Mengungkap Kebodohan dan Kedustaan Syaikh Al Albani dan Pengikutnya Abul Jauzaa : Tuduhan Dusta Terhadap Syaikh Al Musawi

Syaikh Al Albani dalam kitabnya Silsilah Ahadiits Ash Shahihah no 2487 telah menyatakan tuduhan dusta kepada Syaikh Syarafuddin Al Musawi penulis kitab Al Muraja’at [Dialog Sunni-Syiah]. Syaikh Al Albani menyatakan kalau Syaikh Al Musawi telah memanipulasi atau mengubah hadis. Tuduhan dusta ini diikuti pula oleh pengikut salafy Abul Jauzaa’ dalam salah satu tulisannya. Abul Jauzaa’ terang-terangan membuat judul tulisan yang provokatif yaitu Mengungkap Kebodohan dan Kedustaan Abdul Husain Asy Syi’i Dalam Kitab Al Muraja’at – Manipulasi Hadits.

Tulisan ini adalah studi kritis terhadap tulisan saudara Abul Jauzaa tersebut sebagai bantahan terhadapnya dan Syaikhnya yang terhormat yaitu Syaikh Al Albani. Insya Allah akan diungkapkan siapa sebenarnya yang bodoh dan dusta itu.

.

.

Hadis yang dibicarakan itu adalah hadis Rasulullah SAW dimana Imam Ali dikatakan akan berperang dalam penafsiran Al Qur’an sebagaimana Rasul SAW berperang dalam penurunan Al Qur’an. Hadis tersebut adalah hadis yang shahih sebagaimana telah diakui oleh Syaikh Al Albani dan pengikutnya. Kami katakan pernyataan mereka bahwa hadis ini shahih adalah pernyataan yang benar dan tidak ada alasan bagi kami untuk menolaknya.

Kami akan memberikan catatan ringkas mengenai kutipan di atas. Hadis yang ditakhrij oleh Syaikh Al Albani itu memiliki lafaz yang berbeda-beda. Lafaz yang ditulis Syaikh adalah lafaz Ahmad dalam Musnad-nya 3/82 no 11790. Sedangkan Lafaz Ahmad dalam Musnad-nya 3/33 no 11307 adalah “dan berdirilah  Abu bakar dan Umar”.  lafaz An Nasa’i dalam Al Khasa’is no 55 tidak dengan lafaz “dan diantara kami ada Abu Bakar dan Umar” tetapi dengan lafaz “Abu Bakar berkata ‘saya kah?’ Rasulullah SAW menjawab “tidak”, Umar berkata ‘saya kah?’ Rasulullah SAW menjawab “tidak”. Begitu pula lafaz yang ada pada kitab Musnad Abu Ya’la no 1086. Perbedaan lafaz itu adalah hal yang biasa dan tidak ada masalah dalam pengutipan hadis jika seseorang mengeluarkan salah satu lafaz saja dari hadis-hadis tersebut. Yang aneh bin ajaib adalah jika menuduh dusta atau menuduh seseorang memanipulasi hadis hanya karena lafaz hadis yang berbeda.

.

.

Kami katakan memang benar Syaikh Al Musawi keliru tetapi kekeliruannya disini karena ia mengikuti apa yang tertera dalam kitab Al Kanz Ali Mutaqqi Al Hindi. Penyebutan Said bin Manshur oleh Syaikh Al Musawi disebabkan syaikh hanya membaca apa yang tertulis dalam kitab Al Kanz tanpa menelitinya kembali. Sedangkan kesalahan Syaikh soal penulisan kitab Abu Ya’la, memang benar Abu Ya’la tidak memiliki kitab Sunan dan kitab yang dimaksud adalah Musnad Abu Ya’la. Walaupun begitu Syaikh Al Musawi sendiri di tempat yang lain yaitu dalam Al Muraja’at catatan kaki dialog no 44 ketika mengutip hadis ini, ia memang menyebutkan kitab Musnad Abu Ya’la bukan Sunan

أخرجه الامام أحمد بن حنبل من حديث أبي سعيد في مسنده، ورواه الحاكم في مستدركه، أبو يعلى في المسند

Dikeluarkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dari Hadis Abu Sa’id di dalam Musnadnya dan diriwayatkan Al Hakim dalam Al Mustadraknya dan Abu Ya’la di dalam Al Musnad.

Kalau memang kesalahan Syaikh Al Musawi ini disebut sebagai kebodohan maka kami katakan orang pertama yang harus dikatakan begitu adalah penulis Kitab Al Kanz. Karena kesalahan tersebut bersumber dari kode yang ada di kitab tersebut. Bagi kami pribadi kesalahan tersebut adalah hal yang lumrah, cukup banyak para ulama yang melakukan kesalahan seperti itu. Anehnya baik Syaikh Al Albani maupun pengikutnya Abul Jauzaa hanya bersemangat untuk merendahkan Syaikh Al Musawi saja, dan tidak berkomentar apapun mengenai penulis kitab Al Kanz. Kenapa? Apakah karena Syaikh Al Musawi itu syiah sedangkan penulis kitab Al Kanz itu Sunni maka yang berdusta hanya Syiah sedangkan yang Sunni tidak, walaupun sebenarnya yang Syiah hanya mengutip dari yang Sunni? Mereka mengatakan bahwa ada kesalahan penulisan dalam kitab Al Kanz maka mengapa pula tidak bisa dikatakan ada kesalahan penulisan dalam kitab Al Muraja’at.

.

.

Kutipan diatas inilah yang menunjukkan kebodohan dan kedustaan Syaikh Al Albani dan pengikutnya Abul Jauzaa’. Tuduhan mereka bahwa Syaikh Al Musawi yang mengganti lafaz tersebut adalah dusta. Syaikh Syarafuddin Al Musawi hanya menyalin apa yang tertulis dalam Kitab Al Kanz. Berikut hadisnya dalam Kitab Al Kanz no 36351

مسند أبي سعيد } قال كنا جلوسا في المسجد فخرج رسول الله صلى الله عليه و سلم فجلس إلينا ولكأن على رؤسنا الطير لا يتكلم منا أحد فقال : إن منكم رجلا يقاتل الناس على تأويل القرآن كما قوتلتم على تنزيله فقام أبو بكر فقال : أنا هو يا رسول الله ؟ قال : لا فقام عمر فقال : أنا هو يا رسول الله ؟ قال : لا ولكنه خاصف النعل في الحجرة فخرج علينا علي ومعه نعل رسول الله صلى الله عليه و سلم يصلح منها

Musnad Abu Sa’id : Ia berkata “kami duduk-duduk di dalam masjid kemudian Rasulullah SAW datang dan ikut duduk bersama kami. Seolah-olah di atas kepala kami ada burung-burung hingga tak seorangpun diantara kami yang berbicara. kemudian Rasulullah SAW bersabda “Diantara kamu ada seseorang yang berperang atas penafsiran Al Qur’an sebagaimana kamu diperangi dalam penurunannya. Maka berdirilah Abu Bakar dan berkata “sayakah orangnya wahai Rasulullah?. Beliau SAW menjawab “bukan”. Umar pun berdiri dan berkata “sayakah orangnya wahai Rasulullah?. Beliau SAW menjawab “bukan, dia adalah yang sedang menjahit sandal “. kemudian Ali datang kepada kami bersama sandal Rasulullah SAW yang sudah diperbaikinya.

Silakan perhatikan kata-kata yang dicetak biru. Itulah lafaz hadis yang menurut Syaikh Al Albani dan pengikutnya Abul Jauzaa’ telah dirubah atau diganti oleh Syaikh Al Musawi. Penulis kitab Al Kanz Ali Al Hindi memang menuliskan hadis tersebut dengan lafaz seperti itu. Jika memang hal ini disebut kedustaan maka seharusnya yang mereka tuduh melakukan kedustaan adalah penulis kitab Al Kanz bukan Syaikh Al Musawi. Kami yakin Syaikh Al Albani telah membaca kitab Al Kanz buktinya ia bisa mengetahui adanya kesalahan kode dalam kitab tersebut tetapi entah mengapa ia tetap menuduh Syaikh Al Musawi yang mengubah lafaz hadisnya. Maka siapakah yang sebenarnya berdusta?.

.

.

Hal lain yang menunjukkan kebodohan dan kedustaan Syaikh Al Albani dan pengikutnya Abul Jauzaa’ adalah hadis dengan lafaz seperti itu ternyata memang terdapat di dalam kitab lain yaitu Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah no 32618 dengan sanad yang shahih. Berikut kutipannya

Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Ghaniyyah dari Ayahnya dari Isma’il bin Rajaa’ dari Ayahnya dari Abu Sa’id Al Khudri RA yang berkata “kami duduk-duduk di dalam masjid kemudian Rasulullah SAW datang dan ikut duduk bersama kami. Seolah-olah di atas kepala kami ada burung-burung hingga tak seorangpun diantara kami yang berbicara. kemudian Rasulullah SAW bersabda “Diantara kamu ada seseorang yang berperang atas penafsiran Al Qur’an sebagaimana kamu diperangi dalam penurunan Al Qur’an. Maka berdirilah Abu Bakar dan berkata “sayakah orangnya wahai Rasulullah?. Beliau SAW menjawab “bukan”. Umar pun berdiri dan berkata “sayakah orangnya wahai Rasulullah?. Beliau SAW menjawab “bukan, dia adalah yang sedang menjahit sandal “. kemudian Ali datang kepada kami bersama sandal Rasulullah SAW yang sudah diperbaikinya.

Hadis tersebut bersanad shahih dengan syarat Muslim karena semua perawinya adalah perawi tsiqat dan perawi Muslim.

  • Ibnu Abi Ghaniyyah adalah Yahya bin Abdul Malik bin Humaid bin Abi Ghaniyyah. Ibnu Hajar menyebutkan biografinya dalam At Tahdzib juz 11 no 406 bahwa ia adalah perawi Bukhari Muslim dan dinyatakan tsiqat oleh Ahmad bin Hanbal, Ibnu Ma’in, Al Ajli, Ibnu Hibban, Abu Dawud dan Daruquthni. Disebutkan dalam Tahrir At Taqrib no 7598 kalau ia seorang yang tsiqat.
  • Ayah Ibnu Abi Ghaniyyah adalah Abdul Malik bin Humaid bin Abi Ghaniyyah. Ibnu Hajar menyebutkan biografinya dalam At Tahdzib juz 6 no 743, ia juga adalah perawi Bukhari dan Muslim dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in, Ibnu Hibban dan Al Ajli. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/615 menyatakan ia tsiqat.
  • Ismail bin Rajaa’ Az Zubaidi adalah perawi Muslim, Ibnu Hajar menyebutkan dalam At Tahdzib 1 no 548 kalau ia dinyatakan tsiqat oleh Abu Hatim, Ibnu Ma’in, An Nasa’i dan Ibnu Hibban. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/94 menyatakan ia tsiqat.
  • Rajaa’ bin Rabi’ah Az Zubaidi Abu Ismail Al Kufi adalah Ayah Ismail seorang perawi Muslim, Ibnu Hajar dalam At Tahdzib juz 3 no 501 menyatakan bahwa ia dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Hibban dan Al Ajli. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/298 menyatakan ia shaduq.

Oleh karena itu hadis dengan lafaz seperti itu memang shahih dan justru orang yang mengatakan dusta itulah sebenarnya yang menunjukkan kebodohan dan melakukan kedustaan. Jika memang tidak suka dikatakan bodoh dan dusta maka jangan seenaknya menuduh orang lain bodoh dan dusta. Semoga Allah SWT mengampuni kita semua. Wassalam

.

.

Catatan :

  • Judul tulisan sepertinya hanya disesuaikan dengan tulisan yang dibantah :mrgreen:
  • Jika ada yang berkeberatan terhadap judul tersebut silakan diberi tanggapan dan masukan. Insya Allah jika kami keliru akan diperbaiki 🙂

145 Tanggapan

  1. Pertamax!!!
    Mohon secondprince menterjemahkan hadisnya baik yg berada di dlm kitab al kanz, An nasa’i dll, agar kami mudah memahami. Ma’af merepotkan..

  2. @Nomad
    ah ya terimakasih sarannya, silakan dilihat kembali 🙂

  3. Makin banyak bukti2 yang menunjukan bahwa sdr Nasauddin Albani tidak bisa dipegang kata2nya serta harus ditolak semua hujahnya.
    Kami mengatakan ini karena berdasarkan atas ancaman terhadap terhadap mereka yang memiliki hati penuh kebencian dan hasut. Wasalam

  4. di share ya pak dokter….? ups ustad yah?
    what ever lah you are great cause you expert on two discipline

  5. @abu rahat
    kalau saya sih ambil yang benar dari Beliau saja 🙂
    apa kabar nih? smoga sehat selalu ya

    @bob
    ehem ah Mas kebanyakan denger gosip ya :mrgreen:

  6. ABDUL HUSAIN??? dari membaca namanya saja sudah terungkap kebodohan dan kedustaan orang ini beserta pengikut dan pembelanya… wuakakakak..

  7. […] ‘anhu”. (Yang berminat untuk lebih lanjut mengetahui status hadist ini silahkan berkunjung ke sini dan […]

  8. Ooo….Jd Al Bani itu orang bodoh toh..? :mrgreen:
    Ooo….Jd Al Bani doyan berdusta toh…? :mrgreen:
    Ooo…Jd Abul Jauza pengikutnya orang bodoh tho..? :mrgreen:
    Ooo…Jd Abul Jauza Pengikutnya tukang dusta tho…? :mrgreen:

    maaf OOT …. :mrgreen:

    LAKNATULLAH ALAL-KADZIBIN..!

  9. Salam kenal..
    Kalo memperhatikan komentar2 imem dan cara ketawanya, saya jadi curiga dia itu pasien mas SP yang melarikan diri dari ruang psikiatri…..betul gak mas?

  10. @ Koen

    kaya’na gitu dech mas….

  11. @imem
    bilang aja ndak mampu bantah cuy. kasian

  12. ada fitnah lagi yang disebarkan oleh Abu al Jauza ustad mohon di tanggapi, berikut kutipanya :
    Kami yang ada di daerah sangat bergembira dengan uraian ustad. pada kesempatan ini kami mohon ijin menrbitkan tulisan ustad dalam bentuk bulletin yang kami gratiskan untuk menjelaskan masalah Isue yang menjelekan syiah.

    kami mohon juga ustad sudi menanggapi tulisan dihttp://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/11/mengenal-fiqh-syiah-1-hukum-menerima.html tentang hukum menerima donor spermalaki laki ajnabiy ke rahim istri. karena menyangkut fiqih kami sangat kekurangan informasi mohon ustad menanggapi Dan membantah tulisan di blog tersebut.

  13. Baca judulnya,,,,,jadi teringat seseorang 🙂 kira-kira kapan dia update. Disini ramai dan lebih nyaman kalau kita kumpul bareng, tapi kau tak bisa kena dingin ya :P. Bagaimana masalah kiriman buku yang kemarin?

  14. ke ke ke tulisan antum bikin sarafiyun klepek klepek kayak kesetrum.

    Disini ramai dan lebih nyaman kalau kita kumpul bareng, tapi kau tak bisa kena dingin ya

    masih belum sembuh, nanti ambo kirim jaket sweater tebal-tebal, gratis asal ongkos kirim diganti tiga kali lipat 😆
    hey MA, antum lagi dimana? *aturannya masih kayak dulu kan, gak boleh nyebut nama asli* :mrgreen:

  15. @SP
    Baik Mas. Alhamdulillah berkat doa teman2 sehat walafiah.
    Mas, saya kurang sepaham mengambil yang baik dari mereka2 yang munafik.
    Kalau saya, saya jauhi. Kalau toh terpaksa harus diteliti benar2. Sebab pasti ada UDANG DIBALIK BATU. Wasalam

  16. @SP

    di bawah tulisa Abu Jauza (kolom komen/tanggapan) Abu Jauza berkomentar sedikit tentang artikel diatas, saya menanti tanggapan balik dari antum, Syukron.

    dibawah ini kutipan tanggapan Abu Jauza:

    Terima kasih,… saya sudah membaca link yang dimaksud.

    Perlu diketahui bahwa tulisan di atas adalah ringkasan dari penjelasan Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahiihah.

    Mengenai ‘Abdul-Husain Asy-Syi’iy, maka memang benar kejahilannya dalam ilmu hadits yang hanya bertaqlid pada kitab Kanzul-Ummal tanpa ada peneltian lebih lanjut. Dan dalam bukunya tersebut (Al-Muraja’aat) ia banyak menyandarkan (lebih tepatnya bertaqlid) pada Kanzul-Ummal. Dan jika melihat metode penyajian dan penulisannya, maka seakan-akan ia melihat langsung dalam sumber kitab hadits yang ia tulis. [NB : Saya pernah punya buku ini – terjemahan – terbitan Mizan, cover warna hitam].

    Selanjutnya tentang lafadh hadits yang dikritik oleh Syaikh Al-Albaniy dimana ‘Abdul-Husain Al-Musawiy bertaqlid dalam penyandaran, maka itu memang benar. Dan Syaikh Al-Albaniy bukannya tidak tahu bahwa lafadh hadits dalam Al-Kanz adalah “quutiltum”, yang kemudian ditaqlidi oleh Al-Musawiy. Dan ini adalah perkataan dusta. Tidak terdapat dalam Syu’abul-Iman, Sunan Sai’d bin Manshur, Al-Hilyah – nya, dan atau Musnad Abu Ya’la. Bukankah benar jika dikatakan penyandaran lafadh ini kepada kitab-kitab tersebut adalah dusta ? [silakan tengok definisi dusta].

    Adapun sanggahan bahwa Al-Musawiy tidak merubah lafadh hadits – namun hanya bertaqlid pada kitab Al-Kanz – , mungkin saja benar. Namun itu tidak menutup atas perkataan dusta dalam penyandaran sekaligus kejahilannya karena bertaqlid pada kitab Al-Kanz.

    Terakhir, mengenai lafadh dalam Al-Mushannaf Ibni Abi Syaibah, memang benar lafadh itu ada di situ. Tidak ada pengingkaran dari saya tentang hal tersebut. Dan lafadh tersebut menyelisihi lafadh jama’ah yang menggunakan lafadh “qaataltu”.

    Wallaahu a’lam.

  17. Anyway k’lo Abul Jauzza “yg kayak gitu” ajah bodoh, bgm dgn Hakekat.com, Haulasyi’ah & yg selevel sama mereka yah? :mrgreen:

  18. @syafi’in
    karena Mas yang meminta saya menanggapi ya deh saya tanggapi 🙂

    Mengenai ‘Abdul-Husain Asy-Syi’iy, maka memang benar kejahilannya dalam ilmu hadits yang hanya bertaqlid pada kitab Kanzul-Ummal tanpa ada peneltian lebih lanjut. Dan dalam bukunya tersebut (Al-Muraja’aat) ia banyak menyandarkan (lebih tepatnya bertaqlid) pada Kanzul-Ummal. Dan jika melihat metode penyajian dan penulisannya, maka seakan-akan ia melihat langsung dalam sumber kitab hadits yang ia tulis

    setidaknya dalam perkara ini syaikh Al Musawi jujur dalam menukil dari kitab Al Kanz. Perkara Abul Jauzaa mau mengatakan jahil ya disikapi biasa saja. bahkan Syaikh Al Albani aja masih ada yang bilang ia jahil dalam ilmu hadis dan ulama tersebut telah mengumpulkan berbagai kejahilan Syaikh Al Albani menurutnya dalam suatu kitab. Saya pribadi cukup banyak menemukan kesalahan2 atau tanaqudh Syaikh Al Albani tetapi saya tidak begitu tinggi hati untuk menyatakan ia jahil. paling-paling saya cuma bilang “salah” atau “keliru” atau “aneh” dan sebagainya. Cuma di tulisan ini yang saya buat dengan kata-kata “bodoh dan dusta”, karena disesuaikan dengan tulisan yang dibantah.

    Selanjutnya tentang lafadh hadits yang dikritik oleh Syaikh Al-Albaniy dimana ‘Abdul-Husain Al-Musawiy bertaqlid dalam penyandaran, maka itu memang benar.

    aneh ya saudara Abul Jauzaa itu, kalau memang ia mengakui kok dengan mudahnya ia menulis Syaikh Al Musawi berdusta

    Dan Syaikh Al-Albaniy bukannya tidak tahu bahwa lafadh hadits dalam Al-Kanz adalah “quutiltum”, yang kemudian ditaqlidi oleh Al-Musawiy.

    hoo jadi Syaikh Al Albani tahu, kalau begitu kok ia malah menuduh Syaikh Al Musawi yang mengubah lafaz hadisnya. tahu tetapi sengaja menuduh, bukankah sikap Syaikh Al Albani yang begitu lebih pantas untuk dikatakan dusta. 🙄

    Dan ini adalah perkataan dusta. Tidak terdapat dalam Syu’abul-Iman, Sunan Sai’d bin Manshur, Al-Hilyah – nya, dan atau Musnad Abu Ya’la. Bukankah benar jika dikatakan penyandaran lafadh ini kepada kitab-kitab tersebut adalah dusta ? [silakan tengok definisi dusta].

    Apalagi perkataan ini jauh lebih aneh. Syaikh Al Musawi telah menyebutkan kitab-kitab dimana terdapat hadis tersebut diantaranya ada kitab Al Kanz. Syaikh menyalin teks dari Kitab Al Kanz maka bagaimana mungkin ia dikatakan berdusta. Walaupun di kitab-kitab lain teks itu tidak ada tetapi kan teks itu ada dalam kitab Al Kanz. Silakan perhatikan kutipan saya yang ini yang sepertinya tidak dipahami oleh saudara Abul Jauzaa itu

    Kami akan memberikan catatan ringkas mengenai kutipan di atas. Hadis yang ditakhrij oleh Syaikh Al Albani itu memiliki lafaz yang berbeda-beda. Lafaz yang ditulis Syaikh adalah lafaz Ahmad dalam Musnad-nya 3/82 no 11790. Sedangkan Lafaz Ahmad dalam Musnad-nya 3/33 no 11307 adalah “dan berdirilah Abu bakar dan Umar”. lafaz An Nasa’i dalam Al Khasa’is no 55 tidak dengan lafaz “dan diantara kami ada Abu Bakar dan Umar” tetapi dengan lafaz “Abu Bakar berkata ‘saya kah?’ Rasulullah SAW menjawab “tidak”, Umar berkata ‘saya kah?’ Rasulullah SAW menjawab “tidak”. Begitu pula lafaz yang ada pada kitab Musnad Abu Ya’la no 1086. Perbedaan lafaz itu adalah hal yang biasa dan tidak ada masalah dalam pengutipan hadis jika seseorang mengeluarkan salah satu lafaz saja dari hadis-hadis tersebut. Yang aneh bin ajaib adalah jika menuduh dusta atau menuduh seseorang memanipulasi hadis hanya karena lafaz hadis yang berbeda.

    Faktanya Syaikh Al Albani melakukan hal yang sama. Ketika menuliskan hadis tersebut ia menulisnya dengan teks dari Musnad Ahmad padahal di kitab lain yang ia sebutkan lafaznya berbeda. Nah apakah dengan begitu Syaikh juga dikatakan berdusta karena teks yang dimaksud ternyata tidak ada dalam kitab-kitab lain ya ia tulis. Cukuplah biarkan saja kalau saudara Abul Jauzaa itu mau terus membela kehormatan Syaikhnya, kita maklumi saja 🙂

    Adapun sanggahan bahwa Al-Musawiy tidak merubah lafadh hadits – namun hanya bertaqlid pada kitab Al-Kanz – , mungkin saja benar. Namun itu tidak menutup atas perkataan dusta dalam penyandaran sekaligus kejahilannya karena bertaqlid pada kitab Al-Kanz.

    perkataan yang benar disini adalah Syaikh Al Musawi menyalin teks dari kitab Al Kanz, lagipula di tempat lain Syaikh juga menulis hadis tersebut dengan lafaz “qataltu”. Jadi itu sah sah saja. Yang berdusta disini adalah Syaikh Al Albani dan saudara Abul Jauzaa karena mereka mengatakan kalau Syaikh Al Musawi mengubah lafaz hadis padahal tuduhan tersebut jelas-jelas salah

    Terakhir, mengenai lafadh dalam Al-Mushannaf Ibni Abi Syaibah, memang benar lafadh itu ada di situ. Tidak ada pengingkaran dari saya tentang hal tersebut. Dan lafadh tersebut menyelisihi lafadh jama’ah yang menggunakan lafadh “qaataltu”

    Pernyataan ini membuktikan siapa sebenarnya yang jahil. Bukankah pada tulisannya itu ia mengatakan lafaz hadis tersebut diubah oleh Syaikh Al Musawi dengan tujuan mencela sahabat. Padahal faktanya di kitab Al Mushannaf lafaz tersebut ada. Jika memang sebelumnya Saudara Abul Jauzaa meneliti terlebih dahulu hadis dengan lafaz “qutiltum” maka ia tidak akan mungkin mengatakan lafaz hadis tersebut diubah oleh Syaikh Al Musawi dengan tujuan mencela sahabat. Apakah hadis shahih itu mau dikatakannya mencela sahabat?. Kesimpulannya ketika saudara Abul Jauzaa membuat tulisannya ia tidak meneliti hadis tersebut, ia cuma taklid semata kepada syaikh Al Albani bahkan taklid terhadap tuduhan dusta yang dilontarkan oleh Syaikh Al Albani. Yang aneh adalah setelah dinyatakan kesalahannya, ia bukannya malah mengakui kesalahan tetapi tetap berkeras atas tuduhan jahil dan dusta terhadap Syaikh Al Musawi

  19. Sekali Lagi ABDUL HUSAIN???? emangnya Husain ra itu TUHAN??? ampun dech rofidhoh tulen kyk gini kok dibela.. coba cek dunk kitab Muroja’at orang ini?? betapa banyak kejahilan & kedustaan di dalamnya, bukan hanya soal di atas aja?? mana kekritisan anda SP?? ato karena dia sepaham dengan anda??

    selamet dech.. satu per satu anda telah buktikan sendiri jati diri anda SP.. saya dukung.. lanjutkan!.. wuakakakak..

  20. @imem

    Sekali Lagi ABDUL HUSAIN???? emangnya Husain ra itu TUHAN??? ampun dech rofidhoh tulen kyk gini kok dibela.. coba cek dunk kitab Muroja’at orang ini??

    Ya yang benar mah saya bela, memangnya kalau salafy jadi bisa main asal tuduh dusta seenaknya?. ooh kalau memang mahzab anda asal main tuduh dusta, ya jangan samakan dengan orang lain :mrgreen: btw kalau عَبْدُ الْعَصَاgimana tuh 😛

    betapa banyak kejahilan & kedustaan di dalamnya, bukan hanya soal di atas aja?? mana kekritisan anda SP?? ato karena dia sepaham dengan anda??

    lho kalau memang Syaikh Musawi keliru ya keliru, saya gak pernah tuh asal taklid sama orang. memangnya apa paham saya? 🙄 . Atau mungkin paham anda itu boleh tuduh dusta siapa saja yang berbeda mahzab dengan anda. Telan saja deh mahzab anda sendiri :mrgreen:

    selamet dech.. satu per satu anda telah buktikan sendiri jati diri anda SP.. saya dukung.. lanjutkan!.. wuakakakak..

    Selamat juga deh buat sampean, saya mah gak perlu membuktikan apapun tentang anda, sudah kelihatan jelas kok wataknya :mrgreen:

  21. @Akhi SP yth

    Jazakumullahu khairan katsiran atas jawaban antum… jawaban yang muskit!.

    Dan membikin tambah jelas bagi saya kwalitas Al bani dan muqollidnya…

    @Imem

    saya pingin mellihat tanggapan anda yang sedikit berilmu/ilmiah trims.

  22. Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan (QS. 9: 31)

    Betapa banyak manusia berwatak Iblis…. shaleh lahirnya, tapi menyimpan kesombongan… ketika salah bukannya menerima eh malah muncul kesombongannya…

    Nauzubillahi min dzalika…
    semoga kita dijauhkan dari yang sedemikian… amin

  23. Salafy Bangkrut…..tuduhan keji.
    wahabi – salafi kagak takut kualat lu pade..ternyata kalian dibangun atas Ulama PENDUSTA..!

  24. @all
    Minal ‘aidin wal faizin, maaf lahir bathin. Marilah kita mengorbankan keangkuhan dan kefanatikan kita. Pengorbanan paling mulia adalah pengorbanan atas KEAKUAN/EGO/mau menang sendiri. Wasalam

  25. @All

    Saya juga mengucapkan “Selamat Idul Hari Raya Adha 1430 H”, mohon ma’af lahir dan bathin.

    @Aburahat

    Kalau bicara mengenai pengorbanan, jadi ingat perngorbanan Imam Husein as di Karbala, sbb:

    http://www.4shared.com/file/84680346/1f30cb67/Maktam_-_04_Jangan_Lupa_Karbala.html?s=1

    Jangan Lupakan Karbala
    Lirik/lagu: Ust. Abdullah ass-Segaff, Arr: Tondi Rangkuti

    Oh…Husein…kau mengapa…
    Oh…Husein…kau dimana…
    Oh…Husein…kau menderita…
    Oh…Husein…teraniaya

    Bersusah payah Rasul mengajarkan firman Allah
    Besusah payah Rasul memuliakan kaum lemah
    Bersusah payah Rasul mengajarkan kebenaran
    Bersusah payah Rasul menegakkan keadilan

    Mungkinkah beragama bagi orang tak berbudi?
    Mungkinkah beragama bagi orang ingkar janji?
    Berbudikah mereka yang membunuh putra Nabi?
    Bersikap tak peduli apakah tak ingkar janji?

    Mengapa kau lupakan pembantaian di Karbala?
    Mengapa kau abaikan putra Rasul teraniaya?
    Apakah kau tak malu mengatakan beragama?
    Tangis Rasulpun tidak membuat engkau berduka

    Oh…Husein putera Zahra penghulu pemuda syurga
    Telah syahid di Karbala demi tegak agama
    Oh…Husein putera Zahra cucu Nabi yang tercinta
    Saksi korban Karbala bagi umat manusia.

    Wassalamu’alaikum…

  26. @wawansyah
    Itulah pengorbanan terbesar dalam perjalanan Islam sesudah Imam Ali as demi tegaknya Islam dan keadilan. Imam Husen berkorban menentang kezaliman. Wasalam

  27. ibarat orang kalah berantem, dan dalam keadaan terdesak…..semua dilempar, nemu kursi dilempar, nemu meja dilempar. orang salafy dan wahabi kalo ga ada hadist dari Aisyah dan Abu Hurairah dijamin 100% bangkrut

  28. @all
    selamat iedul adha 1430 h, mohon maaf lahir batin. artikel yang sangat bagus, sangat mencerahkan. terus berjuang ustadz , sebarkan selalu kebenaran agar yang benar tetap kelihatan benar, dan yang bathil akan tetap menjadi bathil.

  29. @SP
    lho kalau memang Syaikh Musawi keliru ya keliru, saya gak pernah tuh asal taklid sama orang. memangnya apa paham saya?

    JWB:

    sebetulnya siapa sih, ulama rujukan anda? saya jadi bingung. Apa anda merasa pinter sendirian, tanpa rujukan?

    KALAU albany berdusta dan almusawi keliru dg kitab murojaatnya, KENAPA TULISAN INI DIBUAT?
    tidak berimbang dong, memojokkan yg satu sementara yg lain tidak dipojokkan.

    😀

    Cobalah buat tulisan yg BERIMBANG, menilai SEMUA ulama dari apa yg ia buat.

    BAIK AL-BANY MAUPUN AL-MUSAWI,

    bukan dari kacamata keyakinan anda saja.

  30. @kembali

    sebetulnya siapa sih, ulama rujukan anda? saya jadi bingung. Apa anda merasa pinter sendirian, tanpa rujukan?

    Kalau memang benar yah siapa saja bisa diambil kebenarannya. Maaf ya mungkin anda beranggapan bahwa seorang muslim harus taklid buta kepada ulama bahkan kepada kesalahannya, kalau memang begitu silakan biar anda sendiri yang seperti itu.

    KALAU albany berdusta dan almusawi keliru dg kitab murojaatnya, KENAPA TULISAN INI DIBUAT?

    Dari dulu yang namanya pengikut salafy susah sekali memahami perkataan orang lain. Saya heran apa karena kendala bahasa, tapi rasanya bahasa yang dipakai adalah bahasa manusia pada umumnya. Sini saya ajari memahami tulisan ini. Tulisan ini tidak membicarakan seluruh isi kitab muraja’at. Yang dibahas disini hanya satu hadis yang ditulis Syaikh Al Musawi dalam Al Muraja’at. Syaikh Albani dan pengikutnya Abul Jauza menuduh Syaikh Al Musawi mengubah lafaz hadis tersebut. Faktanya justru Syaikh Albani dan Abul Jauzaa yang berdusta karena Syaikh Al musawi tidak mengubah lafaz hadis tersebut. Nah kalau anda atau saya atau siapa saja ternyata menemukan ada kekeliruan dalam kitab Muraja’at dan memang terbukti keliru ya akui saja, ngapain kekeliruan atau kesalahan diikuti. Sama halnya jika Syaikh Al Albani keliru atau salah dalam apa yang ia tulis atau fatwakan maka ngapain anda tetap bertaklid dengannya, kalau memang salah ya tinggalkan. Saya rasa cara berpikir seperti ini benar-benar sehat dan justru yang taklid kepada kesalahan adalah orang berpikiran sakit. Yah semoga bisa dimengerti 🙂

    tidak berimbang dong, memojokkan yg satu sementara yg lain tidak dipojokkan.

    Memangnya siapa disini yang main pojok-memojokkan? 🙄 Belajarlah berpikir dan memahami dengan baik. Saya cuma meluruskan kesalahan yang dibuat oleh mereka para penuduh. btw saya jadi pengen nanya nih, apa anda pernah pergi ke situs Abul Jauzaa dan berkomentar soal tulisannya agar dia juga gak main asal pojok-memojokkan versi anda itu, apa tadi anda bilang “biar berimbang gitu”. Kalau gak pernah, ya diem ajalah :mrgreen:

    Cobalah buat tulisan yg BERIMBANG, menilai SEMUA ulama dari apa yg ia buat.

    BAIK AL-BANY MAUPUN AL-MUSAWI,

    bukan dari kacamata keyakinan anda saja.

    Cobalah komentar yang berimbang, jangan karena Syaikh Albani pujaan anda dikatakan berdusta lantas anda bisanya cuma menggerutu memojokkan sang penulis. Ya akui sajalah kalau memang salah. Gak rugi kok mengakui kesalahan. Itulah namanya berimbang, benar katakan benar, salah ya katakan salah. Jadi berkomentarlah dengan objektif jangan cuma menilai dari sudut pandang keyakinan anda saja. Apa anda mau dibilang pentaklid buta Syaikh Albani?. Jadi lain kali komentar yang berimbang yah, belajarlah, coba saja gampang kok :mrgreen:

  31. @SP

    ATAU keyakinan anda seperti apa yg anda bela ?

    Terlihat sekali kecenderungan anda….. 😀

  32. @sp

    kalau memang anda netral thd ulama2 baik sunni maupun syiah, cobalah membuat tulisan tentang ulama syiah secara obyektif, kalau salah dan dusta katakan dusta, tidak hanya ulama2 sunny saja, semisal ibnu taymiyah dan al-bany.

    Saya tidak pernah sekalipun melihat tulisan anda di BLOG INI tentang ulama syiah yg berdusta atau melakukan kesalahan, padahal jelas sekali dari apa yg mereka tulis dalam bentuk kitab2 syiah.

    Itupun kalau anda bersikap netral….DAN tidak taqlid thd ulama manapun…
    ITU NAMANYA ANALISIS PENCARI KEBENARAN.
    BUKAN PEMBENARAN…

  33. @kembali

    kalau memang anda netral thd ulama2 baik sunni maupun syiah, cobalah membuat tulisan tentang ulama syiah secara obyektif, kalau salah dan dusta katakan dusta, tidak hanya ulama2 sunny saja, semisal ibnu taymiyah dan al-bany.

    Anda itu sudah salah berpikir, kenetralan bukan ditentukan oleh dikotomi semacam itu. Jika anda berani mengkritik ini maka anda harus mengkritik itu pula. Netral itu ditentukan oleh sikap yaitu yang benar katakan benar dan salah katakan salah. Apa yang saya tulis adalah apa yang saya tahu soal itu. Kalau soal tulisan ulama syiah tentu mereka yang syiah jauh lebih ahli. Jika ada ulama syiah melakukan kesalahan ya gak usah diikuti kesalahannya, gampang kan. kesalahan itu hal biasa bagi manusia, tetapi anehnya ada golongan yang dengan mudahnya menuduh dusta kepada orang yang melakukan kesalahan. Padahal tidak setiap kesalahan itu dikatakan dusta.

    Saya tidak pernah sekalipun melihat tulisan anda di BLOG INI tentang ulama syiah yg berdusta atau melakukan kesalahan, padahal jelas sekali dari apa yg mereka tulis dalam bentuk kitab2 syiah.

    Jika anda berpikiran picik maka orang lain belum tentu juga berpikiran picik. Saya pribadi tidak mengerti apa yang anda maksud dengan “padahal jelas sekali dari apa yg mereka tulis dalam bentuk kitab2 syiah”. Apakah anda pernah membaca kitab-kitab Syiah itu dari sumber aslinya sendiri bukannya penukilan dari ulama-ulam salafy?. Apakah pernah anda membaca sesuatu tentang Syiah yang tidak bersumber dari situ-situs salafy tetapi dari situs Syiahnya sendiri?. Apakah pernah anda mengakaji kitab Syiah dengan standar keilmuan yang berkmbang disisi Syiah?. Jika belum maka jangan terlalu tinggi hati untuk menisbatkan kedustaan pada mahzab lain. Coba tanyakan diri anda sebelum anda sok berbicara tentang mahzab lain. Pernahkah anda membaca kitab-kitab hadis mahzab anda dari sumber yang asli bukan sekedar kutpan dari Syaikh-syaikh anda?. Apakah anda sejauh ini hanya membaca tulisan-tulisan para Syaikh mahzab anda tanpa melakukan cek dan ricek ke kitab aslinya?. Mampukah anda untuk itu? jika tidak maka saya katakan “untuk mahzab anda sendiri anda tidak bisa bersikap kritis dengan metode yang benar apalagi anda mau berbicara tentang mahzab lain?. Kalau semua yang anda tahu hanya berdasar dari “tulisan dan kutipan ulama syaikh anda saja” maka anda tidak lebih dari seorang pentaklid. Seorang pentaklid seharusnya hanya sibuk pada dirinya saja, ia tidak punya kapasitas untuk menghakimi mahzab lain. Itulah yang saya sebut picik dan saya pribadi tidak sepicik itu untuk menghakimi mahzab orang lain dimana saya belum punya kompetensi untuk itu. Paham tidak? ah sepertinya anda gak ngerti apa yang saya bicarakan 🙂

    Itupun kalau anda bersikap netral….DAN tidak taqlid thd ulama manapun…

    sudah jelas kok, bagi saya yang benar diikuti dan yang salah tinggalkan.

    ITU NAMANYA ANALISIS PENCARI KEBENARAN. BUKAN PEMBENARAN…

    Saya yakin anda ini tidak mengerti apa yang anda bicarakan. Kalau anda mengatakan blog ini mencari pembenaran, maka saya tanya pembenaran terhadap apa? dan mana buktinya?. Coba jawab kalau bisa, buktikan kalau anda bukan seorang yang asal tuduh seenaknya. Tulisan mana di blog ini yang merupakan pembenaran? dan pembenaran terhadap apa?. Silakan dijawab, saya tunggu. 😀

  34. @sP

    BERANI MENULISNYA? Kalau tidak, sangat jelas kesy**han anda…

  35. @sp

    berarti anda menganggap ulama2 syiah tidak punya salah, (semakin terlihat keyakinan anda) 😀
    dan tidak layak dikritisi seperti anda lakukan thd ulama2 sunny.

    Menurut anda, sahabat saja ada salahnya. (MENURUT ANDA LHO YA).
    Kenapa tidak untuk ulama2 syiah, ya kan??

    ❓ ❓ ❓

  36. KAB

    Kami sarankan anda agar membawakan tulisan2 ulama2 Syiah yg menurut anda, ada kesalahan, tapi harus kesalahan itu diacukan sama Al Quran, bukan dari mazhab anda….mungkin Mas SP dan yg lain2 ingin tahu dan belajar…

    Yg dilakukan oleh Mas SP itu jelas, memperbetul tanggapan yg salah terhadap hadis2 atau apa saja yg tidak benar….mudahkan?

    Jika beliau tidak mengkritik hadis2 Syiah, itu bukan salah beliau, apa anda ingin menetapkan syarat pada empunya blog di blognya sendiri?

    Apakata anda bawa saranan anda itu pada situs2 spt Hakekat.com, Haulasyiah dkk….lebih berimbangkan? Apa anda sudah melakukan apa yg anda sarankan pada org lain?

  37. @antirafidhah
    Anda tau atau tidak Nama blog ini. Blog ini berjudul:ANALISA PENCARI KEBENARAN. dan tidak fanati k terhadap salah satu mazhab tujuannya mencari KEBENARAN. Kalau mazhab anda benar dengan cukup argumen kita akan akui kebenarannya. Apakah Syiah, Suni/wahabi/ Salafy/ Muntazilah dlsb kalau benar kita akan akui kebenarannya.
    Dan yang diposting sdr SP adalah Hadits Shahih maupun Dhaif dll.
    Posting tersebut dilemparkan pada kita untuk dibahas agar bisa mendapatkan sedikit kebenaran demi untuk pegangan kita menghadap Allah nanti.
    Anda memintakan NETRAL. Tolong berpikir yang sehat. Bagaimana kita bisa netral sedanglan lita sedang mencari kebenaran. Dalam mencari kebenaran pasti yang benar kita akui dan yang salah kita tolak. Mungkin anda bisa menerima yang salah tapi kami tidak.

  38. Salam,
    @KAB, berhentilah berlaku pandir,..
    Dari pada muter2 tinggal pilih kok jawabannya

    1. Anda setuju dengan tulisan SP yg berarti sepakat bahwa Syeikh Albani dengan Abul Jauza berdusta atau
    2. Anda tidak setuju dengan tulisan SP,..yg berarti anda harus mengajukan hujah untuk mematahkan argumennya,..

    Kalau tidak punya argumen diam akan menjadi lebih baik buat anda,….percayalah

  39. Salaam,

    @ KAB “Menurut anda, sahabat saja ada salahnya. (MENURUT ANDA LHO YA).”

    Bukan hanya menurut SP tapi Menurut Al-Quran, Hadits Shahih dan para Ulama,…..

  40. @kembali

    BERANI MENULISNYA? Kalau tidak, sangat jelas kesy**han anda…

    wah menuduh terus, anda ini suka sekali menuduh, itu kebiasaan buruk lho, gak sehat buat pikiran anda 🙂

    berarti anda menganggap ulama2 syiah tidak punya salah, (semakin terlihat keyakinan anda) 😀
    dan tidak layak dikritisi seperti anda lakukan thd ulama2 sunny.

    Nah kan betul apa kata saya, anda gak ngerti apa yang sudah saya bicarakan panjang lebar. Saya maklum kalau kemampuan anda memahami memang sebatas itu. btw baca kata-kata saya yang ini ya Jika ada ulama syiah melakukan kesalahan ya gak usah diikuti kesalahannya, gampang kan. kesalahan itu hal biasa bagi manusia. Cukup jelas kok, bagi saya siapapun bisa salah kecuali orang yang memang dijaga oleh Allah SWT agar selalu dalam kebenaran 🙂

    Menurut anda, sahabat saja ada salahnya. (MENURUT ANDA LHO YA).
    Kenapa tidak untuk ulama2 syiah, ya kan??

    Siapapun ya bisa salah dong Mas, kalau anda mengakui sahabat gak bisa salah berarti anda mengakui mereka maksum, wah wah apa itu ada dasarnya?. Aqidah apa yang menyatakan sahabat maksum, kayaknya bukan akidah ahlus sunnah 🙄

    @enemy
    ehem mungkin sedang panik Mas, harap dimaklumi saja 🙂

  41. jangan terlalu taqlid pd Ulama yg ngga jelas hingga menjadi BUTA hati.
    yang punya blog siapa,…yang maksa nulis siapa…lucu yah salafiyun ngaku-ngau.
    kalian pembela Hakekat.com smakin banyak mbantah,..samakin ketahuan kejahilannya.

  42. Para ‘Salafiyun ngaku-ngaku ini taqlid pd kesalahan pemahaman yg sdh terwariskan dari dahulu kala oleh para Ulama Hadist….”terima semua perawi hadist yg penting mreka bukan Syiah Ali bin Abithalib walaupun mreka orang yg tsiqoh, tawdhu akhlaknya”. Bukan begitu…

  43. @sp
    Jika ada ulama syiah melakukan kesalahan ya gak usah diikuti kesalahannya, gampang kan. kesalahan itu hal biasa bagi manusia.

    jwb:
    syukurlah kalau jawaban anda seperti itu, tetapi itu tidak pernah terlihat dalam tulisan2 anda secara panjang lebar seperti tulisan di atas.

  44. terus terang saya sedang tertarik mempelajari mazhab ini ( ahlul bait) karena hujjahnya jelas. satu lagi perangai dan sikap mereka dalam berhujah sangat sopan, tidak seperti ulama salafi atau wahabi yang memakai bahasa kasar dalam menghujat para pengikut Ahlul bait.

    antum sekalian bisa liat dan bandingkan dari kualitas blog-blog yang memaparkan akidah keduanya, kalo masuk blog ahlul bait hati saya cenderung lebih tentram, tidak ada kafir-mengkafirkan disini..melainkan hujjah mereka bener2 dari quran dan hadsit-hadis dan kitab-kitab dari suni.

  45. @ kembali
    silahkan antum nilai dengan hati bersih, dan fikiran yang tenang. jangan dengan perasaan emosional..maka antum akan menemukan akidah yang benar ada disini.

    kaedah fiqih yang dipakai jelas dari golongan ahlul bait yang merupakan keturunan rasul yang pasti lebih mengerti sunah (kebiasaan) rasul semasa beliau masih hidup. logkanya antum akan lebih mengenal siapa dan apa kebiasaan ortu antum dari pada sahabat ortu antum kan? masalahnya selama kekuasaan bani Umayah (kurang lebih 80 tahun) banyak terjadi pembunuhan karakter maupun pembunuhan jiwa terhadap keluarga dan pengikut ahlul bait serta banyak beredar haidist-hadist palsu yang mendiskreditkan keturunan rasul, dan untuk menarik simpati kepada muawiyah dan kroninya. bagaimana kalo hadist-hadist palsu itu kita pakai dalam hal beribadah?

  46. @Abu daffa
    kaedah fiqih yang dipakai jelas dari golongan ahlul bait yang merupakan keturunan rasul yang pasti lebih mengerti sunah (kebiasaan) rasul semasa beliau masih hidup. logkanya antum akan lebih mengenal siapa dan apa kebiasaan ortu antum dari pada sahabat ortu antum kan?

    jwb:
    ah masa sih? coba lihat:

    Dr. ‘Abdullah Fayadh, dosen Sejarah Islam di Universitas Baghdad, di dalam bukunya Tarikh al-Imamiyah yang diberi kata pengantar oleh Sayyid Muhammad Baqir, menulis: “Sesungguhnya kepercayaan bahwa imam-imam itu ma’shum (bebas dosa) menyebabkan semua hadits yang keluar dari mereka sahih dengan sendirinya, tanpa melihat apakah riwayat itu berasal dari Nabi (muttashil) ataukah tidak, sebagaimana dilakukan
    oleh perawi Sunni”.

    Dr. ‘Abdullah Fayadh, Tarikh al-Imamiyah, hal.. 158.

  47. tolong pikirkan lagi siapa yg banyak berdusta:

    http://akob73.blogspot.com/2008/07/membongkar-pembohongan-buku-dialog.html

    sekalian download juga bukunya….ya.

  48. @antirafidhah
    Anda m menulis: Tarikh al-Imamiyah yang diberi kata pengantar oleh Sayyid Muhammad Baqir, menulis: “Sesungguhnya kepercayaan bahwa imam-imam itu ma’shum (bebas dosa) menyebabkan semua hadits yang keluar dari mereka sahih dengan sendirinya, tanpa melihat apakah riwayat itu berasal dari Nabi (muttashil) ataukah tidak, sebagaimana dilakukan
    oleh perawi Sunni”.
    Kemudian anda mengatakan siapa yang banyak berdusta.
    Dimana letak kedustaan dari kalimat tsb coba anda tunjukan kalau tidak anda memfitnah.

  49. @Kembali
    Afwan, kalo boleh saya tahu…apa ada kesalahan dari 12 Imam syiah? mas…kita harus berfikir jernih, agama bukan cuma punya Imam Syafii, Maliki, Hanafi, apalagi imam bukhori(yang dianggap oleh sunni sebagai anak rashul).

    Syiah mengikuti arahan 12 Imam sesuai dengan hadist Tzaqolain, hadist al-safinah, hadis manzilah semuanya ada dlm khutub As sittah antum dan tidak ada satu arahan pun dari Nabi kita unutk mengikuti Imam Syafii atau imam hanafi.

    Abdullah bin Fayad? ah….itu kebiasaan ulama-ulama antum yang melihat syiah dalam kegelapan….berbeda dengan mahzab syiah yang ulamanya bersatu dalam satu mazhab, tetapi ulama sunni diintern merekapun sering berantem ini lantaran mereka terima hadist dari sumber yang ga jelas. sebagai contoh Al-ghazali dalam “Muthawwal” berkata : “terdapat banyak kesalahan dalam kerja Abu Hanifah, dia tidak punya pengetahuan mengenai etimologi, nahwu, ataupun hadist”.

    itu satu contoh, banyak lagi ulama-umala antum salingkritik bahkan sampai mengkafir-kafir kan satu dan yang lainya. sekali lagi afwan, saya tidak bermaksud mempengaruhi antum..15 tahun saya bertaqlid pada mazhab yang katanya ahlussunah wal jamaah. dan sekarang saya mulai menemukan kebenaran di mazhab Ahlul bait..

  50. @abu rehat dulu

    1). Dr. ‘Abdullah Fayadh, dosen Sejarah Islam di Universitas Baghdad, di dalam bukunya Tarikh al-Imamiyah yang diberi kata pengantar oleh Sayyid Muhammad Baqir, menulis: “Sesungguhnya kepercayaan bahwa imam-imam itu ma’shum (bebas dosa) menyebabkan semua hadits yang keluar dari mereka sahih dengan sendirinya, tanpa melihat apakah riwayat itu berasal dari Nabi (muttashil) ataukah tidak, sebagaimana dilakukan
    oleh perawi Sunni”.

    Dr. ‘Abdullah Fayadh, Tarikh al-Imamiyah, hal.. 158.

    “Tidak ada dusta di sini, diambil dari bukunya kok.” Artinya perawi sunny tidak melakukan seperti itu.

    2).Maksud dari kata2 saya :

    “tolong pikirkan lagi siapa yg banyak berdusta:”

    Yaitu al-musawi melakukan banyak kedustaan2.Gitu loh….kalau dilihat dari:

    http://akob73.blogspot.com/2008/07/membongkar-pembohongan-buku-dialog.html

    sekalian download juga bukunya….ya.

    3. saya bukan orang dg “nickname” antirafidah, tetapi
    saya sangat anti terhadap rafidah.

  51. @abu daffa
    ulama sunni diintern merekapun sering berantem ini lantaran mereka terima hadist dari sumber yang ga jelas

    jwb:
    waduh2 komentar yg tidak berdasar.Bisa anda buktikan komentar anda. Justru sumber2 syiah semakin tidak jelas…

  52. @kembali

    saya ingin mengingatkan tulisan Akhi SP bahwa dalam mentakhrij hadist, kalo kita berghibah adalah sesuatu yang di perbolehkan…

    selama 15 tahun saya bergaul di mazhab sunni, ada 4 musnad hadist besar yang menyokong mazhab ini ( abu hurairah, aisyah, ibnu Umar, dan anas bin malik) kalo ga ada mereka dijamin mazhab ini bangkrut.

    saya akan bahas mereka
    1. abu hurairah
    dia datang kepada rasul pada bulan syafar tahun 7H setelah perang khaibar, dan tinggal di emperan (shuffah) masjid nabawi sampai bulan dzul-qaidah tahun 8 hijriyah, karena pa bulan itu di disuruh rasul untuk mendampingi Al-‘ala’ al- hadrami di bahrain sebagai seorang muazzin.

    bagaimana dia masuk islam, biarlah dia yang cerita sendiri, dalam riwayat muslim abu hurairah berkata: ” saya melayani rasulullah untuk mengisi perutku” atau aku menetap dengan rasulillah untuk mengisi perutku”.

    orang seperti ini meriwayatkan hadist 5374 buanh untuk orang sunni, adakah kita menerima hadis dari orang yang tidak memiliki nama asli ( namanya konon lebih dari 30 buah dan nama orang tuanya pun tidak di ketahui? kalo antum tau nama ortunya Abu Hurairah (karena nasab bagi orang arab begitu penting) maka silahkan beritahu ana

    2. Aiysah
    Cerita mengenai Aisyah antum bisa cek sendiri di A-quaran (Al-ahzab ayat 33) yang mana Allah telah memerintahkan istri rasul untuk tetap dirumah, namun kenapa Ummul mukminin ini berjalan dari madinah ke mekkah lalu ke bashrah hanya unutk memerangi Ali dan menyebabkan 20000 orang meninggal? bukankah ayat ini berlaku sampai hari kiamat? adakah beliau menganggap Ayat ini sudah di nasakh(Dihilangkan). kemudian dalam surat At-tahrim lebih jelas lagi ada dua orang istri nabi yang paling sering menyusahkan nabi dia adalah Aisyah dan Hafsah. Adakah kita mau terima hadist dari orang yang telah melanggar perintah Allah?

    mengenai ibnu umar dia adalah anak dari khalifah ke -2 umar bin khotob yang tentunya dalam menyanadkan hadis selalu mengutamakan Ayahnya

    dan Anas bin malik menjadi pikun di usia tuanya

    Afwan….saya tidak akan memaparkan sesuatu tanpa dasar karena saya berpendapa dalam beragama kita musti berdasar, dan tidak fanatik membabibuta

  53. Ehm…ehm…kita lagi bahas apa yah? Kasian mas SP.

  54. biarlah semua apa adanya
    yaah..itung2 ujian kesabaran buta mas SP

    waah…. al Bani itu ternyata orang yang bodoh dan pendusta yaah..sebenarnya banyak loh salafiyun itu orang2 yg pintar pd disiplin ilmunya (IQ), namun tdk ditunjang oleh kepintaran EQ & Ruhani…yaah jadinya Bodoh dan Pendusta spt Syekhnya itu.

  55. koreksi ah,
    yaah..itung2 ujian kesabaran buat Mas SP
    sorry salah ketik Mas SP..he..he..

  56. @abu daffa

    1. Kalau masalah ulama2nya bersatu, lihatlah nasrani dan yahudi, rahib2 dan pendeta mereka bersatu. Tidak pernah saya dengar, hari natal jatuh tanggal 24 atau 26 desember tetapi mereka bersatu tanggal 25 des. Apakah anda ingin ikut mereka gara2 pendeta2 mereka bersatu, nauzdubillah….

    2.anda bilang:
    Syiah mengikuti arahan 12 Imam sesuai dengan hadist Tzaqolain, hadist al-safinah, hadis manzilah semuanya ada dlm khutub As sittah.

    jwb:
    lihat saja, dalam masalah aqidahpun mereka harus “pinjam dalil” ke sunni. Berarti dalil mereka sendiri sangat lemah untuk dijadikan hujjah, bukan?
    Lihat saja blog “jakfari”. Banyak dalil2 lemah mereka gunakan….

    3. Mereka mencela sahabat dg tutur kata yg halus. Yang sudah berjasa thd islam……

    Cernalah dulu…. sebelum anda melangkah……

  57. @kembali
    1. antum ini belagak sok tahu persatuan orang nasrani dan yahudi, kalo orang islam terbagi dalam 2 kubu besar, kristen lebih banyak lagi mas, ada katolik, protestan, adven, hanafi (di timur tengah). dalam menentukan hari sabat aja mereka berbeda, adven tetep hari sabtu sesuai dengan perintah Allah yang turun pada nabi musa (10 perintah Alla) sedangkan katolik/protestan maju jadi hari minggu. sedangkan natal memang tetep tgl 25 des, tapi hari wafatnya yesus itu tiap tahun ganti tanggalnya, antum cek lebih teliti lah…
    masalah makanan orang Adven lebih mirip dengan orang islam yaitu mengharamkan babi, tapi orang protestan dan katolik yang mengamalkan perjanjian baru mereka menghalalkan babi, hanya babi hutan yang haram

    2 dalil di mazhab syia lebih banyak mas, cuma kalo saya bawa kemari pasti anda fikir, “ah, itu mah bisa2 nya orang syiah aja bikin hadist” sedang hadis yang di bawakan oleh orang sunni seperti Imam Nasai( yang meninggal di seret dari dalam masjid dan dipukuli gara2 mengeluarkan hadist tentang keutamaan imam Ali), Attabari, Imam Muslim aja masih antum dustakaan.

    3. ana pengen antum tahu, perbedaan mengkritik dan mencela. tidak ada celaan di sana mas, semua hanya kritik supaya kejadian yang sama tidak terulang lagi dimasa yang akan datang.. cukuplah air mata dan darah orang islam tumpah pada saat peristiwa shiffin, perang jamal, dan perang nahrawan.

    mas, antum harus akui bahwa umat islam sudah di persiapkan untuk berbeda, syahadatnya saja kita sama, mengenai shalat, zakat, puasa, haji, kita semua berbeda dan itu harus kita akui, bagaimana cara mengakuinya? kita harus menghormati perbedaan itu, jangan hanya beda mazhab antum menganggap orang syiah akidahnya salah. selama mereka masih beriman kepada Allah dan bertakwa (menjalankan perintahnya dan menjauhi laranganya) mareka masih sodara kita..adapun kritik-mengkritik sahabat, atau tidak mengakui khalifah ke 1,2,3 nya orang sunni itu kan di luar rukun iman. demi Allah mengkritik para sahabat, tidak akan mencabut syahadat orang syiah, mempercayai sahabat bukanlah bagian dari rukun iman, maka dengan alasan itu tidak otomatis mereka dikatakan kafir yang biasanya dilanjutkan dengan menghalalkan darah mereka hanya gara-gara tidak mengakui khalifah ke 1,2,3 nya orang suni.

  58. @ KAB

    mas, pernah kah sekalipun anda membaca langsung kitab dari ulama syiah? (karena saya lihat tulisan mas semua hanya COPAS dari pendapat ulama sunni tentang syiah)

    jika tidak, tolonglah berhenti berbicara tentang syiah… karena mas tak mengetahui sedikitpun tentang syiah….

    itu akan lebih baik bagi anda… percayalah… 🙂

  59. Kembali ke aqidah yang benar mas,….jangan pake tuh aqidah gersangnya ulama2 Najd, si Ibn Taymiyah, Ibn Abdul wahhab jangan mudah tertipu oleh slogan2 picik ulama Najd.

    Fitnah itu datangnya dari sini, fitnah itu datangnya dari arah sini, sambil menunjuk ke arah timur (Najed-pen ), seperti sabda rasulullah Saww,

    Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al Qur’an namun tidak sampai membersihkan mereka. Ketika putus dalam satu kurun, maka muncul lagi dalam kurun yang lain, hingga adalah mereka yang terakhir bersama-sama dengan dajjal

  60. sudah2…jgn suka ketularan pengikut salafyun or wahabier…yg nggak bisa diskusi fokus dan hobynya melebar kemana2…apalagi kalo hujjahnya sudah berantakan…

    Jadi kembali ke tema Utama saja….
    Syaikh Al bani itu pendusta bukan ?
    kalo Abul jauza itu muqollid al bani yg pendusta bukan dalam kasus ini..?

    silahkan disjawab atau disimpulkan ? monggo….

  61. JANGNKAN AL-ALBANY JANGANKAN IBNU TAIMIYAH…MAKA SEORANG ABU BAKAR ASH SHIDIQ ATAU UMAR IBNUL KHATTAB ATAU USTMAN IBN AFFANPUN AKAN MENJADI BULAN BULANNAN ANTEK-ANTEK ABDULLAH BIN SABA’ MAKA YANG SEPERTI ITU JANGANLAH KALIAN BANTAH DENGAN SUMBER-SUMBER SAHABAT YANG MULIA…KARENA MEREKA TELAH INGKAR KEPADANYA…..PERIBAHASA MENGATAKAN BAHWA MEMBANTAH YAHUDI DENGAN ALQUR’AN ADALAH NIHIL KECUALI BAGI YANG MENDAPAT HIDAYAH

  62. wah maaf para pembaca, kita kedatangan Troll :mrgreen:

  63. Tidak ada yang membenci Ulama kecuali dia Orang Bodoh. Adapun tentang Syaikh Albany, beliau telah diakui sebagai seorang Pakar Hadits, Ahli Fikih Oleh Seluruh Dunia, Baik dari Ulama Mekkah-Madinah maupun dari ulama Mesir, Yordania, Yaman, Indonesia (MUI). tidaklah didengar komentar orang yang bodoh dalam Ilmu

  64. @Abu Unaisah
    Hanya orang bodoh saja menganggap orang seperti Albani sebagai pakar hadits.

    Kalau boleh tau siapa itu ahli fikihnya gan?

  65. @abu

    Ramai ulama Sunni sendiri yg mempertikaikan al Albani dan tidak memperakuinya spt al Ghummari dkk.

    Maknanya, banyak org bodoh di dunia Sunni yg mengaku dan diakui sbg ulama?

  66. @Abu Unaisah
    saya pribadi tidak membenci syaikh Al Albani tetapi kesalahan tetaplah kesalahan dan kedustaan tetaplan kedustaan siapapun ia yang melakukannya. btw anggap saja penulis ini bodoh dan anda sendiri yang pintar, semoga anda puas 🙂

    @hadi
    yup benar sekali diantara mereka yang mengkritik Syaikh Al Albani ada Syaikh Al Ghumari, Syaikh Mahmud Sa’id Mamduh, Syaikh Hasan As Saqqaf dan yang lainnya 🙂

  67. Abdul husain al-musawi
    Nama yang kalau didengarnya saja sudah merinding…

    Tidak pernah saya dengar ada ulama sunny namanya abdul abubakar (hamba abubakar)

    Jadi siapa sih yg memuja sahabat dan ahlul bait?

  68. @abu daffa
    adapun kritik-mengkritik sahabat, atau tidak mengakui khalifah ke 1,2,3 nya orang sunni itu kan di luar rukun iman. demi Allah mengkritik para sahabat, tidak akan mencabut syahadat orang syiah, mempercayai sahabat bukanlah bagian dari rukun iman, maka dengan alasan itu tidak otomatis mereka dikatakan kafir yang biasanya dilanjutkan dengan menghalalkan darah mereka hanya gara-gara tidak mengakui khalifah ke 1,2,3 nya orang suni.

    jwb:

    Apakah kita berani mencela dan mengkritik para sahabat nabi SAW , padahal Allah swt sendiri memuji para sahabat yang terdahulu (assabiqun al-awwalun), baik sahabat Muhajir maupun Anshar. Allah swt berfirman: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah (QS, at-Taubah, 9:110).”

    Ayat yang lain berbunyi:
    “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar),berdoa: Ya Tuhan kami, beri ampun kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan
    kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman (QS, al-Hasyr, 59:10).”

    Sedangkan Rasul sendiri tidak berani mencela,
    Rasulullah saw sendiri bersabda: “Janganlah kamu memaki sahabatsahabatku. Seandainya kamu bersedekah emas sebesar gunung Uhud, itu
    belum senilai sedekah mereka, walaupun hanya satu mudd atau separuhnya.” (diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

  69. @KAB

    Secara anak2 sekolah dasar…jawabannya adalah, siapa aja yg mahu jadi hamba org itu?

    Namun, menurut anda….Abdul Mutallib itu hamba siapa ya? Oh…dan jgn bawakan mitos anda “mereka itu kafir”…itu tidak laku Mas

    Dari sisi mana aja nama spt itu terlarang? Tolong bawakan sumber lawan anda…

  70. @kembali ke
    QS At-Taubah 118. Siapakah mereka? yang ridha dan diridhai Allah. Karena dalam ayat tsb ada kata yang berbunyi DIANTARA MEREKA.
    Dan Al-Hasyr ayat 10. Mengapa Allah berfirman “Tuhan kami, beri ampun kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan
    kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ada apa ya? Kan tidak perlu mereka berdoa demikian kalau mereka2 ini Allah sudah ridhai Allah.
    Apakah benar Rasul tidak pernah menegor sahabat.
    Penegoran Rasul bukan seperti kita2 ini sdr KAB.
    Supaya anda tau bahwa kita tidak membenci Sahabat. Tapi kita hanya mempelajari kesalahan2 mereka.
    Dan mereka itu wajar berbuat salah karena merek tidak maksum. Menurut anda apa alasan tidak boleh mengertik mereka? Dan siapa yang mengatakan tidak boleh mengertik mereka.? Ibn Taimiyah dan Nasaruddin Albani juga menganggap boleh para sahabat dikritik kok

  71. Nambahin Aburahat:
    Ibnu Abbas menyebut surat At Tawbah sebagai surat Al Mubaqqirah, yang membongkar kepalsuan iman sebagian sahabat yg tjd sblm perang Tabuk . Surat tsb hampir setiap ayatnya membalas keberatan para sahabat yang tdk mau berangkat perang dgn berbagai alasan seperti udara yg panas lalu dijawab oleh Allah di ayat 81, perempuan Romawi cantik 2x, lalu dijawab oleh Allah di ayat 49 dll. . Perangnya sendiripun tdk tjd. Rupanya perintah perang hanyalah diturunkan tuhan utk memilah dgn tegas antara kaum mukmin dgn munafik

  72. Judul di atas sebenarnya tidak fair, karena sebenarnya Syekh Al-Albani tidak sedang berdusta ttg Al Musawi. Kalau anda baca buku Al Muraja’at Al Musawi jelaslah di sana memang dia banyak melakukan kedustaan termasuk pengakuannya bahwa Syekh Al Bisyri telah menjadi rafidhah. Maka dari itu Prof. Dr. Ali Ahmad As-Salus telah membongkar kedustaan itu dgn bertanya langsung kepada anak dari Syekh tersebut sebagaimana dijelaskan dalam bukunya, “Al-Muraaja’aat Al-Muftaraah” terbitan Dar Ats-Tsaqafah Qathr, cetakan pertama tahun 2008.
    Hal ini membuat pihak keluarga Sykeh Al Bisyri perlu membuat klarifikasi seperti tertera dalam link ini: http://rabbanya.maktoobblog.com/664119/%D8%B1%D8%AF-%D8%B9%D8%A7%D8%A6%D9%84%D8%A9-%D8%A7%D9%84%D8%B4%D9%8A%D8%AE-%D8%B3%D9%84%D9%8A%D9%85-%D8%A7%D9%84%D8%A8%D8%B4%D8%B1%D9%89-%D8%B4%D9%8A%D8%AE-%D8%A7%D9%84%D8%A7%D8%B2%D9%87%D8%B1-%D8%B9/
    Dan juga dalam As-Silsilah Ash-Shahihah di nomor hadits 2487 itu Syekh Al-Albani menjelaskan bahwa dia menyebutkan hadits-hadits yg dijadikan dalil oleh Al Musawi dalam kitab Al Muraja’at di kitab yg lain yaitu As-Silsilah Adh-Dha’ifah dari nomor 4882 – 4907. DAri situlah banyak kedustaan Al-Musawi.

    Kedustaan Al-Musawi jadi makin nyata dgn pengakuannya terhadap Syekh Al Bisyri sebagaimana dijelaskan oleh Ali As-Salus dalam kitabnya tersebut.

    Jadi, Al-Musawi tetaplah seorang pendusta. Bagi yg ingin membela Al-Musawi silahkan bantah buku As-Salus tersebut.

  73. @antirafidhah

    Judul di atas sebenarnya tidak fair, karena sebenarnya Syekh Al-Albani tidak sedang berdusta ttg Al Musawi.

    Silakan buktikan Mas, saya sudah buat pembahasannya di tulisan di atas. Jika ada yang tidak fair tolong ditunjukkan. Jika menurut anda Syaikh Al Albani tidak sedang berdusta tentang tuduhannya di atas maka tolong juga dibuktikan. Pembahasan tulisan saya di atas bukan mengenai keseluruhan kitab Al Muraja’at tetapi hanya berupa tanggapan terhadap tulisan Abul Jauzaa mengenai tuduhannya terhadap Syaikh Al Musawi. Mengenai pembahasan hadis lain yang anda singgung dalam Adh Dhaaifah maka bisa saja disini Syaikh Al Musawi memang salah tetapi menuduh dengan kata-kata dusta untuk suatu kesalahan itu harus punya bukti tersendiri. Saya ambil contoh, dalam pembahasan sebelumnya Syaikh Al Albani mengatakan bahwa Sahl bin Mutawwakil itu tidak diketahui biografinya, nah ternyata Syaikh terbukti keliru lantas apakah dengan begitu Syaikh bisa kita tuduh dusta atas perkataannya? saya rasa tidak. Sebenarnya Anda mau mengecam atau menghina Syaikh Al Musawi itu bukan urusan saya dan saya rasa mungkin pengikut Syiahlah yang lebih pantas untuk menjawab semua apa yang anda bilang itu. Jadi “kembali ke laptop” silakan fokus ke tulisan di atas

  74. @antirafidhah
    iya mas, focus dulu dan bantah pembahasan yg mas SP tulis dg benar, jangan dulu melebar kemana-mana nanti bisa luber mas, ngga ketampung…kalau Al Bani ada yg salah bilang aja yaah memang salah. ngga perlu malu2 utk berkata jujur…nanti kan tinggal ngebahas yg laennya.. gimana sih si salafi ini

  75. @SP & yanghiro
    Antirafidhah tidak mungkin fokus percaya deh. Karena apabila dia tak dapat membuktikan ketidakmampuannya diam2 lari ke permasalahan lain. Jadi begitu cara mereka berdiskusi. Mereka tidak pernah jujur mengakui kebenaran. KEBENARAN ITU SAKIT

  76. @ SP: Apakah dalam AS-Silsilah Ash-Shahihah ada kata pendustaan oleh AL-ALbani kepada AlMusawi hanya lantaran hadits itu? Yang ada Al-Albani mengatakan Al-Musawi bodoh dalam ilmu hadits, dan itu bukan hanya lantaran hadits itu, melainkan banyak tulisan lain dan Al-Albani menjelaskan kesalahan Al-Musawi dan bukan menganggap Al-Musawi dusta HANYA LANTARAN hadits itu. Yg menulis judul dusta itu hanya Abu Al Jauza, maka adalah keteledoran Abu AL-Jauza tidak mejelaskan perkaranya secara menyeluruh.
    Kalau anda membaca kitab AL-Murajaatnya Al Musawi disitulah anda akan menemukan dia berdusa, dan baca juga bukunya As-Salus yg saya sebutkan itu, serta klarifikasi dari keluarga Syekh Al-Bisyri dalam link yg saya tulis di atas, apa itu tidak cukup membuktikan Al-Musawi berdusta?

  77. @KAB
    antum ini nulis ayatnya aja salah, itu bunyi surat At-taubah ayat 100 akhi, bukan 110….atau alquran versi salafi beda yah? hehehhe, mentang-mentang salafi, (Fi=di/didalam) jadi salafi=didalamnya salah hahahha. banda….jangan masukin ati

    jangan berenti sampe situ bacanya, terusin ke ayat selanjutnya 101 “diantara orang-orang arab yang disekelilingmu ada orang-orang munafik, dan juga diantara penduduk madinah. mereka keterlaluan dalam kemunafikanya. Kamu(muhammad) tidak mengetahui mereka, tetapi kami mengetahuinya. nanti mereka akan kami siksa2 kali kemudian mereka akan dikembalikan ke ahzab yang besar”

    dari tulisanakhi aburahat udah jelas bahwa ayat 100 itu ada kalimat “diantara orang-orang muhajrin dan anshar” jadi bukan semuanya

    punten ya akhi KAB ana pengenya diskusi ama orang yang ilmunya lebih tinggi dari ana, supaya ana bisa kebagian ilmunya…soalnya kalo ilmunya dibawah ana, nanti ana tekor lama-lama ilmu ana bisa habis hehehehhe. bcanda…afwan

  78. @antirafidhah

    @ SP: Apakah dalam AS-Silsilah Ash-Shahihah ada kata pendustaan oleh AL-ALbani kepada AlMusawi hanya lantaran hadits itu? Yang ada Al-Albani mengatakan Al-Musawi bodoh dalam ilmu hadits, dan itu bukan hanya lantaran hadits itu, melainkan banyak tulisan lain dan Al-Albani menjelaskan kesalahan Al-Musawi dan bukan menganggap Al-Musawi dusta HANYA LANTARAN hadits itu.

    Apa benar anda membaca kitab Silsilah As Shahihah. Nih saya kutip

    ( تنبيه آخر ) : لقد ساق الحديث الشيعي المذكور في حاشية الكتاب ( ص 166 ) بلفظ
    : ” كما قوتلتم على تنزيله ” , فحرف قوله صلى الله عليه وسلم : ” قاتلت ” , إلى
    قوله ” قوتلتم ” , غمزا في الصحابة و طعنا فيهم , عامله الله بما يستحق .

    Syaikh Al Albani dengan jelas bilang Al Musawi mengubah lafaz hadisnya dengan tujuan mencela sahabat. syaikh Al Albani itu sudah baca kitab Al Kanz kan, nah disitu dengan jelas lafaz hadisnya ada dan itulah yang disalin oleh Al Musawi. Kalau dia tahu lafaz itu ada kok Syaikh mengatakan Al Musawi yang mengubah hadis Rasul SAW. Itu tuduhan yang berat sekali. Menurut anda Syaikh Al Albani itu berdusta tidak?

    Yg menulis judul dusta itu hanya Abu Al Jauza, maka adalah keteledoran Abu AL-Jauza tidak mejelaskan perkaranya secara menyeluruh.

    Bagus kalau anda sudah bisa menyadari kesalahan saudara Abul Jauzaa 🙂

    Kalau anda membaca kitab AL-Murajaatnya Al Musawi disitulah anda akan menemukan dia berdusa, dan baca juga bukunya As-Salus yg saya sebutkan itu,

    Baik Al Muraja’at, kitab Ali As Salus sudah saya baca bahkan Al Bayyinat-nya Mahmud Az Za’bi. Bagi saya sama saja mereka semua tidak seluruhnya benar dan tidak seluruhnya salah. Tapi saya suka miris melihat orang-orang yang mulutnya terlalu mudahh melepas kata-kata kasar kepada orang yang berbeda mahzabnya. Kalau kesalahan disebut dusta maka Ali As Salus itu juga tidak terlepas dari dusta. setidaknya saya lebih suka bahasa dalam Al Muraja’at jauh lebih halus dan sopan.

    serta klarifikasi dari keluarga Syekh Al-Bisyri dalam link yg saya tulis di atas, apa itu tidak cukup membuktikan Al-Musawi berdusta?

    btw seberapa valid link itu sebagai mewakili keluarga Syaikh Al Bisyri, lagian kalau memang menurut anda begitu ya sudah anggap saja syaikh Al Musawi berdusta. Terus kenapa, apa karena itu maka Syaikh Albani jadi benar soal tuduhannya, ya kagak nyambunglah. Dustanya Syaikh Al Albani ya tetap aja ada. Gak bakal terhapus oleh dustanya orang lain. btw lebih baik anda tidak perlu memposisikan saya sebagai pembela buta Syaikh Al Musawi kalau memang mau berhujjah soal Syiah dan syaikh mereka silakan pergi ke situs-situs Syiah, mereka jelas lebih tahu dan lebih bisa membela Syaikh-nya daripada saya. Lagi-lagi lebih baik fokus saja ke tulisan di atas. Menurut anda Syaikh Al Albani berdusta tidak dalam tuduhannya?.

  79. Salam

    Minta saja @KAB jelaskan makna ” karramahu wajhah ”

    wassalam

  80. heran gua…si antirafidah itu pintar bahasa arab tapi kenapa mengambil kesimpulan yg sederhana ttg bahasan ini sulitnya….setengah mampus…nggak nyambung bahkan melebar kemana2…

    ada apa sih dengan logika ente..?

  81. walau Al Bani dan syekh, syekh2 wahabi/salafy lainnya berdusta bagi muqollidnya itu sah sah saja karena Al Bani dan syekh-syekh lainnya melebihi Rasul utusan Allah (sebab Rasul tak mungkin berdusta)… tapi falsafah ulama wahabi boleh menghalalkan segala cara untuk menghujat mazhab/ulama yang tidak mereka sukai khususnya syi’ah..

    mungkin Al Bani mewarisi Imam besarnya Ibnu Taymiah yang menghalalkan segala cara termasuk berbohong demi menghujat syi’ah seperti yang banyak diungkap oleh blog yang mengkhususkan diri mengkritisi pemikiran Ibnu Taimiah ini:

    http://ibnutaymiah.wordpress.com/

  82. @abu rahat

    1. QS At-Taubah 118. Siapakah mereka? yang ridha dan diridhai Allah. Karena dalam ayat tsb ada kata yang berbunyi DIANTARA MEREKA.

    2. Dan Al-Hasyr ayat 10. Mengapa Allah berfirman “Tuhan kami, beri ampun kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan
    kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.
    Ada apa ya? Kan tidak perlu mereka berdoa demikian kalau mereka2 ini Allah sudah ridhai Allah.

    jwb:
    1. Tolong sebutkan siapa mereka yg diridhai Allah swt. Sebab @abu daffa tidak mengakui kekhalifahan
    1,2,3 nya orang sunni , katanya. Artinya “beliau” sudah menghina khalifah 1,2,3 nya orang sunni.

    2. Rasulullah saw pun orang yg sudah diampuni dosanya baik masa lalu, dan akan datang. Akan tetapi Beliau selalu beristighfar, mohon ampun. ADA APA YA…..?

    😀 😀

  83. @Kembali ke…
    Anda yang seharusnya mengatakan siapa2 yang Allah ridhai sesuai At-Taubah 118. Dan berdasarkan Nash Qur’an atau Hadith Rasul. Jangan asumsi. Karena anda mengatakan para sahabat telah diridhai Allah

    Sdr. Kembali ke…Kira2 dosa apa yang Rasul telah buat.
    Saya harap anda MEMULIAKAN RAULULLAH SE-MULIA2NYA. Karena Allah Maha Pencipta menempatkan derajat Rasul sangat TINGGI dari segala makhluk Ciptaannya.
    Rasulullah SAW adalah se-baik2nya untuk dicontohi.
    Bayangkan Rasul yang menurut anda telah dihapuskan dosanya masih memohon ampun. Bagaimana kita yang penuh dengan dosa.
    Jadi kita jangan lupa untuk memohon ampun setiap hari.
    Mengenai Abu dhafa itu adalah HAKnya.
    Apa kata anda selama 40 tahun Imam Ali dicaci oleh Bani Umayah selama mereka berkuasa. Ada yang meributkan?
    Malahan Muawiyah dan raja2 seterusnya siapa yang tidak mencaci, memaki Imam Ali menurut (suni Imam Ali termasuk sahabat) dihukum. Dan berakhir pada Umar Abdul Aziz.
    Abu dhafa menolak Khalifa I, II, dan III karena ada nash yang mendukung. Dan menurut sdr Abu dhafa nashnya kuat. Jadi wajar aja kalau ia menolak. Saya harap anda bisa melihat kenyataan ini. Setiap orang mempunyai kebebasan dan salah benar Allah yang menentukan. Bukan kita manusia2 yang EGOnya tinggi.

  84. @ SP:
    Bagi saya Al-ALbani tidaklah berdusta, karena memang jelas tujuan penahrifan Al-Musawi adalah untuk menghina sahabat NAbi. Anda kan baca kitab aL-MUraja’at, lalu mengapa Anda mendiamkannya kalau memang tahu itu dusta, atau anda memang ingin melakukan pembelaan terselubung?!
    Anda bisa benar bahwa AL-Albani berdusta atas nama AL-Musawi kalau berdasarkan kasus ini saja, tapi kasus Al-Musawi harus dibaca secara utuh, maka dari itu kalau anda mau adil bahas juga isi kitab AL-Muraja’at itu.

    BErdusta adalah ketika seseorang mengatakan hal yg sangat bertolak belakang dgn kenyataan secara tekstual maupun kontektual dan tidak ada syubhat.

    Tapi Albani memiliki syubhat jelas bahwa Al Musawi memang berusaha melakukan pentadlisan terhadp pembaca dgn membawakan hadits itu. Jadi, apa yg dilakukan oleh Al bani bukanlah kedustaan. KAlau pun mau memakai ukuran penelitian maka boleh dibilang al albani kurang teliti ketika menganggap Al Musawi yg manhrif kalimat tersebut, makanya baca kasus kejadiannya harus utuh jangan hanya dalam kasus kalimat itu saja.

    Kalau anda meragukan keaslian link yg saya berikan itu sih terserah anda, tapi bagi orang yg berakal sudah cukup jelas bahwa Al Musawi melakukan kedustaan atas nama Syekh AL Bisyri.
    Anda katakan sudah membaca kitab Ali As Salus dan di situ sudah dijelaskan bagaimana As Salus meminta klarifikasi kepada anak Syekh Al Bisyri.

    Anda katakan bahwa As Salus juga tidak terlepas dari dusta? coba buktikan!! Atau anda ingin menjawab yg sama ketika saya menanyakan kepada Anda mana bukti Al Jauzajani menghina Ali?!

    Kalau yg anda maksud dusta dalam kehidupannya sehari-hari maka itu bukan urusan kita, kalau dalam hal itu anda dan sayapun atau semua orang dalam seluruh episode kehidupannya bisa saja pernah berdusta, tapi apa perlunya itu disinggung di sini.

    Tapi kalau anda maksud berdusta dalam tulisannya, coba tolong tunjukan kapan dia berdusta.

    Anda selalu mengelak sebagai pembela Al Musawi itu sih terserah anda, toh setiap orang yg berakal bisa menilai, meski mungkin anda bukan sebagai pembela buta, sebagaimana saya dgn Al ALbani juga bukan pembela buta, dan sayapun banyak menemukan kesalahan al albani dalam tulisannya, tapi jelas kesalahan itu tidak bisa disamakan dgn kesalahan Al Musawi dalam kitab Al Muraja’at tersebut, yg bukan saja banyak kesalahan ilmiah tapi matannya bahwa Syekh Al Azhar menjadi pengikutnya adalah matan yg sangat mungkar.

  85. @kembali ke….
    “……..katanya. Artinya “beliau” sudah menghina khalifah 1,2,3 nya orang sunni.”

    Mas, anda ini gemar sekali yah memfitnah, tolong jika seseorang ada yg tdk setuju dengan beberapa hal, janganlah antum lalu artikan dengan Menghina/memfitnah/mencaci…. heran saya dengan salafiyun ini, belajar lagi Bahasa Indonesia yg baik.

  86. @kembali ke….
    “……..katanya. Artinya “beliau” sudah menghina khalifah 1,2,3 nya orang sunni.”

    Mas, anda ini gemar sekali yah memfitnah, tolong jika seseorang ada yg tdk setuju dengan beberapa hal, janganlah antum lalu artikan dengan Menghina/memfitnah/mencaci…. jangan suka mendramatisir mas, belajar utk proporsional, adil dan biasakan sikap menghargai kritikan orang lain. TIDAK MENGAKUI KEKHALIFAHAN 1 2 3 ≠ MENGHINA. Mereka bukan NABIULLAH sehingga jika kita tdk mengakui mereka (Kekhalifahan 1,2,3, maka kita keluar dr Islam)

  87. @antirafidhah

    Bagi saya Al-ALbani tidaklah berdusta, karena memang jelas tujuan penahrifan Al-Musawi adalah untuk menghina sahabat NAbi.

    Mana buktinya?. Anda cuma mengulang apa yang dikatakan Syaikh Albani dan Abul Jauzaa. Kalau anda bilang Musawi mentahrif ya buktikan dong bagian mana yang ia tahrif dari hadis di atas. Atau anda mau ikut-ikutan dusta seperti syaikh anda. Akui saja kesalahan Syaikh Al Albani, jangan kesalahannya malah anda bela.

    Anda kan baca kitab aL-MUraja’at, lalu mengapa Anda mendiamkannya kalau memang tahu itu dusta, atau anda memang ingin melakukan pembelaan terselubung?!

    Lho bagian mananya yang berdusta?. Kalau memang anda bisa membuktikannya ya silakan. Dan kalau menurut anda Musawi berdusta ya terserah. Itu tidak menafikan kalau Syaikh Al Albani telah berdusta dalam kasus di atas. Saya mah gak ada urusan dengan anda.

    Anda bisa benar bahwa AL-Albani berdusta atas nama AL-Musawi kalau berdasarkan kasus ini saja,

    Nah itu intinya, jadi anda sepakat kan kalau Syaikh Al Albani telah berdusta. Akui saja itu 🙂

    tapi kasus Al-Musawi harus dibaca secara utuh, maka dari itu kalau anda mau adil bahas juga isi kitab AL-Muraja’at itu.

    Lho kalau memang anda yang berkepentingan ya silakan bahas. silakan tulis di blog anda sendiri, biar saya atau orang lain bisa membacanya. Mengapa anda harus mengatur agar orang lain menulis ini itu. Kalau segala kehendak orang yang komentar disini diturutin bisa capek sendiri saya.

    BErdusta adalah ketika seseorang mengatakan hal yg sangat bertolak belakang dgn kenyataan secara tekstual maupun kontektual dan tidak ada syubhat.

    halah buat-buat pengertian sendiri nih. Cukuplah dengan definisi anda itu maka Syaikh Al Albani jelas berdusta karena secara tekstual Musawi tidak mengubah apapun.

    Tapi Albani memiliki syubhat jelas bahwa Al Musawi memang berusaha melakukan pentadlisan terhadp pembaca dgn membawakan hadits itu.

    Pikiran anda yang paranoid jangan dijadikan hujjah. Justru yang menyebar syubhat disini adalah Syaikh Al Albani, Abul Jauzaa itu dan anda yang ikut-ikutan. mana buktinya musawi melakukan tadlis soal hadis di atas.

    Jadi, apa yg dilakukan oleh Al bani bukanlah kedustaan. KAlau pun mau memakai ukuran penelitian maka boleh dibilang al albani kurang teliti ketika menganggap Al Musawi yg manhrif kalimat tersebut, makanya baca kasus kejadiannya harus utuh jangan hanya dalam kasus kalimat itu saja.

    Maaf anda itu cuma membela dengan buta. Bukankah saya tunjukkan di pembahasan di atas kalau Syaikh Al Albani itu membaca kitab Al Kanz, buktinya ia tahu kalau ada kesalahan kode dari hadis di kitab Al Kanz. nah kalau memang ia membaca pasti ia tahu kalau hadis di kitab Al Kanz itu sama persis dengan apa yang ditulis Al Musawi. Jadi apa itu namanya?. Ia tahu tetapi tetap menuduh, jadi biasakan mengerti dulu duduk persoalannya baru membela. Tentu saja yang dibahas disini soal hadis di atas, ya gak ada kaitannya dengan yang lain.

    Kalau anda meragukan keaslian link yg saya berikan itu sih terserah anda, tapi bagi orang yg berakal sudah cukup jelas bahwa Al Musawi melakukan kedustaan atas nama Syekh AL Bisyri.

    Ragu itu wajar kok, namanya saja mencari mana yang benar. anda mau percaya ya terserah anda. Siapapun bisa mengatasnamakan orang-orang tertentu dalam dunia maya ini. Mungkin hanya orang berakal dengan akal pengikut salafy dan syaikh-syaikhnya yang begitu mudah percaya dengan tuduhan terhadap mahzab lain. Orang yang benar-benar berakal tahu kok bagaimana menyikapi setiap informasi dengan objektif 🙂

    Anda katakan sudah membaca kitab Ali As Salus dan di situ sudah dijelaskan bagaimana As Salus meminta klarifikasi kepada anak Syekh Al Bisyri.

    Hey Mas bukankah saya sudah bilang seberapa valid info itu. siapa nama anak Syaikh Al Bisri yang ditemui oleh Ali As Salus itu. kapan ia lahir? dan apa yang dikatakannya. kalau cuma main mengatasnamakan ya bisa saja. jadinya kan gak valid atuh

    Anda katakan bahwa As Salus juga tidak terlepas dari dusta? coba buktikan!!

    apa gunanya bukti buat anda. lihat kasus di atas saya sudah bawakan bukti nyata kalau syaikh Albani berdusta toh anda tetap saja membelanya dengan buta pakai ngeles sana sini. Dan maaf ya Mas kalau anda gak bisa memahami komentar orang lain ya jangan asal menjawab. saya sebelumnya bilang Kalau kesalahan disebut dusta maka Ali As Salus itu juga tidak terlepas dari dusta. Apa anda mau saya tuduh berdusta karena dengan mudahnya anda berkata Anda katakan bahwa As Salus juga tidak terlepas dari dusta.

    Atau anda ingin menjawab yg sama ketika saya menanyakan kepada Anda mana bukti Al Jauzajani menghina Ali?!

    Heh masih mau dibahas yang ini. Anda itu maaf ya, terlalu naif. Saya mengatakan kalau Al Jauzjani itu nashibi dan diantara yang mengatakan seperti itu ya Ibnu Hajar. dan silakan anda baca pernyataan Ibnu Ady dan Daruquthni tentang Al Jauzjani. pernyataan mereka adalah bukti kalau jauzjani nashibi. Kalau anda main logika apa buktinya jauzjani mengina Ali?. maka saya tanya kepada anda, berapa banyak para perawi yang dikatakan rafidhah dan apakah ada bukti riwayat yang mengatakan mereka pernah menghina sahabat seperti Abu Bakar dan Umar?. Apakah setiap ulama yang menyatakan mereka rafidhah membawakan bukti riwayat kalau mereka menghina sahabat. kalau tidak adanya bukti anda nilai sebagai tidak valid maka banyak sekali pernyataan rafidhah kepada perawi yang ternyata tidak valid. nah bagaimana itu? :mrgreen:

    Kalau yg anda maksud dusta dalam kehidupannya sehari-hari maka itu bukan urusan kita, kalau dalam hal itu anda dan sayapun atau semua orang dalam seluruh episode kehidupannya bisa saja pernah berdusta, tapi apa perlunya itu disinggung di sini.

    lho kagak nyadar ya, kan yang bilang itu anda sendiri. Maaf ya dengan berkata begitu anda hanya membuktikan kalau diri anda sendiri bisa pernah berdusta.

    Tapi kalau anda maksud berdusta dalam tulisannya, coba tolong tunjukan kapan dia berdusta.

    Anda sedang membicarakan siapa disini 🙄

    Anda selalu mengelak sebagai pembela Al Musawi itu sih terserah anda, toh setiap orang yg berakal bisa menilai, meski mungkin anda bukan sebagai pembela buta,

    Wah saya mah membela yang benar. kebetulan disini yang benar Al Musawi dan syaikh Al Albani itu berdusta. simple kok

    sebagaimana saya dgn Al ALbani juga bukan pembela buta,

    pengakuan yang manis di mulut. Toh kelihatan kok disini anda ngeles sana sini mau menolak kalau Syaikh A Albani berdusta.

    dan sayapun banyak menemukan kesalahan al albani dalam tulisannya,

    Terus pernahkah anda menuduh kesalahan tersebut sebagai dusta. Nah kalau nggak pernah jangan mudhnya menuduh orang lain.

    tapi jelas kesalahan itu tidak bisa disamakan dgn kesalahan Al Musawi dalam kitab Al Muraja’at tersebut, yg bukan saja banyak kesalahan ilmiah tapi matannya bahwa Syekh Al Azhar menjadi pengikutnya adalah matan yg sangat mungkar.

    Nah kalau anda berkata begitu silakan bawakan bukti dimana Syaikh Al Bisri itu mengatakan kalau ia menjadi pengikut syiah Imamiyah. oh jadi menurut anda mengikuti syiah imamiyah itu matan yang sangat mungkar, kalau mengikuti salafy itu mungkar tidak? kalau mengikuti nashibi itu mungkar tidak? kalau menerima kesaksian nashibi itu mungkar tidak?. Mengkafirkan seorang muslim hanya karena ia syiah, mungkar atau tidak?. Heh saya mah bisa aja mengatakan banyak hal sebagai mungkar yang akan cukup menyudutkan anda dan pengikut salafy lainnya :mrgreen:

  88. Wah kayaknya ente yang ngawur ini SP, sepertinya ente emosi ya baca komentar saya.
    Anda ngaku udah baca buku As Salus ttg Al Muraja’at di sutu jelas dia sendiri yg datang kepada anak Syakh Al Bisri meminta klarifikasi masalah di atas dan kata anaknya Al Bisri ayahnya tidak pernah menjadi syiah. Atau jangan-jangan anda baca bkunya As Salus yg laen kali…

    Matan yg mungkar itu adalah semua pertanyaan yg diajukan oleh Al Bisri kepada Al Musawi seolah dia belum pernah belajar ilmu hadits sehingga dia yg sudah jadi Syekh Al Azhar menanyakan hal yg menurut As Salus diketahui oleh ygt baru mau masuk Al Azhar.

    Semua itu sudah tertulis dalam bukunya As Salus Al Muraja’aat Al Muftaraah cetakan yg baru, karena ente mengaku sudah baca jadi ya tidka saya sebutkan di sini, silahkan baca sendiri dalam bukunya As Salus itu dan baca pula Al Muraja’atny sendiri lalu bandingkan dgn pengutipannya dari sumber ahlus sunnah, saya sudah melakukan itu.

    Baiklah saya akan bikin blogg, kayaknya ente tidak suka saya komentar di sini, its ok, tapi masalah kedustaan Al Musawi itu sudah ada kok orang yg nulis di blognya hanya saja saya lupa alamatnya.

  89. biar di belain kaya apa juga…tetep ajah yg namanya bangkai mah bau…

    syaikh albani dan ibnu jauza kesimpulannya PENDUSTA..titik

  90. @SP

    Tidak perlu terlalu berharap mereka2 ini paham dengan apa yang sudah anda sampaikan.
    Kalau mereka bisa dengan mudah paham dengan penjelasan anda tentunya mereka tidak akan terjebak dalam mazhab mereka yang kaku dan sempit. Seleksi alam akan memilah-milah siapa yang akan masuk ke mazhab (pemahaman/pemikiran) yang miskin/sempit dan siapa yang akan masuk ke mazhab yang kaya dan rahmatan lil alamin.
    Dan jika mereka cukup punya nalar dan pemahaman yang cukup maka cepat atau lambat mereka juga akan pindah mazhab (pemikiran).
    Inkonsistensi sudah menjadi kebiasaan.
    Adil dan jujur hanya kepada sesama mereka. Bagi mereka adil, jujur kasih sayang dan macam2 kebaikan/fitrah lainnya hanya berlaku di komunitas mereka saja. Sehingga sulit bagi mereka untuk memahami/meneladani Akhlak Ahlul bayt.

    Salam,

  91. waduhhh makin lama makin aneh nih KAB……bangun mass….

  92. @antirafidhah

    Baiklah saya akan bikin blog

    Sy tunggu dan sy akan datang….Sy berharap tdk spt blog salafy lain yg menyeleksi komen seenak perutnya.

    Salam

  93. @antirafidha
    Anda berkata: Baiklah saya akan bikin blogg, kayaknya ente tidak suka saya komentar di sini
    Mengapa berprasangka.buruk. Kalau saya mengikuti dialog anda berdua. Saya tidak melihat bahwa SP tdk senang anda berada diblog ini. Tapi karena anda selalu ngotot dengan ASUMSI anda maka SP menganjurkan anda buat blog sendiri.

  94. @antirafidhah

    Wah kayaknya ente yang ngawur ini SP, sepertinya ente emosi ya baca komentar saya.

    oooh tenang, saya termasuk tipe yang tenang kok. baca komentar gak perlu pakai emosian. tapi ada sih orang yang ngawur karena gak ngerti komentar orang lain 🙂

    Anda ngaku udah baca buku As Salus ttg Al Muraja’at di sutu jelas dia sendiri yg datang kepada anak Syakh Al Bisri meminta klarifikasi masalah di atas dan kata anaknya Al Bisri ayahnya tidak pernah menjadi syiah. Atau jangan-jangan anda baca bkunya As Salus yg laen kali…

    Sudah saya bilang, bahkan sebagai sebuah informasi keterangan Ali As Salus itu tidak memenuhi standar kelayakan. Siapa nama anak Syaikh Al Bisri tidak disebutkan?. Lagipula coba posisikan sebuah info itu dengan objektif

      Syaikh Al Musawi menyatakan ia berdialog dengan Syaikh Al Bisri [Buktinya ya jawaban dari Syaikh Al Bisri]
      Ali As Salus menyatakan Al Musawi berdusta [buktinya kesaksian anak Syaikh Al Bisri(yang nggak jelas siapa namanya) katanya Ali As Salus]

    Anda dan orang yang seperti anda begitu saja percaya kepada Ali As Salus dan mendustakan Al Musawi. Orang lain bisa saja dengan mudah percaya kepada Al Musawi dan mendustakan Ali As Salus. Kalau menurut anda Al Musawi berdusta atas nama Syaikh Al Bisri terus apa jaminannya Ali As Salus tidak berdusta atas nama anaknya Syaikh Al Bisri. Nah perhatikanla itu dengan baik, mana bukti kuat yang anda maksud?

    Matan yg mungkar itu adalah semua pertanyaan yg diajukan oleh Al Bisri kepada Al Musawi seolah dia belum pernah belajar ilmu hadits sehingga dia yg sudah jadi Syekh Al Azhar menanyakan hal yg menurut As Salus diketahui oleh ygt baru mau masuk Al Azhar.

    sebenarnya andalah yang ngawur. Pada komentar sebelumnya anda berkata tapi matannya bahwa Syekh Al Azhar menjadi pengikutnya adalah matan yg sangat mungkar. Setelah saya tanggapi, eh anda malah berkata seperti yang di atas. Soal persepsi Ali As Salus soal keilmuan Syaikh Al Bisri, itu adalah persepsinya sendiri. btw bahkan Ali As Salus itu juga menunjukkan keanehan, ia kok sepertinya tidak tahu kaidah dasar ilmu hadis yang bahkan diketahui oleh orang yang baru mau masuk Al Azhar. btw apa itu berarti matan kitab Ali As Salus mungkar juga. :mrgreen:

    Semua itu sudah tertulis dalam bukunya As Salus Al Muraja’aat Al Muftaraah cetakan yg baru, karena ente mengaku sudah baca jadi ya tidka saya sebutkan di sini, silahkan baca sendiri dalam bukunya As Salus itu dan baca pula Al Muraja’atny sendiri lalu bandingkan dgn pengutipannya dari sumber ahlus sunnah, saya sudah melakukan itu.

    Oooh ya tentu, permasalahannya adalah apa yang anda temukan?. dan apa metode yang anda pakai. Kalau metode anda sama saja dengan metode Ali As Salus ya kesimpulannya sama. Sekali lagi saya ingatkan, kesalahan itu bisa saja terjadi baik pada Al Musawi ataupun Ali As Salus. Justru yang aneh orang yang getol sekali menuduh kesalahan sebagai kedustaan 🙂

    Baiklah saya akan bikin blogg, kayaknya ente tidak suka saya komentar di sini, its ok,

    oooh jadi anda belum punya blog, wah itu berita baru buat saya :mrgreen:

    tapi masalah kedustaan Al Musawi itu sudah ada kok orang yg nulis di blognya hanya saja saya lupa alamatnya.

    silakan saja, dan saya rasa para pengikut syiah juga punya pembelaan kok buat Syaikh mereka 🙂

    @truthseeker08

    Tidak perlu terlalu berharap mereka2 ini paham dengan apa yang sudah anda sampaikan.

    saya gak terlalu berharap. saya cuma menanggapi apa yang bisa saya tanggapi 🙂

    Kalau mereka bisa dengan mudah paham dengan penjelasan anda tentunya mereka tidak akan terjebak dalam mazhab mereka yang kaku dan sempit. Seleksi alam akan memilah-milah siapa yang akan masuk ke mazhab (pemahaman/pemikiran) yang miskin/sempit dan siapa yang akan masuk ke mazhab yang kaya dan rahmatan lil alamin.

    benar sekali, sepertinya ada tekanan besar yang menghalangi mereka untuk mengerti apa yang saya katakan, dari dulu sudah seperti itu kan :mrgreen:

  95. Semakin membaca komentar Anda saya semakin tidak yakin anda baca bukuny As Salus, nih nama anaknya Syekh Al Bisri yg disebutkan oleh As Salus bahwa dia telah bertemu dengannya langsung: Muhammad bin Salim Al BIsyri yg ditemui oleh As Salus minta klarifikasi benarkah ayahnya telah menjadi syiah. JAwabnya bahwa ayahnya membacakanhadits kepadanya selama 30 tahun dan tak sedikitpun menyinggung perpindahannya ke syiah padahal dia tidak menyembunyikan apapun dari anaknya itu. Lihat halaman: (ب) dari kitab Al Muraja’at Al Muftaraah cetakan Dar Ats Tsaqafah Qathr terbitan 2007.

    Dan semakin aneh ketika anda yg kritis dan mengaku telah membaca kitab AL Muraja’at tidak menemukan keanehan dalam metode penyusunan kitab itu.

    Sekarang begini saja, kalau anda memang menemukan kesalahan dan kedustaan dalam penulisan As Salus dalam bukunya yg membantah Al Musawi itu coba sebutkan, jangan hanya melempar wacana bahwa As Salus melakukan kesalahan atau kedustaan.

  96. @antirafidhah

    Semakin membaca komentar Anda saya semakin tidak yakin anda baca bukuny As Salus, nih nama anaknya Syekh Al Bisri yg disebutkan oleh As Salus bahwa dia telah bertemu dengannya langsung: Muhammad bin Salim Al BIsyri yg ditemui oleh As Salus minta klarifikasi benarkah ayahnya telah menjadi syiah. JAwabnya bahwa ayahnya membacakanhadits kepadanya selama 30 tahun dan tak sedikitpun menyinggung perpindahannya ke syiah padahal dia tidak menyembunyikan apapun dari anaknya itu. Lihat halaman: (ب) dari kitab Al Muraja’at Al Muftaraah cetakan Dar Ats Tsaqafah Qathr terbitan 2007.

    Maaf ya Mas kalau buku yang saya baca adalah “Aqidah Al Imamah Inda Syi’ah Al Itsna Asyariyah” tulisan Ali As Salus hal 180 ia berkata

    “…Salah seorang putra Syaikh Salim Al Bisyri berkata ‘saya telah membaca hadis dari ayahku selama 30 tahun dan beliau tidak sedikitpun menyebutkan tentang Syiah kepadaku. Beliau juga tidak pernah sedikitpun menyembunyikan sesuatu kepadaku”.

    Disitu Ali As Salus tidak menyebutkan namanya, btw kalau memang di rujukan yang anda punya memang tertulis namanya yo wes, itu tambahan info buat saya. Tapi saya kok jadi ragu apa benar anda membaca kitab tersebut(yang anda sebutkan itu) langsung atau hanya merujuk pada link yang anda cantumkan sebelumnya.

    Anda juga tidak memperhatikan komentar saya sebelumnya. Kok dengan mudahnya anda mendustakan Al Musawi berdasarkan kesaksian Ali As Salus yang mengutip kata-kata anaknya Syaikh Al Bisri. Mengapa anda tidak mendustakan Ali As Salus berdasarkan kesaksian Al Musawi yang mengutip kata-kata Syaikh Salim Al Bisri sendiri dalam setiap dialognya. Singkat cerita disini kan anda hanya percaya saja pada Ali As Salus dan mendustakan Al Musawi. Orang lain bisa kok percaya pada Al Musawi dan mendustakan Ali As Salus. Gitu deh jadinya kalau main asal percaya jadinya main asal tuduh. Setiap informasi itu seharusnya ditempatkan dengan metode yang benar.

    Dan semakin aneh ketika anda yg kritis dan mengaku telah membaca kitab AL Muraja’at tidak menemukan keanehan dalam metode penyusunan kitab itu.

    Kalau anda cermat memperhatikan komentar saya, maka saya sudah menyatakan bahwa kitab Al Muraja’at tidak lepas dari kesalahan begitu pula para pengkritiknya seperti Ali As Salus, Mahmud Az Za’bi, Syaikh Al Albani, Utsman Khamis dan yang lainnya. Bagi saya ambil yang benar dan tinggalkan yang salah. Saya agak miris saja dengan orang-orang yang menyebut kesalahan sebagai suatu kedustaan.

    Sekarang begini saja, kalau anda memang menemukan kesalahan dan kedustaan dalam penulisan As Salus dalam bukunya yg membantah Al Musawi itu coba sebutkan, jangan hanya melempar wacana bahwa As Salus melakukan kesalahan atau kedustaan.

    Tabiat anda juga makin lama gak berubah. anda suka menyuruh orang begini begitu, padahal yang mulai kan anda. Coba perhatikan baik-baik tulisan yang anda komentari ini membahas tentang apa. komentar anda itu lama-lama makin gak nyambung dengan tema tulisan ini. Ditambah lagi anda gak memahami komentar saya dengan baik. Tolong perhatikan dengan baik kata-kata saya sebelumnya yang tidak anda mengerti saya sebelumnya bilang Kalau kesalahan disebut dusta maka Ali As Salus itu juga tidak terlepas dari dusta. Pahami itu baik-baik. Saya pribadi tidak pernah menyatakan dengan jelas Ali As Salus berdusta. saya cuma menyatakan bahwa Ali As Salus tidak lepas dari kesalahan dan contoh kesalahannya itu sudah pernah saya bahas panjang lebar di salah satu tulisan saya. Nah kalau ada orang yang dengan mudahnya menyatakan kesalahan itu sebagai kedustaan maka Ali As Salus pun ya tidak lepas dari dusta. Disini saya menyindir anda dan syaikh-syaikh anda itu yang kalau Al Musawi melakukan kesalahan kok nafsu banget bilang Al Musawi berdusta. Seperti Syaikh Al Albani di atas yang terlalu bernafsu menuduh Al musawi berdusta tetapi justru malah membuktikan kalau ia sendiri yang berdusta.

  97. jadi albani berdusta yah….sama kaya al jauza…trus anti rafidhoh mau belain matimatian…yah sampe mati akal sehatnya….hihihii

  98. @ Mas SP
    Kayanya Salafi Albani itu menurut saya punya Kamus Bahasa Tersendiri, Namanya Kamus Bahasa Menyerang Syiah…..Kesalahan Orang Syiah diartikan Dusta Orang Syiah…he.he..he..9x

  99. @abu rahat

    Dan Al-Hasyr ayat 10. Mengapa Allah berfirman “Tuhan kami, beri ampun kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.

    [quote] Ada apa ya? [quote]

    Kan tidak perlu mereka berdoa demikian kalau mereka2 ini Allah sudah ridhai Allah.

    jwb:

    anda ini selalu berprasangka buruk terhadap para sahabat.
    Tidak baik untuk hati dan pikiran anda ( kata SP).

    Coba anda jawab seperti yg pernah anda jawab:

    Sdr. Kembali ke…Kira2 dosa apa yang Rasul telah buat.
    Saya harap anda MEMULIAKAN RAULULLAH SE-MULIA2NYA.

    Sehingga jawabannya menjadi:
    Sdr. Kembali ke…Kira2 dosa apa yang para sahabat telah buat. Saya harap anda MEMULIAKAN sahabat.

    Semoga hati dan pikiran anda terbebas dari dengki

  100. @Salafiers/Wahabiers….Sopo waelah
    Sahabat 2 Nabi yg sangat mulia :
    1. Abu Thalib
    2. Ali bin Abu Thalib
    3.Ja’far bin Abuthalib
    3.HAmzah
    4.Mus’ab Alkhair
    5. Abu Dzar alghifari
    6. Salman Al FArisi
    7.Al Miqdad
    8. Amar bin Yassir
    9.MAlik Al Asythar.
    10.Kumail ibn Ziyad….Habib ibn Mazhahir dst dstnya dan banyak lagi

    Biar org2 Salafy Wahabi tahu nih..mereka itu di atas adalah para sahabat yg setia pd Rasulullah dan Ahlbaytnya.

    Karena kalian sdh terlanjur mendefinisikan arti Sahabat itu adalah siapapun yg bersama nabi, baik langsung ataupun tdk langsung, setia atau tdk ngga masalah, maka Thalhah dan Zubair Si Penghianat Baiat, Muawiyah dan Yazid yg tdk berbaiat sekalipun pd Imam Ali As. kalian anggap Sahabat yg mesti Di Hormati..terserah .

    Jadi, kaum syiahpun punya kriteria sendiri mngenai sahabat yg mereka muliakan dan dijadikan i’tibar dlm Islamnya maupun akhlaknya. Lagian tdk Masuk Rukun Iman/Islam kan Patuh dan Taat pd Sahabat, …peac ?

  101. @ SP:
    Kalau anda katakan asal percaya jelas itu tidak benar. Ketika kita menuduh orang berdusta, maka perlu indikasi, nah indikasi itulah yg ada pada tulisan Al Musawi ttg bagaimana dgn lugunya seorang Al Bisri yg merupakan syekh Al Azhar menerima segala yg disampaikan oleh Al Musawi berupa banyak hadits palsu ttg keutamaan Ali tanpa sedikitpun membantahnya. Kalau memang benar Al Bisri seperti itu maka patutlah dikatakan bahwa dia adalah Syekh Al Azhar terlugu atau terbodoh sepanjang sejarah.
    Saya tidak katakan bahwa Syekh Al Azhar pasti mengetahui segala hal, tapi setidaknya hal-hal mendasar seperti pengutipan hadits-hadits yg dilakukan oleh AL Musawi dari Al Mustadrak yg ternyata dinyatakan palsu oleh Adz Dzahabi, masak sih Al Bisri menerima begitu saja?!

    MAkanya, As Salus berusaha mengkonfirmasikan hal itu kepada anaknya Al Bisri, dan pernyataan anak Al Bisri itu semakin menguatkan indikasi dusta tersebut. Dan kalau anda baca buku As Salus yg saya sebutkan itu (saya baca langsung bukan dari link!!) maka anda juga akan menemukan pengalaman pribadi As Salus dimana ada seorang Rafidhah datang kepadanya danmengatakan telah menang debat melawan Syekh Mahmud Syakir, kemudian As Salus langsung mendatangi MAhmud Syakir di kediamannya dan ternyata orang Rafidhah itu berdusta. Itulah yg semakin membuat As Salus yakin bahwa Al Musawi berdusta atas nama Syekh Al Azhar.

    Satu hal lagi, anda tidak bisa mengelak dari pembahasan ttg Al Musawi karena yg menjadi topik bahasan sehingga Anda menganggap Al Albani itu berdusta adalah gara-gara komentarnya terhadap buku Al Musawi itu, makanya buku Al Musawi itu harus dilihat secara menyeluruh, jangan hanya pada potongan komentar AL Albani yg anda anggap dusta itu saja. Soalnya dalam blog ini Anda serius sekali mengmentari berbagai hadits, kalau anda memang pencari kebenaran, maka andapun harus menjelaskan kepada teman-teman syiah di sini bahwa apa yg diungkapkan Al Musawi dalam kitab AL Muraja’at itu banyak mengandung hadits palsu, dan pastinya Anda sudah membaca itu. Kecuali, kalau anda memang ingin melakukan pembelaan terselubung, sehingga melihat konflik antara sunnah syiah termasuk di dalamnya konflik antara Al Albani dan Al Musawi atau pendukungngnya hanya masalah tulisan semata.

  102. Hehehe…apa jaminan bahwa kesaksian seorang as Salus itu bernilai kebenaran?

  103. @kembali ke…
    Menentukan dosa Allah. Coba anda katakan dimana letak kata2 saya sehingga anda mengatakan saya dengki. Setahu saya, kami hanya mengemukakan kesalahan2 mereka. Anda2 saja yang memiliki sifat dengki. Setiap kali kalau kita membicarakan kemulian Imam Ali as serta Ahlulbait Nabi anda2 lansung naik pitan.
    Kita memuliakan orang2 yang patut dimuliakan dan membiarkan mereka2 yang tidak diperintahkan dimuliakan.

  104. @antirafidhah

    Kalau anda katakan asal percaya jelas itu tidak benar.

    Ooh ya udah, silakan saja kalau memang begitu

    Ketika kita menuduh orang berdusta, maka perlu indikasi,

    Menuduh dusta itu dengan bukti yang jelas. Indikasi tidak selalu kuat karena isyaratnya tidak jelas 🙂

    nah indikasi itulah yg ada pada tulisan Al Musawi ttg bagaimana dgn lugunya seorang Al Bisri yg merupakan syekh Al Azhar menerima segala yg disampaikan oleh Al Musawi berupa banyak hadits palsu ttg keutamaan Ali tanpa sedikitpun membantahnya.

    Bahkan di kalangan ahli hadispun terdapat mereka yang memang menshahihkan hadis dan ternyata hadis tersebut dinyatakan palsu oleh yang lain. Saya tidak melihat itu sebagai bukti kedustaan Musawi 🙂

    Kalau memang benar Al Bisri seperti itu maka patutlah dikatakan bahwa dia adalah Syekh Al Azhar terlugu atau terbodoh sepanjang sejarah.

    Bagaimana anda menilai Al Hakim penulis Al Mustadrak yang banyak menshahihkan hadis keutamaan Imam Ali yang ternyata banyak dinyatakan palsu oleh yang lain. Apakah anda mau mengatakan Al Hakim ahli hadis terlugu dan terbodoh sepanjang sejarah? :mrgreen:

    Saya tidak katakan bahwa Syekh Al Azhar pasti mengetahui segala hal, tapi setidaknya hal-hal mendasar seperti pengutipan hadits-hadits yg dilakukan oleh AL Musawi dari Al Mustadrak yg ternyata dinyatakan palsu oleh Adz Dzahabi, masak sih Al Bisri menerima begitu saja?!

    Gak tahu juga ya, bisa jadi Syaikh Al Bisri menerima penshahihan Al Hakim, bisa jadi Syaikh Al Bisri tidak mau menyibukkan diri memalsukan hadis tersebut. Yah gak ada yang tahu pasti apa niat dan pikiran orang lain. Lagi-lagi apakah itu bukti yang anda maksud kalau Al Musawi berdusta?.

    MAkanya, As Salus berusaha mengkonfirmasikan hal itu kepada anaknya Al Bisri, dan pernyataan anak Al Bisri itu semakin menguatkan indikasi dusta tersebut.

    Silakan saja bagi mereka yang mau mempersepsi begitu. Bagi saya tetap kesaksian tidak menafikan kesaksian yang lain kecuali ada bukti lain yang menyokong salah satu kesaksian tersebut. 🙂

    Dan kalau anda baca buku As Salus yg saya sebutkan itu (saya baca langsung bukan dari link!!) maka anda juga akan menemukan pengalaman pribadi As Salus dimana ada seorang Rafidhah datang kepadanya danmengatakan telah menang debat melawan Syekh Mahmud Syakir, kemudian As Salus langsung mendatangi MAhmud Syakir di kediamannya dan ternyata orang Rafidhah itu berdusta.

    Kalau anda tidak keberatan silakan tampilkan tulisan atau link kitab tersebut agar saya bisa membacanya langsung atau anda membahasnya secara rinci di blog anda. Siapa tahu saya bisa menemukan hal baru disana 🙂

    Itulah yg semakin membuat As Salus yakin bahwa Al Musawi berdusta atas nama Syekh Al Azhar.

    kasus orang lain dijadikan bukti bahwa Al Musawi berdusta, kayaknya cara seperti itu gak bernilai hujjah. cuma andai-andai berprasangka 🙂

    Satu hal lagi, anda tidak bisa mengelak dari pembahasan ttg Al Musawi karena yg menjadi topik bahasan sehingga Anda menganggap Al Albani itu berdusta adalah gara-gara komentarnya terhadap buku Al Musawi itu, makanya buku Al Musawi itu harus dilihat secara menyeluruh, jangan hanya pada potongan komentar AL Albani yg anda anggap dusta itu saja.

    Maaf kalau anda tidak bisa memahami tema tulisan dengan baik maka itu bukan salah saya. Tulisan ini berkaitan dengan pernyataan dusta Syaikh Al Albani kepada Al Musawi yang berkaitan dengan hadis keutamaan Imam Ali di atas. Perkara hadis lain atau bagian tulisan Al Muraja’at yang lain itu membutuhkan pembahasan tersendiri. Silakan kalau anda mau membahasnya, silakan tulis di blog anda biar saya atau orang lain bisa membacanya dan memberikan tanggapan.

    Soalnya dalam blog ini Anda serius sekali mengmentari berbagai hadits, kalau anda memang pencari kebenaran, maka andapun harus menjelaskan kepada teman-teman syiah di sini bahwa apa yg diungkapkan Al Musawi dalam kitab AL Muraja’at itu banyak mengandung hadits palsu,

    perkara palsu atau tidak itu bisa didiskusikan, makanya itu membutuhkan pembahasan tersendiri. Saya pribadi tidak sedang membicarakan semua isi kitab Muraja’at tetapi hanya tuduhan Syaikh Al Albani dan Abul Jauzaa yang cukup membuat miris. btw silakan kalau mau membuat pembahasan khusus tentang hadis yang anda katakan palsu itu di blog anda sendiri, insya Allah saya akan lihat dan bisa memetik ilmu dari sana.

    dan pastinya Anda sudah membaca itu. Kecuali, kalau anda memang ingin melakukan pembelaan terselubung,

    Satu-satunya yang bisa dikatakan melakukan pembelaan terselubung disini adalah anda. Anda merasa tidak senang kalau Syaikh Al Albani terbukti “berdusta” kemudian anda melakukan pembelaan yang ternyata terlalu lemah. karena anda tidak bisa mencari pembelaan lain yang lebih kuat maka anda mengalihkan pembicaraan dengan membawa-bawa hadis lain dari kitab Al Muraja’at dan kitab Ali As Salus. 🙂

    sehingga melihat konflik antara sunnah syiah termasuk di dalamnya konflik antara Al Albani dan Al Musawi atau pendukungngnya hanya masalah tulisan semata.

    Tulisan mereka itu jauh lebih jelas untuk ditelaah daripada perkara syubhat yang tidak thu pasti kebenarannya. Kecuali kalau anda melihatnya dari kacamata Al Musawi Syiah Rafidhah dan Rafidhah itu menurut anda sering berdusta maka Al Musawi berdusta dan Syaikh Al Albani itu ulama salafy yang mulia maka jauh sekali ia dari dusta. Subjektif sekali, bukan :mrgreen:

  105. @Anti Rafidhah
    iya mas AR, anda berani sekali menuduh tanpa bukti bahwa banyak hadis2 dlm kitab Al Muraja’at palsu, buktikan dong yg mana yg palsu hadis2 yg di bawakan Syekh Al Musawi? Jangan permasalahan ini anda bawa muter2 ngga jelas dg tujuan supaya pembaca bingung. Takutlah pd Allah jika anda seorang Muslim.

    Ah…benar sekali…lagian diantara ahli hadis Suni sendiri toh mereka banyak yg saling menyangkal, yg satu bilang soheh,…tapi yg lainnya dhaif/mawdhu…bingungkan……

  106. @ SP:
    Bagaimana anda menilai Al Hakim penulis Al Mustadrak yang banyak menshahihkan hadis keutamaan Imam Ali yang ternyata banyak dinyatakan palsu oleh yang lain. Apakah anda mau mengatakan Al Hakim ahli hadis terlugu dan terbodoh sepanjang sejarah?

    saya jawab: Beda Bung, yang saya maksud adalah bacaan yg digunakan oleh Al Musawi untuk mendikte Al Bisri itu adalah kitab Al Mustadrak yg juga digunakannya mengungkap beberapa hadits dimana dia menyertakan pernyataan Adz Dzahabi, lalu di beberapa tempat lain dia tidak menyertakan pernyataan Adz Dzahabi yg memalsukan hadits itu, itu yg aneh bila kemudian Al Bisri tidak bisa berpikir kritis sebagai seorang syekh Al Azhar.
    Adapn Al Hakim yg menshahihkan sebuah hadits palsu bisa jadi karena wahm, kelalaian atau informasi yg belum sampai kepadanya ttg tuduhan dusta pada seorang rawi.

    Kalau Anda mau mendiskusikan kepalsuan hadits-hadits yg diungkap Al Musawi saya tunggu. Soalnya saya tidak sempat bikin blog, entah kapan, cuma sempat mengunjungi blog Anda ini saja.

    @ hiroali
    Nanti akan saya sebutkan kepada Anda, sekarang saya tidak sedang pegang kitab itu, itupun kalau saya sempat buka internet lagi, soalnya ini ada keperluan dan sibuk sekali beberapa bulan ke depan.

    Anda betul memang ada saling sangkal antara ulama masalah hadits-hadits yg lemah atau tidak, tapi banyak pula di antara mereka yg sepakat akan kelemahan atau kepalsuan suatu hadits. Ya kalau anda pernah belajar ilmu hadits entah itu versi sunni atau syi’i saya yakin anda tidak akan bingung..

  107. Salam semuanya,

    Kayaknya ada 3 golongan dari diskusi ini,

    Pertama, pembela Al Musawi yg notabene adalah Syaikh Syi’ah. Ada yg unik bagi mereka yaitu selain pembelaannya yg biasa2 saja, juga argumennya kuat, logikanya benar, sopan dan santun dlm tutur kata, tidak emosi dan yang pasti kesabarannya patut diacungi jempol. Untu mereka saya hanya ingin menyampaikan ayat berikut:

    “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl:125)

    Kedua, pembela Al-Albani yg notabene Syaikh Salafy. Keunikannya, selain membela secara all out, logikanya agak kacau, terkesan emosional, begitu besar kebenciannya thd lawan diskusi, melebar kemana-mana, terkesan banyak ngelesnya.
    Untuk mereka saya cuman ingin mengingatkan:

    “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. “(Al-Baqarah:216)

    Ketiga, orang tak berilmu (nyampah), tak nyambung dgn tema diskusi, hanya mencela dan mengungkapkan perasaan secara emosional kpd penulis blog. Untuk mereka no komen deh…

    Salam

  108. @ muslim netral…………………,

    Alquran adlh pedoman hidup kita baik untk didunia dan Akherat kelak.
    Dalam Alquran selain yang Hak adalh Batil,
    sabda Imam Ali as: Brg siapa dalam keragu raguan maka gelindingkanlah ke pihak lawan.
    Hati2 dgn kenetralan.

    salam

  109. […] Oleh: Qodrat Arispati Syeikh Albani […]

  110. Assalammu alaikum

    Boleh saya tahu daftar guru-guru Shaikh Al-albany terutama dibidang hadist? sebab semua ustadz saya tanya tentang ini tidak ada yang menjawab.

    Jazakallah Khair

  111. Saran….Lebih baik bahas fatwanya si Albani yang nyuruh muslim palestin keluar dr tanahnya utk diserahkan ke Israel juga mas….
    Biar semua orang tahu siapa Agen Zionis berjubah itu….

  112. kalaulah memang antum seorang mukmin yg bersaksi tiada ilah yg berhak disembah dengan benar selain ALLOH dan muhammad utusan ALLOH ,,mengapa antun mencaci maki sesama muslim ,,urus dulu akhlak antum baru antum berfatwa

  113. @anton rius
    Baca tulisan anda ini: anton rius, di/pada Juli 16, 2010 pada 9:45 am Dikatakan: r
    ingin tahu syiah ?bacalah buku yg ditulis berdasarkan hadist bukan berdasarkan pendapat orang syiah ,,yg ditulis dngan rekayasa ,,dongeng yg tidak jelas yg mengatasnamakan islam ,,ingatlah ,,hati hati sama orang syiah ,,

    Kemudian bandingkan dengan kata2 anda yang ini:
    anton rius, di/pada Juli 16, 2010 pada 9:36 am
    kalaulah memang antum seorang mukmin yg bersaksi tiada ilah yg berhak disembah dengan benar selain ALLOH dan muhammad utusan ALLOH ,,mengapa antun mencaci maki sesama muslim ,,urus dulu akhlak antum baru antum berfatwa

    Menurut saya anda dan kelompok anda tidak mengerti apa yang anda2 tulis. Yang penting asal bisa mencela/mencaci golongan lain.
    Karena ketidak mengerti anda akhirnya SENJATA MAKAN TUAN

  114. Inkonsistensi dan kontradiksi sudah menjadi kebiasaan mereka dan tidak lagi mengganggu hati nurani mereka.

    Sayang sekali paham yang penuh kontradiksi dan inkonsistensi ini tidak diperiksa ulang oleh penganutnya.
    Semoga bisa diterima dengan objektif.

    Salam damai.

  115. Mohon Waktunya sejenak….

    Sahabat SP & seluruh pembaca yang budiman, anggaplah ini suatu perkenalan dari saya. dan saya sengaja meluangkan sedikit waktu untuk menuliskan ino, semoga tidak menjadi ganjalan dihati kawan2 semuanya….

    izinkan saya bergabung bersama anda, untuk sekedar share, dan memperjelas apa yang sudah menjadi tugas saya khususnya, sebagai seksi da’wah & tarbiyah disalah satu cabang MUI di kota bandung.

    dulu pada awal2 ngaji di pondok, saya ragu syi’ah dikatakan sesat, tapi begitu baca kitab2 mereka, dan lagi diperkuat koment2 para pengikutnya (diantaranya di blog ini) tentang para sahabat, istri2 Nabi, penolakan terhadap shohih bukhori (malah dikatakan anak rasul, padahal ga ada satupun ulama sunni yang berkata demikian), mereka dengan mudahnya mengkafirkan para shabat ahli badar, yang Islam telah tegak dengan darah mereka, semisal abu bakar yang menemani Nabi hijrah, umar yang terkenal paling berani membela Nabi, Utsman yang begitu ikhlasnya menyumbangkaan seluruh hartanya untuk Islam & perjuangannya, tapi mata dan hati kita rupanya telah tertutup sebuah doktin…

    Tidak sadarkah kita, siapa yang kita caci maki tersebut?? dimanakah kita, para ulama ulama syi’ah saat perang badar?? yang mana Nbi sampai beristigosah saking khwatirnya saat itu?? masih jadi angin kita & mereka…
    Tidakkah kita semua berfikir jernih sedikit saja tentang sebuah pribahasa yang sering kita dengar di negeri ini??
    “Negara yang baik adalah yang mampu menghargai jasa para Pahlawannya”

    Apalagi ini pahlawan Islam, dan sudah bukan sebuah rahasia lagi, mengapa para Ulama Sunni lebih mendudukan para sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman sebagai urutan pertama baru kemudian Ali, ini bukanlah suatu hal yang merendahkan Ali, namun masalah eksistensi kuantiti perjuangannya, logikanya, seorang pekerja yang lebih senior dan lebh dulu berjuang disuatu lembaga, maka dengan segenap pengalamannya, jasa2nya, lama pengabdiannya, dia berhak diutamakan sebagaimana layaknya seorang senior, dan Ali adalah seorang yang beriman dan wara’, berakhlaq karim, sehingga beliaupun tidak menjadi sakit hati (jauh dari akhlaq para pengikutnya di blog ini yang mengaku mengikuti madzhab syi’ah yang berkomentar secara membabi buta saja, begitu pun yang mengaku salafiyyin namun akhlaqnya laisa minassalaf), maka tidak ada satu perkataan pun yang syah dari sahabat Ali menghina abu bakar, utsman, dan umar, dimasa hidup Rasul, ataupun dimasa hidup Abu bakar, umar, ustman,sesudah wafat Nabi, demikian pula terhadap ‘Aisyah ummul Mu’minin, sungguh indah apa yang ulama sunni katakan, dan sungguh jauh sekali dengan apa yang sudah ulama syi’ah lecehkan, para ‘alim sunni dari zaman ke zaman selalu berkata :
    “Janganlah kalian menyikapi pertentangan (mendukung atau menyalahkan) apa yang sudah terjadi diantara para sahabat dulu dengan segenap pertikaian mereka, mereka sudah berlalu dengantaqdir Alloh, dengan segala keutamaan amal2 mereka, dan anda, saya, bung SP dan semua pembaca disini tidak akan ditanya sama sekali diakhirat nanti : MENGAPA ALI BEGINI?MENGAPA AISYAH BEGITU? MENGAPA SAHABAT FULAN BEGINI DAN BEGITU??

    Wallohi saudaraku, anda telah banyak menelan pil dari TALBIS IBLIS…

    Sungguh benar2 suatu kegilaan yang nyata (maaf ya bung SP sang Psikiater), jika orang2 yang seperti ini tidak anda kritisi, jika anda mampu berkata sambil tersenyum :
    “Jika ada ulama syiah melakukan kesalahan ya gak usah diikuti kesalahannya, gampang kan. kesalahan itu hal biasa bagi manusia. ”

    Maka anda pun seharusnya bisa berkata dengan secara tegas pula sambil tertawa :
    Jika ada ulama Salafy melakukan kesalahan ya gak usah diikuti kesalahannya, gampang kan. kesalahan itu hal biasa bagi manusia…

    Dan saya sudah baca anda telah mampu berkata dengan perkataan yang ke2, walau belum secara tegas, tapi setidaknya anda sudah tampakkan itu, terima kasih…
    tapi anda telah berkata dengan jelas menampakkan kesinisan anda pada salafy, namun sedikitpun anda tidak menanggapi caci maki yang keluar dari rekan2 syiah, lidah anda boleh saja berkata bahwa anda netral, namun sikap anda jelas sekali berbeda …sekali lagi maaf, saya tidak menuduh, saya selaku pemerhati hanya ingin mempertanyakan, apakah sikap tawaqquf anda (diam diri atas koment2 rekan2 syi’ah, caci makinya, ataupun penghinaan kepada para sahabat) tidak bernilai buruk disisi anda yang seorang PSIKIATER muda?? dan apakah tidak masuk analisa anda yang konon katanya anda seorang pencari kebenaran?? Saya lebih salut dan angkat jempol dengan 2 tangan kepada rekan2 syi’ah yang dengan terang2annya berani mengatakan dengan bangga bahwa mereka adalah syi’ah sejati dan membenci salafy, dibanding sikap anda yang masih abu abu…jika saya diperkenankan bertanya kepada anda:

    Yth. Bapak SP Psikiater:
    1.apakah anda seorang pendukung syi’ah atau Sunni?

    Jika anda menjawab dengan salah satu pilihan diatas, maka selesailah pertanyaan saya:

    Tapi jika anda berkata :
    saya hanya mengikuti apa yang benar dari keduanya saja, maka saya akan lanjutkan dengan pertanyaan k 2:
    a. jika anda mengikuti kebenaran diantara keduanya, maka tentu anda melihat dengan jelas ibarat melhat pada siang hari bahwa dikeduanya ada kebenaran dan ada kesalahan, baik yang far’i ataupun yang ushul, maka saya minta dengan hormat kepada anda untuk menulis dan menjelaskan beberapa point berikut ini :
    I. apa saja kesalahan sunni dan syi’ah dalam hal ushul dan far’i nya…
    II. kalau sunni sudah jelas tidak ada yang mendiskreditkan para sahabat, adapun berkaitan dengan muawiyah berdasarkan penelitian para ulama, telah memasuki sebuah medan diskusi yang panjang, dan biarkanlah para ahlinya yang berkata, kita tawaqquf saja…adapun syi’ah, telah nyata kebencian dari mereka kepada para sahabat besar diantaranya al-khulafaur rosyidin al mahdiyyin, ummul mu’minin, dan yang lainnya, yang ingin saya ketahui dari anda :
    apakah penghinaan kepada para sahabat itu masalah ushul atau furu??
    apakah sesat atau tidak para pelakunya?
    dan bagaimana kedudukan para sahabat yang terhina itu didalam pandangan bapak psikiater?

    Terima kasih atas tanggapannya…

    Arifin Noer LC.

  116. nulis opo sih Noer.Lc….
    mbok sing nyambung to….

    Kalo mau bahas syiah gih ke situs syiah, banyak kok diinternet.
    kalo mau koment pendapat @sp ya dibahas dalilnya…biar Lc nya keliatan fungsinya…gitu kok repot yah…

  117. @Arifin Noer LC.

    Selayaknya anda harus tahu etika diskusi, hingga tidak jatuh pada fallacy.

    Bantah saja tulisan SP dengan sebaik-baik argumen, maka orang-orang yang berakal akan tahu siapa yang berbicara dengan ilmu pengetahuan, petunjuk dan kitab yang bercahaya.

    Terimakasih.

  118. @Arifin Noer LC.

    Untuk mengetahui apakah penghinaan kepada para sahabat itu masalah ushul atau furu?? apakah sesat atau tidak para pelakunya? coba anda baca dan pahami yg ini:

    Al-Quran adalah petunjuk untuk seluruh ummat manusia sampai akhir zaman karenanya akan selalu berlaku dan akan selalu ada yang akan menjelaskannya sesuai dengan pengetahuan Ilahi. “Sungguh, Kami telah mendatangkan kitab (Al-Quran) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Al-A’raf [7]:52).

    Pada ayat lain, Allah Swt berfirman, “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. ” (Qs. Al-Nahl [16]:64).

    Dengan ayat-ayat tersebut diatas, maka jelaslah maksud dari penggalan hadis Rasulullah Saw “Kutinggalkan bagi kalian dua hal yang berharga, Al-Qur’an dan Ahlulbaitku” (HR Muslim). Bahwa keduanya, Al-Qur’an dan Ahlulbait adalah dua hal yang tak terpisahkan hingga hari kiamat. Memisahkan satu sama lain akibatnya adalah kesesatan dan di luar dari koridor ajaran Islam itu sendiri.

    Wassalam

  119. @sahabat :
    Terima kasih atas uraian anda, tapi maaf apa yang anda sampaikan adalah sebuah ushul global, dan sama sekali belum menjawab apa yang saya pertanyakan kepada bung SP. Mengapa??
    Karena ayat yang anda bawakan sungguh sangat indah, namun sayang secara tersirat makna yang terkandung didalam ayat tersebut sama sekali tidak menjadikan rekan2 syi’ah merasa terpanggil, apa sebabnya?? ayat tersebut jelas menuturkan bahwa Nabi telah dijadikan Rosul sebagai penerang jalan ummat ila yaumil akhir, dan ayat selanjutnya menyambung menjelaskan bahwa Nabi menerima wahyu, dan menjelaskannya kepada para sahabat, namun di saat syi’ah menolak para sahabat, bahkan sebagian aliran syi’ah jelas2 mengkafirkannya, maka apalah arti dari diterimanya bayan qur’an oleh para sahabat?? apa saat itu ada kelompok syi’ah yang menerima bayan langsung dari Nabi selain sahabat?? dalam kaidah ilmu tafsir ahli sunnah, metode penafsiran yang benar yang telah disusun oleh para muffasir qur’an adalah dengan :
    1. menafsirkan ayat dengan ayat berdasarkan sebab – sebab turunnya,
    2. menafsirkan ayat dengan hadits shohih yang memang berkaitan saat turunnya
    3. Menafsirkan ayat dengan bayan / atsar para sahabat yang telah diteliti keabsahannya,
    maka otomatis rekan2 syi’ah tidak akan sepakat dengan metode diatas, karena :
    1. Qur’an sebagian aliran syi’ah berbeda dengan mushaf utsmani
    2. Hadits – hadits shohih yang ada pada kitab sunni semisal imam bukhori tertolak oleh mereka dengan alasan para sahabat itu dikafirkan, tercela semisal abu hurairoh (menurut syi’ah), bahkan para aimmah hadits pun ikut dicela oleh mereka, seperti kebencian mereka yang besar pada imam bukhori, diantara sebabnya adalah ke tidak mauan imam bukhori mengambil rawi syi’ah lantaran menurut penelitian imam bukhori, orang2 syi’ah berani berdusta atas nama Islam (lihat tarikh al-kabir)
    maka jalan manakah yang bisa menunjuki umat dalam memahami agama Islam ini jika demikian keyakinan syi’ah??
    rekan syi’ah sangat mengagungkan imam yang 12, padahal mayoritas imam yang tersebut tidak ada pada perang badar, bukan termasuk sahabat yang mendapatkan bayan langsung (perkataan saya tidak bermakna merendahkan kedudukan imam 12, saya hanya mengungkapkan eksistensi mereka dalam hal mendapatkan bayan qur’an secara langsung dan eksistensinya dalam perjuangan menegakkan islam)

    hadits yang anda bawakan pun masih sangat global dalam hal memahaminya, jika kita dalam memahami al-qur’an dan sunnah tanpa melalui jalan para sahabat, maka jalan manakah yang baik?
    jika penafsiran dan pemahaman para sahabat saja yang mendapatkan bayan langsung sudah ditolak, maka mafhumnya, terlebih pemahaman syi’ah yang tidak mendapatkan bayan langsung, sungguh akan banyak terjadi kerusakan seandainya setiap penuntut ilmu langsung mengambil ayat dia bacakan, lalu dia terjemahkan dan tafsirkan maknanya dengan pemikiran dia sendiri, wallohul musta’an…
    saya tunggu untuk diskusi selanjutnya…yang lebih menjawab pertanyaan2 saya…terima kasih.

    salam:
    arifin noer Lc

  120. @ Saudara bob :
    rasanya pertanyaan saya tidak salah, dan tulisan saya wajar saja, tidak menggunakan kalimat kasar, dan jorok, dan kita punya kebebasan mengungkapkan sesuatu dengan batas dan koridor islami. saya bertanya kepada bung SP, dan tidak membebankan saudaraku bob untuk menjawabnya, jadi mohon disikapi rileks saja, karena bung SP pun telah sedikit banyaknya membahas tentang syi’ah baik dalam tulisan & komentnya..saya yakin bung SP dengan segenap ilmu dan wawasannya yang didalam memahami Islam akan mampu menjawabnya dengan memuaskan kok…terima kasih atas masukkannya…

    @ saudara ku badruzaman :
    saya hanya ingin bertanya, apakah salah seseorang yang bertanya?? dan apakah sebuah keingin tahuan menyebabkan seseorang jadi Fallacy??

    terima kasih atas saran dan masukkan anda…

  121. @Arifin Noer LC.

    Perbedaan pendapat antar mazhab dalam Islam bukan sesuatu yang baru. Jika kita menelusuri sejarah, akan ditemukan perselisihan antara kelompok fikih dan ushul Sunni, misalnya antara Asy’ariah dan Mu’tazilah atau antara pengikut Hanbali, Hanafi dan Syafi’i dan begitu pula pada kelompok-kelompok Syi’ah. Perbedaan yang paling mendasar antara mazhab Syi’ah dengan yang lainnya adalah loyalitas kepada keluarga Nabi (Ahlul Bait) sehingga mazhab Syi’ah juga dikenal sebagai mazhab Ahlulbait.

    Kaum Syi’ah meyakini hak kekhalifahan ada pada Ahlulbait Nabi. Kekhalifahan yang dimaksud bukan sekedar sebagai pemimpin ummat melainkan sebagai pelanjut tugas kenabian, memberikan bimbingan dan petunjuk kepada ummat. Imam Muslim meriwayatkan di dalam kitab Sahih-nya, juz 4 hal. 123 terbitan Beirut Libanon, Zaid bin Arqam berkata, “Pada suatu hari Rasulullah Saw berdiri di tengah-tengah kami dan menyampaikan khutbah di telaga yang bernama “Khum”, yang terletak antara Mekah dan Madinah. Setelah mengucapkan hamdalah dan puji-pujian kepada-Nya serta memberi nasihat dan peringatan, Rasulullah Saw berkata, “Adapun selanjutnya, wahai manusia, sesungguhnya aku ini manusia yang hampir didatangi oleh utusan Tuhanku, maka akupun menghadap-Nya. Sesungguhnya aku tinggalkan padamu dua perkara yang amat berharga, pertama adalah kitab Allah, yang merupakan tali Allah. Barangsiapa yang mengikutinya maka dia berada di atas petunjuk, dan barangsiapa yang meninggalkannya maka ia berada di atas kesesatan”. Kemudian Rasulullah Saw melanjutkan sabdanya, “Adapun yang kedua adalah Ahlulbaitku. Demi Allah aku peringatkan kamu akan Ahlulbaitku, aku peringatkan kamu akan Ahlulbaitku, aku peringatkan kamu akan Ahlulbaitku.”

    Al-Hakim juga meriwayatkannya dalam Al-Mustadraknya dari Zaid bin Arqam bahwa Nabi bersabda pada Haji Wada’, “Sesungguhnya aku telah tinggalkan kepada kalian tsaqalain (dua peninggalan yang sangat berharga) yang salah satu dari keduanya lebih besar daripada yang lain, Kitabullah (Al-Qur’an) dan Ahlulbaitku. Oleh karena itu perhatikanlah kalian dalam memperlakukan keduanya sepeninggalku. Sebab sesungguhnya keduanya tidak akan pernah berpisah sehingga berjumpa denganku di Haudh.” Setelah menyebutkan hadits ini Al-Hakim berkata, “Hadis ini sahih sesuai syarat yang ditetapkan oleh Bukhari-Muslim.”

    Sebagaimana diketahui bahwa kaum muslimin sepakat untuk mensahihkan seluruh hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, maka saya mencukupkan dengan hanya mengutip kedua hadis ini sebab dalam banyak kitab hadis ini pun dinukil. Rasul menyebut keduanya (Al-Qur’an dan Ahlulbaitnya) sebagai Al-Tsaqalain, Al-Tsaql berarti sesuatu yang berharga, mulia, terjaga dan suci karena keduanya adalah tambang ilmu-ilmu agama, hikmah dan hukum syariat. Keduanya sebagaimana hadis Rasulullah Saw; tidak akan pernah terpisah dan saling melengkapi. Keduanya tidak dapat dipisahkan, apalagi oleh sekedar perkataan Umar bin Khattab pada saat Rasulullah mengalami masa-masa akhir dalam kehidupannya, bahwa Al-Qur’an sudah cukup bagi kita. Rasulullah Saw menjamin bahwa siapapun yang bersungguh-sungguh dan berpegang pada kedua tsaqal ini, maka tidak akan pernah mengalami kesesatan. Kemunduran dan penyimpangan kaum muslimin terjadi ketika mencoba memisahkan kedua tsaqal ini.

    Wassalam

  122. @pemerhati da’wah internet

    Sahabat SP & seluruh pembaca yang budiman, anggaplah ini suatu perkenalan dari saya. dan saya sengaja meluangkan sedikit waktu untuk menuliskan ino, semoga tidak menjadi ganjalan dihati kawan2 semuanya….

    Silakan, silakan 🙂

    Apalagi ini pahlawan Islam, dan sudah bukan sebuah rahasia lagi, mengapa para Ulama Sunni lebih mendudukan para sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman sebagai urutan pertama baru kemudian Ali, ini bukanlah suatu hal yang merendahkan Ali, namun masalah eksistensi kuantiti perjuangannya,

    Maaf tetapi cukup banyak juga para ulama sunni yang mendahulukan Ali diantara para sahabat lainnya termasuk Abu Bakar Umar dan Utsman. Bahkan sebagian diantara sahabat Nabi juga bersikap demikian.

    logikanya, seorang pekerja yang lebih senior dan lebh dulu berjuang disuatu lembaga, maka dengan segenap pengalamannya, jasa2nya, lama pengabdiannya, dia berhak diutamakan sebagaimana layaknya seorang senior,

    Imam Ali AS adalah orang yang pertama mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Beliau SAW telah mengutamakan Imam Ali dari sahabat yang lain

    dan Ali adalah seorang yang beriman dan wara’, berakhlaq karim, sehingga beliaupun tidak menjadi sakit hati (jauh dari akhlaq para pengikutnya di blog ini yang mengaku mengikuti madzhab syi’ah yang berkomentar secara membabi buta saja, begitu pun yang mengaku salafiyyin namun akhlaqnya laisa minassalaf),

    Bicara soal akhlak itu tergantung manusia-nya baik sunni atau syiah bisa saja ada yang berakhlak baik dan ada yang berakhlak buruk 🙂

    maka tidak ada satu perkataan pun yang syah dari sahabat Ali menghina abu bakar, utsman, dan umar, dimasa hidup Rasul, ataupun dimasa hidup Abu bakar, umar, ustman,sesudah wafat Nabi, demikian pula terhadap ‘Aisyah ummul Mu’minin, sungguh indah apa yang ulama sunni katakan, dan sungguh jauh sekali dengan apa yang sudah ulama syi’ah lecehkan,

    Soal bagaimana ulama syiah, saya kurang paham dan kurang mengetahui tetapi saya sepakat kalau menghina siapapun tanpa alasan yang haq merupakan akhlak yang tidak terpuji 🙂

    para ‘alim sunni dari zaman ke zaman selalu berkata :
    “Janganlah kalian menyikapi pertentangan (mendukung atau menyalahkan) apa yang sudah terjadi diantara para sahabat dulu dengan segenap pertikaian mereka, mereka sudah berlalu dengantaqdir Alloh, dengan segala keutamaan amal2 mereka, dan anda, saya, bung SP dan semua pembaca disini tidak akan ditanya sama sekali diakhirat nanti : MENGAPA ALI BEGINI?MENGAPA AISYAH BEGITU? MENGAPA SAHABAT FULAN BEGINI DAN BEGITU??

    Maaf tidak ada yang bicara soal diakhirat mau ditanya begini atau begitu?. Apa maksud saudara? kalau saudara merasa keberatan jika ada yang membahas sejarah perselisihan para sahabat maka silakan saudara menghapus sejarah mereka yang tertera dalam kitab hadis dan sirah

    Wallohi saudaraku, anda telah banyak menelan pil dari TALBIS IBLIS…

    maaf, saya rasa anda terlalu terburu-buru menilai orang, silakan nilai diri anda baik-baik 🙂

    Sungguh benar2 suatu kegilaan yang nyata (maaf ya bung SP sang Psikiater), jika orang2 yang seperti ini tidak anda kritisi, jika anda mampu berkata sambil tersenyum :
    “Jika ada ulama syiah melakukan kesalahan ya gak usah diikuti kesalahannya, gampang kan. kesalahan itu hal biasa bagi manusia. ”

    Apa yang salah dengan kata-kata saya itu?. Bagian mana yang merupakan “kegilaan yang nyata”. Kalau anda sendiri tidak paham artinya kegilaan maka janganlah dilontarkan 🙂

    Maka anda pun seharusnya bisa berkata dengan secara tegas pula sambil tertawa :
    Jika ada ulama Salafy melakukan kesalahan ya gak usah diikuti kesalahannya, gampang kan. kesalahan itu hal biasa bagi manusia…

    Jelas, siapapun bisa melakukan kesalahan baik itu ulama tau bukan baik itu saya atau anda ataupun para pembaca di blog ini. Dan sudah selayaknya yang namanya kesalahan jangan diikuti. Ini logika sehat baik dan benar 🙂

    Dan saya sudah baca anda telah mampu berkata dengan perkataan yang ke2, walau belum secara tegas, tapi setidaknya anda sudah tampakkan itu, terima kasih…

    Apapun itu tidak ada hubungannya dengan saudara, jadi tidak perlu terimakasih 🙂

    tapi anda telah berkata dengan jelas menampakkan kesinisan anda pada salafy, namun sedikitpun anda tidak menanggapi caci maki yang keluar dari rekan2 syiah,

    wah wah maaf ya saya rasa anda salah, siapapun yang mencaci maki di blog ini sudah saya tegur tentunya tidak dengan menanggapi komentarnya satu-satu. Saya terkadang sudah memmberikan komentar kepada @all pengunjung agar santun dalam berdiskusi dan tidak perlu caci maki.

    lidah anda boleh saja berkata bahwa anda netral, namun sikap anda jelas sekali berbeda …sekali lagi maaf, saya tidak menuduh, saya selaku pemerhati hanya ingin mempertanyakan,

    Maaf anda ini mengerti tidak apa itu artinya netral. Saya pribadi sudah memberikan komentar peringatan kepada siapapun pengunjung blog ini agar tidak menggunakan kata-kata caci maki.

    apakah sikap tawaqquf anda (diam diri atas koment2 rekan2 syi’ah, caci makinya, ataupun penghinaan kepada para sahabat) tidak bernilai buruk disisi anda yang seorang PSIKIATER muda??

    sejauh yang saya ingat, saya tidak berdiam diri atau bertawaqquf dalam masalah ini.

    dan apakah tidak masuk analisa anda yang konon katanya anda seorang pencari kebenaran??

    apanya yang perlu dianalisa? soal mencaci maki, mau dianalisa apakah benar atau salah, maaf mas bagi siapapun yang ngakunya muslim pasti tahu kalau caci maki itu salah.

    Saya lebih salut dan angkat jempol dengan 2 tangan kepada rekan2 syi’ah yang dengan terang2annya berani mengatakan dengan bangga bahwa mereka adalah syi’ah sejati dan membenci salafy, dibanding sikap anda yang masih abu abu…

    Silakan, saya pribadi tidak membutuhkan sikap salut anda. Saya tidak membenci syiah sunni atau salafy dan apapun sikap saya, saya tidak pernah meminta pujian dari anda 🙂

    jika saya diperkenankan bertanya kepada anda:

    Yth. Bapak SP Psikiater:
    1.apakah anda seorang pendukung syi’ah atau Sunni?

    Maaf ya tapi saya rasa anda sendiri tidak mengerti arti pertanyaan itu. Saya akan jawab : secara pribadi saya tidak mendukung kelompok manapun, baik itu syiah atau sunni bagi saya keduanya baik. Yang syiah silakan berpegang pada kesyiahannya dan yang sunni silakan berpegang pada kesunnian-nya. Yang buat saya muak adalah orang-orang yang ngaku-nya salafy tetapi ketika saya menuliskan tentang kemuliaan dan keutamaan Ahlul Bait serta menunjukkan berbagai kesalahan sahabat, mereka malah meradang dan menuduh saya syiah. Apalagi ketika saya menuliskan pembelaan terhadap ulama syiah dan menunjukkan kedustaan ulama sunni yang menuduh sembarangan [seperti tulisan di atas] makin marak tuh kata-kata tuduhan syiah terhadap saya. alangkah lucunya logika orang seperti itu 🙂

    Jika anda menjawab dengan salah satu pilihan diatas, maka selesailah pertanyaan saya:

    sekali lagi sikap saya pribadi tidak ada urusannya dengan anda. Jadi apapun jawaban saya terserah anda mau tanya lagi atau tidak :mrgreen:

    Tapi jika anda berkata :
    saya hanya mengikuti apa yang benar dari keduanya saja,

    Tidak ada masalah dengan sikap ini, bagi saya ini sikap yang baik 🙂

    maka saya akan lanjutkan dengan pertanyaan k 2:
    a. jika anda mengikuti kebenaran diantara keduanya, maka tentu anda melihat dengan jelas ibarat melhat pada siang hari bahwa dikeduanya ada kebenaran dan ada kesalahan, baik yang far’i ataupun yang ushul, maka saya minta dengan hormat kepada anda untuk menulis dan menjelaskan beberapa point berikut ini :

    Maaf tolong perbaiki dulu logika berpikir anda. Ketika ada orang mengatakan bahwa ia akan mengambil kebenran dimaanapun itu berasal maka bukan berarti ia pasti tahu mana yang benar dan mana yang salah. Kebenaran itu masih harus dicari dulu dengan metode yang benar.

    I. apa saja kesalahan sunni dan syi’ah dalam hal ushul dan far’i nya…

    Maaf apalagi pertanyaan ini, terlepas dari saya tahu atau tidak jawaban pertanyaan ini pasti bisa memenuhi berjilid-jilid buku. Kalau anda mau tahu kebenaran yang saya tahu maka silakan tuh baca di blog ini baik-baik soal “keutamaan Ahlul Bait dan keharusan berpedoman pada Ahlul Bait” nah itu ushul yang menurut saya benar sedangkan soal perinciannya, saya pribadi masih jalan terus 🙂

    II. kalau sunni sudah jelas tidak ada yang mendiskreditkan para sahabat,

    Maaf anda cuma bicara yang umum-umum saja padahal cukup banyak tuh riwayat sunni yang kesannya mendiskreditkan sahabat tertentu. Bahkan ada tuh ulama sunni yang mencaci sahabat baik sadar maupun tidak sadar.

    adapun berkaitan dengan muawiyah berdasarkan penelitian para ulama, telah memasuki sebuah medan diskusi yang panjang, dan biarkanlah para ahlinya yang berkata, kita tawaqquf saja…

    Maaf bagi saya perkara ini sangat jelas sekali. Muawiyah itu sudah jelas keliru dalam perselisihannya baik dengan Imam Ali ataupun dengan Imam Hasan. bahkan dalam pemerintahannya-pun banyak terjadi penyimpangan.

    adapun syi’ah, telah nyata kebencian dari mereka kepada para sahabat besar diantaranya al-khulafaur rosyidin al mahdiyyin, ummul mu’minin, dan yang lainnya,

    Saya pribadi berlepas diri dari sikap yang demikian, saya tidak punya kebencian terhadap para sahabat.

    yang ingin saya ketahui dari anda :
    apakah penghinaan kepada para sahabat itu masalah ushul atau furu??

    Yang saya tahu itu bukan masalah ushul 🙂

    apakah sesat atau tidak para pelakunya?

    mencaci ya jelas salah Mas 🙂

    dan bagaimana kedudukan para sahabat yang terhina itu didalam pandangan bapak psikiater?

    Tidak ada yang patut dipermasalahkan, orang yang memang mulia di mata Allah SWT tidak akan luntur kemuliaannya dengan caci maki siapapun. Begitu pula sebaliknya 🙂

    Terima kasih atas tanggapannya…

    Arifin Noer LC.

    Terimakasih dan yah gelar anda memang lebih bagus dari milik saya, yang menurut anda adalah “Psikiater” :mrgreen:

  123. Imam Ali AS adalah orang yang pertama mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Beliau SAW telah mengutamakan Imam Ali dari sahabat yang lain

    saya : bagaimana hadits tentang keutamaan abu bakar, umar & utsman? & bagaimana hadits tentang ketika nabi ditanya siapa orang yang paling dicintainya, lalu beliau berkata ‘aisyah, kemudian berkata lagi, bapaknya….

    Bicara soal akhlak itu tergantung manusia-nya baik sunni atau syiah bisa saja ada yang berakhlak baik dan ada yang berakhlak buruk

    saya : syukurlah anda faham, jadi ga perlu disamaratakan lagi kemuakan anda kepada kepada salafy, tapi sesuai kata2 anda diatas, sebaiknya anda katakan saja oknum salafy…

    Maaf tidak ada yang bicara soal diakhirat mau ditanya begini atau begitu?. Apa maksud saudara? kalau saudara merasa keberatan jika ada yang membahas sejarah perselisihan para sahabat maka silakan saudara menghapus sejarah mereka yang tertera dalam kitab hadis dan sirah

    saya : itulah bedanya fikrah syi’ah dan sunni mas…sunni tak ada yang menghapus sejarah, tapi mereka bijak dalam menyikapi sejarah, karena sunni sadar diri, siapa kita dan siapa para pahlawan Islam, sangat tau diri tentang keutamaan para sahabat…

    wah wah maaf ya saya rasa anda salah, siapapun yang mencaci maki di blog ini sudah saya tegur tentunya tidak dengan menanggapi komentarnya satu-satu. Saya terkadang sudah memmberikan komentar kepada @all pengunjung agar santun dalam berdiskusi dan tidak perlu caci maki.

    saya : wah wah saya belum melihat anda memberikan teguran kepada yang kontra salafy mas, tolong copykan deh, kalo saya salah saya aka segera minta maaf, yang ada anda memberikan teguran kepada yang menurut anda pro salafy saja

    Yang buat saya muak adalah orang-orang yang ngaku-nya salafy tetapi ketika saya menuliskan tentang kemuliaan dan keutamaan Ahlul Bait serta menunjukkan berbagai kesalahan sahabat, mereka malah meradang dan menuduh saya syiah. Apalagi ketika saya menuliskan pembelaan terhadap ulama syiah dan menunjukkan kedustaan ulama sunni yang menuduh sembarangan [seperti tulisan di atas] makin marak tuh kata-kata tuduhan syiah terhadap saya. alangkah lucunya logika orang seperti itu

    saya : ga perlu muak mas, itu hanya oknum saja, seperti kata anda : Bicara soal akhlak itu tergantung manusia-nya baik sunni atau syiah bisa saja ada yang berakhlak baik dan ada yang berakhlak buruk, dan mungkin saja orang2 salafy pun muak dengan sikap anda, sama seperti anda menilai mereka… :mrgreen:

    sekali lagi sikap saya pribadi tidak ada urusannya dengan anda. Jadi apapun jawaban saya terserah anda mau tanya lagi atau tidak

    saya : loh salah ya seseorang bertanya??rupanya anda temperamen juga… :mrgreen:

    Maaf anda cuma bicara yang umum-umum saja padahal cukup banyak tuh riwayat sunni yang kesannya mendiskreditkan sahabat tertentu. Bahkan ada tuh ulama sunni yang mencaci sahabat baik sadar maupun tidak sadar.

    saya : itukan hanya kesan anda saja mas 🙂 , kalo yang sadar saat mencaci ya jelas dia salah mas 🙂 , setahu anda siapa mas ulama sunni itu? saya mnt tolong diberitahu ya.. kalo dalam tidak sadar ya ga jadi dosa mas hukumnya…jd g perlu dimasalahkan… 🙂 ya toh?

    Maaf bagi saya perkara ini sangat jelas sekali. Muawiyah itu sudah jelas keliru dalam perselisihannya baik dengan Imam Ali ataupun dengan Imam Hasan. bahkan dalam pemerintahannya-pun banyak terjadi penyimpangan.

    saya : itukan menurut pendapat anda saja mas, dan dalam urusan pemerintahan yang menurut anda banyak penyimpangan bukan alasan muawiyah keliru mas, masih perlu banyak referensi yang anda kaji dalam masalah ini, pemerintahan Ali tidak jauh beda mas, tapi itu bukan sebuah arti bahwa pemerintahannya Ali gagal mas… 🙂

    Saya pribadi berlepas diri dari sikap yang demikian, saya tidak punya kebencian terhadap para sahabat.

    saya : baguslah kalo begitu mas

    Yang saya tahu itu bukan masalah ushul

    saya : nah yang ini yang harus anda kaji terus mas, penghinaan para sahabat telah berujung tertolaknya ribuan hadits yang shohih dalam perkara aqidah, apa anda bbelum tau?? apa nanti tidak masuk ke ushul mas??

    mencaci ya jelas salah Mas

    saya : wah jawabnya yang tegas mas, saya ga tanya salah atau tidak, yang saya tanya sesat atau tidak, jawab aja deh, ga ada yang akan ancam anda kok, karena jawaban anda tidak menjawab pertanyaan saya mas, yang salah tidak selalu sesat, tapi yang sesat jelas salah mas,, gmn tuh? 🙂

    saya: dan bagaimana kedudukan para sahabat yang terhina itu didalam pandangan bapak psikiater?

    anda jawab : Tidak ada yang patut dipermasalahkan, orang yang memang mulia di mata Allah SWT tidak akan luntur kemuliaannya dengan caci maki siapapun. Begitu pula sebaliknya

    saya : Nah bagi rekan syi’ah, jawaban mas SP ini menjawab semua tuduhan anda terhadap para sahabat dan ummul mu’minin ‘aisyah.. 🙂

    Terimakasih dan yah gelar anda memang lebih bagus dari milik saya, yang menurut anda adalah “Psikiater”

    saya : bukan menurut saya loh, saya hanya ikutan dari koment beberapa rekan anda di blog ini, ada yang bilang anda ustadz, dokter, dan psikiater, tapi saya lebih cenderung mendukung anda sebagai psikiater… :mrgreen:

  124. @arifin noer lc

    saya : bagaimana hadits tentang keutamaan abu bakar, umar & utsman?

    maaf keutamaan sahabat Abu Bakar Umar dan Utsman tidak menunjukkan kalau mereka lebih utama dari Imam Ali justru sebaliknya keutamaan Imam Ali menunjukkan bahwa Beliau lebih utama dari mereka bertiga.

    & bagaimana hadits tentang ketika nabi ditanya siapa orang yang paling dicintainya, lalu beliau berkata ‘aisyah, kemudian berkata lagi, bapaknya….

    Tidak ada masalah dengan hadis itu, karena terdapat hadis shahih lain bahwa yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Imam Ali dan Sayyidah Fathimah. Bahkan ada tuh hadis yang paling dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Usamah bin Zaid dan kaum Anshar. Jadi menjadikan hadis tersebut sebagai tolak ukur keutamaan yang yang lebih utama dari yang lain jelas keliru, karena hadis semisal itu ada banyak 🙂

    saya : syukurlah anda faham, jadi ga perlu disamaratakan lagi kemuakan anda kepada kepada salafy, tapi sesuai kata2 anda diatas, sebaiknya anda katakan saja oknum salafy…

    ooh boleh saja kok, saya klarifikasi ya ketika saya mengkritik salafy maka bisa jadi itu adalah ulama salafy, pengikut salafy, oknum salafy atau yang ngaku-ngaku salafy. Jadi saya tidak menyamaratakan salafy, terkait dengan komentar saya sebelumnya maka salafy yang saya makasud adalah beberapa pengikut salafy di dunia maya ini yang punya blog dan ngaku-ngaku salafy.

    saya : itulah bedanya fikrah syi’ah dan sunni mas…sunni tak ada yang menghapus sejarah, tapi mereka bijak dalam menyikapi sejarah, karena sunni sadar diri, siapa kita dan siapa para pahlawan Islam, sangat tau diri tentang keutamaan para sahabat…

    Maaf saya tidak melihat ada bedanya fikrah syi’ah dan sunni tentang apa yang anda bicarakan. saya juga gak bilang tuh sunni menghapus sejarah, saya kan menanggapi anda karena sepertinya anda merasa keberatan jika ada yang membahas perselisihan sahabat atau perilaku sahabat yang tidak baik padahal itu kan tertera dalam kitab hadis dan sirah 🙂

    saya : wah wah saya belum melihat anda memberikan teguran kepada yang kontra salafy mas, tolong copykan deh, kalo saya salah saya aka segera minta maaf, yang ada anda memberikan teguran kepada yang menurut anda pro salafy saja

    Silakan dicari saja sendiri. Kalau memang anda yang berkepentingan silakan tuh tampilkan teguran saya kepada yang menurut anda “prosalafy” saya ingin lihat siapa yang anda maksud 🙂

    saya : ga perlu muak mas, itu hanya oknum saja, seperti kata anda : Bicara soal akhlak itu tergantung manusia-nya baik sunni atau syiah bisa saja ada yang berakhlak baik dan ada yang berakhlak buruk, dan mungkin saja orang2 salafy pun muak dengan sikap anda, sama seperti anda menilai mereka…

    ehem lha iya kalau salafy-nya udah mulai ngawur maka mereka berubah menjadi oknum salafy :mrgreen: btw salafy mau muak atau tidak ya itu hak mereka lah, siapa saja berhak muak kok 🙂

    saya : loh salah ya seseorang bertanya??rupanya anda temperamen juga…

    ehem kayaknya anda salah paham nih, saya gak menyalahkan anda. saya kan bilang sekali lagi sikap saya pribadi tidak ada urusannya dengan anda. Jadi apapun jawaban saya terserah anda mau tanya lagi atau tidak. Nah sikap saya ya memang gak ada sangkut pautnya dengan anda jadi apapun jawaban saya soal sikap saya tersebut maka terserah anda mau bertanya lagi atau tidak, dimana letak temperamennya ya?, apa anda tidak bisa membedakan temperamen atau tidak? atau mungkin anda punya batasan temperamen sendiri 🙂

    saya : itukan hanya kesan anda saja mas 🙂 , kalo yang sadar saat mencaci ya jelas dia salah mas 🙂 , setahu anda siapa mas ulama sunni itu? saya mnt tolong diberitahu ya.. kalo dalam tidak sadar ya ga jadi dosa mas hukumnya…jd g perlu dimasalahkan… 🙂 ya toh?

    Udah saya tulis kok, silakan anda cek tulisan saya yang berjudul Urwah bin Zubair mencaci sahabat Nabi, silakan tuh dibaca 🙂

    saya : itukan menurut pendapat anda saja mas, dan dalam urusan pemerintahan yang menurut anda banyak penyimpangan bukan alasan muawiyah keliru mas,

    Maaf ya penyimpangan yang dilakukan Muawiyah semasa pemerintahan jelas sekali keliru, sejak kapan penyimpangan tidak bisa dikatakan keliru. dan maaf itu bukan pendapat saya itu yang tercatat dalam kitab shahih dan saya sudah buat thread khusus, jadi silakan lihat di daftar artikel blog ini 🙂

    masih perlu banyak referensi yang anda kaji dalam masalah ini, pemerintahan Ali tidak jauh beda mas, tapi itu bukan sebuah arti bahwa pemerintahannya Ali gagal mas…

    siapapun jelas harus mengkaji setiap masalah dengan baik, saya tidak keberatan untuk mengkaji terus. Yang aneh justru anda yang mengatakan pemerintahan Ali tidak jauh beda, apanya yang tidak jauh beda? kita kan bicara soal “penyimpangan”, apa menurut anda Imam Ali melakukan penyimpangan juga? silakan tuh beri penjelasan atas kata-kata anda itu 🙂

    saya : nah yang ini yang harus anda kaji terus mas, penghinaan para sahabat telah berujung tertolaknya ribuan hadits yang shohih dalam perkara aqidah, apa anda bbelum tau?? apa nanti tidak masuk ke ushul mas??

    maaf kalau begitu bagaimana dengan berbagai perawi yang khawarij dan nashibi yang hadis-hadisnya menjadi hujjah dalam Shahih Bukhari Muslim. Bukankah khawarij dan Nashibi telah menghina sahabat Ali bin Abi Thalib RA, menurut anda itu masalah ushul kan :mrgreen:

    saya : wah jawabnya yang tegas mas, saya ga tanya salah atau tidak, yang saya tanya sesat atau tidak, jawab aja deh, ga ada yang akan ancam anda kok, karena jawaban anda tidak menjawab pertanyaan saya mas, yang salah tidak selalu sesat, tapi yang sesat jelas salah mas,, gmn tuh?

    Wah maaf saya tidak terbiasa mengikuti “sesat pikir” orang lain. Anda kan bertanya soal “mencaci sahabat atau menghina sahabat” dan saya jawab itu jelas salah. Kan sama tuh dengan “mencaci orang lain”. Apa orang yang mencaci orang lain akan anda bilang sesat? apa orang yang mencuri akan anda bilang sesat?. saya sih lebih nyaman menyebut “salah” daripada menyebut “sesat”. btw jadi Urwah bin Zubair itu sesat ya! dan kitab Shahih Bukhari Muslim ternyata memuat perawi sesat ya!

    saya : Nah bagi rekan syi’ah, jawaban mas SP ini menjawab semua tuduhan anda terhadap para sahabat dan ummul mu’minin ‘aisyah..

    Nah bagi rekan syi’ah menuduh itu tidak baik jadi kalau berbicara harus dengan bukti :mrgreen:

    saya : bukan menurut saya loh, saya hanya ikutan dari koment beberapa rekan anda di blog ini, ada yang bilang anda ustadz, dokter, dan psikiater, tapi saya lebih cenderung mendukung anda sebagai psikiater…

    Ah apa iya, saya mah baru tahu dari anda soal psikiater, he he he terserah anda atau siapapun mau berkata, saya mah tetap saya :mrgreen:

  125. @ pak Lc

    bolak balik nuduh syiah mencaci maki sahabat, padahal sangat jelas yg diungkap oleh syiah itu apa yg tertulis dikitab sunni,
    kalau org2 syiah mengungkap fakta dlm kitab sunni ttg sahabat yg mencela sahabt lain dituduhkan pada org syiah yg mencela sahabat/….

    mbok ya…mikirnya yg bener mas…jgn pake nuduh org syiah yg kagak bener, wong anjeun nu pabalieut mikirna naha nuduh ka kalmpok nu lain

    hoyong seuri abdi mah ku LC maneh yeuh..wakakaka

  126. @ Arifin Noer Lc

    Mari kita lihat dengan jernih….dari berbagai sisi….saya rasa bapak tahu. Salafy selalu menuduh syiah itu bukan islam sebagai salah satu jargon. Syiah itu sesat….ahlul Bidah….dll. Berbagai mailis ditulis, berbagai kitab ditulis…yang isinya mengabarkan kesesatan mazab ahlul baith. Adalah fakta bahwa sampai sekarang salafy masih mengatakan Yazid benar…..dan mengecam setiap penulisan sejarah yang meluruskan “kebenaran ” salafy itu. Beranggapan bahwa orang2 syiahlah sendirilah yang membunuh ahlul bayt Nabi, bukankah ini fitnah yang disebarkan sampai sekarang. Bahkan seorang orientalys pun tahu, atau seoran peneliti sejarah non muslim….siapa yang membunuh saiyidina Husain as. Saiyidina Hasan, as…beserta seluruh kluarga dan kerabat Nabi……FITNAH TERBESAR DALAM SEJARAH ISLAM….. gampang saja menarik kesimpulan dari satu penulisan sejarah yang jujur. Siapa yang merasa dirugikan dg penulisan sejarah yang jujur….mengingkari dan mencacinya…maka “dialah golongannya”….

  127. SEMBILAN TUDUHAN DUSTA TERHADAP SYAIKH AL-ALBANI-2/2-

    Ditulis oleh As-Salafy di/pada September 27, 2009

    SEMBILAN TUDUHAN DUSTA TERHADAP SYAIKH AL-ALBANI-2/2-

    Oleh
    Gholib Arif Nushoiroot

    [5].Tidak Menghormati Ulama Dan Tidak Mengatahui Ketinggian Kedudukan Mereka.
    Adapun perkataan tersebut, maka hanya tuduhan yang tidak berdalil. Bahkan realita yang ada adalah kebalikannya. Penyebab tuduhan itu adalah prasangka salah sebagian orang yang mengira bahwa Syaikh Al-Albani tatkala mengamalkan hadits shahih yang belum pernah diketahui seorang yang menyelisihinya, mereka mengira bahwa perbuatan beliau tersebut menjatuhkan kredibilitas para ulama yang tidak mengamalkannya, dan berarti beliau tidak menghormati mereka. Parasangka salah tersebut tidak perlu terlalu diperhitungkan, dengan alasan sebagai berikut:

    Tentu beda antara memurnikan amalan untuk mengikuti Rasulullah dan menjatuhkan perkataan ulama lain. Maksud dari mengikuti Rasulullah yaitu tidak mendahulukan perkataan seseorang dari ucapan beliau, siapapun orangnya. Akan tetapi, pertama engkau melihat keabsahan hadits. Apabila hadits tersebut shahih, maka yang kedua engkau harus memahami maknanya. Jika sudah jelas (maknanya) bagimu maka engkau tidak boleh menyimpang darinya, meskipun semua orang di timur bumi dan baratnya menyelisihimu.

    Dan diantara perkataan berharga Syaikh Al-Albani sebagaimana dalam As-Silsilah Ash-Shahihah, ketika mengomentari hadits nomor 221, beliau berkata :

    Ambil dan peganglah hadits Rasulullah. Gigitlah ia dengan gigi geraham. Jauhilah olehmu pendapat-pendapat orang, sebab dengan adanya hadits maka pendapat menjadi batal, dan jika datang sungai Allah (dalil naqli) maka hilanglah sungai akal (dalil aqli).

    Sekedar pengetahuan, -setahu saya- tidak ada sebuah permasalahan yang dipilih oleh Al-Albani kecuali pernah dikatakan oleh para ulama sebelumnya. Beliau senantiasa antusias menyebutkan ulama salaf yang sependapat dengannya. Beliau juga antusias mengamalkan pendapat yang sejalan dengan dalil

    Syaikh Al-Albani selalu merujuk ke perkataan ulama, mengambil pelajaran darinya, juga mengambil faedah dari perkataan tersebut tanpa fanatik ataupun taklid. Beliau berkata di muqaddimah kitab sifat shalat Nabi.

    Adapun merujuk ke perkataan mereka –yakni ulama- , mengambil faedah darinya, memanfaatkannya untuk mencari kebenaran dari permasalahan yang mereka perselisihkan yang tiada dalilnya dari Al-Qut’an dan As-Sunnah, atau untuk membantu memahami permasalahan yang butuh kejelasan, maka ini adalah sesuatu yang tidak kami ingkari. Bahkan kami memerintahkan dan menyarankan hal tersebut, sebab manfaat darinya bisa diharapkan bagi orang yang meniti jalan hidayah dengan Al-Kitab dan As-Sunnah.

    Tersisa isyarat tentang permasalahan kerasnya Syaikh dalam membantah orang yang menyelisihinya. Realita yang ada menyatakan bahwa permasalahan ini bersifat relatif, setiap orang berbeda satu sama lain. Sebagian dari mereka menyebutnya dengan istilah sifat obyektif dalam membahas, sekedar mencari kebenaran tanpa basa-basi. Sedangkan yang lainnya menyebutnya dengan istilah keras dan tidak berlemah lembut. Bagaimanapun juga, sudah sepantasnya tidak dihindari poin-poin berikut ini.

    1). Bahwasanya sebagian dari mereka meminta kepada Syaikh untuk lemah- lembut dalam membantahnya hingga batas kewajaran. Anehnya, mereka meminta kepada Syaikh untuk membantahnya dengan aturan tertentu yang mereka sendiri tidak dipergunakan ketika membantah orang-orang yang berbeda pendapat dengan mereka.

    2). Sikap keras demi memperjuangkan kebenaran bukan berarti kebatilan, sehingga tidak ada alasan untuk tidak menerima kebenaran tersebut

    3). Bahwasanya berlemah-lembut untuk memperjuangkan kabatilan bukan berarti kebenaran.

    4). Dan terkadang bersikap keras merupakan sikap hikmah dalam berdakwah.

    Tentang sikap keras yang dituduhkan kepada Syaikh, beliau memiliki komentar tentang itu di As-Silsilah Adh-Dha’ifah, jilid pertama halaman 27.

    [6]. Bermadzhab Dzohiri
    Tuduhan ini juga perlu bukti. Adapun sifat yang disandarkan kepada ahli hadits bahwa mereka termasuk ahli dzahir, ini merupakan kata-kata yang terdengar setiap masa. Oleh karena itu disandarkannya sifat tersebut kepada Syaikh Al-Albani bukanlah suatu yang aneh, sebab beliau termasuk ahli hadits.

    Untuk menghilangkan kesamaran yang telah merasuki otak sebagian orang, perlu dipaparkan beberapa pertanyaan berikut.

    Apakah Syaikh pernah berkata terus terang di kitab-kitabnya bahwa ia bermadzhab dzahiri?

    Apakah Syaikh yang hanya sekedar menukil perkataan dari kitab Ibnu Hazm bisa dikatakan bermadzhab dzahiri?

    Perlu diketahui bahwa Syaikh Al-Albani di beberapa tempat dari kitabnya mencela keras Ibnu Hazm Adz-Dzahiri. Di kitab Tamamul Minnah, halaman 160 beliau berkomentar : Untuk menyelisihi pendapat yang dipegang oleh Ibnu Hazm.

    Pada kitab yang sama, halaman 162 beliau berkata : Saya merasa heran dengan Ibnu Hazm seperti kebiasaannya berpegang teguh dengan madzhab Dzahiri.

    Diantara karangan Syaikh, ada sebuah kitab yang membantah Ibnu Hazm dalam masalah alat musik. Oleh karenanya, maka ahli hadits –termasuk Al-Albani- termasuk orang yang paling jauh dari kesalahan-kesalahan yang ulama catat dari madzhab Dzahiriyah.

    Bahkan Syaikh berbicara dengan terus-terang tidak hanya pada satu tempat, dan yang paling popular adalah di muqaddimah kitab Sifat Shalat Nabi bahwasanya dalam manhajnya, beliau bersandar kepada hadits-hadits dan atsar, tidak keluar dari keduanya, menghargai para imam dan mengambil manfaat dari fikih mereka.

    [7]. Mutasahil (Gampang/Mudah) Menshahihkan Hadits
    Hal ini bersifat relatif, berbeda sesuai dengan masing-masing orang. Barangsiapa yang mutasyaddid (terlalu keras/mempersulit) ia melihat orang lain mutasahil, dan siapa yang mutasahil ia melihat orang lain mutasyaddid. Dan yang menjadi pegangan dalam mengetahui yang benar dalam masalah ini adalah dengan banyak membaca, berusaha mengetahui keadaan, dan saling membandingkan satu sama lain.

    Sejumlah permasalahan yang disandarkan kepada Al-Albani bahwa ia mutasahil diantaranya.

    a). Menghasankan hadits dha’if dengan banyaknya jalan.
    b). Menerima hadits seorang perawi yang tidak diketahui keadaannya, dan bersandar pada tautsiq Ibnu Hibban (rekomendasi beliau untuk perawi hadits)
    c). Beliau menerima dan memberikan rekomendasi kepada beberapa perawi yang lemah.

    Semua jenis hadits lemah dapat menerima penguat dan pendukung, hadits tersebut akan naik derajatnya dengan banyaknya jalan, kecuali hadits yang pada sanadnya terdapat perawi yang pendusta dan pemalsu hadits, perawi hadits yang tertuduh berdusta, dan perawi hadits yang berada pada derajat ditinggalkan (seperti perawi yang sangat buruk hafalannya), hadits syadz (ganjil, menyelisihi hadit lainnya), dan hadits munkar.

    Adapun menerima hadits dari seorang perawi yang tidak diketahui keadaannya dan bersandar kepada tautsiq Ibnu Hibban, ini merupakan permasalahan yang disandarkan kepada Syaikh Al-Albani tanpa dalil yang shahih yang mendukungnya. Dan yang benar, bahwa tidak hanya pada satu tempat Syaikh Al-Albani membantah orang yang bersandar kepada tautsiq Ibnu Hibban dan beliau mensifatinya dengan kata-kata mutasahil

    Beliau juga telah menulis pada muqaddimah kitab Tamamul Minnah, halaman 20-26, kaedah yang kelima dengan judul “Tidak dibolehkannya bersandar dengan Tautsiq Ibnu Hibban”.

    Permasalahan rekomendasi beliau kepada beberapa perawi yang lemah merupakan tuduhan semata, dimana mereka (yang melontarkan tuduhan tersebut) tidak mampu mendatangkan seorang perawi yang disepakati bersama kelemahannya, lalu datanglah Al-Albani dan memberinya rekomendasi tersebut.

    [8]. Keputusannya Dalam Menghukumi Hadits-Hadits Sering Berlawanan Satu Sama Lain.
    Dakwaan tersebut merupakan kebodohan atau pura-pura bodoh dengan realita yang ada. Ketahuilah wahai saudaraku –semoga Allah senantiasa menjagamu-, termasuk perkara yang diketahui bersama, menurut ahlu sunnah wal jama’ah bahwa sifat ishmah (terbebas dari kesalahan) tidak mungkin bisa disandang kepada seorangpun dari umat ini kecuali kepada Nabi. Dan kita –segala puji dan karunia hanya milik Allah- meyakini akan dasar ini. Tidak mungkin Al-Albani menyandang sifat ma’shum sebagaimana para ulama yang lainnya.

    Akan tetapi, apakah hanya dengan melakukan kesalahan dan memiliki pendapat yang kontradiksi seorang alim dinyatakan gugur dan terlepas darinya gelar keilmuannya? Saya kira, tidak ada seorang ulama yang adil yang berpendapat demikian.

    Baiklah, barang siapa yang banyak kesalahannya, yang mana kesalahannya lebih dominan dari pada pendapat benarnya, niscaya gugurlah hujjah darinya, dan hilanglah sifat kuat hafalannya. Apabila terwujudkan hal ini, maka ketahuilah bahwa semua hadits yang disandarkan kepada Al-Albani dengan hukum yang saling berlawanan tidak mempengaruhi ketsiqohan beliau dan ketsiqohan ilmunya di sisi ulama yang adil –segala puji hanya untuk Allah-. Karena prosentasi hadits-hadits yang disebutkan dan telah dihukumi oleh Al-Albani dengan hukum yang kontradiksi dibanding hadits-hadits yang lainnya, hanya sedikit dan tidak diperhitungkan, serta tidak mampu mengotori bahtera ilmunya. Karena air apabila sudah mencapai dua kullah tidak akan membawa sifat kotor. Dan penyandaran kontradiksi ini merupakan tuduhan iri dengki yang mayoritasnya merupakan penipuan kotor belaka.

    Apabila diteliti penyandaran tersebut, tidak akan selamat kecuali sangat sedikit sekali, dan semua itu tidak keluar dari keadaan-keadaan beikut ini.

    a). Hadits-hadits yang dihukumi berbeda oleh Syaikh setelah nampak jelas baginya ilmu yang benar.

    b). Hadits-hadits yang dihukumi oleh beliau dengan melihat kepada jalannya, kemudian beliau menemukan jalan yang lainnya.

    c). Hadits-hadits yang dihukumi oleh beliau dengan dasar pendapat yang rajih (kuat) sesuai keadaan perawi tersebut, kemudian beliau mengoreksi kembali ijtihadnya dan menemukan hukum yang berbeda.

    d). Hadits-hadits yang tidak mempunyai cacat, kemudian nampak cacatnya menurut beliau.

    e). Hadits-haditys yang tidak diketahui adanya syahid (penguat) dan mutaba’ah (penguat), kemudian beliau mengetahuinya

    Saya sarankan para pembaca untuk merujuk ke kitab ‘Al-Anwar Al-Kasyifah Li Tanaqudhat Al-Khassaf Az-Zifah”, yang menguak kesesatan, penyimpangan dan sikap sembrono yang ada di dalamnya

    [9]. Tidak Perhatian Dengan Matan Hadits
    Inipun dusta semata dan kebatilan yang tidak berdasar. Kenyataan yang ada di kitab Syaikh, membatalkan tuduhan tersebut. Oleh sebab itu saya akan mendatangkan sebuah hadits yang dikritik habis matannya oleh Al-Albani setelah dikritisi habis sanadnya

    Diantaranya hadits kedua dari kitab Silisilah Al-Ahadits Ad-Dha’ifah. Hadits tersebut berbunyi.

    “Barangsiapa yang shalatnya belum mampu menahan dirinya dari perbuatan keji dan munkar, niscaya tidak akan bertambah dari Allah kecuali jarak yang semakin jauh”.

    Setelah Syaikh mengomentari sanad hadits, beliau menuju ke matan hadits seraya berkata.

    Matan hadits ini tidak sah, sebab zhahirnya mencakup orang yang melakukan shalat lengkap dengan syarat dan rukun-rukunnya. Yang mana syari’at ini menghukuminya sah. Meskipun orang yang melakukan shalat tersebut terus menerus melakukan beberapa maksiat, maka bagaimana mungkin hanya karena itu, shalatnya tidak akan menambah kecuali jarak yang semakin jauh. Hal ini tidak masuk akal dan tida disetujui oleh syari’at ini, dst…

    Dengan ini usailah tujuan kami, dan segala puji hanya untuk Allah yang dengan-Nya sempurnalah segala kebaikan.

    [Sumber, Al-Intishar Li Ahlil Hadits, karangan Syaikh Muhammad bin Umar Baazmul]

    [Disalin dari majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Vol 6 No 7 Edisi 32 – 1428H. Dialihbahasakan oleh Abu Musa Al-Atsari Lc, dari situs sahab.net. Penerbit Ma’had Ali Al-Irsyad Surabaya, Alamat Jl Sidotopo Kidul No. 51 Surabaya]

    http://www.almanhaj.or.id/content/2324/slash/0

    http://www.almanhaj.or.id/content/2325/slash/0

  128. @nena…

    tulisan ente panjang lebar dan cenderung kepanjangan tapi kgk ada juntrungannya sama artikel yg ditulis, dan nggak nyambung

  129. ga nyambung bagi yg memang otaknya pailit

  130. @bob

    antum mestinya sadar, bahwa bertukar pikiran dg orang pintar seperti nena harus berdasarkan hujjah yg nyata. harus ada dalil dari ulama dan kitab. dan sediakan modal otak yg cukup biar tidak pailit agar bisa menyambungkan sendiri artikel dengan kutipan panjang lebar nena……

    eh, bener gak ya ? …..

  131. @nena

    tumben2nya pengikut salafy menyebut2 otak… bukankah hal ini tabu di kalangan kalian…

    di tulisan ente di atas aja ada menyebutkan:

    “dan jika datang sungai Allah (dalil naqli) maka hilanglah sungai akal (dalil aqli).”

    semakin kacau aja nih paham…dan pengikutnya tentunya…

  132. @jaka. Daripada ngurusin nena Wahabi ente punya saudara cwe yang mau gua mut’ah nggak?berapa maharnya?nggak lama-lama sehari/dua bhari aje tergantung kesepakatan…..

  133. @faris

    hukum allah itu bersifat mutlak, tidak bisa dipandang suka dan tidak suka,….manakah yang lebih tau tentang kebenaran yang hakiki….kita manusia atau Allah sang pencipta??……ketika hukum waris ditetapkan bahwa perempuan menerima 1/3 bagian dan laki2/3 bagian….matematika akal anda mengatakan “pembuat hukum ini tidak adil”….masyallah semoga kita dijauhkan dari perkataan itu. atau ketika ditetapkan hukum allah mengenai bolehnya menikahi…1, 2,3,4 orang istri kemudian kita mengatakan…”ini menginjak-injak hargadiri wanita”….masyaallah. Demikianlah manusia itu senang memilih-milih hukum berdasarkan apa yang disukainya saja menurut hawa nafsunya. Hukum2 allah tidak dibuat berdasarkan pertimbangan akal manusia….karena itulah yang Haq…saya yakin…dengan kalimat yang saudara tuliskan…jika semua ulama sepakat mengenai nikah “Mut’ah” diperbolehkan…misalnya berdasarkan hadist, mungkin saudara termasuk yang mennentangnya pertama kali…dengan akal sehat dan sifat”kemanusiaan ” saudara….

    wassalam

  134. @faris coba cari tahu tentang nikah misyar atau cari juga nikah dengan niat talak tersebunyi
    keknya sebenarnya pada takut haramin mut’ah dengan membuat istilah baru yang sebenernya bisa jadi lebih buruk

  135. diskusi yang udah bagus dan hidup antara bung SP sama bang arifin malah dinodai koment2 si bob yang kacau…sayang, pembaca kayak gue jadi enek liatnya…bob …bob…kalo sekiranya lu ga punya elmu mening cicing wae jiga kuring ulah jiga cepot manggung, padu ngap calangap…cik calik gigirin kuring didie…urang tenjo bareng2 koment na…saha nyaho ti para alim nu ker diskusi bisa dcokot paidahna…tos jep nya….

  136. @some one in the where
    (ente maksudnya apaan nih hehehehehhe……..pake nick name kaya gini…sigana teh nteu ngartos bahasa ingris sok ka Ingris2 an wakakakka….)

    apanya yg dinodai dari diskusi itu,…jelas2..kok si Lc pakai standar ganda…itu yg saya sebut..knp kalo org syiah sebut keburukan sahabat yg ditulis di literatur sunni sendiri kok dibilang mencela… sementara kalo sahabat atau tabiin yg mencela Imam Ali as selama puluhan tahun mata kok jadi ente picek sekaligus rabun matanya, pura2 kgk lihat…

    kalo elu mah memang kgk punya ilmu wajar saja kudu diem, lihat ajah bahasa yg sok keingris2an tapi ngawur huakakakaka

    masalah akibat nya hujjah ente runtuh karena tokoh yg anda panuti kehilangan kredibilitas, salah sendiri berpegang pada tokoh yg abal2…
    disuruh berpegang sama ahlulbait malah berpegang sama org yg belajar fadilah ayat kursi sama iblis…hehehhe
    kacian ente…

  137. @koen

    ente harusnya baca dan tau konteks or bahasannya…
    kalo cuma copas kaya si @ nena yg ennte banggain, itu mah
    jaka sembung bawa Golok namanya…
    nggak nyambung….(lanjutin deh)

    @si nena itu bukan bahas tulisan @ Sp tapi dia lagi mindahin karangan/tulisan dari majalah favorit dia,
    ini sama ajah org lagi bicara sepakbola dia bicara ttg rumput di lap bola…ya kagak nyambung sdh gitu panjang lagih…

    ndilalah ada org yg menganggap ini tulisan penuh dgn hujjah…ente kebanyakan tawaf di jamban kali yah….@koen
    heheheh

  138. wahabi sibuk mengharamkan mut’ah, padahal mereka mempraktekkan misyar. Pake standar ganda rupanya wahabi-wahabi ini.

  139. Ada yang mau membahas mut’ah dengan masalah Gender, gak?

  140. Assallam’alaykom,Ana ialah seorang penganut (percaya akan mazhab shi’a n sunnah waljamaah), ana lihat komen2 saudara n saudari sudah keterlaluan n melampau! Di Dalam sebuah hadis sahih meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda:”Kedudukan Ali disisiku sama seperti kedudukanku disisi Allah”. ‘Barangkali sesiapa membenci Ali maka ia juga membenci Rasulullah’…Ana hairan dengan sesikap penganut sunnah waljamaah yang sudah keterlaluan kerana bicara anda juga akan di seksa! Ana juga pernah dikafirkan oleh segelintir penganut sunnah waljamaah walaupun dengan perasaan terkejut! melihat bicara2nya ~ Inikah rupa @ sikap penganut sunnah waljamaah yang mengatakan dirinya ikut sunnah ? Masha’Allah ~ ini bukannya ikut sunnah tetapi sudah langgar peraturan sunnah sendiri! Mana penganut sunnah waljamaah yang katakan ia ikut sunnah padahal ia mencela n mengkafirkan penganut mazhab shi’a khususnya!Jangan sampai Doa2 ana terkena pada penganut sunnah waljamaah kerana bicara ini adalah satu teguran mengenai agama ~ Ana ingin bicarakan satu lgi perkara Tolong jangan perburukan mazhab shi’a! dan mazhab2 sewaktu dengannya kerana jika anda perburukan mazhab shi’a khususnya maka insha’Allah suatu hari nanti Allah akan memperburukan mazhab sunnah waljamaah di padang mahsyar ingatlah “Setitis air hujan turun itu” merupakan sejuta keampunan dan hargailah sebuah pengorbanan ~ Wa’alayhiissallam w.b.t….

  141. […] SAW » Mengaku Tak Bermazhab Itu KeblingerPublished January 26, 2010 | By Ummati Oleh: Qodrat Arispati Syeikh […]

  142. wah benar benar bermanfaat article ini !!

    nice post !!

  143. mantab hujjah hujjahnya

  144. Kenapa selalu mempermasalahkan / memperdebatkan agama yg bikin setan tertawa? tinggal bagaimana kitanya menghadap ke Allah? bisakah kita meraih seperti yang diajarkan Rasul. jangan banyak bicara tapi praktek untuk menegakkan kebenaran. sanggup tidak!
    krna islam mengajarkan damai,salam, dan sejahtera.

  145. […] Di sisi lain dia begitu mengagungkan nama tokoh-tokoh idola yang sering disebutnya. Seperti Syeh Albani, Usaimin, dan Bin Baz.  Di matanya, syeh-syeh itu begitu sempurna, sehingga ketika saya sempat menyanggah illustrasinya […]

Tinggalkan komentar