Nyatanya Semua Agama Tidak Sama

Nyatanya Semua Agama Tidak Sama

Semua Agama Sama adalah kalimat yang terdengar dari sebagian orang yang berusaha menelaah masalah agama secara mendalam. Anda pasti pernah mendengar ini dan tentu ada alasannya kenapa seseorang akan mengemukakan pernyataan seperti itu. Lalu apa permasalahannya? Tidak ada. Jadi ada apa dengan tulisan ini?cuma iseng, tulisan ini hanya menampilkan pernyataan lain dari saya sebagian orang yang juga telah menelaah masalah agama secara mendalam. Pernyataan yang berbeda yaitu Semua Agama Tidak Sama.


Apakah dua pernyataan tersebut kontradiktif? Sederhananya sih iya, lihat saja secara struktural dua pernyataan tersebut jelas kontradiktif. Tetapi ada sudut pandang lain dan anda mungkin tahu.
Ketika ada orang menyatakan semua agama sama, apa yang anda pikirkan? Apakah itu berarti secara keseluruhan semua agama sama, atau setiap apa saja yang berasal dari agama yang satu sama dengan yang berasal dari agama lain?. Jawabnya jelas tidak karena jika iya maka itu berarti semua agama itu sebenarnya cuma satu. Ya samalah kan sama-sama agama, sama kok kan semua agama mengajarkan yang baik, ooooh sama kan semuanya berasal dari Tuhan, hmmm…… sama tapi lebih tepatnya mungkin karena semua agama menuju Tuhan, ho ho ho benar semuanya sama-sama diberhalakan pemeluknya. Begitu bermacam-macam pikirannya, tentu anda bisa menambahkan yang lain. Tapi coba lihat semua pikiran itu selalu menampilkan alasan, sama kan begini…., sama karena begitu….atau semuanya sama-sama begini begitu…..


Ada alasan, selalu ada lihat baik-baik, pernyataan semua agama sama membutuhkan alasan untuk menegaskan dimana letak kesamaannya. Singkatnya pernyataan tersebut bersifat parsial. Ini yang harus dipahami. Kenapa seperti ini? He he he jawabannya karena nyatanya semua agama tidak sama. Apa buktinya? Ah anda bercanda masa’ yang begini butuh dibuktikan sederhanalah karena semua orang yang mengaku beragama hanya menganut satu agama dari sekian banyak agama. Itu menunjukkan bahwa mereka tidak berpikiran bahwa semua agama sama, rasanya aneh kalau orang beragama hanya karena sekedar memilih, saya pilih ini ya kamu yang itu aja kan yang ini udah banyak pemeluknya ntar kacian kalau gak ada yang milih toh semua agama sama saja. Alah ribet, secara real semua agama itu berbeda ajarannya, iya kan. Jadi pernyataan semua agama tidak sama bersifat keseluruhan atau totalitas.


Apa sih pentingnya ini? Bagi saya tidak penting karena saya tahu letak ketidakpentingannya. Bagi yang tidak tahu ini jelas penting supaya tahu dimana letak kepentingannya. Kata-kata semua agama sama telah akan dipersepsikan sebagai pernyataan yang menunjukan pluralisme agama. Pluralisme agama merupakan hal yang real dalam arti saya toh memang agama ada banyak. Tetapi masalahnya sebagian orang mempersepsi pluralisme agama sebagai paham yang berarti semua agama benar. Nah anda lihat ini letak kepentingannya. Semua agama sama dianggap pluralisme agama yang berarti semua agama benar, makanya sebagian orang tersebut rada risih mendengar kata-kata yang tak termaafkan semua agama sama.


Sekarang dimana letak ketidakpentingannya? Ho ho ho anda yang cerdas pasti sudah tahu, penarikan kesimpulan itu tidak valid. semua agama sama dianggap pluralisme agama adalah sebuah asumsi. Pluralisme agama berarti semua agama benar adalah asumsi yang lain. Silogisme kedua asumsi tersebut jadinya semua agama sama berarti semua agama benar. Premis ini juga asumsi, tetapi asumsi yang membuat risih sebagian orang para penegak kebenaran.


Mari kita lihat apakah asumsi semua agama sama maka semua agama benar adalah benar. Jawabannya tidak karena dari awal kita sudah menunjukan bahwa pernyataan semua agama sama bersifat parsial yaitu hanya menunjukkan bahwa agama-agama tersebut memiliki beberapa persamaan. Dan apakah karena ada persamaannya maka semuanya bisa menjadi benar, jelas tidak kan gak ada hubungannya. Kalau masih dipaksa juga maka itu berarti syarat kebenaran agama itu terletak pada persamannya, padahal persamaannya itu kan tergantung persepsi orang. Semua manusia sama maka semua manusia benar atau Saya dan anda sama-sama punya rambut maka saya dan anda sama-sama pintar. Syarat pintar adalah punya rambut. Konyol sekali.
Kesimpulannya jika ada yang berkata semua agama sama, dia hanya menunjukkan salah satu kesamaan dari banyaknya agama yang kenyataannya berbeda. Kemudian jika ada orang yang mengkritik bahwa pernyataan semua agama sama tersebut tidak benar atau menyatakan bahwa orang yang berkata itu penganut pluralisme agama, maka anda harus menyikapinya dengan bijak. Apa yang perlu ditakutkan, itu kan biasa-biasa saja. Kalau seandainya orang yang berkata semua agama sama itu ingin menunjukkan bahwa semua agama benar hanya dari kata semua agama sama maka ini jelas tidak benar. Atau sebaliknya jika ada mereka yang berlebihan mengkritik orang yang berkata semua agama sama sebagai penganut pluralisme agama. Sepertinya mereka yang mengkritik itu menganut paham bahwa pluralisme agama itu sebagai semua agama benar maka anda tidak usah menghiraukan kritik mereka itu, kenapa?.

Karena tidak penting lha dasar pikirannya aja beda dan sudah kita lihat tidak valid. Tidak penting karena apa yang mereka kritik itu adalah persepsi orang yang sifatnya parsial dan sah-sah saja. Masa’ mencari kesamaan saja mesti dikritik atau ditandai dengan label “hati-hati” kan gak etis, menurut saya tentunya.
Nabi-nabi itu dan setan adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, nah siapa yang mau berbuat konyol memberikan label “hati-hati” pada orang yang berkata begitu. Ada ya  kalau ya itu konyol dan aneh sekali. Salam damai.

32 Tanggapan

  1. waduh
    *gelar tikar dulu setelah dari dana kesini kena gini lagi*
    bentar ya mas saya baca teliti dulu nih kayaknya berat banget oi…..

  2. SATU TUHAN SATU AGAMA

    Dalam forum Dialog antariman di Hotel Sahid Jaya, Alwi Shihab mengatakan bahwa banyaknya agama di dunia ini merupakan kehendak Allah semata, seperti tersirat dalam surat Al Hajj/22:40: “… kalau tidak karena perlindungan Alh kepada manusia antara sebagian mereka dengan sebagian yang lain, niscaya sudah dirunttuhkan biara-biara, gereja-gereja, sinagog-­sinagog, dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah …”. Tujuan penciptaan agama yang beragam itu, kata Alwi seraya mengutip surat Al Maidah/5:48 [Jika Allah mengendaki maka akan menjadikan umat ini satu ….] agar manusia bebas berlomba-lomba dalam kebaikan sesuai ajaran dan jalan terang (syirat atau manhaj) yang mereka pegang, dan dari situlah Allah bisa mencatat siapa saja manusia terbaik di atas dunia ini (Tekad, 8-14 Nopember 1999).

    Pernyataan Alwi Shihab tersebut, tentu saja aneh. Pertama, jika benar semua agama itu ciptaan Tuhan, mengapa ajaran-ajaran agama itu berbeda bahkan bertentangan. Misalnya, ajaran Katolik melarang keras perceraian sementara Islam membolehkannya. Ada konsep kasta-kasta di Hindu, sementara Islam mengajarkan kesederajatan. Lebih aneh lagi ketika Tuhan berbicara tentang dirinya pada berbagai agama yang diciptakannya itu dalam wujud yang berbeda-beda. Pada Hindu Tuhan berwajah Trimurti, pada Kristen Trinitas, dan pada Islam Tuhan itu Ahad. Betapa Tuhan sangat hipokrit! Tuhan punya banyak muka?

    Kedua, bukankah secara akademis, telah disepakati adanya dua penggolongan agama, yaitu agama samawi (langit), agama yang diturunkan Tuhan, dan agama tabiy (ardhi/bumi), agama ciptaan manusia (budaya). Dalam kategori ini, Yahudi, Nasrani, dan Islam masuk kelompok agama langit, sedangkan selebihnya Hindu, Budha, Konghucu, dan sebagainya adalah agama bumi. Jadi jelaslah bahwa tidak semua agama berasal dari Tuhan.

    Jika yang dimaksud agama-agama oleh Alwi Shihab, adalah tiga agama langit di atas, tentu perlu penjelasan yang utuh. Bukankah dua diantara agama-agama itu telah mengalami perubahan radikal lewat proses campur tangan manusia. Jika demikian masihkah dapat dikatakan sebagai agama ciptaan Tuhan? Di sinilah letak keanehan pendapat yang mengatakan bahwa agama-agama yang ada di dunia ini semua berasal dari Tuhan. Lantas bagaimana sebenarnya? Yang logis adalah Tuhan Esa hanya menurunkan satu agama. Dan agama itu adalah agama yang mengajarkan tauhid.

    Dan 25 Rasul yang diutus Allah, tidak ada satu pun yang mengajarkan konsep ketuhanan selain konsep tauhid. Ini dapat kita lihat misalnya dari seruan mereka: “Hai kaumku, mengabdilah kalian hanya kepada Allah, (sebab) tidak ada Tuhan bagi kalian selain Dia!” [Nuh: Al A’raf/7:59; Hud: Al A’raf/7: 66, Hud/11:50; Shaleh: Al A’raf/7:73, Hud/11:61; Syu’aib: Al A’raf: 65, Hud/11:841. Seruan seeupa juga dilakukan Isa (Ali Imran/3:50-51).

    Ajaran para rasul yang hanya menuhankan Allah itu, di kesempatan lain disebut sebagai ajaran Islam. Maka berkali-kali Allah menegaskan bahwa para rasul itu adalah seorang muslim [Ibrahlm (Ali Imran/3:67, AI An’am/6:121-123), Ismail, Ishaq, Ya’kub (A1 Baqarah/2:130-135), Isa dan pengikut setianya (Ali Imran/3:52, A1 Maidah/5:111)].

    Dengan demikian menjadi jelas bahwa dari zaman ke zaman Allah hanya menurunkan satu agama, yaitu agama tauhid. Agama tauhid itu memiliki ciri utama ketundukan dan kepasrahan hanya kepada Allah, Tuhan Esa. Oleh karena itu agama itu disebut Islam (dari kata aslama, menyerahkan diri).

    Agama tauhid ini secara estafet diturunkan dari satu rasul ke rasul lainnya; ditutup dan disempurnakan saat kerasulan Nabi Muhammad saw (Al Ahzab/33:4G). Jika pada kerasulan sebelum Muhammad saw, agama ini bersifat lokal (misalnya Hud bagi kaum Ad, Shaleh bagi kaum Samud, Luth untuk kaum Madyan, Musa untuk bani Israel [Bani Israel/17:2]), karena itu mungkin sekali punya nama lokal, misalnya Nasrani [berasal dari kata Nazareth, nama tempat asal kelahiran Isa], maka setelah kerasulan Muhammad saw, agama Islam bersifat universal (An Saba’/34:28) dan bahkan rahmatanlilalamin (Al Anbiya’/21:107).

    Diantara masa-masa itu, agama tauhid (Islam) pernah diselewengkan oleh umatnya, diantaranya di era Yahudi (Al Maidah/5:41, An Nisa/4:46) dan Nasrani. Penyelewengan terberat adalah perubahan konsep ketuhanan monoteisme menjadi politeisme. Atas penyelewengan ini, Al Qur’an memberikan koreksi; misalnya surat AI Maidah/5: 72-75 adalah bantahan terhadap ajaran Trinitas. Jadi sebenarnya telah tamatlah Islam era Yahudi atau Nasrani setelah diutusnya Muhammad saw.

    Jadi, memang Yahudi, Nasrani, dan Islam sebenarnya adalah agama-agama Allah. Tapi tiga itu bukan tiga melainkan satu yakni keseluruhan ajaran tauhid yang secara estafet dibawa rasul-rasul. Dan ingat, bukan Yahudi atau Nasrani yang sekarang.

    Meskipun Allah menurunkan Islam sebagai satu-satunya agama, tetapi Allah tidak “ngotot” agar seluruh manusia memeluk Islam (AI Baqarah/’2:256), sekalipun dengan kekuasaan mutlaknya, Allah mampu melakukan itu (Al Maidah/5:48). Ternyata Allah justru memberi kebebasan kepada manusia untuk berkreasi “menciptakan” agama, bahkan Tuhan, baru [apakah ini yang disebut kehendak Allah oleh Alwi Shihab; memang secara hakiki semua yang terjadi, termasuk perbuatan manusia, adalah kehendak Allah; jadi Allah juga berkuasa berkehendak untuk melindungi tempat ibadah agama-agama]. Agama-agama ciptaan manusia itu diberi hak hidup, dan pemeluknya juga bebas menjajankan segala ritualnya. Hanya saja agama Allah tidak boleh disamarkan atau dicampur-adukkan dengan agama ciptaan manusia. Itulah pesan penting surat Al Kafirun/109:1-6.

    Islam, dengan demikian, menghargai sepenuhnya keberadaan agama-agama lain sekaligus siap “berkompetisi” secara fair untuk membuktikan mana yang terbaik. Persoalannya, adakah yang lebih baik dari ciptaan Allah.

  3. Ahahahaha… baca judulnya langsung ingat entry nya Mas Dana. Ya, tiap orang memang boleh-boleh aja berbeda pandangan. 🙂

    btw, Bharma, masukan nih, dikasi jarak antar paragraf kayanya bisa jadi lebih enak dibaca… ^^

  4. @ Toni
    wah panjang Mas
    terimakasih ulasannya
    salam kenal

    @ Mbak Hiruta
    terimaksih masukannya Mbak
    ntar kalau nulis lagi bakal dikasih jarak 🙂

  5. Hmmmm menarik juga melihat pendapat dari sudut pandang yang lain.
    Mengapa masalah seperti ini (persamaan atau perbedaan agama) sering diributkan didiskusikan?
    Kalau saya pribadi sich “bagiku agamaku dan bagimu agamamu”…
    *****
    Tapi boleh sedikit ikut nimbrung kan?
    Seperti biasa..saya akan memakai gaya saya….analogi matematika saja…

    Ini murni pendapat pribadi saya tanpa merujuk pada pendapat orang lain…jadi silakan dikoreksi jika salah…
    Saya ingin menganalogikan agama dengan segitiga (kebetulan segitiga sering digunakan sebagai lambang religi..seperti lingkaran sbg lambang sex dan segiempat sebagai lambang ilmu pengetahuan)…

    Dalam matematika ada istilah “sebangun” dan “kongruen”…
    Sebangun adalah sama bentuk (yang lebih mengacu pada sudut) sedangkan kongruen adalah sama bentuk dan ukuran (sudut dan ukuran sisi)…
    Sebelumnya saya definisikan:
    1. Sudut mewakili unsur-unsur dalam agama yang bersifat UMUM: sesembahan, adanya ritual penyembahan, aturan lain
    2. Sisi mewakili hal-hal KHUSUS dari unsur: jumlah sesembahan, cara penyembahan dan aturan rinci lainnya

    Menurut saya semua agama adalah sebangun karena secara UMUM semua agama dibangun/dibentuk oleh unsur-unsur yang sama (silakan lihat definisi sudut)

    Tetapi semua agama tidaklah kongruen karena setiap agama memiliki aturan KHUSUS yang berbeda.

    ***BTW kok jadi terpikirkan untuk mengembangkan komentar ini jadi bentuk postingan ya :mrgreen:

  6. @ Pak De
    wah menarik tuh saya tunggu ya postingannya
    tapi saya pikir dulu
    ada yg ganjel rasanya
    takutnya saya yg salah paham
    🙂

  7. […] menulis tentang agama, tetapi lagi-lagi saya tertarik untuk mendaur ulang komentar saya sendiri di sini. Sering saya membaca tulisan tentang agama di tempat saudara saya yang ini, ini, ini, ini dan […]

  8. Wah..sudah lama aq ga buka wordpressmu bharma… numpang isi komen ya..

    Semua agama yang dibawa Nabi/rasul Allah adalah Islam. Ini berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis. Yang membedakan agama-agama tersebut hanyalah syariatnya akan tetapi dari syariat tersebut banyak miripnya. Ya jelas karena semuanya dari Tuhan yang sama. Agama Adam adalah Islam, agama Ibrahim adalah islam, Agama Yahudi adalah Islam, agama Nasrani juga Islam, dan agama-agama yang dibawa para nabi dan rasul adalah islam. Setiap nabi/rasul membawa agama yang sama yaitu islam karena semua agama tsb berasal dari Tuhan yang sama. Semua agama yang dibawa para nabi tsb mempunyai misi yang sama yaitu menuhankan hanya Allah saja (membawa konsep monotheisme yang murni). Lantas kenapa ada paham trinitas? trimurti? dan lain-lain. Hal ini karena manusia sudah mengubah agama tersebut. Kitab-kitab suci yang dibawa para nabi sudah diubah oleh tangan-tangan manusia. Hanya Al-Qur’an yang dijamin Allah akan tetap terjaga keotentikannya. Alah berfirman : “Kamilah yang telah menurunkan Al-Qur’an dan Kami juga yang memeliharanya…”. Perbuatan manusia yang telah merubah isi kitab suci inilah yang menyebabkan perbedaan dalam konsep ketuhanan, konsep hari kemudian, dan beberapa syariat yang berbeda misalnya masalah perceraian seperti yang dicontohkan pak Toni di atas.

    Bagaimana dengan agama Hindu, Budha, Zoroaster dan agama-agama ardhi (bumi) lainnya? Apakah memang benar agama tsb bukan dari Allah dan bukan dibawa oleh nabi?
    Allah berfirman : “Kami mengutus kepada setiap umat rasul…”
    Setiap umat sudah dikirim oleh Allah rasul. Seperti yang kita ketahui melalui hadis bahwa nabi Allah ada ratusan ribu (kalo g salah 300.000) dan rasul ada 300an, yang didalam Qur’an dijelaskan bahwasanya tidak semua nabi dan rasul tsb nama dan ceritanya dicantumkan di dalam Al-Qur’an. Sebagian diceritakan dan sebagian lagi tidak. Mungkinkah Sidharta Gautama juga adalah Rasul? Krisna adalah Rasul? Aristoteles adalah Rasul?
    Saya pernah membawa artikel dari internet bahwa umat-umat Hindu, Budha, Zoroaster juga dapat dikatakan Ahlul Kitab. Dalam artikelnya tsb dikatakan bahwa Al-Baghdadi (seorang ulama islam jaman doeloe dari Baghdad) dalam bukunya Firaq bayna Firaq menjelaskan bahwa pemeluk agama Zoroaster juga disebut Ahlul kitab. Juga disebutkan dalam artikel tsb bahwa Syech Muhammad Abduh dalam Tafsirnya Al-Manar katanya Hindu dan Budha dikatakan Ahlul Kitab…

    waduh…udah hampir masuk zuhur nih..
    Ntar nyambung lagi komen ini..yaitu masalah ketuhanan agama ardhi dan lain-lain.. MAsih banyak sambungan komen ini..Mau sholat dulu…

    Permisi….

  9. Nyambung lagi…

    Wallahu a’lam apakah memang benar bahwa di dalam tafsir Al-Manar dan Firaq bayna firaq tercantum seperti itu. Kata penulis artikel tsb menjelaskan, alasan kenapa di dalam Al-Qur’an tidak disebutkan nama agama Zoroaster (agama lokal mayoritas Iran zaman dulu, dan saat islam ada agama itu sudah dikenal) sebagai ahlul kitab adalah karena agama tsb minoritas, jadi bukan berati dengan tidak disebutkannya agama zoroaster dalam Qur’an menunjukkan mereka bukan ahlul kitab… lagi-lagi ini hanyalah spekulasi penulis tsb. Intinya penulis tsb mengatakan tidak tepat penggunaan kata ‘agama Ardhi’ krn agama tsb juga agama Samawi (memiliki kitab suci dan nabi)

    Banyak yang mengira agama ardhi politheisme. Tapi tidak demikian dengan umat yang dikatakan beragama politheisme tsb. Misalnya, seorang Hindu sangat menolak jika dikatakan agamanya politheisme. Bagi mereka itu hanyalah sebuatan dari sarjana Barat untuk agama mereka. Walaupun mereka menyembah dewa, namun bagi mereka dewa tsb bukanlah Tuhan itu sendiri. Dewa-dewi tsb ada dibawah kekuasaan Tuhan Yang Esa yaitu Hyang Sang Widhi Wasa atau Brahma. Dewa adalah mahkhluk suci dan supernatural, penghubung dengan Tuhan yang Esa. Dewa berasal dari kata ‘div’ yang artinya sinar atau cahaya. Pengertian dewa-dewi bagi agama ardhi serupa dengan malaikat bagi agama samawi/semit. Bagi mereka dewa-dewi adalah manifestasi Tuhan yang Esa untuk mengatur manusia. Memang tidak dapat dipungkiri dalam kitab Weda/Veda bahwa disebutkan banyak dewa-dewi dan sepertinya dewa-dewi tsb adalah Tuhan, sangat jelas politheismenya. Akan tetapi Agama Hindu telah banyak mengalami perubahan setelah agama Budha berkembang. Setelah Budhisme berkembang, penafsiran Veda ttg dewa-dewi berubah dan jumlah dewa-dewa menjadi berkurang bahkan menyatu dalam konsep Trumurti (Brahma, Siva dan Wishnu) dimana bagi Hindu aliran Vedanta Brahma-lah yang teringgi dan menguasi seluruh dewa-dewi. Kitab-kitab Veda telah jarang dipakai dan sukar diperoleh. Mereka banyak memakai kitab-kitab yang baru yang ada setelah agama Budha mulai berkembang yaitu Baghavad Gita (isinya banyak syair-syair Krisna kepada Tuhan) Upanishad, Purana dan lain-lain. Banyak pemikir berkata agama Hindu setelah agama Budha mulai berkembang berubah dari politheisme menjadi monisme. Memang sangat disayangkan, mereka selain menyembah Tuhan Yang Esa juga menyembah selainnya yaitu para malaikat. Ini dapat dikatakan MUSYRIK dalam beribadah padaNya. Akan tetapi, ada aliran Hindu berfilsafat Vedanta (ada di India) yang tidak terlau peduli isi kitab sucinya pada yang mengarah pada politheisme. Mereka mahfum krn kitab suci tsb juga ada campur tangan manusia dan kultur zaman tsb. Aliran vedanta enggan untuk menyembah dewa-dewi dan beribadah kepada Brahma saja.

    dalam kitab Purana :
    Ayat 5 Bhavishya Purana, Prati Sarg Bahagian III:3,3
    “Seorang Malechha (dari negara asing dan bertutur dalam bahasa asing) yang merupakan guru kerohanian akan muncul bersama-sama sahabat-sahabatnya. Namanya adalah Mahamad…
    Dalam kitab Purana ini jelas bahwa akan ada seorang Nabi bernama Muhammad dari Mekkah. Tidak ada yang mampu membuat ramalan seperti kecuali seorang nabi/rasul? Bukankah setiap rasul pasti akan menceritakan umatnya bahwa akan nabi akhir zaman, nabi yang terakhir ? Di dalam pejanjian lama pun bahkan masih ada jejak-jejak yang mengatakan akan ada Nabi lagi setelah Yesus (Isa a.s).

    Menurut saya, mengambil contoh dari agama Hindu diatas, agama-agama yang dikatakan Ardhi sekarang mungkin juga agama Samawi. Adapun konsep-konsep yang tidak sesuai dengan Tauhid murni dan islam hanyalah krn ada campur tangan manusia dan kebudayaan zaman tsb dimana pemikiran manusianya sangat primitif dan sederhana, misalnya trimurti, penyembahan thd patung sbg sarana menyembah Tuhan, reinkarnasi, lingkaran Samsara, meminta kepada dewa-dewi, sistem kasta dan lain-lain.

    Saya tidak menganggap semua agama benar. Tapi saya menganggap semua agama tsb mempuyai akar yang sama. Ulah manusia-lah yang telah membuatnya berbeda. Dan Islam yang dibawa Muhammad SAW-lah agama yang terpelihara.

    Qur’an 35:24
    Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.

    Qur’an 16:36
    Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada tiap-tiap umat (untuk menyeru): “Sembahlah Allah (sahaja) dan jauhilah tuhan-tuhan yang palsu itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan hatinya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

    Qur’an 4:164
    Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.

    Wallahu’alam bishowab
    Kebenaran Mutlak hanyalah dari Allah

  10. @ Ja’far
    wah seperti biasa panjang
    tetapi saya baca kok
    nah kemungkinan seperti itu bisa saja ada
    tulisan di atas jelas gambaran umum tentang agama-agama
    🙂 Mengenai Hindu dan Budha saya berdiam diri dahulu berusaha untuk memikirkan lebih lanjut. terimakasih masukannya

  11. Hem.. mantap gini pembahasannya. 😀

  12. @ Danalingga
    Wah terimakasih Mas 🙂

  13. yang penting damai… oke??? hehehe
    salam kenal 🙂

  14. @ Anker
    Salam damai Mas
    Salam kenal juga 😀

  15. setuju ama deking deh

  16. @ funkshit
    sebenarnya saya gak terlalu beda dengan Pak De
    mungkin bahasanya yang beda
    Salam kenal 😀

  17. @ secondprince,
    Saya sangat setuju bahwa “Nyatanya Semua Agama Tidak Sama”.

    Ini artikel yang menarik sekali tentang penggolongan agama. Ini situsnya: http://religi.wordpress.com/2007/03/16/agama-langit-dan-agama-bumi/

    AGAMA LANGIT DAN AGAMA BUMI

    Ada berbagai cara menggolongkan agama-agama dunia. Ernst Trults seorang teolog Kristen menggolongkan agama-agama secara vertikal: pada lapisan paling bawah adalah agama-agama suku, pada lapisan kedua adalah agama hukum seperti agama Yahudi dan Islam; pada lapisan ketiga, paling atas adalah agama-agama pembebasan, yaitu Hindu, Buddha dan karena Ernst Trults adalah seorang Kristen, maka agama Kristen adalah puncak dari agama-agama pembebasan ini.

    Ram Swarup, seorang intelektual Hindu dalam bukunya; “Hindu View of Christianity and Islam” menggolongkan agama menjadi agama-agama kenabian (Yahudi, Kristen dan Islam) dan agama-agama spiritualitas Yoga (Hindu dan Buddha) dan mengatakan bahwa agama-agama kenabian bersifat legal dan dogmatik dan dangkal secara spiritual, penuh klaim kebenaran dan yang membawa konflik sepanjang sejarah. Sebaliknya agama-agama Spiritualitas Yoga kaya dan dalam secara spiritualitas dan membawa kedamaian.

    Ada yang menggolongkan agama-agama berdasarkan wilayah dimana agama-agama itu lahir, seperti agama Semitik atau rumpun Yahudi sekarang disebut juga Abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama-agama Timur (Hindu, Buddha, Jain, Sikh, Tao, Kong Hu Cu, Sinto).

    Ada pula yang menggolongkan agama sebagai agama langit (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama bumi (Hindu, Buddha, dll.) Penggolongan ini paling disukai oleh orang-orang Kristen dan Islam, karena secara implisit mengandung makna tinggi rendah, yang satu datang dari langit, agama wahyu, buatan Tuhan, yang lain lahir di bumi, buatan manusia. Penggolongan ini akan dibahas secara singkat di bawah ini.

    Agama bumi dan agama langit.

    Dr. H.M. Rasjidi, dalam bab Ketiga bukunya “Empat Kuliyah Agama Islam Untuk Perguruan tinggi” membagi agama-agama ke dalam dua kategori besar, yaitu agama-agama alamiah dan agama-agama samawi. Agama alamiah adalah agama budaya, agama buatan manusia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Hindu dan Budha. Mengenai agama Hindu Rasjidi mengutip seorang teolog Kristen, Dr. Harun Hadiwiyono, Rektor Sekolah Tinggi Theologia “Duta Wacana” di Yogyakarta sebagai berikut:

    “Sebenarnya agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu sebenarnya adalah satu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi jaman sejak kira-kira 1500 S.M hingga jaman sekarang. Dalam perjalanannya sepanjang abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil berobah dan terbagi-bagi, sehingga agama ini memiliki ciri yang bermacam-macam, yang oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan, tetapi kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali. Berhubung karena itu maka Govinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu sesungguhnya adalah satu proses antropologis, yang hanya karena nasib baik yang ironis saja diberi nama agama.” 1)

    Samawi artinya langit. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk di kursinya di langit ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam bab Keempat dengan judul “Agama Islam adalah Agama Samawi Terakhir” Rasjidi dengan jelas menunjukkan atau menempatkan Islam sebagai puncak dari agama langit. Hal ini dapat dipahami karena Rasjidi bukan saja seorang guru besar tentang Islam, tetapi juga seorang Muslim yang saleh.

    Bahkan dengan doktrin mansukh, pembatalan, para teolog dan ahli fikih Islam mengklaim, Qur’an sebagai wahyu terakhir telah membatalkan kitab-kitab suci agama-agama sebelumnya (Torah dan Injil).

    Bila Tuhan yang diyakini oleh ketiga agama bersaudara ini adalah satu dan sama, pandangan para teolog Islam adalah logis. Tetapi disini timbul pertanyaan, apakah Tuhan menulis bukunya seperti seorang mahasiswa menulis thesis? Sedikit demi sedikit sesuai dengan informasi yang dikumpulkannya, melalui percobaan dan kesalahan, perbaikan, penambahan pengurangan, buku itu disusun dan disempurnakan secara perlahan-lahan?

    Tetapi ketiga agama ini tidak memuja Tuhan yang satu dan sama. Masing-masing Tuhan ketiga agama ini memiliki asal-usul yang berbeda dan karakter yang berbeda. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel oleh Musa. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal. Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad. Jadi Yahweh, Trinitas dan Allah adalah tuhan-tuhan yang dibuat manusia. 2) (Lihat Karen Amstrong: A History of God).

    Dan karakter dari masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya.

    Jadi jelaslah di langit-langit suci agama-agama rumpun Yahudi ini terdapat lima oknum Tuhan yang berbeda-beda, yaitu Yahweh, Trinitas (Roh Kudus, Allah Bapa dan Tuhan Anak atau Jesus) dan Allah Islam. Masing-masing dengan ribuan malaikat dan jinnya.

    Pengakuan terhadap Tuhan yang berbeda-beda tampaknya bisa menyelesaikan masalah soal pembatalan kitab-kitab atau agama-agama sebelumnya oleh agama-agama kemudian atau agama terakhir. Masing-masing Tuhan ini memang menurunkan wahyu yang berbeda, yang hanya berlaku bagi para pengikutnya saja. Satu ajaran atau satu kitab suci tidak perlu membatalkan kitab suci yang lain.

    Tetapi disini timbul masalah lagi. Bagaimana kedudukan bagian-bagian dari Perjanjian Lama yang diterima atau diambil oleh Perjanjian Baru? Bagaimana kedudukan bagian-bagian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdapat di dalam Al-Qur’an? Apakah bagian-bagian itu dipinjam dari Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain, yang ada belakangan? Atau persamaan itu hanya kebetulan? Ataukah para penulis kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab terdahulu?

    Pembagian agama menjadi agama bumi dan agama langit, dari sudut pandang Hindu sebenarnya tidak menjadi masalah. Ini terkait dengan konsep ketuhanan dari masing-masing agama. Agama-agama Abrahamik atau Rumpun Yahudi (nama yang lebih tepat daripada “agama langit”) memandang Tuhan sebagai sosok berpribadi, seperti manusia, yang berdiam di langit (ke tujuh) duduk di atas kursinya, yang dipikul oleh para malaikat. Dari kursinya di langit itu Dia melakukan segala urusan, termasuk antara lain, tetapi tidak terbatas pada, mengatur terbit dan tenggelannya matahari, “menurunkan” wahyu dan lain sebagainya. Dari segi ini benarlah sebutan “agama langit” itu, karena ajarannya diturunkan oleh Tuhannya yang bermukim nun jauh di langit.

    Dalam pandangan agama Hindu, Tuhan bersifat panteistik, yang melingkupi ciptaan (imanen) dan sekaligus di luar ciptaannya (transenden). Menurut pandangan Hindu Tuhan tidak saja lebih besar dari ciptaannya, tetapi juga dekat dengan ciptaannya. Kalau Tuhan hanya ada di satu tempat di langit ketujuh, berarti Ia ada di satu noktah kecil di dalam ciptaannya. Oleh karena itu Dia tidak Mahabesar. Agak mirip dengan pengertian ini, di dalam agama Hindu, dikenal ajaran tentang Avatara, yaitu Tuhan yang menjelma menjadi mahluk, yang lahir dan hidup di bumi – seperti Rama dan Krishna – menyampaikan ajarannya di bumi langsung kepada manusia tanpa perantara.

    Dari segi ini, dikotomi agama langit dan agama bumi tidak ada masalah. Baru menjadi masalah ketika “truth claim” yang menyertai dikotomi ini. Bahwa agama langit lebih tinggi kedudukannya dari agama bumi; karena agama-agama langit sepenuhnya merupakan bikinan Tuhan, yang tentu saja lebih mulia, lebih benar dari agama-agama bumi yang hanya buatan manusia dan bahwa oleh karenanya kebenaran dan keselamatan hanya ada pada mereka. Sedangkan agama-agama lain di luar mereka adalah palsu dan sesat.

    Pandangan “supremasis” ini membawa serta sikap “triumpalis”, yaitu bahwa agama-agama yang memonopoli kebenaran Tuhan ini harus menjadikan setiap orang sebagai pengikutnya, menjadikan agamanya satu-satunya agama bagi seluruh umat manusia, dengan cara apapun. Di masa lalu “cara apapun” itu berarti kekerasan, perang, penaklukkan, penjarahan, pemerkosaan dan perbudakan atas nama agama.

    Masalah wahyu

    Apakah wahyu? Wahyu adalah kata-kata Tuhan yang disampaikan kepada umat manusia melalui perantara yang disebut nabi, rasul, prophet. Bagaimana proses penyampaian itu? Bisa disampaikan secara langsung, Tuhan langsung berbicara kepada para perantara itu, atau satu perantara lain, seorang malaikat menyampaikan kepada para nabi; atau melalui inspirasi kepada para penulis kitab suci. Demikian pendapat para pengikut agama-agama rumpun Yahudi.

    Benarkah kitab-kitab agama Yahudi, Kristen dan Islam, sepenuhnya merupakan wahyu Tuhan? Bila benar bahwa kitab-kitab ini sepenuhnya wahyu Tuhan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna, maka kitab-kitab ini sepenuhnya sempurna bebas dari kesalahan sekecil apapun. Tetapi Studi kritis terhadap kitab-kitab suci agama-agama Abrahamik menemukan berbagai kesalahan, baik mengenai fakta yang diungkapkan, yang kemudian disebut ilmu pengetahun maupun tata bahasa. Berikut adalah beberapa contoh.

    Pertama, kesalahan mengenai fakta.

    Kitab-suci kitab-suci agama ini, menyatakan bumi ini datar seperti tikar, dan tidak stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan memasang tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataannya bumi ini bulat seperti bola. Dan sekalipun ada banyak gunung, lebih dari tujuh, bumi tetap saja bergoyang, karena gempat.

    Kedua, kontradiksi-kontradiksi.

    Banyak terdapat kontradiksi-kontradiksi intra maupun antar kitab suci-kitab suci agama-agama ini. Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan sebagai bukti ketaatannya kepada Tuhan (Yahweh atau Allah). Bible mengatakan yang hendak dikorbankan adalah Isak, anak Abraham dengan Sarah, istrinya yang sesama Yahudi. Sedangkan Qur’an mengatakan bukan Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin dengan Hagar, budak Ibrahim yang asal Mesir

    Contoh lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan (Putra), sedangkan Al-Qur’an menganggap Jesus (Isa) hanya sebagai nabi, dan bukan pula nabi terakhir yang menyempurnakan wahyu Tuhan.

    Ketiga, kesalahan struktur kalimat atau tata bahasa.

    Di dalam kitab-kitab suci ini terdapat doa-doa, kisah-kisah, berita-berita tentang kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis oleh seseorang (wartawan) atas seseorang yang lain (dari obyek berita, dalam hal ini Tuhan). Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai “Aku, Kami, Dia, atau nama-namanya sendiri, seperti Allah, Yahweh, dll”. Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan Dia, kata ganti ketiga? Kata-kata atau kalimat-kalimat pejoratif seperti Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui ini pastilah dibuat oleh manusia, sebab mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri.

    Keempat, ajaran tentang kekerasan dan kebencian.

    Di dalam kitab-suci kitab-suci agama-agama langit ini banyak terdapat ajaran-ajaran tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena kebangsaan maupun keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian terhadap orang Mesir, Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru terdapat ajaran kebencian terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat kebencian terhadap orang-orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama-agama lain yang dicap kafir secara sepihak. Pertanyaan atas soal ini, betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah akhirnya ajaran-ajaran kebencian ini menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?

    Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang menurunkan wahyu kebencian dan kekerasan semacam itu? Di dalam agama Hindu kebencian dan kekerasan adalah sifat-sifat para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau syaitan).

    Di samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak meminjam dogma dari agama-agama lain, bahkan dari komunitas yang mereka sebut penyembah berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang eskatologi seperti hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan terakhir dipinjam oleh agama Yahudi dari agama Zoroaster Persia, lalu diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda tentang penciptaan Adam dipinjam dari leganda tentang penciptaan Promotheus dalam agama Yunani kuno. Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran dari agama-agama atau tradisi buatan manusia?

    Swami Dayananda Saraswati (1824-1883), pendiri Arya Samaj, sebuah gerakan pembaruan Hindu, dalam bukunya Satyarth Prakash (Cahaya Kebenaran) membahas Al Kitab dan AI-Qur’an masing-masing di dalam bab XI II dan XIV, dan sampai kepada kesimpulan yang negatif mengenai kedua kitab suci ini. Bahwa kedua kitab suci ini mengandung hal-hal yang patut dikutuk karena mengajarkan kekerasan, ketahyulan dan kesalahan. Ia meningkatkan penderitaan ras manusia dengan membuat manusia menjadi binatang buas, dan mengganggu kedamaian dunia dengan mempropagandakan perang dan dengan menanam bibit perselisihan.

    Apa yang dilakukan oleh Swami Dayananda Saraswati adalah kounter kritik terhadap agama lain atas penghinaan terhadap Hindu yang dilakukan sejak berabad-abad sebelumnya oleh para teolog dan penyebar agama lainnya.

    Kesimpulan.

    Tidak ada kriteria yang disepakati bersama di dalam penggolongan agama-agama. Setiap orang membuat kriterianya sendiri secara semena-mena untuk tujuan meninggikan agamanya dan merendahkan agama orang lain. Hal ini sangat kentara di dalam agama-agama missi yang agresif seperti Kristen dan Islam dimana segala sesuatu dimaksudkan sebagai senjata psikologis bagi upaya-upaya konversi dan proselitasi mereka.

    Di samping itu tidak ada saksi dan bukti untuk memverifikasi dan memfalsifikasi apakah isi suatu kitab suci betul-betul wahyu dari Tuhan atau bukan? Yang dapat dikaji secara obyektif adalah isi atau ajaran yang dikandung kitab suci-kitab suci itu apakah ia sesuai dengan dan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, kebaikan hati atau mengajarkan kebencian dan kekerasan?

    Penggolongan agama-agama menjadi agama langit dan agama bumi, jelas menunjukkan sikap arogansi, sikap merendahkan pihak lain, dan bahkan sikap kebencian yang akhirnya menimbulkan kekerasan bagi pihak yang dipandangnya sesat, menjijikan dan tidak bernilai. Di lain pihak penggolongan ini menimbulkan rasa tersinggung, kemarahan, dan akhirnya kebencian. Bila kebencian bertemu kebencian, hasilnya adalah kekerasan.

    Melihat berbagai cacat dari kitab suci-kitab suci mereka, khususnya ajarannya yang penuh kebencian dan kekerasan, maka isi kitab suci itu tidak datang dari Tuhan, tetapi dari manusia yang belum tercerahkan, apalagi Tuhan-Tuhan mereka adalah buatan manusia.

    Berdasarkan hal-hal tersebut di atas disarankan agar dikotomi agama langit dan agama bumi ini tidak dipergunakan di dalam baik buku pelajaran, wacana keagamaan maupun ilmiah. Dianjurkan agar dipergunakan istilah yang lebih netral, yaitu agama Abrahamik dan agama Timur.

    (Ngakan Putu Putra sebagaian bahan dari SATS ; “Semua Agama Tidak Sama” ).

    Catatan kaki:
    I). Prof . DR. H.M. Rasjidi : “Empat Kuliyah Agama Islam pada Perguruan Tinggi” penerbit Bulan Bintang, Jakarta, cetakan pertama, 1974. hal 10) H.M Rasjidi hal 53
    2). Lihat Karen Amstrong : A History of God
    3). Swami Dayananda Saraswati Satyarth Prakash (Light of Truth), hal 648.
    4). Ibid hal 720.

  18. semoga kita diberi rahmat oleh ALLAH SWT

    bagi yang telah mngetahui ISLAM semoga ditambah rahmatnya

    dan bagi yang belum semoga diberi petunjuk oleh ALLAH SWT

    Amien………..

  19. @Atas
    Terimakasih 😀

  20. baca postingan ini kayak baca da vinci code (baru khatam td), kudu ati2 & teliti. *sambil terbelalak baca komen2nya*
    Wah iya pak yai, makasi..makasi.. untuk pnjelasannya.

    Tp untuk “iklan”nya tadi….
    Heh! enak aja kabur! *ngosh ngosh-an ngejar SP*
    Kena kau! 😈 *nyiapin batu buat rajam*

  21. Topik yg sangat menarik. Saya mencoba mengemukan pendapat sesuai yg dpt saya tangkap.
    Saya tertarik di 2 masalah 1. agama yg diturunkan Allah dan Allah mempunyai sifat benci {walaupun tdk dimaksud oleh penulis tp ditafsirkan berdasar ayat}
    Pertama Allah memang benar hanya menurunkan 1 agama. Agama Islam yaitu agama Tauhid. Jd siapa saja Sblm nabi Muhammad mengatas namakan nabi blh saja selama ia mengakui LA ILAHA ILALLAH. Dan apabila ada nabi yg kita tahu {berdasarkan Alqura.an} membawa/menyapaikan firman Allah kemudian sekarang bertentangan dg ketauhidan/ mengesakan Allah mk ini bukan Nabi atau agama yg salah tp orang2 sesudah Nabi yg merobah. Sedangkan Nabi msh hidup mereka membentuk agama lain.
    Kesimpulan: Setiap nabi yg diutus Allah yg disampaikan sama cuma kuantitas berbeda. Dan Nabi Muhammad Nabi terakhir menyempurnakan dan merupakan RAKHMAT UNTUK ALAM SEMESTA.
    Kedua: Allah tdk membenci. Tdk ada sifat Allah Maha Benci. Allah hanya menghukum bg mrk yg menentang Allah. Benci dan Menghukum tdk sinonim

  22. @nurma
    he he he hati-hati ntar sesaaaaaat :mrgreen:
    jangan panggil Pak dong 😛

    @jahil

    Setiap nabi yg diutus Allah yg disampaikan sama cuma kuantitas berbeda. Dan Nabi Muhammad Nabi terakhir menyempurnakan dan merupakan RAKHMAT UNTUK ALAM SEMESTA.

    *manggut-manggut sampai kepala lepas*

    Allah tdk membenci. Tdk ada sifat Allah Maha Benci. Allah hanya menghukum bg mrk yg menentang Allah. Benci dan Menghukum tdk sinonim

    wah ini bisa dipikirkan :mrgreen:

  23. Salam
    Makanya, al-Qur’an (furqan) tidak diturunkan sebagaimana Zabur, Taurat dan Injil (loh-loh atau mashaf). Tidak menghairankan bahawa mashaf-mashaf yang ada kini dan dijilidkan lalu dinamakan Kitab al-Qur’an itu tidak sempurna pengumpulannya.
    Apakah ini tidak benar?? Sedangkan, al-Qur’an diturunkan melalui lisan bukan berbentuk loh-loh dan mashaf.
    waSalam

  24. Sebagian besar agama mungkin punya kesamaan, yaitu mengajarkan utk berbuat kebaikan kpd sesama, tapi secara fundamental semua agama itu berbeda-beda.

    Misalnya Tuhan yg disembah, konsep tentang penciptaan, dosa, keselamatan, neraka, surga, dll semua beda-beda. Bahkan tdk sedikit yg ajarannya saling bertentangan satu sama lain.

    Umumnya kita percaya akan adanya Tuhan & setan. Tuhan yg asli tentu menyatakan diri sbg Tuhan, lalu setan … dia jg ingin disembah2 spt Tuhan, tapi jika dia ngaku2 setan, tentu kebanyakan org akan menolak dia. Itu sbbnya dia juga mengaku dirinya sbg Tuhan.

    Jika ada Tuhan yg asli & ada setan yg menyamar sbg Tuhan … bagaimana membedakannya? Kebenaran yg sejati itu spt emas, bisa diuji. Krn Tuhan adalah sumber segala kebenaran & setan adalah Tuhan yg palsu, maka tinggal ditest saja. Bagaimana caranya?

    Coba simak “Prinsip Emas” utk menguji kebenaran di link berikut ini: http://www.kristenemasmurni.com/?page_id=76

    Semoga bermanfaat.

  25. @Budiman Lee
    1.Anada berkata:Sebagian besar agama mungkin punya kesamaan, yaitu mengajarkan utk berbuat kebaikan kpd sesama, tapi secara fundamental semua agama itu berbeda-beda.
    Saya jawab: Kalau demikian konsep pemikiran anda, maka Islam berbeda. Karena Islam berbuat kebaikan kepada sesama manusia karena Allah bukan karena manusia itu sendiri (kita dan mereka)

    2. Anda berkata:Misalnya Tuhan yg disembah, konsep tentang penciptaan, dosa, keselamatan, neraka, surga, dll semua beda-beda. Bahkan tdk sedikit yg ajarannya saling bertentangan satu sama lain.
    Saya menjawab: Kalau agam SAMAWI konsepnya sama karena dari Allah tidak ada perbedaan dan Islam menyempurnakan. Berbeda karena dirobah oleh tangan2 yang jahil

    3.Anda berkata:Umumnya kita percaya akan adanya Tuhan & setan. Tuhan yg asli tentu menyatakan diri sbg Tuhan, lalu setan … dia jg ingin disembah2 spt Tuhan, tapi jika dia ngaku2 setan, tentu kebanyakan org akan menolak dia. Itu sbbnya dia juga mengaku dirinya sbg Tuhan
    Saya jawab: Bagi Islam tidak ada Tuhan selain Allah yang disembah. Setan adalah makhluk ciptaan Allah dan tidak pernah mengaku sebagai Tuhan. Hanya manusia karena kebodohannya mengakui SETAN sebagai Tuhan.
    Dalam Islam apabila kita bertaqwa, akan terlihat mana bisikan dari Allah dan mana bisikan setan.

    4.Anda berkata:Jika ada Tuhan yg asli & ada setan yg menyamar sbg Tuhan … bagaimana membedakannya? Kebenaran yg sejati itu spt emas, bisa diuji. Krn Tuhan adalah sumber segala kebenaran & setan adalah Tuhan yg palsu, maka tinggal ditest saja. Bagaimana caranya?
    Saya menjawab: Dalam agama Islam Allah Firman bahwa setan itu sudah jelas. Setan hanya dapat mengaburkan kepada yang tak beriman. Jadi dalam Islam sudah jelas perbedaannya tidak perlu diuji. Apalgi ditest. Wasalam

  26. “agama tidak sama” tapi semua agama “benar” menurut pandangannya masing2. Dan semua agama memiliki kesempatan yang sama utk diselamatkan Tuhan.

  27. @gun
    Agama yang dari Allah hanya SATU. Tapi jalan menuju ke yang SATU itu yang ber-beda2 atau bertingkat.
    Dan cara menuju ke yang SATU ini bukan berdasarkan pandangan masing tetapi berdasarkan pandangan Allah. Karena Syariat menuju kesasana telah Allah GARISKAN yang disampaikan oleh UTUSAN2NYA yakni para NabiNya dan RasulNya. Wasalam

  28. Pada awalnya, semua agama yang diturunkan Tuhan ke dunia ini mempunyai satu inti, TAUHID!
    Kemudian, inti agama itu rusak karena manusia mulai menuhankan sesuatu yang ada di dunia.
    Agama sejati tidak hanya mengatur urusan individu, namun juga masyarakat dalam setiap aspek.
    Karena itu, barang siapa yang menjaga kemurnian agamanya seperti pada saat diturunkan di

    dunia ini adalah orang-orang yang mendapat keselamatan.
    Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan petunjuk dan keselamatan kepada kita semua.

    [1ND0N3S14_90_KH1L4F4H]
    [“Begin The Revolution with Basmallah”]

  29. @go_blog
    SETUJU..!!
    Perjalan (waktu) menyebabkan terjadinya distori dan perubahan2. Ini adalah teori yang sangat natural dan terjadi setiap saat pada setiap hal. Namun ketika bicara agama, tidak sedikit (umat islam) yang menolak. Kemudian bagaimana kita menjelaskan muncul mazhab2 pada islam itu sendiri, jika kita menolak distorsi (perubahan) sebagai suatu yang natural?
    Sudut pandang yang berbeda akan membawa kita pada kesimpulan yang berbeda.
    Sebagai analogi:Semua manusia sama sekaligus semua manusia berbeda

    Salam damai

  30. bagi saya semua agama itu sama!!!jadi jagan bedakan agama si A sama Si B semua sama hanya cara doa nya tidak sama…..

Tinggalkan komentar