendukung keyakinannnya dengan mengabaikan riwayat-riwayat mu’tabar yang begitu jelas melawan keyakinannya, maka gaya seperti itu adalah gaya orientalis yang tidak ada nilainya sama sekali di sisi kami

Jika para pembaca mengetahui ada penyakit yang susah disembuhkan, maka inilah contohnya. Kami tidak pernah sok berasa-rasa pemilik hadis sunni, justru dari tulisan awalnya kan dia sendiri yang sok ngaku-ngaku sembari menuduh orang lain sebagai mencatut riwayat sunni. Lha kami dan dirinya itu ya sama yaitu sebagai orang yang berhujjah dengan dalil sunni. Jadi tidak ada hak baginya untuk menuduh kami syiah dan berkata kami mencatut riwayat sunni. Orang lain kan bisa saja dengan mudahnya berkata kalau dia nashibi dan mencatut riwayat sunni untuk mendukung akidahnya.

Kemudian jangan samakanlah penyakit yang anda derita kepada orang lain, kalau anda punya penyakit sinisme riwayat mu’tabar dan tidak mu’tabar versi anda maka jangan bawa-bawa orang lain. Kami tidak punya masalah dengan riwayat berbagai kitab yang diakui oleh para ulama, termasuk para ulama mu’tabar seperti Ibnu Hajar, bahkan Syaikh salafy sendiri Syaikh Al Albani dan yang lainnya banyak berhujjah dengan riwayat tidak mu’tabar versi anda itu. Jadi sebenarnya yang konsisten disini adalah anda. Mengapa? Karena para ulama dalam menilai suatu riwayat mereka berpegang pada sanad riwayat tesebut shahih atau tidak, para ulama ketika mentakhrij suatu hadis mereka mengumpulkan hadis-hadis tersebut dari berbagai kitab yang menurut versi anda itu tergolong tidak mu’tabar. Jadi sinisme yang anda derita itu gak laku deh di kalangan para ulama dan hanya menunjukkan keawaman yang terasa menyedihkan kalau diiringi dengan keangkuhan.

Dan ngomong-ngomong soal gaya orientalis, kami sarankan agar anda tidak perlu banyak bicara masalah ini karena justru gaya orientalis yang setengah-setengah plus suka mencari dalih kalau kepepet persis banget dengan gaya pengikut aneh salafy yang maaf anda sendiri termasuk didalamnya. Insya Allah dibawah ini kami akan menampilkan bukti nyata dari tulisan anda sendiri. Silakan dibuka mata anda, ah maaf kami tidak mengharapkan anda bisa memahami tetapi kami yakin para pembaca yang bukan salafy akan mudah memahaminya.

Cukuplah kita jawab syubhat orang syi’ah tersebut, bahwa memang ada beberapa sahabat yang mengutamakan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu di atas Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma, tetapi dibandingkan jumlah sahabat yang melebihkan Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma di atas Ali radhiyallahu ‘anhu jumlah mereka adalah sangat kecil, sementara yang mendahulukan syaikhain atas Ali adalah mayoritas.

Silakan pembaca perhatikan perkataan salafy ini bahwa memang ada beberapa sahabat yang mengutamakan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu di atas Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma. Kemudian silakan pembaca bandingkan dengan perkataannya sebelumnya

Diantara penyimpangan ajaran Syi’ah adalah mendahulukan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu melebihi Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma dalam segi keutamaan

Bukankah pernyataan salafy yang terburu-buru menuduh itu malah menunjukkan kalau menurutnya beberapa sahabat seperti Salman, Abu Dzar, Miqdad, Khabbab, Jabir, Abu Said Al Khudri, Zaid bin Al Arqam dan Abu Thufail telah melakukan penyimpangan seperti yang dilakukan syiah. Apakah pembaca melihat siapa sebenarnya sekarang yang sedang merendahkan sahabat? Atau bagi mereka salafy, sah-sah saja menuduh sahabat tetapi kalau mahzab lain mesti disesat-sesatkan. Aduhai kiranya penulis itu memahami artinya inkonsistensi. Jika pembaca masih ingat sebelumnya ia berkata seperti ini

Pendapat ini menyelisihi hadits Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan ijma’ kesepakatan para shahabat dan seluruh kaum muslimin.

Silakan pembaca lihat, tidak ada hadis Rasulullah SAW yang melebihkan Abu Bakar dan Umar di atas Ali, bahkan Alhamdulillah banyak sekali hadis Rasulullah SAW yang melebihkan Imam Ali di atas Abu Bakar dan Umar. Tidak ada ijma’ para sahabat yang dimaksud, kami telah menunjukkan bahwa itu hanya pendapat sebagian sahabat saja bahkan Abu Bakar sendiri mengaku kalau ia bukan orang yang paling baik. Dan yang paling naïf adalah ucapan “seluruh kaum muslimin”, bagi kami perkataan ini hanyalah sebuah keangkuhan yang muncul dari orang awam. Kami telah tunjukkan padanya bahwa sudah dari dahulu kaum muslimin berselisih dalam masalah siapa yang paling utama setelah Nabi SAW [sebagaimana yang dikatakan Ibnu Hazm]. Adakah salafy itu mengerti kalau klaimnya itu nol besar semua, tetapi aneh ia bukannya menyadari malah bersemangat buru-buru membantah. Alangkah baiknya kalau sebelum membantah ya dipikir baik-baik dulu.

Ada pun perkataannya tetapi dibandingkan jumlah sahabat yang melebihkan Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma di atas Ali radhiyallahu ‘anhu jumlah mereka adalah sangat kecil, sementara yang mendahulukan syaikhain atas Ali adalah mayoritas. Maka kami katakan silakan tuh tampilkan buktinya kalau hanya bersandar pada atsar Ibnu Umar lha kami pun bisa saja bersandar pada atsar Jabir RA. Kalau anda dengan mudahnya bilang mayoritas maka apa yang mencegah kami untuk mengatakan mayoritas sahabat mengutamakan Imam Ali di atas Abu Bakar dan Umar sedangkan atsar Ibnu Umar hanya menunjukkan minoritas sahabat saja. Silakan pikirkan baik-baik gaya berhujjah versi anda itu gak akan bisa digunakan kepada orang lain karena orang lain bisa membalasnya dengan gaya anda pula. Cukuplah bagi kami dikatakan bahwa sebagian sahabat mengutamakan Abu Bakar dan Umar di atas Ali dan sebagian sahabat yang lain mengutamakan Ali di atas Abu Bakar dan Umar.

Sehingga pendapat dari beberapa orang yang berbeda tidak merusak keabsahan ijma’ para sahabat dalam mendahulukan Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma di atas Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Maka sungguh kata-kata basa-basi ketika penulis syi’ah tersebut mengatakan bahwa kesepakatan dalam hal tersebut adalah bukan kesepakatan sunni tetapi kesepakatan salafy, padahal salafusshaleh dengan ahlussunnah tidak ada bedanya.

Maaf kalau anda tidak paham apa itu ijma’ maka silakan dipelajari kembali. Bagaimana bisa mengklaim adanya ijma’ sahabat padahal sebagian sahabat menentang ijma’ tersebut?. Bagaimana bisa diklaim adanya ijma’ kalau hadis shahih Rasulullah SAW sendiri mengutamakan Imam Ali di atas Abu Bakar dan Umar. Dan maaf ya tidak ada gunanya tuh salafy mengaku-ngaku ahlussunnah, karena kami pun dengan mudahnya bisa mengaku ahlus sunnah. Pendapat kami yang mengutamakan Imam Ali di atas Abu Bakar dan Umar ternyata didahului oleh para salafus saleh juga, so apakah anda memperhatikan wahai salafy?. Jika tidak maka kami bisa memaklumi ketidakmampuan anda untuk memahaminya.

Kemudian penulis syi’ah itu berusaha dengan jalan berputar-putar (yang kami lihat karena dia sudah kehabisan argumentasi, sehingga mulai mengada-ada) untuk membantah keabsahan atsar dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa para sahabat mengutamakan Abu Bakar, Umar dan Utsman radhiyallahu ‘anhum di masa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Memang bagi yang tidak pernah menelusuri jalan maka jalan yang sedikit rumit dianggapnya berputar-putar. Kami cukup memaklumi kok para pengikut salafy yang terbiasa instan dengan kenyamanan “langsung tilep” apa saja yang disajikan dari Syaikh-syaikh mereka. Pengikut salafy memang tidak terbiasa mencari jalan sendiri, jadi mohon maaf kalau anda jadi pusing berputar-putar.

Lucunya orang syi’ah ini menambahkan riwayat yang kami tidak memunculkannya di blog kami, dan seolah-olah memaksa kami untuk mengikuti cara pendalilan dia dengan riwayat tambahan tersebut, seperti biasa orang syi’ah kalau sudah tidak ada kata-kata dia akan berusaha melebar kemana-mana.

Aduhai wahai pemilik blog salafy yang terhormat kami tidak pernah menjadikan blog anda sebagai hujjah referensi, alangkah rendahnya kami jika melakukan itu. Kami membahas sesuatu sesuai dengan kaidah keilmuan yaitu dengan mengumpulkan berbagai riwayat dengan pokok bahasan yang sama agar didapatkan pemahaman yang komprehensif. Jadi anggapan kami melebar kemana-mana itu cuma khayalan anda saja, kenyataannya anda lah yang tidak membahas secara objektif hanya menyempitkan diri pada hujjah-hujjah anda saja. Kalau maunya begitu ya wes toh, silakan anda dengan dalil anda dan kami dengan dalil kami.

Nah bagi para pembaca yang tidak mengidap penyakit “sinisme mu’tabar tidak mu’tabar” maka kami tambahkan nih info sebagai penguat apa yang menjadi hujjah kami. Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma berkata

كنا نفاضل على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم أبو بكر ثم عمر ثم عثمان ثم نسكت

“Kami mengutamakan di jaman Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam Abu Bakr, kemudian ‘Umar, kemudian ‘Utsman, kemudian kami diam” [Diriwayatkan dalam Shahih Ibnu Hibban no. 7251, Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 12/9, Musnad Ahmad 2/14 no 4626, As Sunnah Ibnu Abi ‘Aashim no. 1195, dan Mu’jam Al Kabir Ath-Thabaraniy 12/345 no. 13301: shahih]

Jadi sangat jelas kok yang dimaksud Ibnu Umar adalah kami [sebagian sahabat] mengutamakan Abu Bakar Umar dan Utsman setelah itu kami [sebagian sahabat] diam tidak mengutamakan satupun dari yang lain. So menurut Ibnu Umar ada sebagian sahabat yang tidak mengutamakan Imam Ali di atas sahabat yang lainnya. So menurut Ibnu Umar ada sebagian sahabat yang menganggap Imam Ali sama seperti sahabat lainnya. Inilah penafsiran kami

Sedangkan penafsiran konyol salafy bahwa kata “kami” dalam atsar Ibnu Umar menunjukkan semua sahabat atau ijma’ sahabat sangat bertentangan dengan hadis-hadis lain dan bertentangan dengan keyakinan salafy sendiri. Kami tanya anda wahai salafy, jika ijma’ sahabat diam tidak mengakui Imam Ali lebih utama dari sahabat lain lantas mengapa anda salafy mengutamakan Imam Ali di atas sahabat yang lain?. Silakan jawab dulu inkonsistensi anda, mengapa anda menentang ijma’ sahabat? Berani sekali mahzab anda. Atau masih gak paham letak inkonsistensinya, sungguh kasihaaan

Begitu pula penafsiran salafy kalau “di zaman Rasulullah SAW hidup” menunjukkan dalil yang qath’i bahwa Rasulullah SAW tidak membantahnya alias menyetujuinya. Kalau begitu maka menurut salafy Rasulullah SAW berpandangan Imam Ali tidak lebih utama dari sahabat lainnya, buktinya Rasulullah SAW tidak membantah atsar Ibnu Umar. Kami tanya anda wahai salafy jika Rasulullah SAW mengakui Imam Ali tidak lebih utama dari sahabat yang lain, maka mengapa anda salafy mengutamakan Imam Ali di atas sahabat yang lain?. Berani sekali anda menentang pandangan Rasulullah SAW?. Sangat inkonsisten bukan, masihkah anda tidak mengerti betapa naifnya gaya berhujjah versi anda ini.

Lihatlah kami telah memunculkan riwayat-riwayat dari sumber yang mu’tabar, eh tiba-tiba saja nich syi’ah memunculkan riwayat dari sumber yang dinilai dari sisi kemu’tabaran jauh di bawah sumber yang kami sebutkan di atas dan memaksakan kehendak bahwa riwayat yang dia munculkan adalah riwayat yang lebih lengkap. Apakah dengan begitu kami meninggalkan riwayat mu’tabar yang kami munculkan di atas? Jawabnya TIDAK!. Riwayat tersebut memang dapat dijadikan syawahid tetapi tetap kita lebih berpegang pada sumber yang lebih mu’tabar.

Faktanya riwayat dalam As Sunnah itu jelas lebih lengkap. Hujjahnya soal “yang lebih mu’tabar” adalah hujjah yang tidak ada nilainya. Cuma orang awam yang angkuh saja yang menjawab dengan gaya begitu. Silakan tuh lihat baik-baik sanadnya.

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كُنَّا نُخَيِّرُ بَيْنَ النَّاسِ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنُخَيِّرُ أَبَا بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ ثُمَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ

Telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Sulaiman dari Yahya bin Sa’id dari Nafi’ dari Ibnu Umar radiallahu ’anhuma yang berkata “Kami membandingkan diantara manusia di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka kami menganggap yang terbaik adalah Abu Bakar, kemudian Umar bin Khaththab kemudian Utsman bin Affan radiallahu ‘anhum” [Shahih Bukhari no 3655]

أخبرنا عبدالله قال ثنا سلمة بن شبيب قال مروان الطاطري قال ثنا سليمان بن بلال قال ثنا يحيى بن سعيد عن نافع عن ابن عمر قال كنا نفضل على عهد رسول الله  صلى الله عليه وسلم  أبا بكر وعمر وعثمان ولا نفضل أحدا على أحد

Telah mengabarkan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Salamah bin Syabib yang berkata Marwan Ath Thaathari berkata menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal yang berkata menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata “kami mengutamakan di masa hidup Rasulullah SAW Abu Bakar, Umar dan Utsman kemudian kami tidak mengutamakan satupun dari yang lain” [As Sunnah Al Khallal no 580]

Kedua hadis ini adalah hadis yang sama semuanya sama-sama diriwayatkan dari Sulaiman bin Bilal dari Yahya bin Sa’id dari Nafi’ dari Ibnu Umar. Keduanya sama-sama shahih sehingga memang tepat bahwa riwayat Al Khallal adalah riwayat yang lebih lengkap. Tidak ada yang memaksakan kehendak disini. Dan pernyataan yang paling awam yang menunjukkan ketidaktahuan dalam ilmu adalah pernyataan salafy “Riwayat tersebut memang dapat dijadikan syawahid tetapi tetap kita lebih berpegang pada sumber yang lebih mu’tabar”. Pernyataan ini membuat kami benar-benar kasihan dengan salafy ini. Jelas sekali ia tidak tahu apa artinya “syawahid” dalam ilmu hadis. Bagaimana mungkin sanad yang berujung kepada sahabat yang sama disebut syawahid?. Aduhai sebelum banyak membantah tolonglah belajar dulu.

Pada dasarnya kami mengutip riwayat Al Khallal karena riwayat itu memiliki sanad yang sama dengan apa yang dikutip oleh orang salafy itu dari Shahih Bukhari yaitu berujung pada Sulaiman dari Yahya bin Sa’id dari Nafi dari Ibnu Umar. Sebenarnya dalam Shahih Bukhari terdapat hadis Ibnu Umar yang matannya hampir sama dengan matan riwayat Al Khallal

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ بَزِيعٍ حَدَّثَنَا شَاذَانُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي سَلَمَةَ الْمَاجِشُونُ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كُنَّا فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا نَعْدِلُ بِأَبِي بَكْرٍ أَحَدًا ثُمَّ عُمَرَ ثُمَّ عُثْمَانَ ثُمَّ نَتْرُكُ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا نُفَاضِلُ بَيْنَهُمْ

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim bin Bazii’ yang menceritakan kepada kami Syadzaan yang menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abi Salamah Al Majsyuun dari Ubaidillah dari Nafi’ dari Ibnu Umar radiallahu’anhuma yang berkata “kami di zaman Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam tidak membandingkan Abu Bakar dengan seorangpun kemudian Umar kemudian Utsman kemudian kami membiarkan sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam yang lain dan tidak mengutamakan siapapun diantara mereka[Shahih Bukhari no 3697]

Semoga penulis salafy itu masih punya rasa malu dengan penyakit sinismenya soal mu’tabar dan tidak mu’tabar. Kira-kira apa yang akan dikatakan salafy itu jika hadis dalam Shahih Bukhari yang menurut-nya mu’tabar justru menguatkan riwayat Al Khallal yang kami kutip.

Aha ini dia ternyata yang ingin dia sampaikan, saya yakin pembaca sudah mulai melihat jalan argumentasi dia yang berputar-putar untuk membantah atsar Ibnu Umar di atas.

Ternyata selain tidak paham arti “inkonsistensi” penulis salafy itu juga tidak paham arti “berputar-putar”. Apa anda para pembaca melihat sesuatu yang berputar-putar dalam argumen kami?. Perlu diingatkan kami tidak membantah atsar Ibnu Umar, yang kami bantah adalah penafsiran nyeleneh salafy terhadap atsar Ibnu Umar tersebut yang lucunya malah menentang mereka sendiri. Kalau yang dimaksud hujjahnya berputar menyerang dirinya sendiri maka memang begitulah kenyataannya. Tidak tak terduga dan seperti biasa tabiat orang yang hanya suka membantah ia menjawab dengan jawaban yang semakin inkonsisten.

Kami menggunakan atsar yang lebih mu’tabar daripada atsar yang dia munculkan, bagi kami atsar dari kitab As-Sunnah Al-Khalal adalah sebagai penguat saja, dan kami tetap berpegang kepada atsar Ibnu Umar riwayat Bukhari dan yang lainnya.

Sinisme-nya soal mu’tabar tidak mu’tabar adalah penyakitnya sendiri, tidak menjadi hujjah bagi kami dan kenyataannya tidak ada ulama yang berhujjah dengan model salafy itu. Kitab As Sunnah cukup dikenal dikalangan sunni terutama mahzab Hanbali. Kalau memang kurang ilmu ya bersikaplah rendah hati bukannya bersikap angkuh dalam berhujjah. Selain itu telah kami tunjukkan bahwa tidak hanya riwayat Al Khallal tetapi juga ada riwayat Ibnu Hibban, Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Ibnu Abi Ashim dan Thabrani. Salafy mau mengatakan semuanya tidak mu’tabar, ke laut sajalah. Apalagi ternyata riwayat Bukhari sendiri selain yang ia kutip justru menguatkan riwayat Al Khallal yang kami kutip.

Seandainya kita turuti logika syi’ah ini, maka keabsahan atsar Ibnu Umar ini tidak lah berkurang dimana orang syi’ah itu sendiri juga mengakui keshahihan riwayat tersebut.

Ehem tidak ada tuh kami meragukan soal keshahihan riwayat. Sesuai dengan standar keilmuan hadis maka hadis tersebut shahih. Kalau anda ya mungkin karena sekedar hadis itu terdapat dalam Shahih Bukhari maka anda anggap shahih, silakan silakan. Anehnya apa yang sedang anda bantah disini. Dan maaf tuh gak ada yang namanya logika syiah, ini adalah logika yang baik dan benar sesuai dengan ilmu cara berpikir yang lurus. Entahlah kalau anda tidak pernah belajar “ilmu logika”.

Tidak ada inkonsistensi pada Sunni dalam mendahulukan Abu Bakar dan Umar di atas Ali, sedangkan antara Utsman dan Ali memang banyak khilaf diantara ulama mengenai siapa yang lebih utama diantara mereka.

Pernyataan ini sebenarnya inkonsisten. Ucapannya Sunni mendahulukan Abu Bakar dan Umar di atas Ali tidak mutlak karena terdapat Sunni yang lain yang mendahulukan Ali di atas Abu Bakar dan Umar dan ini telah dimulai dari para sahabat sebagai salafus salih. Kemudian pernyataannya soal banyak khilaf siapa yang lebih utama antara Utsman dan Ali jelas menunjukkan inkonsistensi, perhatikan saja atsar Ibnu Umar di atas yang dengan jelas menyebut nama Utsman setelah Abu Bakar dan Umar. Kalau ia berhujjah dengan atsar Ibnu Umar beserta penafsiran nyelenehnya kok bisa-bisanya dia mengakui khilaf diantara Ulama Sunni. Kalau begitu apa yang mencegah kami untuk khilaf juga soal siapa yang lebih utama antara Abu Bakar dan Umar dengan Ali. Jadi kekhilafan yang diakuinya itu berdiri atas dasar apa?.

Yang dipermasalahan syi’ah tersebut adalah bahwa menurut Ibnu Umar di masa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam setelah Abu Bakar, Umar dan Utsman, sahabat tidak mengutamakan satupun sahabat yang lain. Kami memahaminya bahwa di masa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam demikian lah yang terjadi, setelah beliau wafat baru ada beberapa sahabat yang mengutamakan sahabat yang lain selain tiga syaikh di atas. Diantaranya ada beberapa sahabat yang mengutamakan Ali radhiyallahu ‘anhu. Jadi apanya yang inkonsisten?.

Ini namanya asal menjawab karena sudah terdesak. Kalau ia mengakui bahwa ijma’ sahabat mengakui bahwa Imam Ali tidak lebih utama dari sahabat yang lain dan kalau ia mengakui bahwa Rasulullah SAW setuju Imam Ali tidak lebih utama dari sahabat yang lain [berdasarkan atsar Ibnu Umar dan penafsiran nyelenehnya] maka kami tanya atas dasar apa anda salafy meyakini Imam Ali sebagai yang keempat paling utama diantara sahabat yang lainnya?. Bukankah keyakinan anda ini bertentangan dengan ijma’ sahabat dan persetujuan Rasulullah SAW seperti yang anda katakan.?. Sudah jelas inkonsistensi, jawab saja dengan lugas kalau mampu. Gak ada gunanya anda asal menjawab dengan gaya akrobat bahwa mereka yang mengutamakan Imam Ali itu berlangsung setelah wafat [silakan tampilkan buktinya]. Itu tidak menjawab inkonsistensi anda. Kami pun juga bisa mengatakan bahwa dalam atsar Ibnu Umar yang dimaksud itu telah mengecualikan Imam Ali karena toh Imam Ali dikenal sebagai Ahlul Bait yang tidak bisa dibandingkan dengan para sahabat.

Dan pengutamaan tiga syaikh tersebut di masa Nabi menunjukkan bahwa secara taqrir beliau tidak membantahnya alias menyetujuinya.

Tidak hanya itu wahai salafy, kalau mengikuti penafsiran anda maka taqrir Nabi SAW itu juga berlaku untuk perkataan bahwa mereka para sahabat tidak mengutamakan siapapun di atas yang lain. Lantas bagaimana bisa anda meyakini Imam Ali sebagai sahabat yang paling utama diantara para sahabat lain setelah Abu Bakar Umar dan Utsman. Apakah anda mengakui kalau anda menentang taqrir Nabi SAW tersebut?. Kenapa gak sekalian saja anda tentang taqrir Nabi kalau Abu Bakar Umar dan Utsman itu yang paling utama diantara sahabat lain?. Kan kelihatan jelas kalau anda hanya berhujjah dengan gaya sepotong-sepotong. Inkonsistensi dalam hujjah anda menunjukkan ada yang salah dengan cara penafsiran anda. Itulah yang coba kami luruskan dan sayang sekali anda hanya berkutat pada doktrin-doktrin yang selama ini anda yakini bukannya berhujjah dengan dalilnya secara objektif.

Kemudian tiba-tiba saja orang Syi’ah itu lari ke permasalahan Mut’ah yang tidak ada kaitannya dengan artikel kami yang dia bantah,

Ah jangan berpura-puralah, kecuali anda salafy memang tidak punya kemampuan memahami tulisan orang lain. Yang kami bahas jelas bukan mut’ah, tetapi cara penafsiran salafy terhadap kata “kami” dan kata “di zaman Rasulullah SAW”. Kedua kata itu juga terdapat pada hadis Jabir soal mut’ah. Kami tanyakan pada anda wahai salafy bagaimana cara anda menafsirkan hadis Jabir dengan lafaz “kami” atau “di zaman Rasulullah SAW hidup”. Akankah anda menafsirkan kami berarti semua sahabat atau seluruh sahabat  atau ijma’ sahabat. Akankah anda menafsirkan “di zaman Rasulullah SAW hidup” itu berarti Rasulullah SAW menyetujui mut’ah semasa Beliau hidup.

cukuplah bahwa Mut’ah telah diharamkan pada perang khaibar, bahkan salah satu riwayat yang shahih adalah dari Imam Ali sendiri,

Tapi lucu bin ajaib ternyata terdapat hadis shahih yang menunjukkan kalau Rasulullah SAW membolehkan mut’ah saat peristiwa Fathul Makkah. Kalau memang mut’ah diharamkan di Khaibar maka mengapa dibolehkan saat Fathul Makkah yang jelas terjadi setelah peristiwa Khaibar. Jadi Rasulullah SAW membolehkan sesuatu yang haram begitu? Naudzubillah. Btw ada tuh ulama seperti Ibnu Qayyim yang menolak pengharaman mut’ah di Khaibar.

maka benarlah pendapat dari sunni atau salafy bahwa perkataan Jabir bin Abdullah bahwa ada beberapa sahabat yang masih melakukan mut’ah pada masa Abu Bakr dan Umar adalah mereka yang belum mengetahui pengharaman Mut’ah, oleh karena itu Umar kemudian menegaskan lagi akan keharaman Mut’ah saat beliau berkuasa.

Silakan saja, kami juga tidak pernah membahas soal mut’ah tetapi kami akan menjawab perkataan anda ini dengan gaya anda sendiri. Atsar Jabir dengan lafaz “kami” menunjukkan bahwa semua sahabat atau seluruh sahabat telah melakukan mut’ah di zaman Rasulullah SAW, zaman Abu Bakar dan Umar. Atsar Jabir ini sebenarnya diucapkan pada saat terjadi perdebatan antara Ibnu Abbas yang membolehkan mut’ah dan Ibnu Zubair yang mengharamkan mut’ah sehingga sebagian tabiin bertanya kepada Jabir. Jelas sekali bahwa kejadian ini terjadi jauh setelah masa Umar, tetapi Jabir malah menjawab dengan lafaz “kami melakukannya di zaman Rasulullah, Abu Bakar dan Umar” hal yang menunjukkan kalau Jabir tidak mengakui pengharamannya. Kalau memang haram dan telah diingatkan oleh Umar maka mengapa Jabir tidak mengatakannya, malah mengeluarkan jawaban yang menguatkan pendapat Ibnu Abbas. Seandainya pun ada sahabat yang mengharamkannya itu hanya menunjukkan bahwa mayoritas sahabat membolehkan mut’ah dan sedikit sahabat yang mengharamkannya dan hal itu tidak akan menghilangkan keabsahan ijma’ yang membolehkannya. Btw ini kan persis dengan logika anda.

Maka jika mut’ah sudah diharamkan status bagi pelakunya adalah zinah, sedangkan yang belum tahu tidaklah disebut sebagai pelaku zinah sampai mereka tahu. Maka seharusnya tidak usah tersinggung jika orang yang melakukan mut’ah pada masa ini disebut sebagai pelaku zinah. Tetapi kami tidak akan membahasnya lebih lanjut di sini karena kami belum pernah memposting soal Mut’ah, maka pembahasannya pada topic yang tersendiri Insya Allah.

Ah apa iya, mari kami uji apakah anda konsisten atau tidak?. Sangat dikenal ternyata terdapat banyak ulama sunni yang melakukan nikah mut’ah dan tetap dijadikan hujjah dalam kitab Shahih seperti halnya Ibnu Juraij. Sangat mayshur sekali kalau Ibnu Juraij termasuk yang sering melakukan nikah mut’ah tetapi hadisnya dijadikan hujjah oleh Bukhari dan Muslim. Btw kira-kira bisa tidak dikatakan kalau Bukhari Muslim telah mengambil hadis dari seorang pezina?. Nah bagaimana itu bukankah itu kitab yang menurut anda mu’tabar.

Pertama, bahwa penafsiran orang itu keliru, justru atsar Jabir bin Abdullah tidak bisa dibandingkan dengan atsar Ibnu Umar di atas, karena dalam sanadnya terdapat rawi-rawi yang diperbincangkan serta tertuduh syi’ah

Alasan seperti ini hanya dilontarkan oleh orang yang tidak mengerti ilmunya. Perkara perawi diperbincangkan adalah perkara yang ma’ruf dan tentunya tidak setiap yang diperbincangkan lantas ditolak hadisnya. Imam Bukhari saja diperbincangkan oleh sebagian orang seperti Adz Dzahili, bahkan Abu Hatim dan Abu Zur’ah meninggalkan hadisnya [Al Jarh Wat Ta’dil 7/191 no 1086]. Tentu saja kami yakin salafy itu tidak tahu akan hal ini, karena memang apa yang ia tahu cuma fotokopi dari Syaikh-syaikh salafy saja. Bukankah terkadang salafy itu sendiri berhujjah dengan riwayat Ibnu Ishaq, nah sekedar info buat anda salafy, Ibnu Ishaq ini ternyata diperbincangkan juga, Hisyam menyatakan ia pendusta bahkan Imam Malik menyebutnya dajjal. Jadi perkara perbincangan terhadap seorang perawi adalah hal yang ma’ruf bahkan sebagian ulama mu’tabar tidak lepas dari perbincangan ini dan oleh sebab itu dalam Ulumul hadis diperlukan meneliti kedudukan perawi yang diperbincangkan dan ditetapkan mana yang rajih dari perbincangan tersebut. Kami telah membuktikan dalam atsar Jabir di atas bahwa perbincangan terhadap perawinya adalah tidak benar dan kami telah menyertakan bukti untuk itu. Sudah tentu perkataan yang disertai bukti lebih bernilai hujjah dibanding klaim-klaim tidak berguna.

Begitu pula menolak perawi hanya karena syiah adalah senjata makan tuan yang akan menghancurkan banyak hadis di kitab mu’tabar Shahih Bukhari dan Muslim. Jadi memang begitulah kalau sudah kepepet maka tuduhan perawi syiah dijadikan alasan untuk menolak hadis. Memang ada tuh ulama salafy yang punya kebiasaan menolak hadis keutamaan Imam Ali karena perawi tersebut syiah dengan alasan perawi syiah yang meriwayatkan bid’ah nya tidak diterima. Bukankah ini menunjukkan sifat nashibi, bagaimana mungkin keutamaan Imam Ali disebut bid’ah. Bagaimana mungkin mengutamakan Imam Ali dari Abu Bakar dan Umar disebut bid’ah jika sebagian sahabat sendiri telah bersikap demikian?. Bagaimana mungkin mengutamakan Imam Ali di atas Abu Bakar dan Umar disebut bid’ah jika Rasulullah SAW sendiri telah menetapkan keutamaan Imam Ali yang tinggi di atas semua sahabat lainnya.

riwayat Jabir tersebut jika shahih justru adalah mewakili kelompok minoritas dari sahabat yang mendahulukan Ali radhiyallahu ‘anhu dan terindikasi hal tersebut terjadi jauh setelah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat yaitu pada masa fitnah antara Ali dan Mu’awiyah, hal itu diketahui bahwa saat Jabir bin Abdullah ditanya soal Ali, alisnya sudah menutupi matanya (sudah tua), maka benar perkataan Jabir, bahwa Imam Ali adalah manusia yang paling utama  karena setelah wafatnya Utsman radhiyallahu ‘anhu, tidak ada lagi manusia yang sebanding atau melebihi Imam Ali.

Justru yang lebih pantas dikatakan minoritas itu adalah sahabat yang hanya mengutamakan Abu Bakar, Umar dan Utsman kemudian mereka tidak mengutamakan siapapun dari yang lain. Karena jelas sekali sahabat yang bersikap seperti ini adalah sahabat yang tidak mengetahui keutamaan Imam Ali yang begitu banyak dan besar, sehingga sangat wajar mereka tidak mengutamakan Imam Ali dari sahabat yang lainnya. Atsar Jabir soal Imam Ali manusia terbaik tidak tergantung dengan waktu. Jabir RA sedang menjelaskan kedudukan seseorang menurutnya dan kedudukan tersebut adalah orang tersebut manusia terbaik. Bahkan bisa jadi ketika Jabir ditanya oleh Athiyyah itu Imam Ali AS sudah wafat [Mengingat ketika Jabir tua Imam Ali sudah wafat]. Intinya cara berdalih salafy ini tidak memiliki bukti apapun.

Sedangkan sahabat di jaman Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang berjumlah kurang lebih 114 ribu orang mayoritas sebagaimana dikatakan Ibnu Umar mendahulukan Abu Bakar, Umar dan Utsman, itulah ijma’ para sahabat yang  tidak akan hilang keabsahannya dengan pendapat beberapa orang yang berbeda.

Di zaman Nabi SAW tepatnya di Ghadir Khum, Rasulullah SAW telah mengatakan kepada banyak sekali sahabatnya bahwa diri Beliau adalah maula bagi kaum muslimin yaitu orang yang paling berhak atas mereka lebih dari mereka sendiri dan Nabi SAW menetapkan Imam Ali sebagai maula bagi kaum muslimin termasuk didalamnya Abu Bakar dan Umar. Rasulullah SAW mengatakan “siapa yang menjadikan aku maulanya maka Ali adalah maulanya”. Bagi kami ini keutamaan yang tinggi diucapkan oleh lisan suci Rasulullah SAW dihadapan semua sahabat Nabi. Keutamaan apa lagi yang lebih besar dari ini, keutamaan ini menunjukkan bahwa Imam Ali adalah orang yang paling berhak atas diri kaum muslimin dibanding diri mereka sendiri sama seperti Rasulullah SAW adalah orang yang paling berhak atas diri kaum muslimin dibanding diri mereka sendiri. Keutamaan ini tidak akan hilang keabsahannya hanya karena pendapat sebagian sahabat saja.

Kedua, Memang dalam riwayat Jabir terdapat riwayat “kami”, tetapi tidak menunjukkan apakah di masa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam atau setelahnya, sedangkan riwayat Ibnu Umar sangat jelas, pengutamaan Abu Bakar, Umar dan Utsman terjadi pada masa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam riwayat Jabir tidak disebutkan soal masa, karena memang keutamaan itu tidak terkait dengan masa tertentu. Keutamaan itu dimiliki oleh Imam Ali baik di masa Rasulullah SAW hidup maupun setelah wafat bahkan sampai Imam Ali wafat dan seterusnya. Tidak ada gunanya logika basa basi yang menyedihkan, karena orang lainpun bisa saja dengan mudahnya berkata atsar Ibnu Umar itu hanya menyebutkan terjadi di masa Nabi SAW dan tidak disebutkan apakah terjadi juga untuk masa setelahnya. Nah bukankah yang sedang membagi keutamaan tersebut menjadi masa Nabi SAW hidup dan masa setelahnya adalah anda sendiri wahai salafy.

Ketiga, bukti yang menunjukkan bahwa para sahabat telah berijma’ atas lebihnya Abu Bakar di atas sahabat yang lain adalah terpilihnya beliau sebagai khalifah yang di bai’at oleh sebagian besar kaum Muhajirin dan Anshar. Dalam riwayat yang panjang kaum Anshar langsung menyambut ajakan Umar untuk membai’at Abu Bakar karena mengakui bahwa Abu Bakar adalah manusia terbaik setelah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam

Jika memang Abu Bakar adalah manusia terbaik setelah Nabi shalallahu ‘alaihi wassallam maka mengapa pada awalnya kaum Anshar malah ribut-ribut sendiri di Saqifah soal kepemimpinan pasca Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Mengapa kaum Anshar tidak mengikuti pemakaman Nabi SAW?. Apa yang perlu dikhawatirkan, bukankah Abu Bakar adalah manusia terbaik setelah Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam?. Mengapa kaum Anshar tidak langsung membaiat Abu Bakar seperti yang telah diserukan oleh Umar saat Nabi SAW wafat. Tepat pada saat Nabi SAW wafat, Abu Bakar dipanggil oleh seseorang dan langsung bergegas ke rumah Nabi SAW kemudian Abu Bakar masuk dan memastikan kalau Nabi SAW telah wafat. Setelah itu Abu Bakar keluar ke masjid dan berbicara dengan orang-orang

فخرج إلى المسجد وعمر يخطب الناس ويتكلم ويقول إن رسول الله صلى الله عليه و سلم لا يموت حتى يفنى الله عز و جل المنافقين فتكلم أبو بكر فحمد الله وأثنى عليه ثم قال إن الله عز و جل يقول { إنك ميت وإنهم ميتون } حتى فرغ من الآية { وما محمد إلا رسول قد خلت من قبله الرسل أفإن مات أو قتل انقلبتم على أعقابكم } حتى فرغ من الآية فمن كان يعبد الله عز و جل فإن الله حي ومن كان يعبد محمدا فإن محمدا قد مات فقال عمر وإنها لفي كتاب الله ما شعرت إنها في كتاب الله ثم قال عمر يا أيها الناس هذا أبو بكر وهو ذو شيبة المسلمين فبايعوه فبايعوه

Abu Bakar keluar ke masjid dimana Umar sedang berbicara kepada manusia, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW tidak wafat sampai Allah membinasakan orang-orang munafik. Kemudian Abu Bakar berbicara memuji Allah dan memulai dengan membacakan firman Allah “sesungguhnya kamu akan mati dan mereka akan mati pula’ [Az Zumar ayat 30] sampai selesai dan membacakan ayat “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang” [Ali Imran ayat 144] sampai selesai. Kemudian Abu Bakar berkata “Siapa yang menyembah Allah ‘azza wajalla maka Allah itu hidup dan siapa yang menyembah Muhammad maka Muhammad telah wafat”. Umar berkata “Apakah yang engkau bacakan tadi terdapat dalam kitabullah, aku tidak pernah merasa kalau ayat ini terdapat dalam kitabullah” kemudian Umar berkata “wahai manusia inilah Abu Bakar orang yang paling kita tuakan dari kalangan kaum muslimin maka baiatlah ia maka baiatlah ia” [Musnad Ahmad 6/219 no 25883 hasan menurut Syaikh Syu’aib Al Arnauth]

Walaupun kami tidak mengerti apa maksudnya perkataan Abu Bakar “menyembah Muhammad” tetapi yang akan kami bahas adalah tepat pada saat Nabi SAW wafat Umar telah berteriak kepada para sahabat agar membaiat Abu Bakar. Kami lihat sahabat Umar adalah orang yang paling bersemangat dalam menjadikan Abu Bakar sebagai khalifah bahkan tepat setelah Nabi SAW wafat ia langsung menyeru orang-orang untuk membaiat Abu Bakar. Tetapi anehnya ternyata kaum Anshar tidak merespon positif apa yang diserukan Umar buktinya adalah kaum Anshar kemudian malah berembuk sendiri di Saqifah soal siapa yang menjadi pemimpin pasca Nabi SAW wafat. Jadi bagaimana bisa penulis salafy itu mengatakan kaum Anshar langsung menyambut ajakan Umar?. Begitulah kalau tidak punya modal riwayat yang cukup maka yang bermunculan hanya klaim-klaim tanpa bukti tanpa mengetahui kalau terdapat riwayat yang menolak klaim yang ia sebutkan.

Kalau memang kaum Anshar memandang Abu Bakar sebagai sahabat yang paling utama maka apa yang mencegah mereka untuk langsung membaiat? Dan apa yang membuat mereka setelah itu untuk buru-buru berkumpul di Saqifah tanpa perlu mengundang Abu Bakar dan Umar?. Bukankah mereka kaum Anshar telah shalat beberapa hari di belakang Abu Bakar?. Bukankah Umar telah menyerukan agar mereka membaiat Abu Bakar pada hari Nabi SAW wafat?. Sekali lagi mengapa kaum Anshar malah memutuskan untuk berembuk di saqifah tanpa mengundang Abu Bakar dan Umar?. Btw sepertinya hal ini luput dari pandangan salafy terutama penulis itu yang tidak mengetahui berbagai riwayat yang dengan rinci membahas masalah ini.

Di Saqifah pun setelah Abu Bakar dan Umar datang tetap saja terjadi perselisihan di kalangan kaum Anshar. Kaum Anshar ternyata mengatakan kalau mereka yang berhak soal kepemimpinan tetapi dibantah oleh Abu Bakar bahwa yang berhak memegang kepemimpinan adalah kaum Quraisy dan ternyata kaum Anshar tetap mengatakan “dari kami seorang pemimpin dan dari kalian seorang pemimpin” kemudian terjadi perselisihan dan keributan hingga akhirnya Umar buru-buru mengambil langkah darurat segera membaiat Abu Bakar yang kemudian diikuti oleh kaum Anshar.

حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا حسين بن علي عن زائدة عن عاصم عن زر عن عبد الله قال لما قبض رسول الله صلى الله عليه و سلم قالت الأنصار منا أمير ومنكم أمير قال فأتاهم عمر فقال يا معشر الأنصار ألستم تعلمون أن رسول الله صلى الله عليه و سلم أمر أبا بكر أن يؤم بالناس فأيكم تطيب نفسه أن يتقدم أبا بكر فقالوا نعوذ بالله أن نتقدم أبا بكر

Telah menceritakan kepada kami Abdullah telah menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Ali dari Za’idah dari Ashim dari Zirr dari Abdullah yang berkata “ketika Rasulullah SAW wafat, para sahabat anshar berkata “dari kami seorang pemimpin dan dari kalian seorang pemimpin”. Umar datang dan berkata “wahai golongan Anshar bukankah kalian tahu bahwa Rasulullah SAW memerintahkan Abu Bakar agar mengimami orang-orang. Siapa diantara kalian yang akan mendahului Abu Bakar?. Mereka berkata “kami berlindung kepada Allah dari mendahului Abu Bakar”. [Musnad Ahmad 1/396 no 3765]

Dalam hadis ini diketahui bahwa kaum Anshar menginginkan seorang pemimpin dari kalangan mereka dan kaum Anshar juga mengakui keutamaan Abu Bakar sebagai imam shalat dan tidak mau mendahului Abu Bakar. Tetapi anehnya setelah mendengar perkataan Umar dan setelah mengakui keutamaan Abu Bakar kaum Anshar tetap saja berselisih. Dalam hadis saqifah Musnad Ahmad riwayat Umar, setelah mendengar perkataan “dari kami seorang pemimpin dan dari kalian seorang pemimpin” Umar berkata

قال وكثر اللغط وارتفعت الأصوات حتى خشيت الاختلاف فقلت ابسط يدك يا أبا بكر فبسط يده فبايعته وبايعه المهاجرون ثم بايعه الأنصار ونزونا على سعد بن عبادة فقال قائل منهم قتلتم سعدا فقلت قتل الله سعدا

 

Umar berkata “maka terjadi keributan dan orang-orang mulai bersuara tinggi sehingga aku khawatir akan terjadi perselisihan maka aku berkata “bukalah tanganmu wahai Abu Bakar  maka ia memberikan tangannya dan aku membaiatnya, kemudian kaum muhajirin ikut membaiat dan kemudian kaum anshar ikut membaiat dan kami tinggalkan Sa’ad bin Ubadah. Sehingga ada yang berkata tentangnya “kalian telah membunuh Sa’ad” maka aku [Umar berkata] “Allah lah yang membunuh Sa’ad”. [Musnad Ahmad 1/55 no 391 tahqiq Syaikh Al Arnauth shahih dengan syarat Muslim]

Jadi setelah kaum Anshar mengatakan kalau mereka mengakui keutamaan Abu Bakar menjadi imam shalat dan tidak mau mendahului Abu Bakar, mereka kaum Anshar tetap saja berselisih saling mengangkat suara dengan tinggi dan terjadi keributan. Ketika keributan itu membuat khawatir Umar maka Umar mengambil langkah darurat yaitu buru-buru membaiat Abu Bakar. Kemudian barulah orang-orang mengikuti Umar dan tentu sebagaimana telah jelas diketahui bahwa jika seorang pemimpin telah dibaiat oleh sekelompok orang maka tidak ada pilihan bagi orang lain kecuali ikut membaiat atau mereka akan diperangi dan terjadilah perselisihan. Kesimpulan dari peristiwa Saqifah adalah pembaiatan kaum muslimin terhadap Abu Bakar terjadi sekonyong-konyong bukan karena kaum anshar bersepakat mengutamakan Abu Bakar. Dan yang paling naïf adalah menjadikan pembaiatan ini sebagai dalil keutamaan Abu Bakar di atas Ali mengingat Imam Ali sendiri tidak hadir saat itu di Saqifah. Kaum Anshar mengakui keutamaan Abu Bakar atas diri mereka tetapi tidak ada pernyataan dalam hadis Saqifah bahwa kaum Anshar mengakui keutamaan Abu Bakar di atas Ali.

وقال محمد بن اسحاق حدثني الزهري حدثني أنس بن مالك قال لما بويع أبو بكر في السقيفة وكان الغد جلس أبو بكر على المنبر وقام عمر فتكلم قبل أبي بكر فحمد الله وأثنى عليه بما هو أهله ثم قال أيها الناس إني قد كنت قلت لكم بالأمس مقالة ما كانت وما وجدتها في كتاب الله ولا كانت عهدا عهدها الي رسول الله صلى الله عليه وسلم ولكني كنت ارى أن رسول الله سيدبر أمرنا يقول يكون آخرنا وان الله قد أبقى فيكم كتابه الذي هدى به رسول الله فان اعتصمتم به هداكم الله لما كان هداه الله له وأن الله قد جمع أمركم على خيركم صاحب رسول الله صلى الله عليه وسلم وثاني اثنين إذ هما في الغار فقوموا فبايعوه فبايع الناس أبا بكر بيعة العامة بعد بيعة السقيفة ثم تكلم ابو بكر فحمد الله وأثنى عليه بما هو أهله ثم قال أمابعد أيها الناس فاني قد وليت عليكم ولست بخيركم فان أحسنت فأعينوني وان اسأت فقوموني الصدق أمانة والكذب خيانة والضعيف منكم قوي عندي حتى أزيح علته إن شاء الله والقوي فيكم ضعيف حتى آخذ الحق ان شاء الله لا يدع قوم الجهاد في سبيل الله إلا ضربهم الله بالذل ولا يشيع قوم قط الفاحشة إلا عمهم الله بالبلاء أطيعوني ما أطعت الله ورسوله فاذا عصيت الله ورسوله فلا طاعة لي عليكم قوموا الى صلاتكم يرحمكم الله

Dan Muhammad bin Ishaq berkata telah menceritakan kepada kami Az Zuhri yang berkata telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik yang berkata ketika Abu Bakar dibaiat di Saqifah, esok harinya ia duduk diatas mimbar dan Umar berdiri di sampingnya memulai pembicaraan sebelum Abu Bakar. Umar mulai memuji Allah sebagai pemilik segala pujian, kemudian berkata “wahai manusia aku telah katakan kepada kalian kemarin perkataan yang tidak terdapat dalam kitabullah dan tidak pula pernah diberikan Rasulullah SAW kepadaku. Aku berpandangan bahwa Rasulullah SAW akan hidup terus dan mengatur urusan kita maksudnya Rasulullah akan wafat setelah kita. Dan sesungguhnya Allah SWT telah meninggalkan kitab-Nya yang membimbing Rasulullah SAW maka jika kalian berpegang tehug dengannya Allah SWT akan membimbing kalian sebagaimana Allah SWT membimbing Nabi-Nya. Sesungguhnya Allah SWT telah mengumpulkan urusan kalian pada orang yang terbaik diantara kalian yaitu Sahabat Rasulullah dan orang yang kedua ketika ia dan Rasulullah SAW bersembunyi di dalam gua. Maka berdirilah kalian dan berilah baiat kalian kepadanya. Maka orang-orang membaiat Abu Bakar secara umum setelah baiat di saqifah. Kemudian Abu Bakar berkata setelah memuji Allah SWT pemilik segala pujian. Ia berkata “Amma ba’du, wahai manusia sekalian sesungguhnya aku telah dipilih sebagai pimpinan atas kalian dan bukanlah aku orang yang terbaik diantara kalian maka jika berbuat kebaikan bantulah aku. Jika aku bertindak keliru maka luruskanlah aku, kejujuran adalah amanah dan kedustaan adalah khianat. Orang yang lemah diantara kalian ia kuanggap kuat hingga aku mengembalikan haknya kepadanya jika Allah menghendaki. Sebaliknya yang kuat diantara kalian aku anggap lemah hingga aku mengambil darinya hak milik orang lain yang diambilnya jika Allah mengehendaki. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah kecuali Allah timpakan kehinaan dan tidaklah kekejian tersebar di suatu kaum kecuali adzab Allah ditimpakan kepada kaum tersebut. Taatilah aku selama aku taat kepada Allah dan RasulNya. Tetapi jika aku tidak mentaati Allah dan RasulNya maka tiada kewajiban untuk taat kepadaku. Sekarang berdirilah untuk melaksanakan shalat semoga Allah merahmati kalian. [Al Bidayah Wan Nihayah Ibnu Katsir 5/269 dan ia menshahihkannya].

Salafy berhujjah dengan perkataan Umar “Sesungguhnya Allah SWT telah mengumpulkan urusan kita pada orang yang terbaik diantara kalian yaitu Sahabat Rasulullah dan orang yang kedua ketika ia dan Rasulullah SAW bersembunyi di dalam gua”. Kami katakan hujjah ini gak kena sama sekali atau kami katakan tidak ada alasan menjadikan perkataan ini sebagai bukti keutamaan Abu Bakar di atas Ali dengan alasan Abu Bakar sendiri membantah perkataan Umar tersebut. Dengan jelas Abu Bakar mengatakan “wahai manusia sekalian sesungguhnya aku telah dipilih sebagai pimpinan atas kalian dan bukanlah aku orang yang terbaik diantara kalian”. Tidak lain perkataan ini diucapkan Abu Bakar karena ia mendengar Umar mengatakan kalau Abu Bakar adalah orang yang terbaik diantara para sahabat.

Perlu diketahui para pembaca yang terhormat. Imam Ali dan beberapa orang tidaklah menghadiri persitiwa khutbah Abu Bakar ini. Mereka memisahkan diri di rumah Sayyidah Fathimah AS sampai akhirnya setelah kabar tentang mereka diketahui Umar maka Umar mengancam akan membakar rumah Sayyidah Fathimah AS

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ ، عْن أَبِيهِ أَسْلَمَ ؛ أَنَّهُ حِينَ بُويِعَ لأَبِي بَكْرٍ بَعْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، كَانَ عَلِيٌّ وَالزُّبَيْرُ يَدْخُلاَنِ عَلَى فَاطِمَةَ بِنْتِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، فَيُشَاوِرُونَهَا وَيَرْتَجِعُونَ فِي أَمْرِهِمْ ، فَلَمَّا بَلَغَ ذَلِكَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ خَرَجَ حَتَّى دَخَلَ عَلَى فَاطِمَةَ ، فَقَالَ : يَا بِنْتَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، وَاللهِ مَا مِنْ الْخَلْقِ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيْنَا مِنْ أَبِيك ، وَمَا مِنْ أَحَدٍ أَحَبَّ إِلَيْنَا بَعْدَ أَبِيك مِنْك ، وَأَيْمُ اللهِ ، مَا ذَاكَ بِمَانِعِيَّ إِنَ اجْتَمَعَ هَؤُلاَءِ النَّفَرُ عِنْدَكِ ، أَنْ آمُرَ بِهِمْ أَنْ يُحَرَّقَ عَلَيْهِمَ الْبَيْتُ قَالَ : فَلَمَّا خَرَجَ عُمَرُ جَاؤُوهَا ، فَقَالَتْ : تَعْلَمُونَ أَنَّ عُمَرَ قَدْ جَاءَنِي ، وَقَدْ حَلَفَ بِاللهِ لَئِنْ عُدْتُمْ لَيُحَرِّقَنَّ عَلَيْكُمَ الْبَيْتَ ، وَأَيْمُ اللهِ ، لَيَمْضِيَنَّ لِمَا حَلَفَ عَلَيْهِ ، فَانْصَرِفُوا رَاشِدِينَ ، فَرُوْا رَأْيَكُمْ ، وَلاَ تَرْجِعُوا إِلَيَّ ، فَانْصَرَفُوا عنها ، فَلَمْ يَرْجِعُوا إِلَيْهَا ، حَتَّى بَايَعُوا لأَبِي بَكْرٍ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Umar telah menceritakan kepada kami Zaid bin Aslam dari Aslam Ayahnya yang berkata ”Ketika Bai’at telah diberikan kepada Abu Bakar sepeninggal Rasulullah SAW. Ali dan Zubair masuk menemui Fatimah binti Rasulullah, mereka bermusyawarah dengannya mengenai urusan mereka. Sehingga ketika Umar menerima kabar ini Ia bergegas menemui Fatimah dan berkata ”Wahai Putri Rasulullah SAW demi Allah tidak ada seorangpun yang lebih aku cintai daripada ayahmu dan setelah Ayahmu tidak ada yang lebih aku cintai dibanding dirimu tetapi demi Allah hal itu tidak akan mencegahku jika orang-orang ini berkumpul di sisimu untuk kuperintahkan agar rumah ini dibakar bersama mereka yang ada di dalam rumah”. Ketika Umar pergi, mereka datang dan Fatimah berbicara  kepada mereka “tahukah kalian kalau Umar datang kemari dan bersumpah akan membakar rumah ini jika kalian kemari. Aku bersumpah demi Allah ia akan melakukannya jadi pergilah dan jangan berkumpul disini”. Oleh karena itu mereka pergi dan tidak berkumpul disana sampai mereka membaiat Abu Bakar [Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 14/567 no 38200 dengan sanad shahih sesuai syarat Bukhari Muslim

Kami berpanjang-panjang membahas masalah pembaiatan Abu Bakar ini untuk membuktikan bahwa pembaiatan Abu Bakar bukanlah hal yang terjadi dengan mulus tanpa adanya hambatan dan perselisihan. Jika pembaiatan tersebut memang dilandasi oleh ijma’ pengakuan bahwa Abu Bakar sahabat yang paling utama maka tidak ada alasan pembaiatan itu terjadi dengan hambatan dan perselisihan, seharusnya pembaiatan Abu Bakar itu berlangsung dengan mulus dimana selepas Nabi SAW wafat semua sahabat bersepakat berduyun-duyun membaiat Abu Bakar tanpa perlu memisahkan diri, berselisih, muncul keributan dan adanya ancaman pembakaran. Adanya hal-hal seperti itu justru menunjukkan kalau pembaiatan Abu Bakar terjadi sekonyong-konyong dengan peran utama sahabat Umar. Seandainya Abu Bakar dan Umar tidak datang ke Saqifah maka hampir bisa dipastikan kaum Anshar akan membaiat pemimpin mereka sendiri dan kalau ini terjadi maka mungkin akan muncul perselisihan besar karena sepertinya Abu Bakar dan Umar beserta kaum Muhajirin tidak akan rela dengan hal ini.

Kemudian hujjah salafy dengan perkataan Umar kalau Abu Bakar adalah orang yang paling dicintai Rasulullah SAW bukanlah bukti keutamaan Abu Bakar di atas Ali. Terdapat hadis shahih lain yang menunjukkan kalau orang yang paling dicintai Rasulullah SAW adalah Imam Ali dan telah kami sebutkan sebelumnya bahwa Aisyah RA sendiri mengakui kalau Rasulullah SAW lebih mencintai Ali daripada Abu Bakar dan ini diucapkan di depan Rasulullah SAW serta disetujui oleh Rasulullah SAW. Hujjah shahih dari Rasulullah SAW ini lebih patut diutamakan dibanding perkataan sahabat manapun yang menyelisihinya. Dalil ini adalah dalil yang qath’i shahih dari Rasulullah SAW yang menunjukkan keutamaan Imam Ali di atas Abu Bakar

ثنا أبو نعيم ثنا يونس ثنا العيزار بن حريث قال قال النعمان بن بشير قال استأذن أبو بكر على رسول الله صلى الله عليه و سلم فسمع صوت عائشة عاليا وهى تقول والله لقد عرفت ان عليا أحب إليك من أبي ومنى مرتين أو ثلاثا فاستأذن أبو بكر فدخل فأهوى إليها فقال يا بنت فلانة الا أسمعك ترفعين صوتك على رسول الله صلى الله عليه و سلم

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim yang berkata telah menceritakan kepada kami Yunus yang berkata telah menceritakan kepada kami Al ‘Aizar bin Huraits yang berkata Nu’man bin Basyir berkata “Abu Bakar meminta izin untuk bertemu dengan Rasulullah SAW. Kemudian beliau mendengar suara tinggi Aisyah yang berkata kepada Rasulullah SAW “Demi Allah sungguh aku telah mengetahui bahwa Ali lebih Engkau cintai daripada aku dan ayahku” sebanyak dua atau tiga kali. Abu Bakar meminta izin masuk menemuinya dan berkata “Wahai anak perempuan Fulanah tidak seharusnya kau meninggikan suaramu terhadap Rasulullah SAW” [Musnad Ahmad no 18333 tahqiq Syaikh Ahmad Syakir dan Hamzah Zain dengan sanad yang shahih]

Kami telah membawakan dalil qath’i keutamaan Imam Ali di atas Abu Bakar dan Umar, tetapi bukannya mengakui, salafy itu malah asal membantah saja

عن عبد الله رضى الله تعالى عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الحسن والحسين سيدا شباب أهل الجنة وأبوهما خير منهما

Dari Abdullah RA yang berkata Rasulullah SAW bersabda “Hasan dan Husain Sayyid [Pemimpin] pemuda surga dan Ayah mereka lebih baik dari mereka” [Al Mustadrak Ash Shahihain no 4779, Al Hakim dan Adz Dzahabi menshahihkannya]

Kami katakan hadis ini menjadi bukti bahwa Imam Ali lebih tinggi kedudukan dan keutamaannya dari Abu Bakar dan Umar. Karena Imam Ali lebih utama dari kedua Sayyid pemuda surga sedangkan kedua Sayyid pemuda surga jelas lebih utama dari para pemuda ahli surga. Salafy itu membantah dengan membawa hadis dhaif

حدثنا هشام بن عمار ثنا سفيان عن الحسن بن عمارة عن فراس عن الشعبي عن الحارث عن علي قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أبو بكر وعمر سيدا كهول أهل الجنة من الأولين والآخرين إلا النبيين والمرسلين لا تخبرهما يا علي ما داما حيين

 

Telah menceritakan kepada kami Hisyaam bin ‘Ammaar : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan (bin ‘Uyainah), dari Al-Hasan bin Al-‘Umaarah, dari Firaas, dari Asy-Sya’biy, dari Al-Haarits, dari ‘Aliy, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Abu Bakr dan ‘Umar adalah dua orang pemimpin bagi orang-orang dewasa penduduk surga, dari kalangan terdahulu maupun yang kemudian selain para Nabi dan Rasul. Jangan engkau khabarkan hal ini kepada mereka wahai ‘Aliy, selama mereka masih hidup” [Sunan Ibni Maajah no. 95].

Hadis Ibnu Majah ini sanadnya dhaif jiddan karena Hasan bin Umarah seorang perawi yang matruk. Abu Hatim, Ahmad, Nasa’i, Muslim, Daruquthni dan As Saji menyatakan ia matruk [At Tahdzib juz 2 no 532] ditambah lagi Al Haarits seorang perawi yang dhaif dan dinyatakan pendusta oleh Asy Sya’bi, Ali bin Madini, Abu Khaitsamah dan yang lainnya.

Hadits ini juga diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3666, ‘Abdullah bin Ahmad dalam Fadlaailush-Shahaabah  no. 196 & 202 & 290, Al-Qathii’iy dalam tambahannya terhadap kitab Fadlaailush-Shahaabah no. 632 & 633 & 666, Al-Bazzaar dalam Al-Bahruz-Zakhaar no. 828-831, Ath-Thahawiy dalam Syarh Musykilil-Aatsaar no. 1965, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath  no. 1370, Ibnu ‘Adiy dalam Al-Kaamil 4/1489, Al-Aajurriy dalam Asy-Syarii’ah 3/67 no. 1373-1375,  dan Al-Khathiib dalam Taariikh Baghdaad 6/148-149 & 7/617-618; dari beberapa jalan, dari Asy-Sya’biy, dari Al-Haarits Al-A’war, dari ‘Aliy bin Abi Thaalib, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam

Hadis riwayat Tirmidzi juga dhaif dan semua hadis lainnya juga telah kami bahas secara khusus. Kami hanya ingin menunjukkan kepada pembaca, silakan lihatlah salafy ini, ketika ia terdesak maka tidak segan-segan ia berhujjah dengan riwayat dari kitab yang tidak mu’tabar menurutnya. Mana sinisme yang sering ia tunjukkan, kenapa sekarang ia malah berhujjah dengan kitab-kitab yang tidak mu’tabar :mrgreen:

Sebagaimana yang dijelaskan Al-Akh Abul-Jauzaa, hadits di atas adalah shahih bi-syawaahidihi, silahkan baca http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/03/keutamaan-abu-bakr-dan-umar-yang.html

Pernyataan Abul Jauzaa itu mengada-ada dan telah kami bantah dalam tulisan kami yang secara khusus kami buat untuk membahas hadis ini. Takhrij Hadis Abu Bakar dan Umar Sayyid Kuhul Ahli Surga dan Pembelaan Salafy Nashibi Terhadap hadis Abu Bakar dan Umar Sayyid Kuhul Ahli Surga. Silakan dilihat dan bandingkan siapa yang berpegang pada kaidah ilmu hadis dan siapa yang sekedar taklid

Sedangkan bantahan orang syi’ah tersebut terhadap kedudukan hadits tersebut kami nilai tidak ada artinya sama sekali dan hanya mengada-ada saja.

Justru perkataan salafy ini yang tidak ada nilainya, dia sendiri saja tidak mengerti arti “syawahid” dalam ilmu hadis lha kok sok bisa mengatakan orang mengada-ada. Silakan tuh pelajari dulu ilmu hadis dimulai dengan mencari apa artinya syawahid dan apa bedanya dengan mutaba’ah?. Bagaimana mungkin kedua hadis sama-sama riwayat Ibnu Umar dinyatakan sebagai syawahid?. Dan maaf saja penilaian orang seperti anda tidak ada artinya sama sekali. Jika memang mampu silakan buktikan bahwa hadis Abu Bakar dan Umar Sayyid kuhul ahli surga itu shahih, gak usah asal menjawab dengan gaya menggerutu.

Kedua, hadits-hadits di atas memang merupakan keutamaan Ali, Hasan dan Husein radhiyallahu ‘anhum, tetapi sekali lagi bukanlah bukti bahwa mereka lebih utama daripada Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma. Perkataan sayyid pada hadits-hadits tersebut bukan berarti mereka menjadi sayyid mutlak bagi seluruh manusia, karena Nabi dan Rasul tidak mungkin di bawah kepemimpinan mereka,

Kalau mau berbicara dan berhujjah itu silakan tampilkan dalil-nya, jangan hanya menjadikan kata-kata anda sendiri sebagai hujjah. Perkataan basa-basi anda itu ternyata bertentangan dengan riwayat shahih berikut

أخبرنا محمد بن إسحاق بن إبراهيم مولى ثقيف حدثنا زياد ابن أيوب حدثنا الفضل بن دكين حدثنا الحكم بن عبد الرحمن بن أبي نعم حدثني أبي عن أبي سعيد الخدري عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : ( الحسن والحسين سيدا شباب أهل الجنة إلا ابني الخالة : عيسى ابن مريم ويحيى بن زكريا )

Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq bin Ibrahim mawla Tsaqiif yang menceritakan kepada kami Ziyaad bin Ayub yang menceritakan kepada kami Fadhl bin Dukain yang menceritakan kepada kami Al Hakam bin Abdurrahman bin Abi Na’m yang menceritakan kepadaku ayahku dari Abu Sa’id Al Khudri dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang bersabda “Hasan dan Husain adalah Sayyid pemuda ahli surga kecuali dua orang bersaudara yaitu Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakariya” [Shahih Ibnu Hibban 15/411 no 6959 dishahihkan oleh Syaikh Al Arnauth]

Ternyata Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa Sayyid pemuda ahli surga juga berlaku untuk para Nabi sehingga Beliau mengecualikan dua orang Nabi yaitu Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS.

ini artinya sayyid di dalam syurga itu ada banyak dan ada beberapa tingkatan. Perhatikan Hasan dan Husein adalah sayyid, tetapi ternyata ada level sayyid di atas mereka yaitu Ali, demikian juga di atas Ali ada sayyid lagi yaitu Umar, di atasnya lagi Abu Bakar di atasnya lagi para Nabi dan Rasul dan sayyid tertinggi di dunia dan di akhirat adalah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Mana buktinya Sayyid di dalam syurga ada banyak. Silakan para pembaca perhatikan beginilah sikap salafy terhadap Ahlul Bait, salafy dengan cara dan dalih apapun berusaha mengurangi keutamaan Ahlul Bait. Pernyataan Imam Ali sebagai Sayyid dan lebih utama dari Hasan dan Husain Sayyid pemuda ahli surga ditetapkan melalui dalil shahih dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Apa dasarnya salafy itu mengatakan di atas Ali ada sayyid lagi Umar dan diatasnya lagi Abu Bakar dan diatasnya lagi para Nabi dan Rasul?. Jangan cuma mengkhayal, buktikan tuh kalau ada hadis shahih bahwa Umar adalah Sayyid di atas Ali dan buktikan kalau ada hadis shahih Abu Bakar Sayyid di atas Umar. Salafy ini memang aneh, dia ini terbiasa berhujjah dengan hadis-hadis dhaif seperti hadis Abu Bakar dan Umar Sayyid Kuhul, hadis Ikutilah Abu Bakar dan Umar dan hadis “Jika ada Nabi setelahku maka ia adalah Umar”.

Salafy itu kemudian membantah penafsiran kami terhadap perkataan Imam Ali bahwa Abu Bakar dan Umar adalah orang terbaik setelah Nabi SAW. Tentu saja kami menafsirkan perkataan ini sebagai tawadhu’ Beliau sebagaimana memang terdapat qarinah[petunjuk] yang menguatkan dalam lafaz hadisnya. Salafy membawakan atsar berikut yang menurutnya adalah bantahan telak terhadap penafsiran kami

عن عمرو بن حريث، قال : سمعت عليا وهو يخطب على المنبر وهو يقول : ألا أخبركم بخير هذه الأمة بعد نبيها، أبو بكر، ألا أخبركم بالثاني فإن الثاني عمر.

Dari ‘Amr bin Hariits, ia berkata : Aku pernah mendengar ‘Aliy berkhutbah di atas mimbar. Ia berkata : “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang sebaik-baik umat ini setelah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam? yaitu Abu Bakr. Maukah aku beritahukan kepada kalian yang kedua? yaitu ‘Umar” [Fadlaailush-Shahaabah no. 398 dengan sanad hasan].

Yang mendengar khutbah Imam Ali itu tidak hanya Amru bin Hariits tetapi juga orang lain dan silakan perhatikan khutbah Imam Ali dengan kalimat yang lebih lengkap dari hadis di atas

حدثنا عبد الله حدثني وهب بن بقية الواسطي أخبرنا خالد بن عبد الله عن حصين عن المسيب بن عبد خير عن أبيه قال قام علي فقال خير هذه الأمة بعد نبيها أبو بكر وعمر وأنا قد أحدثنا بعدهم أحداثا يقضى الله تعالى فيها ما شاء

Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata menceritakan kepadaku Wahab bin Baqiyah Al Wasithi yang berkata telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Abdullah dari Hushain dari Al Musayyab bin Abdu Khair dari ayahnya yang berkata “Ali berdiri dan berkata “Orang yang terbaik diantara umat ini setelah Nabi mereka adalah Abu Bakar dan Umar. Sesungguhnya kita telah membuat hal-hal baru sepeninggal mereka dimana Allah akan memberikan hukuman atas hal-hal baru itu sesuai dengan kehendak-Nya” [Musnad Ahmad 1/15 no 926 dishahihkan oleh Syaikh Al Arnauth]

حدثنا عبد الله حدثني أبو صالح الحكم بن موسى ثنا شهاب بن خراش حدثني الحجاج بن دينار عن أبي معشر عن إبراهيم النخعي قال ضرب علقمة بن قيس هذا المنبر وقال خطبنا علي رضي الله عنه على هذا المنبر فحمد الله وأثنى عليه وذكر ما شاء الله أن يذكر وقال إن خير الناس كان بعد رسول الله صلى الله عليه و سلم أبو بكر ثم عمر رضي الله عنهما ثم أحدثنا بعدهما أحداثا يقضى الله فيها

Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Abu Shalih Hakam bin Musa telah menceritakan kepada kami Syihab bin Khirasy telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Dinar dari Abi Ma’syar dari Ibrahim An Nakha’i yang berkata Alqamah bin Qais memukul mimbar ini dan berkata “Ali RA pernah berkhutbah kepada kami di atas mimbar ini. Dia memuji Allah dan menyanjung-Nya. Dia menyebutkan apa yang dikehendaki oleh Allah untuk disebutkannya. Lalu dia berkata “Sesungguhnya manusia terbaik setelah Rasulullah SAW adalah Abu Bakar kemudian Umar. Sepeninggal mereka berdua, kitapun membuat hal-hal baru dimana Allah akan memberikan hukuman atas hal-hal baru itu” [Musnad Ahmad 1/127 no 1051 Syaikh Al Arnauth menyatakan sanadnya kuat]

Jika diperhatikan dengan baik maka jelas para perawi hadis tersebut telah meringkas khutbah Imam Ali. Lihat baik-baik Alqamah bin Qais tidak menyebutkan dengan jelas apa tepatnya perkataan Imam Ali yang ia maksud “Dia menyebutkan apa yang dikehendaki oleh Allah untuk disebutkannya”. kami pribadi belum menemukan perawi yang menyebutkan khutbah Imam Ali dengan benar-benar lengkap. Silakan perhatikan kedua hadis di atas, bukankah setelah memuji Abu Bakar dan Umar, Imam Ali mengatakan bahwa “kita telah membuat hal-hal baru sepeninggal mereka” dan hal baru itu adalah sesuatu yang menyebabkan Allah akan memberikan hukumannya. Bagi kami perkataan ini sangat jelas menunjukkan sikap tawadhu’ Imam Ali. Kenyataannya justru yang telah membuat hal-hal baru itu adalah Abu Bakar dan Umar, contohnya bukankah mereka berdua telah melarang haji tamattu’ dimana Rasulullah SAW membolehkannya dan telah mayshur diketahui bahwa Imam Ali sangat menentang pelarangan haji tamattu’.

Khutbah Imam Ali di atas disampaikan setelah Beliau menjabat sebagai khalifah, pada saat awal beliau menjabat khalifah Imam Ali telah menyampaikan hujjah kekhalifahannya

عن أبي الطفيل قال جمع علي رضي الله تعالى عنه الناس في الرحبة ثم قال لهم أنشد الله كل امرئ مسلم سمع رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول يوم غدير خم ما سمع لما قام فقام ثلاثون من الناس وقال أبو نعيم فقام ناس كثير فشهدوا حين أخذه بيده فقال للناس أتعلمون انى أولى بالمؤمنين من أنفسهم قالوا نعم يا رسول الله قال من كنت مولاه فهذا مولاه اللهم وال من والاه وعاد من عاداه قال فخرجت وكأن في نفسي شيئا فلقيت زيد بن أرقم فقلت له انى سمعت عليا رضي الله تعالى عنه يقول كذا وكذا قال فما تنكر قد سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول ذلك له

Dari Abu Thufail yang berkata “Ali mengumpulkan orang-orang di tanah lapang dan berkata “Aku meminta dengan nama Allah agar setiap muslim yang mendengar Rasulullah SAW bersabda di Ghadir khum terhadap apa yang telah didengarnya. Ketika ia berdiri maka berdirilah tigapuluh orang dari mereka. Abu Nu’aim berkata “kemudian berdirilah banyak orang dan memberi kesaksian yaitu ketika Rasulullah SAW memegang tangannya (Ali) dan bersabda kepada manusia “Bukankah kalian mengetahui bahwa saya lebih berhak atas kaum mu’min lebih dari diri mereka sendiri”. Para sahabat menjawab “benar ya Rasulullah”. Beliau bersabda “barang siapa yang menjadikan Aku sebagai pemimpinnya maka Ali pun adalah pemimpinnya dukunglah orang yang mendukungnya dan musuhilah orang yang memusuhinya. Abu Thufail berkata “ketika itu muncul sesuatu yang mengganjal dalam hatiku maka aku pun menemui Zaid bin Arqam dan berkata kepadanya “sesungguhnya aku mendengar Ali RA berkata begini begitu, Zaid berkata “Apa yang patut diingkari, aku mendengar Rasulullah SAW berkata seperti itu tentangnya” [Musnad Ahmad 4/370 no 19321 dengan sanad yang shahih seperti yang dikatakan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Tahdzib Khasa’is An Nasa’i no 88 dishahihkan oleh Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini]

Perhatikanlah baik-baik Abu Thufail pada saat itu mendengar Imam Ali berkhutbah meminta pengakuan atas mereka yang telah mendengar hadis Ghadir-kum dimana Rasulullah SAW mengatakan bahwa diri Beliau lebih berhak atas kaum mu’min lebih dari diri mereka sendiri. Tentu saja pernyataan “lebih berhak” ini menunjukkan bahwa kata “maula” yang digunakan oleh Rasulullah SAW menunjukkan kepemimpinan sebagaimana seorang pemimpin lebih berhak atas mereka yang dipimpinnya lebih dari diri mereka sendiri. Siapa yang menjadikan Rasul sebagai pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya. Hujjah Imam Ali inilah yang membuat sahabat Nabi Abu Thufail yang tidak mendengar hadis ghadirkhum menjadi ragu dan muncul sesuatu ganjalan dalam hatinya [kalau cuma sekedar keutamaan persahabatan maka mengapa harus ada keraguan dan ganjalan]

Kalau seorang sahabat Nabi seperti Abu Thufail bisa muncul sesuatu di hati-nya maka apalagi orang-orang lain yang mendengar pernyataan Imam Ali tersebut. Maka bisa diperkirakan bahwa sebagian orang mulai mempertanyakan keabsahan kedudukan khalifah sebelumnya yaitu Abu Bakar dan Umar.

حدثني روح بن عبد المؤمن عن أبي عوانة عن خالد الحذاء عن عبد الرحمن بن أبي بكرة أن علياً أتاهم عائداً فقال ما لقي أحد من هذه الأمة ما لقيت توفي رسول الله صلى الله عليه وسلم وأنا أحق الناس بهذا الأمر فبايع الناس أبا بكر فاستخلف عمر فبايعت ورضيت وسلمت ثم بايع الناس عثمان فبايعت وسلمت ورضيت وهم الآن يميلون بيني وبين معاوية

Telah menceritakan kepadaku Rawh bin Abdul Mu’min dari Abi Awanah dari Khalid Al Hadzdza’ dari Abdurrahman bin Abi Bakrah bahwa Ali mendatangi mereka dan berkata “tidak ada satupun dari umat ini yang mengalami seperti yang saya alami. Rasulullah SAW wafat dan sayalah yang paling berhak dalam urusan ini [kekhalifahan]. Kemudian orang-orang membaiat Abu Bakar terus Umar menggantikannya, maka akupun ikut membaiat, pasrah dan menerima. Kemudian orang-orangpun membaiat Utsman maka akupun ikut membaiat, pasrah dan menerima. Dan sekarang mereka bingung antara Saya dan Muawiyah [Ansab Al Asyraf Al Baladzuri 1/294 dengan sanad yang shahih sesuai syarat Bukhari]

Jika hal ini dibiarkan maka akan terjadi perselisihan yang akan menyebabkan perpecahan di kelompok pendukung Imam Ali padahal saat itu mereka menghadapi situasi sulit dengan adanya penentangan dari Muawiyah dan pengikutnya. Oleh karena itu untuk mencegah perpecahan maka Imam Ali berkhutbah memuji Abu Bakar dan Umar bahwa mereka adalah orang yang terbaik dan mengatakan bahwa “kita telah membuat hal-hal baru sepeninggal mereka dimana Allah SWT akan memberikan hukuman atas hal baru itu”. Tidak lain ini menunjukkan sikap tawadhu’ Beliau karena pada kenyataannya Beliau adalah orang yang paling berpegang teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah Nabi SAW. Abu Thufail sendiri setelah mendengar khutbah Imam Ali ia malah beranggapan Imam Ali lebih utama dari Abu Bakar dan Umar.

Kami yakin salafy tidak akan menerima penafsiran ini, mungkin mereka lebih suka untuk mengatakan kalau Imam Ali telah membuat hal-hal baru yang akan mendapat hukuman Allah SWT. Cukuplah kiranya kami berlepas diri dari mereka. Seorang Ahlul Bait yang selalu dalam kebenaran dan menjadi rujukan bagi umat tidak akan membuat hal-hal baru yang mendatangkan hukuman Allah SWT.

Kami jawab, paling tidak riwayat di atas menunjukkan bahwa : Abu Bakar dan Umar begitu dekat dengan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, Imam Ali mengakui keutamaan Abu Bakar dan Umar, Hubungan yang harmonis antara Imam Ali dan Syaikhan. Yang semua hal tersebut bertentangan dengan apa yang digambarkan oleh Syi’ah selama ini.

Kami tidak mengerti apa maksud salafy ini?. Kami pribadi tidak pernah menolak keutamaan Abu Bakar dan Umar. Hanya saja kami bersikap objektif dalam menerima sejarah. Fakta adalah fakta, Abu Bakar membuat marah Sayyidah Fathimah AS itu adalah berita shahih. Umar mengancam membakar rumah Imam Ali itu pun juga berita shahih. Kami tidaklah mengada-ada soal itu. Semua manusia yang tidak terjaga kesuciannya bisa saja memiliki keutamaan dan suatu ketika ia juga melakukan kesalahan yang berat. Imam Ali mengerti betul akan hal ini, sehingga Beliau tetap saja mengakui keutamaan Abu Bakar dan Umar.

Kami Jawab, hadits trsebut di dalam sanadnya terdapat perawi syi’ah yaitu Al-Ajlah. Cukuplah bagi kami untuk berhati-hati terhadap riwayat di atas.

Al Ajlah adalah perawi syiah yang tsiqat dan shaduq. Hadis-hadisnya telah dinilai shahih dan hasan oleh para ulama. Jadi tidak ada alasan untuk menolak hadisnya, kalau memang dikatakan perawi syiah yang meriwayatkan bid’ahnya harus ditolak. Kami katakan dimana letak bid’ah dalam hadis tersebut?. Ditambah lagi Al Ajlah tidak menyendiri meriwayatkan hadis ini, ia memiliki mutaba’ah dari Salim bin Abi Hafsah, Al ‘Amasy, Ammar Ad Duhni dan Ibrahim bin Hamad.

Justru terlihat penulis syi’ah ini yang terburu-buru dalam menarik kesimpulan dan mengabaikan hal yang begitu telak meruntuhkan syubhat orang syi’ah tersebut, mari kita perhatikan baik-baik perkataan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam : Seandainya aku [boleh] mengambil khalil selain Rabbku niscaya aku mengambil Abu Bakar tetapi cukuplah [kedudukan] persaudaraan dalam islam dan kasih sayang”

Justru salafy ini yang terburu-buru, dalam berhujjah ia sendiri tidak bisa membedakan antara penetapan dan perandaian. Salafy itu malah melanjytkan dengan kata-kata yang maaf kalau dianalisis dengan baik malah muncul hal yang aneh

Artinya jika Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam boleh mengambil khalil (khalil Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah Allah) selain dari pada Allah, maka Nabi akan mengambil Abu Bakar. Tentunya hal ini tidak boleh karena Allah tidak akan ridha jika dipersekutukan dengan yang lain sehingga nabi mengatakan cukuplah persaudaraan dan kasih sayang.

Menurut Salafy Allah tidak akan ridha dan perkataan Khalil itu berarti mempersekutukan Allah dengan yang lain. Sekarang makna khalil disitu apa?. Apakah maksudnya karena Nabi SAW memiliki cinta yang begitu besar kepada Abu Bakar sehingga jika dibolehkan Nabi akan mengambilnya sebagai khalil?. Apakah kecintaan yang besar itu mau dikatakan mempersekutukan Allah SWT dengan yang lain?. Silakan perhatikan dua hal

  • Kecintaan Nabi yang besar kepada Abu Bakar yang menurut salafy itu lebih tinggi dari mahabbah
  • Jika dibolehkan Nabi mengangkat Abu Bakar sebagai Khalil

Kami sebelumnya mengatakan bahwa perandaian Khalil itu menunjukkan kecintaan Nabi kepada Abu Bakar. Apakah kecintaan itu mau dikatakan salafy mempersekutukan Allah dengan yang lain?. Naudzubillah.

Maka ini adalah perumpamaan paling tinggi yang tidak pernah beliau ucapkan untuk sahabat lain kecuali untuk Abu Bakar, yang menunjukkan ketinggian kedudukan Abu Bakar di hati Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,

Sekarang salafy itu mengatakan bahwa ketinggian kedudukan Abu Bakar di hati Nabi, maka kami tanya padanya ketinggian kedudukan Abu Bakar di hati Nabi SAW itu sebagai apa, sebagai orang yang sangat dicintai? Ataukah sebagai khalil?. Apakah sesuatu yang ada di dalam hati itu mau dikatakan mempersekutukan Allah SWT dengan yang lain?. naudzubillah. Jika sebagai orang yang sangat dicintai maka kami tidak menolaknya tetapi itu bukan kekhususan bagi Abu Bakar mengingat Rasulullah SAW sendiri sangat mencintai Imam Ali, Sayyidah Fathimah AS dan Usamah bin Zaid RA. Bahkan telah diriwayatkan kalau Rasulullah SAW lebih mencintai Ali daripada Abu Bakar.

karena yang disebut khalil Allah hanya ada dua yaitu Nabi Ibrahim ‘alaihi sallam dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan bagi kedua Nabi tersebut, khalil mereka adalah Allah saja dan tidak boleh yang lain, maka jika Nabi membuat perandaian seperti itu, tidak ada lagi perandaian atau pujian yang lebih tinggi daripada pujian atau perandaian khalil terhadap Abu Bakar ini, hatta itu hadits manzilah, hadits sayyid ataupun hadits-hadits tentang keutamaan sahabat yang lain, dan tentunya ini adalah bukti bahwa Abu Bakar paling utama dibandingkan sahabat-sahabat yang lain.

Sangat jelas sekali kalau salafy ini tidak bisa membedakan perandaian dan penetapan. Intinya hadis tersebut bukan menceritakan Abu Bakar sebagai khalil tetapi menjelaskan bahwa Rasulullah SAW sangat mencintai Abu Bakar dan kecintaannya ini beliau katakan dengan perandaian khalil. Jadi keutamaan itu sendiri terletak pada kecintaannya bukan pada kata khalil. Dalam hal kecintaan Nabi SAW sendiri mengakui bahwa Beliau lebih mencintai Ali daripada Abu Bakar. Dan Imam Ali ini adalah manusia yang paling dicintai oleh Allah SWT berdasarkan hadis shahih

حدثنا سفيان بن وكيع حدثنا عبيد الله بن موسى عن عيسى بن عمر عن السدي عن أنس بن مالك قال كان عند النبي صلى الله عليه و سلم وسلم طير فقال اللهم آئتني بأحب خلقك إليك يأكل معي هذا الطير فجاء علي فأكل معه

 

Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Waki’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Musa dari Isa bin Umar dari As Suddi dari Anas bin Malik yang berkata Rasulullah SAW suatu ketika memiliki daging burung kemudian Beliau SAW bersabda “Ya Allah datangkanlah hambamu yang paling Engkau cintai agar dapat memakan daging burung ini bersamaKu. Maka datanglah Ali dan ia memakannya bersama Nabi SAW” [Sunan Tirmidzi 5/636 no 3721 hadis shahih dengan keseluruhan jalannya]

Adakah keutamaan yang lebih tinggi dari “manusia yang paling dicintai Allah SWT”. Dalam hadis Thair Allah SWT mengabulkan doa Rasulullah SAW dengan mendatangkan Imam Ali bukannya mendatangkan Abu Bakar atupun Umar. Ini menunjukkan keutamaan yang tinggi Imam Ali di atas sahabat lain termasuk Abu Bakar dan Umar. Dan ini bukan perandaian tetapi penetapan dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Begitu pula hadis manzilah, hadis Sayyid dan hadis Rasulullah SAW terhadap Imam Ali “Aku darinya dan Ia dari ku, ia adalah pemimpin setap orang beriman sepeninggalku”. Hadis-hadis ini adalah keutamaan yang tinggi dan berupa penetapan Nabi SAW bukan perandaian. Hadis soal khalil di atas bisa jadi sebagai bukti keutamaan yang tinggi Abu Bakar dibanding sahabat Nabi yang lain  dalam hal kecintaan tetapi tidak bagi Imam Ali karena terdapat penjelasan yang shahih bahwa Nabi SAW lebih mencintai Imam Ali dari Abu Bakar dan Imam Ali adalah manusia yang paling dicintai Allah SWT. kemudian Silakan perhatikan hadis berikut

حدثنا عبد الله حدثني حجاج بن يوسف الشاعر حدثني عبد الصمد بن عبد الوارث ثنا يزيد بن أبي صالح أن أبا الوضىء عبادا حدثه أنه قال كنا عامدين إلى الكوفة مع علي بن أبي طالب رضي الله عنه فلما بلغنا مسيرة ليلتين أو ثلاث من حروراء شذ منا ناس كثير فذكرنا ذلك لعلي رضي الله عنه فقال لا يهولنكم أمرهم فإنهم سيرجعون فذكر الحديث بطوله قال فحمد الله علي بن أبي طالب رضي الله عنه وقال إن خليلي أخبرني أن قائد هؤلاء رجل مخدج اليد على حلمة ثديه شعرات كأنهن ذنب اليربوع

Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang menceritakan kepadaku Hajjaj bin Yusuf Asy Syaa’ir menceritakan kepadaku Abdus Shamad bin Abdul Waris menceritakan kepada kami Yazid bin Abi Shalih bahwa Abul Wadhi’ Abbad menceritakan kepadanya yang berkata “kami pernah ke Kufah bersama Ali bin Abi Thalib. Ketika kami sampai perjalanan dua atau tiga malam dari Harura, ada banyak orang dari golongan kami yang tersesat. Kami pun menceritakan hal itu kepada Ali, maka ia berkata “janganlah persoalan itu membuat kalian resah, sesungguhnya mereka akan kembali”. Abul Wadhi’ berkata “Ali bin Abi Thalib memuji Allah SWT, kemudian ia berkata “sesungguhnya kekasihku pernah mengabarkan kepadaku bahwa pemimpin mereka adalah seorang laki-laki yang pendek tangannya di putting susunya terdapat rambut-rambut yang menyerupai ekor yarbu’… [Musnad Ahmad 1/140 no 1189 shahih oleh Syaikh Ahmad Syakir]

Imam Ali tidak ragu untuk menyatakan Rasulullah SAW sebagai khalil Beliau. Kira-kira apakah yang akan dikatakan oleh salafy terhadap hadis ini.

Demikian juga dengan perandaian : “jika ada Nabi setelahku maka Umarlah orangnya” menunjukkan kedudukan yang tinggi Umar yang tingkatannya mendekati tingkatan Nabi, walaupun Umar bukanlah seorang Nabi.

Sekarang kami tanya anda wahai salafy manakah yang lebih tinggi keutamaannya perandaian Umar sebagai Nabi atau perandaian Abu Bakar sebagai khalil Nabi. Silakan dijawab kalau memang anda mampu menjawabnya dan perhatikanlah apakah anda konsisten atau tidak.

Kemudian orang syi’ah tersebut menampilkan hadits-hadits keutamaan Imam Ali yang semuanya adalah juga keutamaan yang dimiliki Abu Bakar, bahkan riwayat-riwayat keutamaan Abu Bakar adalah yang lebih rajih.

Justru keutamaan Imam Ali menunjukkan keutamaan yang tinggi di atas Abu Bakar dan Umar. Hadis shahih menyebutkan kalau Imam Ali adalah orang yang pertama masuk islam, ini bukti keutamaan Imam Ali atas Abu Bakar [mengingat tidak ada satupun hadis shahih bahwa Abu Bakar adalah orang yang pertama kali masuk islam]. Hadis shahih menyebutkan kalau Imam Ali adalah pemimpin bagi setiap orang beriman sepeninggal Nabi SAW, dan Abu Bakar dan Umar jelas termasuk orang-orang beriman. Hadis Tsaqalaian yang shahih menyebutkan kalau Ahlul Bait adalah pegangan umat [termasuk didalam umat adalah Abu Bakar dan Umar] agar tidak tersesat  dan tidak diragukan lagi kalau Imam Ali adalah ahlul bait yang dimaksud. Jadi keutamaan Abu Bakar mana yang lebih rajih, silakan tunjukkan dan kami akan tunjukkan pula keutamaan Imam Ali yang melebihi Abu Bakar.

Akhir kata jika salafy itu mau berhujjah tidak perlu sok dan bersikaplah konsisten kalau memang mampu. Jangan hanya bisa taklid buta kepada gaya tafsir usang versi salafy, silakan analisis hadisnya dengan baik dan nilailah diri sendiri secara objektif sudah konsisten atau belum. Dan silakan salafy itu mengobati dulu penyakit sinismenya dengan kitab-kitab yang menurutnya tidak mu’tabar padahal ketika terdesak ia sendiri tidak segan-segan berhujjah dengan kitab-kitab yang tidak mu’tabar. Abul Jauzaa yang ia hormati itu juga setahu kami tidak pernah merendahkan kitab-kitab yang tidak mu’tabar bahkan tidak jarang berhujjah dengan kitab-kitab tersebut. Yah memang cuma pengikut salafy ini yang agak lain sendiri penyakitnya. Salam Damai

58 Tanggapan

  1. Tulisan yang cukup panjang tapi belum tentu bisa menyadarkan orang2 yang “ada sesuatu dihatinya”

  2. @BL
    saya menulis tidak untuk menyadarkan siapa-siapa kok, bagi saya itu namanya belajar, entah bagi yang membacanya. Diterima silakan, nggak juga gapapa, salam 🙂

  3. Salam wa rahmah

    Mas SP…perbahasan dan kupasan yang cukup menarik, alhamdulillah.
    Semoga Allah mengganjari anda dengan ridhaNya

  4. @SP
    terlalu panjang untuk saya amati penjelasan mas. Tapi saya rasa cukup memahami tujuan penjelasan tsb.
    Teringat saya akan sepotong ayat dibawakan oleh BL.
    “Didalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakit tsb kedalam hati mereka dan siksa Allah sangat pedih”
    Kedua: Imam Ali tidak memerlukan orang2 utk memuliakannya seperti apa yang dikatakan Salafy bahwa dibandingkan Abubakar dan Umar, maka sedikit para sahabat memuliakan Imam Ali as. Bagi Imam Ali as cukup Allah yang memuliakan melalui RasulNya. Apa guna kemulian yang diberi manusia tetapi mendapat hinaan dari Allah. Wasalam

  5. وما اختلف فيه إلا الذين أوتوه من بعد ما جاءتهم البينات بغيا بينهم
    فهدي الله الذين ءامنوا لما اختلفوا فيه من الحق بإذنه
    والله يهدي من يشاء إلي صراط مستفيم

  6. maaf agak OOT
    argument2 salafi,jd ingat arswendo

  7. OOT juga!
    Kira2 kalo artikel ini dibantah lagi panjangnya kayak apa yah?
    *menunggu artikel bantahan*

  8. Satu hal yg tidak dapat dibantah dan anda sendiri menganggapnya shahih adalah bahwa Imam Ali mengakui bahwa Abu dan Umar adalah manusia terbaik setelah Nabi dan Rasul di hadapan orang banyak dan secara khusus di hadapan anaknya Muhammad bin Al-Hanafiyyah.
    Kalau anda katakan imam Ali tawadhu’ maka apa bedanya tawadhu’ dgn menyembunyikan kebenaran atau berdusta. Kalau saya rangking satu di kelas dan SAYA TAHU ITU lalu saya katakan rangking satu adalah si FUlan maka itu sebetulnya berdusta bukan tawadhu’

    Tawadhu’ tentu ada tempatnya dan tidak harus menyembunyikan kebenaran di hadapan orang banyak atau anak sendiri.

    Begitulah yg dipahami oleh Ibnu Al-Hanafiyyah, sehingga dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abi Syaibah ketika ditanya apakah Abu Bakar adalah orang pertama masuk Islam? Dia menjawab, “KArena dia yg paling baik di antara mereka keislamannya sampai dia bertemu Allah” Artinya Ibnu Al-Hanaifyyah sendiir tidak menyangkal kalau Abu Bakar lebih baik daripada ayahnya.

    Masalah ada kalimat manusia terbaik itu adalah kalimat umum. Banyak kaliamt secara mauquf maupun marfu’ yg menyatakan si Fulan terbaik, sebaik-baik manusia… dan lain sejenisnya tapi tidak ada kalimat tafdhil dgn menyebut nama kecuali kalimat bahwa Abu Bakar, Umar dan Utsman, sehingga kalimat khusus itulah yg harus dipakai. Apa ada kelimat yg dgn tegas menyatakan tafdhil Ali di banding Abu Bakar?

    Kayaknya malah Imam Ali berkeinginan mencambuk orang yg menetapkannya melebihi Abu Bakar dan Umar dan jelas itu bukan lafaz munkar karena sesuai dgn khutbah Imam Ali sendiri yg menyatakan bahwa manusia terbaik setelah Rasulullah adalah Abu Bakar dan Umar.

    Adapun usaha anda untuk melemahkan hadits Abu Az-ZA’ra` itu sangatlah lemah, karena Abu Az-Za’ra` diperkuat oleh riwayat lain dari Al-Qamah yg minimal derajatnya hasan. Jelas disitu Imam Ali akan menghukum orang yg melebihkannya daripada Abu Bakar dan Umar dgn had al muftari dan hadd al-mufatri itu kalau anda buka kitab-kitab fikih ya dicambuk.

  9. @antirafidhah

    Satu hal yg tidak dapat dibantah dan anda sendiri menganggapnya shahih adalah bahwa Imam Ali mengakui bahwa Abu dan Umar adalah manusia terbaik setelah Nabi dan Rasul di hadapan orang banyak dan secara khusus di hadapan anaknya Muhammad bin Al-Hanafiyyah.

    Telah saya bahas sebelumnya bahwa pernyataan Beliau merupakan sikap tawadhu’ beliau.

    Kalau anda katakan imam Ali tawadhu’ maka apa bedanya tawadhu’ dgn menyembunyikan kebenaran atau berdusta. Kalau saya rangking satu di kelas dan SAYA TAHU ITU lalu saya katakan rangking satu adalah si FUlan maka itu sebetulnya berdusta bukan tawadhu’

    Sama dong kayak Abu Bakar, kalau memang dia adalah orang yang terbaik kenapa pula ia mengatakan kalau ia bukan yang terbaik. Jadi menurut anda Abu Bakar berdusta. Misal nih ada siswa kelas 6 SD bernama Abu Bakar rangking satu di kelas tetapi dia berkata “aku bukan rangking satu di kelas”. Nah itu tawadhu’ atau berdusta, jangan memaksakan logika anda kalau konsekuensinya anda tidak bisa menerima :mrgreen:

    Tawadhu’ tentu ada tempatnya dan tidak harus menyembunyikan kebenaran di hadapan orang banyak atau anak sendiri.

    Ketika saya menafsirkan tawadhu’ itu bukan dengan asal-asalan. semuanya dengan petunjuk yang ada dalam lafaz hadisnya. Ketika khutbah terdapat lafaz yang mengatakan seolah Imam Ali melakukan hal-hal baru yang mendapat hukuman Allah SWT, bagi saya ini sikap tawadhu’ Beliau. ketika ditanya anaknya tentang kedudukannya, Imam Ali menjawab “aku hanya seorang laki-laki dari kalangan kaum muslimin”. Ini pun juga sikap tawadhu’ beliau.

    Begitulah yg dipahami oleh Ibnu Al-Hanafiyyah, sehingga dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abi Syaibah ketika ditanya apakah Abu Bakar adalah orang pertama masuk Islam? Dia menjawab, “KArena dia yg paling baik di antara mereka keislamannya sampai dia bertemu Allah” Artinya Ibnu Al-Hanaifyyah sendiir tidak menyangkal kalau Abu Bakar lebih baik daripada ayahnya.

    Silakan tampilkan riwayat yang mau anda jadikan hujjah. Kemudian saya jawab riwayat Ibnu Al Hanafiyyah bertentangan tuh dengan riwayat yang shahih dari para sahabat bahwa Imam Ali adalah orang yang pertama masuk islam. bahkan Imam Ali sendiri mengakui kalau Beliau orang yang pertama masuk islam. Dan saya pribadi belum menemukan riwayat shahih bahwa Abu Bakar adalah orang yang pertama masuk islam. Terdapat atsar yang shahih dimana Imam Hasan berkhutbah di hadapan manusia dan mengakui kalau keilmuan Imam Ali itu lebih tinggi dan tidak akan tercapai oleh orang setelah dan sebelum Beliau. Buknkah Imam Hasan sendiri mengakui keutamaan Imam Ali di atas Abu Bakar.

    Masalah ada kalimat manusia terbaik itu adalah kalimat umum. Banyak kaliamt secara mauquf maupun marfu’ yg menyatakan si Fulan terbaik, sebaik-baik manusia… dan lain sejenisnya tapi tidak ada kalimat tafdhil dgn menyebut nama kecuali kalimat bahwa Abu Bakar, Umar dan Utsman, sehingga kalimat khusus itulah yg harus dipakai. Apa ada kelimat yg dgn tegas menyatakan tafdhil Ali di banding Abu Bakar?

    Sekarang saya tanya anda, sebuah kedudukan dan keutamaan itu yang shahih adalah yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Hadis shahih Rasulullah SAW yang shahih menyebutkan kalau Imam Ali adalah manusia yang paling dicintai Allah SWT. Ini bukti keutamaan Imam Ali di atas Abu Bakar. Silakan perhatikan hadis yang saya tampilkan di atas, Aisyah RA mengakui di hadapan Nabi SAW kalau Nabi SAW lebih mencintai Ali daripada Abu Bakar. Nah ini kan bukti jelas yang anda minta dan itu shahih dari Rasulullah SAW.

    Kayaknya malah Imam Ali berkeinginan mencambuk orang yg menetapkannya melebihi Abu Bakar dan Umar dan jelas itu bukan lafaz munkar karena sesuai dgn khutbah Imam Ali sendiri yg menyatakan bahwa manusia terbaik setelah Rasulullah adalah Abu Bakar dan Umar.

    Gak ada tuh hadis yang shahih soal Imam Ali akan mencambuk mereka yang mengutamakan Abu Bakar dan Umar. btw salah satu sahabat Nabi yaitu Abu Juhaifah pernah mengutamakan Imam Ali di atas sahabat yang lain dan ia mengatakannya di hadapan Imam Ali. Tidak ada tuh Imam Ali mau mencambuknya. Sudah jelas kok perkara mencambuk itu adalah sesuatu yang mungkar.

    Adapun usaha anda untuk melemahkan hadits Abu Az-ZA’ra` itu sangatlah lemah, karena Abu Az-Za’ra` diperkuat oleh riwayat lain dari Al-Qamah yg minimal derajatnya hasan.

    Riwayat Alqamah itu sendiri gak ada tuh kata-kata mencambuk 🙂

    Jelas disitu Imam Ali akan menghukum orang yg melebihkannya daripada Abu Bakar dan Umar dgn had al muftari dan hadd al-mufatri itu kalau anda buka kitab-kitab fikih ya dicambuk.

    lho kok pakai kitab fiqih, gak sekalian saja tuh bawa hadis shahih-nya. btw banyak tuh para sahabat yang mengutamakan Imam Ali di atas Abu Bakar dan Umar seperti Abu Thufail tetapi tidak ada tuh Imam Ali mencambuk atau menghukumnya. Gak usah terlalu bersemangat dalam mengutamakan Abu Bakar dan Umar. Buktikan hadis shahih Rasulullah SAW yang menunjukkan keutamaan Abu Bakar dan Umar di atas Ali.

  10. Abu Bakar itu tidak pernah diberitahu bahwa dia adalah manusia terbaik oleh Rasulullah saw.
    Kalau ada anak SD bilang seperti yg anda katakan itu maka itu namanya BOHONG bukan tawadhu’.
    Tapi kalau memang menurut anda cara bertawadhu boleh berbohong ya silahkan saja. Mungkin memang kebiasaan orang syiah begitu kali ye…:P

    Masalah hadits Imam Ali yg mau mencambuk anda baca dulu sabab wurudnya dalam riwayat Suwaid bin Ghaflah. Jelas adanya fenomena mengangungkan beliau oleh sebuah kelompok, sedangkan di hadapan Abu Juhaifah Imam Ali langsung kasi klarifikasi, apa menurut Anda Imam Ali menyembunyikan kebenaran dari Abu Juhaifah??

    Lalu bagaimana dgn pemahaman Muhammad bin Al-Hanafiyyah sendiri?? Apa anda merasa lebih tahu maksud Imam Ali daripada anaknya sendiri??

  11. Tambahan: Coba anda baca baik-baik riwayat yg ada dalam Ibnu Syiabh: Ibnu Al-HAnafiyyah ditanya apakah Abu Bakar orang pertama yg masuk ISlam?
    Dia jawab: BUKAN.
    Lalu ditanya lagi: Lalu alasan apa Abu Bakar menjadi YG LEBIH UTAMA DI ANTARA MEREKA?
    Barulah Ibnu Al-Hanfiyyah menjawab seperti yg saya tulis itu. Senagaja saya singkat karena dgn asumsi anda sudah baca riwayat itu.

  12. @antirafidhah
    Karena anda ngotot bahwa Imam Ali pernah mengatatakan bahwa Abubakar adalah manusia terbaik sesudah Rasul, maka ANGGAPLAH BENAR kata2 tsb.
    Sekarang saya ingin bertanya pada anda: Yang dimaksud TERBAIK dalam segi/hal apa? Anda harus ingat waktu menjawab ya, bahwa Rasuullah adalah Hamba Allah yang paling SEMPURNA. Sekali lagi INGAT. Agar jawaban anda tidak NGAWUR

  13. @antirafidhah

    Abu Bakar itu tidak pernah diberitahu bahwa dia adalah manusia terbaik oleh Rasulullah saw.

    Kalau Abu Bakar sendiri tidak diberitahu, lantas siapa yang tahu. btw Abu Bakar itu mendnegar sendiri kok soal hadis khalil yang sering dijadikan dasar salafy untuk mengutamakan Abu Bakar dari sahabat yang lain, tetapi nyatanya setelah mendengar mendengar hadis tersebut Abu Bakar tetap menganggap dirinya bukan yang terbaik.

    Kalau ada anak SD bilang seperti yg anda katakan itu maka itu namanya BOHONG bukan tawadhu’.

    Saya cuma menunjukkan apa yang dikatakan Imam Ali itu sama kok dengan apa yang dikatakan Abu Bakar?. Kalau anda tidak mau mengartikan tawadhu’ atau mengatakan tawadhu’ seperti itu dusta maka apa yang anda katakan itu berlaku juga buat Abu Bakar.

    Tapi kalau memang menurut anda cara bertawadhu boleh berbohong ya silahkan saja. Mungkin memang kebiasaan orang syiah begitu kali ye…:P

    wah maaf saja apa hubungannya dengan syiah, mungkin kebiasaan salafy kali yang berhujjah dengan gaya sembarangan. Kalau anda berkeras Imam Ali menganggap Abu Bakar sebagai yang terbaik maka Abu Bakar menganggap dirinya bukan yang terbaik. Yang mana yang mau anda jadikan hujjah dan apa dasarnya. Lantas kalau anda menerima perkataan Imam Ali itu secara zahir maka anda harus menerima kalau Imam Ali itu hanyalah seorang laki-laki dari kalangan kaum muslimin dan telah melakukan hal-hal baru yang akan mendapat hukuman Allah SWT. Saya tanya, apakah anda menerima itu semua? 🙂

    Masalah hadits Imam Ali yg mau mencambuk anda baca dulu sabab wurudnya dalam riwayat Suwaid bin Ghaflah. Jelas adanya fenomena mengangungkan beliau oleh sebuah kelompok, sedangkan di hadapan Abu Juhaifah Imam Ali langsung kasi klarifikasi, apa menurut Anda Imam Ali menyembunyikan kebenaran dari Abu Juhaifah??

    lho memangnya kelompok yang anda maksud berada dimana? jauh di ujung kulon atau ada di hadapan Imam Ali. Terus kelompok yang dimaksud itu siapa dan mereka melakukan atas dasar apa. Kalau misalnya mereka mengutamakan Imam Ali karena hadis-hadis yang sampai kepada mereka atau karena mereka meneladani sahabat yang mengutamakan Imam Ali apakah mereka akan dicambuk?. Kalau anda tidak bisa membedakan yang mana yang bathil dan yang mana yang tidak ya gak perlu memaksakan diri.

    Lalu bagaimana dgn pemahaman Muhammad bin Al-Hanafiyyah sendiri?? Apa anda merasa lebih tahu maksud Imam Ali daripada anaknya sendiri??

    Bukankah sudah saya tanya, tampilkan dulu riwayat tersebut dan buktikan keshahihannya, karena andalah yang menjadikan riwayat itu sebagai hujjah. Lagipula masa’ sih anda tidak membaca komentar saya dengan baik. Imam Hasan sendiri putra Imam Ali berkhutbah di hadapan manusia menunjukkan keutamaan Imam Ali yang tidak bisa dicapai oleh orang sebelum dan sesudah Imam Ali, itu bukti kalau Imam Hasan mengakui keutamaan Imam Ali di atas semua sahabat yang lain termasuk Abu Bakar dan Umar. Jangan hanya berpikir kalau anda sendiri yang memiliki dalil dalam masalah ini, ok :mrgreen:

    Tambahan: Coba anda baca baik-baik riwayat yg ada dalam Ibnu Syiabh: Ibnu Al-HAnafiyyah ditanya apakah Abu Bakar orang pertama yg masuk ISlam?
    Dia jawab: BUKAN.
    Lalu ditanya lagi: Lalu alasan apa Abu Bakar menjadi YG LEBIH UTAMA DI ANTARA MEREKA?
    Barulah Ibnu Al-Hanfiyyah menjawab seperti yg saya tulis itu. Senagaja saya singkat karena dgn asumsi anda sudah baca riwayat itu

    Silakan tuh tampilkn riwayatnya dan maaf bukankah anda sebelumnya berkata

    Begitulah yg dipahami oleh Ibnu Al-Hanafiyyah, sehingga dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abi Syaibah ketika ditanya apakah Abu Bakar adalah orang pertama masuk Islam? Dia menjawab, “KArena dia yg paling baik di antara mereka keislamannya sampai dia bertemu Allah” Artinya Ibnu Al-Hanaifyyah sendiir tidak menyangkal kalau Abu Bakar lebih baik daripada ayahnya

    hoo jadi Abu Bakar itu bukan yang pertama kali masuk islam toh. btw sebenarnya untuk apa anda berhujjah dengan perkataan Ibnu Hanafiah, apakah perkataan seorang tabiin bisa menjadi hujjah. Kalau memang mau berhujjah silakan tuh tunjukkan riwayat shahih dari Rasulullah SAW yang mengutamakan Abu Bakar dan Umar di atas Ali. Dan silakan tuh tanggapi hadis-hadis Rasulullah SAW yang saya tampilkan yang menunjukkan keutamaan Imam Ali di atas Abu Bakar dan Umar. Kenapa harus saya memperhatikan dalil kalian para salafy kalau kalian sendiri tidak pernah memperhatikan dalil orang lain 🙂

  14. @antirafidhah

    Utk mengetahui siapa murid terbaik, tentu saja hanya sang guru yang tahu karena sang guru itulah yg menilai murid2nya. Sangat tidak masuk akal bila untuk menentukan siapa murid terbaik, penilaian diserahkan pada murid-murid itu sendiri.

    Begitu juga untuk mengetahui siapa manusia terbaik setelah Rasulullah SAW, mengapa kita tidak merujuk hadis2 shahih/ mutawatir dari “sang guru” Nabi SAW. Bukankah apa yg diucapkan Nabi adalah dari Allah dan bukankah Nabi lebih berhak terhadap kaum muslimin dibanding mereka sendiri. Dan tentu saja Nabi SAW lebih berhak untuk menilai/menetapkan siapa manusia terbaik setelah beliau dibanding para sahabat. Maka kita fokuskan pada hadis shahih/mutawatir dari Nabi SAW dan kita kesampingkan pendapat(atsar) dari “murid-murid” tsb.

    Silakan sdr. Antirafidhah anda kemukakan hadis shahih tentang keutamaan Abu Bakar di atas Imam Ali karena saya lihat di blog ini sang empunya sudah banyak membuktikan keshahihan hadis tentang keutamaan Imam Ali di atas Abu Bakar dan Umar.

  15. @SP

    saya adalah pembaca setia blog anda. Saya suka sekali dengan gaya tulisan anda dan semoga anda diberkahi umur panjang dan terus konsisten untuk menulis. Semoga juga ada dikumpulkan bersama Imam2 ahlul bait idola anda.

    Berbicara mengenai salafy/wahhabi, sepatutnya tidak usah berkecil hati. Mereka benar2 makhluk berbeda umat islam lainna, dengan alasan :
    1. Jika umat islam lainnya tinggal di bumi yang bulat, maka bumi yang ditempati wahhabi/salafy itu bentuknya ceper. Ini sesuai dengan fatwa ulama kebanggaan mereka, Bin Baz. Akibat mereka tinggal di bumi yang ceper, secara biologis membuat bentuk otak mereka ceper. Mungkin dikarenakan cara kerja gaya gravitasi-nya berbeda jika bentu bumi-nya bulat. Dan percaya atau tidak, gara2 otak mereka ceper, cara berpikir mereka juga ikut2an ceper. Makanya, susah sekali mengajak mereka berpikir utuh/bulat..:)
    2. Jika bumi yang ditempati umat islam lainnya mengelilingi matahari, maka bumi yang ditempati wahhabi/salafi adalah pusat tata surya dan karena itu matahari mengelilingi bumi tempat tinggal wahabbi/salafy. Ternyata ini juga sesuai dengan fatwa ulama kebanggaan mereka, Bin Baz. Dan Percaya atau tidak, gara2 bumi yang ditempati wahhabi/salafy menjadi pusat tata surya, secara biologis maupun psikologis, membawa konsekuensi logis bagi cara pikir wahhabi/salafy, yaitu :
    a. Mereka menjadi sangat ego-sentris dan keras kepala. Mereka menjadi manusia yang merasa paling benar sendiri karena itu mereka merasa berhak untuk mengkafirkan dan mensesatkan umat islam lainnya. Tidak ada kamus rendah hati didada mereka. Bisa jadi, karena terpengaruh bumi yang menjadi pusa tata surya.
    b. Karena bumi yang mereka tempati bertolak belakang dengan bumi yang ditempati umat islam lainnya, maka cara pikir mereka juga bertolak belakang dengan cara berpikir umat islam lainnya. Terasa kan jika berdiskusi dengan wahhabi/salafy, betapa sulitnya memberikan pemahaman dengan mereka.
    c. Salah satu akibat dari bumi menjadi pusat tatasurya, gerak-gerak planet dan matahari menjadi rumit. Perhitungan rumus Kepler juga tidak menjadi sederhana. Diperlukan rumus2 matematika yang kompleks untuk menentukan posisi bintang-bintang. Dan percaya atau tidak, gara2 gerak2 planet yang rumit, membuat cara berpikir wahhabi/salafy menjadi rumit pula. Saking rumitnya, memahami masalah yang sederhana sekalipun, dibuat rumit oleh mereka. Ternyata gara-gara suka berpikir rumit ini, menjadi masalah bagi wahhabi/salafy. Karena ternnyata otak mereka yang ceper, tidak bisa diajak berpikir rumit. Akhirnya, daripada susah berpikir rumit, mereka malas berpikir dan lebih nyaman mengambil pendapat2 ulama mereka betapapun tidak masuk akalnya.

    Jadi, tidak usah berkecil hati jika berbicara dengan wahhabi/salafy.

  16. @wahabi kampret
    Terima kasih mas. Suatu masukan yang baik dan perlu ditelaah. Yang harus dianalisa adalah akibat dari pola berpikir mereka yang menentang kenyataan/kebenaran. Wasalam

  17. Jelas sekali lafaz dari Imam Ali, penghususan beliau terhadap keutamaan Abu Bakar dan Umar, hanya orang yang ada penyakit di dalam hatinya saja yang menolaknya dan menunjukkan ittiba’ yang palsu terhadap Imam Ali.

    Imam Ali selalu mengkhususkan Abu Bakar dan Umar sebagai orang terbaik setelah Nabi SAW, dan perkataan beliau tersebut konsisten di setiap kesempatan. sedangkan Abu Bakar jelas sedang merendahkan dirinya, dan hanya sekali itu saja saat dia dilantik menjadi khalifah, dia tidak mengkhususkan siapapun dalam perkataannya atau tidak mentafdhil siapapun.

    orang yang sehat akalnya pasti akan bisa membedakan orang yang sedang tawadhu’ atau bukan.

    @wahabi kampret

    Walaupun menurut ane fatwa ulama tertentu tidaklah merupakan representasi dari satu kelompok, tapi mending ane ikut wahabi hidup di dunia lain drpd berbaik-baik dengan syi’ah rafidhah :mrgreen:

  18. @paiman

    Sampeyan itu pada dasarnya tdk berargumen kecuali dalil “pokoknya” yg menjadi kartu terakhir yg sampeyan keluarkan.
    Dan ucapan sampeyan “perkataan beliau (imam Ali) tersebut konsisten di setiap kesempatan” adalah bunga-bunga kata dan angan2 sampeyan yg sangat tdk perlu, kecuali sampeyan bisa menunjukkan kepada pembaca di blog ini riwayat2 apa saja yg sampeyan maksudkan “di setiap kesempatan”. Yang kalau menilik kata2 itu artinya dalam jumlah banyak, bukan hanya 2-3 kesempatan.

    Salam

  19. @paiman
    lontaran logika terbalik yg sudah ngga aneh lg dari para pengikut wahabi.
    asumsi bahwa abubakar selalu “merendah” kan dirinya, tentunya sangat tdk tepat sasaran jika dikaitkan dengan ambisinya meraih kekuasaan dan merebut tanah fadak dr. mereka yg lebih berhak.justru disinilah terlihat siapa sebenarnya manusia yg tawadhu, Imam Ali As ataukah Abu Bakar dan Umar. Imam Ali As sangat rendah hati ketika hak Beliau di rampas…..kemudian dengan kerendahan hatinya selalu sudi untuk memberi masukan / saran2 jika diminta oleh para ‘khalifah’ tersebut. dan dengan kerendahan hati itu pulalah Imam Ali As menolak utk menjadi Khalifah yg ke 3 karena syarat 2 yg diajukannya menyimpang dari sunnah NAbi Saww. Beliau pun bersabar dan rendah hati ketika Istrinya wafat (akibat) membawa sakit hati yg dalam pd Abubakar dan AUmar serta pengikutnya….dan betapa sabar dan rendah hatinya ketika beliau melihat / melepas sahabat dan pengikut setianya Abu Dzar Al Ghifari yg oleh Nabi Saww di beri gelar manusia yg perkataannya paling benar di muka bumi, dibuang/diasingkan hingga wafatnya menderita oleh Ustman Bin Affan……jadi Paiman….siapakah manusia yg berhak jadi PANUTAN setelah NAbi SAWW, Imam ALI As ataukah Syaikhan ABU BAKAR dan UMar ???

  20. @Paiman
    Akal anda dimana bisa menerima pendapat mereka yang mengatakan Imam Ali as mengutamakan Abubakar sesudah Rasul. Imam Ali as tidak mungkin mengucapkan sesuatu yang lain dari pada apa yang Rasul telah ucapkan..
    Rasulullah telah bersabda:
    1. Engkau Ali adalalah PEMIMPIN para Mukmin
    (Amirul mukminin)
    2. Aku madinahtul ilmi dan engkau GERBANGnya
    3. Enkau Ali adalah saudaraku didunia dan akhirat
    4.Engkau dan aku adalah seperti Harun dan Musa
    tapi tidak ada Nabi setelah aku
    5. Engkau Ali dicintai Allah dan aku
    6. Dan masih banyak lagi keutamaan Imam Ali.
    Apakah Abubakar dan Umar dapat menyamai keutamaan ini? Kalau ada berikan Nashnya.
    Dengan sabda2 Rasul tersebut diatas mungkinkah
    Imam Ali mengucapkan lain daripada ucapan Rasul.?

  21. @paiman
    perkataan anda”, …….daripada berbaik-baik dengan Syiah rafidhah (Imamiyah ?).” terkesan utk perintah berbuat Zolim pada Kaum Syiah….hati2 paiman jika anda benar2 berIslam. kata kata anda akan merusak Citra Islam yg anda sandang dimata umat Samawi yg lain dikarenakan FATWA GILA anda (Wahabi-Salafy) terhadap kaum SYIAH Imamiyah.

  22. @anti rafidah

    Kalau anda katakan imam Ali tawadhu’ maka apa bedanya tawadhu’ dgn menyembunyikan kebenaran atau berdusta. Kalau saya rangking satu di kelas dan SAYA TAHU ITU lalu saya katakan rangking satu adalah si FUlan maka itu sebetulnya berdusta bukan tawadhu’

    Kemudian Abu Bakar berkata setelah memuji Allah SWT pemilik segala pujian. Ia berkata “Amma ba’du, wahai manusia sekalian sesungguhnya aku telah dipilih sebagai pimpinan atas kalian dan bukanlah aku orang yang terbaik diantara kalian …..
    Ini masuk kategori apa?
    Mohon berikan contoh kalimat tawadhu menurut versi anda.

    Lalu bagaimana dgn pemahaman Muhammad bin Al-Hanafiyyah sendiri?? Apa anda merasa lebih tahu maksud Imam Ali daripada anaknya sendiri??

    “Abu Bakar meminta izin untuk bertemu dengan Rasulullah SAW. Kemudian beliau mendengar suara tinggi Aisyah yang berkata kepada Rasulullah SAW “Demi Allah sungguh aku telah mengetahui bahwa Ali lebih Engkau cintai daripada aku dan ayahku” sebanyak dua atau tiga kali.
    Apakah anda merasa lebih tahu dari anaknya sendiri??

    Salam damai

  23. @paiman
    Menurut Rasulullah SAW:
    1. Engkau Ali adalalah PEMIMPIN para Mukmin
    (Amirul mukminin)
    2. Aku madinahtul ilmi dan engkau GERBANGnya
    3. Enkau Ali adalah saudaraku didunia dan akhirat
    4.Engkau dan aku adalah seperti Harun dan Musa
    tapi tidak ada Nabi setelah aku
    5. Engkau Ali dicintai Allah dan aku.
    6. “Ya Allah datangkanlah hambamu yang paling Engkau cintai agar dapat memakan daging burung ini bersamaKu. Maka datanglah Ali dan ia memakannya bersama Nabi SAW”
    Dari Aisyah ra:
    “Demi Allah sungguh aku telah mengetahui bahwa Ali lebih Engkau cintai daripada aku dan ayahku”
    Paiman Berkata: “hanya orang yang ada penyakit di dalam hatinya saja yang menolaknya dan menunjukkan ittiba’ yang palsu terhadap Imam Ali. ”
    :mrgreen:

    Salam damai

  24. Mungkinkah dikarenakan Konsekuensi mengutamakan ali atas abu bakar yg menyebabkan org/gol tertentu enggan mengakuinya?
    Berikut hayalan yg sempat terlintas olehku jika ali lebih utama dr abubakar:
    1. sy ali lebih berhak dlm masalah kehalifahan yg scr otomatis
    – pengangkatan umar jg tdk sah begitu pula utsman.
    – abu bakar telah mengambil sesuatu yg bukan haknya
    – abu bakar telah mengingkari wasiat nabi di ghadir khum.
    2. Dalam masalah fadakpun abu bakar berlawanan dg ali dimana ali bersama sy fatimah.
    – Jika mengakui kebenaran sy ali dan sy fatimah berarti mengakui bahwa abu bakar berbohong (memalsu atas nama nabi) ttg hadits warits (pelopor pemalsu?)
    – abu bakar sudah mengambil sesuatu yg bkn haknya
    – abu bakar sudah membuat sy fatimah marah yg berarti membuat rosul marah.

    Ngeri dan takut sendiri menghayalkannya…
    Benarkah begitu?
    *menunggu komen pembelaan dr salafi, wahabi, nashibi dan pro abu bakar*

  25. @BL
    inilah akibat dr apabila kekhalifahan hanya dilihat dr sisi keutamaan,maka ummat skrg ini masing2 mengeluarkam jurus2 pamungkas,mereka,mending klu mereka objektiv dlm menilai.
    Tp klu kita kembalikan hak kekhalifahan ini adalah wahyu dr allah yg disampaikan melalui rosulnya.yg ummat ini wajib utk taat n barang siapa yg tdk mentaatinya jelas akan tersesat.
    maka hal ini tdk akan bisa dibantah
    @wahabi nashibi
    sekarang anda2 wahai wahabi nashibi,berikanlah dalil bhw abubakar adalah orang yg mendapat mandat dr allah sebagai khalifah ba’da rosul.
    mereka para pencinta ahlulbait sdh memberikan banyak dalilnya.bhw imam ali adalah pemilik kekhalifahan tsb,

  26. @antirafidah, paiman & all

    Bicara ttg siapa yg lebih utama diantara Ali, Abu Bakar dan Umar kalau hanya berdasarkan hadis saja memang jadi debatable, ngambang dan engga ada ujungnya, apalagi disamping hadis2 yg asli juga dipake hadis2 palsu plus subyektifitas yg didorong “fanatisme” mazhab.

    Saya kira lebih baik kita ukur hadis2 mengenai keutamaan ketiga sahabat itu dg Al-Quran yg sdh pasti benar. Barangkali kalau ukurannya jadi penguasa dan berdasarkan pilihan manusia, maka Abu Bakar dan Umar boleh jadi punya kompetensi dan masih bisa ditoleransi. Tapi kalau ukurannya menjadi pengganti/penerus Nabi dimana secara sunatullah dari dulu smp kiamat menjadi hak prerogative Allah untuk memilihnya, maka bukan hanya org dg level kompetensi biasa2 saja tetapi juga harus memiliki kompetensi yg luar biasa !

    Mengenai bagaimana kualifikasi untuk menjadi pengganti/penerus Nabi, QS Al-Baqarah 124 yg menyatakan bahwa “janji-Ku (Imamah) tdk mengenai org2 zalim.” Dg dmkn jabatan pengganti Nabi wajib ditempati oleh org yg memiliki kualifikasi tdk sekedar keutamaan2 yg tersebar dlm hadis2 saja (baik yg palsu maupun yg asli) atau diucapkan secara basa-basi, tetapi juga wajib memiliki keutamaan obyektif yg bersifat rabbani dan sepanjang hidupnya tdk pernah berbuat dosa (maksum) dlm lingkup perintah dan larangan Allah (syariat). Untuk menentukan hal ini ya cuma Allahlah yg paling mengetahui siapa yg paling baik.

    Jadi org2 yg sebelum masuk Islam pernah berbuat zalim spt menyembah berhala dll tdk bisa masuk kualifikasi ini.

  27. ga usah basa-basi lah! mau ikut Imam Ali atau tidak? riwayat tentang tafdhil Imam Ali terhadap Abu Bakar dan Umar adalah sangat jelas, masyhur dan shahih, kalau kalian lebih memilih mengikuti hawa nafsu daripada Imam Ali yo wes lah silahkan saja :mrgreen:

  28. @paiman

    Sampeyan mau berangan-angan setinggi apa jg terserah sampeyan, tdk ada yg melarang. Mau ngotot pake dalil “pokoknya” jg terserah sampeyan. Hanya nasehat sy jgn diulang-ulang teruslah :mrgreen:.

    Kalau sampeyan berniat diskusi, gampang saja. Jawablah komen2 dan pertanyaan yg diajukakan ke sampeyan. Tdk baik mengulang-ulang argumen yg sdh tegas2 dibantah. Entah sampeyan ke sini maunya apa.

    Salam

  29. @antirafidah & paiman

    Janganlah kebencian anda trhdp Syi’ah dan fanatisme buta anda trhdp idola anda menjadikan anda tidak bersikap adil/obyektif dan mengabaikan riwayat2 sahih/mutawatir mengenai keutamaan Imam Ali diatas Abu Bakar dan Umar.

  30. @paiman
    anda memaksa dlm satu dalil,yg dalil tsb bisa jd bermakna tawadhu,bisa jd dalil tsb palsu.
    ini klu kita hub dgn alquran.
    Tp anda tdk menerima dalil yg lebih banyak ttg keutamaan imam ali n langsung dr rosul(hadits primer) sedang dalil tsb. sejln dgn alquran.
    sy bertanya ke anda adakah dalil quran yg menyatakan bhw abubakar mendpt mandat dr allah sbg khalifah ba’da rosul?

  31. @aldj
    Sepertinya dia tidak peduli.. :mrgreen:

    Salam damai

  32. @truthseekers
    maklum wahabi sih….
    salam damai

  33. sebenarnya apa juga yang di perdebatkan,, minta maaf ya.. bukan merendah siapa2 tetapi di sini kita umat islam kan sama bettuhankan yang satu Allah S.W.T dan berasulkan Nabi besar kita Muhammad S.A.W, dan pedoman kitab kita AL-qur’an. mengenai pemerinthan selepasnya itukan sudah jadi sejarah. perbaiki diri sendiri adalah lebih bagus, daripada kita mencari-cari kesalah orang orang lain,, ya biarkan saja kalo si A keyakinannya begitu dan si B misalnya keyakinanya begini. kita masing2 ada keyakinan masing, antara yang betul dan tidak hanya Allah saja yang tau,, sedangkan kita sembahyang 5 kali sehari pun yang kita rasa sdh khusyuk pun belum tentu lagi di terima oleh ALLah, ini kan urusan tuhan,, minta maaf ya kalau tulisan saya ini lari dari topik yang di bicarakan tapi satu tujuan saya ini hanya berpartisipasi saja kok

  34. @arman
    Benar yang anda katakan perbuatan yang sudah lalu biarlah berlalu tidak mungkin diperbaiki. Tapi buat kita sekarang ini menjadi pengetahuan. Agar kita jangan mencontohi yang salah. Bagaimana kita bisa ketahui yang salah, apabila kita tidak belajar dari sejarah?Sedang sejarah adalah kejadian masa lalu .Sesudah kita pelajari sejarah kita mencoba untuk mengukapkan KEBENARAN. Kita hanya hanya berusaha menyampaikan dan menjelaskan apa yang kita ketahui. Benar atau tidak hanya Allah saja yang tahu dan memberi PETUNJUK. Kita semua tidak ingin SESAT, maka kita berusaha sesuai kemampun kita agar berada dijalan SHIRATUL MUSTAQIM. Salam damai Wasalam

  35. Alahmdulillah anda menjawab tulisan saya, mas sebelumnya minta maaf ya,, saya ini betul2 jahil mengenai bab2 agama, terkadang orang bertanya dengan saya kamu ikut sunni ka syiah,, lhaa saya nggak tau apa2 ini. kalo mas nggak keberatan bolehkah kita berbicara menggunakan skype atau ym saya ingin bertanya secara lanjut dan lebih mendalam,, mungkin mas lebih paham antara sunni dengan syiah,, kebelakangan ini saya betul2 merasa telah banyk buat dosa dan ingin memperbaiki apa yg telah lalu, email saya limajam@ymail.com

  36. @ahmad
    maaf ya,saya salah tulis nama anda. Terima kasih atas kepercayaan untuk berdiskusi dengan saya. Saya tidak keberatan. Mencari teman sulit. Tapi mencari musuh sangat mudah. Wasalam

  37. bagaimana cara saya menghubungi mas?

  38. @aldj,

    wahabinya, wahabi kampret lagi .. 🙂

  39. @achmad
    ke hasan_ass@yahoo.com

  40. @Paiman & anti rafidhah

    (Berdasarkan ketetapan dari Allah SWT) Nabi SAW telah menetapkan manusia terbaik setelah beliau. Siapa manusia terbaik yg dimaksudkan Nabi itu? Apakah dia Abu Bakar atau Imam Ali? Atau sahabat yg lain?

    Misal kita merujuk pada atsar2 berikut :
    1. Dalam salah satu riwayat yg dikutip bung SP di atas Abu Bakar menyatakan dirinya bukanlah manusia terbaik.
    2. Dalam komentarnya di atas anti rafidhah mengutip suatu riwayat yg intinya mengatakan bahwa Imam Ali mengakui Abu Bakar sebagai manusia terbaik.

    Meski semua riwayat itu (katakanlah) shahih, masih belum jelas siapa yg mendapat predikat manusia terbaik karena matan yg saling bertentangan. Begitu pula bila kita membaca berbagai riwayat sahabat yg lain. Sebagian menganggap Abu Bakar sebagai manusia yg terbaik setelah Rasulullah SAW tapi sebagian yg lain berpendapat bahwa Imam Ali-lah yg mendapat predikat terbaik tsb. Di sini kita menemui kebuntuan.

    Jadi bila kita merujuk pada OBYEK yg (akan) diberi predikat sebagai “Manusia Terbaik Setelah Rasulullah SAW” sudah pasti jalan kita akan buntu karena penilaian/pendapat sahabat yg saling bertentangan. Suatu hal yg mustahil bila “obyek mengenakan predikat pada obyek”. Ini adalah metode berlogika yg keliru, dan sayangnya anda telah menggunakan jalan ini dan anda tetap bersikeras untuk menempuhnya meski di depan sudah terlihat kebuntuan.

    Untuk menghindari kebuntuan, saya menyarankan agar anda (kita) merujuk pada SUBYEK yg memberi predikat “Manusia Terbaik.” Karena subyek-lah yg mengenakan predikat pada obyek. Subyek tsb adalah Rasulullah SAW. Maka sebaiknya anda (kita) fokus meneliti hadis2 Rasulullah SAW yg matannya mengatakan mengenai manusia terbaik setelah beliau. Hadis shahih/ mutawatir dari Rasulullah SAW-lah yg seharusnya kita pakai sebagai acuan untuk melihat siapa manusia terbaik setelah Rasulullah SAW.

    Tapi bila anda tetap bersikeras menempuh jalan anda selama ini, yaitu “obyek mengenakan predikat pada obyek” maka selamanya anda akan terus berputar-putar di situ tanpa mendapatkan jawaban yg benar. Pilihan ada di tangan anda.

  41. @Pemburu ilmu, di/pada Juni 4, 2010 pada 12:02 am Dikatakan: r
    …….saya menyarankan agar anda (kita) merujuk pada SUBYEK yg memberi predikat “Manusia Terbaik.” Karena subyek-lah yg mengenakan predikat pada obyek. Subyek tsb adalah Rasulullah SAW. Maka sebaiknya anda (kita) fokus meneliti hadis2 Rasulullah SAW yg matannya mengatakan mengenai manusia terbaik setelah beliau. Hadis shahih/ mutawatir dari Rasulullah SAW-lah yg seharusnya kita pakai sebagai acuan untuk melihat siapa manusia terbaik setelah Rasulullah SAW.
    ==================================
    abah zahra like this.

  42. @pemburu ilmu
    apa yg anda sampaikan adalah salah satu alternatif,tp menurut sy msh tdk efektif.
    krn ttp sj ada beberapa dalil yg merujuk bhw abubakar pun memiliki keutamaan,apakah dalil tsb palsu lemah ttp sj bg sebagian orang itu adalah dalil.
    bg mereka yg fanatik buta tdk akan efektif.
    klu menurut sy lebih baik dimulai dr apa tujuan n fungsi klu sesorang bepredikat manusia terbaik

  43. katanya Imam Ali selalu dalam kebenaran? berarti apa yang beliau ucapkan adalah benar sesuai dengan Nabi SAW, dan sabda Nabi SAW mengenai keutamaan Ali adalah bukan bermaksud mengutamakan beliau di atas Abu Bakar, karena Abu Bakar pun memiliki banyak keutamaan yang shahih diucapkan oleh lisan Nabi SAW dan juga disinggung oleh Al-Qur’an serta fakta sejarah, bahwa kejayaan umat Islam sebagaimana yang dinubuwahkan beliau ada pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar bukan pada masa Ali.

    contoh : Ayat tentang hijrah (the second of two), ayat tentang kaum murtad, ayat-ayat tentang ekspansi kaum muslimin dan kejayaan umat dll, hadits tentang khalil, hadits bahwa Allah & kaum mukminin hanya ridha kepada Abu Bakar, Hadits orng yang paling berjasa thd Nabi SAW, Hadits orang yang paling dicintai oleh Nabi SAW, Hadits jika tidak ada Nabi SAW maka Abu Bakar sebagai gantinya dll. fakta sejarah terpenuhi nubuwah Nabi SAW pada masa Abu Bakar dan Umar dll kemudian hampir seluruh kaum muslimin berbai’at kepada Abu Bakar atas kehendak Allah, dimenangkan atas perang thd kaum murtad dan banyak hal yang telah dilakukan Abu Bakar di saat umat dalam keadaan genting dan menjadikan Islam tetap jaya setelah wafat Nabi SAW dll. Persaksian para sahabat dimasa Nabi SAW termasuk Imam Ali dan anaknya bahwa Abu Bakar adalah manusia terbaik setelah Nabi SAW.

    pokoknya banyak dech, cari saja sendiri..

  44. @paiman
    Keberhasilan Abubakar, Umar dan Usman bukan karena mereka, tapi Allah. Dan dengan demikian maka tersesat orang2 yang mengatakan keberhasilan mereka. Allah berfirman: Dengan misal/contoh2 tsb aku beri petunjuk kepada siapa yang Ku kehendaki dan Aku SESATkan siapa yang kukehendaki. Wasalam

  45. @paiman
    ga usah ngolor ngidul,tunjukan ke sy dalil quran bhw abubakar adalah orang yg diberi mandat oleh allah melalui rosulnya,bhw beliau adlh khalifah ba’da rosul.

  46. @paiman

    katanya Imam Ali selalu dalam kebenaran? berarti apa yang beliau ucapkan adalah benar sesuai dengan Nabi SAW

    Itu benar. Apa yg diucapkan dan dicontohkan Imam Ali tdk akan bertentangan dgn risalah yg disampaikan oleh Rasul saw. Sejatinya sampeyan menyimak dan memikirkan nash2 yg sdh banyak disampaikan oleh penulis blog ini.
    Bagi orang-orang tertentu, entah karena hatinya ada penyakit atau entah karena otaknya agak bermasalah, maka teori ini hanya dianggap sambil lalu dan hanya untuk permainan. Sayang….

    dan sabda Nabi SAW mengenai keutamaan Ali adalah bukan bermaksud mengutamakan beliau di atas Abu Bakar, karena Abu Bakar pun memiliki banyak keutamaan yang shahih diucapkan oleh lisan Nabi SAW dan juga disinggung oleh Al-Qur’an serta fakta sejarah

    Sdh sering kami singgung ke sampeyan bahwa klaim2 ini tdk ada manfaatnya kecuali sampeyan mampu membuktikan dan mempertahankan argumen sampeyan. Bagi sy ini hanya angan-angan.

    bahwa kejayaan umat Islam sebagaimana yang dinubuwahkan beliau ada pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar bukan pada masa Ali

    Tdk ada yg istimewa di sini dan terlalu banyak faktor yg menyebabkan umat Islam jaya. Jika sampeyan mau fair, di jaman Abubakar & Umar pun sdh mulai terjadi pembunuhan sesama umat Islam. Di luar kita jaya, di dalam kita buruk. Tahukah sampeyan bahwa di jaman Bani Umayyah Islam pun makin berkembang? Siapakah durjana-durjana yg saat itu memegang kekhalifahan/kekaisaran?

    contoh : Ayat tentang hijrah (the second of two)

    Tdk ada keistimewaannya. Selain Abubakar beberapa sahabat jg berhijrah. Imam Ali bahkan menggantikan posisi Rasul saw di tempat tidur dan siap dikorbankan utk mati. Kalau maksudnya disebut-sebut di AQ, maka ayat yg ditujukan ke Imam Ali bahkan lebih banyak lagi, diantaranya: Al-Ahzab: 33 (Ayat Kesucian Ahlulbayt), Al-Maidah: 55 (Ayat Wilayah Imam Ali), Al-Imraan: 61 (Ayat Mubahalah), Al-Bayyinah: 7 (Sebaik-baik makhluk).

    ayat tentang kaum murtad, ayat-ayat tentang ekspansi kaum muslimin dan kejayaan umat dll

    Maksudnya sampeyan apa? Apa keistimewaannya?

    hadits tentang khalil, hadits bahwa Allah & kaum mukminin hanya ridha kepada Abu Bakar, Hadits orng yang paling berjasa thd Nabi SAW, Hadits orang yang paling dicintai oleh Nabi SAW, Hadits jika tidak ada Nabi SAW maka Abu Bakar sebagai gantinya dll.

    Ya…ya…silakan sampeyan sodorkan bunyi haditsnya dan mari kita diskusikan apakah sampeyan bukan sekedar cuap-cuap dan berangan-angan?

    fakta sejarah terpenuhi nubuwah Nabi SAW pada masa Abu Bakar dan Umar dll

    Maksudnya apa? Fakta apa yg menunjukkan nubuwah Nabi saw terpenuhi pada masa Abubakar dan Umar? Ah, mas sdh sy bilang janganlah berangan-angan…. 🙂

    kemudian hampir seluruh kaum muslimin berbai’at kepada Abu Bakar atas kehendak Allah

    Jangan singgung ini karena sampeyan akan mengalami kesulitan.

    dimenangkan atas perang thd kaum murtad dan banyak hal yang telah dilakukan Abu Bakar di saat umat dalam keadaan genting dan menjadikan Islam tetap jaya setelah wafat Nabi SAW dll.

    Sdh sy komen di atas.

    Persaksian para sahabat dimasa Nabi SAW termasuk Imam Ali dan anaknya bahwa Abu Bakar adalah manusia terbaik setelah Nabi SAW.

    Jika sampeyan mau berendah hati, maka sampeyan akan menyimak komen2 yg telah sampai ke sampeyan kemudian memikirkannya.

    pokoknya banyak dech, cari saja sendiri..

    Sy sih sdh kenal sampeyan si “dalil pokoknya” 🙂

    Salam

  47. Untuk membuktikan siapa yang lebih baik antara ABU BAKAR dengan ALI BIN ABU THALIB kayaknya nggak susah-susah amat, kriterianya minimal seperti:

    1. Menurut Al-Quran siapa yang lebih baik antara mereka berdua? Buktikan!

    2. Menurut Nabi.saw siapa yang terbaik, yang paling beliau cintai, paling sering beliau percayai dalam banyak hal? Buktikan!

    3. Menurut fakta2 yang ada siapa diantara mereka yang paling taat pada perintah Allah dan Rasul-Nya, dan diantara mereka siapa yang paling sedikit menentang Nabi? Buktikan!

    4. Bila ada, apa peninggalan mereka berupa keteladanan dan ilmu untuk umat? Buktikan!

    Minimal dengan empat hal tersebut kita akan tau siapa sebenarnya yang terbaik antara mereka. Kalau cuma asumsi-asumsi saja perdebatan ini tidak menghasilkan apa-apa!

    Bagi pengikut Abu Bakar buktikan kelebihan Abu Bakar dibanding Ali dengan empat kriteria itu.!

    Bagi Pengikut Ali buktikan kelebihan Ali dibanding Abu Bakar dengan kriteria itu juga.!

    Salam

  48. @abah zahra & aldj

    Saya mencoba mengajak mereka membebaskan pemikiran mereka dari kungkungan atmosfer fanatisme mazhab yg membuat mereka terperangkap pada dalil yg itu2 saja tanpa mau menimbang dalil2 yg lain. Bila mereka mau membuka sedikit saja pemikiran mereka maka mereka akan menyadari betapa luasnya dunia keilmuan ini yg setitik kecil saja belum tentu kita mampu meraihnya. Dalam keluasan ilmu inilah ada begitu banyak dalil yg selama ini mereka abaikan yg mungkin saja bisa lebih mendekatkan pada kebenaran.

    Saya menyadari kita tidak mungkin bisa meraih kebenaran. Yang bisa kita lakukan adalah mendekati kebenaran dg berlandaskan kaidah keilmuan yg berlaku atasnya. Karena kebenaran hakiki adalah milik Sang Maha Benar, Penguasa Hari Kebangkitan.

  49. Kenapa hrus dibuktikan segala semua adalah sahabat nabi yang baik kenapa repot-repot kita diakherat tidak ditanyakan tentang itu. Berbuatlah baik saja yang lebih banyak agar kita selamat di dunia dan akherat

  50. @abul hujja
    permasalahannya kan anda tdk diajarkan langsung oleh rosul.sehingga anda mungkin tdk tau diantara sedemikian banyak gol dlm islam mana yg paling benar.
    sehingga bisa brakibat apabila kita salah dlm berpegang maka kita akan terjerumus dlm kesesatan.
    ini sy tampilkan ayat Qs alkahfi;103-106
    103. Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”
    104. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
    105. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia], maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.
    106. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.
    lihat lah ayat ini bagi mereka yg sdh merasa berbuat sebaik2nya n ber amal ternyata sia2

  51. salam

    @ytse-jam

    Kita letakkan sebegini pula sebaiknya….
    *Untuk membuktikan siapa yang lebih baik antara ABU BAKAR dengan ABU THALIB ?

    Mari kita lihat org2 yg hairan dengan kewibawaan Imam Ali a.s berkomentar.

    wasalam

  52. Abu Thalib pun jauh lebih baik daripada Abu Bakar, buktinya Nabi.saw bersedih dengan wafatnya Abu Thalib karena jasa Abu Thalib dalam membela Rasulullah.saw sangat besar dimana pada masa awal-awal Islam ketika Nabi.saw dalam kesulitan besar Abu Thalib, Hamzah, Kadijah.as adalah pembela Islam yang sangat gigih dan siap mempertaruhkan harta dan nyawa mereka.

    Dimana Abu Bakar, Umar dan Utsman ketika Nabi.saw dan keluarga beliau diboikot oleh kafir Quraiys ? Dan dimana bantuan mereka kala itu ????????

    Mari kita tunggu komentar dari pencinta Abu Bakar, Umar, dan Utsman…. ! ! !

    Komentarnya tidak ada yang keluar pasti caci maki.

    Salam,

  53. abuthalib…
    1.dr sulbinya muncul manusia2 utama
    2.termasuk orang pertama yg membenarkan ttg kenabian muhammad
    3.yg menyerahkan harta,anak,n jabatan nya kpd rosul dikala orang lain memusuhi rosul
    4.melindungi rosul dgn jiwa n kekuatannya dikala rosul terancam
    5.,bersedia hidup bersama2 dgn rosul dlm penderitaan kala di isolasi oleh kafir qurays hingga beliau wafat
    semua ini dilakukan oleh abuthalib dikala islam masih lemah,n kekuasaan berada di tangan kafir qurays
    bgmn mungkin manusia sprt ini mau dibandingkan dgn yg namanya sahabat(?) sedang mereka sering menyakiti hati nabi n lari pada waktu perang n senang mengumpulkan harta.
    anehnya lg mereka para nashibi n nawashib malah memberikan label musrik kpd abuthalib.

  54. aldj
    abuthalib…
    1.dr sulbinya muncul manusia2 utama
    2.termasuk orang pertama yg membenarkan ttg kenabian muhammad
    3.yg menyerahkan harta,anak,n jabatan nya kpd rosul dikala orang lain memusuhi rosul
    4.melindungi rosul dgn jiwa n kekuatannya dikala rosul terancam
    5.,bersedia hidup bersama2 dgn rosul dlm penderitaan kala di isolasi oleh kafir qurays hingga beliau wafat
    semua ini dilakukan oleh abuthalib dikala islam masih lemah,n kekuasaan berada di tangan kafir qurays
    bgmn mungkin manusia sprt ini mau dibandingkan dgn yg namanya sahabat(?) sedang mereka sering menyakiti hati nabi n lari pada waktu perang n senang mengumpulkan harta.
    anehnya lg mereka para nashibi n nawashib malah memberikan label musrik kpd abuthalib.

    Smoga Allah membukakan hati dan nurani bagi saudara2 kita yang mengutamakan Abu bakar dan Umar di banding Imam Ali dan Ahlul Bait lainnya,..

  55. IKHWAFILLAH , ASSALAAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAH.

    CUKUPLAH ARGUMEN TENTANG KEMULIAAN RASULULLAH SAW, IMAM ALI, IMAM HASAN, IMAM HUSEIN DAN FATHIMAH ZAHRA TERMAKTUB DALAM AL-QURAN:

    “TENTANG PENYUCIAN ALLAH SESUCI-SUCINYA TERHADAP AHLIL BAYT RASULULLAH”

    SIAPAPUN MAKHLUK (TERMASUK SELURUH JAMAAH JIN DAN MANUSIA) DILUAR RASULULLAH SAW DAN AHLULBAYTBYA, HANYA AKAN MAMPU MERAIH KESUCIAN SEBATAS PERJUANGANNYA SEMAKSIMAL YANG MEREKA MAMPU DALAM MERAIH KESUCIAN.

    SIAPAKAH YANG MAMPU MENANDINGI KARUNIA ALLAH TERHADAP RASULULLAH DAN AHLUL BAYTNYA, KETIKA ALLAH SWT TELAH MENSUCIKAN MEREKA SESUCI-SUCINYA ?

    APAKAH KITA IRI DAN DENGKI ATAS KARUNIA TERSEBUT ? MEMPERMASALAHKAN DAN BERHUJAH SAMPAI KEMATIAN MENJEMPUT UNTUK MENJATUHKAN DERAJAT RASULULLAH SAW DAN AHLULBAYTNYA?

    CONTOH SEDERHANA :
    BAGAIMANAKAH AKHIR KEHIDUPAN TOKOH DUNIA (TERMASUK KALANGAN TABI’IN YANG BERNAMA “YAZID BIN MUAWIYAH” YANG DALAM KONSPIRASI KELOMPOKNYA TELAH MEMERANGI DAN MEMBANTAI SECARA SADIS CUCU RASULULLAH YANG BERNAMA HUSEIN BESERTA KELUARGANYA?
    KENIKMATAN DUNIA APAKAH YANG DIPEROLEH YAZID SETELAH MENINDAS CUCU KESAYANGAN RASULULLAH SAW?

    HIDUP ADALAH PILIHAN !
    LEBIH BAIK KITA HADIRKAN KECINTAAN TERHADAP KELUARGA NABI, YANG JELAS DIPERINTAHKAN OLEH ALLAH. DARIPADA KITA HARUS MEMBELA KAUM YANG IRI DAN DENGKI TERHADAP KEAGUNGAN MUHAMMAD DAN AHLUL BAYTNYA.

    JANGAN MENGANDALKAN IBADAH DAN ARGUMEN KETIKA BERHADAPAN DENGAN REALITAS PERINTAH DAN KARUNIA TUHAN.

    BUKANKAH, IBLIS YANG AWALNYA LUAR BIASA PRESTASI IBADAHNYA KETIKA IRI DAN DENGKI TERHADAP KARUNIA YANG DITERIMA ADAM A.S. MENYEBABKAN IBLIS TERUSIR DAN TERLAKNAT.

    KENAPA AMALAN IBADAHNYA TIDAK MEMBERI SYAFAAT KEPADA IBLIS ?

    KARENA KETIADAAN KETULUSAN DAN CINTA ATAS TITAH SANG PENCIPTA ALAM SEMESTA.

    ASSALAAMU’ALAIKUM !

  56. menurut saya Imam Ali lebih utama dari Abu bakar dan Umar karena,Imam ali orang yang pertama masuk Islam sesudah Khadijah dan tak pernah menyembah berhala sedangkan abu bakar dan umar pernah dengan mengikuti agama jahillilah walaupun saya orang awam hati nurani saya,bersaksi imam ali paling utama dari sahabat

  57. abu bakar dan umar nggak bisa dibandingkan dengan imam ali, karena imam ali termasuk ahlulbait nabi yang ma’sum

  58. Saya hanya menasehati kalian saja wahai pembuat bidah. Termasuk golongan yang paling jelek adalah yang menisbatkan diri kepada Ali, namun tidak mengikuti amal perbuatannya. Adakah kalian menemukan sahabat Ali mencaci maki 2 sahabat senior ini? Tujuan apakah yang kalian cari dari berdebat berlebihan seperti ini?

    Kalau surga memang tujuan kalian, saya menasehati, bukan seperti ini caranya. Saya meyakini imam ali yang kalian puji berlebihan, bukanlah seorang yang suka berdebat dan mencela sahabat sahabat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tinggalkan komentar