Kedudukan Hadis “Nabi SAW Melihat Allah SWT Dalam Sebaik-baik Bentuk” [2]

Hadis Abdurrahman bin ‘Aaisy Al Hadhramy

Hadis berikutnya adalah riwayat Abdurrahman bin ‘Aaisy Al Hadhramy, riwayatnya dhaif karena sanadnya mudhtharib. Riwayat Ibnu Aaisy adalah riwayat yang masyhur dalam persoalan ini, dan keberadaan Abdurrahman bin Aaisy dikenal melalui hadis ini saja. Berikut riwayat Ibnu ‘Aaisy dalam kitab As Sunnah Ibnu Abi Ashim

حدثنا هشام بن عمار ثنا الوليد بن مسلم وصدقة قالا ثنا ابن جابر قال مر بنا خالد بن اللجلاج فدعاه مكحول فقال له يا أبا ابراهيم حدثنا حديث عبد الرحمن بن عائش قال سمعت عبد الرحمن بن عائش يقول قال رسول الله صلى الله عليه وسلم رأيت ربي في أحسن الصورة

Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar yang berkata telah menceritakan kepada kami Walid bin Muslim dan Shadaqah yang keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Jabir yang berkata Khalid bin Al Lajlaaj pernah bersama kami kemudian Makhul memanggilnya dan berkata “Wahai Abu Ibrahim ceritakanlah kepada kami hadis Abdurrahman bin Aaisy. Ia [Khalid] berkata “Aku mendengar Abdurrahman bin Aaisy berkata Rasulullah SAW bersabda “Aku melihat RabbKu dalam sebaik-baik bentuk”. [As Sunnah Ibnu Abi Ashim no 467]

ثنا يحيى بن عثمان بن كثير ثنا زيد بن يحيى ثنا ابن ثوبان ثنا أبي عن مكحول وابن أبي زكريا عن ابن عائش الحضرمي قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أتاني ربي الليلة في أحسن صورة

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Utsman bin Katsir yang berkata telah menceritakan kepada kami Zaid bin Yahya yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Tsauban yang berkata telah menceritakan kepada kami Ayahku dari Makhul dan Ibnu Abi Zakaria dari Ibnu Aaisy Al Hadhramy yang berkata Rasulullah SAW bersabda “RabbKu mendatangiku pada suatu malam dalam sebaik-baik bentuk” [As Sunnah Ibnu Abi Ashim no 468]

Jika diperhatikan kedua sanad Ibnu Abi Ashim di atas, kita sudah dapat melihat adanya idhthirab. Sanad pertama menyebutkan bahwa Makhul mendengarkan hadis tersebut dari Khalid bin Al Lajlaaj dari Ibnu Aaisy tetapi sanad kedua menyebutkan kalau Makhul meriwayatkan hadis tersebut dari Ibnu Aaisy tanpa menyebutkan Khalid bin Al Lajlaaj. Kekacauan tersebut tidak berhenti sampai disini, dengan mengumpulkan semua hadis Ibnu Aaisy dalam perkara ini maka idhthirab tersebut akan tampak semakin jelas.

Hadis Abdurrahman bin Aaisy ini memiliki sanad yang bermacam-macam dan dapat dikelompokkan menjadi

  • Hadis dimana Abdurrahman bin Aasiy meriwayatkan dari Rasulullah SAW. Diriwayatkan dalam As Sunnah Ibnu Abi Ashim no 467 dan 468, Al Ajuri dalam Asy Syari’ah no 1027, Sunan Ad Darimi 2/170 no 2149, Al Ilal Tirmidzi no 434, Mu’jam As Sahabah Ibnu Qani’ 4/195 no 1022, Mukhtasar Qiyamul Lail Muhammad bin Nashr Al Marwadzi 1/33 no 26.
  • Hadis dimana Abdurrahman bin Aaisy meriwayatkan dari beberapa sahabat Nabi dari Rasulullah SAW. Diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam Musnad Ahmad 4/66 no 16672 dan Musnad Ahmad 5/378 no 23258.
  • Hadis dimana Abdurrahman bin Aaisy meriwayatkan dari seorang sahabat Nabi SAW dari Rasulullah SAW. Diriwayat oleh Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq 34/464 no 7069 dan Tarikh Dimasyq 34/465 no 7070.
  • Hadis dimana Abdurrahman bin Aaisy meriwayatkan dari Malik bin Yakhamir dari Muadz bin Jabal dari Rasulullah SAW. Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi 5/368 no 3235, Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq 34/465-468 no 7071-7075, Al Ilal Tirmidzi no 435 dan Musnad Ahmad 5/243 no 22162.

Semua sanad yang berbeda ini menunjukkan bahwa hadis tersebut memang mudhtharib dan semuanya diriwayatkan oleh Abdurrahman bin  Aaisy seorang yang tidak diketahui kredibilitasnya. Dalam biografi perawi hadis disebutkan kalau ia diperselisihkan, apakah ia sahabat Nabi SAW atau bukan.

Dalam Al Ilal Tirmidzi no 435 Bukhari menyatakan kalau Abdurrahman bin Aaisy tidak bertemu dengan Nabi SAW. Ibnu Hajar menyebutkan keterangan tentang Abdurrahman bin Aaisy dalam At Tahdzib juz 6 no 417. Ia mengutip Bukhari yang menyatakan kalau Ibnu Aaisy hanya memiliki satu hadis dan hadis tersebut mudhtharib.

وقال أبو حاتم هو تابعي وأخطأ من قال له صحبة وقال أبو زرعة الرازي ليس بمعروف وقال الترمذي لم يسمع من النبي صلى الله عليه وسلم

Abu Hatim berkata “Ia tabiin dan keliru yang mengatakan ia sahabat”. Abu Zur’ah Ar Razi berkata “ia tidak dikenal” dan Tirmidzi berkata “ia tidak mendengar dari Nabi SAW.

Perkataan Tirmidzi juga disepakati oleh Ibnu Khuzaimah yaitu Ibnu Aaisy tidak mendengar dari Nabi SAW. Kemudian Ibnu Khuzaimah menyatakan bahwa hadis dimana Ibnu Aaisy menyatakan sima’ langsung dari Nabi SAW itu adalah dari kesalahan Walid bin Muslim [ salah satu perawinya]. Pernyataan ini patut diberikan catatan, Abdurrahman bin Aaisy memang tidak mendengar dari Nabi SAW tetapi kesalahan tersebut bukan kesalahan Walid karena Walid juga diikuti oleh yang lain seperti Al Auza’i, Hamad bin Malik dan Umarah bin Bisyr. Oleh karena itu lebih mungkin kesalahan tersebut berasal dari perawi lain yaitu Khalid bin Al Lajlaaj atau Abdurrahman bin Aaisy sendiri.

.

.

Memang diantara hadis-hadis dimana Ibnu Aaisy meriwayatkan dari Rasulullah SAW terdapat hadis dengan lafaz bahwa Ibnu Aisy mendengar langsung hadis tersebut dari Rasulullah SAW. Hadis tersebut diriwayatkan Al Ajuri dalam Asy Syari’ah no 1027, Sunan Ad Darimi 2/170 no 2149, Al Ilal Tirmidzi no 434, Mukhtasar Qiyamul Lail Muhammad bin Nashr Al Marwadzi 1/33 no 26, dan Mu’jam As Shahabah Al Baghawi hadis no 1924. Berikut contoh hadis tersebut dalam Al Ilal Tirmidzi no 434

حدثنا يحيى بن موسى حدثنا الوليد بن مسلم حدثني عبد الرحمن بن يزيد بن جابرحدثنا خالد بن اللجلاج قال حدثني عبد الرحمن بن عائش الحضرمي قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول  رأيت ربي أو قال أتاني ربي في أحسن صورة

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Musa yang berkata telah menceritakan kepada kami Walid bin Muslim yang berkata telah menceritakan kepadaku Abdurrahman bin Yazid bin Jabir yang berkata telah menceritakan kepada kami Khalid bin Al Lajlaaj yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Aaisy Al Hadhramy yang berkata aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “aku melihat RabbKu” atau Beliau SAW berkata “RabbKu mendatangiku dalam sebaik-baik bentuk”.

Ibnu Hajar memasukkan nama Abdurrahman bin Aaisy sebagai seorang sahabat Nabi SAW dalam Al Ishabah 4/320 no 5152 dimana ia berhujjah dengan hadis-hadis dengan lafal sima’ langsung Ibnu Aaisy dari Rasulullah SAW. Ibnu Hajar mengatakan kalau Walid bin Muslim tidak menyendiri meriwayatkan hadis dengan sima’ langsung Ibnu Aaisy dari Rasul SAW. Selain Walid ada Hamad bin Malik, Umarah bin Bisyr, Walid bin Yazid dan Al Auza’i. Oleh karena itu bisa dimengerti kalau dalam At Taqrib 1/576 Ibnu Hajar menyatakan Abdurrahman bin Aaisy adalah sahabat Nabi SAW.

Ibnu Hajar benar bahwa Walid tidak menyendiri tetapi ia tetap saja keliru jika menjadikan hadis-hadis tersebut sebagai bukti bahwa Ibnu Aaisy adalah sahabat. Hadis-hadis tersebut baik dari Walid bin Muslim, Al Auza’i, Hammad bin Malik dan yang lainnya semuanya meriwayatkan dari Abdurrahman bin Yazid bin Jabir dari Khalid bin Al Lajlaaj dari Abdurrahaman bin Aaisy. Jadi hadis tersebut tetap berujung pada satu jalur yang ternyata mudhtharib.

Bagaimana mungkin dikatakan Ibnu Aaisy mendengar langsung dari Nabi SAW, tetapi di saat lain ia mengaku mendengar hadis tersebut dari seorang atau sebagian sahabat Nabi [yang tidak disebutkan namanya]. Bagaimana mungkin dikatakan ia mendengar langsung dari Rasul SAW tetapi di saat lain ia mengaku mendengar hadis tersebut dari Malik bin Yakhamir yang bahkan Malik sendiri seorang tabiin [Malik seorang tabiin seperti yang disebutkan Al Hafiz Abu Sa’id Al ‘Alaiy dalam Jami Ahkam Al Marasil no 733]

Oleh karena itu hadis dengan sima’ langsung Ibnu Aaisy dari Rasul SAW itu memang keliru dan yang tertuduh melakukan kekeliruan ini kalau bukan Khalid bin Al Lajlaaj ya Abdurrahman bin Aaisy sendiri. Khalid bin Al Lajlaaj disebutkan dalam At Tahdzib juz 3 no 215 bahwa tidak ada yang mentsiqahkannya kecuali Ibnu Hibban memasukkannya ke dalam Ats Tsiqat. Hal ini menunjukkan bahwa Khalid tidak dikenal kredibilitasnya atau walaupun ia adil tetapi bisa saja bermasalah dalam hal kedhabitannya (hafalannya). Kalau bukan kesalahan Khalid maka yang melakukan kesalahan adalah Ibnu Aaisy sendiri, ia sendiri tidak dikenal keberadaannya kecuali dari hadis ini yang terbukti mudhtharib maka tidak menutup kemungkinan kalau ia tertuduh dalam hal ini. Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Bashar Awad Ma’ruf mengoreksi Ibnu Hajar dalam Tahrir At Taqrib no 3911 dimana mereka menyatakan bahwa Ibnu Aaisy tidaklah shahih kalau ia sahabat dan dia sebenarnya mastur (tidak dikenal).

.

.

Kesimpulan

Hadis Abdurrahman bin Aaisy adalah hadis yang dhaif karena mudhtharib dan oleh karena ia hanya dikenal melalui hadis yang mudhtharib ini maka sungguh tidak tsabit sima’nya (pendengarannya) dari Rasulullah SAW. Pendapat yang benar mengenainya adalah dia bukanlah sahabat Nabi dan ia sendiri tidak dikenal. Hadis tersebut sangat jelas kedhaifannya. Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam tahqiqnya terhadap Musnad Ahmad hadis no 16672, 22162, 23258 telah menyatakan bahwa hadis Ibnu ‘Aaisy dhaif karena mudhtharib dan pendapat inilah yang benar.

5 Tanggapan

  1. Tidak ada alasan meragukan kredibilitas Khalid bin Al-Lajlaj, Al-Bukhari menyebutkannya dalam At-Tarikh Al-Kabir dgn pujian, Ibnu Hibban memasukkannya dalam kitab Ats-Tsiqat dan mengatakannya sebagai salah satu tokoh utama di zamannya.
    Ibnu Abi Hatim memasukkannya dalam Al-Jarh wa At-Ta’dil tanpa menyebut jarh dan ta’dil padanya.
    Kalau sudah demikian tinggal lagi mencari siapa yg menganggapnya dha’if.
    Kapan Ibnu Hajar di At-Tahdzib ngomong: “Tidak ada yg mentsiqahkannya selain Ibnu Hibban…”
    Yag ada Ibnu Hajar ngomong begini:
    قال ابن إسحاق عن مكحول كان ذا سن وصلاح جرئ اللسان على الملوك في الغلظة عليهم وقال خليفة بن خياط كان على الشرط بدمشق وقال ابن سميع كان على بناء مسجد دمشق وقال ابن حبان كان من افاضل أهل زمانه وقال أبو مسهر كان يفتي مع مكحول وقال البخاري سمع عمر بن الخطاب.
    قلت: ذكره ابن عبد البر في الصحابة ثم قال لا اعرفه فيهم وذكره ابن حبان في ثقات التابعين
    Anda perhatikan bagaimana Makhul memuji gurunya ini sebagai dzuu zinnin wa shalaah.”

  2. @pria idaman

    Tidak ada alasan meragukan kredibilitas Khalid bin Al-Lajlaj, Al-Bukhari menyebutkannya dalam At-Tarikh Al-Kabir dgn pujian, Ibnu Hibban memasukkannya dalam kitab Ats-Tsiqat dan mengatakannya sebagai salah satu tokoh utama di zamannya.

    sebelumnya anda harus pahami dulu, saya tidak menyatakan Khalid Al Lajlaaj dhaif. Saya cuma membuat dugaan bahwa mungkin saja idhthirab tersebut terjadi pada Khalid. Ini hanya sebuah kemungkinan [saya lebih condong kalau sumber mudhtharib adalah Ibnu ‘Aaisy]. Hal ini mungkin karena kedhabitannya itu tidak dikenal. tidak ada yang menyatakan ia tsiqah kecuali Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqah. Penukilan anda mengenai pujian terhadap Makhul coba dilihat dulu dengan benar, dari mana datangnya yaitu dari Ibnu Ishaq. Saya tahu anda pasti mengenal Muhammad bin Ishaq bin Yasar dan riwayatnya dengan ‘an ‘an ah. Silakan jawab itu. Kemudian apa pujian Makhul itu menggambarkan dhabit atau tidaknya Khalid Al Lajlaaj tersebut?. btw sekali lagi saya tidak pernah mendhaifkan Khalid bin Al Lajlaaj.

    Kalau sudah demikian tinggal lagi mencari siapa yg menganggapnya dha’if.
    Kapan Ibnu Hajar di At-Tahdzib ngomong: “Tidak ada yg mentsiqahkannya selain Ibnu Hibban…”

    Memangnya saya pernah ngomong kalau Ibnu Hajar berkata “bla bla bla”. Perhatikan dulu dengan baik saya menuliskan Khalid bin Al Lajlaaj disebutkan dalam At Tahdzib juz 3 no 215 bahwa tidak ada yang mentsiqahkannya kecuali Ibnu Hibban memasukkannya ke dalam Ats Tsiqat. . Tuh saya bilang disebutkan dalam At Tahdzib bahwa…[ini kan kata-kata saya mengenai apa yang ada dalam At Tahdzib]. Faktanya di dalam At Tahdzib memang gak ada yang menyatakan ia tsiqah kecuali Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Jadi apa gunanya komentar anda itu yang justru menguatkan apa yang saya katakan 🙄

  3. ayo mas pria idaman…dibahas lagi..
    tapi yg mantep gitu loh…jgn Out of context…
    btw..

    tuk @sp

    tolong donk buat kami yg masih awwam ini diberi glosarry
    foot note istilah2 yg anda gunakan mis mudtharib or idhthirab
    biar kita2 kecipratan pinternya..hihhi

  4. […] dengan sebaik-baik bentuk di dalam mimpi. Dalam pembahasan sebelumnya kami telah membuktikan bahwa hadis Abdurrahman bin ‘Aaisy Al Hadhrami tersebut mudhtarib. Oleh karena itu pendapat yang rajih dalam hal ini adalah Ia bukan seorang sahabat Nabi dan […]

Tinggalkan komentar