Analisis Hadis Kesucian Rasulullah dan Ahlul Bait

Kedudukan Hadis Kemuliaan Rasulullah dan Ahlul Bait

Muqaddimah
Dua malam yang lalu di tengah kelelahan dan pikiran yang tidak tenang, ingin sekali rasanya mata ini terlelap tetapi entah mengapa kedua mata ini tidak bisa terpejam. Yah daripada melamun dan bengong nggak jelas akhirnya diputuskan untuk mengecek blog secondprince yang sudah tidak terurus itu. Tidak ada yang spesial tetapi ada komentar yang bikin senang sekaligus kesal. Komentar dari seseorang dalam tulisan Al Quran dan Hadis Menyatakan Ahlul Bait Selalu Dalam Kebenaran

@SP
Dari tulisan Anda: Al-Syawkani menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas sebagaimana yg diriwayatkan oleh Al Hakim, At Turmudzi, Ath Thabarani, Ibnu Mardawaih, dan Al Baihaqi dalam kitab Ad Dalail jilid 4 hal 280, bahwa Nabi saw. bersabda … “Aku dan Ahlul BaitKu tersucikan dari dosa-dosa”.
Mohon bantuan tambahan info berupa letak hadis tsb dlm kitab hadis yg disusun Al-Hakim, Tirmidzi, Al-Thabrani, & Ibnu Mardawayh? Atau bisakah saya dikirimi teks hadis beserta sanadnya (via email)? Terima kasih sebelumnya. Salam ‘alaykum.

Senang karena saya punya dorongan untuk menulis, kesal karena saya sebenarnya ingin sekali tidur. Pyuuuuuh karena mata ini tidak bisa tidur maka ada baiknya saya memenuhi permintaan saudara tersebut.
.

.

Kutipan Hadis
Jalaludin As Suyuthi Dalam Kitab Tafsirnya Durr Al Mantsur 6/605 mengeluarkan riwayat berikut

وأخرج الحكيم والترمذي والطبراني وابن مردويه وأبو نعيم والبيهقي معا في الدلائل عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ” ان الله قسم الخلق قسمين فجعلني في خيرهما قسما فذلك قوله وأصحاب اليمين الواقعة الآية 27 و أصحاب الشمال الواقعة الآية 41 فأنا من أصحاب اليمين وأنا خير أصحاب اليمين ثم جعل القسمين أثلاثا فجعلني في خيرها ثلثا فذلك قوله ” وأصحاب الميمنة ما أصحاب الميمنة وأصحاب المشأمة ما أصحاب المشأمة والسابقون السابقون ” الواقعة الآية 8 – 10 فأنا من السابقين وأنا خير من السابقين ثم جعل الأثلاث قبائل فجعلني في خيرها قبيلة وذلك قوله وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا أن أكرمكم عند الله أتقاكم الحجرات الآية 13 وأنا أتقى ولد آدم وأكرمهم على الله تعالى ولا فخرثم جعل القبائل بيوتا فجعلني في خيرها بيتا فذلك قوله إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا فأنا وأهل بيتي مطهرون من الذنوب ”

Dikeluarkan oleh Al Hakim, Tirmidzi, Thabrani, Ibnu Mardawaih. Abu Nuaim dan Baihaqi dalam Ad Dalail dari Ibnu Abbas yang berkata “Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Allah SWT membagi manusia menjadi dua kelompok. Dan Dia menjadikanku pada kelompok yang paling baik dan adalah firmanNya “Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu”(Al Waqiah 27). “Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu” (Al Waqiah 41). Dan aku dari golongan kanan bahkan sebaik-baik golongan kanan. Kemudian Allah SWT menjadikan kedua kelompok itu menjadi tiga kelompok dan Dia menjadikanku pada yang paling baik, itu adalah firmanNya “Yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu(masuk surga). Mereka itulah orang-orang yang didekatkan(kepada Allah SWT)” (Al Waqiah 8-10). Aku dari kelompok yang paling awal dan sebaik-baik kelompok yang paling awal (as sabiqun). Kemudian Dia menjadikan ketiga kelompok itu kabilah-kabilah dan Dia menjadikanku pada sebaik-baik kabilah. Dan itu firmanNya “Dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal” (Al Hujurat 13). Dan Aku anak cucu Adam yang paling bertakwa dan paling mulia di sisi Allah. Kemudian Dia menjadikan kabilah-kabilah itu menjadi keluarga-keluarga dan Dia menjadikanku pada sebaik-baik keluarga. Itulah firmanNya “Sesungguhnya Allah berkehendak untuk menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan mensucikanmu sesuci-sucinya” (Al Ahzab 33). Aku dan Ahlul BaitKu tersucikan dari dosa-dosa.

Dalam Kitab Tafsir Fathul Qadir Asy Syaukani 4/278 ketika menafsirkan Al Ahzab 33, beliau juga mengeluarkan riwayat tersebut dengan sedikit perbedaan yaitu beliau tidak mengatakan kalau riwayat ini dikeluarkan oleh Abu Nu’aim. Asy Syaukani berkata

وأخرج الحكيم الترمذي والطبرانى وابن مردويه والبيهقى فى الدلائل عن ابن عباس

Dan dikeluarkan oleh Al Hakim, Tirmidzi, Thabrani, Ibnu Mardawaih dan Baihaqi dalam Ad Dalail dari Ibnu Abbas

Berdasarkan keterangan As Suyuthi dan Asy Syaukani di atas maka hadis tersebut diriwayatkan oleh

  • Al Hakim
  • At Tirmidzi
  • At Thabrani
  • Ibnu Mardawaih
  • Abu Nu’aim
  • Abu Bakar Baihaqi dalam Dalail

.

.

.

Takhrij Hadis
Sayangnya hadis ini hanya saya temukan dalam kitab Ad Dalail Baihaqi, Mu’jam Ath Thabrani, Majma’ Az Zawaid Al Haitsami, dan Ma’rifat Al Tarikh Al Fasawi. Saya tidak berhasil menemukan hadis ini dalam kitab Mustadrak Al Hakim, Sunan Tirmidzi dan Hilyatul Aulia Abu Nu’aim. Sedangkan riwayat Ibnu Mardawaih, saya tidak memiliki sumber untuk mengaksesnya.

Riwayat ini saya temukan dalam Ad Dalail Baihaqi 1/170-171, Mu’jam Al Kabir Thabrani 3/56 hadis no 2674 dan 12/103 hadis no 12604. Hadis riwayat Thabrani ini disebutkan juga oleh Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid 8/396 hadis no 13822. Selain itu hadis ini juga saya temukan dalam Ma’rifat Al Tarikh Yaqub Al Fasawi 1/498. Riwayat Thabrani, Baihaqi dan Ya’qub Al Fasawi semuanya melalui sanad dari Yahya bin Abdul Hamid dari Qais bin Rabi’ dari Al ‘Amasy dari Ubayah bin Rib’i dari Ibnu Abbas. Walaupun begitu ada sedikit perbedaan antara riwayat Thabrani dengan riwayat Baihaqi dan Al Fasawi. Riwayat dengan kata-kata Rasulullah SAW “Aku dan Ahlul BaitKu tersucikan dari dosa-dosa” ada dalam riwayat Baihaqi dan Al Fasawi sedangkan dalam riwayat Thabrani tidak disebutkan, riwayat tersebut berhenti pada penggalan Ayat Al Ahzab 33.

.

.

Analisis Sanad Hadis
Berikut sanad lengkap riwayat Baihaqi dalam Ad Dalail An Nubuwah1/170-171

أخبرنا أبو الحسين بن الفضل قال أخبرنا عبد الله بن جعفر قال حدثنا يعقوب بن سفيان قال حدثني يحيى بن عبد الحميد قال حدثنا قيس عن الأعمش عن عباية بن ربعي عن ابن عباس قال

Telah mengabarkan kepada kami Abu Husain bin Fadhl yang berkata telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Ja’far yang berkata telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Sufyan yang berkata telah menceritakan kepadaku Yahya bin Abdul Hamid yang berkata telah menceritakan kepada kami Qais dari Al ‘Amasy dari Ubayah bin Rib’i dari Ibnu Abbas yang berkata.

Hadis ini sanadnya hasan, berikut keterangan mengenai para perawinya

  • Abu Husain bin Fadhl, dia adalah Muhammad bin Husain bin Muhammad bin Fadhl Al Azraq Abu Husain Al Qathan Al Baghdadi, mendengar hadis dari Abdullah bin Ja’far dan merupakan salah satu guru Abu Bakar Baihaqi. Adz Dzahabi dalam Tarikh Al Islam 28/391 berkata “tsiqat masyhur” dan dalam As Siyar ‘Alam An Nubala 17/331 Adz Dzahabi mengatakan kalau Abu Husain bin Fadhl seorang syaikh yang tsiqat.
  • Abdullah bin Ja’far juga dikenal dengan Abu Muhammad Al Farsi meriwayatkan dari Yaqub bin Sufyan Al Fasawi. Adz Dzahabi dalam Siyar ‘Alam An Nubala 15/531 mengatakan kalau ia “Al Imam, Allamah, Syaikh” . Disebutkan dalam Tarikh Baghdad Al Khatib 9/435 no 5045 bahwa ia seorang yang tsiqat. Al Baihaqi menshahihkan hadis riwayatnya dalam Sunan Baihaqi 1/399.
  • Ya’qub bin Sufyan Al Fasawi, beliau adalah perawi Tirmidzi dan An Nasa’i. Ibnu Hajar menyebutkan biografinya dalam Tahdzib At Tahdzib juz 11 no 648. Beliau dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Hibban. An Nasa’i berkata “la ba’sa bihi(tidak cacat)” Al Hakim berkata kalau dia seorang Imam ahli hadis. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 2/337 mengatakan kalau Yaqub bin Sufyan tsiqat hafiz.
  • Yahya bin Abdul Hamid, beliau perawi yang dijadikan hujjah oleh Imam Muslim dalam Shahihnya. Disebutkan Ibnu hajar dalam Tahdzib At Tahdzib juz 11 no 399 bahwa beliau dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in, Ibnu Numair dan Al Busyanji, Al Khalili menyebutnya sebagai hafiz.
  • Qais bin Rabi’ Al Asadi, Abu Muhammad Al Kufi, beliau adalah perawi Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah. Disebutkan Ibnu Hajar dalam Tahdzib At Tahdzib juz 8 no 698 bahwa Afan, Syu’bah, Sufyan Ats Tsawri dan Abul Walid menyatakan kalau ia tsiqah dan hadisnya hasan. Ibnu Ady berkata “kebanyakan hadisnya lurus”. Ibnu Ma’in, Nasa’I dan Daruquthni melemahkannya. Ibnu Hajar menyebutkannya dalam At Taqrib 2/33 dengan predikat shaduq atau jujur tetapi mengalami perubahan hafalan di masa tuanya, mungkin karena ini ia dinyatakan dhaif oleh sebagian Ulama. Oleh karena itu hadisnya dinilai hasan.
  • Al ’Amasy adalah Sulaiman bin Mihran Al Kufi. Dalam Tahdzib At Tahdzib juz 4 no 386, beliau telah dinyatakan tsiqat oleh Al Ajli, Ibnu Main, An Nasa’i dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat.
  • Ubayah bin Rib’i, beliau adalah tabiin generasi awal. Ibnu Abi Hatim dalam Al Jarh Wat Ta’dil 7/29 no 155 menyatakan kalau ia meriwayatkan dari Ali, Abu Ayub dan Ibnu Abbas, kemudian meriwayatkan darinya Khaitsamah bin Abdurrahman, Salamah bin Kuhail, Al ’Amasy dan Musa bin Tharif. Abu Hatim mengatakan kalau ia termasuk sesepuh syiah dan ia seorang Syaikh. Pernyataan Syaikh adalah penilaian ta’dil yang setingkat dengan hasanul hadis. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat Al Kubra juz 6 hal 127 mengatakan ”Ubayah bin Rib’i meriwayatkan dari Umar dan Ali bin Abi Thalib, ia sedikit meriwayatkan hadis, semoga rahmat Allah dan kesejahteraan dilimpahkan kepadanya”.

Jadi hadis tersebut telah diriwayatkan oleh para perawi yang sebagiannya tsiqat dan sebagiannya lagi berstatus hasan hadisnya. Oleh karena itu kedudukan hadis ini adalah hasan.

.

.

Tinjauan Atas Kritik Hadis
Sebagian orang yang tentunya dari kalangan salafiyun telah menolak dengan keras hadis ini. Terkadang mereka mengatakan hadis ini maudhu’ atau palsu seperti Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ad Dhaifah no 5495 dan terkadang mereka mengatakan hadis ini dhaif. Di antara mereka ada yang berhujjah dengan pernyataan Ibnu Katsir dalam Al Bidayah Wan Nihayah bahwa di dalam hadis ini terdapat hal yang gharib dan mungkar. Pernyataan Ibnu Katsir tidaklah benar, cobalah lihat hadis tersebut sekali lagi tidak ada satupun sesuatu yang gharib ataupun mungkar. Jika kemuliaan dan kesucian Rasulullah SAW dan Ahlul Bait dikatakan sebagai gharib mungkar maka tidak ada lagi yang patut untuk didiskusikan.

Mereka juga terkadang berhujjah dengan pernyataan Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid 8/396 no 13822 yaitu

رواه الطبراني وفيه يحيى بن عبد الحميد الحماني وعباية بن ربعي وكلاهما ضعيف

Hadis riwayat Thabrani dan didalamnya terdapat Yahya bin Abdul Hamid Al Hamani dan Ubayah bin Rib’i yang dikatakan dhaif.

Pernyataan Al Haitsami juga tidaklah benar. Yahya bin Abdul Hamid telah dijadikan hujjah oleh Imam Muslim, dan dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Numair dan Ibnu Ma’in. Walaupun ada yang melemahkan Yahya maka itu tidak membuat hadis tersebut menjadi dhaif, apakah mereka akan berani menyatakan yang seperti ini terhadap hadis Yahya yang dijadikan hujjah oleh Imam Muslim dalam Shahihnya. Yah sepertinya kita akan melihat kembali antagonisme salafy dalam menilai hadis.

Di antara mereka yang mendhaifkan hadis ini telah menilai cacat kepada Ubayah bin Rib’i. Mereka berhujjah dengan pernyataan Ibnu Hajar dalam Lisan Al Mizan juz 3 no 1082 yang mengatakan kalau Ubayah bin Rib’i adalah syiah ekstrem dan Al Uqaili yang memasukkan Ubayah dalam kitabnya Ad Dhu’afa 3/415 no 1457. Hujjah seperti ini bersifat bias sektarian. Ubayah adalah seorang tabiin awal yang meriwayatkan dan bertemu dengan sahabat Nabi dimana Al Hakim dalam Ma’rifat Ulumul Hadis hal 41 berkata tentang golongan tabiin awal

فخير الناس قرناً بعـد الصحـابة من شـافه أصحـاب رسول الله صلى الله عليه وسلّم، وحفظ عنهم الدين والسنن، وهم قد شهدوا الوحي والتنزيل

Sebaik-baik manusia setelah sahabat adalah mereka yang bertemu langsung dengan sahabat Rasulullah SAW, memelihara dari mereka agama dan sunnah dan mereka para sahabat telah menyaksikan turunnya wahyu.

Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Abu Hatim dan Ibnu Sa’ad telah memberikan predikat ta’dil kepada Ubayah, padahal Abu Hatim mengetahui kalau Ubayah adalah seorang Syiah. Kemudian Al Hakim juga telah menshahihkan hadis Ubayah dalam kitab Mustadrak As Shahihain hadis no 3717, 3831 dan 4095 yang berarti predikat ta’dil bagi Ubayah bin Rib’i.

Lagipula tuduhan syiah ekstrem adalah tuduhan yang tidak jelas jika disematkan kepada para tabiin awal. Bagaimana Ubayah bisa dituduh sebagai syiah ekstrem?. Dalam Lisan Al Mizan ternyata satu-satunya alasan mengapa Ubayah dituduh syiah ekstrem adalah karena ia meriwayatkan hadis-hadis yang berbau syiah diantaranya riwayat Imam Ali yang berkata “Aku adalah pembagi neraka dan surga”. Alasan ini jugalah yang membuat Al Uqaili memasukkan Ubayah dalam kitab Ad Dhu’afa. Alasan seperti ini memiliki beberapa kerancuan

  • Jika memang orang yang meriwayatkan hadis tersebut dikatakan dhaif maka mengapa bukan perawi-perawi lain sebelum Ubayah yang dijadikan sasaran tuduhan. Mengapa bukan Al’Amasy misalnya?. Apakah karena ‘Amasy tsiqah lantas ia bebas dari tuduhan?. Apakah orang dengan tingkatan seperti Ubayah yaitu tabiin awal yang bertemu dengan sahabat Nabi tidak pantas untuk dibebaskan dari tuduhan?. Jadi mau dikemanakan hadis kebanggaan salafy kalau tabiin adalah generasi terbaik setelah sahabat.
  • Bisa jadi hadis-hadis Ubayah yang dipermasalahkan para salafy sebenarnya bukanlah tanggung jawab Ubayah. Misalnya hadis Qasim An Nar yaitu Imam Ali sebagai pembagi neraka. Hadis tersebut diriwayatkan dari Musa bin Tharif dari Ubayah. Musa telah dinyatakan matruk oleh Ad Daruquthni dalam Ad Dhu’afa no 519. Nah bukankah ini berarti yang seharusnya jadi sasaran tuduhan adalah Musa bin Tharif bukan Ubayah.

Aneh sekali kalau melihat berbagai kejanggalan yang berbau syiahpobhia. Apalagi kalau kejanggalan seperti ini menjangkiti para ahli hadis. Adz Dzahabi misalnya tidak segan-segan mencela Al Uqaili ketika Al Uqaili memasukkan Ali bin Madini ke dalam kitab Ad Dhu’afa 3/235 tetapi ketika seorang Ubayah meriwayatkan hadis tentang Ahlul Bait maka ia dengan mudahnya bertaklid dengan Al Uqaili yang mendhaifkan Ubayah. Padahal ketika Ubayah bin Rib’i tidak meriwayatkan hadis yang berbau syiah, sedikitpun Adz Dzahabi tidak mencacatnya bahkan menyatakan shahih hadis Ubayah bin Rib’i dalam Talkhis Al Mustadrak 3/333 hadis no 3717. Jadi tuduhan syiah ekstrem adalah tuduhan yang terkesan dicari-cari dan tuduhan seperti ini menjadi dasar bagi Al Uqaili untuk mendhaifkan Ubayah, padahal dikenal kalau Al Uqaili suka berlebihan dalam mencacat orang bahkan ulama besar sekaliber Ali bin Madini pun tidak lepas dari pencacatan Al Uqaili dalam kitabnya Ad Dhu’afa.

.

.

Kesimpulan

Hadis tersebut sanadnya hasan dan kelemahan yang ada pada sebagian perawinya memang tidak membuat shahih hadis tersebut tetapi juga tidak menjatuhkannya ke derajat dhaif apalagi maudhu’.

.

.

Lampiran
Berikut saya lampirkan hadis ini yang dikutip dalam kitab Tafsir Al Alusi Ruhul Ma’ani juz 22 hal 13-14.

ruhul-maani

Di bawah ini kutipan riwayat tersebut dari hal 13 sampai dengan hal 14

ruhul-maani-juz-22-hal-13ruhul-maani-juz-22-hal-14
.

Salam Damai

.

Catatan :

  • Sayangnya karena situasinya tidak memungkinkan maka tulisan ini tidak melalui fase pengeditan 😦
  • Semoga sebentar lagi keadaan jadi lebih baik 🙂
  • Saya menunggu hadiah dari seseorang :mrgreen:

102 Tanggapan

  1. @SP
    sip, sip, siiip, excellent. 🙂 Anda mau hadiah apa? Asal terjangkau kocek, bisalaaah 😀 eh, saya mau kirim buku, tapi Anda belum emailkan alamat Anda.

    hmmm… hadis yg saya tanyakan belum ditemukan dlm Mustadrak Al-Hakim, Sunan Tirmidzi, & Hilyatul-Awliya Abu Nu’aym. Aneh ya; lalu gimana bisa Al-Suyuthi & Al-Syawkani menulis bhw hadis itu diriwayatkan oleh 3 ulama hadis tsb?

    Mudah2an tidur Anda cukup berkualitas sehingga kesehatan Anda tetap prima. Salam ‘alaykum.

  2. info dan perkongsian,AlQuran- firman Allah : http://www.islamisukinionline.page.tl/

  3. Saya pernah membaca dalam satu majalah, mereka yang anti Islam mengatakan: Untuk menghancurkan Islam tidak mungkin terlaksana sebelum keluarga Nabi dimusnahkan. Dan kata2 ini sudah berlalu beberapa masa yang berasal dari Yahudi.
    Kalau dilihat dari sejarah pertumbuhan Islam memang benar:
    1. Semua berita mengenai kemulian keluarga Nabi ditolak
    2. Para Ulama Keluarga Nabi dibunuh
    3. Untuk menyayingi mereka dibentuk Mazhab
    4. Apabila ada fatwa dari ulama keluarga Rasul dari pihak merekapun mengeluarkan fatwa dan apabila fatwa dari keluarga Rasul tak terbantah. Mereka mengatakan perbedaan para ulama adalah Rakhmat (walau kenyataan terjadi bala’)
    5. Para pengikut Ahlulbait (syiah Imamiyah) dicap kafir. agar menjadi senjata pemungkas.
    6. Agar senjata itu lebih tajam dimunculkan tokoh fiktif Abdullah b. Sabah, Wasalam

  4. 6. Agar senjata itu lebih tajam dimunculkan tokoh fiktif Abdullah b. Sabah, Wasalam

    Anehnya Ulama2 syi’ah sendiri meriwayatkan si Ibnu Saba’ ini dalam kitab2 mereka..

  5. @antirafidhah
    gak perlu ngebacot, buktikan kalau ulama syiah menshahihkan kisah ibnu saba’ bawa riwayat yang dikatakan shahih oleh syiah, jangan cuma bisa ngutip asal kupipes dari hakekat.com 😆

  6. @antirafidhah

    Anda sok bicara ttg Ibnu Saba. Kalau saja anda mahu jujur, baca saja ttg siapa Kaabul Ahbar dan Wahab bin Munabbih dan siapa saja dari kalangan sahabat yg berguru dgn kedua dua Yahudi ini.

  7. Bukti sudah terlalu banyak dari kedua kalangan baik sunni maupun syi’ah mengenai eksistensi si Do’i ini, saran saya, ga usah susah2, mempermalukan diri utk memungkirinya.. ga ada gunanya.. lebih baik akui sajah… mengakui yang sudah jelas & kuat itu lebih terhormat kok… bener kt Mr. Tonggos, kalo mau memungkirinya, hapus saja semua kitab2 yg ada yg telah merekam si do’i ini.. tapi itu kan ga mungkin tho.. 😆

  8. masih ngebacot, antirafidhah ternyata cuma pintar membacot, mana buktinya kalau ulama syiah menyatakan riwayat ibnu saba’ itu shahih. fitnah fitnah 😆

  9. di dalam kitab rijal yang paling utama di sisi Syi’ah iaitu Ikhtiyaru Ma’rifatir Rijal yang lebih dikenali dengan Rijal Kasyi pengarangnya Abu Ja’far Muhammad bin Al-Hasan Bin Ali At-Thusi telah menukilkan riwayat daripada Imam Ja’far As-Sadiq yang berbunyi:

    عن ابن سنان، قال، قال أبوعبدالله عليه السلام: انا أهل بيت صادقون، لانخلو من كذاب يكذب علينا، فيسقط صدقنا بكذبه علينا عند الناس، كان رسول الله صلى الله عليه وآله أصدق البرية لهجة، وكان مسيلمة يكذب عليه. وكان أمير المؤمنين عليه السلام أصدق من برأ الله من بعد رسول الله صلى الله عليه وآله، وكان الذي يكذب عليه ويعمل في تكذيب صدقه بما يفتري عليه من الكذب عبدالله بن سبا لعنه الله

    Daripada Ibnu Sinan katanya, Abu Abdillah a.s. berkata, “Sesungguhnya kami Ahlul Bait adalah orang-orang yang benar, kami tidak sunyi daripada pendusta-pendusta yang berdusta atas nama kami lalu gugurlah kebenaran kami di sisi manusia disebabkan oleh pendustaan yang dilakukan atas nama kami. Nabi s.a.w. adalah orang yang paling benar ucapannya dan Musailamah telah berdusta atas namanya. Amirul mukminin (Ali) a.s. adalah orang yang paling benar diciptakan oleh Allah selepas Rasulullah s.a.w. dan orang yang berdusta atas namanya serta berusaha dalam mendustakan kebenarannya dengan mengadakan dusta atas nama beliau adalah Abdullah bin Saba’ semoga Allah melaknatnya”. (Rijal Kasyi juz 4 hal 305)

    Di antara tokoh-tokoh Syi’ah yang lain yang menyebutkan perkara sama (berarti mereka mengakui akan keberadaan tokoh ini) ialah an-Naubakhti dalam “Firaq asy-Syi’ah” (hal: 43-44), al-Hulli dalam “Kitab al-Rijal” (hal: 469), Mamaqami seorang tokoh ulamak mutaakhir Syi’ah tentang Rijal dalam kitabnya “Tanqihu al-Maqal” Jilid 2 hal: 184), al-Ustarabadi dalam kitab “Manhaju al-Maqal” (hal: 203), Ibnu Abi al-Hadid dalam “Syarah Nahju al-Balaghah” (Jilid 2 hal: 309), Syeikh Abbas al-Qummi dalam kitabnya “Tuhfatu al-Ahbab” (hal: 184) dan lain-lain.

    logikanya seorang ulama Syi’ah spt An-Nubakhti atau Al-Qummi dll menjelaskan tentang tokoh ini dg begitu jelas, tidak ada asumsi lain kecuali mereka mengakui kebenaran riwayat-riwayat mengenai tokoh ini di berbagai literatur syi’ah. ga perlu mungkirlah.. ingat mereka itu ulama kalian sendiri.. ntar kualat lho.. :mrgreen:

  10. asal kupipes dan cuma ngulang-ngulang doang. Gak perlu banyak ngebacot mana bukti ulama syiah menyatakan shahih riwayat yang antum bawa 😆 Kalau cuma dengan asumsi saja, he he he di kitab sunni banyak nukilan yang jauh lebih parah. coba lihat di Tarikh Baghdad disana Abu Hanifah mengatakan kalau Abu bakar dan Iblis punya derajat iman yang sama, ke ke ke bisa shock berat antum, Al khatib ulama sunni itu tidak sedikitpun mencela nukilan tersebut, jadi dalam mahzab sunni ternyata ulama kebanggannya abu hanifah mencela abu bakar bahkan mengatakan kalau imannya sama, senjata makan tuan tuh. 😆 Makanya gak usah ngebacot deh, disuruh bwakan bukti eh bawa asumsi, Logika antum, setiap apa yang tertulis dalam kitab ulama diakui oleh ulama tersebut adalah logika keliru and bathil, karena ulama bisa saja membawakan riwayat yang dhaif tanpa ia katakan kalau riwayat itu dhaif. Bukti nyata, baca sana kitab-kitab sunni dari musnad ahmad,abu ya’la, bazzar, kitab sunan, mu’jam ,mushannaf dan tarikh tidak ada disana disebutkan penetapan kalau para penulis mengakui setiap riwayat yang mereka bawa. Padahal cukup banyak ditemukan hadis dhaif dalam kitab mereka, makanya antum belajar lagi yang bener 😆

  11. 😆 ga shock berat tuch.. kalo cuma riwayat yg ga jelas cuma atu’ ga prlu di perhatikan, tetapi tentang ibnu saba’ ini, berapa ulama’ tuch yang mengakuinya.. liat baik2 bung… itu br yg disebutkan, blm yg laen..

    1. Al-Nubakhti berkata,

    “as-Sabaiyah menyatakan tentang keimaman Ali, dan bahwa hal itu adalah kewajiban dari Alloh Azza Wa Jalla. Mereka adalah pengikut Abdullah bin Saba’. Mereka terang-terangan mencaci Abu Bakar, Umar, Utsman serta sahabat-sahabat yang lain serta berlepas diri dari mereka. Dia berkata bahwa Ali memerintahkan hal itu. Maka Ali menangkapnya dan menanyakan tentang ucapannya itu, maka dia mengakuinya. Lalu Ali membunuhnya, maka manusia berteriak kepadanya, ‘Wahai Amirul Mukminin apakah engkau membunuh seorang laki-laki yang mengaku sebagai pecinta Ahlul Ba’it, mengakuimu sebagai pemimpin dan berlepas diri dari musuh-musuhmu?’ Maka Ali mengusirnya ke Madain.”

    Diriwayatkan dari segolongan ahli ilmu, bahwa Abdullah bin saba’ adalah seorang Yahudi yang masuk Islam lalu dia menjadi pendukung Ali. Dia mengatakan ketika masih berada dalam keyahudiannya tentang Yusa’ bin Nuri setelah Musa Alaihis Salam perkataan seperti ini. Lalu ketika dia masuk Islam dia mengatakan hal itu kepada Ali dan terang-terangan berlepas diri dari musuh-musuhnya (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan semua sahabat Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam). Maka atas dasar inilah orang-orang luar Syi’ah mengatakan bahwa ajaran Rafidhah adalah dari paham Yahudi.

    (Firaqu Asy-Syi’ah/Aliran-aliran dalam Syi’ah, halaman 32-44).

    Menurut ente di atas itu Al-Nubakhti di atas sedang tidak mengakui keberadaan ibnu saba’?? 😆

    2. Sa’ad bin Abdullah Al-Asy’ari Al Qumi dalam uraiannya mengatakan tentang As-Sabaiyah,

    “As-Sabaiyah adalah pengikut Abdullah bin Saba’, yaitu Abdullah bin Wahab ar-Rasibi Al-Hamadani. Para pembantunya adalah Abdullah bin Khursi, Ibnu Aswad, mereka berdua adalah pendukung utamanya. Dia adalah orang yang pertama kali secara terang-terangan mencaci maki Abu Bakar, Umar, Utsman, dan para sahabat serta berlepas diri dari mereka.”

    (Al-Maqalat wa al-Firaq, halaman 20).

    Menurut ente Al-Qummi di atas sedang tidak mengakui keberadaan Ibnu Saba’ ??? 😆

    silahkan pakai kacamatanya ya biar keliatan :mrgreen:

  12. masih kagak ngerti juga, mana buktinya kalau itu shahih, sekali lagi mana “de factonya” gak usah pake asumsi lah, antum kan cuma kupipes doang, pokoke mane pernyataan shahih hitam di atas putih, kalau emang antum baca kitab aslinya, hayo tunjukkan
    “ga shock berat tuch.. kalo cuma riwayat yg ga jelas cuma atu’ ga prlu di perhatikan, tetapi tentang ibnu saba’ ini, berapa ulama’ tuch yang mengakuinya.. liat baik2 bung… itu br yg disebutkan, blm yg laen..”
    ke ke ke 😆 makanya belajar lagi, bahkan dalam shahih muslim disebutkan kalau Abu bakar dan Umar itu pendusta, berkhianat, dan tidak jujur, he he he shahih banget itu kaleee, beda banget dengan riwayat ibnu saba’ yang dhaif dhaif jiddaneeee 😆 silakan shock terus diminum dulu obatnya
    makanya mana bukti ulama syiah yang bilang shahih, kalau gak bisa nunjukkin sama aja bohong, fitnah, fitnah 😆

  13. Ya jgn salahkan saya, tanya sama ulama ente, yang jelas kan saya sudah sampaikan bahwa ulama syi’ah terdahulu mengakui eksistensi si Ibnu Saba’ ini, hanya segelintir ulama syi’ah yg belakangan ajah yg ga mau mengakuinya.. mereka itu kuwalat lho sama seniornya 😆

  14. 😆 owalah antum kan cuma fitnah doang, antum sok banget ngutip-ngutip kitab syiah padahal gak pernah ngelihat boro-boro mau baca, huuuuh bukti nyata tuh antum ditanya begitu aja langsung skakmat. hati-hati lho fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan, hayo masih ditantang, mana ulama syiah yang bilang shahih . 😆
    sana urusi ulama antum yang menshahihkan kata-kata pendusta, pengkhianat dan tidakjujur pada abu bakar dan umar pujaan lhu itu 😆

  15. masih ditunggu lho, jangan seenaknya geweee
    masa’ Lempar batu sembunyi tangan 😆

  16. skakmat?? huaaahahaha 😆 ga salah tuch.. ente sndri gmn dr tadi? kmana aja ente? 😆

  17. ho ho seperti biasa nasibi akalnya udah gak mudeng 😆 , heee antirafidhah mana pernyataan ulama syiah yang mengatakan shahih? itu pertanyaan saya, kok muter-muter terus, jangan pengecut lah, buktikan kalau antum tidak memfitnah, kalau antum gak bisa jawab ya skakmat lah, masa’ yang begini aja minta dijelasin, kemana itu kepalanya :mrgreen: terus antum ndiri ngakui nggak kitab shahih muslim antum itu, kalau iya sama saja artinya antum mengatakan abu bakar dan umar pendusta dan pengkhianat, mau mengatakan syiah mencela sahabat padahal antum sendiri lho 😆

  18. Kan sudah saya jawab.. Al-Nubakhti, AlQummi dan lain-lain telah menceritakan dg sejelas-jelasnya tentang si Ibnu Saba’ ini tanpa bilang bahwa si Ibnu Saba’ ini fiktif ato lemah riwayatnya.. so jelas sekali mereka mengakui kebenaran dari riwayat mengenai Ibnu Saba’ ini… sudahlah ga usah mungkir, kecuali ente ga mengakui mereka sbg ulama ente.. ga usah taqiyah lah man.. akui akan lebih nikmat lho.. 😆

  19. Sekarang tolong tunjukkan ulama2 tsb di atas (An-Nubakhti, Al-Qummi dll tsb di atas) menyatakan lemah ato palsu mengenai riwayat si Ibnu Saba’, ato menyatakan fiktif ttg keberadaan si Do’i ini… hayyooo jawab… kalo ga brarti ente yg skak mat 😆

  20. lho yang bawa riwayat antum tapi kok nyuruh saya yang tanggungjawab, pengecut tuh lempar batu sembunyi tangan 😆 , dari awal saya sudah tanya mana riwayat shahih, lagipula antum gak pernah belajar hadis, masa’ gak tahu kalau riwayat terhukum dhaif sampai dibuktikan keshahihannya, he he hayooo, sekarang giliran dong, mana jawaban antum atas pertanyaan saya, siapa yang menshahihkan?

  21. kalo gitu bener dong abu bakar dan iblis itu imanny sama, all khatib tidak sedikitpun mlemahkan atau mencacatkanny
    di shahih bukhari muslim disebutkan banyak sahabat nabi yang murtad, klop banget kan, akui saja kasihan banget agama antum, rujukannya punya iman setingkat iblis dan bnyak yng murtad lagi 😆

  22. @Assaqaf

    Percuma aja kalau mahu tunggu antirafidhah menjelaskan darjat hadis tersebut atau mengaitkan Ibnu Saba sbg pengasas ajaran Syiah Imamiah. Dia sama spt temannya yg hanya tahu mengutip yg lemah @ palsu @ tanpa syarah dari ulama2 rijal Syiah.
    Saat terkepung, senjata ampuhnya adalah…’tuh, ada dlm kitab anda, mau nafikan? Buang aja kitab2 anda’
    Dia hanya memperbodoh diri sendiri aja..kasihan

  23. @mas Assagaf
    Nda perlu dilayani orang seperti antirafidy. Yang terang mereka2 seperti antirafidy mereka mengingankan kehancuran Islam dengan menimbulkan permusuhan dalam Islam. Golongan mereka dengan kencar mengumandangkan bahwa darah orang2 syiah hal jadi bagi mereka membunuh sesama Islam halal. Sedangkan Allah mengharamkan. Kalau demikian SIAPA MEREKA? Wasalam

  24. Ikut nimbrung dikit saja, menarik juga perdebatan mas antirafidhah vs mas Assaqaf mengenai Abdullah bin Saba’.

    Assaqaf :

    gak perlu ngebacot, buktikan kalau ulama syiah menshahihkan kisah ibnu saba’ bawa riwayat yang dikatakan shahih oleh syiah

    Antirafidhah:
    dengan sebelumnya menyebutkan riwayat dr literatur syi’ah dan perkataan bbrp ulama syi’ah

    logikanya seorang ulama Syi’ah spt An-Nubakhti atau Al-Qummi dll menjelaskan tentang tokoh ini dg begitu jelas, tidak ada asumsi lain kecuali mereka mengakui kebenaran riwayat-riwayat mengenai tokoh ini di berbagai literatur syi’ah

    Assaqaf:

    Logika antum, setiap apa yang tertulis dalam kitab ulama diakui oleh ulama tersebut adalah logika keliru and bathil, karena ulama bisa saja membawakan riwayat yang dhaif tanpa ia katakan kalau riwayat itu dhaif

    Antirafidhah:

    sebelumnya dia mengutip perkataan Al-Nubakhti dan Al-Qummi

    Menurut ente di atas itu Al-Nubakhti di atas sedang tidak mengakui keberadaan ibnu saba’?? 😆

    Menurut ente Al-Qummi di atas sedang tidak mengakui keberadaan Ibnu Saba’ ???:lol:

    Assaqaf:

    masih kagak ngerti juga, mana buktinya kalau itu shahih, sekali lagi mana “de factonya” gak usah pake asumsi lah

    ho ho seperti biasa nasibi akalnya udah gak mudeng , heee antirafidhah mana pernyataan ulama syiah yang mengatakan shahih? itu pertanyaan saya

    Antirafidhah:

    Kan sudah saya jawab.. Al-Nubakhti, Al-Qummi dan lain-lain telah menceritakan dg sejelas-jelasnya tentang si Ibnu Saba’ ini tanpa bilang bahwa si Ibnu Saba’ ini fiktif ato lemah riwayatnya.. so jelas sekali mereka mengakui kebenaran dari riwayat mengenai Ibnu Saba’ ini…

    Sekarang tolong tunjukkan ulama2 tsb di atas (An-Nubakhti, Al-Qummi dll tsb di atas) menyatakan lemah ato palsu mengenai riwayat si Ibnu Saba’, ato menyatakan fiktif ttg keberadaan si Do’i ini… hayyooo jawab…

    Analisa:

    Assaqaf meminta Antirafidhah menunjukkan apakah ada ulama syi’ah yang mensahihkan riwayat tentang Ibnu Saba’ dan Antirafidhah menjawab dengan pernyataan dari beberapa ulama syi’ah yang mengakui keberadaan Ibnu Saba’, walaupun memang tidak ada pernyataan tekstual dr ulama2 tsb bahwa riwayat Ibnu Saba’ adalah Shahih, tetapi menurut antirafidhah dengan pengakuan ulama-ulama tersebut mengenai eksistensi Ibnu Saba’ dengan tanpa mencacat riwayat2 Ibnu Saba’, sudah cukup menjelaskan bahwa ada ulama-ulama syi’ah yang mengakui eksistensi Ibnu Saba’ dan otomatis menshahihkan riwayat Ibnu Saba’.

    Jadi menurut saya itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaan saudara Assaqaf dkk . wallahu a’lam.

  25. @all
    Yang penting apa yang dikatakan para anti syiah tidak benar. Mereka mengatakan ada ulama syiah mengakui keberadaan abd b sabah. Yang menyatakan itukan para wahabi/salafy mengatas namakan ulama syiah. Jangankan mengatas namakan ulama syiah. mengatas namakan Nabipun mereka laksanakan demi mencapai tujuan mereka. Mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Sampai tingkat membunuh orang mukmin. Jadi tidak heran. Wasalam

  26. pemerhati dengan sok bilang
    “Assaqaf meminta Antirafidhah menunjukkan apakah ada ulama syi’ah yang mensahihkan riwayat tentang Ibnu Saba’ dan Antirafidhah menjawab dengan pernyataan dari beberapa ulama syi’ah yang mengakui keberadaan Ibnu Saba’, walaupun memang tidak ada pernyataan tekstual dr ulama2 tsb bahwa riwayat Ibnu Saba’ adalah Shahih, tetapi menurut antirafidhah dengan pengakuan ulama-ulama tersebut mengenai eksistensi Ibnu Saba’ dengan tanpa mencacat riwayat2 Ibnu Saba’, sudah cukup menjelaskan bahwa ada ulama-ulama syi’ah yang mengakui eksistensi Ibnu Saba’ dan otomatis menshahihkan riwayat Ibnu Saba’.”
    makanya belajar hadis sana, riwayat-riwayat yang dnukilkan oleh ulama walaupun mereka tidak mencacatnya bukan merarti mereka mengakui shahih. Apakah contoh-contoh saya diatas belum jelas, bukankah musnad ahmad itu ditulis imam ahmad, apakah ahmad mengakui kalau semuanya shahih padahal ia tidak mencacatkan satupun sanad riwayat yang ia bawa. sunan daruquthni itu ditulis daruquthni dan ia meriwayatkan banyak hadis tanpa mencacatnya, apakah itu berarti ia mengakui bahwa apa yang iariwayatkan semuanya shahih. Terus antum gak nyadar implikasinya, contoh riwayat dalam Tarikh baghdad dimana abu hanifah mengatakan iman abu bakar itu setingkat dengan iblis, khatib tidak mencacat riwayat tersebut artinya ia mengakui kalau abu hanifah memang berkeyakinan begitu, kasihan deh sahabat pujaan antum. Lain halnya dengan nukilan shahih muslim dimana muslim mengatakan semuanya shahih jadi kalau dalam shahih muslim dikatakan abu bakar dan umar adalah pendusta dan pengkhianat, maka memang demikianlah mereka menurut imam muslim, celaka sekali imam antum 😆

  27. Wahai Assaqaf, Ulama ente si Al-Nubakhti & Al-Qummi sedang tidak meriwayatkan hadits.. tetapi sedang menjelaskan/mendeskripsikan tentang seorang tokoh yaitu Ibnu Saba’ yang mereka akui keberadaannya…

    ente tanya, ada ga ulama syi’ah yang menshahihkan riwayat tentang Ibnu Saba’, saya jawab, bahkan ada yang mengakui keberadaannya (saya sudah sebutkan) dan pengakuan adalah lebih dalam drpada sekedar penshahihan… pelototi lagi tuch postingan ane, anak SD yg baru bisa baca tulis saja dengan mudah kok memahaminya.. jgn suka asbun tho Le 😆

  28. antum yang asbun, makanya kagak ngerti kutipan yang antum tampilkan sendiri, baca dong, pada kutipan antum itu kan ada kata-kata “diriwayatkan” nah lho, itu artinya ulama yang antum kutip itu sedang bersandar pada riwayat, wekekeke oooh jadi perkataan ulama tanpa riwayat jauh lebih shahih dari riwayat, cuma orang yang kagak ngerti dalil aja yang bilang begitu, dimana-dimana riwayat itu perlu untuk dasar dalam berhujjah, kecuali antum memang bisanya taklid doang, makanya antum gak sadar-sadar kalau sahabat yang antum ikuti punya iman setingkat dengan iblis bahkan banyak yang murtad 😆

  29. Nah kan berarti Al-Nubakhti mengakui kebenaran riwayat-riwayat dari segolongan ahli ilmu tersebut.. nah jelas kan? apakah Al-Nubakhti mendhaifkan riwayat2 tsb? justru dari pernyataannya jelas sekali kalo dia meyakini keberadaan Ibnu Saba’ dan tidak mencacat riwayat2 dr ahli ilmu, so pertanyaan ente itu sudah terjawab, jika ente ga puas ya monggo.. bukan urusan saya lg ya toh? :mrgreen: kecuali Al-Nubakhti & Al-Qummi ini adalah fiktif bukan ulama syi’ah… ato hapus saja mereka dari daftar ulama syi’ah krn telah mengungkap keberadaan Ibnu Saba’ ini di kitab2 mereka.. berani ga? 😆

  30. masih asbun wae, ujungny antum muter aja terus disitu, dah dibilang kan kalau periwayatan saja mana cukup walaupun ulama tersebut tidak menjelaskan cacatnya, metode begitu banyak sekali dalam tarikh dan hadis, cuma orang bodoh kaleee yang kagak ngerti, antum asyik aja dengan pikiran antum ndiri 😆 , gini nih kalau kagak ngerti ilmudirayah tapi ngomongnya sok ilmiah, mana pernyataan shahihnya?kagak bisa jawab kasihan deh lu, emang mahzab syiah gak nyampe buat otak antum, yang begitu aja kagak ngerti, gimana jadinya kalau antum baca kitab tarikh, antum pasti bakal teriak sana-sini, ulama-ulama antum ada yang bilang usman na’tsal lah, ada yang mau membakar rumah ahlul bait, ada yang menyuruh meracuni imam husain, ada yang menghina imam ali dan banyak lagi, semua itu ulah sahabat pujaan antum, ato jangan2 kagak pernah baca, pantes banget mulutnya besar, baca tuh mereka tidak mencacatkan riwayat tersebut, kalo nurut metode antum ya shahih semua itu 😆 makanya urusi tuh agam antum yang dibawa oleh sahabat yang imannya setingkat dengan iblis, pendusta ,pengkhianat dan banyak yang murtad, itu kitab shahih antum, mana bisa ngelak 😆

  31. wuakakakakak.. antirafidhah, ga usah dilayani tuch si Saqof Arrofidhy, ga nyambung2 diajak diskusi.. malah ngalor-ngidul ga karuan! N yg bikin gw eneg SONGONG-NYA itu yg luar biasa, gayanya sok ngerti ilmu dirayah wuakakakak… NGOMONGNYA AJA KEBANYAKAN TAPI NYATANYA NUL PUTUL! kalo deket, gw jewer tuch anak & gw strap, terakhir gw suruh bersihin kakus! wuakakakak

  32. wakakakak muncul nih tabiat asli, kita udah sama-sama tahu kali kalau antirafidah dan imem itu satu orang dungu n sombong, antum tuh yang ngalor ngidul pake ngomongin kakus, otaknya konslet jadi gak ngerti, soknya tolole, sana-sana antum gak level ikutan disini 😆

  33. hahaha. kewalahan pade syiah2 di blog ini dan blog2 laenya, mangkanya (syiah) baek zaidi, rafidah, qaramithi, druze, imamiyah. jagn sok belagu ngebela ibnu sauda yang udah jelas sejarahnya bung, jadi terima ajalah kok ditutupi mulu, atut ya n malu ya (kalo masih punya) banyak juga di dunia ini yang ngaku ahlu bait habib, sayyid, g taunya cuma NGAKU DOAANGG.. di jambi banyak juga tuh ngaku “habib” tapi quburiyun, Ah pastilah syiah mah kalo denger gini dibilang NASHIBAH. emang dasar syiah al Qur’an aja dipalsuin APALAGI SILSILAH KETURUNAN. camkan itu.

  34. gak usah banyak bacot, tunjukkan buktinya emang nasibi dimana-mana sama aja, besar mulut, segala puji bagi Allah SWT yang menghilangkan akal dari para nashibi antirafidhah, imem dan abujufri 😆

  35. hallo….antirafidha, imem, abu jufri……….kalo masih punya argumentasi yg kuat, silahkan ke http://islamsyiah.wordpress.com

  36. He he he antirafidah & imem dari dulu muter2 soal si saba aja. Katanya si Saba ini = Yahudi = Syi’ah. Daripada gembar gembor si Saba ada dlm hadis2 Syi’ah ane minta penjelasan ajaran si Saba itu spt apa. Kmd dibandingkan dg ajaran Syi’ah khususnya di segi akidahnya (Rukun Imannya).

    Tapi perlu diingat bhw ajaran Yahudi ini berasal dari Nabi Musa as dan Nabi Daud as dimana keduanya merupakan utusan Allah SWT. Jadi kalau ada yg sama ya memang tdk aneh.

    He he smp sekarang ane belum pernah baca penjelasan ente ttg ajaran si Saba ini.

    Untuk abu jufri, ente engga nyambung. Siapa yg membela si Saba ? Justru kami ini tdk mengakui keberadaannya.

    Siapa yg malu ? Justru kami merasa prihatin bhw seorang Abu Hanifah mengatakan kalau Abu bakar dan Iblis punya derajat iman yang sama dan
    dalam shahih muslim disebutkan kalau Abu bakar dan Umar itu pendusta, berkhianat, dan tidak jujur.
    Kalau anda2 meragukan hadis2 tsb, maka para ulama hadis anda termasuk Muslim adalah tukang bohong ! Tapi kalau anda percaya kpd omongan para ulama ente tsb maka fakta2 tsb klop dg fakta2 yg berasal dari para ulama hadis Ahlu Sunnah yg mengatakan bahwa Abu Bakar dan Umar juga Usman telah membuat hukum2 baru (bid’ah) yg bertentangan dg Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya. Di dukung dg hadis Al-Haudh maka berarti Abu Bakar, Umar dan Usman adalah tukang bid’ah. Dg demikian apakah para pengikutnya masih pantas disebut Ahlu Sunnah wal jamaah ?

    He h e he pasti jawabannya selalu begini : engga mungkin Abu Bakar dan Umar spt itu….ente tdk bisa membedakan antara sahabat dan org murtad. Syi’ah selalu menggunakan riwayat2 yg dhoif….

    @abu jufri,

    kalo engga tau masalah Ahlul Bait engga ngomong soal Ahlul Bait. Soal sayid dan habib dan engga hubungannya dg ke-Imamahan Ahlul Bait.

    Soal silsilah ya silahkan saja pake silsilah versi ente. Silsilah versi ente mgkn spt ini : Nabi Muhammad saw – Abu Bakar – Umar – Usman – Muawiyah – Yazid – Ibnu Taimiyah – Muhammad bin Abd Wahab – Al-Bani.

    Syi’ah memalsukan Al-Quran ? He he he mas bangun….bangun…!

  37. @imem

    Hallo bung, tumben mo muncul lg, sabar.. sabar.. ga perlu spt itu.. o iya jgn lupa besok sore abis ashar.. spt biasa.. 🙂

    @abu jufri

    hehehe.. salam kenal, anda benar, saking pengennya ngilangin jejaknya si Ibnu Saba’ sampe2 mereka ngilangin juga akal sehat mereka 😆

    @harianto

    Halah lha wong komentar aja ga ditampilin oleh pemilik blog gmn mo berargumentasi tho mas.. 😆

  38. wekekeke ada orang gak punya akal sehat tapi bicara akal sehat, lalu apanya yang sehat , makanya bicara jadi ngalor ngidul 😆

  39. Sama juga,
    Jungkelik-jungkedang,
    Budak letik hayang gedang.

    Salam!

  40. @antirafhidah:
    hehehe.. salam kenal, anda benar, saking pengennya ngilangin jejaknya si Ibnu Saba’ sampe2 mereka ngilangin juga akal sehat mereka

    He he he…saking hebatnya itu si Saba, khalifah Usman engga bisa berbuat apa2 dan tak mampu menghentikan sepak terjangnya. Bayangkan seorang penguasa yg sangat kuat yg didukung oleh hampir seluruh sahabat dan mayoritas penduduk Madinah, tiba2 menjadi lumpuh ketika berhadapan dg seorang Adullah bin Saba ! Padahal ketika seorang Ibnu Mas’ud, seorang sahabat besar, memprotes kebijakan2 Usman yg keliru, maka Usman langsung memukul sahabat tsb. Karena saking parahnya lukanya, maka Ibnu Mas’ud meninggal beberapa lama setelah pemukulan itu. Atau seorang Abu Dazar yg rajin mengkritik kebijakan2 Usman yg nepotis mengalami nasib yg sama dan diasingkan ke suatu tempat sampai meninggal dunia.

    He he he… engga masuk akal ada org bernama Abdullah bin Saba yg merongrong kekuasaan Usman tapi didiamkan saja oleh Usman. Jangan2 si Saba ini berkolusi dg Usman untuk memojokkan Ali atau si Saba ini orangnya Usman yg menyamar ? He he he… ini yg masuk akal.

    Nama sih antirafhidah, tahunya ada kurang lebih 100 org para perawi hadis dari kalangan syi’ah rafhidah yg terdapat dlm kutubus shittah. Kalau ada org salafi menganggap org Syi’ah pendusta, maka bagaimana dong dg hadis2 yg ada dlm hadis kutubussithah ? Berarti sejumlah hadis yg menyangkut pilar agama yg cukup banyak harus dibuang ?

    He he he senjata makan tuan…

  41. Yesterdai is daging!
    Makanlah daging itu!
    Jangan dimain-mainin,
    Jangan dicoret-coret dilukis-lukis.
    Jangan dirobek-robek dilengket-lengketin
    Alhasil …….jungkelik-jungkedang deui!.

    Salam Damai!

  42. masih mau dilanjut tentang abdullah bin saba..?

    Atau mungkin ada yang lupa eksistensinya berkaitan dengan Muawiyah..

    sayangnya wahaby pandainya hanya betul omong kosong
    mereka bahkan tidak dapat memecahkan definisi :

    Abdullah …?
    bin…?
    saba…?

    sehingga sebutan sebutan menjadi eksis dan ‘seakan’ diakui wujudnya

    bila masih sulit memahaminya..
    saya jabarkan dalam bahasa masa kini

    Muawiyah said “dasar anak haram” (abdullah bin saba)

    bingung khan..?
    -yang tidak tahu pasti akan katakan muter2-
    hehehe.. kasihan wahaby salafy al yahud termakan doktrin :))

  43. Lupakan Abu Bakar, Lupakan Umar, Lupakan Utsman, Lupakan Istri Nabi yang tidak baik..

    Syiah hum ahlisunnah dengan mengikuti jejak Ahlulbayt sebagai Pemegang sunnah dan Sahabat Level Advanced combined Ahlu Kissa ++ otorita Pemberi Syafaat

    Remember always : Kitabullah Wa Itrah Ahlulbayt at Qiya

    BUKAN

    Kitabullah wa ashabi (seperti Wahaby yang menuhankan para mualaf)

    Muawiyah said saat membantai Ammar bin Yasr dan para Qori nabi >> kalian seperti Abdullah bin saba..!! (banyak donk)

    MEMBUAT WAHABY MAKIN BINGUNG 🙂

    While Syiah akan tetap menjadi Khoirul Bariyyah sesuai Nubuwah… Subhanallah…

  44. Para penonton di persilahkan masuk,
    Akrobat akan segera dimulai!
    Terimakasih!

    Salam Damai!

  45. to abu aqli ;Lupakan Abu Bakar, Lupakan Umar, Lupakan Utsman, Lupakan Istri Nabi+ (lupakan nabi) biar lo pada puassss….
    itulah yang sebenarnya yang kalian (syiah/rafidha) inginkan bukan. dasar orang2 yang diperangi oleh kaum muhajirin dan anshor yang telah dirihoi Allah swt, mati2an ngebela agama syiah kalian (ngaku islam lagi…) dan ngaku ahlussunah….hiiiiiiiiiii seyemmmmmmmmm. kok bisa yah. akhi2 pelajari dengan baik agama islam dengan manhaj salaf. niscaya Engkau akan menemukan kebenaran. ya teserah kalian mo bilang lupakan semua kan itu agama kalian tapi jangan ngaku kalian islam yah Islam bukan pengakuan sepeti itu na’am.

  46. @all

    Apa benar,
    Agama diturunkan utk di cintai,
    Nantinya mencintai?

    Salam Damai

  47. to Abu Jufri
    Sejak Kapan 3 Syaikh itu bersanding setara dengan Nabi, sehingga Melupakan Mereka sama dengan melupakan Nabi Saww..

    Rasanya ada yang salah dengan akidah antum…

    Semua muslim adalah Syiah, karena semuanya mengikuti Imam Ali As, baik cuma 10%, 30%, 50% dan atau 100%.
    tidak ada yang ikuti 3 khalifah kecuali karena ikut ikutan guru mereka saja.

    Asshabiqqun al awwalun

    Dimana Abu bakar, umar dan ustman saat Rasul Saww dan Bany Hasyim di blokade Kafirin Quraish..?

    ngaku diridhoi ALLAH sih boleh..
    tapi kenyataannya…

    Sayyidah Fatimah As : Aku tidak meridhoi kalian (abu bakar dan umar) atas perlakuan kalian, dan akan aku doakan keburukan pada setiap sholat saya (dinukil muslim)

    Keridhoan Fatimah adalah keridhoanku (Ar Rasul Saww), Kemurkaan Fatimah adalah kemurkaan ALLAH SWT (Dinukil Muslim Juga)

    Ada ihdinatssirothalmustaqimm itu dipimpin Abu bakar+Umar…?

    wah nama boleh abu jufri, tapi kok ga bisa التمييز بين الجيد والسيئ

  48. Kliatanya damai itu tak asyik, yah!
    Mencari titik adil lebih asyik; Balancing …gituh!
    Walau jungkelik-jungkedang sampai akhir at!

    Salam Doang!

  49. @all
    Saya setuju dengan abu agil. Untuk melupakan mereka2 yang disebutnya.
    Karena menurut faham Wahabi/salafi, mereka yang sudah mati tidak perlu bertawasul pada mereka, tidak perlu diagungkan dlsb, karena mereka tidak berguna lagi. Jadi mari kita lupakan mereka. Wasalam

  50. Lupakan,
    Maksudnya makanlah cernalah, … maju jalan!
    Jangan dilukis-dicoret dirobek-dilem mululu.

    Salam Damai!

  51. weleh koment di discard muluuuuuuuuu. apaaaan nehhhhhh

  52. g boleh panjang2 ya om, wah takut kepenuhan kali space blognya.

  53. @falseto
    Walah antum ini udah liat n baca komen ane ngak. Tuh baca lage.. jagn sok belagu ngebela ibnu sauda yang udah JELAS SEJARAHNYA BUNG.. bukan ngebela ibnu sauda tapi ngebela riwayat yang udah jelas akan keberadaan si laknat (ibnu sauda) ini. Ya iyalah mau sislisah versi ane ato Antum tinggal pilih aja yang jelas akidah syiah memang para pendusta, mangkaya ane ragu/g percaya tentang sislisah mereka wong qur,an aja lagi dipalsuin apa lagi sisilah, woooiiii….melek loh ato ntar ane siram aja pake air sebaskom abis tidurnya kayak orang mati aja (ntar pas terbangun taqiyah muncul dan berkata “saya tidak tidur tadi” hihihi). Ga tau ahlu bait versi ente yah, ya jelas g taulah ya sekehendak ente aja mau gimana wajar, di nu aja gusdur bisa jadi ahlu bait (WHAHAHAHAHAHA super huebaaaattt) mungkin versi ahlu bait ente begini juga yah (makan tuh sislisah ngedit sendiri). Mana para kulafaur rasyidin membuat perkara baru (bid;ah) paling andalan kalian itu seperti mengumpulkan qur;an, azan jumat 2x, tarawih dll.. lagu lama euy. Syubuhat kalian semua itu bisa hancur jika dijawab. Neh gue kasih kesamaan akidah antum dengan yahudi jangan bilang milik nabi musa dan isa as yah NABI RASUL SEMUA ISLAM BUKAN YANG LAIN PA LAGI YAHUDI!!! (dasar syiah = yahudi plus)….

    APA SEGI KESAMAAN ANTARA YAHUDI DENGAN RAFIDHAH ?
    Syakh Islam Ibnu Taimiyah berkata : Bukti dari, sesungguhnya bencana Rafidhah adalah bencana Yahudi, hal itu terlihat pada :

    Sesungguhnya orang Yahudi mengatakan : Tidak boleh yang menjadi raja kecuali dari keluarga nabi Daud, Rafidhah berkata : Tidak boleh menjadi imam kecuali dari anak Ali.

    Yahudi mengatakan : Tidak ada jihad di jalan Allah sampai keluar Masehid Dajjal dan diturunkan pedang. Orang Rafidhah mengatakan : Tidak ada jihad di jalan Allah sampai keluar Al Mahdi, dan datangnya penyeru menyeru dari langit.

    Orang Yahudi mengakhirkan (mengundurkan) shalat sampai bintang bertebaran, begitu juga orang Rafidhah mereka mengundurkan shalat maghrib sampai bintang-bintang bertebaran, padahal hadits mengatakan : “Senantiasa umatku di atas fitrah, selama mereka tidak mengakhirkan shalat maghrib sampai bintang bertebaran [8].

    Orang Yahudi telah merubah taurat, begitu juga orang Rafidhah, mereka telah merubah Al Quran.

    Orang Yahudi tidak memandang bolehnya mengusap khuf (sepatu kulit yang menutupi mata kaki), begitu juga orang Rafidhah.

    Orang Yahudi membenci malaikat Jibril, mereka mengatakan : Malaikat Jibril adalah musuh kita dari kalangan malaikat. Begitu juga orang Rafidhah, mereka mengatakan : Malaikat Jibril telah salah menyampaikan wahyu kepada Muhammad [Ada juga suatu kelompok yang mengatakan yang aneh-aneh, mereka mengatakan : sesungguhnya Jibril telah berkhianat, dimana ia menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad, sedangkan yang lebih utama dan lebih berhak terhadap risalah adalah Ali bin Abi Thalib, oleh karena inilah mereka mengatakan : telah berkhianat Amiin (malaikan jibril) dan ia telah menghalang risalah sampai ke Haidari (Ali).
    Wahai saudaraku muslim, bagaimana mungkin mereka menuduh Jibril Alaihi salam telah berkhianat, sedangkan Allah telah menyifatinya dengan amanah (terpercaya), sebagaimana Allah telah berfirman : Telah dibawa oleh Ruhul Amiin (malaikat Jibril), dan firman-Nya : selalu taat kemudian terpercaya. Apakah yang akan anda katakan wahai muslim terhadap keyakinan yang diimani oleh orang-orang rafidhah ini?].

    Begitu juga orang Rafidhah meyerupai orang kristen pada satu ajaran nasrani yaitu, wanita-wanita mereka tidak memiliki hak mendapatkan mahar, akan tetapi hanya bersenang-senang dengan mereka dengan kesenangan, begitu juga orang Rafidhah, mereka menikah dengan cara mut’ah, dan mereka menghalalkan itu.

    Orang yahudi dan kristen lebih utama dari orang Rafidhah dengan satu sifat (yaitu) :

    Orang yahudi jika ditanya : siapakah orang yang terbaik di kalangan pemeluk agamamu? Mereka menjawab : adalah sahabat-sahabat Musa.

    Orang Kristen jika ditanya : siapakah orang yang terbaik di kalangan pemeluk agamamu? Mereka menjawab : adalah Hawari (sahabat-sahabat) Isa.

    Orang rafidhah jika ditanya : siapakah orang yang terburuk di kalangan pemeluk agamamu? Mereka menjawab : adalah sahabat-sahabat Muhammad. (Minhaajul Sunnah, oleh syeikhul Islam Ibnu Taimiyah : 1/24.).
    (NOH DI ATAS BUKANYA BELA MALAH SEBALIKNYA. KALIAN INI YANG ANEHNYA NGAKU ISLAM LAGI (BENER2 ANEH SUPER AJAIB) ANAK SD ATO SMP AJA MUNGKIN UDAH PAHAM SAPA KALIAN INI).

  54. NEH PERBEDAAN ISLAM DENGAN SYIAH (COPAS) “mau marah silahkan/monggoooo”
    PERBEDAAN ANTARA AGAMA ISLAM DENGAN AGAMA SYI’AH, BAG:1
    Ditulis pada Juli 2, 2007 oleh haulasyiah
    Berikut ini adalah perbedaan yang sangat menonjol antara agama islam dengan agama syi’ah, yang dengannya mudah-mudahan kaum muslimin dapat mengetahui hakekat sebenarnya ajaran agama syi’ah.
    1. Pembawa Agama Islam adalah Muhammad Rasulullah.
    1. Pembawa Agama Syi’ah adalah seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’ Al Himyari. [Majmu’ Fatawa, 4/435]
    2. Rukun Islam menurut agama Islam:
    1. Dua Syahadat
    2. Sholat
    3. Puasa
    4. Zakat
    5. Haji
    [HR Muslim no. 1 dari Ibnu Umar]
    2. Rukun Islam ala agama Syi’ah:
    1. Sholat
    2. Puasa
    3. Zakat
    4. Haji
    5. Wilayah/Kekuasaan
    [Lihat Al Kafi Fil Ushul 2/18]
    3. Rukun Iman menurut agama Islam ada 6 perkara, yaitu:
    1. Iman Kepada Allah
    2. Iman Kepada Malaikat
    3. Iman Kepada Kitab-Kitab
    4. Iman Kepada Para Rasul
    5. Iman Kepada hari qiamat
    6. Iman Kepada Qadha Qadar.
    3. Rukun Iman ala Agama Syi’ah ada 5 Perkara, yaitu:
    1. Tauhid
    2. Kenabian
    3. Imamah
    4. Keadilan
    5. Qiamat
    4. Kitab suci umat Islam Al Qur’an yang berjumlah 6666 ayat (menurut pendapat yang masyhur).
    4. Kitab suci kaum Syi’ah Mushaf Fathimah yang berjumlah 17.000 ayat (lebih banyak tiga kali lipat dari Al Qur’an milik kaum Muslimin).[Lihat kitab mereka Ushulul Kafi karya Al Kulaini 2/634] ( ne makan tuh qur’an buatan syiah. +dr ane)
    5. Adzan menurut Agama Islam:
    (Allōhu akbar) 4 kali
    (Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali
    (Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali
    (Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali
    (Hayya ‘alal falāh) 2 kali
    (Allōhu akbar) 2 kali
    (Lā ilāha illallōh) 2 kali
    5. Adzan Ala Agama Syi’ah:
    (Allōhu akbar) 4 kali
    (Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali
    (Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali
    (Asyhadu anna ‘Aliyyan waliyullōh) 2 kali
    (Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali
    (Hayya ‘alal falāh) 2 kali
    (Hayya ‘alā khoiril ‘amal) 2 kali
    (Allōhu akbar) 2 kali
    (Lā ilāha illallōh) 2 kali
    6. Islam meyakini bahwa sholat diwajibkan pada 5 waktu.
    6. Agama Syi’ah meyakini bahwa sholat diwajibkan hanya pada 3 waktu saja.
    7. Islam meyakini bahwa sholat jum’at hukumnya wajib. [QS Al Jumu’ah:9]
    7. Agama Syi’ah meyakini bahwa sholat jum’at hukumnya tidak wajib.
    8. Islam menghormati seluruh sahabat Rasulullah dan meyakini mereka orang-orang terbaik yang digelari Radhiallohu ‘Anhum oleh Allah. [QS At Taubah:100]
    8. Agama Syi’ah meyakini bahwa seluruh sahabat Rasulullah telah kafir (Murtad) kecuali Ahlul Bait (versi mereka), salman Al Farisi, Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari. [Ar Raudhoh Minal Kafi Karya Al Kulaini 8/245-246]
    9. Islam meyakini bahwa Abu Bakar adalah orang terbaik dari umat ini setelah Rasulullah, kemudian setelahnya Umar bin Al Khatthab, lalu Utsman bin ‘Affan, lalu ‘Ali bin Abi Thalib.
    9. Agama Syi’ah meyakini bahwa orang terbaik setelah Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib, adapun Abu Bakar dan Umar bin Al Khatthab adalah dua berhala quraisy yang terlaknat. [Ajma’ul Fadha’ih karya Al Mulla Kazhim hal. 157].
    10. Islam meyakini bahwa Abu bakar adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah.
    10. Agama Syi’ah meyakini bahwa orang yang paling berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib.
    11. Islam meyakini bahwa Abu Bakar adalah khalifah pertama yang sah.
    11. Agama Syi’ah memposisikan Abu Bakar sebagai perampas kekhalifahan dari ‘Ali bin Abi Thalib
    12. Islam meyakini bahwa Mu’awiyah bin Abi Sufyan, ‘Amr bin Al ‘Ash, Abu Sufyan termasuk sahabat Rasulullah
    12. Agama Syi’ah meyakini bahwa mereka pengkhianat dan telah kafir (Murtad) dari Islam.
    Perhatian: Semua yang kami sampaikan ini bersumberkan dari kitab-kitab yang mereka jadikan rujukan dan sebagiannya dari situs resmi mereka.
    NEH AL QUR’AN ISLAM DENGAN “QUR’AN” KALIAN (RAFIDAH)
    Ketika mereka tidak mampu membuat kitab yang semisal dengan Al Qur’an, maka tidak ada jalan lain bagi mereka kecuali menambah, mamalsukan dan menyelewengkan apa yang terdapat di dalam kitab suci Al Qur’an sesuai dengan hawa nafsu mereka. Perbuatan tercela ini tidaklah beda dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi terhadap kitab suci mereka. Allah berfirman yang artinya:
    “Maka celakalah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan-tangan mereka kemudian mereka mengatakan: “Ini datang dari sisi Allah.” Kemudian mereka memperjual belikan kitab suci tersebut dengan harga yang murah.”. (Al Baqarah: 79)
    Diantara contoh kedustaan dan penyelewengan mereka terhadap mushaf Al Qur’an:
    1.Dalam Surat Al Baqarah: 257
    “Dan orang-orang kafir itu, pelindung-pelindung mereka adalah Syaitan…”
    Namun dalam Al Qur’an palsu mereka:
    “Dan orang-orang yang kafir terhadap kepemimpinan Ali bin Abi Thalib itu, pelindung-pelindung mereka adalah Syaitan …”
    2. Dalam surat Al Lail:12-13
    “Sesungguhnya kewajiban Kami-lah yang memberi petunjuk, dan sesungguhnya kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia.”.
    Namun dalam Al Qur’an palsu mereka:

    “Sesungguhnya Ali benar-benar sebuah petunjuk dan kepunyaan dia-lah akhirat dan dunia.”
    3. Dalam Surat Al Insyirah: 7
    “Maka apabila kamu (Muhammad) telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lainnya”.
    Sedangkan dalam Al Qur’an palsu mereka:
    “Maka apabila kamu (Muhammad) telah selesai dari suatu urusan, maka berilah Ali kepemimpinan .”
    Bahkan sebelum ayat ini ada tambahan:

    “Dan Kami angkat penyebutanmu (Muhammad) dengan Ali sang menantumu”.
    Para pembaca, bila kita telusuri keyakinan atau aqidah batil ini, ternyata merupakan sebuah kesepakatan yang ada pada mereka. Tidak satupun diantara ulama-ulama jahat mereka yang menyelisihi kesepakatan ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang ulama mereka yaitu Al Mufid bin Muhammad An Nu’man dalam kitab Awai’ilul Maqalaat hal. 49.
    Adapun bila ditemukan pendapat sebagian kecil ulama mereka tentang tidak adanya perubahan dan penyimpangan Al Qur’an, maka hal itu hanyalah upaya penyembunyian aqidah kufur mereka di hadapan umat Islam. Maka janganlah sekali-kali seorang muslim mempercayainya. Karena mereka adalah orang-orang yang beragama dengan taqiyyah (kedustaan).
    @assaqoff
    JADI JANGAN BANYAK BACOT LAGI YAH (abis dari atas antum ini yang paling banyak bacotnya tapi ngomongin orang mulu, jangan2 die bilang “gue g ngebacot” taqiyah lageee, huuuffff…).

  55. NEH SI LAKNAT (IBNU SAUDA) LAGE (COPAS)

    TERNYATA ABDULLAH BIN SABA’ BUKAN TOKOH REKAAN
    Ditulis pada April 16, 2009 oleh haulasyiah
    Bismillah
    Para ‘ulama terdahulu, baik dari kalangan ahli hadits, ahli sejarah, ataupun yang lainnya telah sepakat akan keberadaan tokoh besar syi’ah sekaligus pendirinya yang bernama Abdullah bin Saba’, tidak ada yang mengingkarinya kecuali sebagian syi’ah rafidhah.
    —————
    Abdullah bin Saba’ yang juga dikenal dengan sebutan Ibnu Sauda’ adalah seorang Yahudi yang berasal dari negeri Yaman, tepatnya dari daerah Shan’a (Ibu kota Yaman). Ia berpura-pura masuk islam pada masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan untuk menghancurkan islam dari dalam.
    Berbagai macam fitnah ia timbulkan. Ia terlibat dalam pembunuhan Khalifah Utsman bin ‘Affan, juga terlibat mengobarkan fitnah pada perang Jamal antara Ali dan ‘Aisyah, dan perang Shiffin antara Ali dan Mu’awiyyah radhiallahu ‘anhum. Kemudian pada pemerintahan ‘Ali ia kembali membuat ulah dengan memunculkan satu fitnah besar yaitu mengajak manusia untuk meyakini Khalifah Ali sebagai Tuhan. Dengan sebab ulahnya itulah para Saba’iyyah ketika itu harus rela dibakar oleh seorang yang mereka anggap sebagai Tuhan.[1]
    Abdullah bin Saba’ atau yang juga disebut dengan Ibnu Sauda’ bukanlah tokoh fiktif sebagaimana sangkaan sebagian orang-orang syi’ah sekarang. Diantara alasan mereka yang tidak mengakui keberadaan Abdullah bin Saba’ adalah, kata mereka, riwayat-riwayat yang menjelaskan tentang hakekat Abdullah bin Saba’ adalah lemah karena melewati jalur seorang perawi bernama Saif bin Umar At-Tamimi, ia telah dilemahkan oleh beberapa pakar hadits Ahlus Sunnah terkemuka.
    Alasan mereka yang sangat lemah ini dapat kita jawab dari beberapa sisi:
    Pertama: pernyataan mereka bahwa para ulama pakar hadits telah melemahkan Saif bin ‘Umar At-Tamimi adalah benar. Akan tetapi yang perlu diperhatikan bahwa yang mereka lemahkan adalah periwayatan haditsnya (maksudnya jika ia meriwayatkan hadits maka haditsnya lemah) adapun dalam masalah sejarah maka beliau dapat dijadikan sandaran dan rujukan, hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Hajar (beliau termasuk ulama yang mereka jadikan rujukan untuk melemahkan Saif bin Umar At-Tamimi) dalam kitabnya Tahdzibut Tahdzib 1/408 dan Taqribut Tahdzib 1/408 :
    Saif bin Umar At-Tamimi pengarang kitab Ar-Riddah, ada yang mengatakan dia Adh-Dhabi ada yang mengatakan selainnya, Al-Kufi Dha’if haditsnya, (akan tetapi) Umdah (bisa dijadikan sandaran) dalam bidang tarikh/sejarah.”
    Imam Adz-Dzahabi (juga ‘ulama yang mereka jadikan rujukan untuk melemahkan Saif bin Umar At-Tamimi) berkata dalam kitabnya Mizanul I’tidal 2/ 255, “Ia adalah pakar sejarah yang paham.”
    Demikian pula Al-Mubarakfuri dalam kitabnya Tuhfatul Ahwadzi 10/249 menyebutkan seperti ucapan Ibnu Hajar diatas.
    Umar Kahalah dalam kitabnya Mu’jamul Muallifin 4/288 mengatakan, “Saif bin Umar At-Tamimi Al Burjumi, Ahli sejarah berasal dari Kufah.”
    Maka jelaslah bahwa yang dilemahkan oleh para muhaditsin adalah riwayat haditsnya, adapun dalam permasalahan sejarah maka beliau termasuk ahlinya yang dapat dijadikan sandaran.
    Kedua: perlu diketahui bahwa riwayat-riwayat yang menjelaskan keberadaan Abdullah bin Saba’ baik yang terdapat dalam kitab Tarikh Ibnu Asakir, Tarikh Thabari, atau selain keduanya tidak hanya datang dari jalur Saif bin Umar At-Tamimi, akan tetapi juga diriwayatkan dari beberapa jalur yang sebagiannya shahih. Diantaranya adalah:
    Diriwayatkan dari jalur Abu Khaitsamah ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abbad ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari ‘Ammar ad-Duhani katanya, saya mendengar Abu Thufail berkata …..”
    Diriwayatkan melalui jalur ‘Amr bin Marzuk ia berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Zain bin Wahb ia berkata, “Ali radhiallahu ‘anhu berkata, ‘ada apa denganku dan dengan orang jahat yang hitam ini (maksudnya Abdullah bin Saba’) ia telah mencela Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhu.”
    Diriwayatkan pula melalui jalur Muhammad bin ‘Utsman bin Abi Syaibah ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ala ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin ‘Ayyas dari Mujalid dari Sya’bi ia berkata, “Pertama kali yang berdusta adalah Abdullah bin Saba’.”
    Ibnu Ya’la Al-Mushili berkata dalam kitab Musnadnya, “Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hasan Al-Asadi ia berkata, telah menceritakan kepada kami Harun bin Shalih dari Harits bin Abdurrahman dari Abul Jallas katanya, ‘aku mendengar Ali berkata kepada Abdullah bin Saba’, ‘….”
    Berkata Abu Ishaq al-Fazzari dari Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Abu Za’ra’ dari Zaid bin Wahb …………. (lihat semuanya di Lisanul Mizan 2/40)
    Ketiga: juga terdapat dalam kitab rujukan Syi’ah baik itu kitab tentang firqah, hadits, atau rijal riwayat yang cukup banyak yang sama sekali tidak melewati jalur Saif bin Umar At-Tamimi. Sebagaimana yang akan kita jelaskan insya Allah
    Abdullah bin Saba’ di Kitab-kitab Ahlus Sunnah
    Tentunya sangat banyak sekali penyebutan Abdullah bin Saba’ dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah yang kesemuanya tidak lain menunjukkan keyakinan mereka akan keberadaannya:
    Ibnu Taimiyyah berkata, “Sesungguhnya permulaan rafidhah berasal dari seorang Zindiq, yaitu Abdullah bin Saba’.” (Majmu’ Fatawa 28/483)
    Imam Adz-Dzahabi berkata, “Abdullah (bin Saba’) termasuk zindiq yang ekstrim, ia sesat dan menyesatkan.” (Mizanul I’tidal 2/426)
    Ibnu Hajar berkata, “Abdullah bin Saba’ termasuk zindiq yang paling ekstrim…. Ia memiliki pengikut yang disebut Sabaiyyah, mereka (kaum Sabaiyyah) memiliki keyakinan sifat ketuhanan pada diri Ali bin Abi Thalib. Beliau telah membakar mereka dengan api pada masa kekhilafaannya.” (Lisanul Mizan 3/360)
    Abul Muzhaffar Al Isfarayini dalam Al Milal wan Nihal ketika menceritakan tentang As-Sabaiyyah berkata, “Dan bahwasanya yang membakar mereka adalah Ali, yaitu kelompok dari rafidhah yang meyakini padanya (pada Ali) ada sifat ketuhanan, merekalah yang disebut kelompok Sabaiyyah pendirinya adalah Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi yang menampakkan keislaman…” (lihat Fathul Bari 12/270)
    Abdullah bin Muslim bin Qutaibah dalam kitabnya Ta’wilu Mukhtalafil Hadits 1/21 berkata, “Kami tidak pernah mengetahui ada pada ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu yang meyakini adanya sifat ketuhanan pada manusia selain mereka (yaitu rafidhah ekstrim). Sesungguhnya Abdullah bin Saba’ meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Ali.”
    Az Zarkali berkata, “Abdullah bin Saba’ pendiri kelompok Sabaiyyah.” (Al-A’lam 4/88)
    Demikian pula, para ulama’ Ahlus Sunnah sering sekali menjuluki seorang rawi yang beraqidah Rafidhah ekstrim sebagai Sabaiyyah (pengikut Abdullah bin Saba’), kalau seandainya Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif mana mungkin mereka memakai istilah tersebut.
    Ash-Shafadi berkata, “As-Sabaiyyah dinisbahkan kepada Abdullah bin Saba’.’ (Al-Wafil Wafayat 5/30)
    Beliau juga berkata, “Pendiri As-Sabaiyyah adalah Abdullah bin Saba’, dialah pendiri kelompok Sabaiyyah, dia pula yang berkata kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, ‘Kamu adalah Tuhan.” (5/393)
    Ibnu Hibban berkata, “Dan adalah al-Kalbi seorang Sabaiyyah termasuk yang berkeyakinan Sesungguhnya Ali belum mati, dia akan kembali ke dunia sebelum hari kiamat…” (Al-Majruhin 2/253)
    Ibnu Makula berkata dalam kitab Rijalnya, “Faraj bin Sa’id bin ‘Alqamah bin Abyadh bin Hamal As Sabay… dan Sabayyah termasuk rafidhah yang paling ekstrim nisbah kepada Abdullah bin Saba’. (lihat Ikmalul Kamal 4/536)
    As Sam’ani dalam kitabnya Al Ansab 3/209 berkata, “Dan Abdullah bin Wahb as Saba’i, gembong khawarij, menurutku bahwa Abdullah bin Wahb ini dinisbahkan kepada Abdullah bin Saba’, dia dari rafidhah, dan jama’ah dari mereka yang dinisbahkan kepadanya disebut, as Sabaiyyah.”
    As Suyuthi dalam kitabnya Lubbul Lubab fi Tahriril Ansab 1/42 berkata, “…Dan (dinisbahkan juga) kepada Abdullah bin Saba’ pendiri Sabaiyyah dari rafidhah.”
    Dan selain mereka banyak sekali.
    Abdullah bin Saba’ di Kitab-kitab Syi’ah
    Al Kisysyi dalam kitabnya Ar-Rijal 1/324 meriwayatkan dari Muhammad bin Qauluwiyah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Sa’d bin Abdillah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Ya’qub bin Yazid dan Muhammad bin ‘Isa dari Ali bin Mihziyar dari Fudhalah bin Ayyub al-Azdi dari Aban bin Utsman ia berkata, “Aku mendengar Abu Abdillah berkata, ‘La’nat Allah atas Abdullah bin Saba’, sesungguhnya ia meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Amirul Mukminiin (Ali), padahal demi Allah! Amirul Mukminin hanyalah seorang hamba yang taat.”
    Demikian pula Al Qummi dalam kitabnya Al Khishal meriwayatkan seperti diatas dengan sanad yang berbeda.
    Dan selain keduanya.
    Maka dari uraian diatas kita mengetahui bahwa Abdullah bin Saba’ bukanlah tokoh fiktif/khayalan/rekaan/dongeng. Ini telah menjadi kesepakatan para ‘ulama sejarah, hadits, dan pengarang kitab tentang firqah, thabaqat, Rijal, adab, dan Ansab. Maka kaum syi’ah tidak memiliki celah untuk mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba’.
    Jadi pembahasan tentang Abdullah bin Saba’ tidak sebatas ada dalam kitab Tarikh Ath-Thabari saja dan tidak hanya melalui jalur periwayatan Saif bin ‘Umar At-Tamimi, walaupun beliau adalah seorang yang dapat dijadikan sandaran dalam bidang sejarah sebagaimana yang kami jelaskan diatas.
    Setelah ini semua, masihkah kita mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba’ si Yahudi yang berpura-pura masuk islam?
    Inilah yang dapat kami suguhkan pada kesempatan kali ini. Wallahu a’lam bish shawwab.

    [1] Lihat biografi Abdullah bin Saba’ selengkapnya di Tarikh Dimasyq 3/29, Tarikh Thabari, Al Kamil karya Ibnul Atsir, Al Ma’arif hal.622 karya Ibnu Qutaibah, Mizanul I’tidal 2/426, Al Milal wan Nihal hal.365 karya Asy-Syihristani, Al Wafi bil Wafayat 17/189.

  56. SIAPAKAH ABDULLAH BIN SABA?
    Jati diri Abdullah bin Saba diperselisihkan. Ada sebagian ulama tarikh yang menisbatkannya ke suku Himyar. Sementara Al-Qummi memasukkannya ke dalam suku Hamadan. Adapun Abdul Qahir al-Baghdadi menyebutnya berasal dari kabilah Al-Hirah. Sedangkan Ibnu Katsir berpendapat, Ibnu Saba berasal dari Rumawi. Tetapi Ath-Thabari dan Ibnu Asakir menyebutnya berasal dari negeri Yaman.

    Syaikh Abdullah Al-Jumaili menyatakan bahwa dirinya condong kepada pendapat yang terakhir. Dalihnya, pendapat ini mengakomodasi mayoritas pendapat tentang negeri asal Ibnu Saba. Pendapat ini tidak bertentangan dengan pendapat pertama (ia berasal dari suku Al-Himyar), juga dengan pendapat kedua (ia berasal dari suku Hamadan). Pasalnya, dua kabilah ini berasal dari Yaman. Sementara pendapat Ibnu Katsir dan Al-Baghdadi tidak sejalan. [2]

    Perbedaan pendapat ini muncul lantaran keberadaan dirinya yang sengaja ia rahasiakan, sampai orang-orang yang sezaman dengannya pun tidak mengenalnya, baik nama maupun negeri asalnya. Sengaja ia sembunyikan identitas dirinya, karena ia memiliki rencana rahasia, yaitu ingin berbuat makar terhadap Islam. Dia tidaklah memeluk Islam, kecuali untuk mengelabui, karena ia ingin menggerogoti Islam dari dalam.

    Salah satu bukti yang menunjukkan ia sengaja menutup diri, yaitu jawaban yang diberikan kepada Abdullah bin Amir. Tatkala ia ditanya oleh Abdullah bin Amir tentang asal usulnya, Abdullah bin Saba menjawab : “(Aku) adalah seorang lelaki dari ahli kitab yang ingin memeluk Islam, dan ingin berada disampingmu”.

    MAKAR IBNU SABA
    Abdullah bin Saba mengunjungi banyak negeri Islam. Dia berkeliling sambil menghasut kaum muslimin, agar ketaatan mereka kepada para penguasa meredup. Ia memulai dengan masuk negeri Hijaz, Bashrah, Kufah. Setelah itu menuju Damaskus. Namun di kota terakhir ini, ia tidak berkutik. Penduduknya mengusirnya dengan segera. Lantas Mesir menjadi tujuan selanjutnya dan ia menetap disana.

    Langkah berikutnya, ia melakukan korespondensi dengan orang-orang munafiqin, memprovokasi para pendengki yang membenci Khalifah kaum muslimin. Banyak yang terperdaya, hingga kemudian mendukungnya. Dia hembuskan pemahaman yang ngawur kepada para pendukungnya itu. Dia berhasil menancapkan semangat untuk memberontak dan tidak taat di kalangan sebagian kaum muslimin. Sehingga mereka bertekad membunuh Khalifah Utsman. Khalifah yang ketiga, menantu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para pengikut sang penghasut ini tidak menghormati kemulian kota Madinah. Mereka tidak menghormati kemulian bulan yang mulia. Juga tidak menghormati orang yang sedang membaca Al-Qur’an. Khalifah Utsman mereka bunuh saat sedang membaca Al-Qur’an.

    Sepak terjang Abdullah bin Saba sangat nyata terekam sejarah. Namun ada saja yang mengingkari keberadaannya, dan menganggap Ibnu Sauda hanyalah tokoh dongeng atau fiktif. Bahkan ada yang menganggapnya sebagai Ammar bin Yasir. Kalau pendapat itu keluar dari orang Syi’ah atau para orientalis, tentu hal yang lumrah. Akan tetapi, anehnya, di antara yang menetapkan demikian ini ternyata orang-orang yang mengaku beragama Islam.

    CENDEKIAWAN MUSLIM YANG MENGINGKARI KEBERADAAN ABDULLAH BIN SABA
    Ada beberapa pemikir muslim yang menganggap bahwa Abdullah bin Saba hanyalah tokoh fiktif belaka, sehingga mereka mengingkari keberadaan Ibnu Saba. Di antara pemikir-pemikir tersebut ialah Dr Thaha Husain. Dia sangat dikenal sebagai corong orientalis. Pengingkarannya tentang keberadaan Ibnu Saba ini, ia tuangkan ke dalam tulisannya yang berjudul : Ali wa Banuhu dan Al-Fitnah Al-Kubra. Dalam tulisannya ini, ia benar-benar telah memenuhi otaknya dengan pemikiran orientalis, sampai-sampai ia mengatakan : “Aku berfikir dengan kerangka budaya Perancis dan menulisnya dengan bahasa Arab”.

    Tokoh ini telah dijadikan sebagai kendaraan yang dimanfaatkan oleh Yahudi di Mesir untuk mengibarkan bendera Yahudi Internasional. Bersama para propagandis sosialisme di Mesir, ia menerbitkan majalah Katib Mishri. Sejak awal dia juga telah mengumumkan dukungannya terhadap pemikiran Yahudi Talmudiyyah ; yakni salah satu gerakan Yahudi yang mendustakan keberadaan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Al-Qur’an dan Taurat. Sebuah gagasan yang bagi seorang orientalis kafir tidak berani mengatakannya.

    Tentang Ibnu Saba (Ibnu Sauda), Dr Thaha Husain menyatakan, bahwa ihwal tentang Sabaiyyah dan perintisnya Ibnu Sauda, cerita tentang mereka hanyalah sekedar dipaksakan, dibuat skenarionya tatkala terjadi perdebatan atara Syi’ah dan golongan lainnya. Para seteru Syi’ah ingin memasukkan unsur Yahudi ke dalam prinsip keagamaan Syi’ah, sebagai usaha untuk lebih mantap dalam mematahkan dan mengganggu mereka …[3]

    Selain Dr Thaha Husain, ada tokoh lain yang juga mengingkari adanya Abdullah bin Saba. Yaitu Dr Hamid Hafni Dawud, Dekan Jurusan Bahasa Arab Universitas Ain Syams. Dia seorang aktifis gerakan penyatuan Islam dengan Syi’ah. Sehingga tidak mengherankan jika ia berkata : “Sesungguhnya, cerita tentang Ibnu Saba (merupakan) salah satu dari kesalahan sejarah yang lolos dari penelitian para pakar sejarah dan menjadi sentral pemikiran mereka. Mereka itu sebenarnya tidak paham dan tidak mampu mencernanya. Ini adalah berita-berita buatan yang dipalsukan atas nama Syi’ah, sehingga mereka melekatkan kisah Abdullah bin Saba pada mereka (Syi’ah) dan menjadikannya sebagai cara untuk mendiskkreditkannya” [4]

    Sederat nama berikut, memiliki pandangan yang sama. Mereka ialah : Muhammad bin Jawad Maghnia, Murtadha Al-Askari, Dr Ali Wardi, Dr Kamil Musthafa Asy-Syibi, Dr Abdullah Fayyad, Thalib Ar-Raifa’i. mereka adalah pemikir-pemikir yang mengingkari kebenaran adanya Ibnu Saba. Mereka menyatakan, Ibnu Saba adalah tokoh dongeng yang hakikatnya tidak ada dalam dunia nyata.

    Secara khusus Dr Fayyadh mengatakan : “Terlihat dengan jelas bahwa Ibnu Saba tidak lebih hanya sekedar cerita tokoh fiktif belaka dalam dunia nyata. Sepak terjangnya kalau benar ia mempunyai andil terlalu dilebih-lebihkan lantaran berbagai motivasi agama dan politis. Dan bukti-bukti lemahnya cerita tentang Ibnu Saba sangat banyak” [5]

    Sesungguhnya keberadaan Ibnu Saba ini tidak hanya ditulis dalam kitab-kitab ahli sunnah, bahkan juga direkam di dalam buku-buk Syi’ah.

    Walaupun ada ulama Syi’ah sekarang ini mengingkarinya, lantaran telah mengetahui kebobrokan aqidah Ibnu Saba yang sudah banyak menyelinap di berbagai pecahan kelompok Syi’ah.

    Diantara kitab-kitab karya ulama Syi’ah yang mengungkap keberadaan Abdullah bin Saba ialah kitab Risalah Al-Irja (karya Al-Hasan bin Muhammad bin Al-Hanafiyah), Al-Gharat (Abu Ishaq Ibrahim bin Muhamamd Sa’id Al-Asfahani), Al-Maqalatu wal Firaq (Sa’ad bin Abdillah Al-Qummi), Firaqu Asy-Syi’ah (Muhammad Al-Hasan bin Musa An-Nubakhti) Rijalu Al-Kisysyi (Abu Amr Muhammad bin Umar Al-Kisysyi), Rijalu Ath-Thusi (Abu Ja’far Muhammad bin Al-Hasan Ath-Thusi), Syarah Ibni Abil Hadid li Nahji Al-Balaghah (Izzudin Abu Hamid Abdul Hamid bin Hibatullah yang lebih popular dengan sebutan Ibnu Abil Hadid Al-Mu’tazili Asy-Syi’i, Ar-Rijal (Al-Hasan bin Yusuf Al-Hilli), Raudhatul Jannat (Muhammad Baqir Khawansari), Tanqihul Maqal fi Ahwali ar-Rijal (Abdullah Al-Mamqani), Qamusu Ar-Rijal (Muhammad Taqiyyi At-Tustari), Raudhatush Shafa, sebuah buku sejarah tentang Syi’ah yang ditulis dengan bahasa Parsi. Ini sebagian buku-buku Syi’ah yang meyinggungnya.

    Demikian pandangan tokoh-tokoh yang menyatakan Abdullah bin Saba sekedar tokoh fiktif. Seolah-olah mereka tidak melupakan kitab-kitab Ahli Sunnah yang dipercaya. Demikian juga, seolah-olah mereka buta terhadap referensi-referensi kitab Syi’ah yang menjadi rujukan, yang mengandung kisah tentang Ibnu Saba, aqidah dan klaim-klaimnya yang didustakan oleh Ali, Ahlul Bait serta berlepas diri dari mereka.

    [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun IX/1426H/2005. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
    __________
    Foote Note
    [1]. Kitab tentang studi kritis perawi hadits
    [2]. Badzlul Majhud fi Itsbati Musyabahati Ar-Rafidhah Lil Yahud karya Abdullah Al-Jumaily Maktabah Al-ghuraba Al-Atsaiyyah Madinah Munawwarah cet. III Thn.1419H/1999M
    [3]. Ali wa Banuhu, karya Dr Thaha Husain, dinukil dari kitab Ibnu Saba Haqiatun La Khayal, karya Dr Sa’di Al-Hasyimi
    [4]. At-Tasyayu Zhahiratun Thabi’iyyah fi Ithari Ad-Da’wah Al-Islamiyyah, hal. 18 dinukil dari kitab Ibnu Saba Haqiatun La Khayal, karya Dr Sa’di Al-Hasyimi
    [5]. Tarikhul Imamiyyah wa Aslafahim Minsy Syi’ah, hal.92-100

    ..

  57. LAGEEE
    APAKAH PERKATAAN PARA IMAM TERDAHULU DAN BELAKANGAN TENTANG RAFIDHAH (SYI’AH) ?

    Disusun oleh
    Abdullah bin Muhammad As Salafi

    Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah telah berkata : Dan sungguh telah sepakat ahli ilmu dalam bidang naqal, riwayat dan sanad, bahwasanya Rafidhah adalah yang paling pendusta dari kalangan kelompok-kelompok (yang sesat), berbohong terdapat dalam diri mereka sudah sejak lama, oleh karena inilah para imam-imam Islam metitelkan keistimewaan mereka dengan sering (banyak) berdusta.

    Asyhab bin Abdul Aziz telah berkata : Imam Malik telah ditanya tentang Rafidhah, maka beliau menjawab : Janganlah kamu berbicara dengan mereka, dan janganlah mengambil riwayat dari mereka, sesungguhnya mereka itu orang-orang yang berdusta (pembohong).

    Dan berkata Imam Malik : orang yang mencaci maki para sahabat Rasulullah, maka ia tidak berhak mendapatkan nama, atau tempat di dalam Islam.

    Berkata Ibnu Katsir di dalam firman Allah.

    Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min).[Al Fath : 29].

    Dari ayat ini, maka Imam Malik menyimpulkan di dalam satu riwayat darinya, dengan mengkafirkan orang-orang rafidhah dimana mereka membenci para sahabat, beliau berkata : Karena para sahabat menjengkelkan hati mereka (orang-orang rafidhah), barangsiapa yang dijengkeli oleh para sahabat maka ia adalah kafir oleh ayat ini.

    Al Qarthubi telah berkata : Sungguh Imam Malik telah berbuat baik dalam ucapannya dan ia telah benar dalam menafsirkannya, maka barangsiapa mencela seorang saja dari mereka atau mencela riwayatnya maka ia sungguh telah membantah Allah Rabb semesta alam, dan telah menggugurkan syari’at-syari’at kaum muslimin. [1]

    Abu Hatim telah berkata : Telah menceritakan kepada kami Harmalah, ia berkata : Saya telah mendengar Imam Syafi’i berkata : Saya belum pernah melihat seseorang yang lebih mudah bersaksi dengan kepalsuan daripada Rafidhah.

    Muammil bin Ahab telah berkata : Saya telah mendengar Yazid bin Harun berkata : Ditulis (riwayat hadits) dari setiap pelaku bid’ah bila tidak mengajak ke bid’ahnya, kecuali Rafidhah, sesungguhnya mereka itu pendusta.

    Dan Muhammad bin Sa’ad Al Ashbahaani telah berkata : Saya telah mendengar syeikh Syuraik berkata : Ambillah ilmu itu dari setiap orang yang kamu jumpai kecuali Rafidhah, sesungguhnya mereka membuat-buat (memalsukan) hadits, dan mereka menjadikan hal itu sebagai agama. Syuraik ini adalah Syuraik bin Abdullah Qodhi (hakim) kota Kufah.

    Mu’awiyah telah berkata : Saya telah mendengar Al-Amasy berkata : Saya menjumpai sekelompok manusia, dan mereka tidaklah menyebutkan tentang mereka (rafidhah) kecuali (digolongkan kepada) orang-orang sangat pembohong, maksudnya (mereka pembohong itu) adalah pengikut Al-Mughirah bin Sa’id yang bermadzhab rafidhah lagi pendusta, seperti yang disifati oleh imam Adz Dzahabi. [2]

    Syeikhul Islam telah berkata dalam mengomentari apa yang dikatakan oleh para imam salaf : Dan adapun Rafidhah asal usul bid’ah mereka diambil dari Zindiq dan kufur serta unsur kesengajaan, kebohongan banyak sekali di tengah-tengah mereka, dan mereka mengakui hal itu, dengan mengatakan : Agama kita adalah Taqiyah, yaitu salah seorang dari mereka mengucapkan dengan lidahnya berbeda dengan apa yang ada di hatinya. Dan inilah hakikat kebohongan dan kemunafikan, maka mereka dalam hal itu sebagaimana pepatah : Ia telah melemparku dengan penyakitnya lalu ia lari. [3]

    Berkata Abdullah bin Ahmad bin Hambal : Saya telah bertanya kepada bapakku tentang Rafidhah, maka ia mengatakan : Yaitu orang-orang yang mencaci maki atau mencela Abu Bakar dan Umar. Dan Imam Ahmad ditanya tentang Abu Bakar dan Umar, maka ia menjawab : Doa’kanlah mereka berdua agar diberi rahmat, dan berlepas dirilah dari orang yang membenci mereka berdua. [4]

    Al Khallal meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, ia berkata : Saya telah bertanya kepada Abu Abdillah (Imam Ahmad) tentang orang yang mencaci maki Abu Bakr dan Umar serta Aisyah, maka ia berkata : Saya tidak memandangnya di dalam Islam (artinya orang yang mencaci itu telah keluar dari Islam-pent). [5]

    Al Khallal meriwayatkan, ia berkata : Saya telah diberi tahu oleh Harb bin Ismail Al Karmaani, ia berkata : Telah bercerita kapada kami Musa bin Harun bin Ziad, ia berkata : saya telah mendengar Al Firyaabi sedangkan seorang laki-laki bertanya kepadanya tentang orang yang mencaci maki Abu Bakar, ia berkata : Kafir. Lalu ia berkata lagi, apakah disolatkan? Ia berkata : Tidak.

    Ibnu Hazam telah berkata : tentang Rafidhah tatkala ia berdebat dengan orang Kristen, dan orang-orang memberikan kepadanya kitab-kitab Rafidhah untuk bantahan terhadapnya (Ibnu Hazam dan berkata) : sesungguhnya Rafidhah bukanlah kaum muslimin, dan perkataan mereka bukanlah argumen terhadap agama, akan tetapi Rafidhah itu hanyalah suatu golongan, mula terjadinya kira-kira duapuluh lima tahun setelah Nabi Wafat, dan permulaannya adalah merespon pangilan orang yang hampir masuk islam dari orang-orang yang dihina Allah. Rafidhah itu adalah kelompok yang berjalan atas jalan ajaran Yahudi dan Nasrani dalam kebohongan dan kekufuran.[6]

    Abu Zur’ah Ar Raazi berkata : Bila kamu melihat seseorang yang mencaci salah seorang dari para sahabat Rasulullah, maka ketahuilah sesungguhnya dia itu Zindiq.

    Lajnah Daimah Lil Ifta (Lembaga Tetap untuk Fatwa) di Kerajaan Saudi Arabia pernah ditanya dengan satu pertanyaan, dalam pertanyaan itu penanya mengatakan bahwa ia dan sekelompok teman bersamanya berada di perbatasan utara berdekatan dengan cek point negara Iraq. Di sana ada sekelompok penduduk yang bermadzhab Al Ja’fariyah, dan diantara mereka (kelompok penanya) ada orang yang enggan untuk memakan sembelihan penduduk itu, dan diantara mereka ada yang makan, maka kami bertanya : Apakah halal bagi kami untuk memakan sembelihan mereka, ketahuilah sesungguhnya mereka berdoa minta tolong kepada Ali, Hasan dan Husain serta seluruh pemimpin-pemimpin mereka di dalam keadaan sulit dan keadaan lapang ? Lalu Lajnah (lembaga) yang diketuai oleh Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dan (anggota-anggotanya); Syeikh Abdul Razaq Afifi, Syeikh Abdullah bin Ghudayan, dan Syeikh Abdullah bin Qu’uud, semoga Allah memberi pahala kepada mereka semua.

    Jawabannya : Segala puji bagi Allah semata, dan shalawat dan salam semoga dianugerahkan kepada rasul-Nya dan keluarga beliau serta sahabat-sahabatnya, dan adapun selanjutnya :

    Jika permasalahannya seperti yang disebutkan oleh penanya, bahwa sesungguhnya jamaah (kelompok) yang memiliki ajaran Ja’fariyah, mereka berdo’a dan meminta tolong kepada Ali, Hasan dan Husain serta pemimpin-pemimpin mereka, maka mereka itu adalah orang-orang musyrik murtad, kelaur dari agama Islam, semoga Allah melindungi kita dari itu, tidaklah halal memakan sembelihan mereka, karena sembelihan itu adalah bangkai, walaupun mereka menyebut nama Allah saat menyembelihnya. [7]

    Syeikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin ditanya, soal itu berbunyi : wahai syeikh yang mulia, di negeri kami terdapat seorang rafidhah (bermadzhab syi’ah rafidhah) bekerja sebagai tukang sembelih, maka ahlusunnah datang kepadanya untuk menyembelih sembelihan mereka, dan begitu juga sebagian rumah makan, bekerja sama dengan orang rafidhah ini, dan dengan rafidhah lainnya yang berprofesi sama, apakah hukumnya bertransaksi atau berkoneksi dengan orang rafidhah ini dan semisalnya? Apakah hukum sembelihannya, apakah sembelihannya halal atau haram, berikanlah kepada kami fatwa, semoga syeikh diberi pahala oleh Allah.

    Wa’alaikum salam warahmatullah wabarakatuh wa ba’du:

    Tidaklah halal sembelihan orang rafidhah, dan juga memakan sembelihannya, sesungguhnya orang rafidhah pada umumnya adalah orang-orang musyrik, dimana mereka selalu menyeru Ali bin Abi Thalib di waktu sempit dan lapang, sampai di Arafah dan saat tawaf dan sa’i, mereka juga menyeru anak-anak beliau dan imam-imam mereka seperti yang sering kita dengar dari mereka, perbuatan ini adalah syirik akbar dan keluar dari agama Islam yang berhak dihukum mati atasnya.

    Sebagaimana mereka sangat berlebih-lebihan dalam menyifati Ali, mereka menyifati beliau dengan sifat-sifat yang tidak layak kecuali hanya untuk Allah, sebagaimana kita mendengarnya dari mereka di Arafah, dan mereka disebabkan perbuatan itu telah murtad, yang mana mereka telah menjadikannya sebagai Rabb, Sang Pencipta, dan Yang mengatur Alam, Yang mengetahui ghaib, yang menguasai kemudaratan dan manfaat, dan semisal itu.

    Dan sebagaimana mereka mencela Al Quran, mereka mendakwakan bahwa para sahabat telah merubah, menghilangkan dari Al Quran ayat-ayat yang banyak berhubungan dengan Ahlu Bait dan musuh-musuh mereka, lalu mereka tidak berpedoman kepada Al Quran dan mereka tidak memandangnnya sebagai dalil dan argumen.

    Sebagaimana mereka mencela pemuka-pemuka sahabat, seperti tiga orang khalifah rasyidin, dan selain mereka dari orang yang diberi kabar gembira jaminan masuk surga, para umul mukminin (istri-istri rasulullah), para sahabat yang terkenal, seperti Anas, Jabir, Abu Hurairah dan semisalnya, maka mereka tidak menerima hadits-hadits para sahabat tersebut, karena mereka itu orang kafir menurut dakwaan mereka, mereka tidak mengamalkan hadits-hadits di Bukhari Muslim kecuali yang berasal dari Ahlu Bait. Mereka bergantung dengan hadits-hadits palsu atau hadits-hadits yang di dalamnya tidak ada bukti atas apa yang mereka katakan. Akan tetapi walaupun demikian, mereka itu adalah bersikap munafik, maka mereka mengucapkan dengan lidah mereka apa yang tidak ada pada hati mereka (yang tidak mereka yakini), mereka menyembunyikan di diri mereka apa yang tidak mereka tampakkan kepadamu, mereka berkata : barangsiapa tidak bersikap taqiyah (nifaq) maka tidak ada agama baginya. Maka dakwaan mereka itu tidak bisa diterima dalam ukhwah persaudaraan, dan dakwaan mereka akan cinta syariat dan seterusnya. Sikap nifaq adalah merupakan akidah bagi mereka. Semoga Allah menjaga (kita) dari kejelekan mereka, semoga Allah menganugerahkan shalawat dan salam keada Muhammad, dan keluarga beliau serta para sahabatnya. [8]

    [Disalin dari kitab Diantara Aqidah Syi’ah, Disusun oleh Abdullah bin Muhammad As Salafi, Diterjemahkan oleh Abu Abdillah Muhammad Elvi Syam, Lc.]
    _________
    Foote Note
    [1] Ushul Madzhab As Syi’ah Al Imamiyah Al Itsna Asyara, oleh Dr. Nashir Al- Qafaari, (3/1250).
    [2] Minhaajus Sunnah, oleh Syeikhul Islam Ibnu Timiyah, (1/59-60).
    [3] Minhaajus Sunnah, oleh Syeikhul Islam Ibnu Timiyah, (1/68).
    [4] Al Masail dan Al Rasail Al Mawiyah An Imam Ahmad bin Hambal, oleh Abdul Ilah bin Sulaiman Al Ahmadi, (2/357).
    [5] As Sunnah oleh Khalal (3/493). Ini merupakan pernyataan yang jelas dari imam Ahmad dalam menghukum kafir orang Rafidhah.
    [6] Al Fashlu Fi Al Milal wa An Nihal, oleh Ibnu Hazam (2/78).
    [7] Fatwa Lajnah Daimah Lil Iftak, (2/264).
    [8] Fatwa ini keluar dari syeikh setelah dilontarkan kepada beliau suatu soal yang berhubungan dengan sikap bergaul sama orang rafidhah pada tahun 1414 H, dan penyusun ingin menerangkan sekitar apa yang terdengar bahwa syeikh Abdullah Al-Jibrin -semoga Allah melindunginya- beliau seorang yang mengkafirkan orang-orang Rafidhah, yang benarnya adalah bahwa para imam dari terdahulu sampai belakangan ini mengkafirkan kelompok ini, hal itu disebabkan karena hujjah telah ditegakkan kepada mereka, dan hilangnya uzur kebodohan dari mereka. (Insya Allah penerjemah akan membuat edisi khusus tentang perkataan ulama salaf terhadap rafidhah).
    MANGKANYA JANGAN TAQIYAH MULU , HUEBAT BENER KALIAN INI YAH ADA JURUS PAMUNGKASNYA (TAQIYAH) EMANG BEGITULAH AKIDAH KALIAN (SYIAH RAFIDHA CS) KAMUFLASE MULU.

  58. @BIMS
    SALAM KENAL JUGA BARAKALLAHU FIKUM

    @FALSETO AND ALL RAFIDAH
    EMANG BENER KATA AKH BIMS, KALIAN AMPE KEHILANGAN AKAL SEHAT TUK MEMPERTAHANKAN SEJARAH SI LAKNAT INI (IBNU SAUDA), EITTT…AKH BIMS MEREKA KAN ADA TAQIYAH TIDAK BISA DISALAHKAN (MENURUT VERSI MEREKA) HEHEHE..
    ENAK YA JADI SYIAH BISA TAQIYAH, MUT’AH, BERDUSTA, AL QUR,AN TANDINGAN, SAHIH BUKHARI N MUSLIM AMPE KALAH AMA NAHJUL BALAGHAHNYA MEREKA DAN MASIH BANYAK LAINNYA..

    @ASSAQOF
    KAYAKNYA ANTUM AHLU BAIT YA, JAGAN2 ANE KALO HUJAT ANTUM NTAR DI KATA NASHIBAH KATA KALIAN SEPERTI BIASA (AKIDAH JAHMY). ANA KAGAK BAKALAN TAKUT DENGAN ANTA2 SEMUA YANG SYIAH ATAUPUN (NGAKU AHLU BAIT/EMANG BENER AHLU BAIT) APALAH TAKUTNYA ORANG YANG NGAKU PECINTA AHLU BAIT NYATANYA SEBALIKNYA..

    @abu aqli
    Lupakan Abu Bakar, Lupakan Umar, Lupakan Utsman, Lupakan Istri Nabi yang tidak baik..
    Syiah hum ahlisunnah dengan mengikuti jejak Ahlulbayt sebagai Pemegang sunnah dan Sahabat Level Advanced combined Ahlu Kissa ++ otorita Pemberi Syafaat
    Remember always : Kitabullah Wa Itrah Ahlulbayt at Qiya
    _________
    Lupakan Abu Bakar, Lupakan Umar, Lupakan Utsman, Lupakan Istri Nabi (plus sekalian aj LUPAKAN MUHAMMAD BIAR LENGKAP) yang tidak baik,
    N GANTI AJA DENGAN : INGATLAH KHUMAINI, ABU LU’LU, AL QUMMY JUGA NEGERI IRAN/PERSIA KERAJAAN KITA YANG DAHULU DIHANCURKAN OLEH ORANG YANG BERNAMA ABUBAKAR DAN UMAR. KITA HARUS MENGHANCURKAN ISLAM DARI DALAM, KITA TIDAK BISA LANGSUNG MENGHANCURKAN MUHAMMAD ITU MELAINKAN DENGAN KITA HARUS MENGHACURKAN NAMA2 SAHABAT DIA (MUHAMMAD) KARENA SIAPA YANG SAHABATNYA JELEK BERARTI TEMENYA JUGA BEGITU. SIIIP BEGITULAH MOTTOO KITA HIDUP KHUMAINI, ABU LU’LU… BERTAQIYAHLAH WAHAI SYIAHKU.
    Rasululullah saw besabda: Al Mar’u ‘ala dini kholilihi “Agama seseorang itu bersama teman-teman dekatnya”.
    HIHHHIH BEGITULAH KIRA2 YANG KALIAN RENCANAKAN BUKAN..? “DAN MEREKA (SYIAH) MENYANGKAL” KAMI TIDAK BERBUAT BEGITU MELAINKAN ADA DALIHNYA (BUKAN DALIL) DAN KAMI…….YA TAQIYAHLAH…JADI KAMI (SYIAH) EMANG BENER KAN…?
    Dijawab: ya..ya..ya.. emang benar kalian dalam berdusta..
    —–
    Syiah hum ahli bid’ah dengan mengikuti jejak Ibnu saba’ sebagai Pemegang bid’ah dan Saba’iyah Level beginer combined Ahlu bid’ah ++ al mahdi (versi syiah/dajjal) Pemberi Syafaat.
    Remember always : nahjul balaghah Wa Itrah saba’iyah
    Dijawab: Nah gitu dong ini baru bener syiah original…
    ——–
    Sejak Kapan 3 Syaikh itu bersanding setara dengan Nabi, sehingga Melupakan Mereka sama dengan melupakan Nabi Saww..

    Rasanya ada yang salah dengan akidah antum
    ——–
    di jawab: sejak bersama nabi donk tentunya. ya tepat melupkan mereka = melupakan nabi, ingat hadis
    Dari Abu Najih ’Irbadh bin Sariyah rodhiallohu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasihati kami dengan nasihat yang menggetarkan hati dan mencucurkan air mata. Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, seperti ini adalah nasihat perpisahan, karena itu berilah kami nasihat”. Beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepada kalian untuk tetap menjaga ketakwaan kepada Alloh ‘azza wa jalla, tunduk taat (kepada pemimpin) meskipun kalian dipimpin oleh seorang budak Habsyi. Karena orang-orang yang hidup sesudahku akan melihat berbagai perselisihan, hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk (Alloh). Peganglah kuat-kuat sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah ajaran-ajaran yang baru (dalam agama) karena semua bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini hasan shahih”)
    dan
    Wajib atas kalian berpegang dengan Sunnahku dan Sunnah para Al Khulafa Ar Rasyidin…”(Shahih, HR Ahmad, Abu Dawud dan At Tirmidzi, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’, 2549]

    yang ana bingung itu justru akidah antum (syiah rafidah), lihat:

    “Artinya : Dan barang siapa yang menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin kami biarkan dia leluasa dalam kesesatan yang telah menguasainya itu lalu Kami masukkan ia kedalam jahannam. dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” [An-Nisaa :115]
    juga :
    Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya, mereka kekal didalamnya selama-lamanya, itulah kemenangan yang besara. (at taubah : 100)
    ANTUM MENGATAKAN “BOLEH AJA MENGAKU DIRIDHOI” MENGAKUUUUUUUUU…??? CUMA SYIAH YANG BERKATA BEGITU DASAR RAFIDAH. EMANG QUR,AN KALIAN ITU PALSU 3 X LIPAT LAGI BANYAKNYA N TAFSIRNYA SEKEHENDAK PERUT KALIAN.
    KALO KALIAN UDAH JELAS BOELH AJA MENGAKU PECINTA AHLU BAIT…EITTT TAPI KEBALIKANNYA OMM..
    MAKAN TU “QUR’AN” TAFSIRAN 3X LIPAT ALA SYIAH RAFIDAH..

    MEMBUAT WAHABY MAKIN BINGUNG
    While Syiah akan tetap menjadi Khoirul Bariyyah sesuai Nubuwah… Subhanallah…

    While Syiah akan tetap menjadi ahlul bid’ah sesuai sunnah Saba’iayah… Subhanallah…

    @ALL SYIAH
    KALIAN MENUDUH SAHABAT ADA YANG MERAMPAS HAK ALI RA ADA YANG KAFIR.. COBA BANGUNLAH DARI TIDUR YANG BERKEPANJANGAN KECUALI KALAU KALIAN PAKE JURUS TERAKHIR (TAQIYAH) LIHAT DI SURAH AT TAUBAH:100, ALASAN KALIAN..ITU BUKAN UNTUK ABU BAKAR, UMAR,UTSMAN, HANYA UMUM AJA DAN MEREKA BERKHIANAT SETELAH WAFAT RASUL SAW… (ANALOGI SYIAH KEBLINGER + GILA + PEMIKIRAN PERSIA + AKIDAH MAJUSI + YAHUDI ; KARENA HANCUR TUH KERAJAAN KALIAN DIBUAT IMAM ABUBAKAR AS SHIDDIQ RA DAN UMAR AL FAROOQ RA.

    Imam Abu Zur’ah ar-Razi rahimahullâhu pernah berkata :
    إِذَا رَأَيْتَ الرَّجُلَ يَنْتَقِصُ أَحَدًا مِنْ اَصْحَابِ الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاعْلَمْ أَنَّهُ زِنْدْيِقُ!!!
    ’Jika engkau melihat ada orang yang mencela salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam maka ketahuilah bahwa dia adalah ZINDIQ!!!..” [Al-Kifâyah karya al-Imâm al-Khâthib al-Baghdâdî (hal. 97); Lihat pula al-Anwârul Kâsyifah karya Syaikh Alî Hasan al-Halabî, Darul Ashâlah, cet. I, 1411 H/1991 M, halaman 11.]

    Adapun Rasulullah , sesungguhnya beliau telah memuji para shahabat dan menjelaskan keutamaan mereka dalam sekian banyak hadits-haditsnya. Di antaranya adalah sabda beliau :
    “Sebaik-baik manusia (generasi) adalah yang hidup di abadku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya, setelah itu akan datang suatu kaum yang persaksiannya mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR. Al-Bukhari no. 3650 dari shahabat Imran bin Hushain, dan Muslim no. 4533 dari hadits Ibnu Mas’ud, Imran bin Hushain, dan Abu Hurairah)
    “Janganlah mencela para shahabatku, Janganlah mencela para shahabatku! Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya (Allah), kalaulah salah seorang dari kalian berinfaq emas sebesar Gunung Uhud, niscaya tidak akan menyamai infaq salah seorang dari mereka (para shahabat) yang hanya sebesar cakupan tangan atau setengahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 3673 dan Muslim no. 2540, dari shahabat Abu Sa’id Al Khudri)

    Shahabat Abdullah bin Abbas berkata: “Janganlah mencela para shahabat Nabi Muhammad , sungguh keberadaan salah seorang dari mereka bersama Rasulullah walau sesaat, lebih baik dari ibadah salah seorang dari kalian sepanjang hidupnya.” (Syarh Ath-Thahawiyyah hal. 532, berkata Asy-Syaikh Al-Albani: Shahih)

    Shahabat Abdullah bin Mas’ud berkata: “Sesungguhnya Allah melihat kepada hati segenap hamba-Nya, maka didapatilah hati Nabi Muhammad sebagai hati yang terbaik di antara hati para hamba, sehingga Allah memilihnya dan mengutusnya untuk mengemban risalah-Nya. Kemudian Allah melihat kepada hati para hamba maka didapatilah hati para shahabat Nabi sebagai hati-hati terbaik (setelah hati Nabi Muhammad ), sehingga Allah jadikan mereka sebagai para pembela Nabi-Nya, siap bertempur di atas agamanya. Segala apa yang dipandang baik oleh para shahabat maka di sisi Allah baik dan segala apa yang dipandang buruk oleh mereka maka buruk pula di sisi Allah.” (Syarh Ath-Thahawiyyah, hal. 532, berkata Asy-Syaikh Al-Albani: Hasan mauquf, dikeluarkan oleh Ath-Thayalisi, Ahmad dan yang lainnya dengan sanad yang hasan, Dishahihkan Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi)

    Al-Imam Ath-Thahawi (ketika menjelaskan prinsip Ahlussunnah Wal Jama’ah) berkata: “Kami mencintai para shahabat Rasulullah , tidak berlebihan di dalam mencintai salah seorang dari mereka dan tidak pula berlepas diri (bara’) terhadap siapa pun dari mereka. Kami membenci siapa saja yang membenci para shahabat dan yang menjelek-jelekkan mereka, dan tidaklah kami menyebut mereka kecuali dengan kebaikan. Kecintaan kepada mereka merupakan bagian dari agama, iman dan ihsan, sedangkan kebencian terhadap mereka merupakan suatu kekufuran, kemunafikan dan perbuatan yang melampaui batas.” (Syarh Ath-Thahawiyyah, hal. 528)

    Al-Khathib Al-Baghdadi setelah menyebutkan ayat-ayat dan hadits-hadits seputar kedudukan dan keutamaan para shahabat, berkata: “Hadits-hadits yang semakna dengan ini cukup luas, semuanya sesuai dengan apa yang terdapat di dalam Al-Qur’an; yang kesemuanya itu membuktikan tentang kesucian para shahabat dan kepastian keadilan dan kebersihan mereka. Dengan adanya rekomendasi dari Allah (Dzat Yang Maha Mengetahui segala apa yang tersembunyi) untuk mereka ini, maka sungguh tidak seorang pun dari mereka yang butuh terhadap rekomendasi siapa pun dari makhluk di muka bumi ini. Para shahabat akan senantiasa berada dalam posisi yang mulia ini, kecuali bila salah seorang dari mereka benar-benar terbukti melakukan kemaksiatan dengan sengaja, maka gugurlah keadilan (rekomendasi) tersebut. Namun Allah telah bersihkan diri mereka dari perbuatan tersebut, bahkan Allah mengangkat derajat mereka di sisi-Nya. Dan kalaulah nash-nash pujian dari Allah dan Rasul-Nya untuk mereka ini tidak ada, maka amalan-amalan mereka, seperti: hijrah, jihad, membela agama Allah, mengorbankan nyawa dan harta, siap bertempur melawan orang tua dan anak (karena agama), saling menasehati dalam urusan agama, serta kuatnya iman dan keyakinan mereka, sudah menunjukkan secara yakin tentang keadilan dan kesucian mereka serta sebagai bukti bahwa mereka lebih utama dari semua pemberi rekomendasi dari generasi yang datang setelah mereka selama-lamanya. Inilah pendapat keseluruhan ulama dan orang-orang diperhitungkan kata-katanya dari kalangan fuqaha’.” (Al-Kifayah, hal. 96)

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Di antara prinsip Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah bersihnya hati dan lisan mereka terhadap para shahabat Rasulullah , sebagaimana yang Allah sifati dalam firman-Nya (yang artinya):
    “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan sudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hasyr: 10)
    Dan juga mentaati Rasulullah dalam sabdanya: “Janganlah mencela para shahabatku, Janganlah mencela para shahabatku! Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya (Allah), kalaulah salah seorang dari kalian berinfaq emas sebesar Gunung Uhud, niscaya tidak akan menyamai infaq salah seorang dari mereka (para shahabat) yang hanya sebesar cakupan tangan atau setengahnya”, menerima segala apa terdapat dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma’ tentang keutamaan dan martabat mereka, berlepas diri dari prinsip Syi’ah Rafidhah yang membenci dan mencela mereka, serta dari prinsip Nawashib (Khawarij) yang menyakiti Ahlul Bait (keluarga Rasul) dengan perkataan dan perbuatannya. Ahlussunnah Wal Jama’ah menahan diri dari apa (fitnah) yang terjadi di antara para shahabat, dengan mengatakan:
    Sesungguhnya riwayat-riwayat tentang kejelekan mereka ada yang palsu, ada yang ditambah dan dikurangi serta dirubah-rubah dari yang sebenarnya. Adapun yang terjadi dengan sebenarnya maka mereka mendapat udzur dalam permasalahan tersebut, di antara mereka ada yang berijtihad dan benar ijtihadnya, di antara mereka ada pula yang berijtihad dan keliru ijtihadnya. Barangsiapa memperhatikan perjalanan hidup mereka dan segala keutamaan yang Allah karuniakan kepada mereka dengan ilmu dan bashirah, pasti dia akan mengetahui dengan penuh keyakinan bahwasanya mereka adalah makhluk terbaik setelah para Nabi, tidak ada yang manyamai mereka baik dulu ataupun di masa yang akan datang, dan mereka merupakan generasi pilihan umat ini, sebaik-baik umat dan yang paling mulia di sisi Allah . (Al-Aqidah Al-Wasithiyyah, hal. 142-151)

    NAH SILAHKAN KALIAN (SYIAH) KATAKAN LAGI TENTANG SAHABAT RIDWANULLAH AJMAI’N, MAKSUD HATI MAU MENCABUT AKAR POHONYA YAH BIAR MATI POHONYA, SAMA AJA MAU NGANCURI RASUL SAW TAPI DARI AKARNYA AJA BIAR G KETAHUAN AND HABIS TOTAL…. TAQIYAH LAGEEEEEEEEE (VERSI MEREKA), CAPE DECH..

  59. @anti rafidah
    hehe afwan ana salah nama salam kenal juga barakallahu fikum. kesebut akh bims

  60. Ah, copas lagi. Tuduh lagi. Maki lagi. Diulang-ulang lagi. Cape deh.

    Ingatlah bahwa kebenaran itu bisa dimana saja. Tidak harus di manhaj anda. Kekeliruan juga bisa hinggap di manhaj lain dan juga di manhaj anda.
    Syiah sdh pasti Islam. Ulama-ulama Islam (kecuali Wahabi mungkin) sdh mengakui keberadaan mereka berpuluh tahun lalu. Anda sdh jauh ketinggalan jika menganggap mereka bukan Islam. Jika Syiah bukan Islam maka Masjidil Haram tdk akan menerima mereka. Apakah hal ini tdk terfikir oleh anda?

    Salam

  61. @ abu jufri..
    panjang copasnya.. sambil marah marah pula sayang tidak bermakna apa apa hanya menuh menuhin kolom 🙂

    saya beritahu rahasia kecil..
    dalam diskusi email tidak perlu taqiyah khan tidak dalam posisi terancam

    bila dihadapan kumpulan orang orang jahat wajib taqiyah (demi keselamatan)

    daripada marah marah baca ini dulu deh :
    Tafsir ayat Kahorul Bariyyah QS 98:7 dari Thobari Juz 30/265

    قول تعالى ذكره: إن الذين آمنوا بالله ورسوله محمد، وعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء، وأقاموا الصلاة، وآتوا الزكاة، وأطاعوا الله فيما أمر ونهى( أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ ) يقول: من فعل ذلك من الناس فهم خير البرية. وقد: حدثنا ابن حميد، قال: ثنا عيسى بن فرقد، عن أبي الجارود، عن محمد بن عليّ( أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ ) فقال النبي صلى الله عليه وسلم: “أنْتَ يا عَلي وَشِيعَتُكَ”.

    Sahabat nabi bila melihat Ali datang mereka berkata: TELAH DATANG KHOIRUL BARIYYAH…
    Rasul Saww berkata: Khoirul Bariyyah adalah engkau (Ali) dan Syi’ahmu

    Ga baik loh berbohong apa lagi memfitnah, padahal sahabat sendiri jadi saksi Syiah sudah ada sebelum semua mahzab/sekte lahir…

    Semua perkataan ulama salafy (bid’ah ; nama salafy tidak ada di quran adanya hizbullah) terbabat habis oleh thabari dan juga As Suyuti tentang fakta Syiah awalun.

    Sudahlah jangan marah marah kayak wahaby saja marah marah ndak jelas…

    Copas yang lain.. ? Lupakan saja.. no issued… 🙂

  62. @ all wahabyin salafy al yahud

    Abdullah bin saba

    Muawiyah berkata pada Hawari nabi saat pembantaian Sahabat Setia -ammar bin yasr- Kalian sahabat nabi seperti abdullah bin saba.

    saya rasa wahaby tidak pernah tahu ada apa di saba..
    dan mengapa Muawiyah mengumpat ‘abdullah bin saba’ pada Hawari Nabi..

    Buktikan bahwa wahaby itu pintar mengkaji bukan hanya bermodal buku buku di lapak masjid salafy..

    satu clue lagi deh..
    muawiyah juga berkata pada Muhammad bin Abu Bakar..
    Wahai pencerca ayahnya..

    nah Berani ndak katakan Muhammad bin Abu Bakar seperti tuduhan antum..

    lebih dahsyat lagi.. Aisyah memaki ustman.. berani ndak katakan Aisyah hal yang sama..

    ref nya..?
    selalu ada dan valid.. tinggal jawab saja bung jufri.. 🙂 (berani ga yah..?)

  63. Pegel mbacanya,
    Lalu mual-mual,
    Hampir hatnum!

    Apa itu pertanda,
    Bawa mau nyape?

    Salam Damai!

  64. @abu jufri

    Semoga anda tdk termasuk mereka-mereka yg gemar menuduh dan menghujat sekaligus yg gemar melarikan diri jika diajak dialog. Hampir semua dari manhaj anda melakukan ini: tuduh, hujat, lari.

    Apa yg anda tuduhkan dan sematkan kepada Syiah sesungguhnya akan menjadi bumerang buat anda karna Syiah terbukti memiliki argumen dan dalil yang kuat sementara anda dan manhaj anda sangat lemah dalam hal ini (inilah akibatnya jika membenci akal).

    Mengenai Abdullan bin Saba’, sy percaya ia bukanlah tokoh Syiah (baik fiktif ataupun tdk). Pertanyaan sy seperti ini – yang sering ditanyakan jg ke orang-orang sejenis anda dan manhaj anda namun tak pernah mau dijawab;

    Apabila anda yakin bahwa Ibnu Saba’ ini benar2 tokoh/pendiri ajaran Syiah, coba anda berikan ke kami satu saja riwayat yg bersanad kpd Ibnu Saba’ ini dlm ajaran Syiah baik dari sisi akidah, fiqh, falsafah atau apapun saja, yang menyebutkan bahwa tokoh ini sebagai satu perawinya

    Tolong anda jawab yang ini dulu jika anda benar-benar faham dengan apa yang anda tuduhkan. Jika tidak mampu, dan saya rasa memang tidak, saya sarankan agar berhati-hati dalam menyampaikan sebuah tuduhan.

    tuduh, hujat, lari.

    Salam

  65. OOO…jadi satu grup sama bims..??? Ups..mungkin siiih..

    bnr jg tuh kata Mas armand : Tuduh, Hujat , Lari..Persis BIMS..!

    lama ga nongol tuh si BIMS,,,mana yaaa…???

  66. @all

    Kliatannya bener, agama itu diturunkan utk dicintai.
    Bener juga, adil itu lebih mending dari pada damai.
    Apa sih yg bener itu?

    Salam Bingung!

  67. Menurut Saya, tidak penting diperdebatkan antara Syiah , sunni atau Wahabi, apakah Rasulullah dan Ahlul byatnya suci atau Tidak???

    TETAPI YANG LEBIH PENTING ADALAH BAGAIMANA CARANYA KITA BISA BERTEMU DNG RASULULLAH, PARA IMAM, DAN IMAM MAHDI DIDUNIA INI?????
    Kenapa Penting?, krn ketika kita Sakaratul Maut, jika tidak Rasulullah/pembantuNya yang menjemput kita maka Iblis dan Kronilah yang akan datang. bukankah Maut itu PASTI Datangnya, sudahkah kita mengetahui bagaimana Maut Tsbt?
    Apakah Hanya cukup percaya saja bahwa Rasululah dan Ahlul Byt Suci???
    kalau hanya percaya, apa bedanya dengan Wahabi? toh semuanya juga hanya teori percaya/tdk percaya.
    Marilah kita tingkatkan pengalaman spritual kita, sebagai bentuk konkret sbg pencinta Ahlul Byt sejati, bukan Pencinta Palsu.

  68. @syaefullah,

    Salam,

    Bagaimana kita bisa bertemu dgn Rasul dan Ahlul Bayt Baginda yg suci saat sakrat…..andai masa sihat tubuh dan sihat akal pun, kita tidak memiliki ma’rifat ttg sejatinya mereka itu?

    Sehingga ada yg mengatakan Nabi saaw sama spt kita org biasa, bisa salah dan bisa lupa.

    Maka perlulah kita memiliki ilmu ttg mereka itu agar saat sakrat, kita tidak menyambut Iblis dan menganggapnya Rasul….

    Salam Damai
    .

  69. @syaefullah,

    Saya fikir adalah suatu kewajiban utk meyakini para Imam dari Ahlul Bayt Nabi saw yg disucikan dlm QS Al Ahzab 33, krn hal itu merupakan perintah Allah swt dan Rasul-Nya, sehingga apabila menghadapi sakaratul maut akan disambut oleh Rasullah saw dan para Imam as.

    Kalau anda masih mempertanyakan kesucian Ahlul Bayt Nabi saw, jangan-jangan andalah pencinta palsu.

    Wassalam

  70. @aris

    Sepertinya anda salah paham dengan yang dimaksud oleh Mas Syaefullah.
    Kayaknya bukan untuk wahabi saja klaim cepat curiga dan menuduh.. 🙂
    Kalau saya sih menangkap komentar dari beliau bahwa kita jangan habiskan waktu (sibuk) cuap2 tentang kesucian ahlul bayt, apakah sudah kita mencontoh mereka?
    Mengucapkan/melisankan mencintai dan mengakui kesucian mereka tidak berarti apa2 jika tidak diikuti dengan pencontohan.
    Yang sering terjadi adalah ketika kita “membela”, memuji, memuliakan mereka ternyata kita malah melakukannya dengan cara yang menyalahi akhlak dan teladan mereka.

    membela/menegakkan kebenaran dengan melakukan/cara kesalahan..? Bahkan mungkin tidak ada bedanya dengan mereka yang membela kesalahan yang mereka tidak ketahui jika itu salah, dengan cara yang salah

    Wassalam

  71. @truthseeker08

    Saya fikir juga dgn meyakini tentang kesucian Ahlul Bayt Nabi SAW, tentu saja kita juga meneladani dan mengetahui kehidupannya. Ya mungkin sosialisasinya membela risalah yg diajarkan oleh para Imam as daripada orang-orang yg keliru dlm menafsirkan Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Mungkin begitu?

    Salam

  72. Mau sampai kapan yah begini terus…..cape deh….

    wahabi-syiah-sunni.

    klo jalan masing-masing bisa ga yah tanpa hujat menghujat.

    salam,

  73. @ jhon.tj

    Bila dunia tanpa wahaby dan Zionistme

    sangat memungkinkan…!

  74. @Abu Aqli

    Lebih baik lagi bila dunia ini tanpa Iblis atau Setan, aman!
    Seger kita mendadak soleh semuanya,
    Pekerjaan kita tinggal hanya bernapas!

    Salam Gamang!

  75. 😀

  76. @abu jufri :
    NEH PERBEDAAN ISLAM DENGAN SYIAH (COPAS) “mau marah silahkan/monggoooo”

    Ho ho yg ente copy paste itu udah sering nongol. Semuanya ngawur dan udah basi tuh. Masa ajaran Sunni versi Muawiyah mau dijadikan tolok ukuran kebenaran Syi’ah ? Nyang bener aje bang.

    Mau marah ? He he he justru kami merasa kasihan sama org2 sejenis anda yg berharap dg mengungkap perbedaan Suni dan Syi’ah itu org Syi’ah akan shock berat ? He he he mana bisa bang.

    Ternyata ente cs belum mampu membedakan antara hasil ijtihad para sahabat yg menyalahi ajaran Rasul saw dg ajaran Rasul itu sendiri. Kalau memang para sahabat besar tdk melakukan bid’ah kenapa dalam hadis al-Haudh riwayat Bukhori & Muslim dinyatakan ada perbuatan sahabat yg melakukan bid’ah setelah Nabi wafat ?

    Kalau ente mengatakan agama Syi’ah maka agama yg dianut oleh org yg membenci Syi’ah pun lebih tepat disebut agama Muawiyah, karena ajaran yg berasal dari para sahabat kemudian disempurnakan oleh Muawiyah. Dialah sang Founding Father-nya.

    Sebenarnya kalau kita bicara masalah perbedaan rumusan Rukun Iman umpamanya, maka seharusnya anda yg merasa prihatin karena dalam ajaran Sunni, Allah digambarkan sebagai Zat yg Maha Pemaksa (Jabariyah) atas hamba2-Nya shg tdk punya kebebasan sepenuhnya dan Allah juga digambarkan spt layaknya manusia, yakni punya mata, tangan, kaki dsb (tasybih dan tajsim). Allah menempati ruang dsb. Sementara Akidah Syi’ah mengenai Allah jauh dari hal2 yg berbau tajsim dan tasybih.

  77. @falseto

    dan Allah juga digambarkan spt layaknya manusia, yakni punya mata, tangan, kaki dsb (tasybih dan tajsim). Allah menempati ruang dsb

    Sy kira yg berfaham spt ini, dengan berbagai dalihnya hanya Salafiyyun. Sunni tdk. Wallahua’lam.

    Salam

  78. @Wahabi/Salafy cs
    Anda2 berkeras tentang Abdullah b. Sabah sebagai pencetus mahzab syiah dan mengagungkan Abubakar, Umar, Utsman, Muawyiah dll.
    Saya harap tolong anda2 terangkan siapa Ka’ab b.Al akhbar yang menjadi penasehat Umar ibn Chatab?
    Sanggupkah anda2 menjawab? Wasalam

  79. seperti biayasanya, syiah/rafidha kalo udah ditelanjangi (kalo g merasa yo uwess ora opo2)selalu berkata; jangan main tuduh, jangan sembarangan, hujat langsung lari, buktikan lagi dll…. capek emang kalo naggapi yang kayak gini dengan orang2 rafidhah, antun2 baca dulu deh nyang di atas juga ada penjelasannya tuh, jadi ane bukan koment langsung lari. dibaca dulu yah para ikhwan2. semoga Allah memberikan kita hidayahNya yang lurus dan benar sesuai al qur’an dan sunnah dan manhaj salaf amiiin..

  80. @ abu Jufri

    ambillah anda tidak rafidhah..

    pasti bisa menjabarkan 12 Amir yang bukhari sampaikan donk…

    Mati tidak mengenal Imam Zaman mati dalam jahiliyah (Musnad ahmad)

    Nah sekarang siapa Imam Zaman kita..?
    -note ia harus hidup sezaman dengan kita-

    yang tidak kenal imam zaman *bisa jadi* rafidhah di sisi ALLAH SWT.

    Kalo di sisi ente khan yang rafidha itu yang menolak 3 Syaikh..

    Tinggal mau taat kesiapa sekarang, ke Syaikh atau ke Tuhan..

  81. Emangnya penjabaran rofidhoh bener mengenai amir yg 12 itu? wong dg syi’ah Isma’iliyah aja beda gitu kok.. jadi itu bisa-bisanya Rofidhoh aja, bukan dari Tuhan. wuakakakak..

  82. @imem:
    He he he ente kok engga nyambung. Maksud Abu Aqli kalau abu jufri cs tdk sepakat tentang penjabaran amir/khalifah versi syi’ah, coba jabarkan menurut versi abu jufri sendiri. Gitu aja kok bingung.

    Ayo coba silakan jabarkan versi yg ente katakan “dari Tuhan” itu lengkap dg ayat dan hadisnya.

  83. @imem:

    He he rupanya belum tau perbedaan Syi’ah dg Ismailiyah atau Zaidiyah. Intinya kalo masih mengakui kekhalifahan 3 syeikh ya bukan Syi’ah namanya, engga peduli itu masih keturunan Hasan atau Husein. Dalm arti khusus sebutan Syi’ah hanya di-attribut-kan kpd kelompok yg hanya mengakui Ali bin Abi Talib sbg khalifah yg sah.

  84. @ imem..

    Jadi mana 12 Amir ente, kok malah di telikung ke ismaili… 🙂

    atau Sudah yakin Tuhan sependapat dengan Anda..?

    jadi sekarang Tuhan harus ikut anda, bukan anda yang harus ikut Tuhan…

    wahaby yang aneh…

    ~ Wujudkan Dunia tanpa wahaby dan zionist ~

    DUKUNG GERAKAN EKSTRADISI INTERNASIONAL ORANG ORANG WAHABY DAN ZIONIST KE WILAYAH TAK BERTUAN.

  85. Anjuran yang menarik 🙂 Tapi saya msh merasa bahwa msh ada Wahabi yang baik-baik 🙂 Anjurannya cocok buat Pembenci Ahlulbait.

    Ngomong-ngomong wilayah yang tak bertuan itu dimana?

  86. Ya, yg cocok namanya wahabi nashibi

  87. Abu Aqli said:
    jadi sekarang Tuhan harus ikut anda, bukan anda yang harus ikut Tuhan…

    Bicara Tuhan harus kena pd ayat-Nya, ya.
    Karena Tuhan bicara inti se-Kitab doang,
    No more no less, kan?

    Bicara anutan pun harus pada riwayatnya,
    Karena anutan hanya nulis beberapa kitab,
    No more no less!

    Bila Kitab itu adalah ciptaan (pls koreksi),
    Sepertinya kita tak boleh membaca hening-Nya
    melalui berbagai ciptaan lain yg diperuntukkan.

    Bila riwayat itu pun adalah bikinan,
    Sepertinya kita tak boleh membikin riwayat,
    Karena riwayat pertama harus telah paten.

    Padahal,
    Kitab Itu bukan Tuhan,
    Melainkan manual rohani.
    Kitab itu dasar bicara masa depan,
    Bukan kesimpulan untuk masa kini.

    Akui lah masa kini itu bukan masa lalu bukan sepanjang masa. Biarkan perbedaan-perbedaan itu semakin membesar, karena kemuliaan hanya bisa ada pd beda yg sangat kontras.

    Abu Aqli said:
    ~ Wujudkan Dunia tanpa wahaby dan zionist ~

    Yg ginian pan udah disautin kemarenan.
    Gantilah slogannya yg kerenan dikit, gituloh!

    Salam Damai!

  88. I like it … 🙂

  89. itu lagi itu lagi, Abdullah bin Saba’, mang sudah gak ada yang lain lagi yang dituduhkan………. Labaika ya Rasulullah, Labaika ya Amirul Mukminin… Labaika ya Husain…..

  90. Sudah lah!
    Itu lagi itu lagi!

    Semua sadar perbedaan itu amat perlu,
    Demi ragam materi membangun kehidupan!
    Mambangun kematian materialnya seragam.
    Tanah tok!

    Salam Damai!

  91. @Maren Kitatau,

    Al Qur’an adalah masa lalu, kini dan kemudian sampai akhir zaman.
    Kalau berbeda dlm bentuk lahiriah itu adalah Sunatullah, namun berbeda dalam kebenaran itu kontradiksi dgn Allah swt yg Esa dlm Nama, Sifat, Zat dan Perbuatan-Nya.

    Wassalam

  92. @asep

    Biarkanlah perbedaan itu demikian membesar.-sar.
    Karna hanya dari perbedaan yg besar ada kumuliaan.
    Bukan dari perbedaan yang tipis.

    Senyum dan cengengesan adalah beda tipis.
    Senyum dgn tersedu adalah beda besar.
    Pasir dan berlian terang dan gelap dst.

    Biarkanlah sudah,
    Bila ajakan rohani kita ditampik.
    Anggap mereka punya rohani tersendiri,
    Entah itu pasir yg sama atau berlian juga

    Biarkan lah lagi,
    Masa lalu dah berbagi-bagi.
    Bicaralah masa kini dan nanti.

    Salam Damai!

  93. @Maren Kitatau,

    Perbedaan yg semakin besar adalah bumerang. Yang dicari adalah persamaannya. Semakin besar persamaanya adalah Rakhmat, sehingga sebagian besar pasir menjadi berlian. Kita bicara masa kini dan nanti sampai akhir zaman.

    Wassalam

  94. @asep

    Ya!
    Bila kita yg melemparka sesuatu beda secara keras-keras, maka bumerang bagi kita, bila mereka bertindak berbeda dari kita, biarkanlah. Gitu maksudku. Jadi, jangan kita memaksa samakan atau bedakan apa pun. Pemaksaan itu adalah bumerang itu.
    Biarkan lah sudah!

    Salam Damai!

  95. @Maren Kitatau
    Alhamdulillah anda berkata demikian, asal saja kita jangan mencaci satu sama lain/mengkafirkan satu sama lain. Cukup sudah penjelasan yang kita bicarakan/dikusikan. Apabila tidak terdapat kecocokan maka kita kembalikan pada Allah dan Rasul. Hanya Allah saja yang dapat memberi petunjuk. Kita2 ini hanya saling menyampaikan apa yang kita ketahui. LANA A’MALANA WALAKUM A’MALAKUM LAA HUJJATAN BAINAKUM. ALLAH RABBI WA RABBAKUM. Wasalam

  96. @Aburahat

    Benar, kebenaran kita kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya dalam hadits Tsaqalain agar manusia tidak akan tersesat.

    Wassalam

  97. weh bodoh sunguh puak wahabi ni

  98. Subhanalloh…

  99. ‘Aliy bin Abi Thaalib : Mu’aawiyyah adalah Saudara Seiman, Sama dengan Dirinya
    Abu Al-Jauzaa’ :, 24 November 2010

    Lho kok bisa begitu ? Simak perkataannya dalam kitab Nahjul-Balaaghah, kitab yang dianggap mu’tamad oleh orang-orang Syi’ah :
    وَكَانَ بَدْءُ أَمْرِنَا أَنَّا الْتَقَيْنَا وَالْقَوْمُ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ، وَالظَّاهِرُ أَنَّ رَبَّنَا وَاحِدٌ (1) ، وَنَبِيَّنَا وَاحِدٌ، وَدَعْوَتَنَا فِي الْإِِسْلاَمِ وَاحِدَةٌ، لاَ نَسْتَزِيدُهُمْ (2) فِي الْإِيمَانِ باللهِ وَالتَّصْدِيقِ بِرَسُولِهِ، وَلاَ يَسْتَزِيدُونَنَا: الْأَمْرُ وَاحِدٌ، إِلاَّ مَا اخْتَلَفْنَا فِيهِ مِنْ دَمِ عُثْمانَ، وَنَحْنُ مِنْهُ بَرَاءٌ!
    “Awal-mula mula urusan kami, kami dan orang-orang Syaam (yaitu kubu Mu’aawiyyah) bertemu. Dan yang terang/nampak bahwasannya Rabb kami adalah satu, Nabi kami adalah satu, dan dakwah kami dalam Islam adalah satu. Dan kami tidak melebihkan diri kami dibandingkan mereka dalam hal keimanan kepada Allah dan pembenaran kepada Rasul-Nya, dan mereka pun juga demikian. Urusan kami adalah satu, kecuali apa yang kami perselisihkan padanya tentang darah ‘Utsmaan (yang terbunuh secara dhalim). Dan kami berlepas diri darinya…..” [Nahjul-Balaaghah, 3/648, surat no. 58].

    Perlu diketahui, dikatakan bahwa perkataan itu diucapkan ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu setelah perang Shiffiin.
    Apa yang kita dapat dari penjelasan di atas ?
    Menurut ‘Aliy bin Abi Thaalib, orang-orang Syaam (dan Mu’aawiyyah adalah pemimpin mereka) termasuk saudaranya seiman, sama seperti dirinya. Ia masih mengakui hal itu, meskipun perang Shiffiin telah ia lewati bersama Mu’aawiyyah radliyallaahu ‘anhumaa. Dikatakan, perselisihan mereka semata-mata perkara ijtihad tuntutan qishash atas terbunuhnya ‘Utsmaan bin ‘Affaan secara dhalim.
    Perkataan ‘Aliy bin Abi Thaalib di atas tentu sangat kontras dengan keyakinan para pembela palsunya dari kalangan Syi’ah Raafidlah. Mereka (Syi’ah Raafidlah) tidak mengakui keimanan Mu’aawiyyah semenjak awal. Bahkan, mereka menuduh Mu’aawiyyah (dan juga ayahnya : Abu Sufyaan) hanya berpura-pura saja masuk Islam sebagai seorang munaafik. Peperangannya dengan Mu’aawiyyah dengan ‘Aliy semakin menambah status kekafirannya saja.
    Mungkin mereka (orang Syi’ah) akan berkelit :
    Perkataan ‘Aliy tersebut tidak ada sanadnya, sehingga tidak bisa diterima.
    Jika mereka memberikan alasan, seperti itu, itu sama saja mengugurkan kehujjahan kitab Nahjul-Balaaghah itu sendiri. Sejak kapan riwayat-riwayat dalam kitab ini bersandar dengan sanad yang jelas lagi otentik dari penulis kitab sampai kepada ‘Aliy bin Abi Thaalib ? Oleh karena itu, berhentilah menukil riwayat-riwayat tidak jelas dari Nahjul-Balaaghah. Kampanyekan hal itu kepada situs-situs Syi’ah di seluruh penjuru dunia (kalau berani).
    Kami menolak perkataan itu karena tidak sesuai (bertentangan) dengan keyakinan kami yang menyatakan kekafiran Mu’aawiyyah.
    Kalau alasannya seperti ini, sudah nampak jelas sandaran orang Syi’ah dalam agama mereka. Mereka tidak perlu memusingkan sanad – sebagaimana gaya orang-orang Syi’ah Ushuliy – dalam sumber-sumber riwayat untuk agama mereka. Rekan-rekan bisa membaca artikel berikut : http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/12/syiah-dan-riwayat-hadits-dalam-kitab.html.
    Yang jadi patokan dalam tataran praktisnya, jika sesuai dengan doktrinitas diterima, jika bertolak belakang ditolak. Riwayat dengan sanad yang shahih pun, jika memang bertentangan doktrinitas yang diajarkan ulama mereka, akan ditolak. Jika tidak ada lubang untuk lari, masih ada senjata pamungkas : taqiyyah.
    Rekan-rekan dapat membaca bagaimana senjata pamungkas ini dikeluarkan :
    Imam Ali Bin Abi Thalib Dan Nikah Mut’ah (2)
    Pernikahan ‘Umar Bin Al-Khaththaab Dengan Ummu Kultsum Binti ‘Aliy – Dalil Bolehnya Wanita Mukmin Menikah Dengan Laki-Laki Kafir ?
    Mungkin mereka (Syi’ah) akan menyanggah :
    “Telah shahih dari imam Abu Abdillah bahwasannya orang-orang Syaam itu kafir”.
    Mungkin riwayat yang mereka maksud adalah riwayat sebagai berikut :
    مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عِيسَى عَنِ الْحُسَيْنِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ فَضَالَةَ بْنِ أَيُّوبَ عَنْ سَيْفِ بْنِ عَمِيرَةَ عَنْ أَبِي بَكْرٍ الْحَضْرَمِيِّ قَالَ قُلْتُ لِأَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) أَهْلُ الشَّامِ شَرٌّ أَمْ أَهْلُ الرُّومِ فَقَالَ إِنَّ الرُّومَ كَفَرُوا وَ لَمْ يُعَادُونَا وَ إِنَّ أَهْلَ الشَّامِ كَفَرُوا وَ عَادَوْنَا
    Muhammad bin Yahyaa, dari Ahmad bin Muhammad bin ‘Iisaa, dari Al-Husain bin Sa’iid, dari Fadlaalah bin Ayyuub, dari Saif bin ‘Amiirah, dari Abu Bakr Al-Hadlramiy, ia berkata : Aku bertanya kepada Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam : “Manakah yang lebih jelek, orang-orang Syaam ataukah orang-orang Romawi ?”. Ia berkata : “Sesungguhnya orang-orang Romawi itu kafir, namun tidak memusuhi kami. Adapun orang-orang Syaam itu kafir lagi memusuhi kami” [Al-Kaafiy, 2/410 – kata Al-Majlisiy dalam Mir’atul-‘Uquul 11/220 : Hasan].
    [Sisipan : Jangan heran membaca riwayat ini, karena penduduk dua kota suci (Makkah dan Madinah) pun mereka anggap kafir. Jadi, kalau penduduk/orang-orang Syaam itu kafir, ya itu lebih dikedepankan lagi. Ini riwayatnya :
    عِدَّةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ خَالِدٍ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عِيسَى عَنْ سَمَاعَةَ عَنْ أَبِي بَصِيرٍ عَنْ أَحَدِهِمَا عليهما السلام قَالَ إِنَّ أَهْلَ مَكَّةَ لَيَكْفُرُونَ بِاللَّهِ جَهْرَةً وَ إِنَّ أَهْلَ الْمَدِينَةِ أَخْبَثُ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ أَخْبَثُ مِنْهُمْ سَبْعِينَ ضِعْفاً .
    Sejumlah shahabat kami, dari Ahmad bin Muhammad bin Khaalid, dari ‘Utsmaan bin ‘Iisaa, dari Samaa’ah, dari Abu Bashiir, dari salah seorang dari dua imam ‘alaihimas-salaam, ia berkata : “Sesungguhnya penduduk Makkah kafir kepada Allah secara terang-terangan. Dan penduduk Madinah lebih busuk/jelek daripada penduduk Makkah 70 kali” .
    Al-Kaafiy, 2/410 – kata Al-Majlisiy : Muwatstsaq.
    Subhaanallaah…..
    Tidakkah kita dapat membaca kebusukan yang diperlihatkan oleh orang-orang Syi’ah secara terang-terangan dengan memanipulasi riwayat dan mengatasnamakannya kepada Ahlul-Bait ?]
    Jadi, orang-orang Syaam yang masih bersyahadat, shalat, menunaikan zakat, berpuasa, dan berhaji – namun bergabung dengan kelompok Mu’aawiyyah bin Abi Sufyaan radliyallaahu ‘anhumaa – adalah kafir dengan kekafiran yang lebih parah dari orang yang berpaham Trinitas (orang-orang Kristen Romawi). Jika mereka menggunakan riwayat ini, maka ini akan membuka pintu konfrontasi baru. Telah mutawatir khabar bahwa Al-Hasan bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhumaa berdamai dan menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Mu’aawiyyah. Jika memang Mu’aawiyyah kaafir dan lebih jelek dari orang-orang Kristen Romawi, jadi keputusan Al-Hasan bin ‘Aliy keliru dong. Apakah Al-Hasan bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhumaa tidak membaca ayat :
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لا يَأْلُونَكُمْ خَبَالا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
    “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” [QS. Aali ‘Imraan : 118].
    Dalam ayat tersebut, Allah telah melarang kita (muslim) mengambil orang kafir sebagai teman kepercayaan. Lantas, bagaimana dengan Al-Hasan bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhumaa yang telah berdamai dan menyerahkan pengurusan umat (baca : menyerahkan tampuk kekhalifahan) kepada seorang yang dianggap kafir ?. Mengapa ia bisa begitu percaya kepada Mu’aawiyyah tentang amanah pengurusan umat, jika memang telah mengetahui ia kafir ? Apakah Al-Hasan bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhum menyerahkan kekuasaan begitu saja kepada orang yang lebih jelek dari kafir Romawi ? padahal kakeknya (yaitu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam) terus menyalakan jihad kepada kafir Romawi ? Bukankah sudah sepantasnya Al-Hasan lebih hebat jihadnya untuk memerangi orang-orang Syaam ? Atau, dalam hal ini Al-Hasan telah melakukan kekeliruan ? Al-Hasan bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhumaa tidak sekedar menyerahkan kekuasaan, namun juga berbaiat kepadanya :
    جبريل بن أحمد و أبو إسحاق حمدويه و إبراهيم ابنا نصير قالوا حدثنا محمد بن عبد الحميد العطار الكوفي عن يونس بن يعقوب عن فضيل غلام محمد بن راشد قال: سمعت أبا عبد الله (ع) يقول إن معاوية كتب إلى الحسن بن علي (ع) أن أقدم أنت و الحسين و أصحاب علي فخرج معهم قيس بن سعد بن عبادة الأنصاري و قدموا الشام فأذن لهم معاوية و أعد لهم الخطباء فقال يا حسن قم فبايع فقام فبايع ثم قال للحسين (ع) قم فبايع فقام فبايع ثم قال قم يا قيس فبايع فالتفت إلى الحسين (ع) ينظر ما يأمره فقال يا قيس إنه إمامي يعني الحسن (ع)
    Jibriil bin Ahmad, Abu Ishaaq Hamdawaih dan Ibraahim yang keduanya anak dari Nashr, mereka berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdil-Hamiid Al-‘Aththaar Al-Kuufiy, dari Yuunus bin Ya’quub, dari Fudlail bekas budak Muhammad bin Raasyid, ia berkata : Aku mendengar Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam berkata : “Sesungguhnya Mu’aawiyyah menulis surat kepada Al-Hasan bin ‘Aliy agar ia, Al-Husain, dan pendukung ‘Aliy agar datang. Keluar bersama mereka Qais bin Sa’d bin ‘Ubaadah Al-Anshaariy. Mereka datang di Syaam, yang kemudian diijinkan oleh Mu’aawiyyah. Setelah itu, disediakan para pengkhutbah bagi mereka yang berkata : “Wahai Hasan, berdirilah, lalu berbaiatlah (kepada Mu’aawiyyah)”. Maka ia berdiri dan berbaiat. Lalu berkata kepada Al-Husain : “Berdirilah, lalu berbaiatlah”. Maka ia pun berdiri dan berbaiat. Kemudian dilanjutkan : “Berdirilah wahai Qais, lalu berbaiatlah”. Mendengar hal itu, Qais menoleh kepada Al-Husain ‘alaihis-salaam melihat apa kira-kira yang akan ia perintahkan”. Maka Al-Husain berkata : “Wahai Qais, sesungguhnya ia adalah imam/pemimpinku – yaitu Al-Hasan ‘alaihis-salaam” [Rijaalul-Kasysiy, lembar 109 : Qais bin Sa’d bin ‘Ubaadah – bisa dilihat diwebsitenya Al-Khuuiy : http://www.al-khoei.us/books/index.php?id=7730%5D.
    Tentang beberapa riwayat baiat Al-Hasan kepada Mu’aawiyyah dalam kitab Syi’ah, bisa dibaca di : http://www.forsanelhaq.com/showthread.php?t=172299.
    Kira-kira, mana di sini yang layak dibenarkan ?
    Menurut saya, yang benar adalah Mu’aawiyyah bin Abi Sufyaan itu bukan orang kafir. Kalau kafir (apalagi saat itu dalam situasi perang, yang mengharuskan pelabelan sebagai kafir harbiy), tidak mungkin Al-Hasan, Al-Husain, dan para pendukungnya berbaiat kepada Mu’aawiyyah. Pendirian ini sama dengan pendirian yang diyakini oleh ayahnya. Mereka berperang karena ijtihaad. Mereka adalah saudara seiman. ‘Aliy bin Abi Thaalib, Al-Hasan, dan Al-Husain tidak pernah menganggap Mu’aawiyyah radliyallaahu ‘anhum sebagai kaafir.
    Itulah sedikit yang bisa dituliskan mengenai shahabat Mu’aawiyyah bin Abi Sufyaan, yang dikatakan orang Syi’ah sebagai seorang yang selalu dibela-bela oleh pemilik Blog ini.. Semoga ada manfaatnya.
    [Abul-Jauzaa’ – Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta]

  100. Untuk “kelompok” yang mendukung Sahabat Ali, dan “kelompok” yang mendukung semua sahabat (Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali) ingatlah kapan kalian mulai bertengkar tentang semua ini yaitu saat wafatnya Rasulullah SAW yang mulia dan setelah itu kalian berdua memperebutkan apa-apa yang ditinggalkan oleh Rasulullah SAW yaitu sebuah kemegahan dunia (tahta, harta dan wanita) dengan mengedepankan hawa nafsu dan meninggalkan sifat tawakal. Ketahuilah apa apa yang telah terjadi didunia ini semuanya adalah ketetapan Allah dan setelah itu yang harus kita lakukan sebagai orang yang beriman adalah bertawakal. Bukankah semua yang terjadi pada diri kita merupakan ujian yang datang Allah untuk menguji kesabaran dan kesyukuran kita kepada Allah?. Jadi yang kita perlukan atau umat perlukan saat ini adalah agama yang lurus terlepas dari pertengkaran dan saling menghujat seperti ini, kalian hanya akan menambah dosa karena menhujat satu sama lain sesama orang yang mengikuti Rasulullah SAW. Apa yang kalian kerjakan hanya akan memperlemah dan mempermalukan ISLAM, orang-orang diluar ISLAM tepuk tangan melihat tingkah kalian seperti anak kecil ini jadi cobalah mengerti, semua ini mencari arti, selamanya takkan berhenti, inginkan rasakan rindu ini menjadi satu, biar waktu yang memisahkan. Dan “kamu” hanya perlu terima, dan tak harus memahami, dan tak harus berfikir, hanya perlu mengerti, Allah mengatur semuanya untuk Mu, jadi tetaplah disini dan mulai menerima islam ini secara keseluruhan, tetaplah dalam keimanan kamu masing-masing, jangan saling menghujat, karena kalian tidak mempunyai hak sama sekali untuk itu.

  101. Saya, insya-Allah, sudah sering ikuti kajian topik ini. Rasanya makin kokoh paham saya soal ahlulbait. Bagi yg tak mau terima, silakan saja, toh kita tanggung-jawab kpd ALLAH masing-masing sendiri. Wallahu a’alam.

  102. Saya, insya-Allah, sudah sering ikuti kajian topik ini. Rasanya makin kokoh paham saya soal ahlulbait. Bagi yg tak mau terima, silakan saja, toh kita tanggung-jawab kpd ALLAH masing-masing sendiri. Wallahu a’alam.

Tinggalkan komentar