Hadis Imam Ali Penduduk Madinah Yang Paling Utama : Keutamaan Di Atas Abu Bakar, Umar Dan Utsman

Hadis Imam Ali Penduduk Madinah Yang Paling Utama : Keutamaan Di Atas Abu Bakar, Umar Dan Utsman

Diriwayatkan dengan sanad yang shahih bahwa sebagian sahabat menyatakan kalau Imam Ali adalah penduduk Madinah yang paling utama. Tidak diragukan lagi bahwa Madinah adalah tempat tinggal mayoritas sahabat besar kaum muhajirin dan anshar termasuk Abu Bakar, Umar dan Utsman, jadi adanya hadis ini menunjukkan di mata sebagian sahabat Imam Ali lebih utama dibanding para sahabat lainnya termasuk Abu Bakar, Umar dan Utsman.

حدثنا محمد بن أحمد بن الجنيد قال نا يحيى بن السكن قال نا شعبة قال نا أبو إسحاق عن عبد الرحمن بن يزيد عن علقمة عن عبد الله قال كنا نتحدث أن أفضل أهل المدينة ابن أبي طالب

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Junaid yang berkata telah menceritakan kepada kami Yahya bin As Sakaan yang berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq dari ‘Abdurrahman bin Yazid dari Alqamah dari ‘Abdullah yang berkata “kami mengatakan bahwa penduduk Madinah yang paling utama adalah Ibnu Abi Thalib[Musnad Al Bazzar 5/20 no 1437]

Hadis ini sanadnya hasan. Para perawinya adalah perawi tsiqat kecuali Yahya bin As Sakaan dia seorang perawi yang hadisnya hasan.

  • Muhammad bin Ahmad bin Junaid adalah perawi yang tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Ats Tsiqat juz 9 no 15639]. Telah meriwayatkan darinya Ibnu Abi Hatim dan ayahnya dimana Ibnu Abi Hatim menyatakan ia shaduq [Al Jarh Wat Ta’dil 7/183 no 1039]. Telah meriwayatkan darinya Abdullah bin Ahmad [Al Ikmal Al Husaini no 758] dan Abdullah bin Ahmad seperti ayahnya [Ahmad bin Hanbal] hanya meriwayatkan dari orang yang perawinya tsiqat dalam pandangan mereka.
  • Yahya bin As Sakan termasuk sahabat Syu’bah. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan menyatakan kalau telah meriwayatkan darinya Ahmad bin Hanbal [Ats Tsiqat juz 9 no 16282]. Ahmad bin Hanbal termasuk ulama yang hanya meriwayatkan dari perawi yang tsiqat menurutnya maka di sisi Ahmad, Yahya bin As Sakan itu tsiqat. Abu Hatim menyatakan “laisa bil qawiy [tidak kuat]” [Al Jarh Wat Ta’dil 9/155 no 643]. Di sisi Abu Hatim pernyataan ini berarti seorang yang hadisnya hasan atau tidak mencapai derajat shahih apalagi Abu Hatim sendiri termasuk yang meriwayatkan dari Yahya bin As Sakaan. Adz Dzahabi berkata “Yahya bin As Sakan mendengar dari Syu’bah, didhaifkan oleh Shalih Jazarah dan diterima oleh yang lainnya” [Al Mughni 2/735 no 6975]. Dalam biografi Yahya bin ‘Abbad Adh Dhuba’iy, Ibnu Main menyatakan kalau Yahya bin ‘Abbad seorang yang shaduq dan Yahya bin As Sakan lebih tsabit darinya [At Tahdzib juz 11 no 383]. Hal ini berarti di sisi Ibnu Ma’in, Yahya bin As Sakan seorang yang shaduq atau tsiqat.
  • Syu’bah bin Hajjaj adalah perawi kutubus sittah yang telah disepakati tsiqat. Syu’bah seorang yang tsiqat hafizh mutqin dan Ats Tsawri menyebutnya “amirul mukminin dalam hadis” [At Taqrib 1/418]
  • Abu Ishaq adalah Amru bin Abdullah As Sabi’i perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ahmad, Ibnu Ma’in, Nasa’i, Abu Hatim, Al Ijli menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 8 no 100]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat ahli ibadah dan mengalami ikhtilath di akhir umurnya [At Taqrib 1/739]. Tetapi yang meriwayatkan darinya adalah Syu’bah dimana Bukhari dan Muslim telah berhujjah dengan riwayat Syu’bah dari Abu Ishaq begitu pula Bukhari Muslim telah berhujjah dengan riwayat Abu Ishaq dari ‘Abdurrahman bin Yazid An Nakha’i [Tahdzib Al Kamal 22/102 no 4400]
  • Abdurrahman bin Yazid An Nakha’iy adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Ma’in menyatakan ia tsiqat. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat memiliki banyak hadis”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Al Ijli berkata “tabiin kufah yang tsiqat”. Daruquthni menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 6 no 583]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/596]
  • Alqamah bin Qais An Nakha’iy adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit faqih dan ahli ibadah [At Taqrib 1/687]

Riwayat Abdullah bin Mas’ud di atas sanadnya hasan. Yahya bin As Sakan adalah seorang yang hadisnya hasan dan dalam periwayatannya dari Syu’bah ia memiliki mutaba’ah dari Muhammad bin Ja’far yaitu riwayat berikut

حدثنا عبد الله قال حدثني أبي قثنا محمد بن جعفر نا شعبة عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن يزيد عن علقمة عن عبد الله قال كنا نتحدث ان أفضل أهل المدينة علي بن أبي طالب

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far yang berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Abu Ishaq dari ‘Abdurrahman bin Yazid dari ‘Alqamah dari ‘Abdullah yang berkata “kami mengatakan bahwa penduduk Madinah yang paling utama adalah Ali bin Abi Thalib [Fadha’il Ash Shahabah no 1033]

Hadis ini sanadnya shahih dengan syarat Bukhari dan Muslim. Abdullah bin Ahmad dan ayahnya Ahmad bin Hanbal telah dikenal dan disepakati ketsiqahannya. Muhammad bin Ja’far Al Hudzaliy Abu Abdullah Al Bashriy yang dikenal dengan sebutan Ghundar adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ali bin Madini berkata “ia lebih aku sukai daripada Abdurrahman [Ibnu Mahdi] dalam periwayatan dari Syu’bah”. Abu Hatim berkata dari Muhammad bin Aban Al Balkhiy bahwa Ibnu Mahdi berkata “Ghundar lebih tsabit dariku dalam periwayatan dari Syu’bah”. Abu Hatim, Ibnu Hibban dan Ibnu Sa’ad menyatakan tsiqat. Al Ijli menyatakan ia orang bashrah yang tsiqat dan ia adalah orang yang paling tsabit dalam riwayat dari Syu’bah [At Tahdzib juz 9 no 129]. Sedangkan sisa perawi lainnya adalah perawi shahih sebagaimana telah berlalu penjelasannya.

Maka riwayat Ahmad bin Hanbal disini kedudukannya shahih sesuai dengan syarat Bukhari Muslim. Muhammad bin Ja’far atau Ghundar adalah orang yang paling tsabit dalam riwayat dari Syu’bah dan disini ia memiliki mutaba’ah dari Yahya bin As Sakan seorang yang hasanul hadits. Kesimpulannya riwayat tersebut shahih tanpa keraguan.

.

.

Penjelasan Hadis

Hadis tersebut menggunakan lafaz “kami” dimana secara umum dalam ilmu hadis lafaz ini menunjukkan para sahabat atau mayoritas sahabat atau ijma’ sahabat. Tentu dengan pengertian ini maka dapat dikatakan kalau mayoritas sahabat atau ijma’ sahabat menganggap Imam Ali adalah penduduk Madinah yang paling utama. Diketahui pula bahwa Abu Bakar [radiallahu ‘anhu], Umar [radiallahu ‘anhu] dan Utsman [radiallahu ‘anhu] termasuk penduduk madinah dan diriwayatkan dalam atsar Ibnu Umar kalau sebagian sahabat mengutamakan Abu Bakar kemudian Umar kemudian Utsman diatas para sahabat lainnya.

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ بَزِيعٍ حَدَّثَنَا شَاذَانُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي سَلَمَةَ الْمَاجِشُونُ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كُنَّا فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا نَعْدِلُ بِأَبِي بَكْرٍ أَحَدًا ثُمَّ عُمَرَ ثُمَّ عُثْمَانَ ثُمَّ نَتْرُكُ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا نُفَاضِلُ بَيْنَهُمْ

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim bin Bazii’ yang menceritakan kepada kami Syadzaan yang menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abi Salamah Al Majsyuun dari Ubaidillah dari Nafi’ dari Ibnu Umar radiallahu’anhuma yang berkata “kami di zaman Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam tidak membandingkan Abu Bakar dengan seorangpun kemudian Umar kemudian Utsman kemudian kami membiarkan sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam yang lain dan tidak mengutamakan siapapun diantara mereka[Shahih Bukhari no 3697]

Maka sudah seharusnya kita memahami kalau atsar Ibnu Mas’ud bukan sebagai mayoritas sahabat atau ijma’ sahabat tetapi sebagian sahabat. Jadi makna atsar Ibnu Mas’ud adalah sebagian sahabat menganggap Imam Ali sebagai orang yang paling utama diantara penduduk madinah. Begitu pula atsar Ibnu Umar di atas dipahami bahwa sebagian sahabat lain telah mengutamakan Abu Bakar kemudian Umar kemudian Utsman kemudian setelah Utsman mereka tidak mengutamakan siapapun diantara para sahabat bahkan mereka juga tidak mengutamakan Imam Ali di atas para sahabat lainnya.

Di zaman Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] bahkan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] sendiri yang mengutamakan Imam Ali di atas para sahabat lainnya. Siapakah yang ditunjuk di Khaibar yang dikatakan sebagai “mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dicintai Allah dan Rasul-Nya”?, bukan Abu Bakar, bukan Umar dan bukan Utsman tetapi Ali bin Abi Thalib. Siapakah yang dikatakan kedudukannya di sisi Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] seperti kedudukan Harun di sisi Musa? Bukan Abu Bakar, bukan Umar dan bukan Utsman tetapi Ali bin Abi Thalib. Siapakah yang dikatakan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] di ghadir khum dimana Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengutamakannya di atas semua sahabat lainnya? Bukan Abu Bakar, bukan Umar dan bukan Utsman tetapi Ali bin Abi Thalib. Siapakah yang Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] katakan sebagai Ahlul Bait salah satu Ats Tsaqalain pegangan umat agar tidak tersesat sepeninggal Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam]? Bukan Abu Bakar, bukan Umar dan bukan Utsman tetapi Ali bin Abi Thalib. Justru aneh sekali kalau sebagian sahabat itu tidak mengutamakan Imam Ali di antara sahabat lainnya bahkan setelah Utsman pun mereka menganggap Imam Ali tidak lebih utama dari sahabat yang lain. Kami disini lebih memilih pandangan sebagian sahabat yang mengutamakan Imam Ali di atas para sahabat lainnya termasuk  di atas Abu Bakar, Umar dan Utsman karena pendapat ini kami nilai dalilnya lebih kuat berdasarkan berbagai hadis shahih Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

Ada lagi yang aneh terkait hadis Ibnu Umar di atas, munculnya kelompok yang ngaku-ngaku salafy terus mengartikan hadis Ibnu Umar berarti terdapat ijma’ sahabat yang mengutamakan Abu Bakar, terus Umar dan terus Utsman. Baik sadar atau tidak mereka ini sudah inkonsisten atau tanaqudh atau menentang dirinya sendiri. Kalau memang atsar Ibnu Umar di atas dipandang ijma’ sahabat maka yang pertama menentang ijma’ itu adalah mereka sendiri, toh kelompok itu mengakui bahwa setelah Utsman, Imam Ali adalah sahabat yang paling utama diantara yang lainnya, secara bahasa mereka Imam Ali itu utama yang keempat. Nah ini kan bertentangan dengan atsar Ibnu Umar yang jika diartikan ijma’ sahabat maka sahabat telah berijma’ kalau setelah Utsman mereka tidak mengutamakan satupun sahabat dari yang lainnya termasuk disini Imam Ali. Apakah mereka paham soal ini? tidak, inkonsisten ini malah dijadikan pilar utama dalam keyakinan mereka, bahkan dengan inkonsisten ini mereka menuduh siapapun yang melanggar dogma inkonsitensi yang mereka anut sebagai sesat atau menyimpang. Betapa kebodohan menjadi begitu menyakitkan dan betapa keangkuhan telah menjadi tameng untuk menolak kebenaran yang akhirnya membuat mereka sangat konsisten dalam inkonsistensi mereka.

.

.

 

Syubhat Para Pengingkar

Mereka yang suka melemahkan keutamaan ahlul bait tidak henti-hentinya menghembuskan syubhat. Setiap hadis keutamaan ahlul bait yang melebihi keutamaan Abu bakar dan Umar selalu saja ada syubhat yang dicari-cari. Diantara syubhat mereka untuk melemahkan hadis di atas adalah mereka mengatakan hadis tersebut lafaznya khata’ atau salah, yang benar adalah hadis berikut

أخبرنا وهب بن جرير بن حازم وعمرو بن الهيثم أبو قطن قالا أخبرنا شعبة عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن يزيد عن علقمة عن عبد الله قال كنا نتحدث أن من أقضى أهل المدينة بن أبي طالب

Telah mengabarkan kepada kami Wahab bin Jarir bin Hazm dan ‘Amru bin Al Haitsam Abu Quthn yang keduanya berkata telah mengabarkan kepada kami Syu’bah dari Abu Ishaq dari ‘Abdurrahman bin Yazid dari Alqamah dari Abdullah yang berkata “kami mengatakan bahwa penduduk Madinah yang paling mengetahui dalam masalah hukum adalah Ibnu Abi Thalib” [Thabaqat Ibnu Sa’ad 2/81]

Hadis ini memang sanadnya shahih. Baik hadis ini dan hadis di atas keduanya shahih, keduanya diterima dan tidak ada pertentangan sedikitpun. Telah dibuktikan sebelumnya bahwa hadis dengan lafaz “penduduk madinah yang paling utama” adalah hadis yang shahih dan tsabit. Tidak ada dasar sedikitpun menyatakan lafaz hadis tersebut salah, mereka yang mengatakan ini memang sengaja mencari-cari syubhat untuk melemahkan hadis keutamaan Imam Ali. Sekali lagi hadis dengan lafaz “penduduk Madinah yang paling utama” telah diriwayatkan oleh Ghundar dan Yahya bin As Sakan dari Syu’bah dan Ghundar adalah orang yang paling tsabit riwayatnya dari Syu’bah. Jadi tidak ada dasarnya menyatakan lafaz hadis tersebut salah. Pendapat yang benar kedua hadis tersebut benar, Imam Ali adalah penduduk Madinah yang paling utama dan Imam Ali adalah penduduk Madinah yang paling mengetahui atau paling ahli dalam masalah hukum.

Syubhat lain yang dihembuskan adalah mereka menyimpangkan makna hadis tersebut yaitu bahwa Imam Ali adalah penduduk Madinah yang paling utama setelah Abu Bakar, Umar dan Utsman. Jadi dengan ini mereka tetap bisa menyatakan kalau hadis ini tidak menunjukkan keutamaan Imam Ali di atas Abu Bakar, Umar dan Utsman. Inipun sebenarnya hanya syubhat yang dicari-cari, prinsipnya kita berpegang pada zahir lafaz. Lafaz hadis ini umum, bukankah Abu Bakar, Umar dan Utsman adalah penduduk Madinah maka jika ada sebagian sahabat mengatakan Imam Ali penduduk Madinah yang paling utama maka itu berarti menurut mereka Imam Ali lebih utama dari Abu Bakar, Umar dan Utsman.

.

.

 

Kesimpulan

Sebagian sahabat memang diketahui mengutamakan Imam Ali diatas para sahabat lainnya termasuk Abu Bakar, Umar dan Utsman dan sebagian sahabat lainnya mengutamakan Abu Bakar, Umar dan Utsman di atas para sahabat lainnya dan setelah itu mereka tidak menganggap Imam Ali lebih utama dari sahabat yang lain. Perbedaan pandangan di sisi para sahabat adalah hal yang wajar, justru yang tidak benar adalah doktrin yang dianut sebagian orang kalau ijma’ sahabat menganggap Abu Bakar, Umar dan Utsman lebih utama dari Imam Ali. Jika dikatakan sebagian sahabat maka itulah yang benar tetapi jika dikatakan ijma’ sahabat maka itu jelas keliru. Terdapat riwayat shahih dimana sebagian sahabat mengutamakan Imam Ali seperti yang telah ditunjukkan di atas.

26 Tanggapan

  1. Mari kita teladani Amirul Mukminin, Imam Ali r.a.

  2. thanks infonya, nunggu balasan wahabi nih… kira2 apa ya komen balasannya

  3. Yang jelas perkataan (sabda) Nabi SAW adalah paling utama dan paling layak diikuti. Dapat kita lihat dalam banyak hadis yang shahih, beliau SAW menyatakan berbagai keutamaan Imam Ali yang tidak mungkin mampu disamai oleh sahabat2 yang lain meski semua keutamaan sahabat2 tsb dikumpulkan jadi satu.

    Nampaknya perlu dibuat daftar sahabat2 yang mengutamakan Imam Ali di atas semua sahabat yang lain dan daftar sahabat2 yang menganggap Abu Bakar yang paling utama. Mungkin nanti mas SP bisa menganalisis kredibilitas sahabat2 yang masuk dalam kedua daftar tsb. 🙂

  4. prinsipnya kita berpegang pada zahir lafaz. Lafaz hadis ini umum, bukankah Abu Bakar, Umar dan Utsman adalah penduduk Madinah maka jika ada sebagian sahabat mengatakan Imam Ali penduduk Madinah yang paling utama maka itu berarti menurut mereka Imam Ali lebih utama dari Abu Bakar, Umar dan Utsman.

    Kalau berpegang pada zahir lafaz apakah berarti Imam Ali lebih utama daripada Nabi SAW? bukankah Nabi SAW adalah juga penduduk Madinah. Jadi intinya terdapat pengecualian yaitu Nabi SAW, tentunya jika ada pengecualian maka Abu Bakar dan Umar pun bisa dikecualikan.

    Kita tahu Ibnu Mas’ud meninggal pada masa Utsman, jika beliau berkata seperti itu maka kemungkinan beliau termasuk sahabat yang mendahulukan Ali daripada Utsman.

    Tetapi bisa juga tidak demikian, karena terdapat riwayat yg disebutkan SP bahwa Ibnu Mas’ud mengatakan dengan lafaz Imam Ali adalah penduduk Madinah yang paling mengetahui atau paling ahli dalam masalah hukum, Artinya memang demikian adanya, bukan hanya Utsman, Abu Bakar dan Umar pun menjadikan Imam Ali sebagai penasehat mereka dalam pemerintahan mereka. maka ini adalah keutamaan beliau.

    Atsar di atas sebagaimana atsar dari sahabat Jabir bin Abdullah bahwa Imam Ali adalah manusia terbaik. Kita tahu Jabir bin Abdullah ini masih hidup di zaman fitnah antara Ali dan Mu’awiyah, beliau adalah salah seorang sahabat yang berada di barisan Imam Ali dan pernah sebagai utusan Imam Ali untuk menemui Mu’awiyah. Maka bisa dipahami perkataan beliau bahwa Imam Ali adalah manusia yang terbaik adalah dimasa itu, dimana Nabi SAW, Abu Bakar, Umar dan Utsman sudah wafat, maka Imam Ali memang yang terbaik diantara sahabat yg hidup saat itu.

  5. Sdh tentu yg terbaik setelah Rasul SAW, lahirnya aja di ka’bah, baitullaah.. Pintu dr kotanya ilmu.. Kl bkn yg terbaik dr semua sahabat, tdk mungkin Rasul SAW menikahkan beliau dgn putrinya Fatimah as sang penghulu surga bagi kaum wanita.. Tinggal hati kita masing2 yg mau menerima beliau sbg yg terbaik atau tidak!

  6. secara logika sih agak rancu jika keutamaan Ali ra di atas Rasul SAW, tapi hadits ini akan diterima jika diucapkan setelah rasul SAW wafat

  7. secara akal sangat jelas dan gamblang.. imam ali, as masuk islam sejak kecil (sebelum baligh) dan di didik langsung oleh rasulullah… makanya pantas jika beliau yang utama setelah rasulullah, sedangkan abu bakar, umar dan ustman..? mereka bersahadat setelah dewasa…

  8. @wahyu

    secara logika sih agak rancu jika keutamaan Ali ra di atas Rasul SAW, tapi hadits ini akan diterima jika diucapkan setelah rasul SAW wafat

    saya pun memahaminya, ucapan ini diucapkan oleh Ibnu Mas’ud saat Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar sudah wafat.

  9. Rasul saw adalah manusia yang paling tinggi kedudukannya, paling utama, paling mulia di sisi Allah swt. Tidak satu pun manusia atau nabi lainnya yang setara dengannya. Baik ketika beliau msh hidup maupun setelah wafatnya.

    Adalah konyol jika ada orang yg msh berpikiran sempit menganggap bahwa menonjolkan keutamaan Imam Ali berarti berpotensi manandingi keutamaan Rasul saw.

    Salam

  10. agak aneh tuh kalau ada orang yang mau membenturkan hadis di atas dengan Nabi SAW. setiap hadis keutamaan jadi absurd, tidak hanya hadis di atas tapi hadis-hadis semisal. Contohnya hadis Ibnu Umar yang saya kutip

    Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim bin Bazii’ yang menceritakan kepada kami Syadzaan yang menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abi Salamah Al Majsyuun dari Ubaidillah dari Nafi’ dari Ibnu Umar radiallahu’anhuma yang berkata “kami di zaman Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam tidak membandingkan Abu Bakar dengan seorangpun kemudian Umar kemudian Utsman kemudian kami membiarkan sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam yang lain dan tidak mengutamakan siapapun diantara mereka”

    Dengan logika sok tau banget maka hadis ini pun pada dasarnya mungkar. Masa’ para sahabat ketika masih hidup di zaman Nabi SAW malah mengutamakan Abu Bakar diantara yang lainnya padahal Nabi SAW masih hidup dan ada di tengah-tengah mereka jadi yang seharusnya diutamakan adalah Nabi SAW. Habis Abu Bakar, mereka mengutamakan Umar, kemudian Utsman terus dak ada lagi yang diutamakan. Kemana keutamaan dan posisi Nabi SAW?. Sudah jelas hadis Ibnu Umar Shahih Bukhari ini mungkar jiddan :mrgreen:

    wah saya hampir lupa ada komentar yang ini

    Tetapi bisa juga tidak demikian, karena terdapat riwayat yg disebutkan SP bahwa Ibnu Mas’ud mengatakan dengan lafaz Imam Ali adalah penduduk Madinah yang paling mengetahui atau paling ahli dalam masalah hukum, Artinya memang demikian adanya, bukan hanya Utsman, Abu Bakar dan Umar pun menjadikan Imam Ali sebagai penasehat mereka dalam pemerintahan mereka. maka ini adalah keutamaan beliau.

    kalau keutamaan yang satu ini sepertinya gak ada ya syubhat “setelah Abu Bakar dan Umar wafat”. Seharusnya dengan komentar seperti ini maka wajar tuh kalau ada yang mengatakan keilmuan Imam Ali itu di atas Abu Bakar, Umar dan Utsman :mrgreen:

  11. @wahyu

    secara logika sih agak rancu jika keutamaan Ali ra di atas Rasul SAW, tapi hadits ini akan diterima jika diucapkan setelah rasul SAW wafat

    bisa jadi tetapi tepat setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar, Umar dan Utsman masih hidup toh jadi masih sesuai dengan kesimpulan di atas bahwa Imam Ali lebih utama dari Abu Bakar, Umar dan Utsman

  12. حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ بَزِيعٍ حَدَّثَنَا شَاذَانُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي سَلَمَةَ الْمَاجِشُونُ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كُنَّا فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا نَعْدِلُ بِأَبِي بَكْرٍ أَحَدًا ثُمَّ عُمَرَ ثُمَّ عُثْمَانَ ثُمَّ نَتْرُكُ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا نُفَاضِلُ بَيْنَهُمْ

    Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim bin Bazii’ yang menceritakan kepada kami Syadzaan yang menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abi Salamah Al Majsyuun dari Ubaidillah dari Nafi’ dari Ibnu Umar radiallahu’anhuma yang berkata “kami di zaman Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam tidak membandingkan Abu Bakar dengan seorangpun kemudian Umar kemudian Utsman kemudian kami membiarkan sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam yang lain dan tidak mengutamakan siapapun diantara mereka” [Shahih Bukhari no 3697]

    Perhatikan, kalimat yg saya bold pada atsar Ibnu Umar tsb sudah menjelaskan dengan sendirinya, bahwa perbandingan keutamaan yang dimaksud adalah diantara para sahabat Nabi SAW, jadi Nabi SAW tidak masuk dalam perbandingan tersebut.

    Sedangkan atsar Ibnu Mas’ud “penduduk Madinah” adalah terlalu umum, Nabi SAW pun penduduk Madinah, maka perkecualiannya adalah mereka yang wafat tidak dimasukkan ke dalam perbandingan tersebut, yaitu Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar. Sehingga perkataan Ibnu Mas’ud masih relevan bahwa sepeninggal Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar, penduduk Madinah yang paling afdhal adalah Imam Ali.

  13. @sok tau banget

    kami di zaman Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam tidak membandingkan Abu Bakar dengan seorangpun

    Begini nih cara anda biasa menjawab : Nah Nabi SAW termasuk orang kan, ya jadi pada kalimat ini Nabi SAW harusnya juga masuk, kecuali kalau Ibnu Umar berkata “kami di zaman Nabi SAW tidak membandingkan Abu Bakar dengan seorangpun dari sahabat Nabi”.

    kemudian kami membiarkan sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam yang lain dan tidak mengutamakan siapapun diantara mereka”

    Ini kan berlaku setelah mereka mengutamakan Utsman, sebelum mereka mengutamakan Utsman kalimatnya masih berlafaz umum yang memungkinkan Nabi SAW masuk, nah loh :mrgreen:

    btw saya mau tanya tuh, hadis mana yang anda jadikan dasar kalau Abu Bakar dan Umar lebih utama dari Imam Ali?. Kalau hadis Ibnu Umar yang anda jadikan dasar maaf tuh jadinya inkonsisten seperti yang saya tulis kecuali anda gak paham arti dari inkonsisten. Silakan dijawab 🙂

  14. Lho itu atsarnya kan dalam satu kesatuan yang saling menjelaskan, kalimat yang saya bold di atas menjelaskan kalimat sebelumnya dengan sendirinya, bahwa yang mereka perbandingkan keutamaannya adalah diantara para sahabat Nabi SAW, jelas kok itu, coba dech dibaca lagi pelan-pelan :mrgreen:

    Diantara ayat, hadits dan atsar tentang keutamaan Abu Bakar dan Umar di atas Ali (termasuk di atsar Ibnu Umar), terdapat atsar2 shahih dari Imam Ali sendiri yg begitu berkesan yang mengatakan dengan jelas bahwa manusia terbaik setelah Nabi SAW adalah Abu Bakar kemudian Umar. Saya tidak sepakat dengan anda bahwa itu bentuk tawadhu’ imam Ali, itu persepsi anda saja. tetapi atsar2 Imam Ali tersebut berupa informasi yang sangat jelas baik saat beliau ditanya maupun tidak ditanya mengenai hal tsb.

  15. @sok tau banget
    saya cuma menunjukkan bagaimana cara anda biasa menjawab atau membantah, saya sih bisa saja terus membantah tapi bukan itu tujuan saya.

    Secara pribadi saya punya dasar berpikir yang beda dengan anda. Saya tidak pernah membenturkan hadis keutamaan sahabat dengan Nabi SAW. simple saja, para sahabat tidak akan membandingkan seorangpun dengan Nabi SAW jadi jika mereka menyebut-nyebut atau membandingkan keutamaan maka itu maksudnya diantara mereka sesama sahabat Nabi.

    Atsar Imam Ali yang anda maksud sudah dibahas dithread khusus. Saya punya dasar untuk mengatakan itu tawadhu’ kalau memang anda konsisten berpegang dengan atsar tersebut maka anda harus meyakini kalau Imam Ali itu hanya salah seorang dari kaum muslimin yang tidak berbeda dengan para sahabat lain, tabiin dan kaum muslimin lainnya. Ini saja sudah bertentangan dengan keyakinan yang anda anut. Kemudian jika anda berpegang pada atsar tersebut maka andapun harus meyakini kalau Imam Ali telah melakukan berbagai hal yang layak mendapatkan hukuman Allah SWT sebagaimana yang tertera dalam atsar tersebut. Jadi sesuatu yang anda katakan sangat jelas malah justru sangat tidak jelas bagi saya. Atsar Imam Ali sudah jelas tawadhu’ sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersikap tawadhu’ soal mengutamakan diantara para Nabi.

  16. Apabila Abubakar atau Umar atau Utsman merupakan penduduk paling mulia. Berarti akhlak mereka pa;ing mulia ( sesudah Rasul ) dan apabila akhlak mereka paling mulia maka:
    1. Salah satu dari mereka akan menjadi saudara DUNIA dan AKHIRAT dari Rasulullah SAW
    2. Salah satu dari mereka akan menjadi mantu Rasulullah SAW
    Tapi ternyata bukan mereka

  17. Halo @chany apa kabar nih? 🙂

  18. @chany
    selamat dtg di dunia fana mksdx maya
    baru dtg langsung masuk
    kangen sm sp?

  19. @armand & aldj
    Selamat ketemu kembali. Benar. rindu pada SP

  20. @chany
    Abu Bakar dan Umar adalah mertua Rasulullah saw.
    Mari kita teladani semua khulafaur Rasyidin

  21. @Hikam Elhakim

    Ajakan yang baik sepertinya.
    Menghormati dan menghargai Sayyidina Abubakar dan Sayyidina Umar merupakan suatu kebajikan dan sekaligus sebuah bentuk penghargaan dan penghormatan kita kepada junjungan Nabi Muhammad saw.

    Namun jika bicara peneladanan. Apakah keduanya harus diteladani? Dalam hal-hal tertentu ya, tdk masalah, jika kita berbicara mengenai perjuangan dan pengorbanan mereka untuk menegakkan agama Allah swt. semasa awal-awal kebangkitan Islam.

    Tapi jika peneladanan mengenai prilaku,budi pekerti, pengabdian, ketaatan, pemahaman thd Nabi saw, kesalehan, keilmuan, kesungguhan, maka dari Khulafaur Rasyidin sy kira hanya Sayyidina Ali yang pantas untuk itu.

    Salam

  22. @Armand
    Kang Armand yang baik, kami akan meneladani dari semua Sahabat Nabi saw. terutama khulafaurrasyidin. Sebagaimana Rasul pun menyebut mereka dengan khulafaurrasyidin. Kami tidak akan ekstrim hanya Ali saja, semua ahli baet akan kami teladani, tentunya hal-hal yang patut kami teladani. Jangankan dari mereka dari akang pun kalaulah itu baik dan patut diteladani, mengapa tidak.

  23. @Hikam

    kami akan meneladani dari semua Sahabat Nabi saw. terutama khulafaurrasyidin.

    Silakan…. silakan. Kita masing2 punya idola untuk diteladani.

    Kami tidak akan ekstrim hanya Ali saja, semua ahli baet akan kami teladani, tentunya hal-hal yang patut kami teladani.

    Hmmm. Apa yg saudara maksud dgn kalimat “tentunya hal-hal yang patut kami teladani”?

    Jangankan dari mereka dari akang pun kalaulah itu baik dan patut diteladani, mengapa tidak

    Kalimat saudara di atas mengenai meneladani Khulafaur Rasyidin menjadi tdk bermakna.

    Salam

  24. @Hikam Elhakim

    Selama Nabi Muhammad SAW hadir di tengah-tengah umat Islam, persatuan dan persaudaraan kaum muslimin (walaupun secara lahiriah) masih tetap terpelihara. Dan kala itu mereka menjadikannya sebagai tempat rujukan. Rasulullah SAW (sebagaimana pada peristiwa Yaumuddar) telah menyampaikan hadis indzâr (peringatan) dan setelah mengajak sanak keluarganya, beliau memperkenalkan, menjadikan dan menunjuk Imam Ali yang berusia tiga belas tahun sebagai washi dan khalifahnya. Setiap kali memperoleh kesempatan yang baik, beliau senantiasa mengajak umat untuk mengikuti dan menerima Imam Ali sebagai Khalifah. Akhirnya pada kesempatan haji wada’, yaitu pada tanggal 18 bulan Dzul Hijjah tahun 10 H, di sebuah tempat yang bernama Ghadir Khum dan secara resmi Rasulullah SAW mengangkat dan menunjuk Imam Ali sebagai wali dan pemimpin (Khalifah) umat Islam dan meminta mereka semua agar membaiat kepadanya. Wilayah dan kemimpinan Imam Ali merupakan kesempurnaan agama dan nikmat Ilahi. (QS. Al-Maidah: 3 dan 67). Jadi Islam yang orisinil tidak mengenal istilah Khulafaur Rasyidin.

    Wassalam

  25. @Hikam Elhakim

    Istilah Khulafaur Rasyidin diciptakan oleh Bani Umayah untuk menghilangkan ajaran Rasulullah SAW dan Ahlul Baitnya yg suci (Islam orisinil).

    Wassalam

Tinggalkan komentar